You are on page 1of 7

TOKSIKAN DI TEMPAT KERJA

(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja A)

Disusun oleh:
Natalia Rizki Aryadita
162110101152

Dosen pengampu :
Kurnia Ardiansyah Akbar, S.KM., M.KKK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2017
1. Postulat Paracelsus
Salah satu pernyataan Paracelsus menyebutkan “semua substansi adalah racun;
tiada yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan racun dari obat”. Pada tahun
1564 Paracelsus telah meletakkan dasar penilaian toksikologis dengan mengatakan,
bahwa dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun (dosis sola facit
venenum). Pernyataan Paracelcus tersebut sampai saat ini masih relevan. Sekarang
dikenal banyak faktor yang menyebabkan keracunan, namun dosis tetap merupakan
faktor utama yang paling penting.
Di tempat kerja, banyak terdapat zat racun yang dapat membahayakan pekerja.
Oleh karena itu, perlu dibuat suatu pembatasan-pembatasan yang diizinkan untuk zat-
zat racun tersebut. Pemabatasan-pembatasan tersebut terdapat di dalam disiplin ilmu
yang disebut toksikologi.

2. Toksikologi
Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia
yang merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa
dalam toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara-
cara tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan
kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-
agen kimia atau fisik yang mampu menimbulkan respon pada sistem biologi.
Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan
timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini.
Toksikologi industri bisa diartikan sebagai ilmu – ilmu tentang racun – racun
yang dipergunakan, diolah, dihasilkan atau diprodusir dalam perusahaan. Racun
adalah bahan kimia yang dalam jumlah yang relatif sedikit berbahaya bagi kesehatan,
bahkan jiwa manusia. Dalam toksikologi industri yang penting adalah menyatakan
kuantitas – kuantitas sebagai gambaran beracun tidaknya sesuatu zat dan derajat
racunnya zat yang bersangkutan
Bahan kimia sebagai faktor penyebab penyakit akibat kerja :
a. Gas : yaitu zat yang tidak mempunyai bangun, namun mengisi ruang tertutup pada
keadaan suhu dan tekanan normal.
b. Uap : yaitu bentuk gas dari zat – zat dapat berbentuk padat dan menjadi cair
dengan cara diubah tekanan dan suhunya. Dan dapat dikembalikan menjadi wujud
semula.
c. Debu : partikel – partikel zat padat.
d. Kabut : titik cairan halus dalam udara yang terjadi dari kondensasi uap api.
e. Fume : zat padat terjadi karena kondensasi dari bentuk padat.
f. Awan : partikel – partikel cair yang menggumpal berukuran dibawah 1 mikron.
g. Asap : partikel – partikel karbon yang ukurannya kurang dari 0,5 mikron.

3. Efek – Efek Toksikan


Efek toksik yang ditimbulkan oleh suatu zat akibatnya sangan tervariasi,
tergantung dari zat, target organ, mekanisme aksi dan reaksi dosis. Semua efek toksik
yang terjadi dimulai adanya interaksi biokimiawi antar zat toksik dengan metabolit
aktifnya dengan bagian tertentu dari mahluk hidup atau reseptornya.
Efek toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan target dan organ, waktu dan
tempat terjadinya dan skala waktu timbulnya efek toksik atau lamanya paparan
Paparan Tempat Efek Penyebab
Lokal Iritasi Kulit Metilamin
Cedera Paru Hidrogen Klorida
Akut Sistemik Cedera Ginjal Fenasetin
Hemolisis Arsen
Campuran Methemoglobin Nitrogen Oksida
Lokal Sensitisasi Kulit Etik diamin
Berulang Sensitisasi paru Toluene
Jangka Sistemik Neurotoksik Akrilamid, arsenic
Pendek Iritasi saluran Piridin
Campuran Pernafasan dan neurobehaviour
Lokal Bronchitis Sulfur dioksida
Karsinoma laring Nitrogen mustard
Sistemik Leukimia Benzena
Kronik
Angiosarkoma Vinill klorida
Campuran Empisema dan cidera ginjal
Pneumositis dan neurotoksik Cadmium, amangan
Efek toksik berdasarkan skala waktu dan lama paparan
Skala Waktu Efek Penyebab
Persisten (tetap) Luka testikuler Dibromokloropropan
Jaringan parut pada kulit Zat korosif
dan mata
Mesothelia plural Asbestos
Transien (temporer) / Narkosis Pelarut organik
sesaat Iritasi sensorik Asetaldehide
Kumulatif (paparan Metaplasia Squamous Zat iritan (misalnya
berikutnya akan formaldehide)
meningkatkan toksisitas Fibrosis hati Etanol
dari paparan sebelumnya) Udem paru Fosgen
Laten (onzet yang Neuropati parifer Organofosfat (anti ChE)
lambat, toksisitas terjadi Fibrosis paru Paraquat
tetapi gejala tidak terlihat
setelah paparan)

Penyakit yang terjadi akibat bahan toksik di tempat kerja, antara lain :
1. Pneumokonioses
Pneumokonioses adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan
debu–debu dalam paru–paru. Contoh-contoh pneumokonioses yang terkenal :
a. Silicosis; disebabkan oleh SiO2 bebas.
b. Asbestosis disebabkan oleh debu asbes.
c. Berryliosis disebabkan oleh debu be.
d. Byssinosis disebabkan oleh debu kapas
e. Dan lain-lain.
Terapi dan pencegahan pada Pneumoconioses, secara umum tidak ada terapi
dalam penyakit ini, tapi hanya berupa obat-obatan yang bersifat simptomasis.
Umumnya pemberlakuan pemindahan pekerja ini harus melihat umur, dan jenis
penyakit.
2. Silicosis
Ialah penyakit yang paling penting dari golongan pneumokonioses. Penyebabnya
ialah silica bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu yang dihirup waktu bernafas
dan tertimbun di dalam paru-paru. Penyakit ini biasanya terdapat dalam pekerja-
pekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu untuk bangunan, granit,
keramik, tambang timah putih, tambang besi, tambang batu bara, tempat
menggerinda batu, pabrik besi dan baja, dalam proses “sandblasting”, dan lain-
lain.
3. Antraposis
Disebabkan oleh debu-debu arang batu. Biasanya terdapat pada pekerja ditambang
arang batu. Masa inkubasi 2-4 tahun. Antraposis murni tidak terlalu berbahaya,
tetapi jika terjadi emphysema dapat menyebabkan kematian.
Tuberkolosilikoantokosis mengandung silica dan arang batu yang menyerang
paru-paru.
4. Nekrosis
Kematian jaringan atau sel merupakan akibat dari bermacam-macam proses
patologi yang diinduksi oleh zat kimia. Nekrosis dapat terjadi karena korosi,
hipoksia, kerusakan membran, adanya antimetabolt, penghambatan sintesis
protein dan kerusakan kromosom.
5. Inflamasi
Biasanya merupakan reaksi lokal terhadap zat kimia iritan ataupun karena efek
sistemik dari zat yang menyebabkan cidera jaringan. Ciri-ciri inflasi ditandai
dengan rasa gatal/panas, kemerah-merahan, sakit atau udem atau hilangnya fungsi
dari bahan yang mengalami inflamasi.
6. Sintesis mematikan
Yaitu sintesis yang menyebabkan kemautan yang dapat terjadi ketika suatu zat
yang mempunyai struktur yang mirip dengan zat endogen (substrat biologi
normal) bergabung pada jalur metabolisme dan menghasilkan metabolit tosik atau
menghambat pembentukan suatu zat essensial bagi organisme.
7. Neoplasma
Yaitu akibat dari gangguan pertumbuhan sel atau jaringan dan kontrol pembelahan
sel yang menyebabkan proliferasi dan pertumbuhan abnormal. Neoplasma dapat
terjadi karena terpapar berulang-ulang oleh suatu zat xenobiotik.
8. Penghambatan enzim
Hambatan enzim oleh suatu zat kimia mungkin dapat menghambat jalur
metabolisme vital yang dapat menyebabkan gangguan fungsional. Toksisitas
dapat terjadi karena penumpukan suatu zat, atau kurangnya satu zat atau fungsi zat
hilang. Sebagai contoh insektisida yang mengikat enzim asetikolinesterase
menyebabkan bertumpuknya Ach pada sinap dan neuromuscular junction
menyebabkan efek kolinergik yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Kesehatan dan Keselamatan Kerja Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Djatmiko, R. D., 2016. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Deepublish.

Sujoso, A. D. (2012). Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jember: UPT


Penerbitan UNEJ.

Wahyu Widowati, I., dkk. (2008). Efek Toksik Logam. yogyakarta: Penerbit Andi.

Wikipedia. Toksikologi. [Online] https://id.wikipedia.org/wiki/Toksikologi


[Diakses 5 November 2017].

You might also like