You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pembuluh darah merupakan suatu saluran yang berfungsi untuk mengarahkan

dan menyebarkan darah dari jantung ke semua tubuh dan kemudian kembali ke

jantung. Fungsi sirkulasi pada umumnya yaitu untuk memenuhi kebutuhan

jaringan tubuh yaitu untuk mentranspor zat makanan ke jaringn tubuh, untuk

mentranspor produk-produk yang tidak berguna, untuk menghantarkan hormon

dari satu bagian tubuh ke tubuh yang lain dan secara umum untuk mmelihara

lingkungan yang sesuai di dalam seluruh cairan jaringan tubuh agar sel bisa

bertahan hidup dan secara berfungsi secara normal.

Kecepatan aliran darah yang melewati sebagain besar jaringan dikendalikan

oleh respon dari kebutuhan jaringan terhadap zat makanan. Jantung dan sirkulasi

selanjutnya dikendalikan untuk memenuhi curah jantung dan tekanan arteri yang

sesuai agar aliran darah yang mengalir di jaringan sesuai dengan jumlah yang

dibutuhkan.

Aliran darah yang melalui pembuluh darah ditentukan oleh dua faktor yaitu

(1) perbedaan tekanan darah diantara kedua ujung pembuluh darah atau disebut

dengan “gradient tekanan” di sepanjang pembuluh darah, yaitu daya yang

1
mendorong darah melalui pembuluh, dan (2) rintangan bagi aliran darah yang

melalui pembuluh, yang disebut dengan resistensi pembuluh darah.

Suatu pembuluh darah dapat mengalami cedera ataupun perdangan (inflamasi)

jika terpapar dengan pnyebab peradangan seperti pengaruh fisik yaitu terpapar

dengan suhu seperti dingin atau panas dan juga dapat terjadi inflamasi jika

terdapat kerusakan jaringan seperti kerusakan mekanis yaitu seperti terpotong,

gigitan ataupun gesekan. Jika terjadinya inflamasi, maka akan timbul berbagai

reaksi peradangan lokal seperti kalor (panas), rubor (kemerahan), dolor (nyeri),

tumor (pembengkakan) dan fungsio laesa (gangguan fungsi) yang terjadi akibat

vasodilatasi ataupun vasokonstriksi pembuluh darah yang berakibat

terdegranulasi berbagai sel leukosit seperti sel mast sehingga berbagai mediator

peradangan dapat dilepaskan dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal tersebut.

II. Tujuan

II.1 Tujuan Umum :

Mempelajari dan menjelaskan beberapa reaksi pembuluh darah di kulit.

II.2 Tujuan Khusus :

a. Mempelajari dan menjelaskan tentang reaksi peredaran darah kulit

melalui mekanisme pengaruh panas dan dingin.

2
b. Mempelajari dan menjelaskan tentang reaksi peredaran darah kulit

melalui mekanisme vasodilatasi aktif kapiler.

c. Mempelajari dan menjelaskan tentang reaksi peredaran darah kulit

melalui mekanisme vasodilatasi pasif kapiler.

d. Mempelajari dan menjelaskan tentang reaksi peredaran darah kulit

melalui mekanisme reaksi garis putih.

e. Mempelajari dan menjelaskan tentang reaksi peredaran darah kulit

melalui mekanisme reaksi ganda tiga.

III. Alat dan Bahan

III.1 Alat :

a. Sfingmomanometer dengan manset tekanan (2 buah)

b. Ujung Bolpoint (1 buah)

c. Ember (2 buah)

d. Termometer kimia (1 buah)

e. Stopwatch (1 buah)

f. Tambahan  Orang Percobaan (4 orang)

III.2 Bahan :

a. Air panas 45°C

b. Air dingin 20°C

3
IV. Cara Kerja

a. Pengaruh Panas dan dingin

1. Pengaruh Panas :

- Menyediakan ember yang berisi air panas ± 450 C.

- Memasukkan sebagian lengan bawah orang coba ke dalam ember.

- Memperhatikan reaksi pada kulit tangan dan lengan orang coba tersebut.

2. Pengaruh Dingin :

- Menyediakan ember yang berisi air dingin ± 200 C.

- Memasukkan tangan dan sebagian lengan bawah orang coba ke dalam ember

selama 5 menit atau lebih.

- Memperhatikan reaksi kulit tangan dan lengan orang coba tersebut.

b. Vasodilatasi aktif kapiler

1. Memasang manset tekanan Sfingmomanometer pada lengan kanan atas

orang coba, dan kemudian menghentikan dengan tiba-tiba aliran darah

lengan orang coba tersebut dengan memompa manset secepatnya sampai

tekanan ± 150-175 mmhg.

2. Memasukkan tangan kanan dan setengah lengan bawah orang coba ke

dalam air panas 450C (dalam ember yang disediakan pada percobaan a),

selama 3 menit dan kemudian memperhatikan perubahan warna kulit

tangan dan lengan bawah orang coba tersebut.

4
3. Mengeluarkan tangan orang coba dari air panas dan kemudian

menghentikan oklusi pada lengan orang coba dengan menghilangkan

tekanan dalam manset. Selanjutnya, memperhatikan perubahan warna

kulit pada tangan dan lengan bawah orang coba

4. Mencatat waktu timbulnya perubahan warna dan untuk berapa lama

perubahan tersebut bertahan.

c. Vasodilatasi pasif kapiler

1. Memasang manset Sfingmomanometer pada lengan kiri atas orang coba

yang lain dan memompa sampai tekanan 50-60 mmhg sehingga terjadi

pembendungan vena superficialis (obstruksi). Selanjutnya, memperhatikan

perubahan warna kulit yang terjadi pada tangan dan legan bawah tersebut.

2. Memasukkan tangan dan setengah bagian lengan bawah orang coba ke

dalam air panas 450C selama 3 menit kemudian mengeluarkan tangan dan

lengan tersebut dari air panas.

3. Memperhatikan warna kulit yang terjadi dan membandingkannya dengan

lengan lain yang tidak dimasukkan dalam air panas.

4. Menghentikan tekanan di dalam manset dan melepaskan manset tersebut,

kemudian memperhatikan lagi perubahan warna kulit tangan dan lengan

bawah.

d. Reaksi garis putih

1. Memilih orang coba yang menunjukan reaksi kulit yang jelas terlihat.

5
2. Menggores dengan ringan kulit lengan bawah orang coba dengan

menggunakan ujung bolpoint.

3. Memperhatikan reaksi yang timbul setelah penggoresan seperti:

a. Masa laten

b. Warna kulit yang digores

c. Lama berlangsungnya reaksi kulit

e. Reaksi ganda tiga

1. Menggores secara kuat pada kulit lengan bawah dengan menggunakan

ujung bolpoint pada orang coba yang sama seperti pada orang coba di

reaksi garis putih.

2. Memperhatikan reaksi yang timbul seperti:

a. Urutan berbagai reaksi kulit yang terjadi

b. Masa laten masing-masing reaksi tersebut

c. Perubahan wara kulit yang digores dan daerah sekitarnya :

 Adanya garis merah (red line)

 Perluasa daerah merah (flare)

 Pembengkakan (wheal)

 Lama berlangsungnya reaksi.

6
BAB II

PEMBAHASAN

V. Hasil Praktikum

a. Pengaruh panas dan dingin

Pengaruh Suhu Interpretasi Hasil

Pengaruh Dingin - Kulit terlihat merah dari sebagian lengan atas sampai ke tangan

(Air ± 200 C) - Kaku

- Kram

- Lengan bawah terlihat membengkak

- Bulu kuduk berdiri

Pengaruh Panas - Kulit terlihat lebih merah dari sebagian lengan atas sampai ke

(Air ± 450 C) tangan melebih dari pngaruh dingin.

- Lengan bawah terlihat membengkak

a b
Gambar 1: (a) Pengaruh Reaksi Dingin ketika sebagian lengan atas sampai tangan
direndam dengan air es 200 C. (b) Hasil dari pengaruh reaksi dingin pada kulit
sebagian lengan atas sampai tangan.

7
a b
Gambar 2 : (a) Pengaruh Reaksi Panas ketika sebagian lengan atas sampai tangan
direndam dengan air panas 450 C. (b) Hasil dari pengaruh reaksi panas pada kulit
sebagian lengan atas sampai tangan.

b. Vasodilatasi Aktif Kapiler

Peredaran Darah Kulit Interpretasi Hasil

Vasodilatasi Aktif Kapiler - Kulit sebagian lengan kanan atas terlihat sangat

Tekanan sistol (±160 mmHg) berwarna merah dan bagian tangan terlihat pucat

ketika terendam di air panas dengan suhu 450C

dalam waktu 3 menit.

- Kulit sebagian lengan kanan atas terlihat berwarna

merah dan tangan terlihat pucat ketika dikeluarkan

dari ember dan ketika manset di lepas. Warna merah

timbul pada waktu 3 detik.

- Sebagian lengan atas terlihat membengkak.

- Reaksi perubahan warna merah pada sebagian

lengan atas bertahan sampai waktu 33 menit.

8
a b
Gambar 3 : (a) Perendaman sebagian lengan sampai tangan dengan manset pada tekanan ±
160 mmHg pada air panas 450 C. (b) Hasil dari pengaruh reaksi panas pada kulit dengan
tekanan manset 160 mmHg.

c. Vasodilatasi Pasif Kapiler


Peredaran Darah Kulit Interpretasi Hasil

Vasodilatasi Pasif - Bagian lengan sampai tangan ketika dibendung vena


Kapiler Tekanan Diastol
superfisialis dengan tekanan ±60 mmHg terlihat mulai
(±60 mmHg)
sedikit mengembang venanya dan merah pada lengan .

- Kulit sebagian lengan kiri atas terlihat berwarna merah

dan bagian tangan terlihat pucat ketika terendam di air

panas dengan suhu 450C dalam waktu 3 menit.

- Kulit sebagian lengan kiri atas terlihat berwarna merah


dan tangan terlihat pucat ketika dikeluarkan dari ember

dan ketika manset di lepas jika dibandingkan dengan

lengan tangan kanan.

9
a b
Gambar 4 : (a) Perendaman sebagian lengan sampai tangan dengan manset pada tekanan
d. Reaksi Garis Putih
± 60 mmHg pada air panas 450 C. (b) Hasil dari pengaruh reaksi panas pada kulit
dengan tekanan manset ±60 mmHg.

d. Reaksi Garis Putih


Peredaran Darah Kulit Interpretasi Hasil

Reaksi Garis Putih - Masa laten : didapatkan waktu perubahan warna

dari pertama digores sampai timbulnya warna merah

yaitu tercatat selama 2 detik.

- Perubahan warna kulit yang di gores terlihat

berwarna merah

- Lama berlangsungnya reaksi kulit dari timbulnya

warna kemerahan sampai hilangnya reaksi pada kulit

yaitu selama 7 menit 1 detik.

10
a b
Gambar 5 : (a).Penggoresan lengan pada reaksi garis putih. (b) hasil
dari reaksi garis putih

e. Reaksi Ganda Tiga


Peredaran Darah Kulit Interpretasi Hasil

Reaksi Garis Tiga - Urutan berbagai reaksi ganda tiga yaitu : awal di

goreswarna merah mulai munculbagian warna

merah mulai melebar.

- Masa laten : warna merah mulai muncul pada waktu 5

detik setelah di gores. Reaksi warna mulai melebar

pada waktu 18 detik. Lengan terlihat membengkak

pada waktu 1 menit 25 detik.

- Perubahan warna kulit yang digores dan sekitarnya :

 Adanya garis merah : muncul pada waktu 5 detik

setelah di gores dan hilang pada waktu 32 menit

52 detik.

 Perluasan daerah merah : 18 detik setelah timbul

11
garis merah dan berakhir pada waktu 3 menit 22

detik.

 Pembengkakan : 1 menit 25 detik dan hilang pada

waktu 2 menit 32 detik.

- Lama berlangsungnya reaksi keseluruhan yaitu : 33

menit 10 detik

a b
Gambar 6 : (a).Penggoresan lengan pada reaksi ganda tiga. (b) hasil dari reaksi
ganda tiga

VI. Diskusi/Pembahasan

1) Pengaruh panas dingin

a. Pengaruh panas :

Pada saat dilakukan perendaman sebagian lengan atas sampai pada

tangan menggunakan air panas dengan suhu 45°C, terlihat perubahan pada

12
kulit yaitu adanya kemerahan dan mulai terjadi pembengkakan. Hal ini

terjadi karena bagian lengan dan tangan yang direndam ke dalam air panas

tersebut mengalami suatu reaksi inflamasi sehingga terlihat pembuluh darah

kulit mengalami vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya kemerahan dan

rasa panas pada bagian yang mengalami peradangan dan terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler yang membuat leukosit menempel di dining pembuluh

darah dan selanjunya akan mengalami eksudasi ke jaringan dan membuat

penumpukkan cairan di jaringan intraseluler sehingga terlihat adanya

pembengkakan.

b. Pengaruh dingin :

Pada saat dilakukan perendaman sebagian lengan atas sampai pada tangan

menggunakan air dingin dengan suhu 20°C, terlihat perubahan pada kulit

yaitu mulai terjadi kemerahan, kaku dan berdiri bulu kuduk atau piloereksi

karena dipengaruhi oleh :

- Vasokonstriksi kulit diseluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan

dari pusat simpatis hipotalamus posterior.

- Piloereksi. Piloereksi berarti rambut “berdiri pada akarnya.” Rangsangan

simpatis menyebabkan otot arektor pili yang melekat ke folikel rambut

berkontraksi, yang menyebabkan rambut berdiri tegak.

13
- Peningkatan termogenesis (pembentukan panas). Pembentukan panas oleh

sistem metabolism meningkat dengan memicu terjadinya menggigil,

rangsangan simpatis untuk pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.

2). Vasodilatasi Aktif Kapiler

Vasodilatasi aktif adalah pelebaran pembuluh kapiler darah dari arteri dan

vena yang dapat disebabkan karea peningkatan temperature tubuh. Untuk

pendinginan tubuh, aliran darah akan meningkat untuk memungkinkan pelepasan

panas melalui permukaan kulit, sebaliknya jika panas tubuh harus dipertahankan

maka aliran darah akan menurun. Perangsanga panas menimbulkan vasodilatasi

arterial reaktiv. Hal ini meyebabakan kemerahan ada kulit.

Pada percobaan, tangan Op yang dioklusi da selama tiga menit dimasukkan ke

dalam baskom berisi air dengan suhu 45oC. disini, tekanan darah ya ng ditunjukan

spigmomanometer menurun. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

panas tubuh menurunkan aliran darah. Karena itu tekanan pada lengan atas Op terus

dpertahankan dengan cara memompa balon spignomanometer sampai batas yang

telah ditetapkan untuk mencegah tekanannya turun (±160 mmHg). Oklusi atau

penyumbatan menimbulkan pengosongan pembuluh darah, warna pucat kebiruan

akibat penurunan tekanan arteri sehingga volume di dalam kapiler berkurang.

Perubahan warna kulit yang kembali merah diakibatkan karena tekanan yang

14
meningkat dan meyebabkan darah pada pembuluh darah terisi kembali oleh darah

terdeoksigenasi yang stagnan.

Setelah tiga menit dengan manset yang masih terpasang, warna kulit Op

menjadi lebih pucat degan sedikit kebiruan. Hal ini disebabkan karena tekanan pada

pembuluh darah yang meurun sehingga terjadi pengosongan pombuluh darah.

Setekah oklusi dilepaskan warna kulit kembali merah, namun masih meninggalkan

sedikit warna pucat. Warna kulit Op yang kembali merah ini disebabkan karena

pembuluh darah terisi kemabali oleh darah teroksigenasi yang stagnan.

3). Vasodilatasi Pasif Kapiler

Vasodilatasi pasif adalah pelebaran pembuluh kapiler darah vena yang dapat

disebabkan karena peningkatan temperature tubuh. Vasodilatasi pasif tidak

melibatkan pembuluh arteri. Pada prinsipnya vasodilatasi pasif pada vena sama

dengan vasodilatasi aktif dimana pengaturan suhu dilakukan oleh kulit juga dengan

mengubah aliran darah dari dalam kulit.

Pada percobaan tangan Op yang diobstruksi (tekanannya lebih rendah daripada

tekanan yang diberikan pada percobaan vasodilatasi aktif  ± 60 mmHg), dan

selama tiga menit dimasukkan kedalam baskom berisi air dengan suhu 45oC.

obstruksi bertujuan untuk membendung vena. Warna kemerahan pada kulit Op

setelah tiga menit direndam, dikarenakan pembuluh darah arteri yang tidak ikut

terobstruksi, hanya vena saja yang terbendung sehingga vena-vena ditangan terlihat

15
megembang dan kemerahan. Setelah obstruksi dihentikan, warna kulit kembali

normal, ini disebabkan karena pembuluh darah terisi kembali oleh darah

terdeoksigenasi yang stagnan.

4). Reaksi Garis Putih

Pada praktikum reaksi garis putih, dilihat bahwa waktu timbulnya warna merah

pada kulit yang di gores yaitu 2 detik dan hilang pada waktu 7 menit 1 detik. Hal ini

terjadi karena pengaruh dari pengaktifan kapiler yang mana pada jaringan yang

istiraha, kebanyakan kapiler dalam keadaan kolaps dan sebagian besar darah mengalir

melalui pembuluh transit dari arteriol ke venula. Di jaringan yang aktif, metaarteriol

dan sfingter prekapiler membuka. Tekanan intrakapiler meningkat dan terjadi

relaksasi otot polos metarteriol sehingga terbentuk vasodilator sehingga terlihat

merah.

5). Reaksi Ganda Tiga

Pada praktikum reaksi garis putih, dilihat bahwa waktu timbulnya warna merah

pada kulit yang di gores yaitu 5 detik dan lama berlangsungnya yaitu 33 menit 10

detik dengan terlihat adanya pembengkakan dan perluasan warna merah. Hal ini

terjadi karena ketika diberi rangsangan yang kuat dengan menggunakan ujung

bolpoint, aka nada rangsangan pada reseptor nyeri atau nosiseptor yang nantinya

merangsang akson untuk mengeluarkan substansi P untuk meningkatkan

16
permeabilitas kapiler. Selain itu, ada pelepasan bradikinin dan histamine juga dari sel

mast yang meningkatkan permeabilitas kapiler.

Volume darah yang dapat ditampung oleh vena bergantung pada daya regang

atau (distensibilitas) dinding vena yaitu seberapa banyak pembuluh ini dapat

diregangakan untuk menampung darah, pengaruh tekana ekstenal yang memeras vena

dan juga grafitasi. Efek grafitasi dan juga gaya berat dapat mempengaruhi system

vena. Vena-vena yang dpat teregang akan melebar akibat adanya tekanan hidrostatik

sehingga kapasitasya bertambah.

17
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Sesuai dengan berbagai praktikum yang dilakukan mulai dai pengaruh panas

dingin, vasodilatasi aktif pasif pada kapiler dan reaksi garis putih dan ganda tiga,

dapat disimpulkan bahwa tejadi pengaruh perpindahan suhu melalui mekanime

kehilangan panas dari tubuh dan didukung juga dengan adanya reaksi inflamasi

seperti kalor, rubor, dolor dan tumor.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton A. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007

2. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem/lauralee sherwood. 6th ed.

Jakarta: EGC; 2011.

3. Ganong,WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta:EGC. 2008

4. Price S, Wilson M. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.

Jakarta: Egc; 2005.

5. Kumar V, Cotran R, Robbins S. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: Egc; 2007.

19

You might also like