You are on page 1of 2

Pelaporan Ahok atas tuduhan menghina agama dan pemilih

Majelis Ulama Indonesia menyatakan pendapat guna merespons pernyataan Gubernur DKI Jakarta,
Basuki Tjahaja Purnama yang menyinggung surat Al Maidah ayat 51. Setelah melakukan analisa, Majelis
Ulama Indonesia menganggap pernyataan Ahok saat kunjungan kerja di Kepulauan Seribu dapat
dikategorikan menghina Al Quran dan menghina ulama.

Pernyataan Ahok dianggap memiliki konsekuensi hukum. Pernyataan sikap MUI ini diteken oleh Ketua
Umum Majelis Ulama Indonesia, Ma’ruf Amin dan Sekretaris Jenderal Anwar Abbas pada Selasa
(11/10/2016).

MUI merekomendasikan agar aparat penegak hukum menindak tegas setiap orang yang melakukan
penodaan dan penistaan Al Quran dan ajaran agama Islam, serta penghinaan terhadap ulama dan umat
Islam sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Aparat penegak hukum diminta proaktif melakukan penegakan hukum secara tegas, cepat, proporsional,
dan profesional dengan memperhatikan rasa keadilan masyarakat agar masyarakat memiliki kepercayaan
terhadap penegakan hukum.

MUI juga menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan aksi main hakim sendiri serta
menyerahkan penanganannya kepada aparat penegak hukum.

Saat dikonfirmasi Kompas.com, Ma’ruf Amin, ketua MUI membenarkan adanya pernyataan pendapat
MUI itu. Beliau mengatakan, MUI memutuskan melakukan analisa mengenai pernyataan Ahok setelah
diminta pendapatnya oleh banyak pihak.

Kajian dilakukan dengan menyimak video lengkap pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu yang berdurasi
lebih dari satu jam.

“Banyak yang bertanya MUI seperti apa pendapatnya? Akhirnya kami harus berikan pendapat terhadap
masalah itu,” ucap Ma’ruf.

Ucapan Ahok yang dianggap banyak pihak menyinggung isi Al Quran disampaikan saat melakukan
kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Saat itu, ia menyatakan tidak memaksa
warga Kepulauan Seribu untuk memilih dirinya pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Pernyataannya itu disertai ucapannya yang mengutip bunyi surat Al Maidah ayat 51. Akibat ucapannya,
Ahok dilaporkan oleh dua organisasi ke Polda Metro Jaya dengan tuduhan penistaan agama.

i
Dari Kutipan di atas. Pendapat saya yaitu kita sebagai warga Negara Indonesia bhineka tunggal ika
(berbeda beda tetapi tetap satu) haruslah saling menghargai baik suku, ras, bahasa, budaya terutama
agama.

pernyataan Ahok di Kabupaten Kepulauan Seribu pada hari Selasa, 27 September 2016 yang antara lain
menyatakan, ”… Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa
pilih saya, ya kan. Dibohongin pakai surat al Maidah 51, macem-macem itu. Itu hak bapak ibu, jadi bapak
ibu perasaan enggak bisa pilih nih karena saya takut masuk neraka,
dibodohin gitu ya..”

pernyataan Gubernur DKI Jakarta telah melukai hatuimasyarakat terutama indonesia yang mayoritas
beragama Islam. Pasalnya, Ahok secara langsung menempatkan ayat tersebut yang bermakna larangan
untuk memilih “Pemimpin Non-Muslim” sebagai objek pembohongan. Ungkapan “Dibohongi Pakai
Surah Al-Maidah 51” sama saja menyinggung dan mendeskreditkan umat Islam yang meyakini kebenaran
ajaran agamanya. Yang tercantum dalam surah Al-Kafiirun ayat ke-6 Lakum Dinukum Walyadin
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”

Sebagai Gubernur yang juga Pemimpin Warga DKI Jakarta, sudah selayaknya Ahok tidak menempatkan
pihak lain yang berseberangan, apalagi pemeluk agama yang berbeda dengan keyakinannya sebagai
lawan. Ahok seharusnya membuat warga Negara Indonesia untuk saling menghargai, menghormati satu
sama lain dan menjunjung tinggi rasa persaudaraan bagi warga Jakarta.

ii

You might also like