You are on page 1of 20

9

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Gardu Induk


2.1.1 Pengertian Gardu Induk
Gardu Induk merupakan suatu instalasi yang terdiri dari sekumpulan
peralatan listrik yang disusun menurut pola tertentu dengan pertimbangan teknis,
ekonomis serta keindahan. Fungsi dari gardu induk adalah sebagai berikut :
a. Mentransformasikan daya listrik, yaitu :
1) Dari tegangan ekstra tinggi ketegangan tinggi (500 KV/150 KV).
2) Dari tegangan tinggi ketegangan yang lebih rendah (150 KV/70 KV).
3) Dari tegangan tinggi ketegangan menengah (150 KV/20 KV, 70 KV/20
KV).
4) Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
b. Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan pengamanan dari
sistem tenaga listrik.
c. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lainnya melalui
tegangan tinggi dan gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan
tegangan melalui penyulang-penyulang (feeder) tegangan menengah yang
ada di gardu induk.

2.1.2 Jenis-jenis Gardu Induk


Jenis gardu induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari :
1) Gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.
2) Gardu induk tegangan tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.
b. Berdasarkan pemasangan peralatan :
1) Gardu induk pasangan luar
2) Gardu induk pasangan dalam
3) Gardu induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam
c. Berdasarkan fungsinya :
10

1) Gardu induk penaik teganggan


2) Gardu induk penurun tegangan
3) Gardu induk pengatur tegangan
4) Gardu induk pengatur beban
5) Gardu distribusi
d. Berdasarkan isolasi yang digunakan :
1) Gardu induk yang menggunakan isolasi udara
2) Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF 6
e. Berdasarkan system Rel (Busbar) :
1) Gardu induk system rel busbar
2) Gardu induk system single busbar
3) Gardu induk system double busbar
4) Gardu induk system satu setengah (on half) busbar

2.1.3 Komponen-komponen Gardu Induk


a. Switch yard (switchgear)
Switch yard adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai
tempat peletakan komponen utama gardu induk. Pemahaman tentang
switch yard, pada umumnya adalah:
1) Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbuka yang luas,
maka disebut switch yard
2) Jika komponen utama gardu induk terpasang di area terbatas (sempit)
dan di dalam gedung, maka disebut switch gear.
b. Transformator daya
Transformator berfungsi untuk mentranformasikan daya listrik, dengan
merubah besarnya tegangan sedangkan frequensinya tetap. Transformator
daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang berfungsi untuk
mendapatkan titik netral dari trafo daya. Peralatan ini disebut Neutral
Current Transformator (NCT), perlengkapan lainnya adalah pentanahan
trafo yang disebut, Neutral Grounding Resistance (NGR).
11

c. Neutral grounding resistance (NGR)


Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang
antara titik netral trafo dengan pentanahan. Neutral Grounding Resistance
(NGR) berfungsi untuk memperkecil arus gangguan yang terjadi.
d. Circuit breaker (CB)
Circuit breaker adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk
memutus rangkaian listrik dalam keadaan berbeban. Circuit breaker (CB)
dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi normal maupun pada
saat terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB mengeluarkan
(menyebabkan timbulnya) busur api, maka pada CB dilengkapi dengan
pemadam busur api. Pemadam busur api berupa: minyak (OCB), udara
(ACB), gas (GCB)
e. Disconnecting switch (DS)
Disconnecting switch (DS) adalah perlatan pemisah, yang berfungsi
untuk memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban. Kerena
DS hanya dapat dioperasikan pada saat kondisi tidak berbeban, maka yang
harus dioperasikan terlebih dahulu adalah CB. Setelah rangkaian diputus
oleh CB, baru DS dioperasikan.
f. Lighting arrester (LA)
Lighting arrester (LA) berfungsi untuk melindungi (pengaman)
peralatan listrik di gardu dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran
petir (lighting surge) pada kawat transmisi, maupun disebabkan oleh surya
hubung (switching surge). Dalam keadaan normal (tidak terjadi gangguan)
LA bersifat isolatif atau tidak bisa menyalurkan arus listrik. Dan sebaliknya
apabila terjadi gangguan LA akan bersifat konduktif atau menyalurkan arus
listrik ke bumi.
g. Current transformator (CT)
Current transformator (CT) berfungi untuk merubah besaran arus, dari
arus yang besar ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran arus listrik
pada system tenaga listrik, menjadi arus untuk sistem pengukuran dan
proteksi.
12

h. Potential transformator (PT)


Potential transformator (PT) berfungsi untuk merubah besaran tegangan
dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil besaran tegangan
listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi besaran tegangan untuk
pengukuran dan proteksi.
i. Transformator pemakaian sendiri (TPS)
Transformator pemakaian sendiri (TPS) berfungsi sebagai sumber
tegangan AC 3 Phasa 220/380 Volt. Digunakan untuk kebutuhan intern
gardu induk, antara lain : penerangan di switch yard, gedung control,
halaman GI, dan sekeliling GI, alat pendingin (AC) dan rectifer, pompa air
dan motor-motor listrik.
j. Rel busbar
Rel busbar berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan antara
transformator daya, SUTT, SKTT serta komponen listrik lainnya yang ada
pada switch yard.
k. Gedung kontrol (control building)
Gedung kontrol (control building) berfungsi sebagai pusat aktifitas
pengoperasian gardu induk. Pada gedung control inilah oprator bekerja
mengontrol dan mengoperasikan komponen-komponen yang ada pada gardu
induk.
l. Panel kontrol
Panel kontrol berfungsi untuk mengetahui kondisi gardu induk dan
merupakan pusat kendali local gardu induk. Didalamnya berisi saklar,
indicator-indikator, meter-meter, tombol-tombol komando operasional
PMT, PMS dan alat ukur besaran listrik, serta announciator. Panel control
berada satu rungan dengan tempat oprator kerja.
m. Panel proteksi
Panel proteksi (protection panel/relay panel) berfungsi untuk
memproteksi (melindungi sistem jaringan gardu induk) pada saat terjadi
gangguan maupun karena kesalahan operasi.
13

n. Sumber dc gardu induk


Sumber DC (Baterry) berfungsi untuk menggerakkan peralatan control,
relay pengaman, motor penggerak CB, DS, dan lain-lain. Sumber DC ini
harus selalu terhubung dengan rectifier dan harus diperiksa secara rutin
kondisi air, kebersihan dan berat jenisnya.
o. Panel ac/dc gardu induk
Panel DC/AC gardu induk adalah alat listrik yang berupa lemari
pembagi. Didalam panel DC/AC terpasang sakelar kecil atau fuse-fuse
sebagai pembagi beban dan pengaman dari instalasi yang terpasang pada
gardu induk.
p. Kubikel 20 KV (HV CELL 20 KV)
Kubikel adalah switchgear untuk tegangan menengah (20 KV) yang
berasal dari output trafo daya, yang selanjutnya diteruskan ke konsumen
melalui penyulang (feeder) yang tersambung (terhubung) dengan kubikel
tersebut.
q. Sistem Proteksi
Sistem proteksi adalah suatu sistem pengaman terhadap peralatan
listrik, yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan
operasional dan penyebab lainnya. Beberapa peralatan listrik pada gardu
induk yang perlu diamankan (proteksi) antara lain adalah: transformator
daya, rel busbar, panghantar.

2.2 Gangguan Pada Gardu Induk


2.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan
Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak
komponen dan sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, antara lain sebagai
berikut :
a. Faktor manusia, Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian
dalam memberikan perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambung
rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan
sebagainya.
14

b. Faktor internal, Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal


dari sistem itu sendiri. Misalnya usia pakai (ketuaan), keausan, dan
sebagainya. Hal ini bisa mengurangi sensitivitas rele pengaman, juga
mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.
c. Faktor external, Faktor ini meliputi gangguan-gangguan yang bersal dari
lingkungan di sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan
sambaran petir. Di samping itu ada kemungkinan gangguan dari binatang,
misalnya gigitan tikus, burung, kelelawar, ular, dan sebagainya.

2.2.2 Jenis Gangguan


Jika ditinjau dari sifat dan penyebabnya, jenis gangguan dapat
dikelompokkan sebagai tegangan lebih dan hubung singkat.
Tegangan Lebih (Over Voltage) merupakan suatu gangguan akibat tegangan
pada sistem tenaga listrik lebih besar dari seharusnya. Gangguan tegangan lebih
dapat terjadi karena kondisi external dan internal. Kondisi internal terutama karena
isolasi akibat perubahan yang mendadak dari kondisi rangkaian atau karena
resonansi. Misalnya operasi hubung pada saluran tanpa beban, perubahan beban yang
mendadak, operasi pelepasan pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan
singkat pada jaringan, kegagalan isolasi, dan sebagainya. Kondisi external terutama
akibat adanya sambaran petir. Petir terjadi disebabkan oleh terkumpulnya muatan
listrik, yang mengakibatkan bertemunya muatan positif dan negatif. Pertemuan ini
berakibat terjadinya beda tegangan antara awan bermuatan posisif dengan muatan
negatif, atau awan bermuatan positif atau negatif dengan tanah. Bila beda tegangan
ini cukup tinggi maka akan terjadi loncatan muatan listrik dari awan ke awan atau
dari awan ke tanah.
Hubung Singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau
penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban)
yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar).
Hubung singkat merupakan jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga
listrik, terutama pada saluran udara 3 fasa. Meskipun semua komponen peralatan
listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan sebagainya.
Namun karena usia pemakaian, keausan, tekanan mekanis, dan sebab-sebab lainnya,
15

maka kekuatan isolasi pada peralatan listrik bisa berkurang atau bahkan hilang sama
sekali. Hal ini akan mudah menimbulkan hubung singkat, (Aryanto, dkk. 2013).

2.3 Kubikel Tegangan Menengah (20 KV)


2.3.1 Pengertian Kubikel Tegangan Menengah
Kubikel Tegangan Menengah adalah seperangkat peralatan listrik yang
dipasang pada Gardu Induk yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung,
pengontrol dan pengaman sistem penyaluran tenaga listrik tegangan menengah.

Sumber : Buku PLN, 2014


Gambar 2.1 Kubikel Tegangan Menengah

Adapun fungsi dari bagian-bagian kubikel tegangan menengah adalah sebagai


berikut :
a) Compartement merupakan rumah atau tempat dari terminal komponen-
komponen kubikel
b) Isolator posh sebagai tempat tumpuan rel busbar
c) Rel/busbar Sebagai Rell penghubung antara kubikel yang satu dengan
lainnya
16

d) Insulation cover untuk menutup/melindungi isolasi


e) Moving contact sebagai pemutus/penghubung
f) Ruang buka tutup kontak utama berfungsi sebagai pintu untuk membuka
lemari kubikel
g) Current transformator/CT untuk Mengkonversi besaran arus
h) Rele berfungsi sebagai pengaman
i) Kwh meter berfungsi untuk pengukuran energi listrik yang disalurkan
j) Amphere meter berfungsi untuk pengukuran arus beban
k) Terminal control wiring
l) Tombol closs/open PMT untuk menandai kondisi PMT Close atau Open
dengan 2 (dua) warna yang berbeda (merah atau hijau).
m) Kebel control penghubung antara terminal dengan mekanik penggerak
n) Mekanik penggerak berfungsi untuk menggerakkan dan merubah posisi
membuka menutup kontak LBS PMT dan PMS maupun pemisah hubung
tanah.
o) Potential transformator untuk menurunkan tegangan tinggi/menengah bolak-
balik menjadi tegangan rendah sesuai dengan tegangan nominal instrument

2.3.2 Fungsi Kubikel


Berdasarkan fungsi/penempatannya, Kubikel Tegangan Menengah di Gardu
Induk antara lain:
a. Kubikel Incoming : berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo
daya ke rel tegangan menengah.
b. Kubikel Outgoing : berfungsi sebagai penghubung/penyalur dari rel ke
beban
c. Kubikel Pemakaian sendiri (Trafo PS) : berfungsi sebagai penghubung
dari busbar ke beban pemakaian sendiri GI
d. Kubikel Kopel (bus kopling) : berfungsi sebagai penghubung antara rel 1
dan rel 2
e. Kubikel PT/LA : berfungsi sebagai sarana pengukuran dan pengaman
terhadap surja.
17

f. Kubikel Bus Riser/Bus Tie (Interface) : berfungsi sebagai penghubung


antar kubikel.

2.3.3 Jenis Kubikel


a. Open Type Kubikel
Open Type Kubikel adalah Kubikel yang terpasang dengan kondisi rel
terlihat atau tidak dalam kompartemen yang tertutup. Sehingga rel tersebut
memerlukan pemeliharaan rutin, terutama pembersihan isolator tumpu/post
insulator dari debu/kotoran. PMT Kubikel jenis ini biasanya tidak dapat di-
rack in atau rack out, tetapi Kubikel jenis ini dilengkapi dengan PMS kabel +
PMS tanah dan PMS Rel sebagai pengamanan ketika ada perbaikan atau
pemeliharaan.

Sumber : Buku PLN, 2014


Gambar 2.2 Kubikel Open Type

b. Close Type Kubikel


Close Type Kubikel adalah Kubikel yang terpasang dengan kondisi rel
tertutup atau di dalam kompartemen. Hal ini dimaksudkan agar rel lebih aman
dan bersih karena tidak bersentuhan langsung dengan debu udara sekitar.
Kubikel ini juga dilengkapi dengan pemanas (heater) untuk mencegah
kelembaban di dalam kubikel. PMT Kubikel jenis ini didesain dapat di-rack
in atau rack out sebagai pengamanan ketika ada perbaikan atau pemeliharaan
.
18

Sumber : Buku PLN, 2014


Gambar 2.3 Kubikel Close Type

c. Berdasarkan Pabrik Pembuat, antara lain: Calor Emag, Merlin Gerin,


Alsthom, Fuji, AEG, Schneider, Meidensha, Goldstar, Modalek, Areva,
Siemen
d. Berdasarkan Konstruksi Rel, antara lain:
1) Kubikel dengan posisi rel di bawah. Pada Kubikel jenis ini, rel dipasang
di bagian bawah dari Kubikel.
2) Kubikel dengan posisi rel di atas. Pada Kubikel jenis ini, rel dipasang di
bagian atas dari Kubikel.
e. Berdasarkan Penempatan Kubikel
1) Kubikel indoor adalah kubikel yang penempatan/pemasangannya di
dalam bangunan tertutup, baik bangunan dari beton ataupun kontruksi
bangunan dengan plat besi (metal clad).
2) Kubikel outdoor adalah kubikel yang penempatan/pemasangannya di
luar bangunan. Untuk pengamanan, Kubikel tersebut dapat juga diberi
atap. Kubikel jenis ini didesain untuk tahan terhadap perubahan cuaca.
Namun penempatan rele proteksinya dipisah pada ruangan tersendiri.

2.3.4 Komponen–komponen
Kubikel Tegangan Menengah terdiri dari komponen utama dan komponen
pendukung. Komponen utamanya, antara lain yaitu:
19

a. PMT (Pemutus Tenaga)


PMT adalah sakelar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau
memutuskan arus/daya listrik sesuai ratingnya. Pada waktu
memutuskan/menghubungkan arus/daya listrik akan terjadi busur api listrik.
Pemadaman busur api listrik ini dapat dilakukan oleh beberapa macam bahan,
yaitu: minyak, udara atau gas. Berdasarkan media pemadam busur api listrik
tersebut, PMT dapat dinamakan menjadi:
1) PMT minyak sedikit/Low Oil Circuit Breaker (minyak sebagai media
pemadam busur api).
2) PMT SF6 (Gas SF6 sebagai media pemadam busur api).
3) PMT Vacuum (Ruang pemutus dibuat vacuum).
PMT Tegangan Menengah di Gardu Induk umumnya didisain dapat
dikeluarkan dari kubikel dengan cara ditarik. Sehingga PMT dan mekanik
penggeraknya dapat dengan mudah dikeluarkan/dimasukan untuk keperluan
pemeliharaan. PMT dari pabrik dan dengan rating sama, mempunyai
konstruksi dan rangkaian yang sama. Sehingga dapat dipindah antar Kubikel
dan hanya perlu satu PMT cadangan untuk PMT dengan rating yang sama.
Selama operasi seluruh bagian yang bertegangan tertutup dengan pelindung
metal yang ditanahkan, untuk menjamin agar operator aman selama
mengoperasikannya.

Sumber : Buku PLN, 2014


(a) (b) (c)
Gambar 2.4 (a) PMT Minyak, (b) PMT Gas SF6, (c) PMT Vacuum
20

b. Rel
Rel busbar dibuat dari tembaga atau aluminium dengan bentuk sesuai
dengan desain dari masing-masing pabrik. Busbar aluminium harus dilapisi
timah pada titik sambungan busbar. Busbar dapat dilapisi dengan karet silicon
untuk memenuhi ketahanan tingkat isolasinya. Bahan pelapis tersebut yang di
pakai tidak bisa terbakar dan bila dari bahan yang dapat terbakar tetapi api
dapat cepat mati dengan sendirinya (selfextinguishing). Sedangkan isolator
tumpunya dapat dibuat dari bahan porselin atau isolasi lain yang tidak mudah
terbakar. Posisi rel umumnya terletak pada bagian atas kubikel.

Sumber : Dokumentasi Kegiatan


Gambar 2.5 Rel Busbar yang dilapisi karet silicon
Rel tegangan menengah pada kubikel berfungsi sebagai penghubung
antara kabel masuk dengan beberapa penyulang. Bentuk rel ini ada yang
berpenampang bulat/pipa (tubuler), setengah bulat dan ada pula yang
berbentuk plat sesuai dengan desain dari pabrik Kubikelnya. Besar kecilnya
penampang rel tergantung pada besar/kecilnya daya yang akan disalurkan.
Untuk merangkai Kubikel-Kubikel Tegangan Menengah dengan rel
bulat/pipa, harus diperhatikan agar betul-betul rata (selevel). Hal itu untuk
mencegah tingginya nilai tahanan kontak pada sambungan rel, yang dapat
mengakibatkan gangguan/kerusakan.
21

c. Trafo Arus (CT)


Trafo arus berfungsi untuk menurunkan arus bolak-balik yang besar
menjadi arus bolak-balik yang kecil sesuai dengan kebutuhan instrumentasi
yang tersambung. Nominal arus di sisi primer CT bermacam-macam, dapat
dipilih sesuai dengan arus beban maksimum di sisi primer. Sedang arus
nominal sisi sekunder adalah 1 Ampere atau 5 Ampere. Jenis CT yang
terpasang pada Kubikel Tegangan Menengah biasanya:
1) Berbentuk cincin atau ring
2) Berbentuk cor-coran/cast resin

Sumber : Buku PLN, 2014


(a) (b)
Gambar 2.6 (a) CT Tipe Ring/Cincin, (b) CT Tipe Cor-coran/Cast
Resin

d. Trafo Tegangan (PT)


Fungsi trafo tegangan adalah untuk menurunkan tegangan
tinggi/menengah bolak-balik menjadi tegangan rendah sesuai dengan
tegangan nominal instrument. Pemasangan trafo tegangan bisa pada kubikel
tersendiri atau pada Kubikel incoming, tergantung dari desain yang ada. Trafo
tegangan pada Kubikel Tegangan Menengah umumnya berbentuk cor-
coran/Cast resin. Perbandingan transformasinya (rasio) adalah: 20.000
Volt/100 Volt; 20.000/√3 Volt/100/√3 Volt; 20.000 Volt/110 Volt atau
20.000/√3 Volt / 110/√3 Volt.
22

Sumber : Buku PLN, 2014


Gambar 2.7 Trafo PT Dengan Pelebur

e. Pemisah Rel Dan Pemisah Tanah


1) PMS (Pemisah) Rel
Pemisah berfungsi untuk memisahkan peralatan yang akan dipelihara
agar terlihat secara visual bahwa peralatan yang akan dipelihara sudah
terpisah dari bagian yang bertegangan, sehingga aman bagi petugas
terhadap tegangan dari luar peralatan tersebut. Lengan kontak PMT
Tegangan Menengah pada Kubikel di sisi kabel dan di sisi rel,
berfungsi sebagai pemisah, dimana untuk memisahkannya dilakukan
dengan cara mengeluarkan PMT dari Kubikel tersebut atau diposisikan
rack out. PMS Rel dan PMS Tanah seperti yang dimaksud di atas
terpasang pada Kubikel Open Type.
2) PMS (Pemisah) Tanah/Grounding
Pemisah tanah berfungsi untuk pengamanan petugas yang akan bekerja,
agar aman terhadap tegangan sisa dan tegangan induksi. Pemisah tanah
pada Kubikel untuk mentanahkan di sisi kabel. Sedangkan untuk
mentanahkan di sisi rel harus dilakukan secara manual melalui grounding
lokal. PMS tanah sisi kabel untuk membuang sisa muatan listrik. PMS
tanah ini dioperasikan dari panel dan terdapat interlock mekanik dengan
PMT.

Komponen Pendukung pada Kubikel terdiri dari Rele & Meter,


Kontrol/Indikator, Pemanas (Heater) serta Handle Kubikel. Rele proteksi,
Meter dan Kontrol/Indikator terpasang pada sebuah kompartemen.
Kompartemen ini didisain untuk memperkecil resiko propagasi saat terjadi
23

gangguan. Rele proteksi dan peralatan pendukung disambung ke PMT


melalui kabel penghubung dengan multi pin connector.
a. Rele dan Meter
1) Rele arus lebih (OCR), Sebagai pengaman terhadap gangguan hubung
singkat fasa-fasa.
2) Rele gangguan tanah (GFR), Sebagai pengaman gangguan fasa-tanah.
3) Rele Penutup Balik Otomatis (Recloser Relay), Berfungsi untuk
menormalkan kembali SUTM jika terjadi gangguan temporer.
4) Rele frekwensi kurang (UFR), Berfungsi untuk pelepasan beban, jika
terjadi gangguan frekwensi kurang (under frequency).
5) Ampere meter, Berfungsi untuk pengukuran arus beban
6) kWh meter, Berfungsi untuk pengukuran energi listrik yang disalurkan
7) kV meter, Berfungsi untuk pengukuran tegangan

Sumber : Buku PLN, 2014


Gambar 2.8 Single line diagram rele

b. Kontrol/Lampu Indikator
Kontrol/Lampu Indikator untuk menandai adanya tegangan 20 kv pada sisi
kabel outgoing. Lampu indikator menyala karena adanya arus kapasitip yang
dihasilkan oleh kapasitor induktif yang terpasang di isolator tumpu pada
Kubikel bagian bawah. Lampu indikator ON/OFF PMT digunakan untuk
24

menandai kondisi PMT Close atau Open dengan 2 (dua) warna yang berbeda
(merah atau hijau).
c. Pemanas (Heater)
Untuk memanaskan ruang terminal kabel agar kelembabannya terjaga.
Sehingga dapat mengurangi efek corona pada terminal Kubikel tersebut.
d. Handle Kubikel
Untuk menggerakkan mekanik Kubikel, yaitu membuka atau menutup
posisi kontak hubung: PMT, PMS, LBS, pemisah tanah (grounding) atau
pengisian pegas untuk energy membuka/menutup kontak hubung. Pada satu
Kubikel, jumlah handle yang tersedia bisa satu macam atau lebih.
e. Sistem Interlock dan Pengunci
Kubikel dilengkapi dengan sistem interlock untuk mencegah kemungkinan
kesalahan atau kelainan operasi dari peralatan dan untuk menjamin keamanan
operasi. Gawai interlock harus dari jenis mekanis dengan standar pembuatan
yang paling tinggi dan mempunyai kekuatan mekanis lebih tinggi dari kontrol
mekanisnya. Pada Kubikel yang PMT-nya dilengkapi dengan motor listrik
sebagai penggerak alat hubung, maka sistem interlock juga diterapkan pada
sistem kontrol listriknya. Yaitu bila posisi komponen Kubikel belum pada
posisi siap dioperasikan, maka sistem kontrol tidak dapat dioperasikan .
Macam-macam sistem interlock pada Kubikel:
1) Interlock Pintu
Pintu Kubikel tidak dapat dibuka jika PMT dalam keadaan tertutup,
PMS Tanah dalam keadaan terbuka. Pintu kubikel tidak dapat ditutup jika
PMS Tanah dalam keadaan tertutup/masuk.
2) Interlock PMT
PMT tidak dapat dioperasikan jika, Pintu Kubikel dalam keadaan
terbuka, PMS Tanah dalam keadaan tertutup/masuk.
3) Interlock PMS Tanah
PMS Tanah tidak dapat ditutup jika PMT dalam keadaan tertutup/
masuk
25

2.3.5 Pengoperasian Kubikel Tegangan Menengah (20 Kv)


Pengoperasian kubikel adalah merubah posisi keluar/masuk kontak hubung
(LBS, PMT) di gardu induk, untuk keperluan :
1) Pengaturan beban, pengoperasian jaringan baru dan pekerjaan
pemeliharaan
2) Pengusutan gangguan pada jaringan 20 kV
3) Persiapan sumber cadangan untuk acara khusus
4) Pengaturan jaringan dalam rangka pengamanan bencana alam/huru hara

Untuk mengoperasikan kubikel pada sistem jaringan 20 KV ada 3 (tiga)


kategori yaitu :
1) Mengoperasikan kubikel pada jaringan baru
2) Mengoperasikan kubikel setelah pemeliharaan/perbaikan
3) Mengoperasikan kubikel untuk keperluan manuver jaringan

a. Persiapan Pengoperasian Kubikel


Persiapan adalah kegiatan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan
untuk melaksanakan pengoperasian kubikel pada gardu guna membuka atau
menutup sirkit jaringan distribusi tegangan menengah atau beban
(pemanfaatan energi listrik). Beberapa hal yang dilakukan pada tahapan
persiapan pengoperasian kubikel adalah :
a) Memahami single line diagram dan prinsip kerja kubikel dan sistem
jaringan tegangan menengah
b) Memahami kegiatan operasi jaringan yang akan dilakukan sesuai SOP
c) Memahami perubahan konfigurasi jaringan akibat akan dilaksanakan
pengoperasian kubikel
d) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan
26

b. Langkah-Langkah Pengoperasian Kubikel 20 kv


Ada 4 tahap penting dalam pengoperasian kubikel yaitu :
1. Membuka pintu kubikel ; tahap ini untuk memeriksa kesiapan kubikel
untuk dioperasikan pada suatu sistem jaringan. Kegiatan yang di
lakukan antara lain adalah :
1) Mengukur tahanan isolasi alat hubung
2) Mengukur tahanan pembumian body kubikel
3) Mengukur tahanan kontak alat hubung
4) Mengukur keserempakan alat kontak
5) Mengukur tahanan isolasi (disebut meger) kabel yang akan diberi
tegangan
6) Memeriksa kebenaran urutan phase kabel antara satu gardu ke gardu
lain (disebut cek phase)
2. Menutup pintu kubikel ; tahap ini menandakan pekerjaan pemeriksaan
telah dilakukan dan dengan hasil baik, berarti kubikel siap dioperasikan
3. Memasukkan kontak hubung (LBS, PMT), tahap ini berarti
memasukkan tegangan dari Saluran/penyulang ke busbar untuk kubikel
incoming Busbar ke saluran untuk kubikul outgoing Busbar ke beban
untuk kubikul PB.
4. Mengeluarkan kontak hubung, tahap ini merupakan kebalikan dari
tahap memasukkan kontak hubung

2.4 Pemeliharaan Kubikel Tegangan Menengah (20 Kv)


2.4.1 Pengertian Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan yang meliputi rangkaian tahapan kerja
mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan evaluasi pekerjaan
pemeliharaan instalasi dan sistem distribusi

2.4.2 Tujuan Pemeliharaan


Agar instalasi jaringan distribuasi beroperasi dengan :
a. Aman (safe) bagi manusia dan lingkungannya.
b. Andal (reable).
27

c. Kesiapan (avaibility) tinggi.


d. Unjuk kerja (performance) baik.
e. Umur (live time) sesuai desain.
f. Waktu pemeliharaan (down time) efektif.
g. Biaya pemeliharaan (cost) efisien/ekonomis

2.4.3 Jenis-jenis pemeliharaan Kubikel


a. Pemeliharaan Rutin (Preventive Maintenance)
Pemeliharaan Rutin adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
secara berkala dan terus menerus untuk mencegah terjadinya kerusakan
peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan
yang optimum sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini dilakukan secara dengan
berpedoman kepada : Instruction Manual dari pabrik, standar-standar yang
ada dan pengalaman operasi di lapangan. Kegiatan pemeliharaan rutin
meliputi :
1. Harian, pemeliharaan harian tersebut antara lain :
a) Pemeriksaan kondisi level minyak PMT atau gas SF6.
b) Pemeriksaan lampu-lampu indicator.
c) Pemeriksaan alat ukur.
d) Pemeriksaan kelainan suara, bau pada peralatan.
e) Pemeriksaan lemari kontrol, pemanas ruang (heater), lampu
penerangan.
f) Pemeriksaan kebersihan Kubikel dan ruang wiring kontrol.
2. Mingguan
Pemeliharaan berupa monitoring keadaan panel ataupun switch gear
yang dilakukan oleh petugas patroli setiap Mingguan serta dilaksanakan
dalam keadaan operasi.
3. Bulanan/semesteran
Pemeliharan dilakukan pada saat kondisi padam. Pemeliharaan tersebut
antara lain :
a) Pemeriksaan PMS/LBS (20 kV)
b) Pemeriksaan Rel/Busbar 20 kV.
28

c) Pemeriksaan Batere Set


4. Tahunan
Pemeliharaan yang berupa Pengukuran dan pengujian untuk Komponen
panel dan switch gear dan dilakukan oleh petugas Pemeliharaan setiap
tahun dan dilaksanakan dalam keadaan padam. Pemelihaaran tersebut
antara lain :
a) Pemeriksaan PMT (kopel, seksi penyulang) 20 kV Media Vacum.
b) Pemeriksaan Trafo Arus (CT) 20 kV.
c) Pemeriksaan Trafo Tegangan (PT) 20 kV.

b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)


Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan
berencana pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan mengalami kelainan
atau unjuk kerja yang rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan
untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi, yang bertujuan untuk meningkatkan keandalan
peralatan. Pemeliharaan korektif yang dilaksanakan antara lain:
1. Pemeliharaan terminal.
2. Mengatasi suara getaran akibat korona.
3. Pengecekan partial discharge kabel daya.
4. Mengganti minyak PMT.
5. Penggantian/menambah gas SF6.
6. Pengukuran keserempakan kontak PMT.

c. Pemeliharaan prediktif (Predictive Maintenance)


Pemeliharaan prediktif adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan cara
memprediksi kondisi suatu peralatan Gardu Induk, apakah dan kapan
kemungkinannya peralatan tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi
kondisi tersebut dapat diketahui gejala kerusakan secara dini.

d. Pemeliharaan darurat (Breakdown Maintenance)


Pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi
kerusakan mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

You might also like