You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status gizi merupakan satu dari tiga faktor utama untuk
menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Status gizi
merupakan keadaan tubuh sebagai reaksi dari konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. (Almatsier, 2014). Masalah gizi akan timbul
jika antara asupan zat gizi yang dikonsumsi dengan kebutuhan gizi tidak
sesuai. Masalah gizi yang biasa timbul antara lain gizi kurang dan gizi
buruk. Gizi kurang terjadi jika asupan zat gizi lebih rendah dibanding
yang dibutuhkan, sedangkan gizi buruk terjadi jika asupan zat gizi
semakin rendah.
Masalah gizi buruk gan gizi kurang di Indonesia masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendekati prevalensi
tinggi. Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius menurut WHO
(2010) terjadi jika prevalensi gizi buruk dan gizi kurang 20,0-29,0
persen, dan dianggap prevalensi sangat tinggi jika >30 persen.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U <-2SD) meningkat dari 17,9
persen ditahun 2010 menjadi 19,6 persen ditahun 2013. Oleh karenanya
diperlukan penanganan khusus secara menyeluruh sebagai upaya
penanggulangan masalah tersebut.
Status gizi balita dapat diukur dengan indeks berat badan per
umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U) dan berat badan per tinggi
badan ( BB/TB). Hasil pengukuran status gizi (PSG) tahun 2016 dengan
indeks BB/U pada balita 0-59 bulan, mendapatkan persentase gizi buruk
sebesar 3,4%, gizi kurang sebesar 14,4% dan gizi lebih sebesar
1,5%. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil pengkuran status
gizi (PSG) 2015, yaitu gizi buruk sebesar 3,9%, gizi kurang sebesar 14,9%
dan gizi lebih sebesar 1,6% (KEMENKES RI, 2016). Menurut Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 prevalensi gizi kurang pada
balita di Jawa Tengah menempati peringkat ke 10 dari 33 provinsi di
Indonesia dengan persentase 19,6%. Jumlah Balita Gizi Buruk pada tahun
2015 ada 13 anak gizi buruk jumlah ini meningkat bila dibandingkan
tahun 2014 dilaporkan sebanyak 10 anak gizi buruk, sedangkan pada tahun
2013 ada 12 anak gizi buruk dan untuk tahun 2012 dilaporkan ada
sebanyak 12 anak dan semuanya mendapatkan intervensi penanganan
(Profil Dinkes Sukoharjo, 2015).

B. Rumusan masalah
Bagaimana upaya penanggulangan terhadap gizi buruk di Puskesmas
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun 2018 ?

C. Tujuan Penelitian
Menganalisis dan mencari solusi dari masalah penanggulangan gizi buruk
di Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian
1. Puskesmas
Mengetahui hasil analisis perbendingan antara data tahun 2016
hingga 2017 kejadian statusgiziburuk sehingga dapat menemukan
permasalahan yang medasari hingga mendapatkan solusi.
2. Masyarakat
Masyarakat terutama keluarrga dengan balita gizi buruk dapat
terbantu untuk menyelesaikan masalah gizi anaknya.
3. Mahasiswa
Dapat mengasah tentang analasis data dan penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat.
Modisco

1. Definisi
Modisco (modification dried skim cotton oil) merupakan minuman
tinggi kalori yang terdiri dari susu, gula dan mentega yang dapat
digunakan untuk mengatasi defisiensi/kekurangan energi protein (Lahdji,
2016).
2. Formula Modisco
Modisci ½ Modisco I Modisco II Modisco III
Nilai gizi dalam Nilai gizi dalam Nilai gizi dalam
Nilai gizi dalam
100cc cairan 100cc cairan 100cc cairan
100cc cairan
Energi 100 Kkal Energi 100 Kkal Energi 130 Kkal
Energi 80 Kkal
Protein 3,5gr Protein 3,5gr Protein 3,5gr
Protein 3,5gr
Lemak 3,5gr Lemak 4gr Lemak 7,5gr
Lemak 2,5gr
Bahan: Bahan: Bahan:
Bahan:
Susu skim 10gr Susu skim 10gr Full cream 12 gr
Susu skim 10gr
(1,25 sendok
(1 sendok
makan) atau
makan)
susu segar 100gr
(0,5 gelas)
Gula pasir 5gr Gula pasir 5gr Gula pasir 7,5gr
Gula pasir 5gr
Minyak kelapa Margarine 5gr Minyak kelapa
Minyak kelapa
5gr 5gr
2,5gr

(Lahdji, 2016).

You might also like