Pertanian merupakan ciri yang paling melekat untuk wilayah Indonesia. Pertanian di Indonesia terbagi menjadi lima subsektor utama yaitu pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan dan peternakan. Kelima subsektor tersebut saling berkorelasi dalam upaya pembangunan pertanian. Sektor pertanian pada umumnya juga berperan penting dalam upaya peningkatan pendapatan suatu negara. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya kontribusi masing-masing sub sektor pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2013 dibandingkan tahun 2014 menunjukan peningkatan pada sub sektor tanaman hortikultura dan peternakan, sementara sub sektor tanaman pangan, perkebunan serta jasa pertanian dan perburuhan mengalami penurunan (Kementerian Pertanian, 2015). Menurut Sumastuti (2011), agribisnis secara sederhana adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Fungsional agribisnis adalah rangkaian fungsi-fungsi kegiatan untuk memenuhi kegiatan manusia. Agribisnis sendiri memiliki hubungan yang sangat erat dengan sektor pertanian. Hubungan yang saling berkaitan tersebut diharapkan sektor pertanian dan agribisnis mampu berperan dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. Harapan berkembangnya sektor pertanian dan agribisnis tidak hanya sekedar dalam pengembangan komoditas pangan saja, melainkan ke semua komoditas termasuk perkebunan. Subsektor perkebunan di Indonesia sejak jaman dahulu sudah terkenal dimana-mana. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya masa penjajahan di Indonesia oleh negara penjajah guna memanfaatkan dan mengeruk hasil kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah. Wilayah Indonesia juga memiliki potensi sebagai wilayah pengembangan subsektor perkebunan. Salah satu hasil perkebunan yang paling diincar pada masanya adalah komoditas kopi, rempah-rempah, dan masih banyak lagi. Sektor perkebunan biasanya memanfaatkan tanaman tahunan untuk dibudidayakan. Tanaman tahunan yang paling banyak dibudidayakan dalam subsektor perkebunan adalah tanaman kopi, kakao, karet, kelapa sawit, tembakau,
\ dan teh. Subsektor perkebunan sendiri juga mampu memberikan kontribusi sebesar 15,36 % (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyediaan input atau bahan baku usahatani komoditas kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia? 2. Bagaimana proses pengembangan pasca panen di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia? 3. Bagaimana pemasaran produk kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan 1. Untuk mengetahui penyediaan input atau bahan baku apa saja yang digunakan dalam usahatani komoditas kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2. Untuk mengetahui proses pengembangan pasca panen kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 3. Untuk mengetahui proses pemasaran produk kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 1.3.2 Manfaat 1. Bagi pemerintah, diharapkan dengan adanya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao menjadi rujukan atau acuan dalam upaya pengembangan budidaya kopi di Indonesia. 2. Bagi masyarakat, diharapkan dengan adanya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao masyarakat dapat mengembangkan usaha pengembangan produk kopi dengan baik. 3. Bagi akademik, diharapkan dengan adanya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, dunia pendidikan terutama bidang pertanian menjadikan materi pembelajaran semakin beragam.