You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga neragarnya memilih satu dari 5
agama resmi di Indonesia. Namun tetap berpatokan dan berpedoman pada pasal 29 ayat 1 dan 2.
Kerukunan antar umat beragama di Indonesia dinilai masih banyak menyisakan masalah. Kasus-
kasus yang muncul terkait masalah kerukunan beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas.
Kasus Ambon, Kupang, Poso, forum-forum islam ekstrimis dan pertempuran bali nuraga di
Lampung menyisakan masalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan
memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat
tentang kerukunan atar umat beragama perlu ditinjau ulang. Kerukunan beragama di tengah
keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia.
Oleh karena itu kerukunan umat beragama harus tetap dipelihara dan didalami dengan
memahami beberapa elemen – elemen penunjangnya seperti pedoman kerukunan umat
beragama, mengetahui implementasi kerukunan umat beragama dalam kehidupan sehari-hari,
serta yang lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu.
1. Mengapa agama merupakan rakhmat bagi manusia ?
2. Bagaimana pedoman kerukunan umat beragama dalam perspektif hindu ?
3. Apa peran tokoh agama dalam mewujudkan kerukunan umat beragama ?
4. Bagaimana implementasi kerukunan umat beragama dalam kehidupan sehari-hari ?
1.3 Tujuan
Tujuan pada makalah Kerukunan Umat Beragama adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui maksud dari agama merupakan rakhmat bagi manusia
2. Mengetahui pedoman kerukunan umat beragama dalam perspektif hindu
3. Mengetahui peran tokoh agama dalam mewujudkan kerukunan umat beragama
4. Mengetahui implementasi kerukunan umat beragama dalam kehidupan sehari-hari

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Agama Merupakan Rakhmat Bagi Manusia


Semua umat beragama meyakini ajaran agama yang dipeluknya itu berasal dari Tuhan
Yang Maha Esa. Demikian pula umat Hindu meyakini Kitab Suci Veda sebagai himpunan
Wahyu Tuhan Yang Maha Esa (Divine Origin) disamping kitab – kitab lain yang merupakan
tafsir atau member penjelasan terhadap kitab suci Veda. Di dalam kitab suci Veda kita
menemukan banyak sabda Tuhan Yang Maha Esa yang mengamanatkan untuk menumbuh
kembangkan kerukunan umat beragama, toleransi, solidaritas, dan penghargaan terhadap sesama
manusia dengan tidak membedakan tentang keimanan yang dianutnya. Salah satu sabda Tuhan
yang bisa saya kutip, yaitu.
“Wahai umat manusia! Milikilah perhatian yang sama. Tumbuhkanlah saling pengertian diantara
kamu. Dengan demikian Engkau dapat mewujudkuan kerukunan dan kesatuan”(Rgveda X.191.2)
Di dunia, Hinduisme dapat disebut sebagai contoh pertama Agama misionaris. Hanya
saja sifat misionarisnya berbeda dengan yang diasosiasikan dengan kepercayaan-kepercayaan
yang menarik orang-orang untuk masuk dan menjadi pemeluk. Hinduisme tidak mengangap
sebagai panggilan untuk membawa manusia kepada suatu kepercayaan. Sebab yang
diperhitungkan adalah perbuatan dan bukan kepercayaan (Radhakrdhnan, 2002.36). Demikian
pula halnya dengan fanatisme buta yang hanya didasarkan kepada solidaritas dari suatu
komunitas atas sesuatu yang sangat diyakini tanpa pembuktian yang memadai, , apalagi
ditunjang oleh dogma-dogma kaku yang sengaja diciptakan untuk kepentingan golongan tertentu
sehinggga akhirnya membatasi setiap gerak dan penalaran yang cenderung mudsh deksli memicu
terjadinya gesekan dan benturan kepentingan kecil di suatu pihak lainnya.
“Saling menolong dan tidak bermusuhan”, ”Berbaur dan tidak menghancurkan”,
“Harmoni, damai, serta tidak berselisih” merupakan sedikit penggalan dari Svami Vivekananda
yang dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kerukunan hidup antar umat beragama dewasa
ini untuk bersama-sama membangun masa depan bersama.

2
2.2 Pedoman Kerukunan Umat Beragama Dalam Perspektif Hindu
Agama merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar dan sangat sensitif
sehingga perlu mendapat kebebasan memilih dan memeluk agamanya masing-masing tanpa
mendapat paksaan dari siapapun. Interaksi antara masyarakat yang berbeda agama perlu dibina
serta ditangani secara arif dan bijaksana agar tidak menimbulkan rasa ketersinggungan pemeluk
agama yang satu dengan yang lainnya yang berbeda cara pelaksanaannya walaupun mempunyai
tujuan yang sama yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan kemoksaan di akhirat.
Salah satu cara untuk merukunkan sesama umat beragama adalah dengan jalan
musyawarah secara dialogis dan bertanggung jawab atas segala ucapan yang diikuti dengan
tindakan yang konsekwen dan konsisten guna menghindari timbulnya permasalahan yang
menjadi penyebab retaknya persatuan dan kesatuan bangsa. Demikian juga halnya senantiasa
perlu dijaga dan dikembangkan kerjasama dan saling hormat menghormati sesama umat
beragama.
Lembaga yang bertugas untuk mengatur tata kehidupan beragama dalam sistem kehidupan
berbangsa dan bernegara tidak hanya diserahkan kepada instansi dan lembaga yang formal saja
melainkan seluruh masyarakat luas termasuk semua komponen bangsa harus bertanggung jawab
untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan terhadap kerawanan-kerawanan yang timbul
sebagai akibat pergaulan sesama umat beragama.
A. Butir – butir Kerukunan
Dalam ajaran Hindu dikenal adanya butir-butir kerukunan sebagai berikut : Tri Hita
Karana, Tri Kaya Parisudha dan Tat Twam Asi.
 Tri Hita Karana
Secara harfiah Tri Hita Karana dapat diartikan tiga penyebab kebahagiaan. (tri artinya
tiga, hita artinya kebahagiaan, dan karana artinya penyebab).
Unsur-unsur Tri Hita Karana adalah :
a) Parhyangan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan
Yang Maha Esa.
b) Pawongan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara sesama manusia sehingga
tercipta keselarasan, keserasian dan keseimbangan.

3
c) Palemahan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam
lingkungannya.
Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan karena merupakan penyebab yang
satu dengan yang lainnya berjalan secara bersamaan dalam kehidupan manusia
sehari-hari.
Manusia senantiasa ingat akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa,
senantiasa taqwa kepada Tuhan, senantiasa mohon keselamatan dan senantiasa pula
tidak lupa memohon ampun atas segala kesalahan yang diperbuat baik kesalahan
dalam berpikir, berkata maupun kesalahan dalam perbuatan yang nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
 Tri Kaya Parisudha
Secara arti kata Tri Kaya Parisudha dapat diterjemahkan prilaku yang suci. (tri artinya
tiga, kaya artinya prilaku, parisudha artinya semuanya suci).
Unsur-unsur Tri Kaya Parisudha adalah :
a) Manacika Parisudha, yaitu berpikir yang suci, baik dan benar.
b) Wacika Parisudha, yaitu berkata yang suci, baik dan benar.
c) Kayika Parisudha, yaitu berbuat yang suci, baik dan benar.
Dalam ajaran Agama Hindu, Tri Kaya Parisudha merupakan suatu etika sopan santun
dan budi pekerti yang luhur yang harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-
hari untuk menghindari adanya rasa kurang menghormati harkat dan martabat
manusia yang dapat menimbulkan kemarahan dan rasa dendam yang berkepanjangan
di antara sesama manusia.
 Tat Twam Asi
Apabila diterjemahkan secara artikulasi Tat Twam Asi berarti Itu adalah Kamu atau
Kamu adalah Itu.
Dalam pergaulan hidup sehari-hari hendaknya manusia senantiasa berpedoman
kepada Tat Twam Asi, sehingga tidak mudah melaksanakan perbuatan yang dapat
menyinggung perasaan bahkan dapat menyakiti hati orang lain dan pada akhirnya
menimbulkan rasa iri hati dan benci.
Tat Twam Asi menjurus kepada Tepa Selira atau Tenggang Rasa yang dapat
menuntun sikap dan prilaku manusia senantiasa tidak melaksanakan perbuatan yang

4
dapat menimbulkan sakit hati sehingga terjadi perpecahan dan permusuhan.
Oleh karena itu janganlah suka menyakiti hati orang lain karena pada hakikatnya apa
yang dirasakan oleh orang lain seyogyanya kita rasakan juga. Jikalau kita memukul
orang akan dirasakan sakit lalu bagaimana kalau kita dipukul orang lain pasti akan
sakit pula. Marilah kita membiasakan diri untuk senantiasa menaruh rasa simpati
kepada orang lain sehingga tidak pernah terlintas dalam hati untuk berbuat yang dapat
menyakiti orang lain, vasudeva kuthumbhakam : kita semua bersaudara.
“Salahkanlah diri sendiri terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang”.
“Senantiasalah mengoreksi diri sebelum mengoreksi orang lain”.
Untuk mendapat gambaran lebih lanjut di bawah ini akan disampaikan beberapa sloka
Kerukunan yang terdapat dalam Kitab Suci Agama Hindu sebagai berikut :
a) Sam Gacchadhvan Sam Vadadhvam, Sam Vo Manamsi Janatam, Deva Bhagam
Yatha Purvo, Sanjanano Upasate (Rg Veda X.191.2)
o Berkumpul-kumpullah, bermusyawarahlah, Satu sama lain satukanlah semua
pikiranmu, Dewa pada jaman dulu, Senantiasa dapat bersatu.
b) Samani Va Akutih, Samana Hrdayani Vah, Samana Astu Vo Mano, Yatha Va
Susahasati, (Rg Veda X.191.4)
o Samalah hendaknya tujuanmu, Samalah hendaknya hatimu, Samalah
hendaknya pikiranmu, Semoga semua hidup bahagia bersama.

2.3 Peran Tokoh Agama Dalam Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama

Peranan dan fungsi Tokoh Umat Beragama yang meliputi pemeliharaan kedamaian,
rukun dalam masyarakat, taat hukum dan perundang-undangan yang berkaitan dengan kerukunan
umat beragama, serta pelayanan kepada umat dilakukan oleh para Tokoh Agama dalam Lembaga
keumatan selaku partner negara bersama seluruh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.

Manusia dalam penokohannya atau ditokohkan adalah makhluk religius yang artinya
makhluk yang sadar akan dirinya sebagai yang berada di dalam keterkaitan. Bentuk kongkrit
pengungkapan religius tentu sangat ditentukan oleh pengakuan dasar (iman) terhadap seseorang
terhadap siapa sang pencipta itu sesuai dengan apa yang dihayati sebagai yang benar, oleh

5
karena itu menjamin dan menghormati hak dan kebebasan orang lain untuk memeluk
kepercayaan merupakan landasan dalam membangun kerukunan umat beragama.

Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam
pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat


beragama, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Dalam hidup berbangsa dan bernegara yang
majemuk, terdiri dari suku agama dan latar belakang kebudayaan yang berbeda sangatlah perlu
untuk mengingatkan di masing-masing bahwa kecuali kepentingan pembangunan kita sendiri
baik berupa aku, keluargaku, sukuku, partaiku, golonganku dan yang lain-lain yang diikuti ku
ada juga kepentingan orang lain yang juga ingin berbahagia dan mencapai tujuan seperti
golongan kita.

Kita juga mengenal adanya Tri Kerukunan Umat Beragama yaitu :

1. Kerukunan Inter Umat Beragama


2. Kerukunan Antar Umat Beragama
3. Kerukunan Antar Umat Beragama dengan Pemerintah

Dari Tri Kerukunan Umat Beragama yang paling penting diwujudkan adalah kerukunan
antar umat beragama karena kalau kurang mendapat pembinaan dan pencerahan maka kerukunan
akan berkurang bahkan sebaliknya akan dapat mengakibatkan adanya perpecahan yang
merugikan persatuan dan kesatuan bangsa. Namun ada sebuah ungkapan kami di FKUB Bali :
‘Kerukunan antar umat beragama memang sulit akan tetapi Kerukunan intern umat beragama
jangan dianggap lebih gampang’. Fakta lapangan menunjukkan banyak terjadi konflik-konflik
yang diakibatkan ke disharmonian hubungan intern umat beragama itu sendiri.

Ada beberapa hal yang bisa dijalankan agar pemikiran setiap umat beragama mampu
mempunyai bhudhi yang luhur untuk mewujudkan kerukunan umat beragama.

6
a. Pertama tokoh agama membangun pendidikan formal dan informal yang didukung oleh
sistem pengajaran yang membuat anak didik menjadi seorang fanatik luas terhadap
agamanya serta memahami makna dari kerukunan.
b. Kedua, tokoh agama mampu menyampaikan misi ajaran dengan baik dan benar, artinya
bisa menerangkan ajaran agama yang isinya mampu menyejukan dan membuat prilaku
umat beragama semakin penuh kedamaian dalam berinteraksi sesama umat sehingga
tidak memicu pergesekan antar umat beragama.
c. Ketiga, pemerintah memberikan dorongan sepenuhnya kepada perjalanan institusi/tokoh
agama lembaga agama dengan tidak memihak pada kelompok tertentu yang
menguntungkan dirinya dan merugikan umat. Dengan ini kerukunan umat beragama
dapat diwujudkan sebagaimana mestinya.
d. Keempat, tokoh agama mampu dijadikan contoh oleh umatnya di dalam bertindak
maupun berbicara.
e. Kelima, tokoh agama di dalam ceramahnya tidak memanas-manasi umatnya. Hal ini
sangat berperan besar dalam pemahaman kerukunan antar umat.
f. Keenam, tokoh agama mampu menanamkan perbedaan ajaran agama dalam kebersamaan
namun tetap tercipta keharmonisan dan keselarasan.
g. Ketujuh, tokoh agama mampu memelihara dan membangun simpul-simpul atau wadah
kerukunan beragama, baik dalam bentuk tradisi/budaya yang sudah ada di dalam wilayah
yang campuran.
h. Kedelapan, tokoh agama mampu memberikan pemahaman bahwa agama adalah alat
untuk mencapai Tuhan. Jadi apa salahnya membina kerukan sedini mungkin.

2.4 Implementasi Kerukunan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Kerukunan Umat Beragam dapaat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari


dengan cara berikut.

1. Dialog Antar Pemeluk Agama


Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara tipikal
hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan pertarungan. Karena itulah
dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang

7
berpusat pada politik yang kemudian disebut sebagai “sejarah konvensional”
dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang kehidupan sosial-budaya lainnya,
sehingga memunculkan apa yang disebut sebagai “sejarah baru” (new history). Sejarah
model mutakhir ini lazim disebut sebagai “sejarah sosial” (social history) sebagai
bandingan dari “sejarah politik” (political history). Penerapan sejarah sosial dalam
perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan dapat
mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang
politik, yang sangat boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang
pada gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence) di
antara para pemeluk agama yang berbeda.Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen
dan Islam (dan juga agama-agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang.
Sejalan dengan peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi,
kita akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas yang
tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu komunitas
umat beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan komunitas umat-umat
beragama lainnya.
2. Bersikap Optimis
Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukan suatu upaya-
upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup umat beragama secara lebih baik
dalam bentuk :
 Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar
umat beragama dengan pemerintah.
 Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong
dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi
dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka memantapkan
pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi
pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari
seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman
bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu

8
sama lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan
yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan
penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara
menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta
suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat,
oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomen
kehidupan beragama.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan makalah ini, dapat ditarik 4
kesimpulan, yaitu.
1. Semua umat beragama meyakini ajaran agama yang dipeluknya itu berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan rakhmat bagi manusia. Demikian pula umat
Hindu meyakini Kitab Suci Veda sebagai himpunan Wahyu Tuhan Yang Maha Esa
(Divine Origin) disamping kitab – kitab lain yang merupakan tafsir atau member
penjelasan terhadap kitab suci Veda. Salah satu sabda Tuhan yang bisa saya kutip,
yaitu.
“Wahai umat manusia! Milikilah perhatian yang sama. Tumbuhkanlah saling
pengertian diantara kamu. Dengan demikian Engkau dapat mewujudkuan
kerukunan dan kesatuan”(Rgveda X.191.2)

2. Pedoman kerukunan umat beragama dalam perspektif hindu terkandung dalam butir-
butir kerukunan, yaitu.
 Tri Hita Karana
Artinya tiga penyebab kebahagiaan. (tri artinya tiga, hita artinya kebahagiaan, dan
karana artinya penyebab).
Unsur-unsur Tri Hita Karana adalah :
a. Parhyangan
b. Pawongan
c. Palemahan
 Tri Kaya Parisudha
Tri artinya tiga, kaya artinya prilaku, parisudha artinya semuanya suci.
Unsur-unsur Tri Kaya Parisudha adalah :
a. Manacika Parisudha
b. Wacika Parisudha
c. Kayika Parisudha

10
 Tat Twam Asi
Apabila diterjemahkan secara artikulasi Tat Twam Asi berarti Itu adalah Kamu
atau Kamu adalah Itu.
Dalam pergaulan hidup sehari-hari hendaknya manusia senantiasa berpedoman
kepada Tat Twam Asi, sehingga tidak mudah melaksanakan perbuatan yang dapat
menyinggung perasaan bahkan dapat menyakiti hati orang lain dan pada akhirnya
menimbulkan rasa iri hati dan benci.

3. Peran Tokoh Agama Dalam Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama :


a. Pertama tokoh agama membangun pendidikan formal dan informal yang
didukung oleh sistem pengajaran yang membuat anak didik menjadi seorang
fanatik luas terhadap agamanya serta memahami makna dari kerukunan.
b. Kedua, tokoh agama mampu menyampaikan misi ajaran dengan baik dan benar.
c. Ketiga, pemerintah memberikan dorongan sepenuhnya kepada perjalanan
institusi/tokoh agama lembaga agama dengan tidak memihak pada kelompok
tertentu yang menguntungkan dirinya dan merugikan umat.
d. bertindak maupun berbicara.
e. Kelima, tokoh agama di dalam ceramahnya tidak memanas-manasi umatnya.
f. Keenam, tokoh agama mampu menanamkan perbedaan ajaran agama dalam
kebersamaan namun tetap tercipta keharmonisan dan keselarasan.
g. Ketujuh, tokoh agama mampu memelihara dan membangun simpul-simpul atau
wadah kerukunan beragama, baik dalam bentuk tradisi/budaya yang sudah ada di
dalam wilayah yang campuran.
h. Kedelapan, tokoh agama mampu memberikan pemahaman bahwa agama adalah
alat untuk mencapai Tuhan.

4. Kerukunan Umat Beragam dapaat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari


dengan cara berikut.
a. Dialog Antar Pemeluk Agama
b. Bersikap Optimis
c. Menciptakan Suasana Kondusif

11
d. Melakukan Eksplorasi
e. Memperdalam Nilai-nilai Spiritual
f. Menempatkan Cinta dan Kasih
g. Menyadari Perbedaan

12
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen Agama Hindu Unud.2009.”Pendidikan Agama Hindu Di Perguruan


Tinggi”.Denpasar.Udayana University Press.
Departemen Agama RI.1996.”Kebijakan Departemen Agama dari Masa Ke Masa, Dalam Kurun
Setengah Abad”.Jakarta.Badan Litbang Keagamaan Depag.
https://ibgwiyana.wordpress.com/2012/04/03/47/
http://majalahhinduraditya.blogspot.co.id/2012/07/kerukunan-umat-beragama-dalam.html
http://meidythania.blogspot.co.id/2014/10/membangun-kerukunan-beragama-dalam.html

13

You might also like