You are on page 1of 23

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Presipitasi
Presipitasi adalah nama umum dari uap air yang mengkondensasi yang jatuh ke
tanah dalam rangkaian proses hidrologi (Suyono, 2003:7). Biasanya berbentuk butiran
air, salju dan hujan es. Namun, di Indonesia presipitasi yang terjadi dalam bentuk air
hujan. Ada 5 unsur yang harus ditinjau dalam hujan, yaitu :
1. Intensitas (i), adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu, misalnya mm / menit,
mm / jam, mm / hari.
2. Lama waktu (duration) t, adalah lamanya curah hujan (durasi) dalam menit atau jam.
3. Tinggi hujan d, adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam
ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.
4. Frekuensi, adalah prekuensi kejadian, biasanya dinyatakan dengan waktu luang
(return period) T, misalnya sekali dalam T tahun
5. Luas, adalah luas geografis curah hujan (Soemarto, 1987:23)
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi
sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun
dan kabut). Presipitasi (endapan) adalah cairan atau zat padat yang berasal dari hasil
kondensasi atau pengembunan uap air yang jatuh dari awan sampai ke permukaan bumi.
Beberapa contoh endapan antara lain : Hujan dan Drizzle, salju, hail, rime, hoar frost,
endapan kabut (fog Precipitation), dan lain-lain. Hujan terbentuk apabila titik air yang
terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi
karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut
sebagai virga.
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut
menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun
kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut melalui sungai dan anak sungai untuk
mengulangi daur ulang itu semula. Biasanya hujan memiliki kadar asam pH 6. Air hujan
dengan pH di bawah 5,6 dianggap hujan asam.
Banyak orang menganggap bahwa bau yang tercium pada saat hujan dianggap
wangi atau menyenangkan. Sumber dari bau ini adalah petrichor, minyak atsiri yang
diproduksi oleh tumbuhan, kemudian diserap oleh batuan dan tanah, dan kemudian
dilepas ke udara pada saat hujan.

4
5

a). Jenis - jenis hujan


Untuk kepentingan kajian atau praktis, hujan dibedakan menurut terjadinya,
ukuran butirannya, atau curah hujannya.
1. Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya, yaitu :
a. Hujan Siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik
disertai dengan angin berputar.
b. Hujan Zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat
pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian
angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar
ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
c. Hujan Orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap
air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu
udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar
pegunungan.
d. Hujan Frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin
bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua
massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih
berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang
disebut hujan frontal.
e. Hujan Muson atau Hujan Musiman, yaitu hujan yang terjadi karena Angin
Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena
adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis
Balik Selatan. Di Indonesia, hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April.
Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus. Siklus
muson inilah yang menyebabkan adanya musim penghujan dan musim
kemarau.
2. Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya, yaitu :
a. Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
b. Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0°
Celsius.
c. Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang
suhunya dibawah 0° Celsius
d. Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0°
Celsius dengan diameter ±7 mm.
6

3. Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG)


a. Hujan sedang, 20 - 50 mm per hari.
b. Hujan lebat, 50-100 mm per hari.
c. Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.
a) Hujan buatan
Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang
menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan
pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula
dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding).
Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun
secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika
yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan
coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan
sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha
hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup,
sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah. Bahan yang dipakai dalam hujan
buatan dinamakan bahan semai.

2.2. Intensitas Hujan


Intensitas merupakan laju curah hujan (laju presipitasi)(Montarcih, 2008:56).
Dalam membuat perencanaan bangunan air pertama-tama yang harus ditentukan adaah
berapa besar debit yang harus diperhitungkan atau lazim disebut debit banjir
perencanaan. Intensitas rata-rata I adalah dirumuskan sebagai berikut (Soemarto,
1986:24) :
d
i
t
dimana :
i = Intensitas hujan (mm/hari)
t = Lamanya hujan (menit, jam, hari)
d = Tingginya hujan (mm)

2.2.1. Intensitas Hujan Harian


Intensitas Hujan Harian adalah jumlah hujan yang jatuh di permukaan setelah 24
jam dan dinyatakan dalam mm. Intensitas hujan inilah yang dihitung dalam praktikum
7

Hidrologi ini.

2.2.2. Intensitas Hujan Bulanan


Intensitas Hujan Bulanan adalah jumlah air hujan yang jatuh di permukaan
selama satu bulan diukur dalam mm dan merupakan total jumlah hujan harian selama
satu bulan.

2.2.3. Intensitas Hujan Tahunan


Intensitas Hujan Tahunan adalah jumlah air hujan yang jatuh di permukaan
selama satu tahun diukur dalam mm dan merupakan total jumlah hujan bulanan selama
satu tahun.

2.2.4. Intensitas Hujan Rerata Daerah


Intensitas Hujan Rerata Daerah, pada dasarnya sama dengan curah hujan daerah.
Hanya saja yang dimaksudkan rerata disini adalah tidak cukup satu daerah saja tetapi
lebih dari satu daerah yang diukur dalam mm.
Curah hujan rerata daerah dihitung dengan berbagai cara, antara lain :
1. Cara rata-rata aljabar
2. Cara Polygon Theinsen
3. Cara Isohyet
4. Cara garis potongan antara (Intersection Line Methode)
5. Cara dalam elevasi (Depth Elevation Methode)
6. Cara daerah rerata (Mean Areal Elevation Methode)

2.2.5. Intensitas Maksimum Daerah Tahunan


Intensitas maksimum daerah tahunan adalah hujan tersebar yang akan dipakai
dalam perencanaan. Curah hujan ini diukur dengan cara mengetahui curah hujan di
beberapa stasiun pengukur hujan dan diambil terbesar pada tahun pengukuran tersebut.

2.3. Curah hujan


Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan bumi selama periode
tertentu yang diukur dalam satuan tinggi di atas permukaan horizontal apabila tidak
terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan. Tinggi air hujan 1
8

mm, berarti air hujan pada bidang seluas 1 m2 berisi 1 liter atau 100 x 100 x 0,1 = 1
liter.
Dalam memproses data curah hujan, ada tiga macam cara yang berbeda dalam
menentukan tinggi curah hujan rata-rata di atas areal tertentu dari angka-angka curah
hujan di beberapa titik pos penakar atau pencatat.

1. Cara tinggi rata-rata


Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil harga hitung
(aritmatik mean) dari penakaran pada penakar hujan dalam areal tersebut.
Jadi :
d1  d 2  d 3  ...  d n n
d
d  i
n 1 n

dalam mana :
d = tinggi curah hujan rata-rata real (mm)
d1 , d 2 , d 3 ,...d n = tinggi curah hujan pada pos penakar 1, 2, 3,… n (mm)
n = banyaknya pos penangkar

2. Cara Polygon Thiessen


Cara ini didasarkan atas cara-cara rata-rata timbang (weighted average).
Masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua
pos penangkar.
n
d   pi .d i
1

Ai
dengan , pi 
A
dalam mana,
A = Luas Areal (m2)
A1 = Kumulatif luas daerah pengaruh pos (m2)
d = Tinggi curah hujan rata-rata areal (mm) Gambar 2.1. Polygon Thiessen
n

p 1
i = jumlah presentasi luas = 100%
9

3. Cara isohyet
Dalam hal ini harus menggambarkan dulu kontur dengan tinggi hujan yang
sama (isohyet). Kemudian luas bagian di antara isohyet-isohyet berdekatan diukur,
dan harga rata-ratanya dihitung sebagai harga rata-rata timbang dari nilai kontur,
seperti berikut :
d 0  d1 d  d2 d  dn
A1  1 A2  ...  n1 An
d 2 2 2
A1  A2  A3
n
d d n
d i1  d i
1 i12 i Ai  2
Ai
 n
 i

A
A
i
1

Dimana :
A = Luas areal (m2) Gambar 2.2. Isohyet
d = Tinggi curah hujan rata-rata areal (mm)
d 0 , d1 ,...dn = Tinggi curah hujan pada isohyets 0, 1, 2,…n (mm)
A1, A2,…An = Luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyets - isohyet yang
bersangkutan (mm)

2.4. Alat Pengukur Hujan


Alat pengukur hujan secara umum dinamakan penakar hujan. Pada penempatan
yang baik jumlah air hujan yang masuk kedalam suatu penakar hujan merupakan nilai
yang mewakili untuk daerah sekitarnya. Jarak antara satu penakar dengan yang lainnya
tidak selalu sama. Kerapatan penakar di suatu daerah secara teori tergantung tipe hujan
dan topografi di daerah tersebut. Alat Pengukur Hujan yang biasanya dipakai praktikum
ada 2, yaitu :
1. Penakar Hujan Manual (Manual Raingauge)
a) Penakar Hujan Biasa
10

Gambar 2.3. Penakar Hujan Biasa

Penakar hujan OBS adalah manual. Jumlah air hujan yang tertampung
diukur dengan gelas ukur yang telah dikonversi dalam satuan tinggi atau gelas
ukur yang kemudian dibagi sepuluh karena luas penampangnya adalah 100 cm
sehingga dihasilkan satuan mm. Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu
pada pagi hari. Hujan yang diukur pada pagi hari adalah hujan kemarin bukan hari
ini.
b) Penakar Hujan Rata Tanah
Alat penakar hujan biasa yang ditanam di dalam tanah, sehingga tinggi alat
penakar rata dengan tanah. Disekitar alat penakar diberi grill dan brush. Grill
adalah semacam sarangan yang dibuat dari logam yang gunanya untuk mencegah
tumbuhnya rumput atau tanaman pengganggu, sedangkan brush yang merupakan
lapisan lunak terbuat dari pasir atau sintel gunanya untuk mencegah adanya
percikan air agar tidak masuk ke dalam penakar.
c) Penakar Hujan Inggris
Bentuknya merupakan kombinasi antara penakar biasa dengan penakar
rata tanah. Penangkapannya lebih dibandingkan dengan penakar biasa, meskipun
pengaruh turbulensi angin tidak dapat dihilangkan.
d) Interim Reference Presipitation Gauge.
Penakar ini dilengkapi dengan perisai Nipher yang terbuat dari logam yang
digantung mengelilingi penakar. Perisai Nipher dimaksudkan untuk mengurangi
pengaruh turbulensi angin.
11

2. Penakar Hujan Otomatis (Automatic Raingauge)


a) Pencatat Jungkit (Tipping Bucket)
Tipping bucket bertujuan untuk mendapatkan jumlah curah hujan yang
jatuh pada periode dan waktu tertentu. Penakar hujan tipping bucket ini adalah
penakar hujan semi elektrolit dan otomatis. Artinya bahwa pengukuran hujan
dilakukan oleh alat melalui pias yang bergerak secara grafik setiap curah hujan
yang terukur.Jadi setiap akhir pengamatan kita akan langsung mendapatkan data
curah hujan.

Gambar 2.4. Tipping Bucket

Prinsip alat, air hujan ditampung pada bejana yang berjungkit. Bila air
mengisi bejana penampung yang setara dengan tinggi hujan 0,5 mm akan
berjungkit dan air dikeluarkan. Terdapat dua buah bejana yang saling bergantian
menampung air hujan. Tiap gerakan bejana berjungkit secara mekanis tercapat
pada pias atau menggerakkan counter (penghitung). Jumlah hitungan dikalikan
dengan 0,5 mm adalah tinggi hujan yang terjadi. Curah hujan di bawah 0,5 mm
tidak tercatat.
b) Pencatat Pelampung (Penakar Hujan Hellman)
12

Gambar 2.5. Penakar Hujan Hellman

Pada penakar ini, hujan yang tertangkap oleh corong tercurah ke dalam
penampung. Dengan terisinya penampung, maka pelampung akan terangkat.
Pelampung dihubungakan dengan alat penulis yang dapat membuat grafik pada
drum pencatat yang diputar dengan tolongan pegas jam. Jika pencatatnya
mencapai d = 10 mm, air dalam penampung akan tersedot keluar oleh sifon,
sehingga penampung menjadi kosong yang sekaligus membawa alat penulis turun
ke posisisi nol. Kertas pencatat dapat diganti setiap bulan, tergantung tipe
pencatatitu, tipe mingguan atau bulanan.
c) Penakar Hujan ARG (Automatic Rain Gauge)

Gambar 2.6. Penakar Hujan ARG

Prinsip alat, Setiap pergerakan air dalam tabung penampung tercatat pada
pias sama seperti alat penakar hujan otomatis lainnya.
Alat-alat tersebut harus dipasang sesuai aturan yang ditetapkan oleh WMO
(World Meteological Organization).
Syarat teknis stasiun pengukuran hujan:
13

1. Karena pengaruh angin sangat besar dalam ketelitian pengukuran hujan, maka
pemilihan lokasi yang terbaik perlu dipikirkan masak-masak. Pengaruh turbulensi
angin dapat berupa pengurangan jumlah hujan yang terkumpul seperti ditunjukkan
dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pengaruh kecepatan angin terhadap tangkapan hujan.


Kecepatan Angin %
(km/jam) Pengurangan
0 0
10 8
20 21
30 32
40 41
60 47
80 50

Pengaruh akibat turbulensi ini dapat dikurangi dengan cara :


a. Memilih lokasi sedemikian sehingga kecepatan angin di tempat-tempat tersebut
sekecil mungkin akan tetapi jangan sampai jumlah hujan terkurangi oleh
penangkapan air hujan oleh benda lain (interception).
b. Dengan mengatur keadaan setempat sehingga aliran angin yang melewati
corong (orifice) menjadi mendatar.
c. Selain itu perlu diperhatikan bahwa semua stasiun di seluruh negara hendaknya
mempunyai pedoman pemasangan yang sama, sehingga dapat dibandingkan
satu dengan yang lainnya.
2. Penempatan stasiun hujan hendaknya berjarak paling dekat empat (4) kali tinggi
rintangan terdekat. Berkaitan dengan ini akan lebih baik kalau stasiun-stasiun
tersebut terlindung sehingga tidak terganggu oleh angin, akan tetapi harus tetap
diupayakan agar rintangan yang terdekat tidak lebih dekat dari empat kali tinggi,
sehingga tidak menimbulkan gangguan lain.
3. Lokasi di satu lereng yang miring, hendaknya dihindari.
4. Di sekitar alat pengukur hujan sebaiknya ditanami rumput atau kerikil, akan tetapi
kurang dapat dianjurkan bila dipasang lantai beton atau sejenisnya, karena
kemungkinan splashing lebih besar. Dalam kaitan ini tinggi corong hendaknya tidak
terlalu tinggi, akan tetapi juga tidak terlalu rendah yang akan menimbulkan
kemungkinan percikan air ke dalam. Ketinggian corong 1 m dapat dianjurkan untuk
digunakan sebagai pedoman.
14

5. Dalam kondisi tertentu, alat pengukur hujan perlu dilindungi dengan tirai
(windshield) yang harus dapat menjamin agar :
a. Aliran udara tetap paralel di atas corong.
b. Menghindari kemungkinan percepatan angin di atas alat.
c. Menghindari terpaan angin di dinding alat.
d. Menghindari percikan air ke dalam.

2.5. Evaporasi
Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang pengembangan
sumber-sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya
kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif untuk
tanaman dan lain-lain. Besarnya faktor metereologi yang mempengaruhi besarnya
evaporasi adalah sebagai berikut :
1. Radiasi matahari, evaporasi merupakan konvensi air ke dalam uap air. Perubahan ini
memerlukan input energi yang berupa panas laten untuk evaporasi, proses ini akan
aktif dengan adanya penyinaran matahari. Dengan adanya segumpalan awan akan
mengurangi input energi yang menyebabkan terhambatnya proses evaporsi.
2. Angin, jika uap air ke atmosfir maka lapisan batas antara tanah dengan udara
menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses evaporasi berhenti. Agar proses tersebut
berjalan, lapisan jenuh harus ganti denagn udara kering. Oleh karena itu, angin
sangat mempengaruhi proses evaporasi.
3. Kelembaban (humiditas) relatif, jika kelembaban relatif naik, maka kemampuan
untuk menyerap udara berkurang sehingga laju evaporasi akan turun.
4. Suhu (temperatur), jika suhu udara dan tanah cukup tinngi, proses evaporasi akan
berjalan lebih cepat dibandingkan jika suhu udara dan tanah rendah karena adanya
panas yang tersedia. Karena kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik
jika suhunya naik.
Cara menaksir besarnya evaporasi dalam penampungan (stroge equetion) pada
umumnya dapat ditulis sebagai berikut :

E  P1  I  U  0  S
dimana :
E = Evaporasi (mm)
P = curah hujan (mm)
15

I = Aliran permukaan yang memasuki daerah pengaliran (surface in flow)


(mm)
U = Aliran bawah tanah yang keluar dari derah pengaliran (mm)
O = Aliran yang keluar dari daerah pengaliran (mm)
S = Perubahan penampungan, di atas permukaan maupun di bawah tanah
(mm)

Alat pengukur evaporasi yang digunakan dalam praktikum biasanya adalah :


1. Panci Terbuka (Pan Evaporimeter)

Gambar 2.7. Panci Terbuka

Alat pengukur evaporasi yang paling banyak digunakan sekarang adalah


Panci kelas A. Evaporasi yang diukur dengan panci ini dipengaruhi oleh radiasi
surya yang datang, kelembapan udara, suhu udara dan besarnya angin pada
tempat pengukuran. Pengukuran evaporasi dengan evaporimeter memerlukan
perlengkapan sebagai berikut :
a. Panci Bundar Besar
Terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat. Panci ini
mempunyai garis tengah 122 cm dan tingginya 25,4 cm.

Gambar 2.8. Panci Bundar Besar


16

b. Hook Gauge
Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam
panci. Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga cara
pembacaannya berlainan. Untuk jenis cassella, terdiri dari sebuah batang
yang berskala, dan sebuah sekrup yang berada pada batang tersebut,
digunakan untuk mengatur letak ujung jarum pada permukaan air dalam
panci. Sekrup ini berfungsi sebagai micrometer yang dibagi menjadi 50
bagian. Satu putaran penuh dari micrometer mencatat perubahan ujung
jarum setinggi 1 mm. Hook gauge buatan Perancis mempunyai micrometer
yang dibagi menjadi 20 bagian. Dalam satu bagian menyatakan perubahan
tinggi jarum 0,1 mm, berarti untuk satu putaran penuh, perubahan tinggi
jarum sebanyak 2mm.

Gambar 2.9. Hook Gauge

c. Still Well
Bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan
mempunyai 3 buah kaki. Pada tiap kaki terdapat skrup untu menyetel/
mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar bejana
terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi
dengan permukaan air dalam panci. Bejana digunakan selain untuk tempat
meletakkan hook gauge, juga membuat permukaan air dalam bejana
menjadi tenang dibandingkan dengan pada panci, sehingga penyetelan ujung
jarum dapat lebih mudah dilakukan.
17

Gambar 2.10. Still Well

d. Thermometer air dan thermometer maximum / minimum

Gambar 2.11. Thermometer Maksimum dan Minimum

Thermometer air merupakan jenis thermometer biasa yang dipasang


tegak dengan menggunakan klem. Letak bola thermometer di bawah
permukaan air. Dengan demikian suhu air dapat diketahui hanya pada waktu
dilakukan pembacaan. Floating maximum dan minimum thermometer
digunakan untuk mencatat suhu maximum dan minimum air yang terjadi
dalam 24 jam. Pada umumnya alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang
berbentuk huruf U dengan dua buah bola pada kedua ujungnya.
Thermometer dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung
sedikit di bawah permukaan air oleh pelampung aluminium. Kedua bola
thermometer dilindungi terhadap radiasi. Indeks dibuat dari gelas dengan
sumbu besi dan mempunyai pegas sehingga dapat dipengeruhi gaya magnet.
Suhu maximum ditunjukkan oleh kanan index dalam tabung atas. Suhu
minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah.
Magnet batang digunakan untuk menyetel kedudukan index setelah suhu
dibaca.
e. Cup Counter Anemometer
Alat ini dipasang sebelah selatan dekat pusat panci, dengan
mangkok-mangkoknya sedikit lebih tinggi. Terutama sekali digunakan
18

untuk mengukur banyaknya angin selama 24 jam.


f. Pondasi / Alas
Dibuat dari kayu dicat sehingga tahan terhadap cuaca dan rayap.
Bagian ata kayu dicat putih untuk mengurngi penyerapan radiasi sinar
matahari
Makin rendah muka air dalam panci, makin rendah pula terjadinya
penguapan.
Kejernihan air dalam panci perlu diperhatikan. Air yang keruh, evaporasi
yang terukur akan rendah pula. Tinggi air diukur dengan satuan mm. Alat ukur
mikrometer mampu mengukur dalam mm dengan ketelitian se per seratus mm.
Ketelitian pengukuran itu diperlukan karena tinggi yang diukur tidak sama besar
meliputi 5 sampai 8 mm.
2. Evaporimeter Piche

Gambar 2.12. Evaporimeter Piche

Jenis atmometer yang paling banyak digunakan ialah tipe Piche. Piasanya
alat ini ditempatkan di dalam sangkar cuaca, sedangkan tipe yang lain diletakkan
di luar sangkar. Atmometer tipe Piche memiliki konstruksi yang sederhana
karena mudah penggunaan dan pengamatannya. Cara penggunaan dan
pengamatannya ialah: mula-mula tabung diisi dengan air aquades, kemudian
ditutup dengan kertas saring dengan bantuan ring penjepit yang dibentuk
sedemikian rupa, kemudiandiletakkan pada tiang penggantung. Pengamatan
dilakukan pada permukaan air di dalam tabung yang berskala (cc). Proses
19

penguapan terjadi pada dua permukaan kertas saring dan berlangsung terus
menerus sampai persediaan air di dalam habis. Besarnya penguapan dapat
diketahui dari penyusutan air dalam tabung pada waktu pengamatan
berikutnya.Evaporimeter Piche terdiri dari :

Gambar 2.13. Evaporimeter Piche


a) Pipa Gelas
Pipa ini panjangnya kurang lebih 20 cm dengan garis tengah kurang
lebih 1,5 cm. Pada dinding pipa gelas tersebut terdapat skala yang
menyatakan volume air dalam cm3 atau persepuluhannya. Ujung pipa yang
satu terbuka dan merupakan mulut pipa, sedang ujung yang lain tertutup serta
dilengkapi dengan tempat menggantungkan alat tersebut.
b) Kertas Filter
Kertas ini berbentuk bulat seperti piringan dengan bahan kertas yang
berpori-pori banyak. Tujuannya adalah agar air mudah terserap. Kertas filter
ini dipasang pada mulut pipa.
c) Penjepit logam
Berbentuk lengkungan-lengkungan seperti lembaran pegas. Pegas ini
pada ujungnya melekat di sekeliling pipa dan ujung yang lain berbentuk sama
dengan diameter pipa.Ujung ini digunakan untuk menahan atau menjepit
kertas filter pada mulut pipa.

2.6. Kecepatan Angin


Kecepatan angin penting karena dapat menentukan besarnya kehilangan air
melalui proses evapotranspirasi dan mempengaruhi kejadian hujan. Untuk terjadinya
hujan, diperlukan adanya gerakan udara lembab yang berlangsung terus- menerus.
Dalam hal ini gerakan udara ( angin ) berfungsi sebagai tenaga penggerak terjadinya
udara lembab tersebut.
20

Kecepatan angin diukur dengan anemometer sedangkan arah angin diukur


dengan kipas (wind vane) . Anemometer yang konvensionil adalah jenis cup
anemometer yang terdiri atas 3 atua 4 cup yang berputar terhadap sumbu vertikal.
Kecepatan putar menentukan besarnya kecepatan angin dan jumlah putarannya
merupakan ukuran dari “wind run” yang merupakan ukuran jarak yang ditempuh oleh
udara bergerak dalam waktu tertentu. Alat Untuk mengukur kcepatan angin adalah :
a. Anemometer
Pengamatan arah dan kecepatan Angin menggunakan alat yang
dinamakan Anemometer. Alat pengukur kecepatan angin berupa baling-baling
yang as nya dihubungkan dengan dinamo penghasil arus listrik. Apa bila angin
bertiup baling-baling akan berputar dan memutar dinamo dan akan diperoleh
arus listrik. Arus listrik ini kemudian diconvert ke satuan kecepatan, knot atau
m/detik.Alat penunjuk arah angin berupa bendera yang kaku (lempengan) yang
as nya dihubungkan dengan tahanan listrik geser (tahanan geser). Besarnya
tahanan akan berubah-ubah seiring dengan perubahan bendera arah penunjuk
angin. Arus listrik yang tetap dialirkan melalui tahanan geser tersebut, setelah
melalui tahanan tersebut otomatis besarnya arus listrik akan berubah dan di
convert ke derajat arah angin/mata angin.

Gambar 2.14. Anemometer

b. Cup Counter Anemometer


21

Gambar 2.15. Cup Counter Anemometer


Ada alat pengukuran angin yang langsung mengukur kecepatannya. Jadi
jarum penunjuk suatu kecepatan tertentu bila ada angin. Arah angin ditunjukkan
oleh wind-vane yang dihubungkan dengan alat penunjuk arah mata angin atau
dalam angka. Angka 360 derajat berarti ada angin dari utara, angka 90 ada angin
dari timur demikian seterusnya.
Waktu pengamatan tergantung dari data yang diinginkan. Bila data
harian, pengamatan sekali dalam 24 jam untuk jelajah angin yaitu pada pagi hari.
Waktu pengamatan arah angin lebih dari sekali dalam 24 jam. Arah yang paling
banyak ditunjuk dalam 24 jam merupakan arah rata-rata dalam hari tersebut.
Sensor yang menghubungkan dengan alat mencatat otomatis disebut anemograf.
Alat ini mencatat kecepatan dan arah angin setiap saat pada kertas pias. Alat
pencatat ini ada yang harian, mingguan ataupun bulanan.

2.7. Kelembaban Relatif Udara


Fungsi utama kelembaban udara adalah sebagai lapisan pelindung permukaan
bumi. Kelembaban udara dapat menurunkan suhu dengan cara menyerap / memantulkan
sekurang- kurangnya setengah radiasi matahari gelombang pendek yang menuju
permukaan bumi ai juga membantu menahan keluarnya radiasi matahari gelombang
panjang dari permukaan bumi pada waktu siang dan malam hari.
Jika suhu meningkat, kapasitas udara dalam menampung air juga meningkat.
Jika udara dingin maka gumpalan awan menjadi bertambah besar dan akan turun hujan
Alat ukur kelembaban udara adalah Psichometer (yang merupakan gabungan
dua termometer). Namun alat tersebut kurang akurat, umumnya dipakai hygrometer
elektris (berisi karbon). Pada praktikum kali ini yang dipakai adalah barometer. Massa
22

uap yang terdapat dalam 1 m3 udara atau kerapatan uap disebut kelembaban mutlak
(absolut). Kemampuan udara untuk menampung uap adalah berbeda-beda menurut
suhu. Mengingat makin tinggi suhu, makin banyak uap yang dapat ditampung, maka
kekeringan dan kebasahan udara tidak dapat ditentukan oleh kelembaban mutlak saja.
Kelembaban relatif (RH) merupakan perbandingan tekanan uap air dengan
tekanan uap jenuh. Adapun sifat uap air atmosferik bertekanan minimum pada musim
dingin dan sebaliknya bertekanan maksimum pada musim panas. Sedangkan lembab
udara relatif mempunyai sifat bernilai minimum pada musim panas dan sebaliknya
bernilai maksimum pada musim dingin. Sebagai pembanding, suhu bernilai maksimum
pada pagi hari dan minimum pada sore hari. Alat untuk mengukur kelembaban adalah :
a. Psychrometer
Psychrometer adalah alat yang dirancang untuk menentukan kelembaban
udara di atmosfer. Prinsip pengukuran dari alat ini merupakan salah satu
teknnologi pengukuran kelembaban udara yang paling akurat saat ini. Nilai
kelembaban dihitung dari perbedaan temperatur diantara kedua termometer.
Termometer pertama mengukur suhu udara kering dan termometer kedua
mengukur suhu udara basah. Menurut prinsip kerjanya, psychrometer dibagi
menjadi dua macam yaitu psychrometer konvensional dan psychrometer digital.
Psychrometer Assmann merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
mengukur kelembaban udara (relative humidity). Psychrometer Assmann terdiri
dari dua buah termometer air raksa dengan pelindung logam mengkilat. Kipas
angin terletak diatas tabung yang berada ditengah alat, berfungsi untuk
mengalirkan udara dari bawah melalui kedua bola termometer menuju ventilasi.
Psychrometer Assmann memiliki karakteristik yaitu kecepatan putaran kipas
sekitar 3-5 m/s, lama putaran 3-5 menit dan jangkauan temperatur - 30o - +50oC.
Penanganan, perawatan dan pengkalibrasian Psychrometer Assmann hampir
sama dengan termometer bola basah-bola kering, perbedaannya terletak pada
perawatan dari kipas dan pelindung radiasi yang terdapat pada Psychrometer
Assmann.
23

Struktur
Struktur Psychrometer Assmann terdiri dari :

Gambar 2.15 Struktur


Psychrometer Assman

Keterangan gambar :
1. Kunci pemutar
2. Aspirator
3. Spring case
4. Termometer
5. Insulasi putih
6. Insulasi hitam
7. Tabung insulasi
8. Tabung pelindung
b. Termohigrograf

Gambar 2.16 Termohigrograf


24

Ada beberapa tipe dan prinsip kerja alat pengukur kelembapan udara.
Salah satu alat pengukur kelembapan adalah sensor rambut. Prinsipnya bila
udara lembab rambut bertambah panjang dan udara kering rambut menyusut.
Perubahan panjang ini secara mekanis dapat ditransfer ke jarum penunjuk pada
skala antara 0 sampai 100 %. Alat pengukur kelembapan udara tipe ini disebut
higrometer.
Menggunakan prinsip dengan sensor rambut untuk mengukur
kelembapan udara dan menggunakan bimetal untuk sensor suhu udara. Kedua
sensor dihubungkan secara mekanis ke jarum penunjuk yang merupakan pena
penulis di atas kertas pias yang berputar menurut waktu. Alat dapat mencatat
suhu dan kelembapan setiap waktu secara otomatis pada pias. Gabungan
Termograf dan Higrograf dinamakan Termohigrograf. Alat ini memiliki fungsi
untuk mengukur suhu dan kelembaban udara secara otomatis. Dengan
menggunakan pias kertas sebagai hasil yang dilihat, kemudian di bagian kertas
tersebut terdapat pengukur suhu ( bagian atas kertas ) dan pengukur kelembaban
(bagian bawah kertas). Dengan menggunakan sensor, maka grafik perubahan
suhu bisa diketahui, karena sensor tersebut sangat peka terhadap suhu sekitar
dimana mengalami pemuaian bila suhu meningkat dan menyusut jika suhu
rendah.
2.8. Suhu
Suhu udara umumnya diukur dengan termometer. Ada beberapa syarat yang
berhubungan dengan penempatan termometer antara lain :
1. Harus dipasang pada tempat yang peredaran udaranya bebas.
2. Harus dipasang pada tempat yang terlindung dari sinar matahari.
3. Atau dipasang pada sangkar meteorologi.
Alat untuk mengukur suhu adalah :
a. Alat pengukur temperatur maksimum dan minimum
Terdapat dua jenis termometer yakni termometer maksimum, sebagai alat
ukur suhu udara maksimum yang terbuat dari gelas dengan bejana berbentuk
bola dan pada ujungnya berisi air raksa. Dan termometer minimum, sebagai alat
ukur suhu udara minimum yang terbuat dari gelas berbentuk garpu dan pada
ujungya berisi alkohol dan benda penunjuk yang akan terseret oleh alkohol
manakala suhu turun dan akan tertinggal manakala suhu naik (alkohol
25

mengembang), maka benda penunjuk tadi akan menunjukan suhu terendah


dalam kurun waktu pengamatan.

Gambar 2.17. Termometer Maksimum dan Minimum

b. Alat pengukur temperatur bola basah dan bola kering


Alat ini disebut Psychrometer terdiri dari 2 buah Thermometer air raksa
yaitu Thermometer bola kering dan Thermometer bola basah. Thermometer bola
basah adalah thermometer yang bola air raksanya dibalut dengan kain basah.
Penguapan yang terjadi pada kain basah tersebut mengakibatkan turunya suhu.
Perbedaan suhu yang ditunjukan thermometer bola kering dan basah dengan
bantuan tabel diperoleh harga kelembaban udara dan suhu titik embun.

Gambar 2.18. Alat Pengatur Temperatur Bola Basah dan Bola Kering
26

2.9. Tekanan Udara


Pengamatan Tekanan Udara menggunakan alat Barometer Air raksa. Dasar kerja
alat ini adalah percobaan bejana Toricelli, yaitu sebuah tabung kaca yang diisi dengan
air raksa kemudian dibalik dan mulut tabung tersebut dimasukan kedalam bejana yang
berisi air raksa. Air raksa dalam tabung akan turun akan tetapi tidak sampai habis
karena di tahan oleh udara yang menekan permukaan air raksa dalam bejana dan
besarnya sama dengan berat air raksa dalam tabung.Satuan tekanan udara diantaranya
adalah mb (milibar). 1 mb = 100 Newton/m2 .

Gambar 2.19. Alat mengukur Tekanan Udara


Pengukur tekanan udara yang lain adalah Barometer aneroid, sensor alat ini
adalah tabung logam tipis yang dibuat seperti lampu lampion sehingga bisa kembang
kempis menyesuaikan dengan tekanan udara. Kembang kempisnya tabung logam ini
dihubungkan dengan tangkai yang menunjuk pada skala atau pena yang menulis /
merekam diatas kertas yang bersekala. Barometer aneroid yang mencatat sendiri
dinamakan Barograph.

You might also like