Professional Documents
Culture Documents
”KONSTIPASI”
D3-2A
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai“Konstipasi”.
Makalah ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah
kedepannya.
Penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dan dapat memberikan insformasi tentang konstipasi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
BAB V
Penutup................................................................................................. 15
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Konstipasi kronik merupakan salah satu kondisi yang sering dijumpai pada
bagian anak umum, dan hal ini berkaitan dengan banyak morbiditas yang
kurang dipedulikan. Konstipasi melibatkan 40% pada bayi dan 30% pada anak
usia sekolah. Prevalensi konstipasi pada anak di dunia saat ini berkisar antara
0,7% sampai 29,6% yang mana menggambarkan adanya potensi meluasnya
efek dari kondisi ini. Hingga 80% anak-anak dengan konstipasi juga
mengalami inkontinensia fekal. Inkontinensia fekal terjadi pada 1,5 sampai
7,5% anak sekolah usia 6-12 tahun. Penelitian terbaru melaporkan angka
prevalensi sebesar 4,4% untuk inkontinensia fekal pada anak di klinik
perawatan primer Amerika Serikat.
1
menemukan bahwa orang tua dari anak dengan inkontinensia fekal memiliki
masalah emosi dan perilaku yang lebih tinggi dibandingkan orang tua dengan
anak tanpa inkontinensia fekal. Penelitian juga mengindikasikan bahwa anak-
anak dengan inkontinensia fekal lebih sering dilaporkan menjadi korban
hinaan dan terlibat dalam perilaku anti sosial dibandingkan dengan anak tanpa
inkontinensia fekal. Walaupun gejala psikologi sering terlihat pada anak
dengan masalah ini tetapi tidak selalu masalah psikologi yang merupakan
penyebab utama dari inkontinensia. Inkontinensia ini biasanya banyak terjadi
pada anak yang kurang mendapatkan pendidikan toilet training pada masa
kecil, terjadinya stress psikologi misalnya masuk sekolah baru. Anak dengan
konstipasi fungsional dan orang tuanya dilaporkan mengalami gangguan
kualitas hidup sehubungan dengan keluhan fisik dan lamanya durasi gejala
anak dengan konstipasi dapat memiliki tampilan pendiam, menarik diri, malu,
dan marah. Penyangkalan gejala sering terjadi pada anak dengan konstipasi.
Anak dengan konstipasi dilaporkan memiliki gangguan kualitas hidup lebih
besar disbanding anak dengan keluhan gastrointestinal lainnya.
1.2.TUJUAN
Tujuan umum:
Tujuan khusus:
2
6. Memahami penatalaksanaan konstipasi
1.3 MANFAAT
3
BAB 2
KONSEP MEDIS
2.1. DEFINISI
4
mempermudah pasase feses, seperti yang terjadi pada emfisema. Banyak orang
yang mengalami konstipasi karena mereka tidak menyempatkan diri untuk
defekasi. Di Amerika Serikat, konstipasi juga tampak sebagai akibat kebiasaan
diet (konsumsi rendah terhadap masukan serat dan kurangnya masuknya cairan),
kuarang latian teratur,dan stres.
2.3. KLASIFIKASI
5
abdominalis stadium permulaan biasanya memberikan
gejala konstipasi.
b. Obstruksi intestinal yang akut.
c. Apendikitis akut.
d. Setelah hematemesis.
2) Konstipasi sebagai gejala penyakit kronik misalnya:
a. Penyakit atau kelainan dari traktus gastrointestinalis:
stenosis pilorikum, kelainan kolon (karsinoma kolon,
diverticulosis, pada megankolon yaitu hirchsprung/ pseudo-
hirchsprung) blind loop dari kolon. Kelainan dari rektum
anus yaitu (fisura, proktitis, karsinoma dari rectum,
ischiorektal abses).
b. Kelainan pada pelvis yang biasanya karena kompresi
mekanis pada rektum atau kolon misalnya: pada wanita
yang gravid maka uterusnya menekan sigmoid dan rektum,
fibroid uterus, tumor pada pelvis, kista ovarii, prolapse dari
intestine yang masuk kedalam fossa rekto genital.
c. Penyakit umum di organ lain: penyakit endokrin
(miksudema, diabetes mellitus, hiperparatiroid), kelainan
psikis (depresi, manis depressive psikhose, anoreksia
nervosa, keracunan atau karena obat-obat (karena zat
logam, opiaten: codein, morfin, tictura opii,dll.
a. Tipe tinja 1
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat kecil seperti kacang,
sangat keras, dan sangat sulit untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah
bentuk tinja penderita konstipasi kronis.
b. Tipe tinja 2
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, permukaan menonjol-nonjol
dan tidak rata, dan terlihat seperti akan terbelah menjadi berkeping-
keping. Biasanya tinja jenis ini dapat menyumbat WC, dapat
menyebabkan ambeien, dan merupakan tinja penderita konstipasi yang
mendekati kronis.
c. Tipe tinja 3
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan permukaan yang kurang
rata, da nada sedikit tekanan. Tinja seperti ini adalah tinja penderita
konstipasi ringan.
d. Tipe tinja 4
6
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti sosis atau ular. Tinja ini adalah
bentuk tinja penderita gejala awal konstipasi
2.4. PATOFISIOLOGI
2.5. KOMPLIKASI
7
sangat berbahaya cukup untuk menimbulkan rupture arteri utama dan otak atau
tempat lain.
Impaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak
dapat dikeluarkan. Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual, dapat
menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan pembentukan
ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair yang sering.
Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi. Fisura
anal dapat diakibatkan oleh pasase feses yang keras melalui anus, merobek lapisan
kanal anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat kongesti vaskuler perianal yang
disebabkan oleh peregangan.
Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebabkan oleh massa
fekal yang menyumbat pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi, inkontinensia
fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon dan dapat menimbulkan perforasi
usus.
Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliput gigi geligi, adanya luka
pada selaput lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan
proses menelan. Daerah perut diperiksa apakah ada pembesaran perut, peregangan
atau tonjolan. Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut.
Perabaan lebih dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor
atau pelebaran batang nadi. Pada pemeriksaan bentuk dicari pengumppulan gas
berlebihan, pembesaran organ, cairan dalam rongga perut atau adanya massa tinja.
8
informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya timbunan tinja, atau adanya darah.
Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor risiko
konstipasi seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat
keluarnya darah dari dubur.
2.9. PENATALAKSANAAN
Apabila penggunaan laksatif diperlukan, salah satu dari berikut ini dapat
dilakukan: preparat pembentuk bulk, preparat salin dan osmotic, lubrikan,
stimulant, atau pelunan feses. Kerja fisiologis dan penyuluhan pasien yang
dihubungkan dengan laksatif. Enema dan supositoria rektal secara umum tidak
dianjurkan untuk konstipasi dan harus diberikan untuk pengobatan pada impaksi
atau persiapan usus, untuk pembedahan atau prosedur diagnostik. Apabila
penggunaan laksatif jangka panjang benar-benar diperlukan, preparat pembentuk-
bulk diberikan dalam kombinasi dengan laksatif osmotik.
9
BAB 3
ANALISA DATA
Contoh kasus :
Seorang kakek bernama evart yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah. Kakek mengatakan bahawa sudah seminggu belum BAB. Biasanya
kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan
porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu makan. Setelah dikaji inspeksi
terdapat pembersaran abdomen dan saat di palpasi ada impaksi feses.
1. Pengkajian
Nama : Evart
Tanggal lahir : 5 November 1945
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 30 November 2010
Alamat : Surabaya
Diagnosa Medis : Konstipasi
Sumber Informasi : Klien, pemeriksaan fisik, kolonoskopi
Keluhan utama : nyeri pada perut, seminggu belum BAB
Riwayat penyakit sekarang:
Evart yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek
mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga
hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-
harinya. Selain itu, kakek mengaku mudah lelah untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
Riwayat kesehatan keluarga : -
Hasil pemeriksaan fisik umum :
a. keadaan umum : lemah
b. TTV : tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mnt
Pemeriksaan fisik abdomen
a. Inspeksi : pembesaran abdomen
b. Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses
c. Perkusi : redup
d. Auskultasi : bising usus tidak terdengar
10
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data subjektif : Pola BAB tidak teratur Kontipasi
Seminggu tidak BAB,
kebiasaan BAB tiga kali Eliminasi feses tidak teratur
sehari
Data objektif :
Konstipasi
Inspeksi : pembesaran
abdomen.
Palpasi : perut terasa keras,
ada impaksi feses.
Perkusi : redup.
Auskultasi : bising usus tidak
terdengar
Data subjektif:
Sulit BAB Nutrisi kurang dari
2. Klien tidak nafsu makan Perut terasa begah kebutuhan
Data objektif: Nafsu
Bising usus tidak terdengar makan menurun
Menurunnya intake
makanan
2. Diagnosa
a. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu
makan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.
11
BAB 4
RENCANA ASKEP
INTERVENSI RASIONAL
2. Kolaborasi:
Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi Untuk melunakkan feses
Uuuj
12
INTERVENSI RASIONAL
13
c. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada
abdomen
Tujuan : menunjukkan nyeri telah berkurang
Kriteria Hasil :
1) Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
2) Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil
3) Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisi
4) Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri
5) Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik
secara tepat
INTERVENSI RASIONAL
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari
kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses
kurang, atau fesesnya keras dan kering. Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat
terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya
buang air besar seperti sewaktu naik pesawat dan kendaraan umum lainnya.
Penyebab konstipasi bisa karena faktor sistemik, efek samping obat, faktor
neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga karena faktor kelainan organ
di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau
kelainan pada rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik
kronik. Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Kuncinya
adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah diperoleh a
15
dalah pada buah dan sayur.
B. Saran
Saran dari kami tim penulis adalah sebaiknya bagi penderita kuncinya adalah
dengan mengonsumsi makanan yang berserat.
DAFTAR PUSTAKA
http://andysmar.blogspot.co.id/2012/05/makalah-konstipasi.html?m=1
https://www.google.co.id/search?dcr=0&ei=mCkOWtnDAsg8QX22Z_YAw&q=pen
dahuluan+makalah+konstipasi+pdf&0q=pendahuluan+makalah+konstipasi+pdf&gs_I=mobile-gws-
serp.3...2202.14073.0.14949.35.34.0.1.1.0.870.10687.0j1j17j14j1j0j1.34.0....0...1j464.mobile-gws-
serp..0.32.9409.30j41j0i131k1j0i67k1j0i22i30k1j33i160k1j30i10k1j33i22i29i30k1.0.LD0X0EyPt2Y
Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks. 2016 keperawatan Medikal Bedah
xvi