You are on page 1of 15

MAKALAH ASWAJA

“PENTINGNYA BERMADZHAB”

DOSEN PENGAMPU : Lutfi Al Chakim, S.H.I., M.H.

DisusunOleh :

KELOMPOK 8

Abdur Ro’uf : 12310065

Badi’ Nguzzuhur : 12310063

M. Burhanudin : 12310064

M. RafliTaftazani : 12310066

M. Yahya : 12310067

PRODI PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Pentingnya Bermadzhab” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Aswaja. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna
bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

GROBOGAN, 05 Oktober 2023

i
DAFTARISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..........................................................................2

1.3 Tujuan penulis.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian madzhab.......................................................................3

2.2 Hukum mencampur aduk madzhab................................................3

2.3 Penjelasan pentingnya bermadzhab dalam islam………………….5

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

3.1 Kesimpulan......................................................................................8

3.2 Saran-Saran...................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................12

ii
***
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bermazhab itu sangat penting bagi orang beragama agar pemahaman
dan praktik agamanya benar. Karena bermazhab merupakan metode
untuk mengetahui hukum suatu peristiwa yang dihadapi dengan
merujuknya pada fiqih mazhab tertentu yang di anut atau upaya
penyimpulannya dilakukan berdasarkan ushul al-mazhab yang
diyakininya.

Karena banyaknya para sahabat nabi yang pindah tempat dan terpencar
ke negara yang baru, dengan demikian kesempatan untuk bertukar pikiran
atau bermusyawarah meemecahkan suatu masalah sulit dilaksanakan,
maka terjadilah banyak perbedaan pendapat antara para sahabat.

Qasim Abdul Azis Khosim menjelaskan bahwa factor-faktor yang


menyebabkan ikhtilaf di kalangan sahabat ada tiga yakni:

• Perbedaan sahabat dalam memahami nash -nash Qur’an.


• Perbedaan para sahabat disebabkan perbedaan riwayat.
• Perbedaan para sahabat disebabkan Karena ra’yu (Salah satu cara
umat islam untuk menetapkan suatu hukum dari permasalahan –
permasalahan kontemporer yang belum di dapati) .

Jalaludin juga menyatakan penyebab ikhtilaf (perbedaan pendapat) di


antara para sahabat adalah prosesdur perbedaan hukum untuk masalah-
masalah baru yang tidak terjadi pada zaman Rasulullah SWA, kemudian
dilanjutkan oleh Tabi’in-Tabi’in. Ijtihad para sahabat dan Tabi’in-Tabi’in
dijadikan suritauladan oleh generasi penerusnya yang tersebar di berbagai
daerah wilayah dan kekuasaan islam pada waktu itu.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan suatu pokok
masalah yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut:

1. Apa yang dimaksud madzhab?

2. Apakah boleh mencampur adukkan madzhab (Talfiq)?

3. Apa pentingnya berhadzhab dalam islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian madzhab.

2. Untuk mengetahui hukum talfiq.

3. Untuk mengetahui pentingnya bermadzhab dalam islam.

2
***

BAB II

2.1 PENGERTIAN MADZHAB


Arti mazhab secara bahasa adalah jalan yang dilalui dan dilewati.
Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut
menjadi ciri khasnya. Mazhab juga berarti metode dan kepercayaan yang
diikuti. Menurut para ulama bahwa mazhab adalah kumpulan pemikiran-
pemikiran, teori-teori ilmiah, dan filsafat yang saling berkaitan hingga
menjadi satu kesatuan yang utuh1.

Umar Sulaiman al-Asyqar (1998) menjelaskan bahwa mazhab adalah


metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian,
kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman
yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Wahbah ibn Musthafa Az-Zuhaili (1985) menjelaskan arti mazhab, bahwa


mazhab adalah hukum-hukum yang mencakup di dalamnya beragam
masalah. Diumpamakan dengan tempat pergi disebabkan jalan itu bisa
mengantarkan seseorang pada kehidupan, dan hukum-hukum tersebut
bisa mengantarkan seseorang menuju tempat kembali2.

Mazhab fikih dalam Islam cukup banyak, tapi yang sangat terkenal dan
masih mempunyai banyak pengikut hingga saat ini ada empat, yaitu
Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i, dan Mazhab Hambali.

2.2 HUKUM MENCAMPUR ADUK MADZHAB


Secara bahasa talfiq berarti melipat. Sedangkan yang dimaksud dengan
talfiq secara syar’i adalah mencampur-adukkan pendapat seorang ulama
dengan pendapat ulama lain, sehingga tidak seorang pun dari mereka
yang membenarkan perbuatan yang dilakukan tersebut.

(Mu’jam al-Wasīth, 2004).


1
2
(Fiqhu al-Islam. 1998).
3
Muhammad Amin al-Kurdi mengatakan:

( ‫الخامس) عدم التلفيق بأن اليلفق في قضية واحدة ابتداء والدوامابين قولين يتولدمنهماحقيقة اليقول‬
397 , ‫“ )بهاصاحبهما (تنويرالقلوب‬
(syarat kelima dari taqlid) adalah tidak talfiq, yaitu tidak mencampur antara
dua pendapat dalam satu qadliyah (masalah), baik sejak awal,
pertengahan dan seterusnya, yang nantinya, dari dua pendapat itu akan
menimbulkan satu amaliyah yang tak pernah dikatakan oleh orang
berpendapat3.”

Talfiq adalah melakukan suatu perbuatan atas dasar hukum yang


merupakan gabungan dua madzhab atau lebih. Contohnya sebagai
berikut:

a. Seseorang berwudlu menurut madzhab Syafi’I dengan mengusap


sebagian (kurang dari seperempat) kepala. Kemudian dia menyentuh kulit
wanita ajnabiyyah (bukan mahram-nya), dan langsung shalat dengan
mengikuti madzhab Hanafi yang mengatakan bahwa menyentuh wanita
ajnabiyyah tidak membatalkan wudlu.

Perbuatan ini disebut talfiq, karena menggabungkan pendapatnya Imam


Syafi’i dan Hanafi dalam masalah wudlu. Yang pada akhirnya, kedua
Imam tersebut sama-sama tidak mengakui bahwa gabungan itu
merupakan pendapatnya. Sebab, Imam Syafi’I membatalkan wudlu
seseorang yang menyentuh kulit lain jenis. Sementara Imam Hanafi tidak
mengesahkan wudlu seseorang yang hanya mengusap sebgaian kepala.

b. Seseorang berwudlu dengan mengusap sebagian kepala, atau tidak


menggosok anggota wudlu karena ikut madzhab imam Syafi’i. lalu dia
menyentuh anjing, karena ikut madzhab Imam Malik yang mengatakan
bahwa anjing adalah suci. Ketika dia shalat, maka kedua imam tersebut
tentu sama-sama akan membatalkannya. Sebab, menurut Imam Malik
wudlu itu harus dengan mengusap seluruh kepala dan juga dengan
menggosok anggota wudlu. Wudlu ala Imam Syafi’I, menurut Imam Malik
adalah tidak sah. Demikian juga anjing menurut Imam Syafi’I termasuk
najis mughallazhah (najis yang berat).

3(Tanwir al-Qulub, Hal 397)

4
Maka ketika menyentuh anjing lalu shalat, shalatnya tidak sah. Sebab
kedua imam itu tidak menganggap sah shalat yang dilakukan itu. Talfiq
semacam itu dilarang agama. Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab
I’anah al-Thalibin:

‫ويمتنع التلفيق في مسئلة كأن قلدمالكا في طهارة الكلب والشافعي في بعض الرأس في صالة‬
17 ‫ ص‬1 ‫ ج‬, ‫)واحدة (اعانة الطالبين‬
“talfiq dalam satu masalah itu dilarang, seperti ikut pada Imam Malik
dalam sucinya anjing dan ikut Imam Syafi’I dalam bolehnya mengusap
sebagian kepala untuk mengerjakan shalat4.”
Sedangkan tujuan pelarangan itu adalah agar tidak terjadi tatabbu’ al-
rukhash (mencari yang mudah), tidak memanjakan umat Islam untuk
mengambil yang ringan-ringan. Sehingga tidak akan timbul tala’ub (main-
main) di dalam hukum agama.

Atas dasar ini maka sebenarnya talfiq yang dimunculkan bukan untuk
mengekang kebebasan umat Islam untuk memilih madzhab. Bukan pula
untuk melestarikan sikap pembelaan dan fanaticme terhadap madzhab
tertentu. Sebab talfiq ini dimunculkan dalam rangka menjaga kebebasan
bermadzhab agar tidak disalah pahami oleh sebagian orang.

Untuk menghindari adanya talfiq yang dilarang ini, maka diperlukan


adanya suatu penetapan hukum dengan memilih salah satu madzhab dari
madzahib al-arba’ah yang relevan dengan kondisi dan situasi Indonesia.
Misalnya, dalam persoalan shalat (mulai dari syarat, rukun dan batalnya)
ikut madzhab Syafi’i. untuk persoalan social kemasyarakatan mengikuti
madzhab Hanafi.

Sebab, diakui atau tidak bahwa kondisi Indonesia mempunyai ciri khas
tersendiri. Tuntutan kemaslahatan yang ada berbeda dari satu tempat
dengan tempat lain.

2.3 PENJELASAN PENTINGNYA BERMADZHAB DALAM


ISLAM
Mazhab diambil dari bahasa Arab (‫ )ذهب‬yang berarti pergi. Mazhab bentuk
zaman dan makan dari asal kata (‫ )ذهب‬yang berarti tempat pergi. Mazhab
bisa diartikan tempat merujukkan seseorang dalam hal keagamaan.

4(I’anah al-Thalibin, juz 1, hal 17)

5
Banyak ulama memberikan pengertian yang cukup beragam. Seperti al-
Imam Taj al-Din al-Subki mengatakan:

… ،٢٠ ‫ ج‬،‫ (جمع الجوامع‬.‫ أرجع أو مساويا لغيره‬،‫التزام غير امجتهد مذهبا معينا يعتقده‬
١٢٣ ‫)ص‬
Artinya: Berpegang teguhnya selain mujtahid kepada mazhab tertentu
yang diyakininya lebih kuat atau setara dengan selainnya5.

Berikut alasan pentingnya bermazhab yang disepakti otoritasnya oleh


ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.

1.Karena perintah Allah untuk meniru jalan para nabi, syuhada, dan orang-
orang saleh yang lurus.

2.Karena Al-Quran dan hadits sebagai sumber agama Islam yang


membutuhkan banyak alat untuk memahaminya termasuk otoritas. Karena
seseorang tidak memiliki alat yang cukup untuk menggali dasar agama
dari kedua sumber itu, maka seseorang diperintahkan untuk bertanya dan
meniru pendapat orang-orang yang memiliki otoritas dan cukup alat untuk
itu.

ِ ‫س ْلنَا ِم ْن قَ ْبلِكَ ا اِال ِر َج ااال نُ ْو ِحى اِلَ ْي ِه ْم فَ ْسئَلُ ْوا اَ ْه َل‬


َ‫الذ ْك ِر ا ِْن ُك ْنت ُ ْم َالتَ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫َو َمآ اَ ْر‬
Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad)
melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui6.

( Jam’u al-Jawami’ Juz 20 Hal 123).


5
6
(QS. An-Nahl: 43).

6
3. Selama ulama sepakat menyarankan untuk bermazhab biar tidak
tersesat di dalam beragama. Imam al-Sya’rani mengutip dawuh Sayyid Ali
al-Khawwash ketika ditanya, ia menjawab.

‫ب َم َعي ٍان ْاْلنَ ه َْل ه ََو‬ِ ‫ع ِن الت ا َق ُّي ِد ِب َم ْذ َه‬


َ ُ‫سان‬َ ‫سأ َ َلهُ ِإ ْن‬ ُ ‫ي ْالخ اَو‬
َ ‫اص َر ِح َمهُ هللاُ ِإذَا‬ ُّ ‫ع ِل‬
َ ‫ِي‬ َ َ‫َكان‬
ْ ‫س ِيد‬
‫عي ِْن ال ا‬
‫ش ِري َع ِة‬ َ ‫ش ُهو ِد‬ُ ‫َصيل ِإلَى‬ ِ ‫ب َماد ُْمتَ لَم ت‬ ِ ‫علَيْكَ التَقَيُّد ِب َم ْذ َه‬ َ ‫ب‬ ُ ‫ َيقُ ْو ُل لَهُ َي ِج‬،‫وال‬
َ َ‫ب ا‬ُ ‫َواَ ِج‬
‫ ج‬،‫ (ميزان الكبرى للشعرانى‬.‫اس اَليَ ْوم‬ ِ ‫ع َم ُل النا‬ َ ‫الوقُوعِ فِى الضال ِل َو‬
َ ‫علَ ْي ِه‬ ُ َ‫األُولَى خَوفا ِمن‬
٢٧ ‫ ص‬،١)
Artinya: Jika tuanku yang mulia Ali al-Khawwash ditanya oleh seseorang
tentang mengikuti mazhab tertentu Sekarang ini, apakah wajib atau tidak?
Beliau berkata, “Anda harus mengikuti suatu mazhab selama anda belum
sampai mengetahui inti agama, karena khawatir terjatuh pada
kesesatan7.” Dan begitulah yang harus diamalkan oleh orang zaman
sekarang ini.

Ketiga alasan tersebut dijelaskan oleh Muchit Muzadi bahwa bermazhab


berarti mengikuti metode ijtihad yang berkembang, juga mengikuti hasil
ijtihad tokoh mujtahid tertentu. Lalu muncul istilah mazhab qauli dan
manhaji. Bila dihubungkan dengan NU di bidang fikih, Khittah NU
menyebutnya mengikuti jalan pendekatan mazhab salah satu dari 4 Imam
mazhab.

Dengan demikian, bermazhab hal yang alami yang dilakukan oleh umat
Islam di penjuru dunia. Dan tak harus dipertentangkan dengan ijtihad.
Seperti halnya orang Muhammadiyah yang membaca keputusan Majlis
Tarjih, lalu mengikuti putusannya. Itu bagian dari bermazhab karena
sudah mengikuti pendapat dengan Al-Quran dan hadits yang telah
diseleksi, dipilih dan disingkirkannya tafsir-tafsir lain.

Jika ditarik benang merahnya, bermazhab penting bagi setiap muslim agar
pemahaman dan praktik agamanya benar. Karena mazhab adalah metode
untuk mengetahui hukum sebuah peristiwa yang dihadapi dengan merujuk
pada fikih mazhab tertentu yang dianutnya. Atau sebuah upaya
penyimpulan dilakukan berdasarkan ushul al-mazhab yang diyakininya.

7
(Mizaan Al Kubro Juz 1 Hal 27)

7
***

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN


3.1 Kesimpulan
1. Telah kita maklumi Bersama bahwa bumi senantiasa berputar,
semua cakrawala pun bergerak, dunia tetap berjalan dan jarum jam
tidak pernah berhenti. Tidak satu orang pun yang dapat
membantah bahwa era modern ini telah membawa perubahan
besar dalam semua aspek kehidupan, baiksosial, ekonomi, politik
maupun kebudayaan. Lebihdari itu, ada Sebagian peristiwa atau
persoalan lama yang terjadi dalam kondisi dan sifat yang berbeda
dengan saat ini tentu akan dapat mengubah tabi'at, bentuk dan
pengaruhnya.

Bercermin pada argumen-argumen yang ada dan dari masalah-


masalah kontemporer yang muncul bersamaan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, menuntut seorang
pakar fiqih Islam untuk melakukan reevaluasi terhadap pendapat
lama yang tidak sesuai lagi dengan kondisi baru, sekaligus
memilih dan menyeleksi pendapat-pendapat yang dulu dianggap
tidak kuat, atau mungkin lemah, atau ditinggalkan.

Dengan demikian, dalam rangka pendayagunaan madzhab fiqih


yang notabene merupakan trade mark ulama-ulama terdahulu,
disaat dihadapkan dengan berbagai permasalahan kontemporer
menuntut kita untuk lebih selehif dan inovatif Hal ini mengingat
bahwa diantara sifat hukum Islam itu adalah fleksibel dan
dinamis,Tangguh dalam menghadapi tantangan zaman sekaligus
menjamin seluruh keperluan zaman dan kebutuhan ummat
manusia.

8
2. Konsep talfiq yang merupakan istilah yang relative baru dalam
wilayah kajian fiqih, muncul bersamaan dengan kebangkitan
Kembali ummat Islam, namun eksistensinya membawa pro dan
kontra di kalangan ummat( fuqaha Sebagian ulama
mengharamkan talfiq, sebagian lain membolehkan dan Sebagian
lagi membolehkan dengan syarat.

Realita yang ada bahwa kebanyakan ulama modern saat ini


menganut pendapat kedua yang mengatakan bahwa talfiq
hukumnya mubah(boleh). Diantara ulama modern tersebut adalah
antara lain Muhamad Salam Madhur, Hasanaen Makhluf, Mufti
Mesir, Muhammad Said al-Bani dan lain-lain.
Ulama besar Mesir Syekh Muhammad Hasanaen Makhluf( Mantan
Mufti Mesir ), berkata dalam kitab fatwanya :

"Sesungguhnya talfiq artinya mengamalkan sesuatu


perbuatan menurut pendapat suatu madzhab dan mengikuti
madzhab lain dalam hal lain karena darurat atau tanpa
darurat, baik dalam urusan ibadah maupun muamalah
adalah boleh sebab hal itu merupakan satu keringanan dan
rahmat bagi ummat".

Syaikh Mahmud Saltut dan Syaikh Muhammad Ali As-Sayis dalam


Muqaaranatal-Madzhaahib Fi al-Fiqh (1953 : 4) menyatakan bahwa
Allah dan Rasul-Nya tidak pernah mewajibkan seseorang pun dari
manusia untuk bermadzhab terhadap satu imam.Yang ada adalah
nash tentang kewajiban bagi orang yang tidak mengerti untuk
bertanya kepada ahl al-dzikri ( lihat An Nahl ayat : 43 ), dan
mengingat pada dasarnya talfiq berlaku pada masalah
fiqhiyyah.Lebih dari itu, mewajibkan diri untuk terikat pada satu
madzhab itu akan menimbulkan kesulitan dan tidak sejalan dengan
prinsip umum persyari' atan Hukum Islarn dan prinsip
kemaslahatan.

9
Dengan demikian, dalam rangka tercapainya prinsip umum

syari'at Islam dan prinsip kemaslahatan jelaslah bahwa talfiq

dapat dijadikan solusi alternatif atas merebaknya wabah taqlid

dan anggapan atas kesakralan madzhab yang melahirkan

ta'asub (fanatisme) madzhab dikalangan ummat Islam hingga

detik ini. Pada akhirnya diharapkan semangat ijtihad bisa tumbuh

subur Kembali dalam kalangan kaum muslimin di era millenium

saat ini.

3.2. Saran-saran
1. Islam agama yang diturunkan Allah untuk mengatur kehidupan

manusia, dengan syari'at (aturan) yang hanit universal,

komprehensif dan integral, tidak sedikit pun dibuat untuk

mengikat kebebasan manusia. Bermadzhab adalah suatu wujud

dari pengikatan dan pemasungan terhadap pemikiran muslimin,

padahal tidak ada anjuran al-Qur'an dan Sunnah dalam hal ini.

Maka diharapkan kepada kaum muslimin untuk tidak bertaklid

dalam lapangan fiqih akan tetapi hendaklah berittiba’.

2. Diharapkan kepada kaum muslimin untuk tidak terjebak dalam

anggapan orang banyak tentang nilai sakralitas madzhab dan

hendak lah mereka meluruskan realita seperti ini dengan

mendudukkan konsep talfiq secara proporsional.

10
3. Sebagian hukum Islam telah ditegaskan langsung oleh nash al-

Qur'an maupun Sunnah, dan sebagian lain belum ditegaskan

langsung oleh nash al-Qur'an dan sunnah, namun baru dapat

diketahui hukumnya setelah digali oleh para imam mujtahid

terdahulu. Mengingat kemajuan sains dan teknologi yang terus

maju demikian pesat, umat Islam kini dihadapkan pada

berrnacarn-macam tantangan dan permasalahan baru yang

belum pernah dibahas oleh ulama’-ulama’ terdahulu, maka

demikian dalam menghadapi masalah-masalah kontemporer

tersebut diharapkan kaum muslimin dan ulama’ ahli fiqih untuk

terus semangat berijtihad dalam rangka menopang hidup dan

tegaknya hukum Islam di era globalisasi di saat ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

1(Mu’jam al-Wasīth, 2004).


2(Fiqhu al-Islam. 1998).
3(Tanwir al-Qulub, Hal 397)
4(I’anah al-Thalibin, juz 1, hal 17)
5( Jam’u al-Jawami’ Juz 20 Hal 123).
6(QS. An-Nahl: 43).
7(Mizaan Al Kubro Juz 1 Hal 27).

12

You might also like