Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit kusta atau dikenal juga dengan nama lepra dan Morbus Hansen
adalah penyakit yang telah menjangkit manusia sejak lebih dari 4000 tahun yang
lalu. Kata lepra merupakan bahasa dari bahasa Hebrew, zaraath, yang sebenarnya
saluran pernapasan atas dan sistem saraf perifer. Penyebab kusta adalah
pada umumnya mempengaruhi kulit dan saraf perifer, tetapi mempunyai cakupan
manifestasi klinis yang luas. Penularan kusta terjadi lewat droplet, dari hidung dan
mulut, kontak yang lama dan sering pada klien yang tidak diobati. Manusia adalah
pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut,
saluran napas bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis.3
Kusta dahulu dikenal dengan penyakit yang tidak dapat sembuh dan
diobati, namun sejak tahun 1980, dimana program Multi DrugTreatment (MDT)
risiko untuk terjadi kerusakan sensorik dan motorik yaitu disabilitas dan
1
2
deformitas masih bisa terjadi seperti gejala paru paru atau mutilasi jari. Keadaan
Pada akhir tahun 2015, program WHO adalah untuk mengurangi minimal
sebanyak 35% kasus kusta baru di seluruh dunia. Hal ini dengan memberlakukan
yang sesuai dengan endemisitas penyakit kusta, serta pengetahuan lebih dalam
tentang tata cara pengobatan penyakit kusta sehingga tujuan tersebut dapat dicapai
secara maksimal.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kusta atau morbus Hansen merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan
perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian
2.2 Sinonim
Hanseniasis.2
2.3 Epidemiologi
rambut, kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang didapatkan di urin. Di Indonesia
tetapi anak di bawah 1 tahun jarang sekali. Saat ini usaha pencatatan penderita di
bawah 1 tahun penting dilakukan untuk dicari kemungkinan ada tidaknya kusta
kongenital. Frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 25-35 tahun.2
4
Bhutan 23 29
Maladewa 14 2
Timor Leste 83 72
tropis dan subtropis, serta masyarakat yang sosial ekonomi rendah. Makin rendah
5
sosial ekonomi makin berat penyakitnya sebaliknya sosial ekonomi yang tinggi
seluruh daerah, namun paling banyak tersebar di Jawa Timur dimana terdapat
Semua kasus kusta baik pada manusia ataupun pada binatang disebabkan
oleh organisme yang sama yaitu Mycobacterium leprae. Kuman ini pertama kali
ditemuka oleh G.A Hansen pada tahun 1874 di Nowegia, yang sampai sekarang
berbentuk basil dengan ukuran 3-8 µm x 0,5 µm, tahan asam dan alcohol serta
dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin. Manusia adalah reservoir
mangabey monkey.6
6
Gambar 2.2
Mycobacterium leprae
Sumber : Lockwood, DNJ., 2013, Leprosy, In : Rook’s Textbook of Dermatology, 9th ed., Wiley
Blackwell, United Kingdom, pp. 28.6
2.5 Patofisiologi
Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu
1. Penyebab
besar pada sel schwan dan sel sistem retikuloendotelia. Pada kondisi
tropis kuman kusta dari dari sekret nasal dapat bertahan sampai 9 hari di
2. Sumber Penularan
Sampai saat ini hanya manusia yang dianggap sebagai sumber penularan
pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar thimus (Athimic
nude mouse)2.
7
4. Cara Penularan
Penularan terjadi apabila basil M. leprae yang utuh keluar dari tubuh
penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Secara teoritis penularan
terjadi melalui kontak yang lama dengan penderita kusta, akan tetapi
penderita yang sudah minum obat sesuai regimen WHO tidak menjadi
Hanya sedikit orang yang terinfeksi kuman kusta setelah kontak dengan
bakteri5.
testis, otot- otot halus, tulang pada tangan, kaki dan wajah, dan juga
terbatas penyebarannya pada wilayah yang tidak luas dan basil tidak dapat
adanya imun komplek deposisi dan sering terjadi pada pasien type BL dan
pada lesi kulit, serabut saraf sensorik dan otonom yang mensuplai dermal
9
keringat pada area lesi. Ujung saraf perifer rentan karena letak mereka di
telahdilaporkan.5
trauma, terbentur, luka, terbakar, terpotong, yang akhirnya akan menjadi nekrosis
jaringan karena trauma yang terjadi terus-menerus yang akan menjadi ulserasi,
secondary selulitis, dan osteomielitis serta hilangnya jaringan lunak pada akhirnya
bermultiplikasi dengan bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan. Pada kusta
akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan kadang-kadang
bersatu membentuk sel datia langhans. Bila infeksi ini tidak segera di atasi akan
10
terjadi rekasi berlebihan dan masa epiteloid akan menimbulkan kerusakan saraf
itu sel Schwann berfungsi sebagai demielinasi dan hanya sedikit fungsinya
sebagai fagositosis. Jadi bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel Schwann,
2.6 Klasifikasi
penentuan tipe, yang hasilnya baru dapat diketahui setelah 3 minggu. Penentuan
tipe kusta perlu dilakukan agar dapat menetapkan terapi yang sesuai5.
tujuan pengobatan. Pasien dengan pausibasilar memiliki sedikit atau bahkan tidak
ditemukan bakteri pada lesinya, biasanya 3-5 lesi atau lebih sedikit (untuk tujuan
pausibasilar Hansen)6.
biopsi dan smear di dapatkan adanya bakteri tahan asam. Kekebalan seluler (cell
mediated immunity = CMI) tiap individu akan menentukan penyakit Hansen yang
di alami penderita. Jika respon CMI terhadap M. leprae kuat, maka jumlah
organisme akan sedikit (tipe pausibasilar), dan sebaliknya jika respon ini tidak
Jika penyakit kulit tidak tampak, gejala klinis yang mungkin muncul
adalah patch hipopigmentasi tunggal, mungkin dengan anestesi ringan. Ini disebut
kusta indeterminate, karena perjalanan penyakit yang tidak dapat diprediksi pada
tahap ini. Lesi dapat hilang secara spontan atau dapat berlanjut ke bentuk lain dari
penyakit Hansen6.
Spektrum kusta memiliki dua tipe yang stabil, yaitu tuberkuloid dan
lepromatosa. Bentuk-bentuk tipe tersebut tidak dapat berubah, pasien tetap dalam
satu bentuk atau bentuk lain sepanjang perjalanan penyakit. Tuberkuloid atau
yang disebut TT, memiliki kekebalan seluler CMI yang tinggi, ditandai dengan
lesi yang kurang dari lima (sering hanya satu) dan organisme yang ditemukan
sangat sedikit (pausibasilar). Pasien memiliki imunitas seluler yang kuat terhadap
organisme. Dalam sejarah banyak pasien kusta TT sembuh secara spontan selama
beberapa tahun. Bentuk lepromatosa disebut juga LL memiliki CMI yang sangat
terbatas terhadap organisme, lesi sangat banyak, dan banyak ditemukan organisme
(multibasilar)4.
yang dekat dengan tipe tuberkuloid disebut borderline tuberkuloid (BT), kasus
adalah karakteristik yang labil, dan dalam perjalanan waktu tipe TT menuju LL,
disebut sebagai proses downgrading.5 Morbus Hansen bisa hanya menyerang saraf
13
saja. Di Nepal dan India, Morbus Hansen yang murni menyerang saraf ditemukan
PB MB
1. Lesi kulit - 1-5 lesi - > 5 lesi
(macula datar, - Hipopigmentasi - Distribusi
papul yang - Distribusi tidak lebih simetris
meninggi, simetris - Hilangnya
nous) - Hilangnya sensasi sensasi
yang jelas kurang jelas
2. Kerusakan - Hanya satu cabang - Banyak
saraf saraf cabang saraf
(menyebabkan
hilangnya
sensasi/kelem
ahan otot yang
dipersarafi
oleh saraf
yang terkena
Yang dimaksud dengan kusta PB adalah kusta dengan BTA negative pada
pemeriksaan kerokan kulit, yaitu tipe I, TT, dan BT menurut klasifikasi Ridley &
Jopling. Bila pada tipe-tipe tersebut disertai BTA positif, maka akan dimasukkan
ke dalam kusta MB. Sedangkan kusta MB adalah semua penderita kusta tipe BB,
BL, dan LL atau apapun klasifikasi klinisnya dengan BTA positif, harus diobati
mengklasifikasikan tipe kusta.7 Selain itu tes ini juga menilai adanya CMI.8 Tes
lepromin tidak dapat digunakan untuk diagnostic karena sering menunjukkan hasil
14
positif palsu atau positif pada sebagian besar orang normal. Ada 2 jenis antigen
yang tersedia: yang pertama adalah mitsuda lepromin, merupakan suatu suspensi
Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan intradermal kuman M. leprae yang
dalam 48-72 jam (reaksi Fernandez) dan 3-4 minggu (reaksi Mitsuda). Reaksi
dikatakan positif jika muncul indurasi atau nodul eritem ≥4mm.8 Reaksi
Fernandez dan reaksi Mitsuda merupakan manifestasi dari respon CMI terhadap
BAB 3
KESIMPULAN
Tes lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra
tapi tidak untuk diagnosis. Tes ini berguna untuk menunjukkan sistem imun
bila terdapat indurasi dan eritema yang menunjukkan kalau penderita bereaksi
terhadap M. Leprae, yaitu respon imun tipe lambat ini seperti mantoux test (PPD)
pada tuberkolosis. Kedua reaksi tersebut merupakan manifestasi dari respon CMI
terhadap antigen yang masuk. Apabila nilai dari tes lepromin ini semakin besar
maka semakin memiliki kekebalan seluler CMI yang tinggi, ditandai dengan lesi
yang kurang dari lima (sering hanya satu) dan organisme yang ditemukan sangat
organisme, oleh sebab itu biasanya pasien sembuh secara spontan selama
beberapa tahun. Sebaliknya, jika nilai tes lepromin ini rendah berarti memiliki
CMI yang sangat terbatas terhadap organisme, lesi sangat banyak, dan banyak
DAFTAR PUSTAKA
P 594-574.
820.
8. Ilona, SE., Mulianto, N., 2017, Pure Neural Leprosy, CDK-254/ vol.