Professional Documents
Culture Documents
TUMOR RECTUM
REFERAT
Oleh :
Nurul Muthiah, S.Ked
N 111 17 005
Pembimbing Klinik :
1. dr. Dafriana Darwis, Sp.Rad, M.Kes
2. dr. Masyita, Sp. Rad, M.Kes
DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA
2018
0
HALAMAN PENGESAHAN
Bagian Radiologi
RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN 1
DAFTAR ISI 2
BAB I. PENDAHULUAN 3
A. DEFINISI 4
B. ANATOMI 5
C. EPIDEMIOLOGI 7
D. ETIOLOGI 7
P E. P PATOMEKANISME 8
F. GEJALA KLINIS 9
G. GAMBARAN RADIOLOGI 11
DIAG
H. TATALAKSANA 23
PENA
I. DIAGNOSIS BANDING 27
J. KOMPLIKASI 28
K. PROGNOSIS 29
DAFTAR PUSTAKA 41
2
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor Rectum terdiri dari dua jenis yakni tumor jinak dan tumor ganas.
Karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas saluran
cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari rektum. Salah satu pemicu kanker
rektal adalah masalah nutrisi dan kurang berolah raga. Kanker rektal merupakan salah
satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia.
Kanker rektal adalah kanker yang menyerang kolon dan rektum. Namun, penyakit ini
bukannya tidak dapat disembuhkan. Jika penderita telah terdeteksi secara dini, maka
kemungkinan untuk sembuh bisa mencapai 50 persen.1
Keganasan anal yang merupakan 1/10 dari keganasan rekti dan kolon
kejadiannya banyak dihubungkan dengan berbagai faktor resiko, antara lain adalah
kelainan jinak yang terjadi misalnya fistula, infeksi genital, perokok, hubungan seks
yang tidak wajar yang dihubungkan dengan infeksi HPV, HSV HIV, dan juga usia1
Tumor rektal adalah penyakit yang umum dengan tingkat mortalitas yang
tinggi di negara-negara Barat. Banyak perbaikan telah dilakukan selama 20 tahun
terakhir dalam perawatan bedah, radiologis, dan onkologi kanker rektal. Namun,
neoplasma ini tetap terkait dengan prognosis yang buruk karena risiko tinggi
metastasis dan kekambuhan lokal. Setelah perawatan bedah, tingkat kekambuhan
lokal untuk kanker rektum dapat bervariasi dari 3% hingga 32% 1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
4
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
5
Gambar 2: Lapisan dinding rektum5
6
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan
4, serabut ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis
berasal dari sakral 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris
dengan mengatur aliran darah ke dalam jaringan4,5
C. EPIDEMIOLOGI
7
dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa transisi feses meningkat.
Akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus
bertambah lama.
E. PATOMEKANISME
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
8
Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
segar maupun yang berwarna hitam.
Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
Feses yang lebih kecil dari biasanya
Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
Mual dan muntah,
Rasa letih dan lesu
Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.6
9
Stage C1 : menyebar ke dalam muscularis propria tp belum penetrasi
kedalamnya , namun melibatkan nodes lymph
Sa
10
Gambar 5 Staging Tumor Rectum
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) klasifikasi, sejumlah varian histologis
karsinoma kolorektal terdaftar, seperti musinosum, sel cincin meterai, meduler,
mikropapiler, bergerigi, comico-jenis cribriform, adenosquamous, sel spindle, dan
tidak terdiferensiasi. Namun 3 varian tersering yakni, Mucinous, Signet ring cell,
dan medular. 7
G. GAMBARAN RADIOLOGI
a. Barium enema
11
Position : AP Position : Oblique
Gambar 616
Gambaran Barium Enema pasien 60 tahun, dengan perdarah perrectal. tampak penyempitan
segmen rectum, filling defect, dan permukaan mucosa yang irreguler
Gambar 7 17
Gambaran Barium Enema double Contrast pasien 59 th, dengan BAB berdarah (A) Posisi
AP pada rectum ; tampakan Filling defect Flat Discoid ukuran 3.5 cm (Panah) (B) Posisi
Lateral
12
Gambar 8 18
Gambaran Barium Enema pasien 76 th, dengan perdarahan perectal (A) Posisi Oblique pada
rectum tampak Lesi polyposis dengan mukosa yang ireguler. Pada aspek posterior dari
rectum (B) Posisi Lateral
b. Ultrasonografi
USG adalah pemeriksaan non-invasif dalam diagnosis penyakit kolon.
Namun belakangan telah digantikan telah diganti oleh MRI yang jauh lebih mahal
serta computed tomography (CT), meskipun faktanya sebagai pemeriksaan
pertama, USG dapat berguna melengkapi proses diagnostik. USG transabdominal
dapat memberikan informasi cepat tentang status usus dan membantu dalam
pilihan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut yang memadai. Belakangan AS
mengembangkan seperti elastography, ultrasound dengan kontras , US resolusi
tinggi dan pengembangan USG rektal (RUS) dan ultrasound transperineal (TPUS)
berkontribusi pada perluasan area indikasi dan peningkatan akurasi diagnostik.8
Pada pemeriksaan USG, Penebalan dinding usus hypoechoic dengan
kontur tidak teratur, hilangnya stratifikasi lapisan dinding, dan ketiadaan gerakan
peristaltik normal semuanya dapat mengarah pada keganasan colorectal.
Metastasis hati dari keganasan kolorektal dapat dideteksi dengan TAUS (trans
abdominal Ultrasonografi) sebagai teknik pencitraan pertama. Bahkan, TAUS
13
sering menjadi pilihan pertama untuk pasien dengan dugaan keganasan karena
sifatnya yang tidak invasif, biaya rendah, dan ketersediaan yang luas, meskipun
kinerja CT scan dan MRI yang lebih baik8
Gambar 919
Pasien laki laki usia 69 tahun, dengan nyeri perut postprandial, dilakukan
ultrasonografi di area pelvis didapatkan adanya penebalan dinding rectum yang
irregular, segmental, dan sirkumferential. P = Prostate
14
Gambar 1019
USG pasien laki laki 63 tahun, dengan perdarahan per-rectal dengan feses
kecil dan sedikit, didapatkan pada area retrosigmoid didapatkan penebalan
dinding anterior rectum yang asimetrik (panah Putih) dan perhatikan juga
luminal echo complex (panah hitam).
c. CT scan
CT Scan direkomendasikan untuk staging local Tumor primer rectum.
Pemeriksaan CT thorax serta abdomen maupun pelvis juga dapat mendeteksi
metastasis di tempat ain selain pada tumor primernya9
Ketika CT menunjukkan adanya penebalan dan penonjolan dinding usus yang
konsentris, terutama di rektum atau pada pasien muda, tumor rectum yang jenis
signet ring cell carcinoma dapat dipertimbangkan. Tetapi ketika penebalan
dinding usus eksentrik lebih dari 2 cm, dan kalsifikasi intratumoral dan
penyangatan yang heterogen terlihat bersama dengan area luas hypoattenuation,
terutama di hemi-kolon kanan, ada kemungkinan tinggi mucinous
adenocarcinoma.10
15
CT Scan/MRI Kasus
Gambar1111
Gambar 1211
16
tahun dengan mucinous carcinoma
di rectum, tampak penebalan
didinding rectum yang severe
dengan area redaman rendah yang
besar
Gambar 1310
Gambar 1510
17
CT scan wanita berusia 59 tahun
dengan Signet Ring Cell Carcinoma
pada rectum , pemindaian
tomografi terkomputasi kontras
menunjukkan penebalan dinding
rektum konsentris dengan tanda
target (panah).
Gambar 1610
STAGING DUKE’S
Gambar 1720
18
Dukes B Tumor pada posterior
dinding rectum dengan adanya
penyebaran hingga perirectal kiri.
Gambar 1820
Dukes C
Gambar 2020
19
DUKES D
Gambar 2211
d. MRI
MRI merupakan salah satu pemeriksaan diagnostic radiologi, yang
menghasilkan gambaran potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan
magnet tanpa menggunakan sinar x.12
20
Keuntungan MRI;
- Tidak memakai sinar x
- Tidak merusak kesehatan pada penggunaan yang tepat
- Banyak pemeriksaan yang dapat dikerjaan tanpa memerlukan zat kontras.
Kekurangan MRI;
- Alat mahal
- Waktu pemriksaan cukup lama
- Pasien yang mengandung metal tidak dapat diperiksa terutama alat pacu
jantung, sedangkan pasien dengan wire dan sten maupun pen boleh diperiksa.
- Pasien claustrofobi ( takut ruang sempit ), perlu anestesi umum.
MRI pelvis dengan resolusi tinggi dengan distensi rektum oleh agen
kontras positif merupakan pemeriksaan pilihan untuk penentuan stadium lokal
tumor rektum karena resolusi kontras jaringan lunaknya yang baik. MRI pasti
lebih unggul daripada CT dalam pementasan lokal kecuali pada tahap T1 & T2 di
mana keduanya memiliki akurasi yang sebanding (Gambar 23 dan 24). Meskipun
gambar T2W dalam bidang aksial memainkan peran kunci namun gambar sagital
juga sama pentingnya dalam penentuan infiltrasi tumor dan gambaran rectum
yang berliku-liku. Gambaran Coronal juga sangat berguna dalam mendeteksi
levator ani & keterlibatan kompleks sphincteric. Kanker rektal serta nodus yang
terlibat tampak hyperintense pada gambar DW dengan sedikit hipointensitas pada
peta ADC meskipun tidak spesifik untuk nodus metastatik. Keterlibatan
mesorektum dan CRM sangat baik diprediksi oleh MRI dengan spesifisitas
hingga 95%. Untuk keterlibatan nodal ukuran kriteria 5 mm dalam mesorektum
dan 10 mm di nodus regional & jauh tidak menawarkan keuntungan besar dari
MRI atas CT tetapi deteksi yang lebih akurat dari temuan tambahan seperti node
tidak teratur, sinyal abnormal atau pola peningkatan node membuat MRI sedikit
lebih unggul daripada CT 12
21
Untuk keterlibatan nodal ukuran kriteria 5 mm dalam mesorektum dan 10 mm
di nodus regional & jauh tidak menawarkan keuntungan besar dari MRI atas CT
tetapi deteksi yang lebih akurat dari temuan tambahan seperti node tidak teratur,
sinyal abnormal atau pola peningkatan node membuat MRI sedikit lebih unggul
daripada CT 12
MRI lebih unggul daripada CT pada stadium lokal kanker rektum yang
membantu ahli bedah dalam perencanaan pra operasi untuk mencapai margin bedah
negatif. Untuk pementasan nodal dan penyebaran jauh, CT & MRI menunjukkan
kinerja yang serupa kecuali di metastasis paru kecil di mana CT lebih unggul dari
MRI dan metastasis hati kecil di mana MRI sangat baik.12
22
levator ani di sisi kanan (panah - gambar
C).
H. PENATALAKSANAAN
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa adalah
terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi
standar untuk kanker rektal yang digunakan antara lain ialah :
1) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama
untuk stadium I dan II tumor rektal, bahkan pada pasien suspek dalam
stadium III juga dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan
ilmu dalam metode penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal
dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan
kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy,
dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada
stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan,
meskipun sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi,
beberapa pasien masih membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah
pembedahan untuk membunuh sel kanker yang tertinggal. 2
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain : 2,13
Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat
dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat abdomen. Jika kanker
ditemukan dalam bentuk polip, operasinya dinamakan polypectomy.
Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu dilakukan
anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitan rektum lalu
diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.
23
Gambar 25. Reseksi dan Anastomosis 14 Gambar 26. Reseksi dan Kolostomi
Pengangkatan kanker rektum biasanya dilakukan dengan reseksi
abdominoperianal, termasuk pengangkatan seluruh rectum, mesorektum dan
bagian dari otot levator ani dan dubur. Prosedur ini merupakan pengobatan
yang efektif namun mengharuskan pembuatan kolostomi permanen.11
Rektum terbagi atas 3 bagian yaitu 1/3 atas, tengah dan bawah.
Kanker yang berada di lokasi 1/3 atas dan tengah ( 5 s/d 15 cm dari garis
dentate ) dapat dilakukan ” restorative anterior resection” kanker 1/3 distal
rectum merupakan masalah pelik. Jarak antara pinggir bawah tumor dan garis
dentate merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan jenis
operasi.11
24
letak bawah, dimana teknik stapler tidak dapat dipergunakan. Local excision
dapat diterapkan untuk mengobati kanker rectum dini yang terbukti belum
memperlihatkan tanda-tanda metastasis ke kelenjar getah bening. Operasi ini
dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu transanal, transpinchteric
atau transsacral. Pendekatan transpinshter dan transacral memungkinkan
untuk dapat mengamati kelenjar mesorectal untuk mendeteksi kemungkinan
telah terjadi metastasis. Sedang pendekatan transanal memiliki kekurangan
untuk mengamati keterlibatan kelenjar pararektal.14
1. Indikasi
Tumor bebas, berada 8 cm dari garis dentate
T1 atau T2 yang dipastikan dengan pemeriksaan ultrasound
25
Termasuk well-diffrentiated atau moderately well diffrentiated
secara histologi
Ukuran kurang dari 3-4 cm
2. Kontraindikasi
Tumor tidak jelas
Termasuk T3 yang dipastikan dengan ultrasound
Termasuk Poorly diffrentiated secara histologi
2) Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III
lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan
pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai sebagai terapi tambahan
untuk pembedahan pada kasus tumor lokal yang sudah diangkat melaui
pembedahan, dan untuk penanganan kasus metastasis jauh tertentu. Terutama
ketika digunakan dalam kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang
digunakan setelah pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko
kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%.
Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal
dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan
sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang
unresectable. 15
3) Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak terbukti
memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami kekambuhan),
dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau
tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III). Terapi
standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan
leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-FU
26
merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. Agen lainnya,
levamisole, (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi bagi
leucovorin. Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira – kira 15% dan
menurunkan angka kematian kira – kira sebesar 10%. 15
I. DIAGNOSIS BANDING
- Thrombosed Haemorrhoid
Gambar 2721
CTscan lower pelvic dengan kontras, tampak rectum yang eksentrik dan
terdorong kea rah kiri akibat massa soft tissue yang mulanya diduga sebaga tumor
rectum, tampak pembuluh darah yang besar, myang kemudia mengarahkan ke
diagnosis submucosal thrombosed hemorrhoids21
27
- Endometriosis
Gambar 2823
J. KOMPLIKASI
Selain obstruksi, perforasi dan penetrasi ke struktur yang berdekatan
merupakan komplikasi kanker kolon dan rektum yang terkenal, pembentukan
fistula ke bagian lain dari saluran pencernaan dianggap sebagai komplikasi berat,
namun jarang terjadi ,komplikasi ini dapat didiagnosis dengan mudah dengan
pencitraan radiografi, kolonoskopi juga 24
28
Gambar 28. barium enema menampakkan apple core di rektum bawah dan
saluran fistula yang mengarah ke ileum (panah; ileum, panah; rektum sisi oral
lumen) Rectoileal Fistula25
K. PROGNOSIS
29
pertama setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya
rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan kemapuan
untuk memperoleh batas - batas negatif tumor. 2
30
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. B
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : laki laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : kel. Kamonji
Agama : Islam
Ruangan : Garuda
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri pada Anus
31
III. PEMERIKSAAN FISIK :
Keadaan Umum :
● Kondisi : Sakit sedang
● Gizi : Baik
● Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Tanda Vital
● Tekanan Darah : 120/80 mmHg
● Nadi : 95 kali/menit
● Suhu : 36,8oC
● Pernapasan : 24 kali/menit
32
- Pemeriksaan Masa Pembekuan : 8 menit 30 detik (Normal range : 4-12 menit)
- Pemeriksaan enzim hati dan fungsi ginjal
Pemeriksaan Hasil Normal Range
SGOT 30 U/L 0-35
SGPT 24 U/L 0-45
Ureum 34 mg/dL 18-55
Creatinin 0,91 mg/dL 0,50-1,20
- Pemeriksaan HbSAg : Reaktif
- Anti HCV : Non reaktif
- Kadar CEA 5,40 ng/dl (Normal Range : 0- 5,0)
ii.
V. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
33
a) USG Abdomen
Hepar : ukuran normal echo parenkim heterogen, tidak tampak dilatasi
vaskuler maupun bile duct, SOL (-)
GB : Dinding dalam batas normal , tidak tampak echo batu
Lien : bentuk, ukuran dan echotekstur dalam batas normal, tidak tampak
echo mass.
Pankreas : bentuk, ukuran dan echotekstur dalam batas normal, tidak tampak
echo mass maupun cyst.
Ginjal Kanan: bentuk, ukuran dan echotekstur dalam batas normal, tidak
tampak dilatasi PCS, echo batu maupun cyst
Ginjal Kiri : bentuk, ukuran dan echotekstur dalam batas normal, tidak
tampak dilatasi PCS, echo batu maupun cyst
VU : Dinding menebal, mukosa irregular, tidak tampak bayangan batu
Tampak penebalan pada rectum
Kesan :
- Cystitis
- Susp. Massa Rectum
34
Usul :
- Colon in Loop
- CT Scan abdomen dengan kontras
b) CT Scan abdomen
35
Tampak penebalan pada area colon rectum densitas 30 HU yang menyangat
post kontras 76 HU
Tampak infiltrasi hingga ke Perirectal fat
Tidak tampak pembesaran KGB
Hepar : membesar, permukaan regular , densitas parenkim normal. Tidak
tampak dilatasi vaskuler maupun bile duct intra dan
extrahepatik, nodul metastasis (-)
36
GB : dinding tidak menebal, densitas batu (-)
Lien : Ukuran dan densitas normal
Pankreas : ukuran dan densitas normal, tidakk rampak dilatasi ductus
Kedua ginjal : fungsi sekresi dan eksresi kedua ginjal normal. Bentuk,
ukuran dan densitas kortex normal, tidka tampak dilatasi PCS maupun
densitas batu
Buli-buli : dinding tidak menebal, mukosa regular, densitas batu maupun
mass (-)
Tulang- tulang intak
VI. DIAGNOSIS
- Susp CA Rectum
VII. TERAPI
- IVFD RL 20 tpm
- Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Ketorolac 1 amp / 8 jam
- Ranitidin 1 Amp/12 jam
- Asam Traneksamat 1 amp/8 jam
Pasien di Rujuk ke Makassar pada tanggal 21 April 2018
37
berdarah, darah berwarna merah segar (+). Pasien juga mengeluhkan BAB sering
tertahan , dan hanya keluar sedikit sedikit. Nyeri perut (-) nafsu makan baik.
BAK lancar.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum Sakit sedang,
esadaran compos mentis E4M6V5, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 95
kali/menit, Suhu 36,8oC, Pernapasan 24 kali/menit.
Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan penurunan, RBC 4 x 10^6/dL
,HCT 37%. Pada pemeriksaan HbSAg : Reaktif serta Kadar CEA yang didaptkan
meningkat 5,40 ng/dl.
Pada pemeriksaan Radiologi USG didapatkan penebalan dinding rectum
dengan kesan massa Rectum. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan CT scan
,didapatkan adanya Tampak penebalan pada area colon rectum densitas 30 HU
yang menyangat post kontras 76 HU kesan susp. Tu Recti.
Penanganan pada pasien ini yaitu hanya dengan bersifat suportif dengan tujuan
memperbaiki Kondisi umum pasien : IVFD RL 20 tpm, Ceftriaxone 1 gr/12
jam, Ketorolac 1 amp / 8 jam, Ranitidin 1 Amp/12 jam, dan Asam Traneksamat 1
amp/8 jam.
Penatalaksanaan yang dapat di lakukan untuk pasien ini adalah Pembedahan:
jika penyakit belum menunjukan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah
pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahan masih
dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reseksi kuratif akan berhasil bila tidak ada
tanda metastasis ditempat lain, tidak ada sisa kanker pada irisan lambung, reseksi
jaringan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar limpa secukupnya.
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk
stadium I dan II tumor rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III juga
dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode
penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical
treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi sebelum
38
pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy, dan pada kanker rektal,
neoadjuvant chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III.
Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna mengurangi efek lokal
dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi umumnya digunakan
sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor lokal yang unresectable
39
BAB IV
KESIMPULAN
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Iafrare, F., Laghi, A., Rengo, M., 2016. Preoperative Staging of Rectal
Cancer with MR Imaging: Correlation with Surgical and Histopathologic
Findings. Radiographics teaching center. Volume 26, Number 3. Accessed in
26 April 2018.
2. Cirincione, Elizabeth., 2005. Rectal Cancer. Accessed in 24 April Available from
www.emedicine.com
41
11. Gaillard , F. 2018. Tubulovillous adenoma of the rectum. Cases of Tumour
rectum. From < https://radiopaedia.org/cases/tubulovillous-adenoma-of-the-
rectum>
12. Rastogi, R., Meena, GL., Gupta., Y., Sinha, P., 2016. CT or MRI, Which is
better for rectal cancer imaging ?. ImedPub Journals. Vo. 2. No. 3:21. From :
<http://imedpub.com >
13. Anonim, 2005. Rectal Cancer Treatment. Available from
www.nationalcancerinstitute.htm.
14. Schroen AT, Cress RD. Use of Surgical Prosedures and Adjuvant in Rectal
Cancer Treatment: A Population-Based Study.Annals of Surgery 2001; 234:
641-651.
15. Glimelius, B., NeoAdjuvant Radiotherapy in rectal cancer. World Journal of
gastroenterology. Vol 19 Number 46. From : <
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3870494/pdf/WJG-19-
8489.pdf>
42