You are on page 1of 12

MAKALAH

TUJUAN DAKWAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Dakwah

Dosen Pengampu :

Yaseer Lubis. Lc, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok III :

1. Yuni Ardianti Astuti (211220058)


2. Javed Alfaris (211220041)
3. Ali Akbar Jailani Lestaluhu ( 211220071 )

FAKULTAS DAKWAH

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA

2022/2023
KATA PENGHANTAR

Alhamdulillah puji serta syukur kehadirat Allah SWT. atas segala curahan Hidayah dan
Taufiq serta Rahman dan Rahim-Nya kepada kita semua dalam menjalani aktifitas keseharian,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Tujuan Dakwah”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Dakwah. Selain itu makalah ini bertujuan
menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang tujuan dalam berdakwah.

Tak lupa pula, Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang mengajarkan kepada kita segala sendi-sendi kehidupan dalam
peradaban Islam yang penuh dengan kemuliaan dan amal sholeh.

Kami mengucapkan Terima Kasih kepada Ustadz Yaseer Lubis Lc selaku dosen
pengampu mata kuliah Hadits Dakwah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 28 September 2022


1DAFTAR ISI

JUDUL i

KATA PENGHANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II 2

PEMBAHASAN 2

A. Tujuan Dakwah 2

B. Hadits Tentang Tujuan Dakawh 7

BAB III 11

PENUTUP 11

A. Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang dakwah, kita sebagai ummat muslim diharuskan Memahami esensi dari
makna dakwah itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan
solusi islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan, Inilah yang membuat kegiatan atau
aktivitas dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa keterpanggilan
untuk menyebarkan nilai-nilai islam. Oleh karena itu aktivitas dakwah memang harus berangkat
dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang perorang dengan kemampuan minimal dari
siapa saja yang dapat melakukan dakwah.

Begitu sempurnanya agama islam, karna semua telah diatur dan tersurat dalam Al Qur’an
dan hadits. Perihal dakwah sudah tentu didasarkan pada Al Qur’an dan hadits dan rujukan
rujukan yang lain, karna itu perlunya kami untuk menjelaskan tujuan dari dakwah itu sendiri,
guna terpahami hakikat dakwah bagi semua kalangan. Dakwah adalah mendorong manusia agar
melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat ma’ruf dan mencegah
dan berbuat munkar, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dakwah juga diartikan
dengan penyampaian ajaran agama Islam yang tujuannya agar orang tersebut melaksanakan
ajaran agama dengan sepenuh hati.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dakwah?
2. Apa saja hadits tentang tujuan dakwah?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui tujuan dakwah


2. Untuk mengetahui hadist tentang tujuan dakwah.

1
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), hlm. 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah secara umum adalah mengajak manusia untuk berbuat yang ma’ruf dan
mencegah kemungkaran. Dakwah bertujuan untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan individu
dan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera yang dinaungi oleh kebahagiaan baik jasmani
maupun rohani, dalam pancaran sinar agama Allah dengan mengharap ridha-Nya. Karena
sejatinya dakwah itu untuk mengajak manusia ke jalan yang di ridhoi-Nya. Berdakwah termasuk
ibadah yang utama dan besar pahalanya. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang shaleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?" (Terj. QS. Fushshilat: 33)

Syaikh As Sa'diy berkata tentang ayat ini, "Ini merupakan pertanyaan yang mengandung
penafian yang tetap, yaitu tidak ada seorang pun yang lebih baik perkataannya; maksudnya
ucapan, jalan dan keadaannya, dibanding orang yang mengajak manusia kepada Allah, dengan
mengajarkan orang yang tidak tahu, menasehati orang yang lalai dan berpaling, mendebat orang
yang batil dengan menyuruh beribadah kepada Allah dengan berbagai macamnya, mendorong
untuk itu serta memperbaiki ibadah tersebut sesuai kemampuan, dan melarang orang lain dari
mengerjakan larangan Allah, memunjukkan keburukan perbuatan tersebut dengan berbagai cara
agar dapat ditinggalkan. Yang lebih khusus lagi adalah mengajak manusia ke dalam agama
Islam, memperbaiki citranya dan membantah musuh-musuh Islam dengan cara yang baik,
melarang kebalikannya berupa perbuatan kufur dan syirk, beramr ma'ruf dan bernahi munkar.

Secara umum, Dr M. Quraish Syihab mengemukakan tujuan dakwah dalam melihat peran
intelektual muslim sebagai unsur kontrol sosial adalah sebagai berikut:2
1) Mempertebal dan memperkokoh iman kaum muslimin, sehingga tidak tergoyahkan oleh
pengaruh-pengaruh negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau paham-
paham yang membahayakan negara, bangsa dan agama.

2
Amin Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Amzah, Jakarta, 2009), hlm. 65
2) Meningkatkan tata kehidupan umat dalam arti yang luas dengan mengubah dan medorong
mereka untuk menyadari bahwa agama meajibkan meraka untuk berusaha menjadikan hari
esok lebih cerah dari hari ini.
3) Meningkatkan pembinaan akhlak umat Islam, sehingga memeliki sikap dan perilaku yang
baik dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara.

Tujuan dakwah menurut Masyhur Amin, dibagi menjadi dua bagian yakni tujuan dari
segi obyeknya dan tujuan dari segi materinya.3

a. Tujuan dakwah dari segi obyeknya

1) Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat,
perilakunya sesuai dengan hukum-hukum yang disyari’atkan Allah SWT dan
berakhlakul karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia menjadi muslim
secara tuntas, dari ujung rambut sampai kedua telapak kakinya,sebagaimana
diperintahkan Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208 )
2) Tujuan untuk keluarga, yakni terbentuknya keluarga bahagia penuh ketentraman dan
cinta kasih antara anggota keluarga. Allah berfirman:
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Rum: 21)
3) Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat yang sejahtera yang penuh
dengan suasana ke-Islaman. Suatu masyarakat di mana anggotanya mematuhi peraturan-
peraturan yang telah disyari’atkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan dengan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya, saling bantu membantu, penuh rasa
persaudaraan. Nabi Muhammad menggambarkan Islam sebagai berikut:
“Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling berbelas
kasih dan saling mempunyai kesamaan rasa (diantara) mereka adalah seperti satu tubuh.
3
Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Pers, 1997), hlm. 15.
Apabila salah satu anggotanya merasa sakit maka seluruh anggota badannya ikut
merasakan tidak tidur dan merasa demam panas.” (HR. Bukhari)
4) Tujuan untuk seluruh umat manusia, yaitu terbentuknya masyarakat dunia yang penuh
dengan kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya dunia tanpa diskriminasi dan
ekploitasi, saling tolong-menolong, dan menghormati. Demikian, keseluruhan umat
manusia dapat menikmati islam sebagai rahmat bagi mereka. Allah berfirman dalam Al-
Qur’an: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (Qs. Al-Anbiya: 107)

b. Tujuan dakwah dari segi materinya

1) Tujuan akidah, yaitu tentramnya suatu akidah yang mantap di setiap hati seseorang,
sehingga keyakinan-keyakinan tentang ajaran-ajaran Islam tidak lagi dicampuri dengan
keraguan. Realisasi dari tujuan dakwah ini ialah bagi orang yang belum beriman agar
menjadi beriman, bagi orang yang imannya karena melalui bukti-bukti nakhli dan dalil
akli, bagi orang yang imannya masih diliputi dengan keraguan menjadi orang yang
imannya mantap sepenuh hati.
2) Tujuan hukum, yaitu kepatuhan setiap orang kepada hukum-hukum yang disyari atkan
oleh Allah SWT. Realisasi tujuan dakwah ini ialah orang yang belum melakukan ibadah
menjadi orang yang mau melakukan ibadah dengan penuh kesadaran, bagi orang yang
belum mematuhi peraturan-peraturan agama Islam menjadi orang yang mau mematuhi
peraturan dengan kesadarannya sendiri.
3) Tujuan akhlak, yaitu terbentuknya muslim yang berbudi luhur dihiasi dengan sifat sifat
yang terpuji dan bersih dari sifat yang tercela.

B. Hadits Tentang Tujuan Dakwah


Di samping ayat ayat Al-Qur‘an, banyak pula hadits mengenai dasar berdakwah.
Rasulullah sendiripun sebagai pembawa risalah dan hamba Allah yang ditunjukkan sebagai
utusan Allah,Rasulullah Saw. telah bersabda kepada umatnya untuk berusaha dalam bidang
dakwah.

1). Hadits Pertama


Sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim yang berbunyi

‫َم ْن َر َأى ِم ْنُك ْم ُم ْنَك ًرا َفْلُيَغِّيْر ُه ِبَيِدِه َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َفِبِلَس اِنِه َفِإْن َلْم َيْسَتِط ْع َفِبَقْلِبِه َو َذ ِلَك َأْض َع ُف‬
)‫ومسلم‬ ‫( رواه البخارى‬. ‫اِإْل يَم اِن‬
Artinya:
“Barang siapa melihat di antara kamu satu kemumgkaran, maka hendaklah mencegahnya
dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, dan jika tidak bisa maka dengan
batinnya. Dan demkian itu merupakan yang paling lemah.“ (Riwayat Bukhari Muslim).

: Keterangan

Hadits ini menunjukkan bahwa perintah kepada umat Islam untuk mengadakan dakwah
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Selemah lemahnya keadaan seseorang, setidak
tidaknya ia tetap berkewajiban menolak kemungkaran dengan hatinya, kalau masih ia dianggap
Allah sebagai orang yang masih memiliki iman, penolakan kemungkaran dengan hati tempat
bertahan yang minimal, setidaknya ia telah bersaksi pada hatinya bahwa perbuatan itu telah salah
atau mungkar.

2) Hadits Kedua

Rasulullah saw. bersabda:

‫ َم ا ِم ْن َر ُج ٍل َيُك وُن ِفي َقْو ٍم ُيْع َم ُل ِفيِهْم ِباْلَم َع اِص ي‬: ‫َقاَل َر ُسول ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫َيْقِد ُروَن َع َلى َأْن ُيَغِّيُروا َع َلْيِه َفاَل ُيَغِّيُروا ِإاَّل َأَص اَبُهْم ُهَّللا ِبَع َذ اٍب ِم ْن َقْبِل َأْن َيُم وُتوا‬
“Tidaklah seorang laki-laki berada pada sebuah kaum yang di dalamnya dilakukan suatu
kemaksiatan, mereka mampu mengubah kemaksiatan tersebut lalu tidak melakukannya, maka
Allah akan menimpakan siksa kepada mereka sebelum mereka meninggal.” (HR. Abu Dawud
dari Jarir, hadits no. 3776).4

Keterangan :

Ma’shiyat adalah perkataan, perbuatan dan perilaku durhaka yang mencerminkan


ketidaktaatan hamba kepada Tuhannya. Termasuk dalam ma’shiyat adalah perilaku kekafiran,
kemusyrikan, keengganan melakukan perintah-Nya, dan perbuatan yang melanggar larangan-
Nya. Bila dalam suatu masyarakat ada perilaku ke-ma’shiyat-an tersebut, padahal ada orang yang
sanggup dan mampu mengubahnya, tetapi ia tidak melakukannya, maka Allah akan menimpakan
siksa kepada orang tersebut sebelum ia meninggal dunia.

Ibnu katsir didalam menafsirkan surat al-imran ayat 104 berkata : Maksud ayat ini yaitu
harus ada sekelompok dari umat ini yang melakukan tugas dakwah, meskipun sebenarnya
dakwah itu merupakan kewajiban bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya.” (Tafsir
Ibnu Katsir: 1/361)5

3). Hadits Ketiga


Nabi Saw Bersabda :

‫َح َّد َثَنا ُقَتْيَبُة َح َّد َثَنا َع ْبُد اْلَع ِز يِز ْبُن ُم َحَّمٍد َع ْن َع ْم ِر و ْبِن َأِبي َع ْم ٍر و َع ْن َع ْبِد ِهَّللا اَأْلْنَص اِر ِّي َع ْن‬
‫ُح َذ ْيَفَة ْبِن اْلَيَم اِن َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َو اَّلِذ ي َنْفِس ي ِبَيِدِه َلَتْأُم ُر َّن ِباْلَم ْعُروِف َو َلَتْنَهُو َّن‬
‫َع ْن اْلُم ْنَك ِر َأْو َلُيوِش َكَّن ُهَّللا َأْن َيْبَع َث َع َلْيُك ْم ِع َقاًبا ِم ْنُه ُثَّم َتْدُعوَنُه َفاَل ُيْسَتَج اُب َلُك ْم َقاَل َأُبو ِع يَس ى‬
‫َهَذ ا َح ِد يٌث َح َس ٌن َح َّد َثَنا َع ِلُّي ْبُن ُحْج ٍر َأْخ َبَر َنا ِإْس َم ِع يُل ْبُن َج ْع َفٍر َع ْن َع ْم ِر و ْبِن َأِبي َع ْم ٍر و ِبَهَذ ا‬
‫اِإْل ْسَناِد َنْح َوُه‬

Artinya :

4
Kiab Musnad Abi Daud 11:414
5
Tafsir Ibnu Katsir: 1/361
“Demi Dzat Yang jiwaku ada di dalam genggaman tanganNya, sungguh kalian melakukan amar
makruf nahi ‘anil mungkar, atau Allah pasti akan menimpakan siksa; kemudian kalian berdoa
memohon kepada Allah, dan doa itu tidak dikabulkan untuk kalian.” [HR. Turmudziy, Abu ‘Isa
berkata, hadits ini hasan]

Keterangan:
Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar adalah dua hal yang saling berpaut yang menjadi
kewajiban bagi seorang muslim. Siapapun kita, maka harus berusaha sekuat tenaga dengan
segala upaya untuk mencegah kezhaliman. Dalam banyak kesempatan, akan kita temukan orang-
orang yang masih belum tahu akan kebenaran. tugas kita, ialah mendakwahi dengan
menyampaikan kebenaran. Kemudian, mengajak untuk bersama sama melakukan kebaikan
tersebut. Nahi Munkar ialah mencegah dari keburukan. Ada orang yang berbuat buruk karena ia
tidak tahu, maka beritahukan bahwa apa yang dilakukannya merupakan perbuatan yang buruk.
Mencegah keburukan tidak boleh dengan keburukan pula. Melainkan harus disampaikan dengan
cara yang ihsan.

Jadi, Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih mengenai kewajiban dakwah
atas setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah swt mengancam siapa saja yang meninggalkan
dakwah Islam, atau berdiam diri terhadap kemaksiyatan dengan “tidak terkabulnya doa”.
Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah kemungkaran,
niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di masyarakat tersebut, baik ia ikut
berbuat maksiyat maupun tidak.
Kenyataan ini menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib,
bukan sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di dalam nash-nash yang
berbicara tentang dakwah datang dalam bentuk pasti. Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan
dakwah bersifat pasti adalah adanya siksa bagi siapa saja yang meninggalkan dakwah. Ini
menunjukkan bahwa hukum dakwah adalah wajib.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari materi yang di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan dakwah adalah membentuk pribadi
muslim yang mempunyai iman yang kuat terbentuknya ketentraman dalam kehidupan dan kasih
sayang sesama keluarga dan juga umat muslim. Kepatuhan terhadap hukum – hukum yang di
syari’atkan oleh Allah SWT, hingga terwujud nya kesejahteraan dan ketentraman.
Karena pada dasarnya dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul,
menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari
solusi bukan mencari simpati, membela bukan mencela.
Tidak akan rugi orang yang berdakwah di jalan Allah, karena sudah banyak bukti dan keutamaan
yang telah Allah siapkan bagi siapa saja yang ingin mengambil jalan dakwah di dalamnya. Tidak
hanya dijamin keselamatan akhirat saja, namun Allah berikan keberkahan rizki dalam kehidupan
di duninya. Dan pastinya jika dia melakukan dengan ikhlas maka pahala yang didapatkan
berlipat ganda.

DAFTAR PUSTAKA
Amin Samsul Munir, 2009. Ilmu Dakwah, Amzah,Jakarta.
Amin, masyhur. 1997. Dakwah islam dan pesan moral. Yogyakarta: Al-Amin Pers.
Ghazali M. Bahri, 1997. Dakwah Komunikatif, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Kiab Musnad Abi Daud 11:414


Tafsir Ibnu Katsir: 1/361

You might also like