Professional Documents
Culture Documents
Askep Jiwa Distress Spiritual
Askep Jiwa Distress Spiritual
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk
yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual. Dalam kehidupan manusia sulit sekali diprediksi sifat dan kelakuannya serta
bisa berubah sewaktu-waku. Kadang baik dan tidak bisa dipungkiri juga banyak manusia
yang jahat dan dengki pada sesama manusia dan makhluk tuhan lainnya.
Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dianggap agung atau maha.
Kepercayaan inilah yang disebut spiritual. Spiritual ini sebagai kontrol manusia dalam
bertindak , jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang mengatur manusia dalam
berperilaku dan bertindak.
Aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang
lain, dan dengan Tuhan. Spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan transpersonal.
Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi
kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta hubungan dengan
diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan.
Distress spiritual adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
beresiko mengalami gangguan dalam sistem keyakinan atau nilai yang memberi
kekuatan, harapan, dan arti kehidupan seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
distress spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari distress spiritual?
2. Bagaimana karakteristik dari distress spiritual?
3. Bagaimana patofisiologi distress spiritual?
4. Apa saja faktor penyebab distress spiritual?
5. Bagaimana Asuhan kperawatan pada distress spiritual
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi distress spiritual
2. Untuk memahami patofisiologi distress spiritual
3. Untuk mengetahui Patofisiologi distress spiritual
4. Untuk memahami faktor penyebab distress spiritual
5. Untuk memahami asuhan keperawatan distress spiritual
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup
yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial.
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu
dalam menemukan arti kehidupannya
C. Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta
fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk
terjadi. Yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian
perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman
yaitu stres. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan
perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana
salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status
emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional,
perilaku dan kepribadian. Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap
stresor akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat
ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik,
psikologis, sosial termasuk spiritual. Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual
dapat dihubungkan dengan timbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti bagaimana
mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Pada kasus depresi seseorang telah
kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History
Tool (Pulschalski, 1999) :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri
saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang
keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri?
Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?)
Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang
didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi
saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Faktor Predisposisi :
Faktor Presipitasi :
a. Kejadian Stresful
b. Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.
c. Ketegangan Hidup
d. Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun
komunitas.
a. Respon Kognitif
b. Respon Afektif
c. Respon Fisiologis
d. Respon Sosial
e. Respon Perilaku
Terdapat lima tipe dasar dukungan sosial dalam sumber koping distress spiritual
yaitu:
a. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
b. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
c. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
d. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
e. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Distress Spiritual
b. Ansietas kematian
c. Konflik pembuatan keputusan
d. Ketidakefektifan koping
3. Intervensi Keperawatan
a. Strategi Perencanaan 1 (SP.1)
1.Bina hubungan saling percaya dengan pasien
2. Kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien
3.Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang
diyakininya,
4.Bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual
dalam kehidupan.
b. Strategi Perencanaan 2 (SP.2)
1.Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien
2.Fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
3. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
c. Tindakan keperawatan
Tujauan intervensi keperawatan untuk pasien:
1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Mamapu mengungkapkan penyebab distres spritual
3. Mampu mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang kyakinannya
4. Mempu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan perubahan
keyakinannya.
5. Mampu melakukan kegiatan keagamaan
Tindakan keperawatan untuk pasien distres spiritual antara lain:
d. Langkah-langkah
Orientasi
selamat pagi pak, nama saya suster. . . suka dipanggil. . nama bapak siapa? Suka di
panggil apa? Saya perawat disini yang akan merawat bapak saya akan datang secara
berkala kerumah bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang masalah yang bapak alami, kita ngobrol selama 30 menit yaa?
Dimana tempatnya? Mari pak kalau begitu.
SP 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Kerja
Apa masalah yang bapak rasakan saat ini coba bapak sampaikan apa menyebabkan
bapak tidak aktif solat dan pengajian yang di adakan di masjid seperti dulu. Oh ya
Pak masi adakah faktor lain yang menyebabkan bapak tidak aktif lagi
Apa saja kegiatan ibadah dan sosial yang dapat bapak jalankan
Mana yang kira-kira ingin bapak jalankan? Bagus sekali. Mari bapak coba ya.
Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?
Tampaknya bapak semangat menjawab pertanyaan suster ya?
Coba bapak ulangi apa yang udah kita diskusikan ya bagus sekali selain itu bapak
juga telah mengungkapkan perasaan dan pikiran bapak tentang agama yang bapak
bisa lakukan seminggu lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan yang
bapak lakukan
SP 2-P : Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinannya fasilitasi klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut
serta dalam kegiatan keagamaan
Orientasi :Selamat pagi pak bagaimana keadaan bapak saat ini? Sudah dicoba
melakukan ibadah? Bagaimana perasaan bapak setelah mencobanya? Hari ini kita
akan mendiskusikan tentang persiapan alat-alat solat dan cara-cara menjalankan solat
baik sendiri maupun berjamaah bersama orang lain. Bagaimana kalau kita ngobrol
selama 30 menit? Dimana bapak mau ngobrolnya? Bagaimana kalau disini saja?
Fase Kerja: Pak, sepengetahuan bapak apa saja persiapan solat baik alat maupun diri
kita. Bagus sekali menyiapkan kopiah, sejdah dan sarung. Dan sebelum solat bapak
harus mandi dulu dan berwudhu. Coba bapak sebutkan solat lima waktu sehari
semalam solat subuh jam berapa? Bagaimana ucapannya, sampai dengan solat isa.
Selain itu, bapak dapat melakukan solat berjamaah dirumah. Bagaimana kalau kita
buat tempat solat dirumah bapak ini. Setujukan pak? Baik, kalau begitu kamar depan
ini bapak siapkan untuk tempat solat lima waktu nanti dan dapat bersama-bersama.
Mulai hari ini bapak sudah bisa melakukan solat dan berdoa secara teratur agar
diberikan ketenangan oleh tuhan dalam menghadapi masalah ini. Pada hari jumat
nanti bapak bisa pergi bersama dengan warga lain untuk solat jumat di masjid.
Bagaimana pak?
Terminasi: Bagaimana perasaan bapak setelah diskusi tentang cara-cara menyiapkan
alat solat dan mengerjakan solat dirumah berapa kali sehari bapak mencobanya? Mari
kita buat jadwalnya, kalau sudah dilakukan, beri tanda ya! Tiga hari lagi,saya akan
datang untuk mendiskusikan tentang perasaan bapak dalam melakukan solat serta
membahas kegiatan ibadah yang lain. Kalau begitu saya permisi dulu. Samai jumpa.
Selamat pagi.
e. Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga pada pasien distres spritual, agar
keluarga mampu:
4. Asuhan Keperawatan