You are on page 1of 14

TUGAS AKHIR MODUL 4

1. Bagaimana cara mengelola kelas dan mengakomodasi pembelajaran dengan karakteristik


tersebut diatas (ambil 1 sub tema pembelajaran/ 1 mapel).
2. Bagaimana cara mengembangkan kecerdasan majemuk dengan karakteristik diatas
(ambil 1 sub tema pembelajaran/ 1 mapel).

Jawaban :

Cara mengelola kelas dan mengakomodasi pembelajaran adalah sebagai berikut :


 Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku
dimanapun dan kapanpun.
 Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam
mencapai tujuan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat
perbedaan-perbedaan hal ini disebabkan karena para ahli meninjau
pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang meninjau
pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika jika dipelajari pada
prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang
sama. Berikut ini adalah pendapat dari beberapa ahli yakni menurut Wardoyo
memberikan definisi bahwa pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang
berintikan perencanaan, pengorganisasian pergerakan dan pengawasan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
 Pengelolaan pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang
yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian dan penilaian.
Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana
mencapai, waktu dan dan personel yang diperlukan. Sedang pengorganisasian
merupakan pembagian tugas kepada personel yang terlibat dalam usaha
mencapai tujuan pembelajaran, pengkoordinasian, pengarahan dan
pemantauan. Evaluasi sebagai proses dilaksanakan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan yang telah dicanangkan, faktor pendukung dan
penghambatnya.
 Pengelolaan pembelajaran adalah suatu penataan atau pengaturan kegiatan
dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan
guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas
yang bertujuan dari pengelolaan pembelajaran ini adalah agar setiap anak di
kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran
secaara efektif dan efesien. Pengelolaan pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu rangkaian yang saling berhubungan dan saling menunjang antara
berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam pembelajaran. Dengan kata
lain,pembelajaran merupakan suatu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan
menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran.
 Karakteristik peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi karakteristik umum
dan spesifik. Karakteristik umum peserta didik meliputi gender, status sosial
dan minat belajar. Peserta didik dalam suatu kelas/sekolah memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan yang ada perlu dikelola
secara baik agar proses pembelajaran dapat efektif.

Ada beberapa cara mengelola kelas dan mengakomodasi pembelajaran :

Mengelola pembelajaran secara efektif

1) Pengelolaan kelas/tempat belajar

Pengelolaan kelas merupakan upaya mendayagunakan potensi kelas dengan cara


melakukan seleksi terhadap penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan
situasi kelas, pengelolaan kelas seperti :

a. Pengelolaan meja dan kursi


 Aksesibilitas Yaitu Kemudahan siswa untuk menjangkau alat atau
sumber belajar lainnya.
 Mobilitas : Yaitu kemudahan siswa maupun guru untuk bergerak
dari satu bagian kebagian lain dalam kelas.
 Interaksi Yaitu : Memudahkan terjadinya Interaksi dalam proses
pembelajaran.
 Variasi kerja siswa Yaitu : Memungkinkan siswa dapat bekerja
secara perorangan
b. Pengelolaan alat-alat Pengajaran.
 Perpustakaan Kelas
 Alat-alat Peraga
 Papan Tulis
 Papan Presensi Siswa
c. Penataan keindahan dan kebersihan kelas
 Hiasan dinding
 Penempatan lemari buku
 Pemeliharaan kebersihan diatur secara bergiliran/system piket
d. Ventilasi dan tata cahaya
Untuk ventilasi sebaiknya berada disisi kiri maupun kanan ruangan dan bila
perlu digunakan lampu listrik dengan kekuatan watt yang dibutuhkan
e. Pajangan kelas
Pajangan kelas hasil karya siswa harus dipilih secara selektif, disesuaikan
dengan nilai estetika serta kebermanfaatan

2) Pengelolaan siswa

Pengelolaan siswa dalam suatu kelas dapat dilakukan secara perorangan,


berpasangan, kelompok atau klasikal disesuaikan dengan jenis kegiatan

3) Pengelolaan kegiatan pembelajaran

Ada tiga hal utama yang harus diperhatikan/dilakukan guru dalam pengelolaan
kegiatan pembelajaran yang meliputi :

1. Penyediaan pertanyaan yang mendorong siswa berfikir


2. Penyediaan umpan balik yang bermakna
3. Penyediaan program penilaian yang mendorong siswa melakukan unjuk
kerja.

4) Pengelolaan isi/materi pembelajaran

Pengelolaan atau materi pelajaran yang dilakukan oleh guru harus disiapkan
dan direncanakan dalam silabus dan system penilaian yang dibuat oleh guru.

5) Pengelolaan sumber belajar

Sumber belajar adalah sumber-sumber yang dapat digunakan secara sendiri-


sendiri maupun bersama-sama dengan siswa lain untuk memudahkan system belajar.

Sumber belajar antara lain :


a) Sumber daya manusia yaitu guru, kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya.
b) Sumber belajar secara fisik adalah perpustakaan, labolatorium serta media cetak
dan media elektronik.
1. Cara mengembangkan kecerdasan majemuk adalah sebagai berikut :

Kecerdasan majemuk siswa harus dikembangkan berdasarkan kemampuan siswa


(bawah, menengah dan tinggi) dan cara belajarnya seperti pelajar visual, kinestetik, dan
auditory.
Pemahaman tentang kecerdasan selama lebih kurang 100 tahun hanya terbelenggu
pada kecerdasan otak (IQ) saja. Selama ini anak yang dikatakan pandai, bodoh, ideot,
embisil dst semata-mata hanya dilihat dari kecerdasan otak. Pandangan terkini mengatakan
bahwa kecerdasan itu ada beberapa macam, dimulai dengan Gardner cs yang
mengemukakan teori tentang kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Bagi Gardner,
tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada hanya anak yang menonjol dalam salah
satu atau beberapa jenis kecerdasan. Setiap kecerdasan tersebut berkaitan dengan
bekerjanya salah satu daerah dalam sistem otak manusia. Itulah yang membuat Gardner
cenderung mengatakan hal ini sebagai kecerdasan, bukan bakat.
Otak manusia memang sebuah anugerah Allah Swt yang tak ternilai. Kecerdasan
majemuk ini menjadi sangat strategis ketika diketahui bahwa masa paling potensial untuk
mengembangkan fungsi otak manusia adalah sebelum usia 8 atau 9 tahun. Oleh karena itu,
usia 0-8 atau 9 tahun ini disebut ‘the golden age’. Penelitian menunjukkan bahwa secara
fisik, perkembangan otak manusia akan berhenti pada usia 12 tahun, dengan perincian:
perkembangan dalam kandungan mencapai 25%, usia 0-9 tahun mencapai 90% dan pada
usia 12 tahun memcapai 100%. Sementara itu, perkembangan intelektual seseorang
(artinya aspek fungsional dari otak manusia untuk berpikir), akan berhenti pada usia 18
tahun, dengan perincian: sampai usia 4 tahun mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80%
dan usia 18 tahun mencapai 100%. Berdasar penelitian tersebut terlihat jelas bahwa masa
paling pesat untuk pertumbuhan fisik maupun intelektual manusia adalah pada saat usia
dini. Sebagai wujud rasa syukur kita terhadap nikmat Allah yang yang sangat berharga ini,
maka kita berkewajiban mengembangkan potensi-potensi tersebut, karena anak adalah
amanah Allah yang dititipkan pada kita.
Kecerdasan majemuk adalah pendekatan perkembangan dalam belajar yang
ditandai anak tumbuh dan berkembang sebagai suatu keseluruhan, tidak hanya satu
dimensi saja yang berkembang dalam suatu waktu tertentu atau sebaliknya tidak semua
dimensi memiliki kecepatan perkembangan yang sama. Kecerdasan majemuk (multiple
intelegency) adalah kemampuan memecahkan masalah dan menciptakan produk yang
bernilai budaya. Secara umum kecerdasan ini di artikan sebagai kemampuan seseorang
dalam berpikir, bertindak dan berperilaku sesuai dengan apa yang di hadapi.
Seorang ahli pendidikan lain Harvard Universty bernama Howard Gardner
berpendapat bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini menetang teori
dikotomi cerdas-tidak cerdas. Gardner juga menentang anggapan “cerdas” dari sisi IQ
(Intelektual quotion), yang menurutnya hanya mengacu pada tiga jenis kecerdasan, yakni
logiko-matematik, linguistik, dan spasial.
Untuk selanjutnya Howard Gardner, kemudian memunculkan istilah multiple
intelligences. Istilah ini kemudian dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang
rumit, melibatkan antropologi, psokologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri,
studi biografi, fisiologi hewan, dan neuroanatomi(Armstrong,1993;Larson, 2001).
Tentang kecerdasan majemuk, awalnya Gardner membagi kecerdasan menjadi 7
yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan fisik, kecerdasan
visual sosial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan musik.
Selanjutnya muncul kecerdasan yang ke 8 yaitu kecerdasan naturalis. Dalam
perkembangannya, Gardner mengemukakan kemungkinan adanya kecerdasan majemuk
yang ke-9 yaitu kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan eksistensial, dan kecerdasan
yang ke-10 yaitu kecerdasan moral (EQ).
Bagi kita umat muslim, tentu kecerdasan yang ke-9 dan 10 ini yang harus menjadi
landasan utama dalam menjalani hidup, jauh lebih penting dari 8 kecerdasan yang lain,
terlepas dari apakah Gardner mengatakan hal itu sebagai kecerdasan atau sekedar potensi
saja.
Berikut akan dijelaskan tiap kecerdasan tersebut, sekaligus bagaimana cara
mengenali tiap kecerdasan tersebut dan mengembangkannya. Pengenalan terhadap ciri tiap
jenis kecerdasan tersebut sangat penting, agar kita mengetahui jenis kecerdasan apa yang
dominan pada anak kita, sehingga kita dapat mengarahkan kecerdasan tersebut dengan
optimal sesuai minatnya. Biasanya, jenis kecerdasan yang dominan pada anak juga
berbanding lurus dengan minatnya, sehingga jika hal ini dikembangkan dengan baik, anak
akan tumbuh besar dengan cita-cita yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Jangan
sampai karena kita tidak jeli dalam mengenali jenis kecerdasan anak, akhirnya anak
merasa dipaksa untuk menjadi ini dan itu di luar keinginannya.

1) KECERDASAN LINGUISTIK (WORD SMART)


Kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan dalam mengolah kata secara efektif baik
lisan maupun tertulis. Bagian otak yang bertanggung jawab untuk kecerdasan ini
disebut broca area. Ciri-ciri anak cerdas linguistik yang dapat kita amati adalah: lebih
awal berbicara dibanding anak lain, suka berargumentasi, suka menulis, suka melucu
atau menghibur dengan kata-kata, mudah menghapalkan kata atau tempat baru, suka
mengsi TTS, suka mengumpulkan kosa kata baru, membuat kalimat plesetan,
mengarang atau mengajar, serta unggul dalam membaca dan menulis. Strategi
mengembangkan jenis kecerdasan ini anatara lain :

 Mengajak anak berdialog atau berdiskusi. Dimulai dengan sering


bertanya tentang kondisi anak atau lingkungan sekitarnya, menggali
berbagai perasaannya. Kegiatan ini bermanfaat untuk pengembangan
bahasa dan pengendalian emosinya.
 Membacakan cerita. Kebiasaan membacakan cerita sebelum tidur perlu
dijadwalkan. Buku dapat dipilih oleh anak sesuai minatnya. Jika
dibiasakan membacakan cerita, maka anak tidak merasakan kegiatan
ini sebagai alternatif bermain tetapi menjadi kebutuhan. Ekspresi dan
intonasi penutur cerita juga akan mengarahkan anak untuk lebih
mandiri dalam mengeksplorasi bacaan.
 Merangkai cerita. Berikan anak potongan-potongan gambar lalu minta
ia menyusunnya dan bercerita berdasarkan susunan gambar tersebut.
Atau anak dapat diminta bercerita tentang pengalamannya. Jika anak
sudah dapat menulis, latih anak untuk menuliskan tentang perasaan
atau pengalamannya.
 Bermain kartu huruf atau kata. Dimulai dari huruf ampelas, kartu
huruf, kartu suku kata sampai kartu kata. Ajak anak main tebak-
tebakan, misalnya menyebutkan kata dengan awalan atau akhiran huruf
tertentu.
 Bermain peran, untuk mencoba berbagai peran sosial di sekitarnya,
menyatakan peran sesuai jenis kelaminnya, mewujudkan imajinasi dan
melatih kerja sama. Melalui dialog dalam main peran ini anak berlatih
berkomunikasi secara verbal dengan orang lain.
 Bermain teka-teki silang, atau permainan lain yang berorientasi bahasa
(monopoli, scrabble).
 Memperdengarkan lagu atau dongeng anak-anak, lalu ajak anak ikut
bernyanyi mengikutinya. Kegiatan ini mempertajam pendengaran
anak, menuntut anak untuk teliti dalam menyimak dan menirukan
kembali kata-kata yang ia dengar, serta menambah kosa kata.
 Memutar film drama atau detektif lalu menuliskannya dalam
bahasanya sendiri atau menceritakan apa yang diperkirakan akan
terjadi pada cerita selanjutnya. Bisa juga dengan langsung dijadikan
bahan diskusi.
 Mengisi buku harian, dan menulis surat pada teman. Untuk anak yang
belum dapat menulis dengan baik dapat diminta untuk bercerita lalu
kita yang membantu menuliskan, anak tinggal menuliskan namanya
saja atau menghiasnya. Untuk anak yang sudah dapat menulis awalnya
diberikan lembaran terbatas hanya beberapa baris tulisan, selanjutnya
ditingkatkan sesuai kemampuan anak.

2) KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA (LOGIC SMART)


Kecerdasan logika yaitu kecerdasan dalam mengolah angka atau menggunakan
logika.
Kecerdasan ini melibatkan sejumlah bagian pusat berpikir pada otak.
Ciri-ciri dari kecerdasan ini adalah: mampu berpikir secara abstrak, suka dengan
angka dan hitung-menghitung, mudah dalam memahami konsep yang rumit, runut
dalam berpikir atau berbicara, mampu berpikir sebab akibat dan mampu menganalisis
suatu masalah dengan tepat. Adapun strategi mengembangkan cerdas logika antara
lain dengan :

 Bermain pazel, dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga atau kartu
domino. Permainan ini membantu mengasah kemampuan memecahkan masalah
menggunakan logika.
 Bermain dengan bentuk-bentuk geometri, dapat dimulai sejak usia bayi dengan
menggantung berbagai bentuk geometri warna-warni. Untuk anak yang lebih
besar ajak anak membandingkan perbedaan berbagai bentuk geometri, kegunaan,
mengelompokkan, dan mencari contoh benda di sekitar dengan bentuk geometri
tertentu.
 Pengenalan bilangan melalui nyanyian, tepuk, dan sajak berirama. Anak dapat
juga membuat tepuk atau lagu versi sendiri untuk mengenal berhitung.
 Obrolan ringan tentang sebab akibat, bermain tebak-tebakan, bermain tentang
perbandingan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak.
 Bermain menyusun pola tertentu, dengan kancing warna-warni atau benda
lainnya, pengamatan atas berbagai rutinitas kejadian sehari-hari sehingga anak
memahami hubungan sebab akibat.
 Eksperimen sederhana misalnya bermain mencampur warna atau bermain
menuang air ke berbagai wadah dengan bermacam bentuk, mengukur besar kaki,
menemukan konsep udara, mengukur panjang-berat-volume suatu benda, ,
mengamati benda kecil dengan lup, menyeimbangkan batang kayu dan gantungan
pakaian.
 Berjalan-jalan ke luar rumah untuk berinteraksi dengan alam sekitar.
 Mengajak anak berbelanja, misalnya mengecek barang sesuai daftar belanja,
mencermati berat barang yang dibeli, menghitung uang kembalian, memilih dan
mengelompokkan berbagai barang (bermain mengelompokkan atau menyortir
benda).
 Mengenalkan cara menggunakan kalkulator dan komputer.

3) KECERDASAN FISIK (BODY SMART)


Kecerdasan fisik adalah kemampuan menggunakan seluruh bagian-bagain tubuh
untuk menyelesaikan masalah atau melakukan suatu gerak yang menghasilkan suatu
produk (pertunjukan). Bagian otak yang memproduksi kemampuan ini adalah cortex
di kedua belahan otak (hemisphere). Ciri-ciri dari anak dengan kecerdasan fisik tinggi
anatar lain: mampu melakukan suatu gerakan tubuh yang indah atau bagus, berlari,
pandai menari, suka main memasak, menghias rumah, membuat taman bunga atau
terampil membuat kerajinan tangan dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu. Strategi
mengembangkan anak dengan cerdas fisik antara lain :

 Mengajak anak menari bersama. Kegiatan ini menuntut keseimbangan dan


keselarasan gerak tubuh, dan kekuatan serta kelenturan otot.
 Bermain peran, karena kegiatan ini menuntut anak menggunakan tubuh untuk
berekspresi sesuai peran yang dimainkannya.
 Bermain drama. Kegiatan ini mirip bermain peran namun dalam lingkup yang
lebih luas. Sebelum bermain drama biasanya ada latihan kelenturan otot. Selain
mengandalkan stamina dan kelenturan tubuh drama juga melatih anak
bersosialisasi. Jika anak tampak berbakat dan berminat dapat dimasukkan di
sanggar cerita atau teater.
 Berolah raga, misalnya berjalan di atas papan titian, berlari, melompat, berenang,
buku tangkis, senam irama, dll.
 Bermain pantomim. Komunikasi pada pantomim hanya mengandalkan gerakan
tubuh, tidak seperti bermain peran atau drama. Kegiatan ini sangat mengasah
kecerdasan fisik anak, karena anak perlu membayangkan gerakan dulu sebelum
melakuka gerkan. Pantomim juga melatih ksseimbangan dan kelenturan
tubuhnya.
 Bermain menempel-menggunting-mencocok-menjahit, dan berbagai kegiatan
keterampilan lainnya disesuaikan dengan usia.
 Meniru gerakan orang lain dengan berhadap-hadapan seolah-olah sedang
bercermin, untuk melatih kepekaan perubahan gerakan.

4) KECERDASAN VISUAL SPASIAL (PICTURE SMART)


Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk visualisasi
gambar dan mempunyai daya penglihatan yang tinggi. Bagian otak yang berperan
pada kecerdasan ini adalah hemisphere di bagian kanan belakang. Ciri-cirinya: suka
bermain lego, balok atau main rancang bangun lainnya, suka menggambar apa saja
yang pernah dilihatnya, mudah mengikuti petunjuk dalam mencari dan mengenali
suatu tempat dan mampu dengan tepat memvisualisasikan pemikiran atau gagasannya
melalui gambar. Sedang strategi mengembangkannya antara lain :

 Mengajak anak melukis, menggambar atau mewarnai. Kegiatan ini dapat


dilakukan di mana saja dan kapan saja, dan termasuk kegiatan favorit anak pada
umumnya. Biarkan anak menggambar sesuai imajinasinya, namun bila ingin
melihat contoh pun tidak masalah. Kegiatan ini merangsang kreativitas,
mengembangkan imajinasi, ajang ekspresi dan melatih motorik halusnya.
 Memberikan kesempatan anak untuk mencorat-coret, biasanya dimulai sejak
anak umur 18 bulan. Coretan merupakan tahap awal dari menggambar dan
menulis yang menuntut koordinasi mata-tangan dan dapat digunakan untuk
mengembangkan imajinasinya. Siapkan kertas atau dinding khusus agar anak
tidak mencorat-coret di sembarang tempat.
 Membuat prakarya, misalnya berbagai lipatan kertas yang akan melatih visual
spatial anak. Kegiatan ini juga akan membangun kepercayaan diri anak.
 Menggambarkan benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak,
sehinngga selain gembira anak juga dapat melatih visualnya karena harus
membayangkan dulu benda-benda yang akan digambarnya.
 Mengunjungi berbagai tempat untuk memperkaya pengalamannya kemudian
meminta anak menggambarkan apa saja yang sudah dilihatnya, misalnya ke
kebun binatang atau museum.
 Bermain balok, lego, stempel atau pazel, maze, rumah-rumahan, bermain ilusi
optik kamera, dll.
 Bersama-sama ibu menata meja makan, membersihkan rumah, dll sehingga
selain melatih visual anak juga membangun kepercayaan diri anak karena dapat
mengambil keputusan sendiri.
 Bermain membuat hiasan dengan pelubang kertas yang lubangnya berbentuk
aneka hewan atau benda.
 Bermain membentuk dengan playdough atau adonan tepung.
 Bermain dengan video interaktif/games.
 Menonton film animasi.
 Bermain membaca peta.

5) KECERDASAN INTRAPERSONAL (SELF SMART)

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk mengerti tentang dirinya


sendiri, mampu bekerja mandiri dan memanfaatkan informasi untuk kehidupannya
sendiri. Ciri kecerdasan ini adalah: mampu berpikir reflektif, tidak banyak bicara,
suka menyendiri, tekun, sering merenung, dan mudah menyelesaikan perasaan negatif
yang dialaminya. Untuk anak yang lebih besar, cirinya antara lain: suka mengisi buku
harian, menyukai proyek sederhana yang dirancang sendiri, suka bermeditasi, mampu
merancang hal-hal yang ingin dilakukan di masa depan dan konsisten dengan cita-
citanya. Sedang strategi mengembangkannya: antara lain dengan :

 Menciptakan citra diri positif, dengan cara kita sebagai orang tua bersikap tegas
dan berwibawa namun tetap hangat dan peduli pada anak sehingga anak hormat
pada orang tua dan menerima keberadaan mereka.
 Bercakap-cakap tentang cita-cita setelah mengukur tinggi dan berat badan.
 Bercakap-cakap tentang kekurangan dan kelebihan diri dalam suasana santai.
Bantu anak untuk menemukan dan menyadari kekurangan dirinya yang baru
diperbaiki.
 Bermain peran tentang berbagai profesi.
 Mengisi buku harian atau jurnal sederhana. Bagi anak yang belum dapat
membaca, diadakan kegiatan mengisi jurnal dengan menggambar kegiatan yang
sudah dia lakukan sehari itu.
 Bermain menghadap cermin dan menceritakan atau menggambar apa yang
dilihatnya. Orang tua perlu mengarahkan bila ada hal-hal yang tidak dapat anak
lihat pada dirinya.
 Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku. Biarkan
anak memilih peran yang ia sukai dan orang tua/guru dapat terlibat dalam
permainan tersebut.
 Membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
 Membayangkjan diri di masa yang akan datang, misalnya dengan pertanyaan,
”Jika aku sudah lulus SMU, aku akan....” Biarkan ia mengkhayalkan masa
depannya, karena dari kegiatan ini kita dapat mengetahui bagaimana anak
memandang dirinya saat ini dan nanti.
 Membiasakan pujian terhadap anak kita jika berprestasi, untuk membentuk
konsep diri yang positif pada dirinya.

6) KECERDASAN INTERPERSONAL (PEOPLE SMART)

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti maksud,


motivasi dan hasrat orang lain serta secara konsekuen bekerja efektif dengan orang
lain. Bagian otak yang berperan pada kecerdasan ini adalah lobus frontal (cortex
bagian depan). Ciri-ciri cerdas interpersonal atau cerdas sosial adalah: mudah bergaul
dan bekerja sama dengan orang lain, mampu melihat permasalahan dari sisi orang
lain, pandai mempengaruhi orang lain, suka memimpin, suka berdiskusi atau
menimba pengalaman dari orang lain dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi pada
sesama. Strategi mengembangkan jenis kecerdasan ini antara lain dengan :

 Membuat peraturan bersama dalam keluarga melalui diskusi, sehingga tiap anak
merasa memiliki peraturan tersebut. Peraturan ini dapat ditulis dan dipajang di
kamar anak atau di luar kulkas.
 Memberi kesempatan tanggung jawab di rumah, misalnya mencuci peralatan
makannya sendiri, dll.
 Melatih anak untuk menghargai perbedaan pendapat antara anak dengan adik,
kakak, atau temannya.
 Mengajak anak berkunjung ke keluarga saudara atau tetangga
 Menumbuhkan sikap ramah dan peduli pada sesama, misalnya berkunjung ke panti
asuhan atau rumah sakit, memberikan bingkisan sederhana kepada anak jalanan.
 Melatih anak mengucapkan terima kasih, minta tolong atau minat maaf.
 Melatih kesabaran menunggu giliran.
 Membuat sebuah proyek kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, misalnya,
proyek memelihara kelinci, membuat taman bunga, dll.
7) KECERDASAN MUSIKAL (MUSIC SMART)

Kecerdasan musik adalah kemampuan dalam penampilan, komposisi dan


apresiasi bentuk-bentuk musik. Anak disebut cerdas musik bila ia mempunyai
kepekaan musik yang tinggi sehingga mudah dalam mengamati, mengkritik,
menggubah, memainkan musik atau menyanyikan lagu. Bagian otak yang
memproduksi kemampuan ini terletak di bagian otak kanan. Ciri-ciri anak yang cerdas
musik adalah: mampu bernyanyi dengan nada dan tempo yang benar, suaranya tidak
sumbang, mudah mengikuti melodi, suka memainkan alat musik tertentu dan mudah
terbawa perasaannya jika mendengarkan musik atau nyanyian.
Sedang strategi mengembangkan cerdas musik antara lain:
 Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan dirinya, misal dengan
pertanyaan: Siapa yang suka musik? Siapa yang suka bernyanyi?
 Mengunjungi pemusik atau munsyid untuk menceritakan pengalamannya.
 Karya wisata musik, misalnya ke stasiun radio/televsisi/PH, studio rekaman.
 Mengajak anak bermain musik, baik alat musik sungguhan maupun alat musik
buatan sendiri (misal dari kaleng bekas ditutup kertas semen, konser musik dapur,
dsb).
 Meminta anak untuk menciptakan sendiri irama, rap atau senandung, dan jika
mungkin ditampilkan dengan alat musik.
 Diskografi, yaitu mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan
topik tertentu. Misalnya, pembahasan tentang DPR, anak akan teringat lagu
‘Wakil Rakyat’ dari Iwan Fals.
 Musik supermemori, yaitu memutarkan musik efektif di saat santai. Misalnya
memutarkan lagu atau musik yang pelan saat anak- anak bekerja membereskan
rumah.
 Meminta anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti
syairnya saja maupun dengan melodinya.
 Menirukan berbagai nada, memperdengarkan musik instrumentalia, dan
mengajak anak bernyanyi sendiri atau bersama-sama.

8) KECERDASAN NATURALIS (NATURE SMART)

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan


berbagai flora fauna dan memahami berbagai gejala alam. Ciri-cirinya: suka
menikmati keindahan alam, mengoleksi benda-benda yang ditemukan di
lingkungannya, mengenali nama berbagai macam tanaman dan binatang yang ada di
lingkungannya, menyayangi binatang dan tanaman, menyukai tantangan alam,
mempunyai rasa igin tahu yang besar terhadap berbagai gejala alam. Untuk anak yang
lebih besar biasanya suka mendaki gunung, camping atau melakukan perjalanan ke
daerah pelosok yang belum ia kenal. Sedang strategi mengembangkan cerdas naturalis
adalah:
 Beri kesempatan pada anak untuk mengetahui kemampuan pada dirinya.
 Mengunjungi pecinta alam, ahli zoologi, pengawas hutan dll untuk menceritakan
pengalamannya.
 Karya wisata alam, misalnya berjalan-jalan di alam terbuka, mengamati berbagai
jenis binatang di pantai, lalu didiskusikan bersama.
 Menceritakan apa yang dilihat ketika memandang ke luar jendela.
 Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan anak-anak diminta untuk
mengamatinya.
 Ekostudi, misalnya berhitung tentang spesies hewan apa saja yang hampir punah,
meramalkan yang akan terjadi jika di bumi tidak ada pohon, dll.
 Bermain peran sebagai tanaman atau binatang yang diperlakukan semena-mena.
 Menanam pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya, atau
membuat kebun/taman sebagai proyek bersama.
 Memahamkan tentang pentingnya menghemat air dan membuang sampah pada
tempatnya.
 Membuat herbarium sederhana.
 Menonton film dokumenter tentang bencana alam, lalu didiskusikan bersama.
 Simulasi sederhana tentang erosi akibat hutan yang gundul.

9) KESADARAN EKSISTENSIAL

Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat


raya yang luas, jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan
selanjutnya (kematian). Sebagaimana dijelaskan di awal, kecerdasan ini diupayakan
selalu dominan pada anak, baru diupayakan mengembangkan jenis kecerdasan yang
lain. Kita bisa berkaca pada generasi safus saleh seperti Ibnu Sina, Aljabar, dan lain-
lain yang sangat ahli di bidangnya, tetapi mereka juga orang-orang saleh yang
terkenal dengan ilmu agamanya yang sangat tinggi. Jadi, anak boleh menjadi dokter,
insinyur, munsyid, atlit atau apa saja profesi yang halal sesuai minatnya, tapi tetap
syarat utamanya adalah dia harus menjadi orang yang saleh dan alim (berilmu
agama).
Adapun strategi mengembangkan kecerdasan ini antara lain :
 Mengintegrasikan kandungan agama dalam muatan seluruh materi yang sedang
diperbincangkan atau dipelajari bersama anak, sehingga anak dapat merenungkan
aspek keimanan/existensial dari segala sesuatu yang mereka pelajari.
 Mendampingi anak dalam menekuni cara-cara ilmuwan dan berbagai profesi
lainnya dalam mewujudkan matra eksistensial dalam hidup mereka, dengan cara
silaturahim pada para ilmuwan yang soleh dan memberikan kesempatan pada
anak untuk melihat kerja keras mereka serta bercaka-cakap dengan mereka.
 Menyediakan buku-buku biografi atau Sirah tokoh-tokoh muslim dengan gambar
yang menarik, dan secara berkala dibacakan di depan anak-anak dilanjutkan
dengan diskusi yang akrab. Biasanya, anak akan terkesan, dan spontan
menyatakan keinginannya, misalnya: “Ibu, aku ingin seperti Umar nanti. Jadi
presiden yang sayang sama rakyatnya,”.

You might also like