Professional Documents
Culture Documents
FARMAKOTERAPI TERAPAN
“Deep Vein Thrombosis (DVT)”
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Khusniatul Mazidah 175020004
Septi Ayu Dianti 175020029
Emilia Ramadyanti 17502055
Seorang pasien, laki-laki, usia 58 tahun, datang ke UGD suatu rumah sakit dengan keluhan
nyeri pada betis kaki kanan (skala 3/10) disertai dengan rasa kencang dan panas. Rasa nyeri
bertambah parah ketika berjalan. Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh (fisik dan
laboratorium), dokter mendiagnosa pasien mengalami deep vein thrombosis (DVT). Dokter
membuat regimen terapinya. Pasien saat ini, pasien sedang mengkonsumsi obat allopurinol
300 mg 1 kali sehari dan ezetimibe 10 mg 1 kali sehari karena memiliki riwayat penyakit
Pertanyaan/Tugas Mahasiswa:
1. Jelaskan tentang penyakit DVT(gambaran penyakit, penyebab dan gejala klinik yang
2. Jelaskan dampak yang dapat dialami oleh pasien jika penyakit ini tidak dapat
3. Jelaskan tujuan terapi jangka pendek dan jangka panjang untuk pasien ini!
5. Rancanglah terapi obat yang akan diberikan kepada pasien (Lengkap dengan bentuk
sediaan, dosis, jadwal pemberian dan durasi pengobatan untuk masing-masing obat)!
6. Rancanglah rencana monitoring terapi untuk pasien ini untuk memastikan efiktivitas
1. Jelaskan tentang penyakit DVT(gambaran penyakit, penyebab dan gejala klinik yang
Jawab:
Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/ DVT) didefinisikan sebagai
kondisi timbulnya trombus pada vena dalam. Trombosis vena dalam sering
tersamarkan karena tidak ada tanda peradangan lokal yang terlihat seperti pada
trombosis vena perifer. Adanya trombosis akan merusak vena distal beserta katupnya
(akibat refluks) sehingga menyebabkan terjadinya infusiensi vena (Tanto dkk, 2014)
Deep vein thrombosis (DVT) adalah bekuan darah di vena dalam yang
sebagian besar tersusun atas fibrin, sel darah merah, serta sebagian kecil komponen
leukosit dan trombosit. Trombus pada sistem vena dalam sebenarnya tidak berbahaya,
dapat menjadi berbahaya bahkan dapat menimbulkan kematian jika sebagian trombus
terlepas, kemudian mengikuti aliran darah dan menyumbat arteri di dalam paru
(emboli paru). Pemeriksaan untuk mendeteksi DVT di antaranya adalah D-Dimer dan
imaging (seperti USG, Venografi, CT Scan, atau MRV). Diagnosis DVT harus
dilakukan secara tepat dan akurat untuk meminimalkan risiko emboli paru. DVT
diterapi dengan antikoagulan dan juga heparin dengan berat molekul rendah, namun
terapi tersebut juga meningkatkan risiko perdarahan. Profilaksis jauh lebih efektif
menekan angka kematian akibat DVT yang berkembang menjadi emboli paru
darah, dan perubahan daya beku darah.Selain faktor stimuli, terdapat faktor protektif
yaitu inhibitor faktor koagulasi yang telah aktif (contoh: antitrombin yang berikatan
dengan heparan sulfat pada pembuluh darah dan protein C yang teraktivasi), eliminasi
faktor koagulasi aktif, dan kompleks polimer fibrin oleh fagosit mononuklear dan
Patofisiologi Trombosis vena biasanya terdiri dari fibrin, sel darah merah, dan
beberapa komponen trombosit dan leukosit. Terdapat tiga hal yang berperan dalam
a. Stasis vena
Aliran darah vena cenderung lambat, bahkan dapat stasis terutama di daerah yang
Aktivasi sel endotel oleh sitokin yang dilepaskan sebagai akibat kerusakan
darah meningkat atau aktivitas fibrinolisis menurun. DVT sering terjadi pada
a. Nyeri
daerah betis menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian
medial dan anterior paha. Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa
terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya mulai dari yang ringan sampai hebat.
Nyeri akan berkurang jika penderita berbaring, terutama jika posisi tungkai
ditinggikan.
b. Pembengkakan
lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri, sedangkan apabila
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis
vena dalam dibandingkan trombosis arteri, ditemukan hanya pada 17% - 20%
kasus. Kulit bisa berubah pucat dan kadangkadang berwarna ungu. Perubahan
warna menjadi pucat dan dingin pada perabaan merupakan tanda sumbatan vena
besar bersamaan dengan spasme arteri, disebut flegmasia alba dolens (Jayanegara,
2016).
2. Jelaskan dampak yang dapat dialami oleh pasien jika penyakit ini tidak dapat
Jawab:
DVT pada umumnya bersifat asimtomatis . Pada sebagian penderita dapat timbul
gejala klinis yang tidak khas misalnya nyeri dada, akibat dari emboli paru yang
pembuluh vena utama sehingga muncul dampak yang dialami pasien seperti:
Otot kaku
jaringan parut disekitar katup. Jaringan parut yang terbentuk dapat merusak
2014).
penyakit ini tidak dapat dikendalikan dengan baik yaitu dapat terjadi
bekuan darah yang berasal dari tempat lain. Tanda dan gejalanya tidak khas,
seringkali pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada saat menarik napas, batuk
terjadi pada saat rekanalisasi lumen vena yang mengalami trombosis, atau karena
sisa trombus dalam lumen vena. Sindrom ini ditandai oleh bengkak dan nyeri
berulang dan progresif, dapat terjadi dalam 1 sampai 2 tahun setelah kejadian
trombosis vena dalam, pada 50% pasien. Pada beberapa pasien dapat terjadi
diberi pelembap dan perawatan luka. Setelah ulkus sembuh pasien harus
2016).
3. Jelaskan tujuan terapi jangka pendek dan jangka panjang untuk pasien ini!
Jawab:
Tujuan terapi jangka pendek adalah mencegah pembentukan trombus yang makin
Jawab:
dan terapi.
1. Pencegahan
yang akan menjalani operasi besar dan pasien dengan kelainan vaskular.
Heparin dosis rendah (low dose unfractioned heparin/ DUH) dierikan 0,2
mL. Subkutan dua kali sehari selama 5 – 7 hari (Tanto dkk, 2014).
2. Terapi medikamentosa
yang lebih besar serta mencegah emboli paru. Beberapa obat yang digunkan
antara lain golongan antikoagulan (Warfarin dan Heparin). Perlu diperhatikan pula
a. Unfractionated Heparin
berdasarkan nilai Activated Partial Thromboplastin Time (APTT). Nilai APTT yang
diinginkan adalah 1,5- 2,5 kontrol. Mekanisme kerja utama heparin adalah: 1).
meningkatkan kerja antitrombin III sebagai inhibitor faktor pembekuan, dan 2).
melepaskan tissue factor pathway inhibitor (TFPI) dari dinding pembuluh darah.
Diberikan dengan cara bolus 80 IU/kgBB intravena dilanjutkan dengan infus 18 IU/
kgBB/jam. APTT, masa protrombin (protrombin time /PT) dan jumlah trombosit
harus diperiksa sebelum memulai terapi heparin, terutama pada pasien berusia lebih
disease, penyakit hepar, kanker, dan risiko tinggi perdarahan (bleeding tendency).
Efek samping perdarahan dan trombositopeni. Pada terapi awal risiko perdarahan
kurang lebih 7%, tergantung dosis, usia, penggunaan bersama antitrombotik atau
trombolitik lain. Trombositopeni transien terjadi pada 10-20% pasien. Heparin dapat
dihentikan setelah empat sampai lima hari pemberian kombinasi dengan warfarin jika
karena waktu paruh biologis lebih panjang, dapat diberikannsubkutan satu atau dua
dengan warfarin selama empat sampai lima hari, dihentikan jika kadar INR mencapai
2 atau lebih. Enoxaparin disetujui oleh FDA (U.S. Food and Drug Administration)
untuk pengobatan DVT dengan dosis 1 mg/ kg dua kali sehari atau 1,5 mg/kg sekali
sehari. Dalteparin disetujui hanya untuk pencegahan DVT. Pada penelitian klinis,
dalteparin diberikan dengan dosis 200 IU/kgBB/hari (dosis tunggal atau dosis terbagi
dua kali sehari). FDA telah menyetujui penggunaan tinzaparin dengan dosis 175
IU/kg/hari untuk terapi DVT. Efek samping trombositopeni dan osteoporosis LMWH
lebih jarang dibanding pada penggunaan UFH. Kontraindikasi terapi antikoagulan
antara lain kelainan darah, riwayat stroke perdarahan, metastasis ke central nervous
system (CNS), kehamilan, peripartum, operasi abdomen atau ortopedi dalam tujuh
penderita gangguan fungsi ginjal, dosisnya harus disesuaikan atau digantikan oleh
c. Warfarin
segera setelah diagnosis DVT ditegakkan, namun kerjanya memerlukan satu minggu
atau lebih. Oleh karena itu, LMWH diberikan bersamaan sebagai terapi penghubung
sakit. Dosis standar warfarin 5 mg/ hari, dosis disesuaikan setiap tiga sampai tujuh
hari untuk mendapatkan nilai INR antara 2,0-3,0. INR diusahakan antara 1,5-2,0,
meskipun masih menjadi pertentangan. Pada sebuah penelitian, INR lebih dari 1,9
didapat rata-rata 1,4 hari setelah dosis 10 mg.7 Dosis warfarin dipantau dengan waktu
direkomendasikan tiga sampai enam bulan. Kontraindikasi terapi warfarin, antara lain
5. Rancanglah terapi obat yang akan diberikan kepada pasien (Lengkap dengan bentuk
sediaan, dosis, jadwal pemberian dan durasi pengobatan untuk masing-masing obat)!
Jawab:
Terapi yang diberikan adalah unfraktional heparin secara bolus dengan dosis
jam dicek APTT (Activated Partial Thromboplastin Time), dosis yang diberikan
selanjutnya :
Perhhitungan dosis Heparin
25.000UI/5ml injeksi
5200
𝑥5 𝑚𝑙 = 1,04 𝑚𝑙~ 1 𝑚𝑙
25000
Dosis selanjutnya:
7020
𝑥 5 𝑚𝑙 = 1,404 𝑚𝑙~1,4 𝑚𝑙
25000
Perhitungan pertetes IV
1,4 𝑚𝑙+500 𝑚𝑙 𝑋 20
1 = 27,855 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 ~ 28 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡.
360
Untuk infuse yang digunakan adalah satu set infuse dengan ukuran jarum 18.
Terapi unfraktional heparin diberikan selama 10 hari, kemudian dilanjutkan terapi
Terapi Allopurinol tetap dilanjutkan dengan dosis 300 mg 1 kali sehari dan Ezetimibe
10 mg 1 kali sehari
6. Rancanglah rencana monitoring terapi untuk pasien ini untuk memastikan efiktivitas
Jawab:
a. Monitoring kadar asam urat dan kolesterol kadar asam urat normal pada pria: 2-
7,5 mg/dl, pada wanita: 2-6,5 mg/dl, dan kadar kolesterol normal < 200 mg/dl,
bertambah parah
Tanda dan gejala DVT stabil: tanda dan gejala DVT berkurang sampai hilang,
Tanda dan gejala DVT bertambah parah: terjadi recurrent DVT (tanda dan gejala
minum obatnya.
heparin (Nicholas).
hematokrit, dan tekanan darah: nilai hemoglobin turun hingga ≥ 2,0 g/dl, nilai
hematokrit naik hingga 45% pada wanita, kadar hematocrit yang tinggi dapat
meningkatkan kekentalan plasma darah dan reaktifitas platelet (hanya terjadi pada
d. Pasien diminta untuk mendeteksi apabila terjadi memar, muntah darah, adanya
darah di urin, buang air besar dengan feses berwarna hitam, bila timbul tanda-
tanda tersebut, maka segera hubungi dokter, bila ada perdarahan maka pemakaian
antikoagulan dihentikan dan bisa dipasang vena cava filter, yaitu suatu alat
berbentuk kerucut yang dipasang di inferior vena cava dibawah ginjal untuk
menangkap emboli dan gumpalan darah, vena cava filter segera dilepas apabila
Pada pasien ini, setelah terapi unfraktional heparin di berikan dabigatran, bila
terjadi perdarahan:
menghentikan perdarahan.
dalam plasma diturunkan dengan cara diberikan arang hitam oral atau
hemodialisis.
Jawab:
ditinggikan saat berbaring atau menekuk dan meluruskan lutut 10 kali setiap 30
3. Memeriksa pasien setelah mengkonsumsi obat apakah terjadi efek samping berupa
Perdarahan seperti muntah darah, BAB berwarna hitam, memar di tempat suntikan
atau iritasi lokal, nyeri ringan, reaksi alergi, hematoma, Eritema pada obat
antikoagulan.
DAFTAR PUSTAKA
Jayanegara A. P., 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis, RSUD dr. Doris
Silvanus, IDI.
Scarvelis D. and Wells, P. S., 2006, Review:Diagnosis and Treatment of Deep Vein Trombosis,
CMAJ, Ottawa.
Tanto chris.frans liwang, sonia hanifan, eka adip pradipta. 2014. Kapita selekta kedokteran. Media
Aesculapitus. Jakarta.
Ramzi D. W., and Leeper K. V., 2004, DVT and Pulmonary Embolism: Part II Treanment and
Prevention, Emory University School of Medicine, Atlanta, Georgia.
Wells, B. G., Dipiro, J. T., Schwinghammer, T. L., and Dipiro, C. V., Pharmacotherapy
HandbookNinth Edition, McGRAW-HILL Medical Publishing Division : New York.
Michael B. S., dkk, 2016, Guidance for the treatment of deep vein thrombosis and pulmonary
embolism, Springer.
Nicholas J. G., dkk, 2011, Recurrent Venous Thromboembolism, Broadlawns Medical Center, Iowa.