You are on page 1of 8

J.

Gizi Pangan, Juli 2017, 12(2):101-108


ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920 DOI: 10.25182/jgp.2017.12.2.101-108
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015 Tersedia daring: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan

EFEK INTERVENSI MINUMAN TEMPE TERHADAP TEKANAN DARAH


PENDERITA HIPERTENSI DAN HIPERKOLESTEROLEMIA
(The effect of tempe drink intervention on blood pressure in hypertension and
hypercholesterolemia subjects)

Alfia Ansarullah1, Hardinsyah1, Sri Anna Marliyati1, Made Astawan2*


Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
1
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor 16680

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the effect of tempe drink intervention on blood pressure of
hypertension and also hypercholesterolemia subjects. This study used a Randomized Controlled Trial
(RCT) design with 30 males and females subjects, who were divided into three treatment groups-tempe
drink of A formulated from local sprouted soybean (TDA), tempe drink of B formulated from imported
soybean (TDB), and control. The inclusion criterias were adults aged 25-55 years, not being menopause
and pregnant, total cholesterol levels ≥200 mg/dl, systolic blood pressure level 121-139 mmHg, diastolic
blood pressure level 81-89 mmHg and willing to partcipate in research by signing an informed consent.
The tempe drink was given three glasses a day for four weeks continuously, contained at least 25 g of
protein/day. The control group was not given the tempe drink. Blood pressure data were collected every
week during intervention. The results showed that the effect of TDA and TDB compared to control
subjects on systolic blood pressure was significantly different. Other ways the effect of TDA and TDB
compared to control subjects on diastolic blood pressure was not significantly different, but the trend
was decreasing.

Keywords: blood pressure, hypertension, tempe drinks

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efek intervensi minuman tempe terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi dan sekaligus hiperkolesterolemia. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Randomized Controlled Trial (RCT) dengan total 30 subjek pria dan wanita yang dibagi dalam
tiga kelompok, yaitu kelompok yang diberi Minuman Tempe A (MTA) yang diformulasikan dari keledai
lokal yang dikecambahkan, Minuman Tempe B (MTB) yang diformulasikan dari kedelai impor, dan
kelompok kontrol. Kriteria inklusi yaitu dewasa berusia 25-55 tahun, belum mengalami menopause atau
tidak sedang hamil, kadar kolesterol total ≥200 mg/dl, tekanan darah 121-139 mmHg, tekanan darah
diastolik 81-89 mmHg serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menandatangani informed
consent. Minuman tempe diberikan tiga gelas sehari selama empat minggu berturut-turut dan paling
sedikit mengandung 25 g protein/hari. Kelompok kontrol tidak diberi minuman tempe. Darah untuk
analisis kadar kolesterol total dikumpulkan melalui darah vena setelah puasa sebelum dan setelah
intervensi. Tekanan darah dikumpulkan setiap minggu selama intervensi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan signifikan pada efek MTA dan MTB dibandingkan dengan subjek kelompok
kontrol pada tekanan darah sistolik. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada efek MTA dan MTB pada
tekanan darah diastolik dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun kecenderungan mengalami
penurunan.

Kata kunci: hipertensi, minuman tempe, tekanan darah

*
Korespondensi: Telp: +628161374074, Surel: mastawan@yahoo.com

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 2, Juli 2017 101


Ansarullah dkk.

PENDAHULUAN penelitian yang dilakukan oleh Rivas (2002)


yang menunjukkan bahwa pemberian 500 ml
Hipertensi merupakan penyakit yang bi- susu kedelai selama tiga bulan mampu menu-
asa juga disebut silent disease karena seringkali runkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Studi
tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan Utari (2011) dengan pemberian tempe 160 g/hari
darah yang terus menerus tinggi dalam jangka selama 4 minggu pada wanita menopause dapat
waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi menurunkan kadar LDL, trigliserida, dan koles-
dengan penyakit lainnya. Berdasarkan Riskesdas terol total.
(2013), ditemukan bahwa prevalensi hipertensi Tempe merupakan makanan fermentasi
mengalami penurunan dari 31,7% pada tahun populer Indonesia. Pengolahan tempe menjadi
2007 menjadi 25,8% pada tahun 2013 untuk ke- minuman tempe serbuk siap seduh bersifat ino-
lompok umur ≥18 tahun. Umumnya penderita vatif dan lebih praktis, mudah dikonsumsi dan
hipertensi adalah orang dengan usia diatas 40 ta- lebih tahan lama. Pesatnya pengembangan tempe
hun, namun saat ini hipertensi bisa saja diderita menjadi pangan fungsional yang dapat menu-
oleh kelompok usia yang lebih muda. Sebagian runkan tekanan darah menjadi alasan peneliti
besar hipertensi primer terjadi pada usia 24-45 ta- untuk melakukan penelitian mengenai efek dari
hun dan hanya 20% terjadi dibawah usia 20 tahun minuman berbasis tempe terhadap tekanan darah
dan diatas 50 tahun (Dhianingtyas & Hendrati pada penderita hipertensi dan hiperkolesterole-
2006). Hipertensi yang berlangsung lama dapat mia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ka-
menjadi faktor risiko munculnya penyakit dege- dar tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum
neratif lainnya, seperti stroke dan penyakit kar- dan setelah intervensi minuman tempe.
diovaskular (Kemenkes 2013). Semakin tinggi
kadar kolesterol, maka lebih banyak terjadinya METODE
aterosklerosis dalam pembuluh darah, sehingga
menyebabkan semakin tinggi resistensi vaskular Desain,tempat, dan waktu
sistemik dan memicu peningkatan tekanan darah Penelitian ini menggunakan desain Ran-
(Desmond et al. 2005). domized Controlled Trial (RCT). Penelitian ter-
Peningkatan kadar Low Density Lipopro- diri atas tiga kelompok yaitu 1) kelompok yang
tein (LDL) menjadi faktor risiko utama ateroskle- mendapatkan intervensi minuman tempe A, 2)
rosis. Penyakit sirkulasi darah disebabkan oleh kelompok yang mendapatkan minuman tempe B,
aterosklerosis yang diawali dengan terjadinya dan 3) kelompok kontrol yang tidak mendapat-
dislipidemia yaitu peningkatan kadar kolesterol kan intervensi minuman tempe. Minuman tempe
total, LDL, trigliserida, maupun penurunan High A dibuat menggunakan tempe kedelai Grobogan
Density Lipoprotein (HDL). Banyak faktor risiko (lokal) yang dikecambahkan, sedangkan minum-
yang memengaruhi timbulnya aterosklorosis, na- an tempe B dibuat menggunakan tempe kedelai
mun yang merupakan faktor risiko utama adalah Genetically Modified Organisms (GMO) impor
peningkatan kadar kolesterol khususnya koles- yang tidak dikecambahkan. Pembagian subjek
terol LDL (Epstein & Ross 1999). Meningkatnya ke dalam masing-masing kelompok dilakukan
kolesterol akan meningkatkan risiko hipertensi. secara acak (random assignment).Keseluruhan
Kadar kolesterol serum meningkat seiring de- kegiatan penelitian mulai dari persiapan hingga
ngan terjadinya peningkatan tekanan darah. Kon- pengolahan dan analisis data dilaksanakan pada
sentrasi serum pada penderita hipertensi lebih bulan Maret hingga Oktober 2015. Intervensi di-
tinggi daripada subjek normotensif yang mengin- laksanakan selama empat minggu pada bulan Mei
dikasikan adanya risiko terkena komplikasi kar- hingga Juni 2015 di IPB, Dramaga. Pemeriksaan
diovaskular yang lebih besar, seperti penyakit profil lipid dilakukan di Laboratorium Kesehatan
jantung koroner (PJK) dan stroke pada penderita Daerah (Labkesda) Bogor.
hipertensi dengan kadar kolesterol yang tinggi
(Akuyam et al. 2009). Jumlah dan cara pengambilan subjek
Berbagai penelitian telah membuktikan Penentuan jumlah subjek penelitian ini
bahwa pemberian kedelai dapat menurunkan hi- mengacu pada rumus Lemeshow (1997) sebagai
pertensi. Penelitian Welty et al. (2007) menun- berikut.
jukkan bahwa kedelai dapat menurunkan tekan- n = (2 σ2 (Z1-α + Z 1-β)2) / (μ1- μ2)2
an darah sistolik dan diastolik secara signifikan
(Welty et al. 2007). Demikian halnya dengan

102 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 2, Juli 2017


Efek minuman tempe terhadap tekanan darah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaku- nyaingi kadar protein minuman tempe B yang
kan Utari (2011), pengaruh pemberian intervensi menggunakan kedelai impor GMO yang tidak
tempe terhadap kadar kolesterol dan LDL dewasa dikecambahkan (Sirait 2015). Prosedur penge-
usia 40-64 tahun, dengan mengambil salah jenis cambahan kedelai mengacu pada penelitian
pertama (tingkat kesalahan) α = 0,05, dan power Ichsan (2015), prosedur pembuatan tempe me-
test sebesar 1-β = 0,90, σ = 16,7 (standar deviasi ngacu pada proses pembuatan tempe komersial
kolesterol LDL), perubahan kolesterol LDL (mg/ di Rumah Tempe Indonesia (RTI) dan diadopsi
dl) perlakuan kontrol adalah meningkat (μ2) = oleh Ichsan (2015), selanjutnya prosedur pem-
14,1 dan intervensi tempe menurun (μ1)= -7,8, buatan produk minuman tempe berbentuk serbuk
kemudian disubstitusikan ke dalam rumus di- siap seduh mengacu pada penelitian Mahmud
atas, maka diperoleh jumlah subjek minimum 10 (1987) dengan beberapa modifikasi oleh Sirait
sampel per kelompok. Populasi penelitian adalah (2015). Hasil penelitian Astawan et al. (2013)
tenaga kependidikan IPB yang dikumpulkan me- menyatakan bahwa tempe yang dibuat meng-
lalui pemberian surat ke divisi masing-masing gunakan kedelai varietas Grobogan dan tempe
untuk menghadiri skrining. yang dibuat dari kedelai impor GMO tidak me-
Subjek yang terpilih merupakan subjek miliki perbedaan yang signifikan (p<0,05), baik
yang telah memenuhi kriteria inklusi meliputi dari segi rendemen, kadar protein, sifat fisik, dan
pria dan wanita berusia 25-55 tahun, wanita organoleptik secara keseluruhan. Tepung tempe
yang belum mengalami menopause atau tidak se- juga memiliki mutu gizi yang lebih baik diban-
dang hamil, tekanan darah sistolik ≥121 mmHg, dingkan tepung kedelai rebus, bahkan lebih baik
tekanan darah diastolik ≥81 mmHg, kadar koles- jika dibandingkan kasein (Astawan et al. 2015).
terol total ≥200 mg/dl, serta bersedia berpartisi- Konsumsi tempe Grobogan tidak berpengaruh
pasi dalam penelitian dengan menandatangani terhadap organ tubuh terutama pada hati, gin-
persetujuan informed consent. Adapun kriteria jal, dan testis tikus percobaan yang menunjuk-
eksklusi subjek yaitu bila berpartisipasi dalam kan bahwa konsumsi tempe ini tidak berdam-
penelitian lain, tidak menyukai kedelai atau tem- pak negatif terhadap kesehatan (Astawan et al.
pe, mengonsumsi obat penurun tekanan darah 2015b).
dan kolesterol. Selama pelaksanaan intervensi, Intervensi. Produk dikonsumsi oleh sub-
asupan makanan subjek tidak batasi baik kon- jek sebanyak tiga bungkus per hari masing-mas-
sumsi tempe maupun makanan lainnya. ing seberat 35 g per bungkus, maka total produk
Protokol pelaksanaan penelitian telah yang seharusnya dikonsumsi selama 4 minggu
mendapatkan persetujuan etik dari komite etik intervensi adalah 84 bungkus kelompok A mem-
penelitian kesehatan FK UI Nomor: 282/UN2. peroleh produk yang dikemas dalam plastik ter-
F1/ETIK/2015. tutup dan diberi label A atau B pada kardusnya
untuk memudahkan pada saat pembagian produk
Tahapan penelitian ke subjek, sedangkan kelompok kontrol tidak
Formulasi dan intervensi minuman memperoleh produk intervensi. Produk minu-
tempe. Pembuatan minuman tempe menggu- man tempe dibagikan dua kali dalam seminggu
nakan bahan baku tempe yang diproduksi oleh selama empat minggu intervensi, yaitu setiap hari
RTI (Rumah Tempe Indonesia), sedangkan selu- senin dan kamis. Minuman tempe tersebut disiap-
ruh produk minuman tempe diproduksi oleh PT. kan sendiri oleh subjek sebelum diminum. Pada
Harapan Bunda Mandiri. Produk tersebut telah awal kegiatan intervensi, kepada seluruh subjek
mendapatkan sertifikat halal oleh MUI dengan diberikan edukasi gizi mengenai gizi seimbang.
No. 01121087880513 dan sertifikat Dinkes P-IRT
dengan No.515327102017118. Produk minuman Jenis dan cara pengumpulan data
tempe diberikan dalam bentuk serbuk minuman Data yang dikumpulkan dalam penelitian
tempe siap seduh yang dikemas dalam kemasan ini terdiri atas data karakteristik subjek (meliputi
plastik. Produk minuman tempe dibuat dengan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan sta-
menambahkan tepung terigu, garam, gula, mi- tus merokok) yang diperoleh melalui wawancara
nyak nabati, dan baking powder dengan tiga va- dan pengisian kuesioner pada awal penelitian
riasi rasa (cokelat, vanila, dan pisang). Minuman (data baseline). Data status gizi (berat dan tinggi
tempe disiapkan sendiri oleh subjek sesuai de- badan) dikumpulkan melalui pengukuran meng-
ngan prosedur yang telah ditentukan. gunakan timbangan berat badan digital dan mi-
Minuman tempe A menggunakan kede- crotoice sebanyak dua kali (sebelum dan setelah
lai Grobogan (lokal) dikecambahkan untuk me- intervensi).

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 2, Juli 2017 103


Ansarullah dkk.

Data kolesterol total, pengambilan sampel meningkatkan presisi hasil penelitian karena di-
darah pada sebelum dan setelah intervensi di- dalamnya dilakukan pengaturan terhadap penga-
lakukan pada pagi hari (jam 08.00-10.00). Sub- ruh peubah bebas lain atau confounder yang tidak
jek diminta untuk tidak makan dan minum (kecu- terkontrol.
ali air putih) sejak jam 22.00 sebelum pengam-
bilan darah dilakukan di pagi hari. Sampel darah HASIL DAN PEMBAHASAN
darah diambil sebanyak 6 cc melalui pembuluh
vena yang diambil oleh tenaga kesehatan terlatih Karakteristik subjek
dari Labkesda, kemudian dianalisis di laborato- Tabel 1 menunjukkan karakteristik umum
rium menggunakan metode spektrofotometri dan subjek yang meliputi jenis kelamin, umur, pendi-
data tekanan darah diperoleh melalui pengukuran dikan, status gizi, dan status merokok. Hasil uji
menggunakan spygmomanometer sebanyak lima Kruskal wallis pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
kali (saat baseline dan satu kali dalam seminggu). karakteristik subjek antar kelompok tidak ber-
Data kepatuhan subjek juga dikumpulkan dua beda secara signifikan sehingga perubahan hasil
kali per minggu (hari senin dan kamis) melalui intervensi dianggap merupakan pengaruh dari in-
wawancara dan pengisian kuesioner kepatuhan tervensi bukan karakteristik subjek.
serta pengembalian bungkusan produk. Jika sub- Total subjek yang terpilih berjumlah 30
jek tidak patuh (kepatuhan ≤70%) mengonsumsi orang. Subjek terbanyak yaitu perempuan ber-
minuman tempe maka akan di drop out. jumlah 53,3%, dengan persentase terbesar berada
di kelompok B. Data Riskesdas (2013) menun-
Pengolahan dan analisis data jukkan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan
Data tekanan darah sistolik dan diastolik jenis kelamin, lebih tinggi pada perempuan dari-
subjek sebelum dan setelah intervensi dianalisis pada laki-laki (Kemenkes 2013). Jenis kelamin
menggunakan paired-sampels T test, sedangkan memiliki peran penting pada hipertensi yang
untuk delta (nilai perubahan/selisihnya) dianali- berkaitan dengan berat badan dan konsentrasi
sis menggunakan uji one way Anova. Setelah itu, kolesterol (Coylewright et al. 2008). Penelitian
dilakukan uji lanjut Duncan antar kelompok un- Yang et al. (2015) menunjukkan bahwa preva-
tuk mengetahui kelompok yang secara signifikan lensi hipertensi pada perempuan akan meningkat
berbeda dengan kelompok lainnya. Uji Analysis seiring dengan meningkatnya usia.
of Covariance (Ancova) dilakukan untuk me- Rata-rata umur subjek adalah 44 tahun,
ngetahui efek intervensi minuman tempe terha- dengan persentasi subjek terbesar di kelompok
dap tekanan darah sistolik dan diastolik dengan umur 25-45 tahun yang merupakan kelompok
memasukkan kovariat. Ancova dilakukan untuk umur dengan risiko relatif rendah, namun seiring

Tabel 1. Sebaran subjek berdasarkan karakteristik


Kelompok
A B Kontrol Total (n=30)
Variabel p
(n=10) (n=10) (n=10)
n % n % n % n %
Jenis kelamin
Laki-laki 6 60,0 3 30,0 5 50,0 14 46,7 0,404
Perempuan 4 40,0 7 70,0 5 50,0 16 53,3
Umur
25-45 tahun 7 70,0 6 60,0 4 40,0 17 56,7
46-55 tahun 3 30,0 4 40,0 6 60,0 13 43,3
Rata-rata ± SD 42,4 ± 8,0 42,5 ± 6,9 44,8 ± 8,9 43,2 ± 7,8 0,399
Pendidikan
SD 0 0,0 0 0,0 1 10,0 1 3,3
SMP 1 10,0 1 10,0 0 0,0 2 6,7
SMA 5 50,0 2 20,0 2 20,0 9 30,0 0,492
Diploma 1 10,0 2 20,0 2 20,0 5 16,7
Perguruan tinggi 3 30,0 5 50,0 5 50,0 13 43,3
Status merokok
Merokok 2 20,0 0 0,0 2 20,0 4 13,3 0,328
Tidak merokok 8 80,0 10 100,0 8 80,0 26 86,7
Status gizi
Normal 4 40,0 3 30,0 4 40,0 11 36,7
Overweight 0 0,0 2 20,0 1 10,0 3 10,0
Obesitas 6 60,0 5 50,0 5 50,0 16 53,3
Rata-rata ± SD 29,2 ± 8,0 26,7 ± 2,2 26,1 ± 4,0 27,4 ± 5,3 0,962
104 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 2, Juli 2017
Efek minuman tempe terhadap tekanan darah

dengan pertambahan umur, maka semakin besar jukkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan
risiko hipertensi (Chataut 2011; Wei 2015). Ber- pada kelompok A (minuman tempe A) diban-
tambahnya usia akan memengaruhi perubahan dingkan dengan kelompok kontrol.
fisiologis yang terjadi pada tubuh antara lain pe- Hasil Anova pada Tabel 2 menunjukkan
rubahan jumlah, susunan, dan struktural dari sel bahwa intervensi minuman tempe berpenga-
endotel, peningkatan produksi spesies oksigen ruh signifikan terhadap tekanan darah sistolik.
dan terjadi inflamasi (Kumar et al. 2014). Semua Tekanan darah sistolik pada kelompok A dan B
perubahan yang terjadi merupakan faktor risiko berbeda signifikan dengan kelompok kontrol.
untuk meningkatkan tekanan darah (Mateos et al. Hasil Anova menunjukkan bahwa tidak ada per-
2011). bedaan signifikan terhadap tekanan darah diasto-
Lebih dari separuh subjek berpendidikan lik pada kelompok A dan B tidak berbeda signifi-
tinggi, sepertiga subjek berpendidikan menengah kan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
dan hanya satu orang yang lulus SD. Sebagian Hasil Ancova untuk tekanan darah sisto-
besar subjek (86,7%) tidak merokok. Komponen- lik menunjukkan hasil yang tidak signifikan na-
komponen pada rokok dapat merusak dinding mun ada kecenderungan nilai tersebut menurun.
pembuluh darah, dan meningkatkan pembentuk- Hal ini disebabkan karena dalam penelitian ini,
an platelet pada dinding yang dapat mengurangi intervensi yang dilakukan dipengaruhi oleh con-
elastisitas pembuluh darah yang menyebabkan founder yaitu umur dan tekanan darah sistolik
kekakuan sehingga tekanan darah meningkat baseline.
(Salahuddin et al. 2012). Hipertensi merupakan masalah yang kom-
Lebih dari separuh subjek (53,3%) me- pleks, berkaitan dengan usia, jenis kelamin, obe-
miliki status gizi yang termasuk dalam kategori sitas sentral, konsumsi alkohol dan genetik (Ad-
obes. Prevalensi obesitas yang ditemukan pada rogue & Madias 2007). Tekanan darah sistolik
penelitian ini lebih tinggi dari angka nasional ber- baseline juga berpengaruh terhadap intervensi
dasarkan Riskesdas (2013) sebesar 15,4%. Status yang dilakukan karena memiliki nilai yang sa-
gizi overweight dan obes dapat meningkatkan ngat bervariasi, mulai dari 121 mmHg sampai
tekanan darah melalui mekanisme penyempit- 156 mmHg. Sama halnya dengan tekanan darah
an pembuluh darah akibat penumpukan lemak sistolik, uji Ancova juga menunjukkan hasil yang
dalam tubuh (Rahmouni 2005). tidak signifikan pada tekanan darah diastoli.
Hal ini berarti intervensi yang dilakukan tidak
Tekanan darah berpengaruh terhadap tekanan darah diastolik.
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil paired Tekanan darah diastolik juga dipengaruhi oleh
T test tekanan darah sistolik secara signifikan confounder tekanan darah baseline pada saat in-
menurun pada kelompok A dan B antara sebelum tervensi.
dan setelah intervensi, tetapi pada kelompok kon- Berdasarkan penelitian oleh Kholifah
trol tidak berbeda secara signifikan. Berbeda hal- (2013), pemberian susu tempe tidak berpengaruh
nya dengan tekanan darah diastolik, yang menun- signifikan terhadap tekanan darah. Dalam pene-

Tabel 2. Tekanan darah sistolik dan diastolik subjek menurut kelompok, sebelum dan setelah intervensi
Kelompok
Variabel p1) p2)
A B Kontrol
Tekanan darah sistolik (mmHg)
Sebelum 136,6 ± 10,9a,1 135,2 ± 8,3a,1 127,9 ± 8,4a,1 0,10
Setelah 126,5 ± 6,8a,2 125,2 ± 6,0a,2 127,5 ± 9,7a,1 0,79 0,06
p3)
0,00* 0,00* 0,81
Delta (perubahan) -10,1 ± 6,4a -10,0 ± 6,9a -0,4 ± 5,1b 0,00*
Tekanan darah diastolik (mmHg)
Sebelum 85,1 ± 7,7a,1 82,4 ± 8,9a,1 77,4 ± 7,3a,1 0,11
Setelah 78,7 ± 4,6a,2 81,4 ± 7,1a,1 76,4 ± 4,9a,1 0,16 0,26
p3)
0,00* 0,65 0,62
Delta (perubahan) -6,4 ± 5,8a -1,0 ± 6,8a -1,0 ± 6,2a 0,10
Keterangan: Data disajikan dalam bentuk rata-rata ± standar deviasi; *signifikan p≤0,05; huruf yang sama pada baris yang
a,b

sama menunjukkan tidak ada pengaruh/ perbedaan signifikan p>0,05; 1,2angka yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak ada pengaruh/ perbedaan signifikan p>0,05; p1) Anova antara kelompok A, B, dan kontrol ; p2) Ancova antara kelompok
A, B, dan kontrol; p3) Paired-samples T test antara sebelum dan setelah intervensi.

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 2, Juli 2017 105


Ansarullah dkk.

litian ini, peneliti melakukan intervensi selama menggunakan laru pasar (inokulum campuran)
satu bulan pada wanita pralansia dan lansia de- memiliki aktivitas penghambatan ACE lebih be-
ngan rentang usia 45-70 tahun. Jika dibanding- sar (IC50 lebih kecil) dibandingkan dengan tempe
kan dengan penelitian ini, maka hasil yang tidak yang diproduksi dengan menggunakan inokulum
signifikan tersebut diduga karena rentang waktu murni (Astawan et al. 2016).
penelitian yang kurang lama, sehingga intervensi Kepatuhan subjek selama intervensi ber-
tempe yang diberikan tidak berpengaruh secara langsung dihitung berdasarkan jumlah bung-
signifikan tetapi cenderung menurunkan tekanan kusan produk yang diminum dalam seminggu.
darah jika dibandingkan dengan kelompok kon- Rata-rata kepatuhan subjek digolongkan tinggi
trol. Berbagai penelitian menggunakan kedelai dengan persentase >80% pada masing-masing
dengan rentang waktu yang lebih lama (lebih dari kelompok intervensi.
4 minggu) menunjukkan terjadinya penurunan
tekanan darah sistolik dan diastolik (Rivas 2002; KESIMPULAN
Welty 2007; He 2011).
Penurunan tekanan darah sistolik yang ter- Intervensi minuman tempe dari kedelai
jadi diduga karena adanya protein kedelai yang Grobogan (lokal) yang dikecambahkan (A) dan
mengandung asam amino arginin yang merupa- minuman tempe dari kedelai GMO impor yang
kan prekursor untuk nitric oxide (NO) yang me- tidak dikecambahkan (B) sebanyak tiga gelas/
miliki efek vasodilator. Nitric oxide memiliki si- hari selama empat minggu pada subjek prahi-
fat menghambat agregasi (penggumpalan) plate- pertensi dan hiperkolesterolemia menunjukkan
let darah sehingga dapat melancarkan sirkulasi terdapat perbedaan signifikan efek intervensi
darah (Harrison 2000). Kedelai mengandung iso- minuman tempe dari kedelai Grobogan (lokal)
flavon yang merupakan fitoestrogen yang secara yang dikecambahkan (A) dan minuman tempe
struktural mirip dengan estrogen yang diduga dari kedelai GMO impor yang tidak dikecambah-
menunjukkan aktivitas antihipertensi melalui kan (B) dibandingkan dengan kelompok kontrol
peningkatan NO dan menurunkan angiotensin pada tekanan darah sistolik, namun tidak ada per-
serta mampu menghentikan reaksi pembentukan bedaan signifikan pada tekanan darah diastolik
radikal bebas. Dalam kedelai terdapat tiga jenis dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun
isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein terdapat kecenderungan mengalami penurunan.
(Nakajima et al. 2005; Yang 2005; Astawan Penelitian ini telah menunjukkan bahwa
2013). Beberapa penelitian menunjukkan kede- pemberian minuman tempe pada penderita hi-
lai memiliki efek positif terhadap tekanan darah pertensi dan hiperkolesterolemia belum mampu
pada penderita hipertensi (Harrison 2000; Sagara menurunkan tekanan darah (sistolik dan dias-
2004; Yang 2005). tolik). Saran untuk penelitian selanjutnya adalah
Tempe memiliki beberapa kelebihan sebaiknya lama/durasi pemberian intervensi ter-
dibandingkan dengan kedelai yaitu memiliki khusus pada penderita hipertensi lebih lama dari
daya cerna protein, karbohidrat, dan lemak yang penelitian ini.
lebih baik, kandungan vitamin yang lebih tinggi,
serta bioavailibilitas mineral yang lebih baik. Per-
lakuan perkecanbahan yang dilakukan dapat me- UCAPAN TERIMA KASIH
ningkatkan kadar protein (Astawan 2016b). Pro-
ses fermentasi oleh R. oligosporus yang terjadi Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
pada proses pengolahan kedelai menjadi tempe pemberi dana penelitian, yaitu Direktorat Riset
mampu menghidrolisis protein dan beberapa se- dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal
nyawa kompleks lainnya menjadi bentuk yang Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementeri-
lebih sederhana seperti asam amino dan peptida- an Riset, Teknologi dan dan Pendidikan Tinggi,
peptida (Astawan et al. 2016). Tempe yang bersi- melalui skema "Hibah Kompetensi 2015-2017"
fat hipotensive juga disebabkan oleh adanya pep- atas nama Made Astawan.
tida bioaktif tempe yang mampu bersifat sebagai
inhibitor ACE (Angiotensin Converting Enzyme). DAFTAR PUSTAKA
ACE adalah enzim yang mengubah angioten-
sin I menjadi angiotensin II. Angiotensin inilah Adrogue HJ, Madias NE. 2007. Sodium and po-
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tassium in the pathogenesis of hyperten-
tekanan darah. Tempe yang diproduksi dengan sion. N Engl J Med 356(19):1966-1978.

106 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 2, Juli 2017


Efek minuman tempe terhadap tekanan darah

Akuyam S, Aghogho, U, Aliyu, I, Bakari, A. Ichsan M. 2015. Perbandingan karakteristik


2009. Serum total cholesterol in hyperten- fisikokimia tempe dengan tempe kecambah
sive Northern Nigerians. Int J Med Med kedelai [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Sci 1(3):73-78. Bogor.
Astawan M, Hermanianto J, Suliantari, Sugiyanto [Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2013. Ri-
GSP. 2016. Application of vacuum packag- set Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Balit-
ing to extend the shelf life of fresh-seasoned bangkes Kementerian Kesehatan RI.
tempe. Int Food Res J 23(6):2571-2580. Kholifah HN. 2013. Pengaruh pemberian susu
Astawan M, Wresdiyati T, Ichsan M. 2016b. tempe terhadap tekanan darah pra lansia
Karakteristik fisikokimia tepung tempe dan lansia di posyandu lansia dusun Bra-
kecambah kedelai. J Gizi Pangan 11(1):35- jan Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta
42. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Astawan M, Wresdiyati T, Widowati S, Bintari Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Aster JC. 2014.
SH, Ichsani N. 2013. Karakter fisikokimia Robbins and cotran pathologic basis of dis-
dan sifat fungsional tempe yang dihasilkan ease, Professional Edition: Expert Consult-
dari berbagai varietas kedelai. J Pangan Online. Elsevier Health Sciences.
22(3):209-286. Mahmud MK. 1987. Penggunaan makanan bayi
Astawan M, Wresdiyati T, Saragih AM. 2015. formula tempe dalam diit bayi dan anak
Evaluasi mutu protein tepung tempe dan balita sebagai suatu upaya penanggulangan
tepung kedelai rebus pada tikus percobaan. masalah diare [disertasi]. Bogor: Institut
Jurnal Mutu Pangan 2(1):11-17. Pertanian Bogor.
Astawan M, Wresdiyati T, Sirait J. 2015b. Penga- Mateos CPJ, Zamorano-León JJ, Rodríguez-Sier-
ruh konsumsi tempe kedelai grobogan ter- ra P, Macaya C, LópezFarré AJ. 2011. New
hadap profil serum, hematologi dan antio- and old mechanisms associated with hyper-
ksidan tikus. J Teknol dan Industri Pangan tension in the elderly. Int J Hypertens.
26(2):155-162. Nakajima N, Nozaki N, Ishihara K, Ishikawa A,
Chataut J, Adhikari RK, Sinha NP. 2011. Preva- Tsuji H. 2005. Analysis of isoflavone con-
lence and risk factors for hypertension in tent in tempeh, a fermented soybean, and
adults living in central development region preparation of a new isoflavone-enriched
of Nepal. Univ Med J 33(1):13-18. tempeh. J Biosci Bioeng 100(6):685-687.
Coylewright M, Reckelhoff JF, Ouyang P. 2008. Rahmouni K, Correia ML, Haynes WG, Mark
Menopause and hypertension an age-old AL. 2005. Obesity-associated hypertension
debate. J Hypertens 51(4):952-959. new insights into mechanisms. J Hypertens
Desmond G, Julian J, Campbell C, James M, 45(1):9-14.
McLenachan. 2005. Cardiology. Elsevier Rivas M, Garay RP, Escanero JF, Cia P, Alda JO.
Saunder. 2002. Soy milk lowers blood pressure in
Dhianingtyas Y, Hendrati LY. 2006. Risiko obe- men and women with mild to moderate es-
sitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi sential hypertension. J Nutr 132(7):1900-
garam terhadap kejadian hipertensi pada 1902.
usia produktif. The Indonesian Journal of Sagara M, Kanda T, NJelekera M, Teramoto T,
Public Health 1(1):105-109. Armitage L, Birt N, Yamori Y. 2004. Ef-
Epstein FH, Ross R. 1999. Atherosclerosis- fects of dietary intake of soy protein and
an inflammatory disease. N Engl J Med isoflavones on cardiovascular disease risk
340(2):115-126. factors in high risk, middle-aged men in
Harrison BLM, Raij L. 2000. Postmenopausal Scotland. J Am Coll Nutr 23(1):85-91.
hypertension. Current hypertension reports Salahuddin S, Prabhakaran D, Roy A. 2012.
2(2):202-207. Pathophysiological mechanisms of tobac-
He J, Wofford MR, Reynolds K, Chen J, Chen co-related CVD. Glob Heart 7(2):113-120.
CS, Myers L, Minor DL, Elmer PJ, Jones Sirait YIS. 2015. Karakterisasi serbuk minuman
DW, Whelton PK. 2011. Effect of dietary berbasis tempe [skripsi]. Bogor: Institut
supplementation on blood pressure a ran- Pertanian Bogor.
domized, controlled trial. Circulation Utari DM. 2011. Efek Intervensi Tempe Terha-
124:589-595. doi: 10.1161/CIRCULA- dap Profil Lipid, Superoksida Dismutase,
TIONAHA.110.009159. LDL Teroksidasi dan Malonaldehyde Pada

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 2, Juli 2017 107


Ansarullah dkk.

Wanita Menopause [disertasi]. Bogor: In- Yang G, Ma Y, Wang S, Su Y, Rao W, Fu Y, Yu Y,


stitut Pertanian Bogor. Kou C. 2015. Prevalence and correlates of
Wei Q, Sun J, Huang J, Zhou HY, Ding YM, Tao prehypertension and hypertension among
YC, He SM, Liu YL, Niu JQ. 2015. Preva- adults in northeastern China: A cross-sec-
lence of hypertension and associated risk tional study. Int J Environ Res Publ Health
factors in Dehui city of Jilin province in 13(1):82.
China. J Hum Hypertens 29(1):64-68. Yang G, Shu XO, Jin F, Zhang X, Li HL, Li Q,
Zheng W. 2005. Longitudinal study of soy
food intake and blood pressure among mid-
dle-aged and elderly Chinese women. Am J
Clin Nutr 81(5):1012-1017.

108 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 2, Juli 2017

You might also like