You are on page 1of 52

Teori Dasar Penguat Operasional

1. Penguat Diferensial Sebagai Dasar Penguat Operasional


Penguat diferensial adalah suatu penguat yang bekerja dengan memperkuat sinyal yang
merupakan selisih dari kedua masukannya. Berikut ini adalah gambar skema dari penguat
diferensial sederhana:

Penguat diferensial tersebut menggunakan komponen BJT (Bipolar Junction Transistor)


yang identik / sama persis sebagai penguat. Pada penguat diferensial terdapat dua sinyal
masukan (input) yaitu V1 dan V2. Dalam kondisi ideal, apabila kedua masukan identik
(Vid = 0), maka keluaran Vod = 0. Hal ini disebabkan karena IB1 = IB2 sehingga IC1 =
IC2 dan IE1 = IE2. Karena itu tegangan keluaran (VC1 dan VC2) harganya sama
sehingga Vod = 0.

Apabila terdapat perbedaan antara sinyal V1 dan V2, maka Vid = V1 – V2. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya perbedaan antara IB1 dan IB2. Dengan begitu harga IC1
berbeda dengan IC2, sehingga harga Vod meningkat sesuai sesuai dengan besar
penguatan Transistor.

Untuk memperbesar penguatan dapat digunakan dua tingkat penguat diferensial


(cascade). Keluaran penguat diferensial dihubungkan dengan masukan penguat
diferensial tingkatan berikutnya. Dengan begitu besar penguatan total (Ad) adalah hasil
kali antara penguatan penguat diferensial pertama (Vd1) dan penguatan penguat
diferensial kedua (Vd2).

Dalam penerapannya, penguat diferensial lebih disukai apabila hanya memiliki satu
keluaran. Jadi yang diguankan adalah tegangan antara satu keluaran dan bumi (ground).
Untuk dapat menghasilkan satu keluaran yang tegangannya terhadap bumi (ground) sama
dengan tegangan antara dua keluaran (Vod), maka salah satu keluaran dari penguat
diferensial tingkat kedua di hubungkan dengan suatu pengikut emitor (emitter follower).

Untuk memperoleh kinerja yang lebih baik, maka keluaran dari pengikut emiter
dihubungkan dengan suatu konfigurasi yang disebut dengan totem-pole. Dengan
menggunakan konfigurasi ini, maka tegangan keluaran X dapat berayun secara positif
hingga mendekati harga VCC dan dapat berayun secara negatif hingga mendekati harga
VEE.

Apabila seluruh rangkaian telah dihubungkan, maka rengkaian tersebut sudah dapat
dikatakan sebagai penguat operasional (Operational Amplifier (Op Amp)). Penjelasan
lebih lanjut mengenai hal ini akan dilakukan pada sub bab berikut.

2. Penguat Operasional
Penguat operasional (Op Amp) adalah suatu rangkaian terintegrasi yang berisi beberapa
tingkat dan konfigurasi penguat diferensial yang telah dijelaskan di atas. Penguat
operasional memilki dua masukan dan satu keluaran serta memiliki penguatan DC yang
tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik, penguat operasional memerlukan tegangan catu
yang simetris yaitu tegangan yang berharga positif (+V) dan tegangan yang berharga
negatif (-V) terhadap tanah (ground). Berikut ini adalah simbol dari penguat operasional:
2.1. Karakteristik Ideal Penguat Operasional

Penguat operasional banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena beberapa


keunggulan yang dimilikinya, seperti penguatan yang tinggi, impedansi masukan yang
tinggi, impedansi keluaran yang rendah dan lain sebagainya. Berikut ini adalah
karakteristik dari Op Amp ideal:

 Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop voltage gain) AVOL = 

 Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO = 0

 Hambatan masukan (input resistance) RI = 

 Hambatan keluaran (output resistance) RO = 0

 Lebar pita (band width) BW = 

 Waktu tanggapan (respon time) = 0 detik

 Karakteristik tidak berubah dengan suhu

Kondisi ideal tersebut hanya merupakan kondisi teoritis tidak mungkun dapat dicapai
dalam kondisi praktis. Tetapi para pembuat Op Amp berusaha untuk membuat Op Amp
yang memiliki karakteristik mendekati kondisi-kondisi di atas. Karena itu sebuah Op
Amp yang baik harus memiliki karakteristik yang mendekati kondisi ideal. Berikut ini
akan dijelaskan satu persatu tentang kondisi-kondisi ideal dari Op Amp.
2.1.1. Penguatan Tegangan Lingkar Terbuka

Penguatan tegangan lingkar terbuka (open loop voltage gain) adalah penguatan
diferensial Op Amp pada kondisi dimana tidak terdapat umpan balik (feedback) yang
diterapkan padanya seberti yang terlihat pada gambar 2.2. Secara ideal, penguatan
tegangan lingkar terbuka adalah:

AVOL = Vo / Vid =  

AVOL = Vo/(V1-V2) =  

Tanda negatif menandakan bahwa tegangan keluaran VO berbeda fasa dengan tegangan
masukan Vid. Konsep tentang penguatan tegangan tak berhingga tersebut sukar untuk
divisualisasikan dan tidak mungkin untuk diwujudkan. Suatu hal yang perlu untuk
dimengerti adalah bahwa tegangan keluaran VO jauh lebih besar daripada tegangan
masukan Vid. Dalam kondisi praktis, harga AVOL adalah antara 5000 (sekitar 74 dB)
hingga 100000 (sekitar 100 dB).

Tetapi dalam penerapannya tegangan keluaran VO tidak lebih dari tegangan catu yang
diberikan pada Op Amp. Karena itu Op Amp baik digunakan untuk menguatkan sinyal
yang amplitudonya sangat kecil.

2.1.2. Tegangan Ofset Keluaran

Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO adalah harga tegangan keluaran dari
Op Amp terhadap tanah (ground) pada kondisi tegangan masukan Vid = 0. Secara ideal,
harga VOO = 0 V. Op Amp yang dapat memenuhi harga tersebut disebut sebagai Op Amp
dengan CMR (common mode rejection) ideal.

Tetapi dalam kondisi praktis, akibat adanya ketidakseimbangan dan ketidakidentikan


dalam penguat diferensial dalam Op Amp tersebut, maka tegangan ofset VOO biasanya
berharga sedikit di atas 0 V. Apalagi apabila tidak digunakan umpan balik maka harga
VOO akan menjadi cukup besar untuk menimbulkan saturasi pada keluaran. Untuk
mengatasi hal ini, maka perlu diterapakan tegangan koreksi pada Op Amp. Hal ini
dilakukan agar pada saat tegangan masukan Vid = 0, tegangan keluaran VO juga = 0.
Apabila hal ini tercapai,

2.1.3. Hambatan Masukan

Hambatan masukan (input resistance) Ri dari Op Amp adalah besar hambatan di antara
kedua masukan Op Amp. Secara ideal hambatan masukan Op Amp adalah tak berhingga.
Tetapi dalam kondisi praktis, harga hambatan masukan Op Amp adalah antara 5 k
hingga 20 M, tergantung pada tipe Op Amp. Harga ini biasanya diukur pada kondisi
Op Amp tanpa umpan balik. Apabila suatu umpan balik negatif (negative feedback)
diterapkan pada Op Amp, maka hambatan masukan Op Amp akan meningkat.
Dalam suatu penguat, hambatan masukan yang besar adalah suatu hal yang diharapkan.
Semakin besar hambatan masukan suatu penguat, semakin baik penguat tersebut dalam
menguatkan sinyal yang amplitudonya sangat kecil. Dengan hambatan masukan yang
besar, maka sumber sinyal masukan tidak terbebani terlalu besar.

2.1.4. Hambatan Keluaran

Hambatan Keluaran (output resistance) RO dari Op Amp adalah besarnya hambatan


dalam yang timbul pada saat Op Amp bekerja sebagai pembangkit sinyal. Secara ideal
harga hambatan keluaran RO Op Amp adalah = 0. Apabula hal ini tercapai, maka seluruh
tegangan keluaran Op Amp akan timbul pada beban keluaran (RL), sehingga dalam suatu
penguat, hambatan keluaran yang kecil sangat diharapkan.

Dalam kondisi praktis harga hambatan keluaran Op Amp adalah antara beberapa ohm
hingga ratusan ohm pada kondisi tanpa umpan balik. Dengan diterapkannya umpan balik,
maka harga hambatan keluaran akan menurun hingga mendekati kondisi ideal.

2.1.5. Lebar Pita

Lebar pita (band width) BW dari Op Amp adalah lebar frekuensi tertentu dimana
tegangan keluaran tidak jatuh lebih dari 0,707 dari harga tegangan maksimum pada saat
amplitudo tegangan masukan konstan. Secara ideal, Op Amp memiliki lebar pita yang tak
terhingga. Tetapi dalam penerapannya, hal ini jauh dari kenyataan.

Sebagian besar Op Amp serba guan memiliki lebar pita hingga 1 MHz dan biasanya
diterapkan pada sinyal dengan frekuensi beberapa kiloHertz. Tetapi ada juga Op Amp
yang khusus dirancang untuk bekerja pada frekuensi beberapa MegaHertz. Op Amp jenis
ini juga harus didukung komponen eksternal yang dapat mengkompensasi frekuensi
tinggi agar dapat bekerja dengan baik.

2.1.6. Waktu Tanggapan

Waktu tanggapan (respon time) dari Op Amp adalah waktu yang diperlukan oleh keluaran
untuk berubah setelah masukan berubah. Secara ideal harga waktu respon Op Amp adalah
= 0 detik, yaitu keluaran harus berubah langsung pada saat masukan berubah.

Tetapi dalam prakteknya, waktu tanggapan dari Op Amp memang cepat tetapi tidak
langsung berubah sesuai masukan. Waktu tanggapan Op Amp umumnya adalah beberapa
mikro detik hal ini disebut juga slew rate. Perubahan keluaran yang hanya beberapa
mikrodetik setelah perubahan masukan tersebut umumnya disertai dengan oveshoot yaitu
lonjakan yang melebihi kondisi steady state. Tetapi pada penerapan biasa, hal ini dapat
diabaikan.

2.1.7. Karakteristik Terhadap Suhu


Sebagai mana diketahui, suatu bahan semikonduktor yang akan berubah karakteristiknya
apabila terjadi perubahan suhu yang cukup besar. Pada Op Amp yang ideal,
karakteristiknya tidak berubah terhadap perubahan suhu. Tetapi dalam prakteknya,
karakteristik sebuah Op Amp pada umumnya sedikit berubah, walaupun pada penerapan
biasa, perubahan tersebut dapat diabaikan.

2.2. Implementasi Penguat Operasional

Rangkaian yang akan dijelaskan dan dianalisa dalam tulisan ini akan menggunakan
penguat operasional yang bekerja sebagai komparator dan sekaligus bekerja sebagai
penguat. Berikut ini adalah konfigurasi Op Amp yang bekerja sebagai penguat:

Gambar di atas adalah gambar sebuah penguat non inverting. Penguat tersebut
dinamakan penguat noninverting karena masukan dari penguat tersebut adalah masukan
noninverting dari Op Amp. Sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa dengan sinyal
keluarannya. Adapun besar penguatan dari penguat ini dapat dihitung dengan rumus:

AV = (R1+R2)/R1

AV = 1 + R2/R1

Sehingga :

VO =1+(R2/R1) Vid
Selain penguat noninverting, terdapat pula konfigurasi penguat inverting. Dari
penamaannya, maka dapat diketahui bahwa sinyal masukan dari penguat jenis ini
diterapkan pada masukan inverting dari Op Amp, yaitu masukan dengan tanda ““.
Sinyal masukan dari pengaut inverting berbeda fasa sebesar 1800 dengan sinyal
keluarannya. Jadi jiak ada masukan positif, maka keluarannya adalah negatif. Berikut ini
adalah skema dari penguat inverting:

Penguatan dari penguat di atas dapat dihitung dengan rumus:

AV =  R2/R1

Sehingga: VO =  (R2/R1) Vid

By: Ilmu Web Site Himaone Center


Kembali ke Halaman Belajar Elektronika

Halaman Download Galeri Tentang


Kata-Kata Bijak Link Favorit
Utama Area Gambar Kami

Dioda adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah. Bahan
tipe-p menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n menjadi katode. Bergantung pada
polaritas tegangan yang diberikan kepadanya, diode bisa berlaku sebagai sebuah saklar
tertutup (apabila bagian anode mendapatkan tegangan positif sedangkan katodenya
mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku sebagi saklar terbuka (apabila bagian anode
mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan tegangan positif). Kondisi
tersebut terjadi hanya pada diode ideal-konseptual. Pada diode faktual (riil), perlu
tegangan lebih besar dari 0,7V (untuk diode yang terbuat dari bahan silikon) pada anode
terhadap katode agar diode dapat menghantarkan arus listrik. Tegangan sebesar 0,7V ini
disebut sebagai tegangan halang (barrier voltage). Diode yang terbuat dari bahan
Germanium memiliki tegangan halang kira-kira 0,3V.

 dioda pemancar cahaya atau LED adalah dioda yang memancarkan cahaya bila
dipanjar maju. LED dibuat dari semikonduktor campuran seperti Galium arsenida
fosfida (GaAsP), Galium fosfida (GaP), Galium indium fosfida (GaInP), Galium
aluminium arsenida (GaAlAs) dsb.
 dioda foto (fotovoltaic) digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik searah
 dioda laser digunakan untuk membangkitkan sinar laser taraf rendah, cara
kerjanya mirip LED
 dioda Zener digunakan untuk regulasi tegangan

DASAR MOTOR STEPPER

I. Pendahuluan

Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa
elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan
pulsa yang diberikan kepada motor. Karena itu, untuk menggerakkan motor stepper
diperlukan pengendali motor stepper yang membangkitkan pulsa-pulsa periodik.
Penggunaan motor stepper memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
penggunaan motor DC biasa. Keunggulannya antara lain adalah :

 Sudut rotasi motor proporsional dengan pulsa masukan sehingga lebih


mudah diatur.

 Motor dapat langsung memberikan torsi penuh pada saat mulai bergerak

 Posisi dan pergerakan repetisinya dapat ditentukan secara presisi

 Memiliki respon yang sangat baik terhadap mulai, stop dan berbalik
(perputaran)

 Sangat realibel karena tidak adanya sikat yang bersentuhan dengan rotor
seperti pada motor DC

 Dapat menghasilkan perputaran yang lambat sehingga beban dapat


dikopel langsung ke porosnya

 Frekuensi perputaran dapat ditentukan secara bebas dan mudah pada range
yang luas.

Pada dasaranya terdapat 3 tipe motor stepper yaitu:

1. Motor stepper tipe Variable reluctance (VR)

Motor stepper jenis ini telah lama ada dan merupakan jenis motor yang secara
struktural paling mudah untuk dipahami. Motor ini terdiri atas sebuah rotor
besi lunak dengan beberapa gerigi dan sebuah lilitan stator. Ketika lilitan
stator diberi energi dengan arus DC, kutub-kutubnya menjadi termagnetasi.
Perputaran terjadi ketika gigi-gigi rotor tertarik oleh kutub-kutub stator.
Berikut ini adalah penampang melintang dari motor stepper tipe variable
reluctance (VR):
Gambar 2.8. Penampang melintang dari motor stepper tipe variable reluctance
(VR)

2. Motor stepper tipe Permanent Magnet (PM)

Motor stepper jenis ini memiliki rotor yang berbentuk seperti kaleng bundar
(tin can) yang terdiri atas lapisan magnet permanen yang diselang-seling
dengan kutub yang berlawanan (perhatikan gambar 2.9). Dengan adanya
magnet permanen, maka intensitas fluks magnet dalam motor ini akan
meningkat sehingga dapat menghasilkan torsi yang lebih besar. Motor jenis ini
biasanya memiliki resolusi langkah (step) yang rendah yaitu antara 7,50
hingga 150 per langkah atau 48 hingga 24 langkah setiap putarannya. Berikut
ini adalah ilustrasi sederhana dari motor stepper tipe permanent magnet:
Gambar 2.9. Ilustrasi sederhana dari motor stepper tipe permanent magnet (PM)

3. Motor stepper tipe Hybrid (HB)

Motor stepper tipe hibrid memiliki struktur yang merupakan kombinasi dari
kedua tipe motor stepper sebelumnya. Motor stepper tipe hibrid memiliki gigi-
gigi seperti pada motor tipe VR dan juga memiliki magnet permanen yang
tersusun secara aksial pada batang porosnya seperti motor tipe PM. Motor tipe
ini paling banyak digunkan dalam berbagai aplikasi karena kinerja lebih baik.
Motor tipe hibrid dapat menghasilkan resolusi langkah yang tinggi yaitu
antara 3,60 hingga 0,90 per langkah atau 100-400 langkah setiap putarannya.
Berikut ini adalah penampang melintang dari motor stepper tipe hibrid:
Gambar 2.10. Penampang melintang dari motor stepper tipe hibrid

Berdasarkan metode perancangan rangkain pengendalinya, motor stepper dapat dibagi


menjadi jenis unipolar dan bipolar. Rangkaian pengendali motor stepper unipolar lebih
mudah dirancang karena hanya memerlukan satu switch / transistor setiap lilitannya.
Untuk menjalankan dan menghentikan motor ini cukup dengan menerapkan pulsa digital
yang hanya terdiri atas tegangan positif dan nol (ground) pada salah satu terminal lilitan
(wound) motor sementara terminal lainnya dicatu dengan tegangan positif konstan (VM)
pada bagian tengah (center tap) dari lilitan (perhatikan gambar 2.11).

Gambar 2.11. Motor stepper dengan lilitan unipolar

Untuk motor stepper dengan lilitan bipolar, diperlukan sinyal pulsa yang berubah-ubah
dari positif ke negatif dan sebaliknya. Jadi pada setiap terminal lilitan (A & B) harus
dihubungkan dengan sinyal yang mengayun dari positif ke negatif dan sebaliknya
(perhatikan gambar 2.12). Karena itu dibutuhkan rangkaian pengendali yang agak lebih
kompleks daripada rangkaian pengendali untuk motor unipolar. Motor stepper bipolar
memiliki keunggulan dibandingkan dengan motor stepper unipolar dalam hal torsi yang
lebih besar untuk ukuran yang sama.
Gambar 2.12. Motor stepper dengan lilitan bipolar

II. Pengendali Motor Stepper

Berikut ini akan diberikan contoh perancangan dan perhitungan rangkaian pengendali
motor stepper sederhana. Motor stepper yang digunkan pada contoh ini bertipe hibrid
unipolar, memiliki empat fasa dan panjang langkah sebesar 1,80 per langkahi. Motor
diharapkan dapat berputar dalam dua arah dan memiliki dua kecepatan. Karena itu
diperlukan pengendali motor stepper yang memiliki empat keluaran pulsa dengan
kemampuan dua arah perputaran dan dua macam frekuensi pulsa guna mengatur
kecepatan motor.

Rangkaian pengendali motor stepper (stepper motor driver) menggunakan komponen


utama berupa sebuah IC logika XOR (74LS86) dan sebuah IC JK flip-flop (74LS76).
Rangkain dengan kedua IC tersebut berfungsi untuk menghasilkan empat pulsa keluaran
berurutan yang dapat berbalik urutannya dengan menerapkan logika tertentu pada
rangkaian. Rangkaian tersebut memerlukan pulsa clock untuk dapat beroperasi. Sebagai
sumber clock digunkan rangkaian berbasis IC timer 555. Rangkain pembangkit clock ini
dapat menghasilkan dua macam frekuensi pulsa keluaran guna mendukung dua kecepatan
motor stepper. Kemudian untuk mendukung pulsa-pulsa dengan arus besar (sekitar 1 - 3
A) digunakan transistor daya NPN tipe TIP31 sebagai solid state switch. Untuk lebih
jelasnya perhatikanlah rangkaian utama dari pengendali motor stepper di bawah ini
(gambar 3.7):
Gambar 3.7. skema rangkaian pengendali motor steppper

Gambar 3.7 di atas adalah skema rangkaian pengendali motor stepper yang dapat
bergerak ke dua arah. Keluaran pengendali motor stepper ini ada empat (pena 15, 14, 11,
10 dari IC 74LS76). Pena-pena tersebut akan menghasilkan pulsa yang dapat
menggerakkan motor stepper. Berikut ini adalah ilustrasi struktur motor stepper
sederhana dan pulasa yang dibutuhkan untuk menggerakkannya:
Gambar 3.8. (a) bentuk pulsa keluaran dari pengendali motor stepper (b) penerapan pulsa
pengendali pada motor stepper dan arah putaran yang bersesuaian

Arah putaran motor dapat diatur dengan mengatur kondisi logika masukan pada pena 13
dari IC 74LS86. Jika diterapkan logika 0, maka motor akan berputar berlawanan dengan
arah jarum jam (counter clock wise) sedangkan jika diterapkan logika 1, maka motor
akan berputar dengan arah sesuai dengan ajah jarum jam (clockwise). Gambar 3.8.a di
atas adalah contoh bentuk pulsa keluaran yang menggerakkan motor stepper pada arah
sesuai dengan jarum jam (clockwise) (Gambar 3.8.b).

Kecepatan motor ditentukan oleh frekuensi masukan clock yang berbentuk gelombang
persegi empat. Pulsa clock ini dibangkitkan oleh rangkaian osilator pembangkit pulsa
berbasis IC timer 555. Berikut ini adalah rangkaian pembangkit pulsa clock berbasis IC
555:

Gambar 3.9. skema rangkaian pembangkit pulsa clock berbasis IC 555

Rangkaian pada gambar 3.9 di atas adalah rangkaian berbasis IC 555 yang bekerja pada
mode astabil. Dalam mode ini, rangkian bekerja sebagai osilator pembangkit
pulsa/gelombang. Rangkaian di atas akan membangkitkan pulsa berbentuk persegi empat
pada keluarannya (pena 3) secara periodik.
Gambar 3.10. bentuk gelombang keluaran rangkaian pembangkit pulsa (osilator)

Pulsa di atas memiliki frekuensi dan periode yang konstan. Periode dari satu gelombang
penuh adalah Tt (Time total). Th (Time high) adalah periode sinyal positif atau tinggi
sedangkan Tl (Time low) adalah periode sinyal nol atau rendah. Periode gelombang
keluaran tersebut ditentukan oleh VR1, VR2, R1, R2 dan C1. Kapasitor C2 hanya
berfungsi sebagai penstabil rangkaian. Untuk menghitung Periode keluaran, dapat
dilakukan dengan rumus berikut ini:

Th = 0,693  C1  (VR1 + R1 + R2)

Tl = 0,693  C1  R2

Tt = Th + Tl

Pada rangkaian osilator di atas digunakan C1 = 1 F = 0,000001 F, VR1= 200 k =


200000 , R1 = 1 k = 1000  dan R2 = 1,2 k = 1200 . Jika VR1 diatur pada posisi
maksimum dan R1 terhubung dengan VR1, maka:

Th = 0,693  0,000001  (200000 + 1000 + 1200)

Th = 0,1401246 detik

Tl = 0,693  0,000001  1200 

Tl = 0,0008316 detik
Tt = 0,1401246 + 0,0008316

Tt = 0.1408562 detik

Jadi periode gelombang (Tt) adalah 0,0716 detik sehingga frekuensinya adalah:

f= Hz

Jika VR1 berada pada posisi minimum maka perhitungannya menjadi:

Th = 0,693  0,000001  (0 + 1000 + 1200)

Th = 0,0015246 detik

Nilai Tl tetap = 0,0008316 detik karena harga R2 tetap.

Tt = 0,0015246 + 0,0008316

Tt = 0,0023562 detik

f= Hz

Dari perhitungan di atas, diperoleh bahwa rangkaian pembangkit gelombang tersebut


dapat membangkitkan pulsa dengan frekuensi 7,09 – 424,41 Hertz.
Karena motor yang digunakan terdiri atas 4 phase dan memiliki kecepatan sudut 1,80 per
langkah, maka:

 Jika frekuensi clock = 7,09 Hz, maka kecepatan motor adalah:

v=  7,09 = 0,03545 putaran / detik

v = 2,127 rpm

 Jika frekuensi clock = 424,41 Hz, maka kecepatan motor adalah:

v=  424,41 = 2,12205 putaran / detik

v = 127,323 rpm

Jadi pada sistem ini motor stepper dapat digerakkan pada kecepatan antara 2,127 rpm
hingga 127,323 rpm. Dalam penerapannya pada sistem Triaxial, VR1 pada rangkaian
osilator Gambar 3.9 di atur tahanannya hingga diperoleh kecepatan yang sesuai. Untuk
dapat menghasilkan dua kecepatan, maka digunakan dua buah tahanan variabel (VR1 dan
VR2). Masing-masing tahanan variabel diatur pada harga tahanan yang berbeda. Untuk
harga tahanan yang lebih kecil akan dihasilkan pulsa clock yang lebih tinggi frekuensinya
sehingga kecepatan motor stepper lebih tinggi. Untuk berpindah di antara dua kecepatan
digunakan relay untuk memindah terminal R1 ke VR1 atau VR2. Jika relay off, maka
terminal R1 terhubung ke terminal VR1 sedangkan jika relay on, maka terminal R1
terhubung ke terminal VR2.

Motor stepper umumnya memerlukan arus listrik yang relatif besar yaitu antara 1 hingga
2 A. Untuk itu keluaran dari pengendali motor stepper perlu dikuatkan sehingga dapat
mengalirkan arus yang besar. Penguat tersebut dapat dianggap sebagai solid state switch
karena hanya menghasilkan sinyal tinggi dan rendah (1 dan 0). Berikut ini adalah skema
rangkaian solid state switch :

Gambar 3.11. skema rangkaian solid state switch

Pada rangkaian di atas (gambar 3.11), digunakan transistor bipolar (BJT) tipe TIP31
yang disusun sebagai open collector switch. Transistor TIP31 adalah tergolong transistor
daya menengah yang mampu mengalirkan arus puncak hingga 5 A. Transistor-transistor
ini harus dilengkapi oleh lempengan pendingin dari aluminium untuk mengurangi panas
yang terjadi akibat besarnya arus yang mengalir. L1 - L4 adalah lilitan (wound) dalam
motor stepper. Dioda D1 - D4 berfungsi sebagai pelindung rangkaian dari tegangan tinggi
(back EMF) yang mungkin timbul dari lilitan motor setepper.

Keluaran dari rangkain pengendali motor stepper (phase1 - phase4) dihubungkan ke


masukan dari empat transistor tersebut melalui R1 - R2. Jika masukan bernilai sinyal
rendah, maka transistor akan berada pada keadaan cut-off sehingga arus dalam lilitan
motor stepper tidak mengalir. Jika masukan bernilai tinggi (diatas tegangan ambang
transistor), maka transistor akan on sehingga tegangan antara kolektor dengan emitor
(VCE ) turun dan arus dapat mengalir ke tanah (ground). Dengan begitu motor stepper
berputar. Jika sinyal keluaran dari pengendali motor stepper berbentuk seperti gambar
3.8.a, maka L1, L2, L3 dan L4 akan dialiri arus secara berurutan. Dengan begitu rotor
dari motor stepper akan berputar sesuai dengan arah urutan sinyal pada gambar 3.8.b.

Dioda Zener
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Simbol dioda zener.

Sebuah dioda biasanya dianggap sebagai alat yang menyalurkan listrik ke satu arah,
namun Dioda Zener dibuat sedemikian rupa sehingga arus dapat mengalir ke arah yang
berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas "tegangan rusak" (breakdown
voltage) atau "tegangan Zener".

Dioda yang biasa tidak akan mengijinkan arus listrik untuk mengalir secara berlawanan
jika dicatu-balik (reverse-biased) di bawah tegangan rusaknya. Jika melampaui batas
tegangan rusaknya, dioda biasa akan menjadi rusak karena kelebihan arus listrik yang
menyebabkan panas. Namun proses ini adalah reversibel jika dilakukan dalam batas
kemampuan. Dalam kasus pencatuan-maju (sesuai dengan arah gambar panah), dioda ini
akan memberikan tegangan jatuh (drop voltage) sekitar 0.6 Volt yang biasa untuk dioda
silikon. Tegangan jatuh ini tergantung dari jenis dioda yang dipakai.

Sebuah dioda Zener memiliki sifat yang hampir sama dengan dioda biasa, kecuali bahwa
alat ini sengaja dibuat dengan tengangan rusak yang jauh dikurangi, disebut tegangan
Zener. Sebuah dioda Zener memiliki p-n junction yang memiliki doping berat, yang
memungkinkan elektron untuk tembus (tunnel) dari pita valensi material tipe-p ke dalam
pita konduksi material tipe-n. Sebuah dioda zener yang dicatu-balik akan menunjukan
perilaku rusak yang terkontrol dan akan melewatkan arus listrik untuk menjaga tegangan
jatuh supaya tetap pada tegangan zener. Sebagai contoh, sebuah diode zener 3.2 Volt akan
menunjukan tegangan jatuh pada 3.2 Volt jika diberi catu-balik. Namun, karena arusnya
tidak terbatasi, sehingga dioda zener biasanya digunakan untuk membangkitkan tegangan
referensi, atau untuk menstabilisasi tegangan untuk aplikasi-aplikasi arus kecil.

Tegangan rusaknya dapat dikontrol secara tepat dalam proses doping. Toleransi dalam
0.05% bisa dicapai walaupun toleransi yang paling biasa adalah 5% dan 10%.

Efek ini ditemukan oleh seorang fisikawan Amerika, Clarence Melvin Zener.
Mekanisme lainnya yang menghasilkan efek yang sama adalah efek avalanche, seperti di
dalam dioda avalanche. Kedua tipe dioda ini sebenarnya dibentuk melalui proses yang
sama dan kedua efek sebenarnya terjadi di kedua tipe dioda ini. Dalam dioda silikon,
sampai dengan 5.6 Volt, efek zener adalah efek utama dan efek ini menunjukan
koefisiensi temperatur yang negatif. Di atas 5.6 Volt, efek avalanche menjadi efek utama
dan juga menunjukan sifat koefisien temperatur positif.

Dalam dioda zener 5.6 Volt, kedua efek tersebut muncul bersamaan dan kedua koefisien
temperatur membatalkan satu sama lainnya. Sehingga, dioda 5.6 Volt menjadi pilihan
utama di aplikasi temperatur yang sensitif.

Teknik-teknik manufaktur yang modern telah memungkinkan untuk membuat dioda-


dioda yang memiliki tegangan jauh lebih rendah dari 5.6 Volt dengan koefisien
temperatur yang sangat kecil. Namun dengan munculnya pemakai tegangan tinggi,
koefisien temperatur muncul dengan singkat pula. Sebuah dioda untuk 75 Volt memiliki
koefisien panas yang 10 kali lipatnya koefisien sebuah dioda 12 Volt.

Semua dioda di atas, tidak perduli berapapun tenganan rusaknya, biasanya dijual
dinamakan dioda Zener.

[sunting] Pemakaian
Dioda Zener biasanya digunakan secara luas dalam sirkuit elektronik. Fungsi utamanya
adalah untuk menstabilkan tegangan. Pada saat disambungkan secara parallel dengan
sebuah sumber tegangan yang berubah-ubah yang dipasang sehingga mencatu-balik,
sebuah dioda zener akan bertingkah seperti sebuah kortsleting (hubungan singkat) saat
tegangan mencapai tegangan rusak diode tersebut. Hasilnya, tegangan akan dibatasi
sampai ke sebuah angka yang telah diketahui sebelumnya.

Sebuah dioda zener juga digunakan seperti ini sebagai regulator tegangan shunt (shunt
berarti sambungan parallel, dan regulator tegangan sebagai sebuah kelas sirkuit yang
memberikan sumber tegangan tetap.

KALKULATOR HUKUM OHM


Hukum ohm menyatakan bahwa kuat arus listrik yang mengalir pada suatu bahan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan di antara terminalnya dan berbanding
terbalik denagan tahanan bahan tersebut.

Dari pernyataan tersebut dapat disusun rumus :

I=V/R

di mana:

I = kuat arus listrik (amper)

V = beda potensial / tegangan (volt)

R = tahanan listrik (ohm)

Kalkulator di bawah ini dapat melakukan perhitungan yang berkenaan dengan hukum
ohm.

KALKULATOR KODE WARNA TAHANAN / RESISTOR

Harga tahanan dibawah 5 watt biasanya ditandai menggunakan kombinasi gelang-gelang


warna. Umumnya terdapat empat buah gelang untuk tahanan dengan toleransi 5% ke atas.
Seorang praktisi atau penggemar elektronika biasanya telah menghafal kode-kode warna
tersebut dan dapat menentukan harga suatu tahanan dalam sekejap mata. Bagi para
penggemar elektronika yang belum hafal mudah-mudahan kalkulator ini dapat membantu
prose belajar anda.

"There always be the first time for everything"

Perhatian: Kalkulator ini memerlukan browser yang mendukung Java Script

Harga Tahanan:
Resistor
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifisasi artikel.
Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Variable
Resistor
Resistor

Simbol resistor (AS dan Jepang)

Variable
Resistor
resistor
Simbol resistor (Eropa, IEC)

Bentuk fisik resistor

Resistor atau yang biasa disebut (bahasa Belanda) werstand, tahanan atau penghambat,
adalah suatu komponen elektronik yang memberikan hambatan terhadap perpindahan
elektron (muatan negatif).

Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan resistor adalah Ohm, yang
menemukan adalah George Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika bangsa Jerman.
Tahanan bagian dalam ini dinamai konduktansi. Satuan konduktansi ditulis dengan
kebalikan dari Ohm yaitu mho.

Kemampuan resistor untuk menghambat disebut juga resistensi atau hambatan listrik.
Besarnya diekspresikan dalam satuan Ohm. Suatu resistor dikatakan memiliki hambatan
1 Ohm apabila resistor tersebut menjembatani beda tegangan sebesar 1 Volt dan arus
listrik yang timbul akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 ampere, atau sama dengan
sebanyak 6.241506 × 1018 elektron per detik mengalir menghadap arah yang berlawanan
dari arus.

Hubungan antara hambatan, tegangan, dan arus, dapat disimpulkan melalui hukum
berikut ini, yang terkenal sebagai [[hukum Ohm:

di mana V adalah beda potensial antara kedua ujung benda penghambat, I adalah besar
arus yang melalui benda penghambat, dan R adalah besarnya hambatan benda
penghambat tersebut.

Berdasarkan penggunaanya, resistor dapat dibagi:

1. Resistor Biasa (tetap nilainya), ialah sebuah resistor penghambat gerak arus,
yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan). Resistor ini
biasanya dibuat dari nikelin atau karbon.
2. Resistor Berubah (variable), ialah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-
ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga
nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini
kita bagi menjadi dua, Potensiometer, rheostat dan Trimpot (Trimmer
Potensiometer) yang biasanya menempel pada papan rangkaian (Printed Circuit
Board, PCB).
3. Resistor NTC dan PTS, NTC (Negative Temperature Coefficient), ialah Resistor
yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan PTS
(Positife Temperature Coefficient), ialah Resistor yang nilainya akan bertambah
besar bila temperaturnya menjadi dingin.
4. LDR (Light Dependent Resistor), ialah jenis Resistor yang berubah hambatannya
karena pengaruh cahaya. Bila cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar,
sedangkan cahayanya terang nilainya menjadi semakin kecil.

[sunting] Gelang Warna pada Resistor


Pada Resistor biasanya memiliki 4 gelang warna, gelang pertama dan kedua
menunjukkan angka, gelang ketiga adalah faktor kelipatan, sedangkan gelang ke empat
menunjukkan toleransi hambatan. Pertengahan tahun 2006, perkembangan pada
komponen Resistor terjadi pada jumlah gelang warna. Dengan komposisi: Gelang
Pertama (Angka Pertama), Gelang Kedua (Angka Kedua), Gelang Ketiga (Angka
Ketiga), Gelang Keempat (Multiplier) dan Gelang Kelima (Toleransi).

Berikut Gelang warna dimulai dari warna Hitam, Coklat, Merah, Jingga, Kuning, Hijau,
Biru, Ungu (violet), Abu-abu dan Putih.

Sedangkan untuk gelang toleransi hambatan adalah: Coklat 1%, Merah 2%, Hijau 0,5%,
Biru 0,25%, Ungu 0,1%, Emas 5% dan Perak 10%. Kebanyakan gelang toleransi yang
dipakai oleh umum adalah warna Emas, Perak dan Coklat.

Gelang Gelang Gelang Ketiga Gelang ke Empat Temp.


Warna
Pertama Kedua (multiplier) (toleransi) Koefisien
Hitam 0 0 ×100
Coklat 1 1 ×101 ±1% (F) 100 ppm
Merah 2 2 ×102 ±2% (G) 50 ppm
Jingga 3 3 ×103 15 ppm
Kuning 4 4 ×104 25 ppm
Hijau 5 5 ×105 ±0.5% (D)
Biru 6 6 ×106 ±0.25% (C)
Ungu 7 7 ×107 ±0.1% (B)
Abu-
8 8 ×108 ±0.05% (A)
abu
Putih 9 9 ×109
Emas ×0.1 ±5% (J)
Perak ×0.01 ±10% (K)
Polos ±20% (M)
Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang dapat
menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang
disebut Farad. Ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867). Kondensator kini juga
dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini.
Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari
bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu
muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara
yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia
"condensatore", seperti bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman
Kondensator atau Spanyol Condensador.

 Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan
negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.

Lambang kondensator (mempunyai kutub positif dan negatif) pada skema


elektronika.
 Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah,
tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk
bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing
baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).

Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika.

Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada
masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya
menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar.
Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya
yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).

Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011 cm² yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi 1
µF = 9 x 105 cm².

Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis,
satuan yang banyak digunakan adalah:

 1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)


 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
 1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
 1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)

Adapun cara memperluas kapasitor atau kondensator dengan jalan:


1. Menyusunnya berlapis-lapis.
2. Memperluas permukaan variabel.
3. Memakai bahan dengan daya tembus besar.

[sunting] Wujud dan Macam kondensator


Berdasarkan kegunaannya kondensator kita bagi dalam:

1. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah)


2. Kondensator elektrolit (Electrolite Condenser = Elco)
3. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)

Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan
listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.
Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad. Ditemukan oleh Michael Faraday
(1791-1867). Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata
"kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta
seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan
dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding
komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa
Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", seperti bahasa
Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.

Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif
serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.

Lambang kondensator (mempunyai kutub positif dan negatif) pada skema


elektronika.

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak
mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih
berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering
disebut kapasitor (capacitor).

Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika.

Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada
masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya
menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar.
Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya yang
pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).

Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011 cm² yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi 1
µF = 9 x 105 cm².
Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis,
satuan yang banyak digunakan adalah:

1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad) 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad) 1 µF = 1.000 nF


(nano Farad) 1 nF = 1.000 pF (piko Farad) 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
Adapun cara memperluas kapasitor atau kondensator dengan jalan:

Menyusunnya berlapis-lapis. Memperluas permukaan variabel. Memakai bahan dengan


daya tembus besar.

[sunting] Wujud dan Macam kondensator Berdasarkan kegunaannya kondensator kita


bagi dalam:

Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) Kondensator elektrolit
(Electrolite Condenser = Elco) Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-
ubah)

KALKULATOR IC 555
Perhatian : Anda membutuhkan browser yang mendukung Java Script, seperti Netscape Navigator 3 - 6
atau Microsoft IE 4 - 6.

Berikut ini adalah kalkulator IC 555 yang berguna dalam proses perancangan pewaktu
berbasis IC 555.

Perhatian: Harga kapasitor adalah dalam farad dan bukan mikrofarad. Contoh: 10uF
harus diketikkan .00001, 1uF harus diketikkan .000001, dll. Harga tahanan adalah dalam
Ohm (contoh: 1K adalah 1000, 1M adalah 1,000,000).
Rangkaian dasar IC 555 dalam mode monostabil

KALKULATOR TIMEOUT MONOSTABIL


ketikkan ketikkan
harga harga TIME OUT
kapasitor (C1) tahanan (R1)

Detik
Farad Ohm

Rangkaian dasar IC 555 dalam mode astabil


Bentuk gelombang astabil

KALKULATOR GELOMBANG PERSEGI ASTABIL


ketikkan
harga ketikkan ketikkan
kapasitor (C1) harga harga
tahanan (R1) tahanan (R2)
Farad
Ohm Ohm

periode sinyal periode sinyal frekuensi


tinggi (Th) rendah (Tl) gelombang Duty Cycle

Detik Detik Hertz Persen


Gerbang logika atau gerbang logik adalah suatu entitas dalam elektronika dan
matematika Boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logik menjadi sebuah
sinyal keluaran logik. Gerbang logika terutama diimplementasikan secara elektronis
menggunakan dioda atau transistor, akan tetapi dapat pula dibangun menggunakan
susunan komponen-komponen yang memanfaatkan sifat-sifat elektromagnetik (relay),
cairan, optik dan bahkan mekanik.

[sunting] Ringkasan jenis-jenis gerbang logika

Nama Fungsi Lambang dalam rangkaian Tabel


kebenaran

DIN 40700
IEC 60617-12 US-Norm (sebelum
1976)

A B Y
Gerbang- 0 0 0
AND 0 1 0
(AND) 1 0 0
1 1 1

A B Y
0 0 0
Gerbang-OR
0 1 1
(OR)
1 0 1
1 1 1

Gerbang-
NOT \
(NOT,
Gerbang- A Y
komplemen,
0 1
Pembalik(Inve
rter)) 1 0
A B Y
Gerbang- 0 0 1
NAND 0 1 1
(Not-AND) 1 0 1
1 1 0

A B Y
Gerbang- 0 0 1
NOR 0 1 0
(Not-OR) 1 0 0
1 1 0

A B Y
Gerbang- 0 0 0
XOR
atau 0 1 1
(Antivalen,
Exclusive-OR) 1 0 1
1 1 0

A B Y
Gerbang-
XNOR 0 0 1
(Ekuivalen, atau 0 1 0
Not- 1 0 0
Exclusive-OR)
1 1 1

SCR
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari


Pada gambar terlihat SCR dengan anoda pada kaki yang berulir, Gerbang gate pada kaki
yang pendek, sedangkan katoda pada kaki yang panjang

SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. Adalah Dioda yang mempunyai fungsi
sebagai pengendali. SCR atau Tyristor masih termasuk keluarga semikonduktor dengan
karateristik yang serupa dengan tabung thiratron. Sebagai pengendalinya adalah gate (G).
SCR sering disebut Therystor. SCR sebetulnya dari bahan campuran P dan N. Isi SCR
terdiri dari PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut PNPN Trioda.

Logo pada skema elektronik untuk SCR:

Guna SCR:

 Sebagai rangkaian Saklar (switch control)


 Sebagai rangkaian pengendali (remote control)

Diagram dan skema SCR:


Ada tiga kelompok besar untuk semikonduktor ini yang sama-sama dapat berfungsi
sebagai Saklar (Switching) pada tegangan 120 volt sampai 240 volt. Ketiga kelompok
tersebut adalah SCR ini sendiri, DIAC dan TRIAC.

TRIAC mempunyai kontruksi sama dengan DIAC, hanya saja pada TRIAC terdapat
terminal pengontrol (terminal gate). Sedangkan untuk terminal lainnya dinamakan main
terminal 1 dan main terminal 2 (disingkat mt1 dan mt2). Seperti halnya pada DIAC,
maka TRIAC pun dapat mengaliri arus bolak-balik, tidak seperti SCR yang hanya
mengalirkan arus searah (dari terminal anoda ke terminal katoda).

Lambang TRIAC di dalam skema elektronika, memiliki tiga kaki, dua diantaranya
terminal MT1 (T1) dan MT2 (T2) dan lainnya terminal Gate (G)

Konstuksi Simbol TRIAC

Triac adalah setara dengan dua SCR yang dihubungkan paralel. Artinya TRIAC dapat
menjadi saklar keduanya secara langsung. TRIAC digolongkan menurut kemampuan
pengontakan. TRIAC tidak mempunyai kemampuan kuasa yang sangat tinggi untuk jenis
SCR. Ada dua jenis TRIAC, Low-Current dan Medium-Current.
Low-Current TRIAC dapat mengontak hingga kuat arus 1 ampere dan mempunyai
maksimal tegangan sampai beberapa ratus volt. Medium-Current TRIACS dapat
mengontak sampai kuat arus 40 ampere dan mempunyai maksimal tegangan hingga 1.000
volt.

Simbol Skematik TRIAC

Dioda cahaya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

(Dialihkan dari Dioda pemancar cahaya)


Langsung ke: navigasi, cari
LED

Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu
semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika
diberi tegangan maju.

Gejala ini termasuk bentuk elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada
bahan semikonduktor yang dipakai, dan bisa juga ultraviolet dekat atau inframerah dekat.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Teknologi LED
o 1.1 Fungsi fisikal
o 1.2 Emisi cahaya
o 1.3 Substrat LED
o 1.4 LED biru dan putih

 2 Produsen terkemuka

[sunting] Teknologi LED


[sunting] Fungsi fisikal

Sebuah LED adalah sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah dioda normal,
LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan
ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut p-n junction. Pembawa-
muatan - elektron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase berbeda.
Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah,
dan melepas energi dalam bentuk photon.

[sunting] Emisi cahaya

Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu warnanya,
tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang membentuk p-n junction. Sebuah dioda
normal, biasanya terbuat dari silikon atau germanium, memancarkan cahaya tampak
inframerah dekat, tetapi bahan yang digunakan untuk sebuah LED memiliki selisih pita
energi antara cahaya inframerah dekat, tampak, dan ultraungu dekat.

[sunting] Substrat LED

Pengembangan LED dimulai dengan alat inframerah dan merah dibuat dengan gallium
arsenide. Perkembagan dalam ilmu material telah memungkinkan produksi alat dengan
panjang gelombang yang lebih pendek, menghasilkan cahaya dengan warna bervariasi.

LED konvensional terbuat dari mineral inorganik yang bervariasi, menghasilkan warna
sebagai berikut:

 aluminium gallium arsenide (AlGaAs) - merah dan inframerah


 gallium aluminium phosphide - hijau
 gallium arsenide/phosphide (GaAsP) - merah, oranye-merah, oranye, dan kuning
 gallium nitride (GaN) - hijau, hijau murni (atau hijau emerald), dan biru
 gallium phosphide (GaP) - merah, kuning, dan hijau
 zinc selenide (ZnSe) - biru
 indium gallium nitride (InGaN) - hijau kebiruan dan biru
 indium gallium aluminium phosphide - oranye-merah, oranye, kuning, dan hijau
 silicon carbide (SiC) - biru
 diamond (C) - ultraviolet
 silicon (Si) - biru (dalam pengembangan)
 sapphire (Al2O3) - biru

[sunting] LED biru dan putih

Sebuah GaN LED ultraviolet


LED biru pertama yang dapat mencapai keterangan komersial menggunakan substrat
galium nitrida yang ditemukan oleh Shuji Nakamura tahun 1993 sewaktu berkarir di
Nichia Corporation di Jepang. LED ini kemudian populer di penghujung tahun 90-an.
LED biru ini dapat dikombinasikan ke LED merah dan hijau yang telah ada sebelumnya
untuk menciptakan cahaya putih.

LED dengan cahaya putih sekarang ini mayoritas dibuat dengan cara melapisi substrat
galium nitrida (GaN) dengan fosfor kuning. Karena warna kuning merangsang penerima
warna merah dan hijau di mata manusia, kombinasi antara warna kuning dari fosfor dan
warna biru dari substrat akan memberikan kesan warna putih bagi mata manusia.

LED putih juga dapat dibuat dengan cara melapisi fosfor biru, merah dan hijau di substrat
ultraviolet dekat yang lebih kurang sama dengan cara kerja lampu fluoresen.

Metode terbaru untuk menciptakan cahaya putih dari LED adalah dengan tidak
menggunakan fosfor sama sekali melainkan menggunakan substrat seng selenida yang
dapat memancarkan cahaya biru dari area aktif dan cahaya kuning dari substrat itu
sendiri.

Operational Amplifier
(analisa rangkaian op-amp popular)

oleh : Aswan H
12-03-2004

Operational Amplifier atau di singkat op-amp merupakan salah satu


komponen analog yang popular digunakan dalam berbagai aplikasi rangkaian
elektronika. Aplikasi op-amp popular yang paling sering dibuat antara lain
adalah rangkaian inverter, non-inverter, integrator dan differensiator. Pada
pokok bahasan kali ini akan dipaparkan beberapa aplikasi op-amp yang paling
dasar, dimana rangkaian feedback (umpan balik) negatif memegang peranan
penting. Secara umum, umpanbalik positif akan menghasilkan osilasi sedangkan
umpanbalik negatif menghasilkan penguatan yang dapat terukur.

Op-amp ideal
Op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat diferensial)
yang memiliki dua masukan. Input (masukan) op-amp seperti yang telah
dimaklumi ada yang dinamakan input inverting dan non-inverting. Op-amp
ideal memiliki open loop gain (penguatan loop terbuka) yang tak terhingga
besarnya. Seperti misalnya op-amp LM741 yang sering digunakan oleh banyak
praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal open loop gain sebesar 104 ~
105. Penguatan yang sebesar ini membuat op-amp menjadi tidak stabil, dan
penguatannya menjadi tidak terukur (infinite). Disinilah peran rangkaian
negative feedback (umpanbalik negatif) diperlukan, sehingga op-amp dapat
dirangkai menjadi aplikasi dengan nilai penguatan yang terukur (finite).
Impedasi input op-amp ideal mestinya adalah tak terhingga, sehingga mestinya
arus input pada tiap masukannya adalah 0. Sebagai perbandingan praktis, op-
amp LM741 memiliki impedansi input Zin = 106 Ohm. Nilai impedansi ini
masih relatif sangat besar sehingga arus input op-amp LM741 mestinya sangat
kecil.

Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp


berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur
dinamakan golden rule, yaitu :

Aturan 1 : Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ - v- = 0 atau
v+ = v- )
Aturan 2 : Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0)

Inilah dua aturan penting op-amp ideal yang digunakan untuk menganalisa
rangkaian op-amp.

Inverting amplifier
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti
tersirat pada namanya, pembaca tentu sudah menduga bahwa fase keluaran dari
penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian
ini, umpanbalik negatif di bangun melalui resistor R2.

gambar 1 : penguat inverter

Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v+ = 0.


Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan
dipenuhi v- = v+ = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke
ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan
fakta ini, dapat dihitung tegangan jepit pada R1 adalah vin – v- = vin dan
tegangan jepit pada reistor R2 adalah vout – v- = vout. Kemudian dengan
menggunakan aturan 2, di ketahui bahwa :
iin + iout = i- = 0, karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.
iin + iout = vin/R1 + vout/R2 = 0
Selanjutnya
vout/R2 = - vin/R1 .... atau
vout/vin = - R2/R1
Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran
terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis
…(1)
Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal
masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini
diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja
adalah Zin = R1.

Non-Inverting amplifier

Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang


diperlihatkan pada gambar 2 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki
masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan
keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Untuk
menganalisa rangkaian penguat op-amp non inverting, caranya sama seperti
menganalisa rangkaian inverting.

gambar 2 : penguat non-inverter

Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta
yang ada, antara lain :
vin = v+
v+ = v- = vin ..... lihat aturan 1.
Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout =
(vout-vin)/R2. Lalu tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus iR1 =
vin/R1.
Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan
bahwa :
iout + i(-) = iR1
Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang
sebelumnya, maka diperoleh
iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masing-masing maka diperoleh
(vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi :
vout = vin (1 + R2/R1)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan
masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting :
… (2)
Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari input
non-inverting op-amp tersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki
impedansi input Zin = 108 to 1012 Ohm.

Integrator

Opamp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian dengan


respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu contohnya
adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Rangkaian
dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting, hanya saja
rangkaian umpanbaliknya (feedback) bukan resistor melainkan menggunakan
capasitor C.

gambar 3 : integrator

Mari kita coba menganalisa rangkaian ini. Prinsipnya sama dengan menganalisa
rangkaian op-amp inverting. Dengan menggunakan 2 aturan op-amp (golden
rule) maka pada titik inverting akan didapat hubungan matematis :

iin = (vin – v-)/R = vin/R , dimana v- = 0 (aturan1)


iout = -C d(vout – v-)/dt = -C dvout/dt; v- = 0
iin = iout ; (aturan 2)

Maka jika disubtisusi, akan diperoleh persamaan :

iin = iout = vin/R = -C dvout/dt, atau dengan kata lain

...(3)
Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis tegangan
keluaran rangkaian ini merupakan fungsi integral dari tegangan input. Sesuai
dengan nama penemunya, rangkaian yang demikian dinamakan juga rangkaian
Miller Integral. Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian
integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang
berupa sinyal kotak.
Dengan analisa rangkaian integral serta notasi Fourier, dimana

f = 1/t dan

…(4)

penguatan integrator tersebut dapat disederhanakan dengan rumus

…(5)

Sebenarnya rumus ini dapat diperoleh dengan cara lain, yaitu dengan mengingat
rumus dasar penguatan opamp inverting
G = - R2/R1. Pada rangkaian integrator (gambar 3) tersebut diketahui

Dengan demikian dapat diperoleh penguatan integrator tersebut seperti


persamaan (5) atau agar terlihat respons frekuensinya dapat juga ditulis dengan

…(6)

Karena respons frekuensinya yang demikian, rangkain integrator ini merupakan


dasar dari low pass filter. Terlihat dari rumus tersebut secara matematis,
penguatan akan semakin kecil (meredam) jika frekuensi sinyal input semakin
besar.
Pada prakteknya, rangkaian feedback integrator mesti diparalel dengan sebuah
resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau satu besaran tertentu yang
diinginkan. Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi = 0), kapasitor akan
berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor feedback seketika itu juga outputnya
akan saturasi sebab rangkaian umpanbalik op-amp menjadi open loop
(penguatan open loop opamp ideal tidak berhingga atau sangat besar). Nilai
resistor feedback sebesar 10R akan selalu menjamin output offset voltage (offset
tegangan keluaran) sebesar 10x sampai pada suatu frekuensi cutoff tertentu.
Differensiator

Kalau komponen C pada rangkaian penguat inverting di tempatkan di depan,


maka akan diperoleh rangkaian differensiator seperti pada gambar 4. Dengan
analisa yang sama seperti rangkaian integrator, akan diperoleh persamaan
penguatannya :
…(7)
Rumus ini secara matematis menunjukkan bahwa tegangan keluaran vout pada
rangkaian ini adalah differensiasi dari tegangan input vin. Contoh praktis dari
hubungan matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal segitiga, maka
outputnya akan mengahasilkan sinyal kotak.

gambar 4 : differensiator

Bentuk rangkain differensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting.


Sehingga jika berangkat dari rumus penguat inverting

G = -R2/R1
dan pada rangkaian differensiator diketahui :

maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator
…(8)

Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high pass
filter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun
demikian, sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya
berfrekuensi tinggi. Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc
sebesar 1 (unity gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang
nilainya sama dengan R. Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity
gain) pada nilai frekuensi cutoff tertentu.
Penutup

Uraian diatas adalah rumusan untuk penguatan opamp ideal. Pada prakteknya
ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dan ditambahkan pada rangkaian
opamp. Antara lain, Tegangan Ofset (Offset voltage), Arus Bias (Bias Current),
Arus offset (offset current) dan lain sebagainya. Umumnya ketidak ideal-an op-
amp dan bagaimana cara mengatasinya diterangkan pada datasheet opamp dan
hal ini spesifik untuk masing-masing pabrikan.

tentang penulis : aswan hamonangan

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit
pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai
fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus
inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang
sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Transistor through-hole (dibandingkan dengan pita ukur sentimeter)

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di satu
terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor
adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian
analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi
pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-
rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa
transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate,
memori, dan komponen-komponen lainnya.

Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Cara kerja semikonduktor
 2 Cara kerja transistor
 3 Jenis-jenis transistor
o 3.1 BJT
o 3.2 FET

 4 Referensi

[sunting] Cara kerja semikonduktor


Pada dasarnya, transistor dan tabung vakum memiliki fungsi yang serupa; keduanya
mengatur jumlah aliran arus listrik.

Untuk mengerti cara kerja semikonduktor, misalkan sebuah gelas berisi air murni. Jika
sepasang konduktor dimasukan kedalamnya, dan diberikan tegangan DC tepat dibawah
tegangan elektrolisis (sebelum air berubah menjadi Hidrogen dan Oksigen), tidak akan
ada arus mengalir karena air tidak memiliki pembawa muatan (charge carriers). Sehingga,
air murni dianggap sebagai isolator. Jika sedikit garam dapur dimasukan ke dalamnya,
konduksi arus akan mulai mengalir, karena sejumlah pembawa muatan bebas (mobile
carriers, ion) terbentuk. Menaikan konsentrasi garam akan meningkatkan konduksi,
namun tidak banyak. Garam dapur sendiri adalah non-konduktor (isolator), karena
pembawa muatanya tidak bebas.

Silikon murni sendiri adalah sebuah isolator, namun jika sedikit pencemar ditambahkan,
seperti Arsenik, dengan sebuah proses yang dinamakan doping, dalam jumlah yang
cukup kecil sehingga tidak mengacaukan tata letak kristal silikon, Arsenik akan
memberikan elektron bebas dan hasilnya memungkinkan terjadinya konduksi arus listrik.
Ini karena Arsenik memiliki 5 atom di orbit terluarnya, sedangkan Silikon hanya 4.
Konduksi terjadi karena pembawa muatan bebas telah ditambahkan (oleh kelebihan
elektron dari Arsenik). Dalam kasus ini, sebuah Silikon tipe-n (n untuk negatif, karena
pembawa muatannya adalah elektron yang bermuatan negatif) telah terbentuk.

Selain dari itu, silikon dapat dicampur dengan Boron untuk membuat semikonduktor tipe-
p. Karena Boron hanya memiliki 3 elektron di orbit paling luarnya, pembawa muatan
yang baru, dinamakan "lubang" (hole, pembawa muatan positif), akan terbentuk di dalam
tata letak kristal silikon.

Dalam tabung hampa, pembawa muatan (elektron) akan dipancarkan oleh emisi
thermionic dari sebuah katode yang dipanaskan oleh kawat filamen. Karena itu, tabung
hampa tidak bisa membuat pembawa muatan positif (hole).

Dapat disimak bahwa pembawa muatan yang bermuatan sama akan saling tolak menolak,
sehingga tanpa adanya gaya yang lain, pembawa-pembawa muatan ini akan terdistribusi
secara merata di dalam materi semikonduktor. Namun di dalam sebuah transistor bipolar
(atau diode junction) dimana sebuah semikonduktor tipe-p dan sebuah semikonduktor
tipe-n dibuat dalam satu keping silikon, pembawa-pembawa muatan ini cenderung
berpindah ke arah sambungan P-N tersebut (perbatasan antara semikonduktor tipe-p dan
tipe-n), karena tertarik oleh muatan yang berlawanan dari seberangnya.
Kenaikan dari jumlah pencemar (doping level) akan meningkatkan konduktivitas dari
materi semikonduktor, asalkan tata-letak kristal silikon tetap dipertahankan. Dalam
sebuah transistor bipolar, daerah terminal emiter memiliki jumlah doping yang lebih
besar dibandingkan dengan terminal basis. Rasio perbandingan antara doping emiter dan
basis adalah satu dari banyak faktor yang menentukan sifat penguatan arus (current gain)
dari transistor tersebut.

Jumlah doping yang diperlukan sebuah semikonduktor adalah sangat kecil, dalam ukuran
satu berbanding seratus juta, dan ini menjadi kunci dalam keberhasilan semikonduktor.
Dalam sebuah metal, populasi pembawa muatan adalah sangat tinggi; satu pembawa
muatan untuk setiap atom. Dalam metal, untuk mengubah metal menjadi isolator,
pembawa muatan harus disapu dengan memasang suatu beda tegangan. Dalam metal,
tegangan ini sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari yang mampu menghancurkannya.
Namun, dalam sebuah semikonduktor hanya ada satu pembawa muatan dalam beberapa
juta atom. Jumlah tegangan yang diperlukan untuk menyapu pembawa muatan dalam
sejumlah besar semikonduktor dapat dicapai dengan mudah. Dengan kata lain, listrik di
dalam metal adalah inkompresible (tidak bisa dimampatkan), seperti fluida. Sedangkan
dalam semikonduktor, listrik bersifat seperti gas yang bisa dimampatkan. Semikonduktor
dengan doping dapat dirubah menjadi isolator, sedangkan metal tidak.

Gambaran di atas menjelaskan konduksi disebabkan oleh pembawa muatan, yaitu


elektron atau lubang, namun dasarnya transistor bipolar adalah aksi kegiatan dari
pembawa muatan tersebut untuk menyebrangi daerah depletion zone. Depletion zone ini
terbentuk karena transistor tersebut diberikan tegangan bias terbalik, oleh tegangan yang
diberikan di antara basis dan emiter. Walau transistor terlihat seperti dibentuk oleh dua
diode yang disambungkan, sebuah transistor sendiri tidak bisa dibuat dengan
menyambungkan dua diode. Untuk membuat transistor, bagian-bagiannya harus dibuat
dari sepotong kristal silikon, dengan sebuah daerah basis yang sangat tipis.

[sunting] Cara kerja transistor


Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor,
bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET),
yang masing-masing bekerja secara berbeda.

Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan


dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam
BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion
zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk
mengatur aliran arus utama tersebut.

FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa
muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama
mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya
(dibandingkan dengan transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik
utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah dengan perubahan
tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut. Lihat
artikel untuk masing-masing tipe untuk penjelasan yang lebih lanjut.

[sunting] Jenis-jenis transistor

PNP P-channel

N-
NPN
channel

BJT JFET

Simbol Transistor dari Berbagai Tipe

Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan banyak kategori:

 Materi semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide


 Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface Mount, IC,
dan lain-lain
 Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET, VMOSFET,
MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor yaitu IC (Integrated
Circuit) dan lain-lain.
 Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel
 Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power
 Maximum frekwensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF transistor,
Microwave, dan lain-lain
 Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi, dan lain-
lain

[sunting] BJT

BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah salah satu dari dua jenis transistor. Cara kerja
BJT dapat dibayangkan sebagai dua dioda yang terminal positif atau negatifnya
berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E),
kolektor (C), dan basis (B).

Perubahan arus listrik dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat menghasilkan
perubahan arus listrik dalam jumlah besar pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang
mendasari penggunaan transistor sebagai penguat elektronik. Rasio antara arus pada
koletor dengan arus pada basis biasanya dilambangkan dengan β atau hFE. β biasanya
berkisar sekitar 100 untuk transistor-transisor BJT.
[sunting] FET

FET dibagi menjadi dua keluarga: Junction FET (JFET) dan Insulated Gate FET
(IGFET) atau juga dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (atau Semiconductor) FET
(MOSFET). Berbeda dengan IGFET, terminal gate dalam JFET membentuk sebuah dioda
dengan kanal (materi semikonduktor antara Source dan Drain). Secara fungsinya, ini
membuat N-channel JFET menjadi sebuah versi solid-state dari tabung vakum, yang juga
membentuk sebuah dioda antara antara grid dan katode. Dan juga, keduanya (JFET dan
tabung vakum) bekerja di "depletion mode", keduanya memiliki impedansi input tinggi,
dan keduanya menghantarkan arus listrik dibawah kontrol tegangan input.

FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement mode dan depletion mode. Mode
menandakan polaritas dari tegangan gate dibandingkan dengan source saat FET
menghantarkan listrik. Jika kita ambil N-channel FET sebagai contoh: dalam depletion
mode, gate adalah negatif dibandingkan dengan source, sedangkan dalam enhancement
mode, gate adalah positif. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat lebih positif,
aliran arus di antara source dan drain akan meningkat. Untuk P-channel FET, polaritas-
polaritas semua dibalik. Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement mode, dan
hampir semua JFET adalah tipe depletion mode.

[sunting] Referensi
10W Audio Amplifier Dengan Bass-boost

Sebagaimana amplifier rangkaian ini juga menggunakan frekuensi untuk menggerakkan


sejumlah Loudspeaker, besarnya frekuensi bass akan berkurang. Oleh karena itu perlu
dipasang bass-boost control pada fedback loop amplifier, hal ini di lakukan untuk
mengatasi menurunnya kualitas. Grafik bass dapat mencapai maksimum pada +16.4dB
@50Hz.

Catatan : Rangkaian ini dapat dihubungkan secara langsung pada CD player, tuner, dan
tape recorder. Q3 dan Q4 harus di pasang dengan heatsink.

Atur volume control pada posisi minimum dan R3 dengan nilai resistansi yang minimum
pula. coba aktifkan rangkaian da atur R3 hingga terbaca arus sekitar 20 hingga 25mA.
Tunggu selama 15 menit, hubungkan ground pada J1, P1, C2, C3dan C4. Hubungkan
juga C9 pada output ground.
Daftar Komponen :
P1 : 22K Log Potemsiometer (Dual gang C3, 4 : 470uF/25V
for stereo)
: 100K Log Potemsiometer (Dual gang : 47pF 63V ceramic ar polyester
P2 C6
for stereo) capasitor
R2, 4,
: 820R 1/4W C7 : 10nF 63V polyester capasitor
8
R1 : 4K7 1/4W C9 : 100nF 63V polyester capasitor
R3 : 500R 1/2W D1 : 1N4148 75V 150mA Diode
R5 : 82K 1/4W IC 1 : NE5532 Low noise Dual Op-amp
: BC547B 45V 100mA NPN
R6, 7 : 47K 1/4W Q1
Transitor
: BC557B 45V 100mA PNP
R9 : 10R 1/2W Q2
Transitor
R10 : 0,22 4W(wirewound) Q3 : TIP42A 60V 6A PNP Transistor
C1, 8 : 470nF 63V polyester capasitor Q4 : TIP41A 60V 6A NPN Transistor
C2, 5 : 100uF/25V J1 : RCA audio input socket

Daftar Komponen Powersupply :


R1 : 1K5 1/4W
elco : 4700uF/25v
D : 100V 4A Diode bridge
Led merah
T : Centertap tranformer 2A 20V

29 September 2008
Running LED

Animasi lampu yang bergerak tentunya akan menambah semaraknya suasana suatu acara
atau dapat pula memberikan kesan kreatif. Salah satu animasi lampu yang mudah dibuat
dan tidak terlalu membutuhkan biaya yang banyak adalah running led.

Animasi lampu atau hiasan lampu yang bergerak tidaklah selalu mahal dan sukar dalam
pembuatannya. Proyek ini sangat mudah dibuat hanya dengan menggunakan tiga buah IC
CMOS. Rangkaiannya pun sangat sederhana dan mudah untuk dipahamai dan dibuat
sendiri.

Ide Running LED

Running led ini dibuat dengan menggunakan dua buah IC CMOS MC14017 sebagai
decade counter. IC CMOS ini mempunyai karakteristik untuk mengaktifkan salah satu bit
outputnya saja dan mampu memberikan arus sampai 10mA. Arus output ini sudah cukup
untuk menyalakan sebuah led dengan kecerahan yang cukup.
IC CMOS ini cukup baik kerjanya terutama dengan tegangan suplai yang daerah kerjanya
sangat lebar yaitu mulai 3.0 VDC sampai 18VDC. Dalam hal ini karena nantinya
diaplikasikan pada bidang otomotif, misalnya, maka dipilih tegangan 12VDC.

Untuk membentuk pulsa clocknya digunakan MC14011, merupakan IC CMOS gerbang


NAND. Dengan adanya potensiometer R3 maka frekuensi output dari osilator clock dapat
diatur.

Gambar 1

Arah Gerakan LED

Cara Kerja Rangkaian

Rangkaian osilator clock dibangun dari rangkaian MC14011, R2, potensiometer R3 dan
kapasitor C2. Frekuensi kerjanya diatur dengan mengatur nilai resistansi potensiometer
R3 tetapi jika dirasa masih kurang lambat maka nilai kapasitor C2 dapat diperbesar.

Rangkaian C1 dan R1 merupakan rangkaian yang mereset MC14017 pada saat power-up.
Pada saat pertama kali dihidupkan kapasitor C1 akan mengisi muatannya sehingga
muncul tegangan di R1 sehingga MC14017 reset. Setelah beberapa saat maka kapasitor
C1 akan penuh dan tegangan pada R1 akan turun menuju 0 volt. Dalam kondisi seperti ini
maka MC14017 akan mulai dari kondisi awal dimana Q0 akan aktif kemudian diikuti
oleh Q1 setelah MC14017 mendapatkan pulsa clock. Setelah mendapatkan 10 kali pulsa
clock maka secara otmatis MC14017 akan reset dan kembali pada kondisi awal yaitu
pada Q0 aktif kembali.

Saklar SW1 dan SW2 digunakan untuk menentukan operasi kerja dari running led ini.
Jika kedua saklar ini terbuka maka tidak ada led yan bergerak. Semua led akan diam pada
posisi terakhirnya. Jika saklar SW1 ditutup maka hanya led D11 sampai D20 saja yang
bergerak sedangkan jika hanya saklar SW2 saja yang ditutup maka hanya led D1-D10
saja yang bergerak. Tetapi jika kedua saklar ini ditutup maka semua led akan bergerak.

Gambar 2

Rangkaian Lengkap Running LED

Pengembangan Rangkaian
Tetapi jika diperlukan arus yang lebih besar maka perlu ditambahkan transistor switching
yang nantinya dibebani oleh led. Dengan menggunakan transistor switching maka arus
yang menuju led dapat diatur sedemikian hingga lebih dari 10mA. Arah gerakan led dapat
dimodifikasi sesuai keinginan. Caranya adalah dengan meletakkan urutan led disesuaikan
dengan urutak keaktifannya. Urutan keaktifan dari output 4017 adalah sesuai dengan
urutan output Q0, Q1, …, Q10. Jika kecerahan led dirasa kurang maka dapat nilai resistor
R4 dapat diganti menjad 220 ohm

You might also like