You are on page 1of 15

MINI RISET

PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA

Dosen Pengampu : Dra. Rahmulyani. M.Pd.Kons

Diususn oleh Kelompok 6

1. Mery Christin Sitinjak (3213331035)

2. M.Alfi Shafa Sudharma (3213331023)

3. Rina Mawardah (3213131058)

4. Siska Marbun (3213131052)

5. Tini Tampubolon(3211131019)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan Bagian
Tugas KKNI yaitu Mini Research yang Berjudul "PERKEMBANGAN PADA
MASA REMAJA" ini tepat pada waktunya. Adapun tugas ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Selama penyusunan laporan tugas Mini Riset ini, Kami banyak mengalami
berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, laporan tugas Mini Riset ini dapat terselesaikan. Kami juga
menyadari bahwa dalam pembuatan laporan tugas Mini Riset ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar berguna untuk kedepannya. Kami mengucapkan terima kasih
kepada para pembaca Laporan tugas Mini Riset ini, semoga isi dari laporan tugas
Mini Riset ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Medan, November 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1


B. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 1
C. Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI/KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 3

BAB III METODE PELAKSANAAN ................................................................................. 7

A. Metode Penelitian ........................................................................................................ 7


B. Langkah Penelitian ...................................................................................................... 7
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 8

BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................................... 9

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................................ 11

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak mudah untuk mendefinisikan remaja secara tepat, karena banyak sekali sudut
pandang yang dapat digunakan dalam mendefinisikan remaja. Kata “remaja” berasal dari
bahasa Latin adolescene berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984, Rice, 1990
dalam Jahja, 2011).1 Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja, seperti DeBrun
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa.
Papalia dan Olds tidak memberikan pengertian remaja secara eksplisit melainkan secara
implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds,4 masa
remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
awal dua puluh tahun. Sedangkan Anna Freud, berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan
cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi
masa depan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja secara
konseptual. Dikemukakannya oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan; biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi, yakni: (1) individu yang berkembang saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,
(2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak
menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang lebih mandiri.

B. Tujuan Penelitian

1. Memenuhi salah satu tugas KKNI Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2. Mengidentifikasi Perkembangan pada masa remaja.

3. Mengetahui permasalahan apa saja yang di hadapi pada masa remaja.

4. Mengetahui cara mengatasi permasalahan yang dihadapi pada masa remaja.

C. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah informasi dan menambah wawasan tentang perkembangan yang terjadi
pada masa remaja.

2. Dapat dijadikan sumber referensi penelitian.

3. Dapat meningkatkan kerjasama yang baik antar kelompok dalam penelitian yang dilakukan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Penyesuaian Diri

Tuntutan akhir dari hasil pendidikan seseorang individu adalah agar individu dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari sekolah dan luar sekolah remaja
memiliki sejumlah pengetahuan, ketrampilan, minat dan sikap sehingga membentuk pribadi
seperti yang dimilikinya sekarang. Individu tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kemampuan ini dimiliki setelah
individu berinteraksi dengan lingkungannya. Dari hasil interaksi inilah lahir dan

B. Berkembangnya proses penyesuaian diri

Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif
dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan
kebutuhankebutuhan dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk
berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu
kepribadian yang sehat mentalnya ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian
diri secara harmonis, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Penyesuaian
diri dalam bahasa asing dikenal dengan istilah adjusment atau personal adjusment. Menurut
Schneiders yang dikutip oleh Moh. Ali dan Moh Asrori (2008) penyesuaian diri dapat ditinjau
dari tiga sudut pandang, yaitu :

1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi

Pengertian adaptasi pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti
fisik, fisiologis atau biologis. Contohnya seorang yang biasa hidup di daerah dingin karena
sesuatu hal harus pindah ke daerah yang panas maka dia harus dapat beradaptasi dengan iklim
yang baru itu. Dalam hal ini penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha untuk
mempertahankan diri secara fisik. Oleh sebab itu jika penyesuaian diri disamakan dengan usaha
mempertahankan diri dalam arti fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis.
Akibatnya, ada kompleksitas kepribadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu
dengan lingkungan menjadi terabaikan. Padahal, dalam penyesuaian diri yang sesungguhnya
tidak hanya sekedar penyesuaian fisik, melainkan lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah
adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dalam hubungannya dengan
lingkungan.

2. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas

Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan konformitas, yang berarti
menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip atau norma. Memaknai penyesuaian diri
sebagai usaha konformitas, mengartikan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan untuk
harus mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial
maupun emosional. Bila individu perilakunya tidak sesuai dengan tuntutan konformitas maka
ia akan terancam karena tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Keragaman individu
menyebabkan penyesuaian diri tidak dapat dimaknai sebagai usaha konformitas. Umpamanya,
pola perilaku anak yang berbakat atau genius ada yang tidak berlaku atau tidak dapat diterima
oleh anak yang berkemampuan biasa. Namun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa mereka
tidak mampu menyesuaikan diri. Norma-norma sosial dan budaya kadang-kadang terlalu kaku
dan tidak masuk akal untuk dikenakan pada anak-anak yang memiliki keunggulan tingkat
inelegensi atau anak-anak berbakat. Selain itu, norma yang internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya

C. Penyesuaian diri juga ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan
tuntutan lingkungan individu yang bersangkutan

Dari ketiga sudut pandang tentang makna penyesuaian diri sebagaimana didiskusikan di
atas, maka penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup responrespon
mental dan tingkahlaku yang diperjuangkan individu Agar dapat berhasil menghadapi
kebutuhan-kebutuhan, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas
keselarasan antara tuntutan diri dari dalam dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat
individu berada.

D. Proses Penyesuaian Diri


Penyesuaian diri adalah suatu proses untuk mencapai keseimbangan diri dalam
memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan lingkungan. Tidak ada pencapaian penyesuaian diri
yang sempurna. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika individu selalu dalam keadaan
seimbang antara dirinya dengan lingkungan di mana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan di mana semua fungsi organisme berjalan normal. Oleh karena penyesuaian diri
lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat maka oleh sebab itu penyesuaian diri yang
sempurna tidak pernah dapat dicapai. Respon penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana
dapat dipandang sebagai upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk
memelihara kondisi-kondisi keseimbangan yang lebih wajar. Dalam memenuhi kebutuhan atau
keinginan cara individu merespon akan berbeda-beda. Contoh: seorang anak yang
membutuhkan rasa kasih sayang dari ibunya yang terlalu sibuk dengan tugas-tugas lain. Anak
akan frustasi dan berusaha sendiri menemukan pemecahan internal atau kecenderungan yang
telah dicapainya.

E. Penyesuaian diri juga ditentukan oleh faktor tercapainya hubungannya dengan tuntutan
lingkungan individu yang bersangkutan

Dari ketiga sudut pandang tentang makna penyesuaian diiri sebagaimana didiskusikan
di atas, maka penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup
responrespon mental dan tingkahlaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil
menghadapi kebutuhan-kebutuhan, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan
kualitas keselarasan antara tuntutan diri dari dalam dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan
tempat individu berada.

1. Penyesuaian diri secara positif

Individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai
berikut :

a. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional


b. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologi
c. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
d. Mampu dalam belajar
e. Menghargai pengalaman

Bersikap realistik dan oobjektif


Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai
bentuk, antara lain :

1) Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung dalam situasi ini individu
secara langsung menghadapi masalahnya dengan segala akibatnya. Ia melakukan segala
tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Misalnya sorang mahasiswa yang
terlambat dalam menyerahkan tugas karena sakit, maka ia menghadapinya secara
langsung, mengemukakan masalahnya kepada dosennya.
2) Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan) dalam situasi ini individu
mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan
masalahnya. Misalnya : Seorang mahasiswa yang merasa kurang mampu dalam
mengerjakan tugas, ia akan mencari bahan dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut,
dengan membaca buku, konsultasi, diskusi dan sebagainya.
3) Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba dalam cara ini individu melakukan
suatu tindakan coba coba, dalam arti kata kalau menguntungkan diteruskan dan klau
gagal tidak diteruskan. Taraf pemikiran kurang begitu berperan dibandingkan dengan
cara eksplorasi
4) Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti) jika individu merasa gagal dalam
menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari
pengganti. Misalnya gagal nonton film di gedung bioskop, dia pindah nonton tv.
5) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri dalam hal ini individu mencoba
menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian
dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri. Misalnya seorang siswa
yang mempunyai kesulitan dalam keuangan, berusaha mengembangkan
kemampuannya dalam menulis. Dari usaha menulis ia dapat membantu mengatasi
kesulitan dalam keuangan
6) Penyesuaian dengan belajar. Dengan belajar, individu akan banyak memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri. Misalnya
seorang guru akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak belajar tentang
berbagai pengetahuan keguruan
7) Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri. Penyesuain diri akan lebih berhasil
jika disertai dengan kemampuan memilih tindakan yang tepat dan pengendalian diri
secara tepat pula. Dalam situasi ini individu berusaha memilih tindakan mana yang
harus dilakukan, dan tindakan mana yang tidak perlu dilakukan. Cara inilah ang disebut
inhibisi. Di samping itu, individu harus mampu mengendalikan dirinya dalam
melakukan tindakan.
8) Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat. Dalam situasi ini tindakan yang
dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat.
Keputusan diambil setelah dipertimbangkan dari berbagai segi, antara lain segi untung
ruginya.

BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif,
berupa wawancara. Menurut Moloeng (2007:4) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti
perilaku, persepso, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa suatu konteks khusus yang alamiah dengan menggunakan
metode ilmiah. Dan penelitian juga menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan jenis
penelitian survei. Sasaran penelitian remaja. Sampel yang digunakan peneliti ialah 7
responden, namun penulis hanya menampilkan beberapa sampel. Teknik analisis data kualitatif
dilakukan sesuai dengan pendekatan studi kasus, sehingga analisis data yang digunakan dengan
cara menelaah jawaban-jawaban yang dikumpulkan yang dapat didapat dari subjek penelitian.
Jawaban-jawaban tersebut di UKMorganisir dengan cara mengidentifikasikan dan
mengkategorisasikan sesuai dengan tujuan-tujuan penelitian. Hal ini sesuai dengan langkah
pokok penelitian studi kasus yang diungkapkan oleh Sudjarwo (2001).

B. Langkah Penelitian

1. Tahap Penelitian
Memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil
mengumpulkan data. Pada tahap ini peneliti memanfaatkan untuk fokus penelitian yang biasa
disebut dengan pekerjaan lapangan. Adapun yang harus dikerjakan pada tahap ini adalah
memahami fenomena secara mendalam, memasuki lapangan dan menggali data secara akurat.

2. Tahap Analisis Data

Analisis data selama pengumpulan data dan setelah pengumpulan data. Tahap kedua
merupakan analisis data, pada tahap ini peneliti dilakukan dengan mengecek dan memeriksa
keabsahan data yang fenomena atau subjek studi maupun dokumentasi untuk membuktikan
keabsahan data yang peneliti kumpulkan. Dengan terkumpulnya data secara valid maka
selanjutnya diadakan analisis untuk menemukan hasil penelitian. Dan untuk terakhir kalinya
disusul laporan hasil penelitian.

3. Tahap Laporan

Setelah analisis data oleh peneliti selesai, maka data disepakati dengan informan. Terjadi
kesepakatan bersama, maka peneliti menuliskan hasil penelitian dalam bentuk laporan
penelitian mini research.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data terkait permasalahan penelitian yang diambilnya. Pengumpulan data
sendiri biasanya ditentukan oleh variabel-variabel penelitian. Setelah data terkumpul,
selanjutnya diadakan pengolahan data melalui google form, jadi data tidak akan memiliki arti
apabila tidak dilakukan pengolahan data.
BAB IV

PEMBAHASAN

Masa remaja dikategorikan sebagai masa transisi yang dialami anak-anak untuk
mencapai usia dewasa. Pada fase ini, akan terjadi beberapa perubahan besar selain
perkembangan pada fisik. Salah satunya adalah perkembangan remaja yang mencakup sisi
psikologis dan dibagi menjadi dua kategori. Kategori tersebut merupakan sisi emosional juga
sosial yang perlu diketahui orang tua sebagai cara mendidik anak remaja. Hal ini berhubungan
karena adanya perubahan hormon serta saraf sehingga remaja tidak hanya berkembang secara
kognitif. Akan tetapi, juga memikirkan identitas diri serta hubungan sosial di sekitar.

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan
segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada
usinya dengan baik. Apabila tugas perkembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik,
remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase
berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya
akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan
ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan
kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Menurut survei yang telah peneliti lakukan melalui google form kebanyakan remaja
mengalami permasalahan perkembangan diri dalam penyesuaian diri dengan hal yang baru,
dalam mengontrol emosinya, permasalahan berada di dalam lingkungan yang ramai, dalam
berpikir, mengembangkan potensi, kurangnya rasa percaya diri dan sebagainya. Dengan
Permasalahan yang timbul pada masa remaja, mereka juga harus dapat menyesuaikan diri di
tengah tengah lingkungan sekitar, menurut survei yang telah peneliti lakukukan berbagai cara
menyesuaikan diri di tengah tengah lingkungan antara lain:

• Menurut Arini Haqiqas Shulha “selalu belajar dan mencari relasi.”


• Menurut Magdalena Debora Purba “bergaul secara sehat, terus perbanyak berdoa juga
karena kita tidak mengetahui bagaimana orang orang yang berada di sekitar kita.”
• Menurut Rachel Maria Purba “mengikuti arus lingkungan namun tetap berpegang pada
prinsip.”

Apabila dilihat dari fase perkembangan remaja, usia 10 hingga 13 tahun merupakan fase
early karena ia baru memasuki tahapan masa puber. Maka dari itu, orangtua juga perlu
mempersiapkan diri karena ia akan mengalami perubahan suasana hati serta perilaku yang
berbeda dari biasanya. Beberapa perkembangan psikologi pada remaja di usia 10 hingga 13
tahun di antaranya adalah:

• Masih memperlihatkan kedekatan serta ketergantungan dengan orangtua.


• Membuat kelompok bersama teman-teman terdekat.
• Mulai mencari identitas diri dan memperlihatkan kemandirian.

Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja pun masih tergolong naik turun.
Ia masih mempunyai suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya orangtua
kewalahan dengan hal ini. Di usia ini Anda juga perlu mulai memberikan edukasi seks karena
anak mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya. Selain itu, di usia ini pula anak
akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko, sehingga Anda wajib mengajaknya berdiskusi
mengenai hal-hal baru yang diketahuinya. Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah
atau hendak dilakukannya.

Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi atau emosi remaja juga mulai
memperlihatkan kepedulian. Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia
mempunyai sudut pandang berbeda. Perhatikan apabila ia memperlihatkan perubahan perilaku
yang tidak sesuai dengan kebiasaan sehari-hari. Bukan tidak mungkin apabila dalam
perkembangan psikologi atau emosi remaja ia mengalami beberapa gangguan. Beberapa
masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh, krisis kepercayaan diri, sehingga
berujung terjadinya depresi pada remaja. Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih
sedikit, tetap bangun komunikasi sehingga ia tidak merasa kehilangan arah.

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Masa remaja dikategorikan sebagai masa transisi yang dialami anak-anak untuk mencapai usia
dewasa. Pada fase ini, akan terjadi beberapa perubahan besar selain perkembangan pada fisik.
Salah satunya adalah perkembangan remaja yang mencakup sisi psikologis dan dibagi menjadi
dua kategori. Kategori tersebut merupakan sisi emosional juga sosial yang perlu diketahui
orang tua sebagai cara mendidik anak remaja. Hal ini berhubungan karena adanya perubahan
hormon serta saraf sehingga remaja tidak hanya berkembang secara kognitif. Akan tetapi, juga
memikirkan identitas diri serta hubungan sosial di sekitar.

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan
segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat
melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada
usinya dengan baik. Apabila tugas perkembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik,
remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase
berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya
akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan
ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan
kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

B. Saran

Dengan hasil penelitian yang kami lakukan ini diharapkan pembaca dapat memahami hasil
penelitian ini dan memberikan saran atau kritikan dari penelitian kami yang bersifat
membangun agar lebih baik kedepannya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga
penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, Muhammad Ali, and Marwita Rahmi. "Faktor-faktor yang mempengaruhi


moralitas remaja awal." Psikostudia: Jurnal Psikologi 1.1 (2012): 1-16.

https://hellosehat.com/parenting/remaja/tumbuh-kembang-remaja/perkembangan-psikologi-
remaja/

You might also like