You are on page 1of 11

LAPORAN HASIL

Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Oleh :
Siti Eka Nur K. (15040564038)
Siti Rokhimah (150412601123)

KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH


(KSPPS) MAWAR SIMO SUNGELEBAK KARANGGENENG LAMONGAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status individu dalam suatu masyarakat jika dilihat dari segi ekonomi di bedakan menjadi
dua kelas, yaitu masyarakat kelas atas (orang kaya) dengan masyarakat kelas bawah (miskin).
Di dalam Struktur masyarakat yang kompleks ini sebenarnya terdapat kepentingan yang sama
dari dua sisi struktur social yang berlawanan ini, yaitu mencari keuntungan. Lembaga
keuangan akan berperan dalam menjembatani atau menjadi mediator kebutuhan keduanya.
Kelompok masyarakat kelas atas didorong untuk membantu sesama dengan sumber daya
yang dimilikinya, dan kelompok masyarakat kelas bawah didorong untuk bertanggung jawab
terhadap pinjaman dan kesungguhan untuk mengembangkan usahanya. Sehingga akan
tercipta hubungan sinergis yang saling menguntungkan serta dapat mengurangi tingkat
kesenjangan sosial dalam masyarakat.

Lembaga keuangan syariah saat ini menjadi jawaban atas kebutuhan dari kedua kelas
sosial diatas. Perkembangan lembaga keuangan syariah saat ini yang masih tergolong baru
telah menunjukkan bahwa sistem pembiayaan syariah lebih memiliki daya tarik tersendiri
bagi masyarakat, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah lembaga keuangan
syariah baik itu dalam skala kecil maupun skala besar yang berada di setiap daerah di
Indonesia. Terkait dengan hal tersebut lembaga keuangan syariah merupakan lembaga
keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan mendapatkan izin operasional
dari lembaga keuanagan syariah (Kasmir; 2002).

Lembaga keuangan syariah dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan makro dan
lembaga mikro. Perbedaannya pada sasaran yang dituju. Lembaga keungan makro biasaya
hanya melayani pembiayaan dalam skala besar, sedangkan lembaga keuangan mikro dapat
dikatakan lembaga yang berhubungan langsung dengan masyarakat, lembaga keuangan mikro
menjadi fasilitator untuk meningkatkan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam
praktiknya lembaga keuangan syariah mikro terbagi menjadi tiga yaitu: Baitul Mal
Wattamwil (BMT), Bank Perkredita Rakyat Syariah(BPRS), serta Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Syariah (KSPPS).

Selanjutnya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 penduduk miskin di
Indonesia mencapai angka 28,28 juta jiwa dan pada tahun 2015 terdapat tambahan penduduk
miskin sekitar 1,9 juta jiwa. Untuk mengentaskan kemiskinan Lembaga keuangan Islam
mempunyai kontribusi di dalamnya, salah satunya dengan pengelolaan dana zakat,
pembiayaan yang tidak mengunakan sistem bunga. Atas permasalahan ini, peneliti
memfokuskan pada lembaga keuangan syariah mikro yang berbentuk Koperasi simpan
pinjam pembiayaan Syariah (KSPPS). KSPPS menjadi koperasi yang membantu akses
permodalan dikalangan masyarakat menengah kebawah, dan sebagai agen penyalur zakat dan
wakaf. KSPPS mempunyai tujuan mengentaskan kemiskinan melalui pemberdayaan
ekonomi.

Koperasi merupakan bagian dari penyelenggara perekonomian yang berdasar demokrasi


ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional. Eksistensi koperasi di Indonesia tercermin dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 33 ayat (1) dengan penjelasannya, bahwa perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas kekeluargaan. Lembaga keuangan syariah mikro juga memiliki
koperasi yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah, memiliki produk yang berdasarkan
syariat agama Islam.

Terkait dengan Koperasi simpan pinjam pembiayaan Syariah (KSPPS) sebagai


lembaga keuangan syariah yang saat ini sedang berkembang, penulis akan membahas lebih
lanjut mengenai Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Mawar sebagai
lembaga keuangan mikro yang mengunakan prinsip syariah sebagai dasar transaksi keuangan.
Koperasi ini berada di Dusun Simo Desa Sungelebak Kecamatan Karangeneng Kabupaten
lamongan, yang berada di bawah naungan yayasan yang sudah cukup terkenal di masyarakat,
sehingga untuk berkembang menjadi lembaga keuangan besar bukan hal yang mustahil untuk
dapat dilakukan. Sehingga penulis tertarik untuk menkaji koperasi ini guna memberikan
solusi yang dapat menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan guna mengembangkan
koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) menjadi lebih baik lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah dipaparkan yaitu sebagai berikut:

1.2.1 Faktor apa yang menjadi penyebab kurang pesatnya perkembangan Koperasi Simpan
Pinjam Pembiayan Syariah (KSPPS) Matholi’ul Anwar ?
1.2.2 Bagaimana Koperasi Simpan Pinjam Pembiayan Syariah (KSPPS) Matholi’ul Anwar
dapat berkembang serta bersaing dengan lembaga keuangan lainya?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diperoleh maka terdapat tujuan sebagai berikut
:

1.3.1 Untuk mengidentifikasi faktor apa yang menjadi penyebab kurang pesatnya
perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Pembiayan Syariah (KSPPS) Matholi’ul
Anwar.
1.3.2 Untuk memberikan solusi bagaimana Koperasi Simpan Pinjam Pembiayan Syariah
(KSPPS) Matholi’ul Anwar dapat berkembang serta bersaing dengan lembaga
keuangan lainya.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait baik
secara praktis maupun teoritis. Manfaat penelitian ini nantinya akan berguna bagi :

1.4.1 Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS).


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap pengembangan
koperasi syariah sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dan koreksi agar lembaga
keuangan dapat berkembang dengan pesat serta dapat bersaing dengan lembaga keuangan
lainnya.
1.4.2 Penulis.

Diharapkan penelitian ini dapat lebih memperkaya khazanah keilmuan dan kajian penulis
tentang dinamika keuangan dalam lembaga keuangan syariah, khususnya dalam lembaga
keuangan mikro serta memberikan pengalaman serta pengetahuan lebih.

1.4.3 Masyarakat
Sebagai bahan pertimbangan untuk mempercayakan transaksi keuangan di koperasi simpan
pinjam pembiayaan syariah (KSPPS) Mawar yang mengunakan prinsip syariah sebagai dasar
transaksinya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) MAWAR

Koperasi berasal dari kata cooperation (Inggris), secara sederhana koperasi berarti kerja
sama. Kata koperasi mempunyai padanan makna dengan kata syirkah dalam bahasa arab. Syirkah
ini merupakan wadah kemitraan, kerja sama, kekeluargaan, baik dan halal yang sangat terpuji
dalam Islam. Menurut Bahasa koperasi didefinisikan sebagai wadah perkumpulan (asosiasi)
sekelompok orang untuk tujuan kerjasama dalam bidang bisnis yang saling menguntungkan di
antara anggota perkumpulan (Muhammad,2007;93).

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) sebelumnya di sebut Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) terlahir dari Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan entitas
keuangan mikro syariah yang unik dan spesifik khas Indonesia. Kiprah KSPPS dalam
melaksanakan fungsi dan perannya menjalankan peran ganda yaitu sebagai lembaga bisnis
(tamwil) dan disisi yang lain melakukan fungsi sosial yakni menghimpun, mengelola dan
menyalurkan dana ZISWAF. Dana ZIS dalam penghimpunan dan pendayagunaannya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan, namun demikian sebagian KSPPS menyalurkan
dan mendayagunakannya lebih kearah pemberdayaan, khususnya bagi pelaku usaha mikro
mustahik. Sementara itu khusus untuk Wakaf Uang, dalam penghimpunan bersifat sosial namun
pengelolaan dan pengembangannya harus dalam bentuk “komersial” karena ada amanah wakif
(pemberi wakaf) untuk memberikan manfaat hasil wakaf untuk diberikan kepada maukufalaih
(penerima manfaat).

Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Mawar memiliki tiga cabang yakni
kantor pusat pertama terletak di Jl. Raya Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan, cabang
yang kedua terletak di Kios Pasar Sungelebak Karanggeneng Lamongan, dan cabang yang ketiga
terletak di Kios Sumberwudi Karanggeneg Lamongan. Banyaknya kantor cabang yang di bangun
bertujuan untuk lebih mensosialisasikan adanya lembaga keuangan yang mengunakan prinsip
Islam yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional. Melihat fenomena bahwasanya
mayoritas penduduk Lamongan adalah kaum muslim, tetapi pengembangan produk syariah
berjalan lambat dan belum berkembang sebagaimana halnya lembaga keuangan konvensional
yang berada di Lamongan maka diperlukan Upaya pengembangan lembaga keuangan syariah
utamanya di Koperasi simpan pinjam pembiayaan Syariah (KSPPS) Mawar ini. tidak cukup
hanya menyediakan produk akan tetapi juga harus berorientasi kepada pasar atau masyarakat
sebagai pengguna jasa (konsumen).

2.2 Perkembangan Nasabah


Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Mawar memeiliki berbagai macam
produk yang dapat mendukung perkembangan koperasi, diantaranya : simpan pinjam,
pembayaran (BPJS, Angsuran Motor, rekening listrik) , pendaftaran haji, jasa pos online, dan
menangani SPP dari yayasan Matholi'ul Anwar. Dengan banyaknya produk yang ditawarkan
dapat membantu mempromosikan koperasi di tengah masyarakat. Berikut disajikan table
penambahan jumlah nasabah 7 bulan terakhir:

Bulan Jumlah Nasabah


Januari 53
Februari 22
Maret 27
April 25
Mei 21
Juni 3
Juli 127
Sumber : wawancara pihak admin Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPPS) MAWAR

Berdasarkan data pertambahan jumlah nasabah diatas, koperasi simpan pinjam pembiayaan
syariah masih perlu dikembangkan lagi. Karena, sebagian besar nasabah merupakan siswa atau
santri MAWAR. Sedangkan nasabah dari masyarakat masih tergolong sangat sedikit. Sehingga
perlu adanya koreksi dalam hal tersebut dengan cara meningkatkan promosi lapangan serta
pelayanan yang lebih baik.
Sedangkan untuk data jumlah Pengajuan Pembiayaan akan di tampilkan pada data sebagai
berikut:
Bulan Jumlah Pengajuan
Januari 10
Februari 23
Maret 22
April 26

Mei 11
Juni 13
Juli 16
Sumber :
wawancara pihak admin Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPPS) MAWAR

Bagi dunia perekonomian dan pedagang kecil masalah keterbatasan modal merupakan salah
satu kendala utama yang selalu dikeluhkan. Dengan adanya keterbatasan modal sendiri
diharapkan nantinya harus ada akses serta terjangkaunya kredit dengan jumlah yang relatif
terjangkau, syarat yang mudah, dan prosedur yang tidak berbelit-belit. Sesuai dengan sifat
kebutuhan para pedagang kecil yang membutuhkan sumber pembiayaan yang mudah dan cepat
serta murah. Mudah dan cepat berarti tanpa persyaratan surat-surat yang menyulitkan, dan cepat
diambil bila diperlukan tanpa harus menunggu, serta jumlah dan pelaksanaan yang fleksibel.
Akan tetapi dalam pengajuan pembiayaan pihak lembaga perlu melihat latar belakang dari calon
nasabah yang akan mengajukan pembiayaan, jika melihat dari hasil survei lapangan selama satu
bulan, banyak masyarakat yang memiliki masalah kredit macet yang dilatarbelakangi oleh
berbagai masalah, dan banyak juga dari nasabah yang melarikan diri dan pergi keluar daerah.
dampaknya terhadap lembaga yang sebenarnya hanya menjadi fasilitator bagi pedagang kecil.
Lembaga akan menanggung kerugian akibat kredit macet yang dilakukan oleh nasabah.

2.3 Faktor penghambat perkembangan Koperasi


Sebuah lembaga keuangan seperti koperasi syariah tentu akan berupaya untuk memajukan
instansinya. Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat perkembangan
koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah (KSPPS) Mawar sebagai berikut:
2.3.1 Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar dari sistem yang sedang dijalankan.
Dalam hal ini yang menjadi penghambat perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Syariah
(KSPPS) MAWAR yaitu (1) adanya pesaing (Rival) dari lembaga keuangan lainnya ( Baitul
Mall Wattamwil, Bank BRI, dll), (2) adanya nasabah yang tidak bertanggung jawab.
2.3.2 Internal
Fator internal merupakan faktor yang ada didalam suatu e sistem yang sedang dijalankan.
dalam hal ini yang penghambat perkembangan Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPPS)
MAWAR yaitu (1) kurangnya sumber daya manusia yang mau terjun ke lapangan untuk mencari
nasabah, kurangnya promosi, dan (2) kurangnya pengetahuan pegawai mengenai pelayanan
prima yang baik untuk menghadapi nasabah.

2.4 Analisis SWOT


Strength ( kekuatan)
1) Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPPS) MAWAR akan melakukan ekspansi kedaerah
lain, yaitu di kios daerah Kiringan Turi Lamongan.
2) Koperasi yang dinaungi oleh yayasan pondok pesantren sehingga bisa lebih mudah
memperkenalkan koperasi kepada masyarakat khususnya peserta didik dan wali peserta
didik.
3) Pelayanan karyawan yang cepat.

Weakness (Kelemahan)

1) Kurangnya minat karyawan untuk bekerja di lapangan.


2) Kurangnya promosi pada masyarakat sekitar.

Opportunity (Peluang)

1) Tempat yang strategis


2) Sasaran pedagang pasar

Threatsment (Ancaman)

1) Persaingan dengan lembaga lain


2) Kolektabilitas nasabah yang tidak lancar
2.5 Eksistensi Koperasi simpan pinjam pembiayaan Syariah (KSPPS) Mawar
Keberadaan lembaga keuangan syariah secara umum memiliki fungsi strategis sebagai
lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Namum dalam suatu
daerah akan ada beberapa lembaga keuangan syariah. Seperti halnya dengan Koperasi simpan
pinjam pembiayaan syariah (KJKS) Mawar yang berdirinya selalu berdampingan dengan BMT
Mandiri sejahtera. namun karakteristik dari kedua tipe Lembaga Keuangan Syariah ini berbeda
dimata konsumen, sehingga dapat mempengaruhi perilaku calon konsumen dalam menentukan
preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe Lembaga Keuangan Mikro syariah
tersebut. Lebih lanjut berdirinya koperasi simpan pinjam pembiayaan syariah (KSPPS) Mawar
tergolong lebih muda dibandingkan dengan BMT yang memang lebih dulu berdiri.

Selanjutnya dengan berbagai macam produk yang ditawarkan menjadikan Koperasi simpan
pinjam pembiayaan syariah KSPPS Mawar mampu untuk berdiri berdampingan dengan BMT.
Sehingga perlu adanya suatu hal yang dapat menjadikan nasabah untuk lebih berminat untuk
mempercayakan produk pada KSPPS Mawar yaitu semacam adanya pemberdayaan dan
pendampingan kepada anggota koperasi. sehingga keberadaan koperasi syariah ini tidak hanya
memuliki fungsi sebagai lembaga keuangan melainkan juga lembaga yang dapat memberikan
pemberdayaan dan pendampingan kepada anggota.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan saran


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis selama hampir 30 hari, penulis dapat
menyimpulkan bahwasanya terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat
perkembangan koperasi diantaranya dikarenakan lemahnya sumber daya manusia di bidang
perbankan syariah yang sebenarnya sangat penting, yaitu SDM yang memiliki pengetahuan
luas di bidang perbankan, memahami implementasi prinsip-prinsip syariah dalam praktik
perbankan serta mempunyai komitmen yang kuat untuk menerapkannya secara konsisten.
Dalam hal ini seharusnya semua pegawai harus paham dengan baik seluruh akad yang
digunakan dalam trasaksi kepada nasabah. Sehingga peneliti menawarkan beberapa solusi
yang nantinya dapat digunakan untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan, sebagai
berikut:
1. Memperbanyak pegawai yang mau bekerja dilapangan, baik untuk mengambil tabungan
maupun angsuran kepada nasabah.
2. Memberikan pemberdayaan kepada angota koperasi sehingga keberadaan koperasi
syariah ini tidak hanya memuliki fungsi sebagai lembaga keuangan melainkan juga
lembaga yang dapat memberikan pemberdayaan dan pendampingan kepada anggota
3. Memberikan gaji yang sesuai dengan kinerja pegawai. Hal ini bertujuan untuk
memberikan semangat agar pegawai terpacu untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
4. Memberikan pelatihan pelayanan prima dalam masa pembelajaran pegawai baru.
5. Memperketat pencairan kredit bagi angota baru maupun angota lama.
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2007. Bank Syariah dari Teori dan Praktek, Jakarta: Gema
Insani,.

Infokop Nomor 28 Tahun XXII, 2006

Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Edisi Revisi 2002. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Setyo, Braman. 2016. PRESS REALASE DEPUTI PEMBIAYAAN PADA ACARA WORKSHOOP “
OUTLOOK USAHA SIMPAN PINJAM DAN PEMBIAYAAN SYARIAH
http://www.pembiayaansyariahkukm.info/Materi/rilis.pdf . ( di akses pada 8 agust 2017)

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) tentang Koperasi

You might also like