You are on page 1of 4

DOA NABI

Marilah kita memulai khutbah jumat ini dengan memanjatkan syukur kepada Allah SWT, atas nikmat
iman, nikmai Islam, dan nikmat hidayah sehingga kita dapat melangkahkan kaki kita menuju seruan Allah
untuk melakukan shalat jumat berjamaah.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada khudwah kita sur tauladan kita Rasulillahi SAW, beserta
keluarga belia, para sahabat beliau dan orang-orang yang istiqomah berjalan dibawah naungan sunnah
beliau sampai akhir kiamat kelak.

Hadirin sidang shalat jumat Rahimakumullah

Dalam khutbah singkat kali ini kita akan bersama dengan hadits Nabi Muhammad SAW, kita akan
mendulang paedah dari doa yang senantiasa membasahi lisan Nabi Muhammad SAW, sebuah doa yang
selalu dibaca oleh Rasulullah disetiap pagi hari sebuah doa yang selalu mengisi kehidupan beliau
sebelum beliau melakukan aktifitas2 kesehariannya. Sebuah doa yang berdasarkan hadits yang shahih
yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dari salah seorang Ibunda kita, salah seorang istri Nabi kita
Ummu Salamah ra, beliau menuturkan : “ cari haditnya ttg Ilmu yang bermanfaat, rizki yang toyib,
amalan yang diterima….” (menit ke 4 lajut….}

Nabi ‫ صلى هللا عليه و سلم‬berdoa setiap pagi, dengan doa:

َ ً ‫ َو ِر ْزقا‬،ً‫اَللَّ ُه َّم إِنِي أ َ ْسأَلُكَ ِع ْلما ً نَافِعا‬


ً‫ َو َع َمالً ُمتَ َقبَّال‬،ً‫طيِبا‬

– Allahumma Inniy As-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqon thoyyiban, wa ‘amalan mutaqobbalan –

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan
amal yang diterima“. (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu as-Sunni).

Dan juga Nabi ‫ صلى هللا عليه و سلم‬berdoa, dengan doa:

‫ َو ِزدْنِ ْي ِع ْل ًما‬,‫ َو َع ِل ْمنِ ْي َمايَ ْن َفعُنِ ْي‬,‫اللَّ ُه َّم ا ْنفَ ْعنِي بِ َما َعلَّ ْمتَنِي‬

– Allahumman-fa’niy bimaa ‘allamtaniy wa 'allimiy maa yanfa’uniy, wa zidniy ‘ilman –

“Ya Allah, berilah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan
ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku, Dan tambahkanlah ilmu kepadaku.” (HR. at-
Tirmidzi:3599, dan Ibnu Majah:251, 3833).

DO'A BERLINDUNG DARI ILMU YANG TIDAK BERMANFAAT

‫ َو ِم ْن دَ ْع َوةٍ ََل يُ ْست َ َجابُ َل َها‬،‫ َو ِم ْن َن ْف ٍس ََل تَ ْشبَ ُع‬،‫ش ُع‬ ٍ ‫ َو ِم ْن قَ ْل‬,‫اللَّ ُه َّم إِنِ ْي أَع ُْوذ ُ ِبكَ ِم ْن ِع ْل ٍم ََل يَ ْنفَ ُع‬
َ ‫ب ََل يَ ْخ‬

– Allahumma inniy a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa yakhsya’, wa min nafsin
laa tasyba’, wa min da’watin laa yustajaabu lahaa –
“Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’,
jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim:2722, an-Nasa’i
VIII/260). (171)

TIGA KEBUTUHAN DIRI


CERMINAN DOA DI PAGI HARI

Sesungguhnya termasuk dari doa yang agung yang bermanfaat yang senantiasa dijaga dan dibaca
Nabi -Shalallaahu’alaihi Wasallama- disetiap pagi adalah doa yang disebutkan di dalam Musnad
Al Imam Ahmad dan Sunan Ibnu Majah dari Ummu Salamah –Radhiyallahu’anha- :
bahwasannya Nabi -Shalallaahu’alaihi Wasallama- apabila seusai sholat subuh biasa membaca :

َ ‫أَللَّ ُه َّم إِنِى أ َ ْسأَلُكَ ِع ْل ًما نَافِعًا َو ِر ْزقًا‬


ً‫طيِبًا َو َع َمالً ُمتَ ًقبَّال‬

“Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu Ilmu yang bermanfaat dan rizki yang baik
dan amalan yang (Engkau) terima” (Dishahihkan As Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibni Majah
No. 753)

Barang siapa yang memperhatikan doa yang agung ini maka ia akan mendapati bahwa
menjadikannya sebagai bacaan atau doa diwaktu pagi setelah sholat subuh adalah sangatlah
sesuai sekali dengan waktunya. Karena subuh adalah permulaan hari dan pembuka tiap hari.
Sementara seorang muslim tidak memiliki keinginan dalam satu harinya kecuali memperoleh
target yang sangat bernilai dan tujuan yang konkrit yang ternyata disebutkan dalam hadits ini.
Yaitu berupa :

ILMU yang MANFAAT, RIZKI yang BAIK, AMAL yang DITERIMA.

Seakan ia membuka lembaran harinya dengan menyebutkan tiga perkara ini, lain daripada itu
tidak, iapun menentukan target dan tujuan perolehan dalam seharinya. Tak diragukan lagi bahwa
hal ini tentu lebih memadukan hati seseorang dan lebih memantapkan langkah perjalanannya.
Berbeda dengan orang yang pagi harinya tidak menentukan target dan tujuan yang dia bertekad
mendapatkannya dalam seharinya.

Kita mendapati orang yang perhatian dengan tarbiyyah dan adab mereka biasa menentukan target
dan tujuan dalam setiap aktifitas yang akan dijalaninya, pada setiap jalan yang hendak ia lalui
agar lebih memotivasi dirinya untuk teralisirnya target tersebut, lebih terselamatkan dari
penyimpangan dan penggeseran disebabkan berbelok dari target dan tujuan, dan lebih
memantapkan bagi dirinya dalam langkah perjalanannya dan aktivitas amalnya.

Dan tidak diragukan bahwa orang yang menjalaninya dengan tertatanya target yang ditetapkan
dan tujuan yang ditentukan maka lebih ssempurna dan lebih mantap dan lebih selamat dari pada
orang yang berjalan tanpa menentukan target dan menetapkan tujuan yang hendak digapainya.

Maka seorang muslim, dirinya mengetahui bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan secara
keseluruhannya dan kesemuanya dalam waktu satu hari. Akan tetapi bagi dirinya ada dalam
seharinya prioritas target dan keinginan kuat untuk memperolehnya yaitu tiga target utama diatas
(ILMU, RIZKI, AMAL) dan berusaha untuk mendapatkannya secara sempurna dan berusaha
memperolehnya dengan metode dan langkah yang tepat dan cepat.

Untuk ini betapa bagusnya kalau kemudian dia buka lembaran harinya dengan menyebut tiga
perkara itu dalam bacaan doanya yang berarti ia telah membatasi target dan menentukan tujuan
dalam setiap harinya.

Tidaklah seorang muslim yang membaca doa ini dalam membuka lembaran hariannya sebatas
menentukan target semata kemudian mengandalkan usaha dirinya, namun sekaligus ia sertai
sikap tadzarru’ merendahkan diri kepada Rabb-nya, menyandarkan diri kepada Penguasa dan
Penolong-nya agar dirinya diberi anugerah dalam memperoleh tujuan yang besar dan target yang
berharga tersebut karena dirinya sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa tiada daya dan kekuatan
serta kemampuan yang ia miliki untuk memperoleh manfaat dan menolak madharat kecuali
dengan idzin Rabbnya. Maka kepada Allah-lah ia bersandar diri, kepada-Nya memohon
pertolongan dan kepada-Nya ia bergantung dan berserah diri.

Maka pada doanya yang ia panjatkan disetiap pagi hari :

َ ‫أَللَّ ُه َّم إِنِى أَ ْسأَلُكَ ِع ْل ًما نَافِعًا َو ِر ْزقًا‬


ً‫طيِبًا َو َع َمالً ُمتَ ًقبَّال‬

“Ya Allah sesungguhnya saya memohon kepada-Mu Ilmu yang bermanfaat dan rizki yang baik
dan amalan yang (Engkau) terima”

Adalah permohonan dirinya terhadap pertolongan Allah diwaktu paginya awal dan pembuka
harinya agar Allah berikan kemudahan atas segala kesulitan, Allah ringankan atas segenap yang
memberatkan, agar Allah tolong dalam mewujudkan tujuannya dan targetnya yang diberkahi nan
terpuji. Karena itu semua tak akan terwujud kecuali dengan pertolongan-Nya.

Perhatikannlah, bagaimana Nabi -Shalallaahu’alaihi Wasallama- memulai doa ini dengan


meminta kepada Allah berupa ilmu yang bermanfaat sebelum beliau meminta rezki yang baik
dan amalan yang dirterima. Hal ini terdapat isyarat bahwa ilmu yang bermanfaat adalah
diprioritaskan dan didahulukan. Dengan ilmulah dimulai. sebagaimana firman Allah Ta’ala :

‫َّللاُ َي ْعلَ ُم ُمتَقَلَّ َب ُك ْم َو َمثْ َوا ُك ْم‬ ِ ‫َّللاُ َوا ْست َ ْغ ِف ْر ِلذَ ْن ِبكَ َو ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
َّ ‫ت َو‬ َّ ‫( فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ ََل ِإلَهَ ِإ ََّل‬19)

(artinya) “Maka berILMUlah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan yang
haq) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu
tinggal.”(QS. Muhammad : 19)

Maka dimulai dengan ilmu sebelum perkataan dan perbuatan. Dimulainya dengan ilmu itu
terdapat hikmat yang nampak sekali yang tidak tersembunyi bagi yang mau memperhatikan.
Yaitu dengan ilmu yang bermanfaat seseorang akan mampu membedakan antara amal yag sholih
dengan amal yang tidak sholih, antara rezki yang baik dengan yang tidak baik.
Barang siapa yang tidak diatas ilmu maka penilaiaannya pada suatu perkara akan tercampur atau
bahkan terbalik. Sehingga ia melakukan satu amalan yang dia sangka amalan yang shalih yang
bermanfaat, padahal sebenarnya adalah sebaliknya. Allah Ta’ala berfirman :

‫ص ْنعًا‬ َ ْ‫س ْعيُ ُه ْم فِي ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َو ُه ْم يَح‬


ُ َ‫سبُونَ أَنَّ ُه ْم يُحْ ِسنُون‬ َ َ‫( الَّذِين‬103) ‫س ِرينَ أ َ ْع َم ًاَل‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫( قُ ْل ه َْل نُن َِبئ ُ ُك ْم ِب ْاْل َ ْخ‬104)

(artinya) “Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang
paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”(Al
Kahfi : 103 – 104)

Karena tidak berilmu maka bisa saja bahkan sering kalinya dia mengira suatu rezki dan harta itu
baik dan bermanfaat padahal kalau ia berilmu maka ia akan tahu yang sebenarnya bahwa
ternyata rezeki itu adalah khobitsun dhorrun alias jelek dan berbahaya. -Na’udzubillah-
Demikianlah akibat kejahilan atau ketidaktahuan, bisa memutar dan membalik hakekat sesuatu.
Yang salah ia kata benar, yang keliru ia kira betul, yang haram ia sangka halal, yang lurus ia kata
bengkok sebaliknya yang bengkok dia kata lurus. Duhai semua bisa jadi rusak hancur binasa.
(ed.)

Maka tidak ada jalan bagi manusia untuk dapat membedakan antara yang bermanfaat dan yang
merugikan, antara yang baik dan yang buruk kecuali meski dengan Al ilmu An nafi’ (ilmu yang
bermanfaat ). Untuk itu maka banyak terdapat nash-nash Al Qur’an dan Al Hadits dan tersebar
dalil-dalilnya tentang anjuran dan dorongan bahkan perintah untuk Tholabul Ilmi (menuntut
ilmu). Adanya spirit untuk memperoleh ilmu dan adanya pula keterangan tentang keutamaan
orang yang menempuh upaya ‘ntuk mendapat ilmu.

ِ ‫( قُ ْل ه َْل يَ ْست َ ِوي الَّذِينَ يَ ْعلَ ُمونَ َوالَّذِينَ ََل يَ ْعلَ ُمونَ ِإنَّ َما يَتَذَ َّك ُر أُولُو ْاْل َ ْل َبا‬9)
‫ب‬

(artinya) “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” ( QS.
Az Zumar : 9 )

Bersambung …… InsyaAllah Ta’ala

(Lihat Fiqhul Ad’iyyah Wal Adzkar III/40 – 42 As Syaikh Abdur Razzaq Bin Abdil Muhsin Al
Badr )

You might also like