You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Bandar Udara atau yang sering disebut sebagai bandara adalah sebuah fasilitas tempat
pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana
minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi
berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan
udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat". Semua transportasi
yang memerlukan jarak yang jauh dan waktu yang lama dapat dipersingkat waktu tempuhnya
dengan menggunakan pesawat. Semua orang dapat dibilang sudah dapat menikmati
kenyamanan terbang dengan pesawat terbang saat ini. Oleh karena itu, fasilitas yang
menunjang untuk pesawat itu dapat terbang menjadi begitu penting. Fasilitas-fasilitas yang
dimaksud diantaranya adalah Apron, Runway, Taxiway dan juga fasilitas penunjang-
penunjang teknis lainnya yang menjadi pelengkap bagi bandara itu sendiri seperti drainase
yang baik dan juga jalan masuk ke bandara yang dapat terjangkau dengan mudahnya, dimana
semua itu tercakup dalam Sistem Bandara. Dalam makalah ini penulis akan fokus membahas
tentang Bandara yang ada di Kota Padang, yaitu Bandara Internasional Minangkabau.

1.2. Rumusan Masalah.


 Apa saja sistem bandara yang ada pada Bandara Internasional Lombok ?
 Jenis pesawat apa saja yang dapat beroperasi di Bandara Internasional Lombok
tersebut?
 Bagaimana perencanaan dari Bandara Internasional Lombok?
 Apa saja peralatan navigasi yang biasa digunakan dalam sistem suatu bandara?
 Marka penanda apa saja yang ada pada bandara?

1.3. Tujuan Penulisan.


Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Sistem Bandara yang ada
pada Bandara Internasional Minangkabau Padang, serta bagaimana perencanaan, jenis
pesawat dan sistem – sistem yang ada pada bandara tersebut.

1.4. Manfaat Penulisan.


Manfaat penulisan makalah ini untuk memperdalam pemahaman tentang sistem,
perencanaan dan jenis pesawat apa saja yang bisa beroperasi pada Bandara yang ada pada
Bandara Internasional Minangkabau Padang.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Bandara.


Sistem Bandar Udara (Airport System) dibagi menjadi 2 (dua) bagian utama yaitu,
Sistem Bandara Sisi Udara (Airport System Air Side) dan Sistem Bandara Sisi Darat (Airport
System Land Side).
2.1.1. Sistem Bandara Sisi Udara (Airport System Air Side)
2.1.1.1. Runway (Landasan Pacu)
Runway adalah Area yang dipergunakan untuk take-off dan landing pesawat terbang
yang sedang beroperasi, Jumlahnya tergantung dari volume lalu lintas yang dilayani oleh
Lapngan terbang yang bersangkutan dan Orientasinya tergantung kepada antara lain oleh luas
lahan yang tersedia untuk pengembangan lapangan terbang dan arah angin dominan yang
bertiup.
A. KONFIGURASI RUNWAY
1. Runway Tunggal
Merupakan konfigurasi yang paling sederhana dan mempunyai kapasitas berkisar antara 50 –
100 operasi perjam pada kondisi VFR dan 50 – 70 operasi perjam pada kondisi IFR. Kapasitasnya
dipengaruhi oleh komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat bantu navigasi yang tersedia.
2. Runway Sejajar
Terdiri atas dua atau lebih Runway yang mempunyai orientasi sama, kebanyakan dua atau tiga
Runway Kapasitas Runway sejajar tergantung pada jumlah runway dan jarak diantaranya. Jarak antar
dua Runway digolongkan dalam jarak yang rapat, menengah dan renggang.
3. Runway Berpotongan
Runway berpotongan ini diperlukan apabila terdapat angin yang relative kuat ( prevalling Wind
) bertiup lebih dari satu arah, sehingga mengakibatkan angin sisi ( Cross Wind ) yang terjadi
berlebihan dan lebih besar daripada Presmisible Crosswind, serta akan berbahaya apabila dibuat
hanya satu Runway saja.
4. Runway – V Terbuka
Runway V terbuka adalah Runway yang terbentuk dengan arah yang memencar (divergen)
tetapi tidak berpotongan. Dioperasikan bila pada angin yang bertiup dari satu arah tertentu
menghasilkan Crosswing pada salah satu Runway yang lebih besar daripada Permessible Crosswind,
bila angin bertiup lemah maka kedua Runway dapat dipergunakan.

2
B. KARAKTERISTIK RUNWAY
Karakteristik Runway pada dasarnya terdiri dari :
1. Struktur perkerasan, untuk menahan beban pesawat secara langsung.
2. Bahu disamping kiri-kanan perkerasan, untuk menahan erosi yang ditimbulkan oleh
adanya Jet-blast , dan juga untuk mengakomodasikan lalu lintas peralatan bagi
pesawat dan pengontrolan.
3. Strip Runway, yang mencakup perkerasan, bahu dan daerah diluar itu yang diratakan
dan diatur drinasenya. Areal ini harus mampu menahan jika ada pesawat yang
tergelincir
4. Blast pad, yaitu untuk menahan erosi permukaan disekitar ujung Runway akibat
adanya Jet-blast, bentuknya dapat dengan perkerasan atau dengan rumput biasa
5. Runway end safety area yaitu daerah yang sengaja dikosongkan untuk menghindari
kecelakaan pada saat pesawat melakukan pendaratan Over-shooting
6. Stopway, yaitu daerah tambahan diujung Runway yang diperkeras dan harus mampu
menahan beban pesawat yang berhenti
7. Clearway, adalah areal diujung Bandar udara yang tidak mempunyai struktur
perkerasan dan dibawah pengawasan pengelola Bandar udara dan digunakan hanya
apabila dalam keadaan darurat.

2.1.1.2. TAXIWAY
A. Tata Letak Taxiway
Adalah yaitu jalur yang menghubungkan antara Runway dan Apron dengan fungsi
utama adalah sebagai jalan keluar masuk pesawat dari Runway ke bangunan terminal dan
sebaliknya.
B. Geometri Taxiway
Lebar Taxiway dipengaruhi oleh Code Letter, dan untuk beberapa jenis pesawat tertentu
dipengaruhi oleh Wheelbase dan lebar main gear. Tujuan penentuan lebar minimum Taxiway
dengan memperhatikan Wheelbase atau lebar Main gear dimaksudkan roda Main gear tidak
keluar dari perkerasan di tikungan.
C. Taxiway berdasarkan letaknya :
 Entrance Taxiway Taxiway yang terletak diujung Runway sebagai jalan masuk
pesawat terbang yang akan menuju Runway.
 Exit Taxiway Taxiway yang berfungsi untuk memperpendek masa penggunaan
Runway pada saat pendaratan pesawat di Runway,sudut beloknya sekitar 30o –
45o .
 Parallel Taxiway Taxiway yang sejajar dengan Runway dan menghubungkan
Taxiway biasa dengan Apron, yang panjangnya sama maupun kurang dari
panjang Runway.
 Apron Taxiway Taxiway yang terletak dekat Apron sebagai jalan pintas
pesawat dari Apron ketempat pesawat akan diparkir dan Taxilane yaitu bagian
dari Apron yang diperuntukkan bagi jalan hubung ke areal parkir.

3
 Cross Taxiway berfungsi menghubungkan 2 Runway yang berdekatan sehingga
pemanfaatan kedua Runway dilakukan secara optimal. Taxiway ini biasanya
diadakan jika memang ada dua Runway sejajar.
2.1.1.3. APRON
Adalah sarana parkir / menyimpan pesawat yang posisinya terletak diantara Bangunan
terminal dan Taxiway yang dimaksudkan untuk menempatkan pesawat terbang agar cepat
memuat dan menurunkan penumpang, angkutan surat, barang atau kargo, kegiatan
pemeliharaan pesawat, melayani arus pesawat ke dan dari pintu dan arus peralatan yang
melayani pesawat didarat.
 Luas Area Apron
Dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Ukuran dan karakteristik manuver pesawat terbang
b. Volume lalu litas di Apron
c. Persyaratan ruang bebas
d. Cara pengaturan Aircraft stand
e. Bentuk (lay out)
f. Persayaratan bagi aktivitas fasilitas pendukung (Aircraft ground activity)
g. Taxiway dan jalan-jalan lain (service road)
 Tipe Apron
a. Apron Cargo
b. Apron Terminal
c. Apron Parkir
d. Apron Hanggar Dan Apron Service
e. Isolated Apron
 Apron Utility
a. Pengisian Bahan bakar pesawat
b. Tenaga Listrik
c. Fasilitas Grounding Pesawat
d. Penandaan dan Penerangan Apron

4
2.1.2 Sistem Bandara Sisi Darat (Airport System Land Side)
2.1.2.1. Terminal Bandara.
Terminal Bandara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang datang atau
pergi. Di dalamnya terdapat counter check-in, (CIQ, Carantine - Inmigration - Custom) untuk
bandara internasional, dan ruang tunggu serta berbagai fasilitas untuk kenyamanan
penumpang. Di bandara besar, penumpang masuk ke pesawat melalui belalai. Di bandara
kecil, penumpang naik ke pesawat melalui tangga yang bisa dipindah-pindah.
Suatu terminal bandar udara merupakan sebuah bangunan di bandar udara dimana
penumpang berpindah antara transportasi darat dan fasilitas yang membolehkan mereka
menaiki dan meninggalkan pesawat. Di terminal, penumpang membeli tiket, menitipkan
bagasinya, dan diperiksa pihak keamanan. Bangunan yang menyediakan akses ke pesawat
(melalui gerbang) disebut 'concourse. Tetapi, sebutan "terminal" dan "concourse" terkadang
digunakan berganti-ganti, tergantung konfigurasi bandara.
2.1.2.2. Curb/Trotoar
Curb/Trotoar, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan
terminal. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan
kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu
tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari
arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap
aksesibilitas dengan pembangunan trotoar. Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan
oleh volume para pejalan kaki yang berjalan dijalan, tingkat kecelakaan antara kendaraan
dengan pejalan kaki dan pengaduan/permintaan masyarakat.
2.1.2.3. Parking Area
Area Parkir, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput, termasuk taksi. Area
parkir bandar udara tidak hanya untuk para pengantar/penjemput saja, juga diperuntukan
kepada penumpang yang membawa kendaraan sendiri. Penumpang dapat menginapkan
kendaraan pribadinya di area parkir bandara dari keberangkatan sama tiba kembali namun
tetap mengikuti batas waktu yang telah ditentukan oleh pihak bandar udara.

2.2. Jenis Pesawat Penumpang.


2.2.1. AirBus
Airbus merupakan pesawat komersial yang masuk kategori Medium Range Aircraft
yang dapat menempuh jarak antara 4.000 hingga 10.400 km. Berbasis di Perancis, jenis
pesawat AirBus memiliki beberapa tipe, yaitu A318, A319, A320, A321, dan A330. Di
Indonesia, maskapai penerbangan yang menggunakan tipe AirBus ini adalah Citilink (Airbus
A320-200), Air Asia (Airbus A320-200 dan Airbus A320Neo), dan Garuda Indonesia
(Airbus A330-200 dan Airbus A330-300) yang memiliki karakteristik badan pesawat yang
sempit (narrow body) dan memiliki kapasitas 150 hingga 180 kursi pesawat. Airbus A320
mampu menempuh jarak hingga 5.920 km dengan menghabiskan bahan bakar 24.210 liter
yang lebih efisien dari Boeing 737. Airbus A330 merupakan sebuah pesawat terbang jet sipil
komersial bermain ganda jarak menengah hingga jarak jauh berkapasitas besar dan berbadan
lebar. Diperkirakan pesawat ini akan digantikan oleh seri terbaru Airbus A350. Pesawat
Airbus A300 salah satu dari seri Airbus yang sangat sukses di pasaran.

5
2.2.2. Boeing

Boeing adalah jenis pesawat yang paling dikenal di seluruh dunia yang telah
memproduksi lebih dari 6.000 unit pesawat. Bermarkas di Chicago, AS, perusahaan pembuat
pesawat terbang ini didirikan oleh William Edward Boeing seorang pebisnis dan penebangan
kayu yang sukses. Boeing memiliki dua divisi, yaitu Boeing Integrated Defense System (IDS)
yang bertanggung jawab untuk produk militer dan angkasa, dan Boeing Commercial Airlines
(BCA) untuk pesawat sipil. Produk Boeing yang paling laku adalah tipe Boeing 737 yang
pertama kali dibuat tahun 1967. Dengan penjualan sebanyak 7000 buah, Boeing berfungsi
untuk melakukan penerbangan jarak dekat dan sederhana. Saingan terbesar Boeing 737 yang
banyak digunakan untuk maskapai penerbangan Garuda Indonesia adalah Airbus A320 yang
juga dilengkapi teknologi tinggi sejak tahun kemunculannya di tahun 1990. Boeing
menciptakan seri 737-900 yang mampu terbang lebih jauh dan menampung penumpang lebih
banyak dari tipe 707 untuk melengkapi kebutuhan komersial dan tren peningkatan
penggunaan pesawat terbang sebagai alternatif transportasi.

Di Indonesia, Boeing 737 merupakan standar armada bagi maskapai di Indonesia.


Hampir semua maskapai penerbangan Indonesia menggunakan Boeing 737 dalam
operasional penerbangan. Perbedaan antara Airbus dan Boeing yaitu Airbus dibentuk oleh
konsorsium Eropa, sementara Boeing dimiliki oleh AS. Kedua perusahaan swasta penghasil
pesawat komersial ini sejak dekade tahun 1990an telah mengadakan diawali dalam pasar
global untuk pesawat jet komersial berukuran besar, mulai dari pesawat berbadan sempit,
lebar, hingga jet berukuran jumbo. Garuda Indonesia juga akan mengoperasikan Boeing 777,
sebuah pesawat penumpang sipil berbadan lebar untuk perjalanan jarak jauh dengan kapasitas
305 hingga 550 penumpang dengan jangkauan 5.600 hingga 16.400 km. Selain itu, Boeing
777 untuk menggantikan Boeing 747 dan tentunya lebih efisien. Di kelas Long Range
Aircraft yang mampu terbang minimal 10.400 km non stop, pesawat Boeing dan Airbus
bersaing sangat ketat.

2.2.3. ATR

ATR yang berbasis di Perancis adalah salah satu perusahaan yang berfokus pada
pengembangan bisnis pesawat komersial dengan tipe ATR42 dan ATR72 sejak tahun 1981.
Perbedaan antara keduanya terletak dari jumlah kursi yang ada di masing-masing tipe
pesawat. ATR42 berasal dari jumlah kapasitas kursi yang berjumlah 40 hingga 50. Pesawat
ini kemudian dikembangkan menjadi ATR72, sebuah pesawat penumpang regional jarak
pendek berkesan twin Turki dengan kapasitas kursi hingga 78 penumpang yang dikendalikan
oleh dua kru penerbangan. Pesawat ATR72-600 telah digunakan oleh maskapai Garuda
Indonesia dalam operasionalnya sehari-hari, terutama untuk rute-rute di Kalimantan
(Balikpapan, Palangkaraya, Pontianak, dan Putusibau) sehingga transportasi di Kalimantan
lebih cepat dan efisien seiring meningkatnya perdagangan dan perekonomian antar kata-kata
tersebut.

6
Ramainya peminat yang menggunakan transportasi di rute-rute di area yang masih
sulit transportasi membuat Garuda Indonesia mengembangkan penggunaan ATR72-600
hingga ke daerah-daerah Timur Indonesia, seperti Bali, Bima, Mataram, dan Labuan Bajo.
Pejabat tinggi Garuda Indonesia menyatakan bahwa pesawat inilah yang paling canggih dan
nyaman di kelasnya untuk melayani rute penerbangan jarak pendek di berbagai pulau dan
kota. Keunggulan lain dari pesawat komersial ATR72-600 adalah a) bisa menjangkau
bandara kecil dengan landasan pacu kurang dari 1600 meter dan jarak tempuh kurang dari
900 NM, b) walaupun berkapasitas 70 penumpang dengan jarak kursi hanya 30 inci, interior
kabin tetap terasa aman dan nyaman bagi penumpang karena di desain khusus oleh ahli
modifikasi interior mobil sport, Giorgetto Giugaro dari Italia, c) ATR72-600 juga diklaim
hemat bahan bakar sekitar 50 persen ketimbang pesawat lain yang sejenis dan memiliki jarak
tempuh yang sama, sehingga biaya operasionalnya lebih rendah, d) kantor pelayanan ATR di
Singapura akan menjamin ketersediaan suku cadang utama, seperti baling-baling dan nosel
bahan bakar.

2.2.4. Bombardier

Pesawat komersial dengan tipe Bombardier ini diciptakan oleh Bombardier Aerospace
yang merupakan bagian dari Bombardier Inc, sebuah perusahaan pesawat terbesar keempat di
dunia dalam hal pengiriman tahunan pesawat komersial secara keseluruhan, dan terbesar
ketiga dalam hal pengiriman tahunan pesawat terbang secara keseluruhan. Bermarkas di
Montreal, Quebec, Canada, Bombardier bekerjasama dengan perusahaan Aerospace
ExelTech untuk pemeliharaan, masalah perbaikan, dan overhaul (MRO). Bombardier
melengkapi produksi pesawat terbang mereka mulai dari pesawat jet bisnis, jet komersial,
hingga turboprop. Di Indonesia sendiri, walaupun rata-rata menggunakan Boeing dan Airbus
untuk mengangkut banyak penumpang sekaligus, namun untuk penerbangan di Timur
Indonesia umumnya menggunakan pesawat yang lebih kecil. Garuda Indonesia memilih
Bombardier CRJ700 untuk rute-rute penerbangan ke Indonesia bagian timur yang masih
memiliki akses transportasi yang minim. Semua pesawat CRJ700 dibuat di Bandar Udara
Internasional Montreal Mirabel di Kanada yang merupakan perpanjangan dari jumlah kursi
pesawat yang terdiri dari 66 hingga 78 kursi. Dilengkapi dengan sayap baru, CJR700
dilengkapi dengan sudut flat yang tinggi dan perpanjangan serta sedikit pelebaran lambung
dengan lantai yang lebih rendah.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Sistem Bandara Internasional Lombok

Bandar Udara Internasional Lombok (kode IATA: LOP ; ICAO: WADL) (Lombok
International Airport) adalah Bandara domestik dan internasional yang berlokasi di Kabupaten
Lombok Tengah, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Bandara ini dioperasikan oleh PT
Angkasa Pura I.[4][5] dan dibuka pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2011 untuk menggantikan
fungsi dari Bandara Selaparang Mataram. Terletak persis di jantung pulau "eksotik" Lombok tepatnya
di Jalan Tanak Awu. Melayani penerbangan domestik maupun international. Maskapai yang melayani
rute domestik antara lain yaitu Garuda Indonesia, Merpati Nusantara, Lion Air, Wings Air, Citilink,
Sky Aviation, Trans Nusa Aviation, Indonesia Air Transport (Non Reguler), dan Travira Air (Non
Reguler). Rute internasional dilayani oleh Silk Air dan AirAsia.
Pada tanggal 20 Oktober 2011 Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan bandara ini.[6]
Arsitektur bandara ini memiliki ciri khas rumah adat sasak, namun tentu saja menggunakan bahan-
bahan modern baja galvanis.

Tahap I (2006-2009)

 Runway: 45m x 2500m


 Apron: 52.074 m²
 Taxiway: 2 exit taxiway
 Terminal: 12.000 m² (Penumpang, VIP, Kargo)
 Parkir: 17.500 m²

Tahap II (2013-2015)

 Runway: 45m x 2750m


 Apron: 63.294 m²
 Taxiway: 2 exit taxiway
 Terminal: 16.500 m² (2,4juta penumpang per tahun)
 Parkir: 29.100 m²

Tahap-III (2028)

 Runway: 45m x 3500m


 Apron: 74.514 m²
 Taxiway: taxiway keluar dari 12, 2 taxiway keluar yang cepat, 1 paralel taxiway
 Terminal: 28.750 m² (3.25juta penumpang per tahun)
 Parkir: 29.100 m²

8
3.2. Pesawat Penumpang Yang Beroperasi Pada Bandara Internasional
Lombok.

Sejumlah penerbangan yang dilayani bandara ini sama seperti bandara sebelumnya,
yaitu Bandar Udara Tabing. Untuk penerbangan domestik, antara lain dengan Jakarta, Batam,
Medan, Bengkulu, Sungaipenuh, Sipora dan Bandung. Sementara untuk penerbangan
internasional yaitu dengan Kuala Lumpur. Penerbangan ke Singapura yang dilayani oleh
Tigerair Mandala ditutup setelah beberapa bulan beroperasi karena rendahnya tingkat isian
penumpang. Bandar Udara Internasional Minangkabau dapat menampung Pesawat Airbus
A300, Airbus A319, Airbus A320, Airbus A330, Airbus A340, Airbus A350, ATR 72,
Boeing 747, Boeing 777, dan McDonnell Douglas MD-11. Kelengkapan fasilitas yang jauh
berbeda dengan Bandar Udara Tabing, terbukti menggairahkan aktivitas penerbangan di
bandara ini. Hingga saat ini tercatat sebanyak lima maskapai penerbangan nasional dan satu
maskapai penerbangan asing yang telah beroperasi di bandara ini. Beberapa spesifikasi dari
jenis-jenis pesawat penumpang tersebut sebagai berikut.

9
3.2.2. Boeing 747.
Boeing 747, dikenal juga sebagai Jumbo Jet, adalah pesawat penumpang berbadan
lebar terbesar kedua saat ini, setelah pesawat A380 beroperasi pada akhir Oktober 2007.
Pesawat empat mesin ini, diproduksi oleh Boeing Commercial Airplanes, menggunakan
konfigurasi dua dek di mana dek atas digunakan untuk kelas bisnis. Konfigurasi 3-kelas
(kelas pertama, kelas bisnis dan kelas ekonomi) mampu menampung 400 penumpang dan
konfigurasi 1-kelas (hanya kelas ekonomi saja) mampu menampung 600 penumpang. 747
dapat terbang pada kecepatan 0,85 Mach atau 909 kilometer per jam dan mampu terbang
dengan jarak maksimum 13.570 km sampai 15.000 km. Pada tahun 1989, Qantas terbang
tanpa henti dari London ke Sydney, jarak penerbangan tersebut adalah sejauh 18.000 km dan
di selesaikan dalam waktu 20 jam 9 menit. Namun penerbangan itu tidak mengangkut
penumpang maupun kargo (pesawat kosong). Pada Mei 2004, 1382 unit pesawat Boeing 747,
dengan berbagai konfigurasi, telah diperbaiki atau disempurnakan, menjadikan 747 salah satu
produk Boeing yang paling sukses.
Spesifikasi Teknis
Boeing 747
Dimensi B747-100 B747-8
Panjang 70,6 m 76,25 m
Lebar (dari ujung sayap kiri ke ujung
59,6 m 68,45 m
sayap kanan)
Tinggi 19,3 m 19,4 m
Luas sayap 510,95 m² 554 m²
Berat bersih 162,4 ton 180,8 ton
Berat maksimum untuk terbang 340,2 ton 412,8 ton
Kecepatan maksimum 955 km/h 988 km/h
Jarak maksimum 9.800 km 15.000 km
170,6 CBM (5 palet+14
Kapasitas kargo 158,6 CBM (4 palet+14 LD1s)
LD1s)
4 × Pratt & Whitney JT9D 4 × General Electric GE NX
Contoh mesin
(207 kN) 2B76 (296 kN)
Krew Kokpit 3 2

10
3.2.3. Boeing 777.
Boeing 777 adalah sebuah pesawat penumpang sipil berbadan lebar bermesin ganda
berjarak jauh dibuat oleh Boeing Commercial Airplanes. Dapat mengangkut antara 314 - 451
penumpang dan memiliki jangkauan dari 5.235 sampai 9.380 mil nautikal (9.695 sampai
17.372 km). Penerbangan pertama Boeing 777 pada 1994. Ciri unik dari 777 termasuk enam
roda pendaratan per set di setiap roda pendaratan utama, fuselage yang bundar sempurna, dan
"tailcone" belakang yang menyerupai mata pisau. Pada 2005 harga satuannya sekitar US$213
juta, meskipun harga bagi maskapai penerbangan dirahasiakan dan dapat bervariasi sangat
besar. Boeing 777 dibuat untuk menjadi pengganti Boeing 747, namun lebih efisien. Oleh
karena itu, Boeing 777 yang dirancang untuk pengganti 747, menjadi pesawat twinjet (mesin
ganda) terbesar di dunia. Edisi 777 yang terbesar adalah 777-300 dan dengan jarak terjauh
adalah 777-200LR. Emirates, maskapai nasional UEA adalah operator terbesar pesawat
Boeing 777.
Boeing 777-300 merupakan pesawat terbesar untuk kategori pesawat komersial mesin
ganda. Dan untuk Boeing 777-300ER (Extended Range), mesinnya, General Electric GE90-
115B memiliki diameter yang sedikit lebih besar daripada diameter kabin Boeing 737 dan
mesin ini merupakan mesin pesawat dengan gaya dorong terkuat di dunia. Pesawat Boeing
777 ini sudah dilengkapi dengan sistem kemudi fly-by-wire. Sistem ini biasanya dipakai pada
pesawat tempur. Fungsinya adalah untuk mengatasi gejala "kurang ruang" yang terjadi pada
saat pilot menggerakkan "tuas kemudinya". Boeing 777 adalah pesawat pertama yang bentuk
badannya dirancang secara penuh dengan menggunakan desain komputer. Dan pada varian
yang baru, pesawat ini dilengkapi dengan "ruangan lantai atas tambahan" yang dapat
digunakan sebagai tempat istirahat bagi para awak pesawat. Dalam pembuatan kokpitnya,
pihak Boeing mendapat masukan dari sekitar 600 orang pilot. Pesawat ini menggunakan layar
LCD yang terpadu dalam bentuk glass cockpit. Pesawat ini merupakan pesawat pertama dari
Boeing yang menggunakan Glass Cockpit secara menyeluruh. Glass cockpit terkesan jauh
lebih rapi dan elegan jika dibandingkan dengan cockpit konvensional. Sistem Glass cockpit
ini dipercaya akan menjadi trend bagi pesawat-pesawat baru.

Spesifikasi teknis
Boeing 777
Boeing 777- Boeing 777- Boeing 777-
Dimensi Boeing 777-200 Boeing 777-300 Boeing 777F
200ER 200LR 300ER
Panjang 209 ft 1" (63,7 m) 209 ft 1 " (63,7 m) 209 ft 1"(63,7 m) 242 ft 4"(73.9 m) 242 ft 4"(73.9 m) 209 ft 1"(63,7 m)
Lebar (dari ujung
199 ft 11" (60.9 199 ft 11 in (60.9 199 ft 11 in (60.9
sayap kiri ke ujung 212 ft 7" (64,8 m) 212 ft 7" (64,8 m) 212 ft 7" (64,8 m)
m) m) m)
sayap kanan)
Tinggi 60 ft 9" (18.5 m) 60 ft 9" (18.5 m) 61 ft 1" (18.6 m) 60 ft 8" (18.5 m) 60 ft 8" (18.5 m) 61 ft 1" (18.6 m)
Ketinggian 43,100 ft (13,140 43,100 ft (13,140 43,100 ft (13,140 43,100 ft (13,140 43,100 ft (13,140 43,100 ft (13,140
maksimal m) m) m) m) m) m)
297,300 lb 304,500 lb 320,000 lb 353,800 lb 370,000 lb 318,300 lb
Berat bersih
(134,800 kg) (138,100 kg) (145,150 kg) (160,500 kg) (167,800 kg) (144,400 kg)
Berat maksimum 545,000 lb 656,000 lb 766,000 lb 660,000 lb 775,000 lb 766,800 lb
untuk terbang (247,200 kg) (297,550 kg) (347,500 kg) (299,370 kg) (351,500 kg) (347,800 kg)
Mach 0.84 Mach 0.84 Mach 0.84 Mach 0.84 Mach 0.84 Mach 0.84
Kecepatan (560 mph, (560 mph, (560 mph, (560 mph, (560 mph, (560 mph,
maksimum 905 km/h, 490 905 km/h, 490 905 km/h, 490 905 km/h, 490 905 km/h, 490 905 km/h, 490
knots) knots) knots) knots) knots) knots)
5,240 nmi 7,725 nmi 9,380 nmi 6,005 nmi 7,930 nmi 4,900 nmi
Jarak maksimum
(9,700 km) (14,310 km) (17,370 km) (11,120 km) (14,690 km) (9,070 km)
PW 4000, RR-800, PW 4000, RR-800, PW 4000, RR-800,
mesin 2x GE90 GE90 GE90
GE90 GE90 GE90
440 (max), 400 (2 440 (max), 400 (2 440 (max), 400 (2 365 (3 class), 451 365 (3 class), 451
kapasitas class), 301 (3 class), 301 (3 class), 301 (3 (2 class), 550 (2 class), 550 N/A (cargo)
class) class) class) (max) (max)
Kru Kokpit 2 2 2 2 2 2

11
12
3.3. Perencanaan.
3.3.1. Analisa Kondisi Eksisting
a. Kondisi eksisting
Perhitngan kapasitas eksisting runway menggunakan metode FAA. Tahapan
pertama yang harus dilakukan adalah menghitung mix index pada hari dengan
penjumlahan pergerakan pesawat jenis C dan D terbanyak yaitu pada tanggal 13 oktober
2009.
Tabel 1
Rekapitulasi Perhitungan Mix Index
Uraian (%) ΣC ΣD Σ MI (%) Uraian (%) ΣC ΣD Σ MI (%)
00.00 - 00.59 10 4 14 157 12.00 - 12.59 4 6 10 220
01.00 - 01.59 7 3 10 160 13.00 - 13.59 3 8 11 245
02.00 - 02.59 4 4 8 200 14.00 - 14.59 6 6 12 200
03.00 - 03.59 2 6 8 250 15.00 - 15.59 7 5 12 183
04.00 - 04.59 2 8 10 260 16.00 - 16.59 9 3 12 150
05.00 - 05.59 8 2 10 140 17.00 - 17.59 4 9 13 238
06.00 - 06.59 6 3 9 167 18.00 - 18.59 5 7 12 217
07.00 - 07.59 4 7 11 227 19.00 - 19.59 6 3 9 167
08.00 - 08.59 3 9 12 250 20.00 - 20.59 3 8 11 245
09.00 - 09.59 6 2 8 150 21.00 - 21.59 2 9 11 264
10.00 - 10.59 8 3 11 155 22.00 - 22.59 2 10 12 267
11.00 - 11.59 8 1 9 122 23.00 - 23.59 3 9 12 250
Rata-rata 6 4 10 186

b. Kapasitas Per Jam


Tabel 2
Rekapitulasi Kapasitas Runway Eksisiting
Uraian (%) C* Cb C80 C90 Uraian (%) C* Cb C80 C90
00.00 - 00.59 48 48 38.4 43.2 12.00 - 12.59 47 47 37.6 42.3
01.00 - 01.59 47 47 37.6 42.3 13.00 - 13.59 47 47 37.6 42.3
02.00 - 02.59 47 47 37.6 42.3 14.00 - 14.59 48 48 38.4 43.2
03.00 - 03.59 47 47 37.6 42.3 15.00 - 15.59 48 48 38.4 43.2
04.00 - 04.59 47 47 37.6 42.3 16.00 - 16.59 48 48 38.4 43.2
05.00 - 05.59 49 49 39.2 44.1 17.00 - 17.59 47 47 37.6 42.3
06.00 - 06.59 46 46 36.8 41.4 18.00 - 18.59 47 47 37.6 42.3
07.00 - 07.59 47 47 37.6 42.3 19.00 - 19.59 47 47 37.6 42.3
08.00 - 08.59 47 47 37.6 42.3 20.00 - 20.59 48 48 38.4 43.2
09.00 - 09.59 47 47 37.6 42.3 21.00 - 21.59 48 48 38.4 43.2
10.00 - 10.59 47 47 37.6 42.3 22.00 - 22.59 48 48 38.4 43.2
11.00 - 11.59 48 48 38.4 43.2 23.00 - 23.59 48 48 38.4 43.2
Rata-rata 47 47 38 43

13
 
3.3.2. Perencanaan Geometrik Runway
a. Meramalkan Jumlah Pergerakkan Pesawat & Penumpang
Perencanaan sebuah runway diawali dengan memperkirakan jumlah pergerakkan
baik itu pesawat maupun penumpang sehingga dapat ditentukan dimensi runway dan
jenis pesawat rencana yang tepat untuk mengakomodir pergerakkan penumpang pada
jam puncak.
Tabel 3
Forecasting Pergerakkan Pesawat
Tahun x Pergerakkan Pesawat (y) x.y x2 y2
2006 1 14,171 14,171 1 200,817,241
2007 2 14,992 29,984 4 224,760,064
2008 3 12,754 38,262 9 162,664,516
2009 4 14,712 58,848 16 216,442,944
2010 5 13,592 67,960 25 184,742,464
2011 6 14,732 88,392 36 217,031,824
2012 7 16,476 115,332 49 271,458,576
2013 8 18,675 149,400 64 348,755,625
2014 9 18,643 167,787 81 347,561,449
2015 10 21,945 219,450 100 481,583,025
2016 11 26,296 289,261 121 691,504,159
2017 12 28,554 342,651 144 815,347,097
2018 13 30,812 400,557 169 949,385,506
2019 14 33,070 462,979 196 1,093,619,388
2020 15 35,328 529,916 225 1,248,048,742
2021 16 37,586 601,369 256 1,412,673,569
2022 17 39,843 677,337 289 1,587,493,867
2023 18 42,101 757,821 324 1,772,509,638
2024 19 44,359 842,821 361 1,967,720,881
2025 20 46,617 932,336 400 2,173,127,596
Jumlah 210 525,258 6,786,635 2,870 16,367,248,172

Tabel 4
Forecasting Pergerakkan Penumpang
Tahun x Pergerkkan Penumpang (y) x.y x2 y2
2006 1 1,595,853 1,595,853 1 2,546,746,797,609
2007 2 1,732,630 3,465,260 4 3,002,006,716,900
2008 3 1,622,018 4,866,054 9 2,630,942,392,324
2009 4 1,822,339 7,289,356 16 3,320,919,430,921
2010 5 2,045,500 10,227,500 25 4,184,070,250,000
2011 6 2,268,333 13,609,998 36 5,145,334,598,889
2012 7 2,643,309 18,503,163 49 6,987,082,469,481
2013 8 2,719,380 21,755,040 64 7,395,027,584,400
2014 9 2,791,411 25,122,699 81 7,791,975,370,921

14
2015 10 3,169,122 31,691,220 100 10,043,334,250,884
2016 11 3,857,208 42,429,291 121 14,878,055,612,442
2017 12 4,193,664 50,323,971 144 17,586,819,663,815
2018 13 4,530,120 58,891,562 169 20,521,988,944,082
2019 14 4,866,576 68,132,066 196 23,683,563,453,243
2020 15 5,203,032 78,045,482 225 27,071,543,191,298
2021 16 5,539,488 88,631,809 256 30,685,928,158,247
2022 17 5,875,944 99,891,049 289 34,526,718,354,089
2023 18 6,212,400 111,823,200 324 38,593,913,778,825
2024 19 6,548,856 124,428,263 361 42,887,514,432,456
2025 20 6,885,312 137,706,239 400 47,407,520,314,980
Jumlah 210 76122496 998429075 2870 350,089,100,000,000

 
3.3.3.Penentuan Jenis Pesawat Rencana
Volume rata - rata pergerakkan bulanan:
y= 0,08417 × jumlah pergerakkan tahunan
0,08417 × 46.617
3.924 pergerakkan
Volume harian rata - rata:
y= 0,03226 × jumlah pergerakkan bulanan
0,03226 × 3.924
127 pergerakkan
Volume harian maksimum:
y= 1,26 × jumlah pergerakkan harian rata - rata
1,26 × 127
159 pergerakkan
Volume pada jam puncak
y= 0,0917 × jumlah pergerakkan harian maksimum
0,0917 × 159
15 pergerakkan
Jumlah penumpang pada tahun rencana = 6.885.312 penumpang, maka jumlah
pergerakkan penumpang pada jam puncak adalah:
1. = Jumlah pergerakkan × nilai TPHP
6.885.312 × 0,050
3.442,66
3.443 penumpang
Nilai pengali 0,050 diperoleh dari Tabel 5.7. Maka, kapasitas pesawat rencana:

y = jumlah pergerakkan penumpang = 3.433 = 235 seat


jumlah pergerakkan pesawat 15

dipilih pesawat jenis B737-600 dengan kapasitas kursi 290 kursi.

15

3.3.4.Penentuan Arah Konfigurasi Runway
Berdasarkan hasil pengolahan data angin yang ada dengan menggunakan software
WRPlot, diperoleh arah konfigurasi runway yang didasarkan pada arah angin dominan
yaitu pada arah 330˚ dari azimuth arah utara. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
gambar di bawah ini:

Gambar 2 Windrose

Perhitungan dimensi Runway
ARFL = 2438,4 m
Wingspan = 51,92 m
Outer main gear wheel span = 9,3 m
Overall length = 60,08 m
Maximum take off weight = 345.000 lb
Data kondisi lapangan:
Ketinggian lokasi = 15 mdpl
Gradien efektif = 1,5%
Suhu lapangan terbang = 30˚
1. Faktor koreksi terhadap
h
elevasi Fe = 1 + 0,07× 100
15
• 1 + 0,07× 100
• 1,0035

16
8. Koreksi terhadap temperature
Ft= 1 + (0,01 × (T ˗ (15 - 0,0065 × h )))
1 + (0,01 × (30 - (15 - 0,0065 × 15)))
1,1509
9. Koreksi terhadap
kemiringan Fs = 1 + 0,1 × S
1 + 0,1 × 1,5
1,0015
10. Panjang runway terkoreksi
ARFL
Lr0 =
F e  Ft  Fs

2.438,4
=
1,0035 1,1511,0015

= 2.821 m

e. Lebar runway
Lebar runway yang diperlukan untuk jenis peswat B767-300 dengan kode 4D
memerlukan runway selebar 45 m (ICAO).


3.3.5.RESA, Blastpad, Runway Shoulder
ICAO memberikan acuan untuk dimensi dari perlengkapan runway sebagai berikut:
a. RESA
Panjang = 240 m
Lebar = 90 m
Kemiringan RESA:
Kemringan longitudinal maksimum = 5%
Kemiringan transversal maksimum = 5%
b. Blastpad
Panjang = 30,48 m
Lebar = 60 m
c. Runway shoulder
Lebar runway shoulder adalah 7,5 m dari masing - masing sisi terluar runway.

17


3.3.6.Perencanaan Perkerasan Runway dengan Metode FAA
Pada tahapan ini dengan menggunakan data pergerakkan yang ada, dihitung terlebih
dahulu annual departure dari masing - masing jenis pesawat yang dilayani. Berikut
rekapitulasi hasil perhitungannya:
Tabel 5
Rekapitulasi Perhitungan Annual Departure dari masing - masing jenis pesawat yang
dilayani.
Tipe Kelas Konfigurasi MTOW Annual
Pesawat Pesawat Sumbu (Kg) Departure
B737-900ER 4D DWG 85139 14000
B737-800 4D DWG 79016 18693
A320 4D DWG 73500 1846
Pesawat Rencana
Dual Tandem
B767-300 4D Wheel 172365 16146,86
Selanjutnya adalah pengkonversian dari masing - masing tipe roda pendaratan
pesawat yang dilayani ke tipe roda pesawat rencana (R2) dengan persamaan sebagai
berikut:
R2 = Annual Departure x Faktor konversi
Faktor konversi untuk konversi dari tipe roda DWG ke Dual Tandem Wheel adalah
= 0,6, maka:
a. Pesawat B737-900ER
R2= 14.000 × 0,6 = 8.400
b. Pesawat B737-800
R2 = 18.693 × 0,6 = 11.216
c. Pesawat A320
R2 = 1.846 × 0,6 = 1.108
Setelah dilakukan pengkonversian tipe roda, langkah selanjutnya adalah
menghitung beban satu roda pada main gear dengan asumsi bahwa main gear memikul
95% dari bobot pesawat.
1
Rumus : W2 = MTOW x 0.95 x n
Maka, diperoleh nilai W2 untuk masing - masing jenis pesawat yang dilayani yaitu
sebagai berikut:

1
a. Pesawat B737-900ER => W2 = 85.139 × 0.95 × 4 = 20.220,51
1
b. Pesawat B737-800 => W2 = 79.016 × 0.95 × 4 = 18.766,30
1
c. Pesawat A320 => W2 = 73.500 × 0.95 × 4 = 17.456,25
Selain ketiga jenis pesawat tersebut, harus dihitung juga nilai beban roda (W1)
dari pesawat rencana yaitu B767-300:

B767-300 => W1 = 172.365 × 0.95 × 1 = 20.468,34


8

18
Kemudian dihitung Equivalent annual departure (R1) terhadap pesawat rencana
dengan rumus:
1
 w 2 2
Log R1 = Log R2 ×  
 

w
 1 
a. Pesawat B737-900ER
1
 20.220,51 2
Log R1 = Log (14.000) ×   = 3,90
 20.468,34 
R1 = 7.951,39

b. Pesawat B737-800
1
 18.766,30 2
Log R1 = Log (18.693) ×   = 3,88
 20.468,34 
R1 = 7.547,48
c. Pesawat A320
1
 17.456,25 2
Log R1 = Log (1.846) ×   = 2,81
 20.468,34 
R1 = 647,98
Sehingga dari perhitungan Equivalent Annual Departure (R1) di atas diperoleh
total dari konversi pergerakkan tahunan dari masing-masing tipe pesawat yaitu :
ΣR1 = 7.951,39 + 7.547,48 + 647,98 = 16.146,86
Berdasarkan hasil perhitugan di atas, pesawat rencana yang digunakan untuk dasar
perencanaan adalah B767-300 dengan konfigurasi dual tandem wheel memiliki Maximum
Take Off Weight (MTOW) sebesar 172.365 kg, dan didapat Annual Departure sebanyak
16.146,86. Dengan data CBR tanah pada tabel 4.35, Annual Departure dan MTOW dari
pesawat rencana dilakukan plotting dengan menggunakan grafik di bawah ini.

19
Gambar 3 Grafik Perencanaan Tebal Perkerasan

Berdasarkan grafik penentuan tebal perkerasan, diperoleh:


a. Tebal perkerasan total = 46,5 in = 116,25 cm
b. Tebal surface course:
 Daerah kritis = 4 in = 10 cm (daerah runway)
 Daerah non-kritis = 3 in = 7,5 cm (daerah shoulder)
c. Tebal base course = 6 in = 15 cm
d. Tebal subbase course = Ketebalan total – (surface-base course)
= 82,5 – (10 + 15)
= 57,5 cm
Adapun material yang digunakan untuk masing-masing layer, adalah sebagai
berikut:
a. Surface course: P-401 Hot Mix Asphalt
b. Base course: P-304 Cement – Treated Base Course
c. Sub base course : P208 Agregate Base Course

20

3.3.7.Perhitungan kebutuhan dimensi saluran drainase
Perhitungan secara terperinci dapat dilihat pada laporan. Berikut ini disajikan
hasil perhitungan hidrolikanya saja, sehingga diperoleh dimensi yang tepat untuk
drainase runway:
Tabel 6
Pehitungan Dimensi Saluran Drainase

Gambar 4 Profil Melintang Saluran Drainase

21
3.4. Peralatan Sistem Navigasi Penerbangan

3.4.1. Air Traffic Controller (ATC)

ATC atau yang disebut dengan Air Traffic Controller merupakan pengatur lalu lintas
udara yang tugas utamanya mencegah pesawat terlalu dekat satu sama lain dan
menghindarkan dari tabrakan (making separation). Selain tugas separation, ATC juga
bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot dalam menghandle
emergency/darurat, dan memberikan informasi yang dibutuhkan pilot (weather information
atau informasi cuaca, traffic information, navigation information, dll).

Air Traffic Controller

3.4.2. Jangkauan Berfrekuensi Sangat Tinggi / VOR Station (Very-high-


frequency Omnidirectional Range) Station

Kemajuan di bidang radio dan elektronika selama dan setelah perang dunia II
mengakibatkan adanya pemasangan dari stasiun-stasiun VOR Station (Very-high-frequency
Omnidirectional Range Station). Stasiun-stasiun tersebut mengirimkan sinyal radio ke segala
penjuru. Setiap sinyal dapat dianggap sebagai rute, yang disebut radial, yang dapat diikuti
oleh pesawat terbang. Stasiun pemancar VOR adalah suatu bangunan persegi yang kecil yang
memancarkan sinyal radio yang frekuensinya persis di atas frekuensi yang dipancarkan
stasiun-stasiun radio FM.

22
Frekuensi sangat tinggi yang penggunaannya benar-benar bebas dari gangguan listrik
statis. Alat penerima VOR dalam kokpit pesawat mempunyai tombol penyetel untuk memutar
frekuensi VOR yang dikehendaki. Penerbang dapat memiliki radial atau rute VOR yang
mereka kehendaki untuk mengikuti stasiun VOR. Di dalam kokpit juga terdapat alat
penunjuk penyimpangan posisi (PDI) yang menunjukkan hidung pesawat relatif terhadap
arah dari radial yang dikehendaki dan apakah pesawat terbang terletak di kiri atau kanan dari
radial.

Stasiun Pemancar VOR (Very-high-frequency Omnidirectional Range)

3.4.3. Alat Pengukur Jarak / DME (Distance-Measuring Equipment)


Alat ini telah dipasang hampir di semua stasiun VOR. Alat ini menunjukkan kepada
penerbang, jarak udara antara pesawat terbangnya dan suatu stasiun VOR tertentu. Sebagai
penggabungan antara kebutuhan-kebutuhan sipil dan militer FFA (Federal Aviation
Administration) mengganti sebagian DME dari fasilitas VOR dengan komponen alat
pengukur jarak TACAN (Tactical air navigation / navigasi udara taktis). Stasiun –stasiun
tersebut dikenal sebagai VOR-DMET. Apabila sebuah stasiun mempunyai peralatan TACAn
lengkap, baik peralatan jarak maupun azimut, dan juga VOR, stasiun itu ditetapkan sebagai
VORTAC.

DME (Distance-Measuring Equipment)

23
3.4.4. Radar Pengawasan Jalur Udara

Sebenarnya radar bukanlah alat bantu untuk navigasi. Fungsi utamanya adalah
memberikan letak dari setiap pesawat terbang melalui peraga visual kepada para pengendali
lalu lintas udara sehingga mereka dapat mengatur jarak-jarak di antara pesawat tersebut dan
menyelanginya apabila perlu. Meskipun demikian, radar dapat digunakan oleh para
pengendali lalu lintas udara untuk menuntun pesawat terbang apabila diperlukan.

Radar Pengawasan Jalur Udara

3.4.5. Sistem Pendaratan dengan Instrumen / Instrument Landing System (ILS)

Metode yang paling banyak digunakan adalah sistem pendaratan dengan instrumen
(Instrument landing system / ILS). Sistem ini terdiri dari dua pemancar radio yang terletak di
bandar udara yang bersangkutan, yang satu disebut penentu letak (localizer) dan yang lain
disebut kemiringan luncur (glide slope). Penentu letak memberikan petunjuk kepada
penerbang, apakah mereka berada di kiri atau di kanan jalur yang tepat untuk pendaratan di
landasan pacu. Kemiringan luncur menunjukkan sudut luncur di bawah, tepat menuju
landasan pacu (sekitar 20 – 30).
Fungsi dari penentu letak dan fasilitas kemiringan luncur dipengaruhi oleh
kedekatannya terhadap benda-benda yang bergerak, seperti gerakan kendaraan dan pesawat
terbang. Benda-benda tetap yang terletak di dekat penentu letak dan fasilitas kemiringan
luncur juga dapat mengganggu sinyal-sinyal radio.

24
Perubahan kemiringan yang tiba-tiba di daerah sekitar antena penentu letak juga tidak
diperbolehkan karena akan mengakibatkan sinyal tidak dipacarkan dengan semestinya.

Instrument Landing System (ILS)

3.4.6. Sistem Pendaratan Mikrogelombang / Microwave Landing System (MLS)

Sistem ini memberikan jangkauan volumetrik untuk lintasan yang fleksibel dalam
pendekatan, pendaratan dan pemberangkatan dan beroperasi pada frekuensi-frekuensi
mikrogelombang. ILS mempunyai sejumlah masalah sehingga mendorong perlunya
pengembangaan sistem-sistem pendaratan yang lebih canggih. Tidak seperti pada ILS, yang
hanya memberikan satu kemiringaan luncur, MLS memberikn sejumlah kemiringan pada
bidang horisontal. MLS dapat dipakai oleh setiap rute yang dikehendaki sepanjang rute
tersebut berada dalam suatu daerah yang bersudut 200 sampai 600 dari setiap sisi garis
landasan pacu. MLS juga jauh lebih juat dibandingkan dengan ILS.
Dari sudut pandangan perencanaan bandar udara, salah satu keunggulan paling utama
MLS ini adalah kemampuan pengurangan kebisingan yang besar karena pesawat terbang
dapat ditahan pada tempat-tempat yang lebih tinggi sebelum meluncur turun menuju bandar
udara, atau mengikuti rute-rute menelengkung yang tidak mempengaruhi daratan sebaanyak
seperti pada rute-rute ILS. Keunggulan lainnya adalah peniadaan keharusan bagi seluruh
pesawat terbang, besar atau kecil untuk mengikuti rute pendekatan umum menuju landasan
pacu.

Microwave Landing System (MLS)

25
3.4.7. Radar Pendekatan Presisi / PAR (Precision Approach Radar)

Pada sejumlah bandar udara, telah dipasang alat bantu pendaratan lain, yang dikenal
sebagai radar pendekatan presisi (PAR) atau pendekatan kendali darat / GCA (Ground
Control Approach). Pada layar PAR tergambar tampak atas dan ketinggian pesawat terbang
yang sedang meluncur turun, jadi para pengendali dapat menentukan apakah suatu pesawat
terbang berada pada lintasan luncur dan apakah pesawat itu sudah segaris dengan landasan
pacu. Namun para penerbang perusahaan penerbangan komersial hampir seluruhnya
menggunakan ILS, karena PAR terlalu tergantung pada pengendali di menara pengendali dan
tidak memberikan informasi langsung kepada penerbang.

Precision Approach Radar (PAR)

3.4.8. Radar Pengawasan Bandar Udara / Airport Surveillance Radar (ASR)

Untuk memberikan gambaran menyeluruh kepada operator menara pengendali apa


yang terjadi di dalam ruang angkasa di sekitar terminal, pada banyak bandar udara utama
dipasang radar pengawasan bandar udara / ASR (Airport Surveillance Radar). ASR ini
berputar 3600 dan informasi diterima pada sebuah layar dalam menara pengendali, titik
horisontal relatif pesawat terbang digambarkan dengan titik-titik. Titik-titik pesawat terbang
yang bergerak ini meninggalkan jejak yang bercahaya pada radar, yang menunjukkan arah
gerak pesawat terbang dan dapat menunjukkan kepesatan pesawat terbang. ASR tidak
menunjukkan atas pantulan sinyal dari kulit pesawat. Radar ini sering disebut radar primer
(Primary radar).

26
Airport Surveillance Radar (ASR)
3.4.9. Pendeteksi Permukaan Bandar Udara / Airport Surface Detection
Equipment (ASDE)

Pada bandar udara yang ramai, para pengendali mengalami kesulitan dalam mengatur
pesawat yang sedang bergerak perlahan-lahan di landas-hubung karena mereka tidak dapat
melihat pesawat dalam kondisi penglihataan yang sangat jelek. Suatu radar yang dirancang
khusus yang disebut alat pendeteksi permukaan bandar udara / ASDE (Airport Surface
Detection Equipment) telah dikembangkan untuk membantu pengendali dalam mengatur lalu
lintas udara. Pada layar radar tergambar landasan pacu, landas hubung dan daerah terminal.

Airport Surface Detection Equipment (ASDE)

27
3.5. Marka Daerah Pergerakan Pesawat Udara.
Marka Daerah Pergerakan Pesawat Udara adalah suatu tanda yang ditulis atau
digambarkan pada jalan di daerah pergerakan pesawat udara dengan maksud untuk
memberikan suatu petunjuk, menginformasikan suatu kondisi, dan batas-batas keselamatan
penerbangan. Marka di daerah pergerakan pesawat udara dituliskan atau digambarkan pada
permukaan landas pacu, landas ancang dan apron. Marka merupakan sesuatu yang berbeda
dengan rambu. Secara garis besar perbedaan antara rambu dengan marka adalah, rambu
berada di atas jalan, suatu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat
lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk
memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk. Rambu biasanya menggunakan
tiang besi sebagai penyangganya. Sedangkan marka jalan adalah suatu tanda yang berada di
permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang
membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Dapat disimpulkan marka sebagai tulisan atau garis yang menandai jalan tersebut.

3.5.1. Marka di Landas Pacu (runway)

Marka di Landas Pacu merupakan suatu tanda pada daerah yang diperkeras berbentuk
persegi panjang di bandar udara yang disediakan untuk lepas landas dan pendaratan. Nama
landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk
landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai
dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 09/27. Apabila
bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan diidentifikasi dengan
penambahan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang
ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 02R/20L.

Jenis Fungsi
Runway Side Garis putih solid maupun tunggal yang terletak pada sepanjang tepi runway untuk tanda
Stripe Markingbatas tepi runway.
Garis berwarna putih dalam bentuk dua angka atau kombinasi dua angka dan satu huruf
Runway
tertentu terletak pada threshold dan runway center line marking sebagai identitas runway.
Designation
Fungsinya adalah sebagai petunjuk arah runway yang digunakan untuk lepas landas dan
Marking
pendaratan.
Threshold Tanda berupa garis putih sejajar dengan arah runway yang terletak 6 meter dari awal runway
Marking yang berfungsi sebagai tanda permulaan yang digunakan untuk pendaratan.
Terdiri dari garis putus-putus berwarna putih terletak di tengah sepanjang runway.
Runway Center
Merupakan suatu garis dan celah yang memiliki panjang tidak kurang dari 50 meter dan
Line Marking
tidak lebih dari 75 meter yang berfungsi sebagai petunjuk garis tengah runway.
Aiming Point Tanda di runway yang terdiri dari dua garis lebar berwarna putih sebagai penunjuk tempat
Marking pertama roda pesawat yang diharapkan untuk menyentuh runway saat mendarat.
Tanda pada runway yang terdiri dari garis-garis berwarna putih berpasangan di kiri-kanan
Touchdown
garis tengah runway sebagai penunjuk panjang runway yang masih tersedia pada saat
Zone Marking
melakukan pendaratan.
Displaced Tanda berwarna kuning pada ujung runway berbentuk panah atau tanda silang. Tanda panah
Threshold sebagai penunjuk runway yang hanya dapat digunakan untuk tinggal landas. Tanda silang
Marking berfungsi sebagai penunjuk bagian runway tidak dapat dipergunakan.
Merupakan tanda berwarna kuning yang ditempatkan di luar ujung runway di belakang
Pre-Threshold
threshold panah. Fungsinya sebagai penunjuk bahwa daerah tidak boleh dipergunakan untuk
Marking
tinggal dan lepas landas.

28
3.5.2. Marka di Landas Ancang (taxiway)

Marka di landas ancang adalah suatu tanda pada jalan di jalur tertentu di bandar udara
yang disediakan untuk pergerakan pesawat udara dari suatu tempat lainnya di darat. Taxiway
adalah jalur di bandara yang menghubungkan landasan pacu dengan jalur landai, hangar,
terminal dan fasilitas lainnya. Taxiway kebanyakan memiliki permukaan yang keras seperti
aspal atau beton. Namun terkadang bandara yang lebih kecil atau belum memenuhi kriteria
internasional menggunakan kerikil atau rumput. bandara yang padat jadwal dan sibuk
biasanya membangun taxiway berkecepatan tinggi untuk memungkinkan pesawat
meninggalkan landasan pacu pada kecepatan yang lebih tinggi. Hal ini membuat pesawat
untuk mengosongkan landasan pacu lebih cepat, dan pesawat lainnya untuk mendarat atau
berangkat dalam ruang waktu yang lebih singkat.

Jenis Fungsi
Taxiway Center Line Merupakan suatu tanda dengan garis lebar 0.15m berwarna kuning sebagai pemberi
Marking tuntunan kepada pesawat udara dari runway menuju apron atau sebaliknya.
Tanda garis yang melintang di taxiway berupa dua garis solid dan dua garis terputus-
Runway Holding
putus berwarna kuning sebagai tanda bagi pesawat untuk berhenti sebelum memperoleh
Position Marking
izin memasuki runway.
Taxiway Edge
Garis berwarna kuning sepanjang tepi taxiway sebagai penunjuk batas pinggir taxiway.
Marking
Tanda berupa garis-garis berwarna kuning terletak di sebelah luar taxiway edge
Taxi Shoulder
marking dan merupakan bahu taxiway sebagai tanda yang menunjukkan tidak boleh
Marking
dilalui pesawat udara
Intermediate Holding Tanda pada persimpangan taxiway yang berupa garis putus-putus berwana kuning
Position Marking sebagai penunjuk letak persimpangan taxiway.
Exit Guide Line Garis kuning yang terletak di runway dan menghubungkan taxiway center line sebagai
Marking pemberi tuntunan keluar masuk pesawat udara menuju landas pacu atau sebaliknya.
Tanda garis melintang di taxiway berupa dua garis solid dan dua garis terputus-putus
Road Holding
berwarna putih yang berguna sebagai tanda kendaraan untuk berhenti seelum
Position Marking
memperoleh izin memasuki atau menyebrangi runway.

29
3.5.3. Marka di Apron

Daerah atau tempat di bandar udara yang telah ditentukan guna menempatkan pesawat udara,
menurunkan dan menaikkan penumpang, kargo, pos, pengisian bahan bakar dan perawatan
ringan pesawat udara. Apron adalah bagian penting dari bandar udara yang digunakan
sebagai tempat parkir pesawat terbang. Selain untuk parkir, pelataran pesawat (Apron)
digunakan untuk mengisi bahan bakar, menurunkan penumpang, dan menaikkan penumpang
pesawat terbang. Apron berada pada sisi bandar udara (airport side) yang langsung
bersinggungan dengan bangunan terminal, dan juga dihubungkan dengan jalan rayap
(taxiway) yang menuju ke landas pacu.[8]

Jenis Fungsi
Adalah garis merah pada apron yang lebarnya 0.20 meter yang berfungsi sebagai
Apron Boundary/Security
penunjuk batas antara apron, taxiway, aircraft stand taxi line atau daerah parking
Line Marking
stand.
Merupakan marka atau garis merah tidak terputus pada apron dengan lebarnya
0.15m. Fungsinya adalah menunjukkan batas yang aman bagi pesawat udara dari
Apron Safety Line Marking
pergerakan peralatan pelayanan darat (GSE). Suatu daerah tertutup tempat
pesawat udara di parkir selama pelayanan grown handling diberikan.
Equipment parking Area Garis putih yang berfungsi sebagai suatu area yang terletak pada jarak aman di
Marking/Equipment luar aircraft safety area yang digunakan sebagai pembatas parkir dan pesawat
Staging Area udara
Apron Lead-in dan Lead- Garis kuning di apron dengan lebar 0.15m sebagai pedoman yang digunakan
out Line Marking oleh pesawat udara untuk melakukan ancangan ke dalam atau keluar apron
Tanda berupa garis berwarna kuning sebagai tempat berhenti pesawat udara yang
Aircraft Nose Wheel
parkir. terletak di apron area pada perpanjangan lead-in dan berjarak 6 meter dari
Stopping Position Marking
akhir garis lead-in.
Apron Edge Line Marking Garis kuning di sepanjang tepi apron untuk menunjukkan batas tepi apron
Tanda di apron berupa huruf dan angka yang berwarna kuning dengan latar
Parking Stand Number
belakang hitam yang berfungsi sebagai penunjuk nomor tempat parkir pesawat
Marking
udara
Tanda di apron berupa garis-garis merah yang yang terletak di dekat aircraft
parking stand berbentuk trapesium berfungsi sebagai penunjuk daerah aerobridge
Aviobridge Safety Zone
atau garbarata. Garbarata merupakan sarana berupa jembatan yang dapat diatur
Marking
langsung ke pintu pesawat udara, digunakan untuk naik atau turun penumpang,
dari dan ke ruang tunggu.
Tanda berbentuk persegi panjang dengan garis-garis berwarna merah yang tidak
No Parking Area Marking
boleh digunakan untuk parkir peralatan
Tanda berupa dua garis pararel sebagai batas pinggir jalan dan garis putus-putus
sebagai petunjuk sumbu jalan, berwarna putih dengan lebar garis 0.15m sebagai
Service Road Marking jalan pelayanan umum bagi kendaraan atau peralatan yang membatasi sebelah
kanan dan kiri yang memungkinkan pergerakan peralatan (GSE) terpisah dengan
pesawat udara

30
Marka Runway

Marka Taxiway

Marka Apron

31
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan.
Jadi dari pembahasan diatas menjelaskan bahwa:

 Bandara Internasional Minangkabau Padang memiliki Sistem Bandara diantaranya:


Fasilitas Sisi Udara
LANDASAN : 2750 M x 45 M/PCN 83 F/C/X/T
APRON : 37.800 M2 / 7 Parking Stand (B737 Classic)
TAXIWAY : 3 Jalur ( A, B, dan C ) /PCN 83 F/C/X/T
Terminal Penumpang
TERMINAL : 20.580,07 M2 / 2,7 juta Pax
CHECK IN COUNTER : 26 Counter
BOARDING LOUNGE : Domestic = 508 seats
: International = 168 seats
ARRIVAl HALL : Domestic = 1507,2 M2
: International = 835,5 M2
Fasilitas Sisi Darat
HANGGAR : 2.255,28 M2 / 1 B737 Series
GARBARATA : 4 Unit

 Bandar Udara Internasional Minangkabau dapat menampung Pesawat Airbus A300,


Airbus A319, Airbus A320, Airbus A330, Airbus A340, Airbus A350, ATR 72,
Boeing 747, Boeing 777, dan McDonnell Douglas MD-11.

 Tahapan perencanaan runway sebuah bandara yaitu:


1. Analisa Kondisi Eksisting,
2. Perencanaan Geometrik Runway,
3. Penentuan Jenis Pesawat Rencana,
4. Penentuan Arah Konfigurasi Runway,
5. RESA, Blastpad, Runway Shoulder,
6. Perencanaan Perkerasan Runway dengan Metode FAA,
7. Perhitungan kebutuhan dimensi saluran drainase.

32
 Peralatan sistem navigasi penerbangan yang ada pada bandara :
1. Air Traffic Controller (ATC)
2. Jangkauan Berfrekuensi Sangat Tinggi / VOR Station (Very-high-frequency
Omnidirectional Range) Station
3. Alat Pengukur Jarak / DME (Distance-Measuring Equipment)
4. Radar Pengawasan Jalur Udara
5. Sistem Pendaratan dengan Instrumen / Instrument Landing System (ILS)
6. Sistem Pendaratan Mikrogelombang / Microwave Landing System (MLS)
7. Radar Pendekatan Presisi / PAR (Precision Approach Radar)
8. Radar Pengawasan Bandar Udara / Airport Surveillance Radar (ASR)
9. Pendeteksi Permukaan Bandar Udara / Airport Surface Detection Equipment
(ASDE)

 Marka daerah pergerakan pesawat udara:


1. Marka di landasan pacu ( runway )
2. Marka di landasan ancang ( taxiway )
3. Marka di apron

4.2. Saran.
Diharapkan dengan adanya perencanaan pengembangan runway yang ada pada
Bandara Internasional Minangkabau Padang dapat meningkatkan jumlah pemenuhan target
penumpang dalam satu tahun dapat dicapai dengan lebih cepat dan sesuai dari perencanaan.

33

You might also like