You are on page 1of 17

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian sampah

Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang

dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan lagi

(Technoglobalous, 1993 dalam Yuliani dkk, 2012). Pengertian

sampah menurut SK SNI T – 13 – 1990 – F adalah limbah yang

bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang

dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi

pembangunan. Sedangkan menurut WHO, sampah adalah sesuatu

yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu

yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

dengan sendirinya (Chandra, 2007 dalam Fadhilah, dkk, 2011).

Menurut Bahar (1986) dalam Fadhilah dkk (2011), sampah

diidentifikasikan menurut jenis-jenisnya yaitu :

a. Garbage atau sampah basah yaitu sampah yang berasal dari

sisa pengolahan, sisa pemasakan, atau sisa makanan yang

telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai bahan

makanan organisme lainnya.


9

b. Rubbish atau sampah kering yaitu sampah sisa pengolahan

yang tidak mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua

golongan, yaitu :
1) Sampah yang tidak mudah membusuk, tetapi mudah

terbakar.
2) Sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah

terbakar.
c. Ashes dan cinder, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang

berasal dari kegiatan pembakaran.


d. Dead animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan.
e. Street sweeping, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di

sepanjang jalan.
f. Industrial waste merupakan sampah berasal dari kegiatan

industri, sampah jenis ini biasanya lebih homogen bila

dibandingkan dengan sampah jenis lainnya.

2. Sumber- Sumber Sampah

Menurut Notoatmodjo (2007) dalam Laksono (2012), sumber

sampah dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic waste)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil

kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang,

seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang

belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun, dan

sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan,

perabot rumah tangga, daun-daun dari kebun atau taman.

b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum


10

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti :

pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api,

dan sebagainya. Sampah ini berupa : kertas, plastik, botol, daun

dan sebagainya.

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan,

perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya.

umumnya sampah ini bersifat kering, dan mudah terbakar

(rubbish).

d. Sampah yang berasal dari Jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang

umumnya terdiri dari : kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-

batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang

jatuh, daun-daunan dan sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari Industri (industrial waste)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk

sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala

sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya : sampah-

sampah pengepakan barang, logam, plastic, kayu, potongan

tekstil, kaleng dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari Pertanian / perkebunan


11

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan / pertanian,

misalnya : jerami, sisa sayur mayor, batang padi, batang jagung,

ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari Pertambangan

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan

jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri,

misalnya : batu-batuan, tanah / cadas, pasir, sisa-sisa

pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari Peternakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini

berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan, bangkai

binatang, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Wibowo. Arianto dan Djajawinata. T.

Darwin, (2007) dalam Laksono (2012) membagi sampah menjadi

dua kelompok yaitu

a. Sampah domestik, adalah sampah yang dihasilkan oleh

kegiatan manusia secara langsung, contohnya sampah rumah

tangga, pasar, sekolah dan sebagainya.

b. Sampah non domestik, adalah sampah yang dihasilkan oleh

kegiatan manusia secara tidak langsung, contohnya sampah

pabrik, industri dan pertanian.

3. Jenis– Jenis Sampah


12

Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka

ragam, ada yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri,

sampah pasar, sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah

perkebunan, sampah peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah,

dan sebagainya.

Menurut Laksono (2012), berdasarkan asalnya, sampah

padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

a. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan –

bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat

biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan

melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar

merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya

sampah dari dapur, sisa – sisa makanan, pembungkus (selain

kertas, karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah, daun dan

ranting

b. Sampah Anorganik

Sampah jika ditinjau dari segi jenisnya diantaranya yaitu :

1) Sampah yang dapat membusuk atau sampah basah

(garbage). Garbage adalah sampah yang mudah membusuk


13

karena aktifitas mikroorganisme pembusuk yang berasal dari

rumah tangga, restoran, hotel dsb.


2) Sampah yang tidak membusuk atau sampah kering (refuse).

Sampah jenis ini tidak dapat didegradasikan oleh

mikroorganisme, dan penanganannya membutuhkan teknik

yang khusus. Contoh sampah jenis ini adalah kertas, plastik,

dan kaca,
3) Sampah yang berupa debu atau abu (ashes). Sampah jenis

ini biasanya hasil dari proses pembakaran dari bahan yang

mudah terbakar. Ukuran sampah ini relatif kecil yaitu kurang

dari 10 mikron dan dapat memasuki saluran pernafasan.


4) Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan Sampah jenis

ini sering disebut sampah B3, dikatakan berbahaya karena

berdasarkan jumlahnya atau konsentrasinya atau karena

sifat kimiawi atau fisika atau mikrobanya dapat :


a) Meningkatkan mortalitas dan mobilitas secara bermakna

atau menyebabkan penyakit yang tidak reversibel

ataupun sakit berat tidak dapat pulih ataupun reversibel

atau yang dapat pulih.


b) Berpotensi menimbulkan bahaya pada saat ini maupun

dimasa yang akan datang terhadap kesehatan atau

lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan

dibuang dengan baik. Sampah yang masuk dalam tipe ini

tergolong sampah yang beresiko menimbulkan

keracunan baik manusia maupun fauna dan flora di


14

lingkungan tersebut (Slamet, 1994 dalam Laksono,

2012).
Sedangkan Hadiwiyono, (1983) dalam Laksono (2012)

mengelompokkan sampah berdasarkan dua karakteristik, yaitu:


a. Kimia
1) Organik
Sampah yang sampah yang pada umumnya dapat

membusuk, karena mengandung senyawa organik atau

sampah yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen,

nitrogen, dan pospor. Contoh : makanan, buah-buahan dsb.


2) Anorganik
Sampah yang umumnya tidak membusuk karena tidak dapat

diuraikan oleh mikroorganisme, misalnya logam, pecahan

gelas, plastik dsb.

b. Fisika
1) Sampah basah (garbage)
Garbage tersusun dari sisa-sisa bahan-bahan organik yang

mudah lapuk dan membusuk.


2) Sampah kering (rubbish)
Sampah kering dapat digolongkan menjadi dua kelompok

yaitu jenis logam seperti besi, seng, aluminium dan jenis non

logam seperti kertas dan plastik.


3) Sampah lembut (ashes)
Sampah lembut memiliki ciri khusus yaitu berupa partikel-

partikel kecil yang ringan dan mudah terbawa oleh angin.

Contohnya : debu.
4) Sampah besar (bulkywaste)
Sampah jenis ini memiliki ukuran yang relatif lebih besar,

contohnya sampah bekas mesin kendaraan.


5) Sampah berbahaya (hazardous waste)
15

Sampah jenis ini terdiri dari :


a) Sampah patogen (biasanya sampah jenis ini berasal dari

kegiatan medis)
b) Sampah beracun (contoh sampah sisa pestisida,

insektisida, obat-obatan, styrofoam)


c) Sampah ledakan, misiu, sisa bom dan lain-lain
d) Sampah radioaktif dan bahan-bahan nuklir.
4. Teknik Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu

bidang yang berhubungan dengan pengendalian terhadap timbulan

sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan

pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah dengan

suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik yang

berhubungan dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik,

perlindungan alam, keindahan dan pertimbangan lingkungan

lainnya serta mempertimbangkan masyarakat luas

(Technoglobalous, 1993 dalam Yuliani dkk., 2012). Dengan

demikian pengelolaan sampah merupakan suatu cara untuk

menyikapi sampah agar dapat memberikan suatu manfaat dan

tidak merusak lingkungan.


5. Cara Pengelolaan Sampah
Untuk mengelola sampah yang terkumpul tersedia 3 cara

yang dapat dilakukan, yaitu dengan menimbun di suatu tempat,

dengan mengabukan dan dengan daur ulang atau recycling ke

proses-proses lain.
a. Penimbunan
Penimbunan sampah yang paling sederhana ialah

penimbunan terbuka, yaitu sampah dikumpulkan begitu saja


16

disuatu tempat yang dipilih jauh dari tempat aktifitas

masyarakat, sehingga tidak menimbulkan banyak gangguan.

Cara penimbunan sampah yang baik ialah dengan cara

menimbun sampah di bawah tanah, atau digunakan untuk

mengurug tanah berawa yang kemudian ditutup dengan lapisan

tanah. Dengan demikian proses dekomposisi berlangsung

dibawah tanah, sehingga apabila terdapat kuman berbahaya

tidak tersebar ke dalam udara. Namun cara ini juga masih

menimbulkan masalah seperti pencemaran air tanah yang dapat

mempengaruhi air sumur dan air selokan yang dekat dengan

sampah tersebut.

Pengelolaan sampah dengan cara penimbunan

melibatkan beberapa pihak dengan urutan :

1) Masyarakat membuang sampah ke tempat pembuangan

sampah sementara.
2) Petugas dinas kebersihan mengangkut sampah dari tempat

timbunan sementara dengan memadatkan sampah terlebih

dahulu lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir.


3) Pemungut sampah memungut sampah-sampah seperti

botol, bahan plastik, rongsokan besi.


4) Sampah yang ditimbun di tempat penimbunan akhir

sebaiknya ditimbun di dalam tanah agar hancur oleh

mikroorganisme.
b. Mengabukan
17

Mengabukan atau insinerasi (incineration) sampah, ini

sering dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang ada.

Prosesnya tidak sama dengan membakar sampah begitu saja di

tempat terbuka. Sampah dibakar di dalam dapur khusus,

pencemaran-pencemaran yang keluar dari hasil pembakaran

yang berupa abu dan bahan-bahan lain yang volumenya tinggal

sedikit, ditimbun atau dipendam di tempat yang telah

disediakan. Pada proses insinerasi timbul panas, sehingga

merupakan sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk

membangkitkan tenaga uap atau listrik. Proses insinerasi

mempunyai beberapa keuntungan:


1) Mengurangi masalah kesehatan yang berhubungan

penimbunan sampah.
2) Mengurangi volume sampah hingga 80 %.
3) Kotoran dan sampah dapat dikerjakan bercampur, tidak

perlu dipisah-pisahkan.
Alat yang digunakan dapat dibuat untuk berbagai ukuran,

untuk keperluan besar, sedang, atau kecil.


4) Sisa pembakarannya kecil dan tidak berbau dan mudah

ditangani.
c. Daur-ulang atau recycling.
Recycling ialah suatu proses yang memungkinkan

bahwa, bahan-bahan yang terbuang dapat dimanfaatkan lagi,

sehingga seolah-olah tidak ada bahan buangan. Terdapat

berbagai bentuk pemanfaatan buangan sehingga sebagian

besar dari masalah sampah dapat teratasi. Bahan organik

seperti daun, kayu, kertas, dan sisa makanan, kotoran, dan


18

sebagainya dapat dijadikan kompos dengan pertolongan mikro-

organisme. Kompos berupa bahan organik yang mengalami

dekomposisi seperti humus yang berguna sebagai pupuk dan

juga dapat memperbaiki struktur tanah. Sampah yang terdiri dari

logam dapat diolah lagi menjadi bahan mentah industri.

Recycling lain yang dapat dilakukan ialah dengan melakukan

proses destilasi kering. Sampah dimasukkan kedalam ruang

tertutup dipanaskan tanpa diberi udara. Karena dengan

pemanasan tersebut sampah mengeluarkan berbagai macam

gas yang dapat dimanfaatkan.


6. Kajian Pengelolaan dengan Metode 3P (Pengurangan,

Penggunaan kembali, Pendaur ulang).


Morgan (2009) menyatakan bahwa permasalahan sampah

adalah kemudahan masyarakat untuk membuang sampah.

Sehingga dalam menyikapi sampah, seringkali masyarakat tidak

banyak berpikir ke mana sampah–sampah tersebut dibawa dan apa

yang akan terjadi pada sampah tersebut. Ini akan mendorong

masyarakat untuk terus memproduksi lebih banyak sampah.

Sehingga untuk mengurangi jumlah sampah, orang harus dibuat

berpikir mengenai jumlah sampah yang dihasilkan dan akibat–

akibat yang ditimbulkan.


Dengan adanya masyarakat yang sadar akan masalah

sampah, maka penanganan masalah sampah juga akan lebih

mudah karena masyarakat akan terdorong untuk mengurangi

jumlah sampah yang mereka hasilkan dan terdorong untuk


19

menangani sampah dengan lebih baik. Upaya yang perlu dilakukan

untuk menangani masalah sampah adalah upaya pengolahan

terhadap sampah–sampah yang ada. Pengelolaan sampah dengan

metode 3P (Pengurangan, Penggunaan, Pendaur ulang) juga

dapat dimasukkan sebagai pilihan untuk mengelola sampah di

karenakan dapat mengurangi masalah – masalah sampah secara

efektif.

Dalam Vesilind (2002) dijelaskan metode 3P sebagai berikut :

a. Pengurangan (Reduce)

Pengurangan sampah dapat dicapai dalam tiga cara dasar :

1. Mengurangi jumlah bahan yang digunakan per produk tanpa

mengorbankan fungsi produk.


2. Meningkatkan masa hidup produk.
3. Menghilangkan kebutuhan untuk produk.

b. Penggunaan kembali (Reuse)


Yang dimaksud reuse disini adalah penggunaan kembali

barang-barang yang sudah tidak digunakan sebagaimana

mestinya. Konsep pengelolaan reuse tidaklah serumit yang kita

pikirkan, cukup dengan menggunakan barang-barang bekas

untuk keperluan tertentu tanpa harus mengolahnya.


c. Pendaur ulangan (Recycling)

Daur ulang menurut Morgan (2009) adalah pengelolaan

benda–benda yang sudah tidak diinginkan dan tidak terpakai


20

untuk dijadikan bahan baku pembuatan produk baru. Pada

intinya, pengelolaan daur ulang adalah mengolah kembali

barang-barang yang tidak berguna lagi. Agar daur ulang dapat

berhasil, perlu proses sebagai berikut :

1) Konsumen pertama harus dapat memilih barang-barang

berdasarkan karakteristik tertentu (pilih yang dapat didaur

ulang atau mudah membusuk) dan kemudian dikumpulkan di

kotak-kotak atau tempat khusus.


2) Bagi sampah yang bisa didaur ulang, proses daur ulang

dapat dilaksanakan seperti contohnya kertas, kita dapat

menjual kembali kertas-kertas bekas untuk kemudian di daur

ulang di pusat pendauran ulang.


3) Sampah organik diolah menjadi kompos yang bisa

digunakan sebagai pupuk.


7. Pengetahuan Masyarakat Tentang Teknik Pengelolaan Sampah

Aktivitas masyarakat adalah sumber utama timbulnya

berbagai jenis sampah. Khususnya di daerah perkotaan aktivitas

masyarakat sangat padat sehingga sampah yang dihasilkan

sangat banyak. Jika masalah ini tidak ditangani dengan serius

maka akan timbul berbagai macam permasalahan baru seperti

timbulnya wabah penyakit akibat pembuangan sampah yang tidak

pada tempatnya maupun sampah yang tidak dikelola dengan

benar.
21

Pemerintah pusat mempunyai peran yang sangat penting

dalam tata kelola suatu perkotaan atau daerah termasuk masalah

kebersihan. Penghargaan Piala Adipura yang diberikan oleh

pemerintah pusat untuk kota dan daerah yang termasuk dalam

kategori kota atau daerah yang nyaman, bersih dan teduh

merupakan suatu bentuk kepedulian dan tanggung jawab

pemerintah pusat untuk mengajak pemerintah kota dan daerah

untuk berlomba-lomba dalam menjaga kebersihan.

Usaha pemerintah pusat, kota, maupun daerah tentang

pemeliharaan lingkungan akan sia-sia tatkala masyarakat tidak

mendukung program-program bersangkutan yang diselenggarakan

pemerintah. Hal demikian adalah mutlak karena kunci dari

keberhasilan program pemerintah bergantung pada

masyarakatnya.

8. Kepedulian Masyarakat Terhadap Kualitas Lingkungan Hidup


Sebagian besar masyarakat khususnya di daerah perkotaan

telah mengetahui pentingnya berperilaku bersih bagi kesehatan.

Namun demikian kesadara ini belum cukup jika tidak ada tindakan

untuk mewujudkannya. Pemerintah selalu menyelenggarakan

program kebersihan lingkungan seperti pengadaan bak sampah,

program jumat bersih atau sejenisnya maupun sosialisasi tentang

kebersihan hingga ke tingkat RT dan RW. Semua ini dilakukan

dengan tujuan agar kesadaran masyarakat akan pentingnya


22

kebersihan bagi kelangsungan hidup dapat terbina dengan baik

sehingga cita-cita pemerintah bersama masyarakat untuk

mewujudkan kehidupan yang sehat, nyaman dan teduh dapat

terwujud.

Menurut Soemarwoto (2004), di negeri ini penegakan hukum

sangat lemah. Peraturan banyak yang dilanggar, misalnya

pembuangan sampah di sungai dan selokan, dapat berjalan tanpa

tindakan nyata dari aparat penegak hukum. Salah satu sebab

utamanya ialah adanya KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) yang

merebak karena dorongan untuk mendapatkan dana yang besar

guna mendukung pola hidup yang mewah. Padahal menurut Hadi

(2005), dalam konteks lingkungan hidup, hukum diharapkan

menjadi pedoman agar tata kehidupan kita ini mendasarkan pada

prinsip-prinsip kelestarian lingkungan.

9. Tingkat Kualitas Lingkungan Hidup Melalui Pengelolaan

Sampah

Kualitas lingkungan hidup masyarakat Untuk melihat

seberapa besar tingkat kualitas lingkungan hidup masyarakat sehat

dan bersih setelah diadakan pengelolaan sampah limbah rumah

tangga menjadi kompos organik, dilakukan melalui dua metode,

yakni observasi lapangan dan wawancara. Adapun data yang

diperoleh meliputi : ketersediaan bak sampah disetiap rumah,


23

kebersihan lingkungan rumah, respos masyarakat terhadap

pengolahan sampah organik, ketersediaan kegiatan yang

mengarah pada hidup sehat, dilakukan oleh lembaga sosial, usaha

pengendalian akan pencemaran lingkungan. Usaha

pengembangan wilayah sehat, ketersediaan peduli lingkungan

yang sehat, ketersediaan pelayanan kesehatan masyarakat.

Penanaman tanaman/reboisasi lingkungan, dan sebagainya.

Upaya dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut telah

menunjukkan adanya usaha peningkatan kualitas lingungan yang

sehat dan bersih (Mutaqin, 2002).

B. Kerangka Konsep

Sebelum

Tingkat pengetahuan
Promosi masyarakat terhadap
kesehatan penanganan sampah

Sikap masyarakat Perilaku


Penyuluhan terhadap penanganan Penanganan
sampah sampah

Tindakan masyarakat
Demonstrasi dalam penanganan
sampah
24

Sesudah
Keputusan Dirjen
Nomor
07/KPTS/CK/1999

Gambar 1
Kerangka Konsep Penelitian

: Variabel Bebas/Variabel yang diteliti

: Variabel Terikat

: Variabel Kontrol

You might also like