You are on page 1of 35

FINAL

PAPER Minggu, 4 Juni 2017






ANALISA PRODUK
TEA SLIM
BY SARIAYU MARTHA TILAAR



Oleh:
Davino Sujitno 0133151042
Jane Tunggal Muljo 0133151020
Nadya Theodora 0133151056







MARKETING MANAGEMENT
FINANCE 4A
UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………….ii

BAB I: PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………………1
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………………………………………1
1.2 PROFIL PERUSAHAAN…………………………………………………………………………………………………………..1

BAB 2: ANALISA KASUS…………………………………………………………..……………………………………………..3


2.1 INTRODUCTION……………………………………………………………………………………………………………………3
2.2 MARKET RESEARCH AND MARKETING ANALYTICS………….…………………………………………………….4
2.3 SEGMENTING AND TARGETING……………………………………………………………………………………………6
2.4 DIFFERENTIATION AND POSITIONING…………………………………………………………………………………..8
2.5 UNDERSTANDING CUSTOMER AND BUSINESS MARKET: B2B VS B2C……………………………………9
2.6 PRODUCT STRATEGY: GOODS…………………………………………………………………………………………….12
2.7 PRODUCT STRATEGY: SERVICES………………………………………………………………………………………….15
2.8 BRAND AND BRANDING……………………………………………………………………………………………………..15
2.9 PRICING STRATEGIES………………………………………………………………………………………………………….17
2.10 PROMOTION STRATEGIES…………………………………………………………………………………………………20
2.11 DELIVERING THE GOODS AND DISTRIBUTION STRATEGIES…….....……………………………………..23

BAB III: PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………26


3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………………26
3.2 SARAN………………………………………………………………………………………………………………………………..26

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………..27

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………………………………………….iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang, di mana semakin banyaknya bermunculan produk-produk baru dari
perusahaan-perusahaan baru, Marketing menjadi salah satu poin bersaing yang paling penting bagi
sebuah perusahaan. Inovasi-inovasi baru membuat produk-produk yang telah ada harus mampu
bersaing dan harus mampu menjual produknya untuk mempertahankan market share yang telah
dimiliki. Marketing juga mampu menentukan apakah suatu produk akan dapat bertahan di market, atau
harus diberhentikan.
Globalisasi juga membuka jalan bagi banyak perusahaan untuk dapat memasarkan produknya
dengan lebih efektif dan efisien. Perubahan pandangan pada masyarakat membuat suatu perusahaan
harus dapat mengikuti perubahan tren tersebut, dan menyediakan produk-produk baru yang dapat
diterima masyarakat. Globalisasi juga menjadi tantangan bagi suatu perusahaan, karena suatu
perusahaan harus tetap mengikuti perkembangan teknologi, dan merangkul teknologi tersebut untuk
memasarkan produknya dengan lebih lagi. Globalisasi juga membuat perusahaan-perusahaan start up
memiliki daya saing yang kuat.
Penulis memilih Tea Slim untuk menganalisa proses pemasarannya, dikarenakan menurut
penulis, Tea Slim merupakan contoh yang sangat tepat dengan ukuran produksi yang tidak terlalu besar
dan tidak terlalu kecil. Namun selain itu, penulis melihat pentingnya pemasaran bagi Tea Slim yang
memiliki banyak ruang untuk bertumbuh, dan mencoba bersaing dengan kompetitornya yang sejenis. Ini
adalah contoh sempurnya untuk membuktikan pentingnya pemasaran bagi produk-produk yang
memiliki saingan serupa, dan bagaimana suatu pemasaran dapat menyebabkan suatu produk lebih
diminati oleh konsumennya.

1.2 PROFIL PERUSAHAAN
Martha Tilaar Group dipelopori oleh DR. (H.C.) Martha Tilaar pada tahun 1970 dengan membuka
sebuah salon kecantikan Martha di kediaman orangtuanya, Yakob Handana, di Jalan Kusuma Atmaja
No.47 Menteng, Jakarta Pusat.
Adapun nilai-nilai yang tertanam dalam perusahaan tersebut adalah disiplin, jujur, inovatif,
tekun, dan ulet. Selain itu visi dari perusahaan ini adalah menjadi perusahaan kecantikan terdepan

1
dengan nuansa ketimuran dan alami yang memanfaatkan penelitian, pengembangan riset dan teknologi
modern untuk memberikan nilai tambah pada konsumen, dan misi dari perusahaan ini adalah
mengoperasikan sebuah perusahaan kecantikan kelas dunia berdasarkan nilai inti dari Martha Tilaar
Group.
Terinspirasi oleh nilai dan budaya Timur, Founder dan Chairwoman Martha Tilaar Group, DR.
(H.C.) Martha Tilaar, selalu memiliki semangat untuk terus menggali kekayaan alam dan budaya
Indonesia untuk mempercantik wanita Indonesia dan dunia. Semangat tersebut dituangkan dalam 4
Pilar Martha Tilaar Group yang menjadi landasan dalam setiap kegiatan grup perusahaan dan setiap unit
bisnis yang dijalankan Martha Tilaar Group. Empat pilar tersebut adalah beauty culture, beauty
education, beauty green, dan empowering woman.
Martha Tilaar Group mengembangkan manajemen perusahaan sesuai dengan fungsinya sebagai
"Blanket Corporate Brand", yang menciptakan NET-I3. NET merupakan singkatan dari Natural (Alami),
Eastern (Ketimuran), dan Technology (Teknologi), sedangkan I3 adalah singkatan untuk Icon (Ikon),
Innovation (Inovasi), dan Intitution (Institusi).
Konsep NET terfokus pada keunikan brand dan konsep pengembangan bisnis yang dipengaruhi
oleh nilai-nilai adat ketimuran dan didesain dengan penggunaan teknologi modern. Perusahaan ini yakin
bahwa pengimplementasian konsep NET akan memberikan keuntungan dalam meningkatkan
keuntungan kompetitif baik pada industri kosmetik lokal maupun global. Lebih dari itu, secara luas
konsep ini bertujuan untuk memberi manfaat pada para pemegang saham, karyawan, konsumen, dan
lingkungan.
Ikon mengacu pada brand positioning Martha Tilaar sebagai ikon kecantikan, di mana citra DR.
(H.C.) Martha Tilaar sebagai ikon wanita dalam dunia kecantikan tradisional dan mode, sekaligus sebagai
seorang wanita karier serta tokoh terkemuka dalam dunia pendidikan dan kegiatan sosial diharapkan
dapat menginspirasi masyarakat Indonesia. Inovasi mengacu pada kemampuan melanjutkan
pengembangan produk dan pelayanan dengan lebih baik, seperti yang telah dibuktikan oleh Martha
Tilaar Group dalam menjaga kestabilan pemenuhan kepuasan terhadap lini produk di antara industri
kosmetik, seperti Sariayu Martha Tilaar, Biokos Martha Tilaar, dan Dewi Sri Spa – Oil of Jawa Martha
Tilaar. Inttitusi mengacu pada kesuksesan Martha Tilaar Group sebagai brand kosmetik tradisional
terdepan dengan profesionalisme tinggi, serta kualitas produk dan layanan yang terjamin.

2
BAB II
ANALISA KASUS

2.1. INTRODUCTION
2.1.1. Customer Value
Teh yang dapat membantu melangsingkan badan, rasanya tidak pahit, harga terjangkau,
menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dan berasal dari alam Indonesia.
2.1.2. Business Planning
Business Planning terdiri dari 3 bagian yaitu Strategic Planning, Market Planning, dan
Operation Planning. Dalam subbab ini, penulis akan membahas 2 dari 3 planning tersebut yang
relevan dengan Marketing, yaitu Strategic Planning dan Market Planning.
2.1.2.1. Strategic Planning
Strategic Planning menentukan tujuan dari suatu perusahaan itu sendiri untuk
jangka waktu yang panjang. Sariayu Martha Tilaar didirikan dengan filosofi bahwa
perusahaan ingin menyediakan produk bagi masyarakat dalam setiap tahap kehidupan
mereka. Martha Tilaar juga merupakan salah satu perusahaan herbal terbesar di Indonesia,
dengan sedikit pesaing yang memiliki besar yang serupa. Dalam hal ini, Sariayu
menciptakan Tea Slim, untuk orang-orang yang ingin langsing, namun tidak memiliki cukup
waktu.
Dalam BCG Matrix (Grafik terdapat di Lampiran No. 2), Tea Slim sendiri termasuk
dalam Question Marks, karena Tea Slim memiliki growth rate yang tinggi karena pada
zaman sekarang, orang-orang sedang mencari segala produk yang serba alami, dan
awareness tentang hal tersebut sedang tinggi. Namun, Tea Slim memiliki market share yang
terbilang rendah dibandingkan dengan saingannya di pasar, yang lebih banyak diingat oleh
masyarakat.
2.1.2.2. Market Planning
Market Planning adalah planning yang lebih detail yang dibuat untuk jangka waktu
yang relatif lebih pendek. Dalam market teh pelangsing, Tea Slim sendiri masih kalah
dengan saingannya yang lebih banyak dikenal oleh orang. Dalam hal ini, planning yang
dibuat dalam jangka waktu dekat ini adalah dengan menciptakan rasa baru varian dari Tea
Slim. Inovasi ini diharapkan dapat mendongkrak penjualan dari Tea Slim ini sendiri,

3
Pada Product-Market Growth Matrix (Grafik Terdapat dalam Lampiran No. 2), Tea
Slim menerapkan Market Penetration Strategy, yaitu dengan berusaha menaikkan
penjualan dari produk yang sudah ada, ke dalam market yang sudah ada. Hal ini terlihat dari
rencana untuk membuat varian rasa Tea Slim.
2.1.2.3. Marketing Environment
Sariayu Martha Tilaar sebelum menentukan strategi untuk memasarkan Tea Slim
harus melihat keadaan internal dan eksternal terlebih dahulu. Keadaan yang perlu mereka
perhatikan adalah konsumen, yakni selera konsumen adalah konsumen menyukai teh yang
berbau harum dan rasanya tidak pahit dan dari segi pesaing adalah pesaing terbesar Tea
Slim adalah Slimming Tea dari Mustika Ratu. Sariayu Martha Tilaar harus menganalisa apa
yang dilakukan oleh Slimming Tea dan apa kelebihan serta kekurangan dari Slimming Tea.
Sementara itu, keadaan lain yang perlu diperhatikan oleh Sariayu Martha Tilaar adalah
lingkungan ekonomi, yakni mereka melihat bahwa daya beli masyarakat terhadap produk
seperti Tea Slim tidak terlalu besar, sehingga mereka memberikan harga yang tidak terlalu
mahal untuk sebuah teh saset, kemudian untuk lingkungan teknologi, mereka melihat kalau
perkembangan teknologi semakin canggih, sehingga mereka menggunakan daun jati
belanda sebagai bagian dari bahan pembuatan Tea Slim yang kemudian diformulasikan
dengan menggunakan high technology. Mereka juga harus memerhatikan keadaan
lingkungan budaya sosial, yakni masyarakat Indonesia mayoritas beragama muslim,
sehingga mereka harus memastikan bahwa produk Tea Slim ini halal untuk dikonsumsi.

2.2. MARKET RESEARCH AND MARKETING ANALYTICS
2.2.1. The Role of Market Information on Marketing Decision Making
Sebelum melanjutkan bagaimana perusahaan akan mengambil kebijakan terkait produk Tea
Slim, ada beberapa langkah yang harus dilakukan Sariayu Martha TIlaar yakni:
1. Internal Company Data. Tea Slim melihat bagaimana tren dari sales mereka dari tahun
ke tahun, apakah masyarakat cenderung suka untuk mengonsumsi Tea Slim atau tidak
2. Market Intelligence. Tea Slim menyelidiki apa yang dilakukan oleh Slimming Tea
(kompetitor) tentang kebijakan-kebijakan yang Slimming Tea lakukan dan mereka juga
mencari tahu tren yang ada di masyarakat dalam sehari-hari.

4
3. Market Research. Dalam melakukan penelitian, Tea Slim memiliki departemen untuk
marketing research. Konsepnya dari bermula dari brand manager. Contohnya apakah
orang-orang cenderung lebih menyukai rasa yang plain atau yang ada rasanya?
4. Acquired Database. Tea Slim tidak membeli database dari perusahaan lain untuk
kepentingan Tea Slim. Untuk melakukan consumer insight Tea Slim melakukan interview.
Apabila Tea Slim menginginkan hasil penelitian yang cepat, mereka bisa melakukan
dengan cara membagikan kuesioner
2.2.2. Basic of Marketing Research
1. Define the Research Problem:
a. Tea Slim ingin mengetahui mengapa brand kompetitor (Slimming Tea - Mustika
Ratu) lebih dikenal masyarakat sehingga market share mereka yang tadinya sudah
tinggi menjadi turun pada tahun 2011.
b. Tea Slim ingin mengembangkan produknya (Inovasi), sehingga diperlukan adanya
research.
2. Determine the Research Design: Tea Slim menggunakan data primer dan sekunder. Data
primer yang digunakan data kualitatif, kuantitatif, dan data sebab-akibat. Data Sekunder
berasal dari data penjualan perusahaan.
3. Choose the Method to Collect Primary Data: Tea Slim menggunakan metode
Questionnaire (Online), Interviews ( Face-to-face), Observasi (Personal)
4. Design the Sample: Tea Slim menggunakan Probability Sampling dikarenakan Tea Slim
ingin mengetahui jawaban yang lebih akurat sehingga jawaban tersebut dapat mewakili
populasi yang ada.
5. Collect the Data: Tea Slim mengumpulkan data dari online Questionnaire, wawancara,
dan data historis mengenai penjualan Tea Slim pada saat market share mereka turun.
Perusahaan Sariayu Martha Tilaar memiliki divisi Research and Development yang
bertugas untuk merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyimpulkan
hasil penelitian tersebut.
6. Analyze and Interpret the Data: Divisi Research and Development Sariayu Martha Tilaar
menganalisa dan menginterpretasi data-data yang telah mereka dapatkan.
7. Prepare the Research Report: Pada akhirnya divisi tersebut membuat laporan mengenai
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada pada step 1.

5
2.2.3. Consumer Insights
Banyak sekali hal yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan consumer insights.
Consumer Insight dapat memberi tahu suatu perusahaan siapa yang membeli produk mereka, dan
mengapa mereka membeli produk tersebut. Consumer Insights dapat membantu perusahaan
menentukan bagaimana cara memasarkan produk mereka dengan cara yang lebih efektif dan
“personal”.
Untuk Tea Slim sendiri, Consumer Insight berperan dalam menentukan harga pasar yang
telah mereka pasang, dan bagaimana respon pasar terhadap Tea Slim. Salah satu contohnya, Tea
Slim menganalisa bahwa kebanyakan konsumen Tea Slim adalah perempuan dewasa yang sudah
berkeluarga, dan itulah mengapa Tea Slim memilih untuk memasang iklan di majalah Nova, yang
targetnya adalah konsumen yang sama.
2.2.4. Data Mining
Pada era globalisasi ini, banyak sekali data yang bisa didapatkan oleh suatu perusahaan
untuk mengetahui keadaan pasar. Data-data tersebut dapat berasal dari survey, kuisioner, hingga
status sosial media. Namun, data-data tersebut adalah data yang sangat besar dan tidak mungkin
dapat diperiksa satu-satu, sehingga perusahaan harus menyortir data-data tersebut untuk dapat
dijadikan data yang relevan bagi perusahaan. Bagi Tea Slim, data mining yang dilakukan belum
sejauh yang dikatakan di atas.
Untuk mendapatkan data, Tea Slim hanya melakukan riset pasar untuk mengetahui
pesaing-pesaingnya di setiap area. Tea Slim juga memberikan kuisioner untuk data-data yang perlu
diketahui dengan cepat. Tea Slim juga dapat melihat keefektifan pemasaran mereka melalui likes di
sosial media mereka. Selain itu, Tea Slim memakai jasa perusahaan lain untuk mengambil data yang
dibutuhkan.

2.3. SEGMENTING AND TARGETING
2.3.1. VALS Framework Segmentation
Seperti yang dapat dilihat di tabel (Dapat dilihat di Lampiran No. 3), VALS Framework
membagi populasi menjadi 8 kategori berdasarkan Resources dan Innovation masing-masing orang.
Kategori-kategori tersebut adalah Innovators, Thinkers, Believers, Achievers, Strivers, Experiencer,
Makers, dan Survivors. Target Konsumen dari Tea Slim jatuh pada kategori Believers. Sesuai teori,
kategori tersebut terdiri dari orang-orang yang menghargai komunitas, hubungan sosial, dan
komunitas yang berbagi. Target Konsumen dari Tea Slim adalah wanita dewasa dan preferably

6
merupakan wanita-wanita yang dijadikan panutan, dan aktif dalam sosial media. Dengan
memasang target konsumen seperti itu, maka Tea Slim dapat disebarluaskan melalui sosial media
jauh lebih besar daripada marketing yang dilakukan hanya oleh Tea Slim (Sariayu) sendirian.
2.3.2. Segmentation Strategies
Terdapat 3 macam Segmenting Consumer Markets yaitu Demographics, Psychographics,
Behavior. Dimana Tea Slim menggunakan Segmenting Consumer Markets Demographics dan
Phsychographics. Tea Slim menggunakan kedua macam segmentasi tersebut dikarenakan target
pasar Tea Slim dapat dikelompokkan kedalam Demographics dan Phsychographics. Tea Slim
menggunakan Segmenting Consumer Markets yang Phsychographics karena Tea Slim menentukan
segmentasi mereka menggunakan kesamaan psikologis dan perilaku, seperti orang-orang yang
memiliki aktivitas, hobi, dan opini yang sama.
2.3.3. Evaluating Market Segments
Tea Slim menggunakan Segmenting Consumer Markets yang Demographics dimana
segmentasi umur pengguna Tea Slim adalah 20-45 tahun, Gender yang digunakan adalah wanita,
Family Life Cycle Tea Slim adalah wanita yang telah berkeluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan
bahwa wanita yang belum berkeluarga juga sebagai konsumen Tea Slim. Kelas sosial yang dituju
oleh Tea Slim adalah kelas A dan B.
Tea Slim menggunakan Segmenting Consumer Markets yang Phsychographics yang dimana
terdapat kesamaan psikologis dan perilaku, aktivitas yang sama, hobi, dan opini seperti konsumer
yang memiliki gaya hidup sehat,
2.3.4. Steps in Market Targeting
Setelah melakukan evaluasi terhadap segmen yang telah ditentukan, maka yang
selanjutnya dilakukan Tea Slim adalah develop segment. Mereka harus mendapatkan informasi
lebih dalam mengenai orang-orang tersebut. Tea Slim mendapatkan bahwa orang-orang tersebut
bisa tinggal di kota mana saja dan orang-orang tersebut dirasa Tea Slim akan membeli produk Tea
Slim apabila produk tersebut tersedia di Apotek atau supermarket.
Dalam memilih strategi untuk memasarkan produknya, Tea Slim menggunakan strategi
contracted marketing, yaitu mereka hanya fokus memasarkan produknya terhadap satu kelompok
pembeli saja. Hal ini dilakukan karena produk Tea Slim ini dirasa tidak akan dikonsumsi oleh semua
orang karena tidak semua orang berusia 20 sampai 45 tahun dan tidak semua orang mempunyai
permasalahan pada berat badan. Selain itu hal ini dilakukan agar mereka dengan fokus pada
kelompok tertentu, Tea Slim berusaha menawarkan dengan sebaik-baiknya produk mereka ini.

7
2.4. DIFFERENTIATION AND POSITIONING
2.4.1. Types of Differentiation
i. Product Differentiation: Tea Slim merupakan teh pelangsing yang memiliki rasa yang
lebih dapat diterima oleh konsumen karena rasanya relatif lebih tidak pahit
dibandingkan teh-teh pelangsing lainnya. Bahan yang digunakan Tea Slim juga
merupakan bahan-bahan yang berasal dari kekayaan alam Indonesia.
ii. Channel Differentation: Tea Slim menggunakan saluran distribusi PT. SAI Indonesia
dimana Tea Slim didistribusikan ke seluruh kota di Indonesia. Hal tersebut membuat Tea
Slim menjadi istimewa karena Tea Slim didistribusikan secara luas.
iii. Image Differentation: Brand Image yang dimiliki oleh Tea Slim adalah teh pelangsing
yang terbuat dari bahan-bahan alami khas Indonesia dan telah tersetifikasi Halal.
2.4.2. Keys of Good Differentiation
Differentiation suatu produk dapat menjadi penting, karena dapat membedakan produk
tersebut dengan produk kompetitornya. Ada beberapa poin penting agar suatu differentiation
dapat membedakan produknya menjadi lebih baik dari kompetitornya. Berikut analisa
Differentiation dari Tea Slim.
1. The Difference is Benefiit for Customer. Salah satu pembeda Tea Slim dari
kompetitornya adalah Tea Slim tidak pahit, dan memiliki sertifikat halal. Hal ini tentu
memberikan nilai tambah bagi konsumen Tea Slim.
2. Hard to Copy by Competitor. Tea Slim melakukan penelitian yang intensif sehingga Tea
Slim dapat membuat produknya tidak pahit. Ini sulit ditiru oleh kompetitornya, terlihat
dari belum adanya perubahan komposisi dari kompetitor hingga saat ini.
3. Profitable. Pembeda Tea Slim yang tidak pahit, membuat konsumen kompetitornya
yang mencoba Tea Slim akan berpindah untuk terus mengonsumsi Tea Slim
dibandingkan kompetitornya, karena rasanya jauh lebih bisa diterima.
4. Distinctive. Produk Tea Slim merupakan produk teh yang dikonsumsi, maka rasa
merupakan faktor utama yang menjadi perhitungan konsumen. Rasa Tea Slim yang tidak
pahit membuat Tea Slim sangat unggul dan berbeda dibandingkan kompetitornya.
2.4.3. Positioning
Positioning adalah bagaimana sebuah produk ingin dipandang oleh konsumennya.
Untuk melakukan positioning, sebuah produk harus mengerti siapa konsumennya, dan bahwa
produk tersebut dibutuhkan mereka, dan bahkan lebih baik dari saingannya.

8
Tea Slim memiliki satu kompetitor terbesar, yang saat ini masih superior dibandingkan
dengan Tea Slim sendiri. Kompetitor tersebut memiliki keunggulan menjadi top of head di
masyarakat saat ini. Namun, Tea Slim memiliki keunggulan dari kompetitornya yaitu Tea Slim
tidak pahit seperti kompetitornya, memiliki harga yang bersaing, dan bersertifikat halal. Oleh
karena itu, Tea Slim menentukan Marketing Mix nya sebagai berikut:
• Product: Tea Slim, teh pelangsing
• Price: Seperti terlampir pada lampiran, lebih murah daripada pesaingnya.
• Place: Tempat-tempat yang masih banyak menggunakan jamu alami untuk kesehatan,
dan tempat-tempat yang memiliki banyak wanita dewasa yang aktif di sosial media.
• Promotion: Melakukan bundling dengan produk-produk pelangsing Sariayu lainnya.
2.4.4. Importance of Postitioning
Positioning adalah hal yang sangat penting bagi sebuah produk. Karena positioning yang
tepat dapat memberikan personality bagi produk itu sendiri. Dengan memiliki personality, suatu
produk dapat menempel di kepala masyarakat, dan kegunaannya dapat diingat dengan baik.
Suatu produk dapat menentukan letaknya di kepala masyarakat dengan membuat Perceptual
Map.
Dari Perceptual Map (Dapat dilihat dalam Lampiran No. 4), dapat dilihat bahwa Tea Slim
memiliki rasa yang jauh lebih enak daripada kompetitornya, dan memiliki harga yang lebih
rendah, walaupun tidak tergolong murah. Dari Perceptual Map di atas, Tea Slim dapat
menentukan positioning mereka dengan lebih akurat dan membuat rencana pemasaran yang
lebih efektif.

2.5. UNDERSTAND CUSTOMER AND BUSINESS MARKET : B2C VS B2B
2.5.1. The Difference Between B2B vs B2C Market (The Characteristics)
Tea Slim merupakan produk B2C karena tujuan Sariayu Martha Tilaar untuk menjual
produk Tea Slim adalah langsung untuk dikonsumsi oleh konsumen.
2.5.2. Influences on Customer Decision Making Process
2.5.2.1. Consumer Decision-Making Process
(Terdapat pada lampiran no. 12)


9
2.5.2.2. Decision Process
2.5.2.2.1. Stage in the Decision Process
1. Problem Recognition: Print advertisement dimana Tea Slim membuat iklan di
majalah Ibu-Ibu mengenai menjaga tubuh agar tetap langsing dan
memperkenalkan Tea Slim.
2. Information Search: Advertisement di Majalah dan Social Media. Diadakannya
Sales training agar para sales dapat mengenal betul produk Tea Slim dan
memiliki pengetahuan yang seharusnya mereka kuasai
3. Evaluation of Alternatives: Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi
kriteria evaluatif terpenting. Tea Slim juga harus membuat iklan yang
informatif tentang Tea Slim
4. Product Choice: Advertise “Made in Indonesia” dan produk lokal yang
mengangkat tema Indonesia. Tea Slim juga mengiklankan bahwa Tea Slim
menggunakan bahan alami yang khas dari Indonesia.
5. Postpurchase Evaluation: Menampilkan iklan dan sales presentations yang
jujur / tidak menyesatkan.
2.5.2.2.2. Internal Influences
● Perception:
○ Exposure: Team Slim menggunakan KOL (Key Option Leader).
○ Attention: Tea Slim akan merombak tampilannya agar lebih eye catching.
○ Interpretation: Alami, menggunakan konsep lokal, dan halal.
● Motivation: Motivasi agar tubuh tetap dapat langsing walaupun tidak
olahraga karena sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan.
● Learning: Informasi atau pengalaman mengenai Tea Slim dapat didapatkan
dalam acara-acara yang diadakan di Shopping Center, KOL (Key Opinion
Leader), menggunakan Food Designer.
● Attitudes:
○ Cognition: Produk dari bahan alami yang menyehatkan dan membuat
langsing, produk lokal (Bangga akan Indonesia), Halal.
○ Behavior: Diharapkan masyarakat mau membeli Tea Slim.
● Age Groups: Usia Ibu-ibu yang influence terhadap kesehatan keluarga (kurang
lebih 30-40 tahunan).

10
● Lifestyle: Ibu-bu sebagai decision maker dalam keluarga dan perempuan yang
konsen terhadap kesehatan keluarga dan penampilan yang melek akan media
sosial dan perempuan yang aktif dalam segala hal.
2.5.2.2.3. External Influences
i. Situational Influences:
● Tea Slim menggunakan Sensory Marketing, dimana Tea Slim memiliki wangi
yang khas yang mencerminkan brand Tea Slim yang alami dan khas Indonesia
● Time: Tea Slim dijual di tempat-tempat yang mudah dijangkau - Supermarket.
Tea Slim juga terdapat di Online Shop Website resmi Martha Tilaar yang
dapat digunakan kapan saja.
ii. Social Influences:
● Culture: Budaya Jawa yang masih sering menggunakan Jamu-jamuan
● Social Class: Kelas A dan B
● Influential Friends: Dengan melalui rekomendasi dari teman / penyebaran
berita dari mulut ke mulut.
● Opinion Leader: Tea Slim akan menggunakan KOL sebagai opinion leaders.
● Gender Roles: Wanita yang memperhatikan bentuk tubuh mereka, sehingga
mereka tertarik untuk menggunakan produk teh pelangsing (Tea Slim).
Wanita juga sebagai orang yang lebih care dan cerewet mengenai kesehatan
keluarga sehingga mereka dapat merekomendasikan untuk menggunakan
Tea Slim.
2.5.3. Business Buying Situation
Business Buying Situation adalah situasi-situasi yang mungkin dihadapi oleh konsumen
pada saat membeli suatu produk. Terdapat 3 situasi yang paling umum terjadi, yaitu New Task,
Modified Re-buy, dan Straight Re-buy.
Dalam hal ini, Tea Slim telah memenuhi kebutuhan konsumen yang mengalami situasi
Straight Re-buy dan New Task. Rasa Tea Slim yang jauh lebih bisa diterima dibandingkan
kompetitornya membuat konsumen yang pertama kali mencoba Tea Slim tidak akan berpindah
kembali. Sehingga, New Task Buy dapat berubah menjadi Straight Re-buy. Namun, Tea Slim ingin
merangkul seluruh situasi tersebut dengan merencanakan untuk mengeluarkan varian rasa Tea
Slim, agar konsumen dapat merasakan Tea Slim dengan rasa yang lebih fresh dan beda dari
biasanya.

11
2.6. PRODUCT STRATEGY: GOODS
2.6.1. Layer of Product
● Core Product: Rasa Tea Slim tidak pahit, terdapat sertifikasi halal, menggunakan formula
dari bahan alami, Menggunakan Jati Belanda yang merupakan ke unikkan dari Tea Slim.
Tea Slim juga dapat menurunkan berat badan
● Actual Product:
o Features: Daun Jati Belanda untuk mengurangi napsu makan; daun teh untuk
mengurangi kolesterol & menambah pembakaran lemak; Temu giring untuk
embantu penyerapan lemak dari makanan; alang- alang untuk detox; dan vetiver
untuk menambah rasa dan wangi dalam the
o Package: Gambar Daun, ada orangnya, warna hijau
o Brand: Sariayu
o Quality: Bahan alami, diproduksi secara higenis
● Augmented Product: Tea Slim memiliki fitur pendukung seperti terdapat Service after
sales, Customer Support Service, Delivery (menggunakan JNE / TIKI), dan Product Use
Instruction.
2.6.2. Product Planning
Dalam melakukan Marketing dan Branding, Product Planning memainkan peran yang
sangat besar. Karena, tujuan dari dibuatnya produk tersebut, dan bagaimana hubungan produk
tersebut dengan produk lain dapat menentukan langkah-langkah yang tepat bagi strategi
pemasarannya.
Tujuan dibuatnya Tea Slim adalah untuk memenuhi filosofi Sariayu, yaitu dengan
menjadi salah satu produk kesehatan bagi salah satu tahap kehidupan, yaitu saat remaja dan
dewasa. Tea Slim juga ingin membuat Sariayu menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dengan
menggunakan bahan-bahan alami khas Indonesia.
Karena itu, Tea Slim melakukan pemasarannya dengan menekankan bahwa Tea Slim
adalah produk alami yang halal, dan aman untuk dikonsumsi oleh semua orang. Tea Slim juga
memiliki rasa yang tidak pahit, agar dapat diterima lebih baik oleh banyak orang. Selain itu, Tea
Slim melakukan packaging dengan warna hijau, untuk menekankan sisi alami dari Tea Slim.
2.6.3. Product Life Cycle
Terdapat 4 tahap dalam Product Life Cycle, yaitu Introduction saat produk baru
diperkenalkan pada masyarakat, Growth saat penjualan sedang melakukan peningkatan yang

12
pesat, Maturity saat produk mencapai penjualan terbanyaknya, dan Decline saat penjualan
produk mengalami penurunan.
Tea Slim termasuk pada tahap Maturity (Grafik dapat dilihat pada Lampiran No. 5).
Walaupun begitu, Tea Slim mature di titik yang tidak terlalu tinggi, di bawah kompetitornya. Hal
ini disebabkan karena pada saat tahap growth, Tea Slim sempat out of stock di Indonesia selama
hampir 6 bulan dikarenakan pemindahan pabrik yang lebih lama dari rencana. Hal ini membuat
Tea Slim sangat terpukul, dan penjualannya menurun jauh.
Saat ini, Tea Slim sedang melakukan berbagai macam cara agar Tea Slim mengalami
rejuvinasi dan tidak masuk ke dalam tahap decline, dan dapat menaikkan penjualan mereka di
tahap mature. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan melakukan variasi rasa
bagi Tea Slim dalam waktu dekat.
2.6.4. Product Classification
Tea Slim merupakan non-durable goods karena Tea Slim dapat dinikmati dalam jangka
yang pendek karena Tea Slim merupakan barang yang dapat di konsumsi (cepat habis). Tea Slim
juga termasuk produk High Involvement dimana Orang akan cari informasi dan membanding-
bandingkan brand yang disediakan sebelum akhirnya memilih Tea Slim. Tea Slim dapat di beli di
Apotik, Store Martha Thilaar, Website, Supermarkets, Hypermarkets.
Tea Slim dapat diklasifikasikan sebagai Shopping Product karena untuk mengkonsumsi
Tea Slim, konsumer memakai waktunya untuk mencari informasi dan membandingkan produk-
produk serupa dengan brand lain sebelum membeli produk Tea Slim.
Tea Slim dapat diklasifikasikan sebagai Unsought Product karena Masyarakat akan aware
dengan produk ini saat needs untuk langsing muncul.
2.6.5. Types of Innovations
Inovasi dibedakan menjadi tiga, yaitu continuous innovation (modifikasi suatu produk),
dynamically continuous innovation (inovasi terhadap produk yang sudah ada), dan discontinuous
innovation (membuat produk yang benar-benar baru). Inovasi yang sudah pernah dilakukan Tea
Slim adalah dynamically continuous innovation, yakni saat di pasaran sudah ada produk teh yang
bisa mengatasi permasalahan berat badan, pada tahun 2010 Tea Slim hadir sebagai teh yang
mampu mengatasi permasalahan pada berat badan dengan daun jati belanda sebagai bahan
dari teh tersebut. Saat ini juga Tea Slim sedang dalam proses melakukan continuous inovation,
yakni mereka sedang ingin membuat inovasi baru dari produk Tea Slim. Nantinya inovasi baru
tersebut berupa Tea Slim juga, namun ada varian yang ditambahkan dalam produk tersebut.

13
2.6.6. New Product Development
New Product Development adalah bagaimana awal mulanya perusahaan untuk
memproduksi suatu produk, mulai dari bagaimana mereka menemukan ide untuk membuat
produk tersebut sampai produk tersebut dapat dijual. Langkah-langkah dalam New Product
Development adalah:
1. Idea Generation: Sariayu Martha Tilaar menemukan ide untuk membuat Tea Slim adalah
mereka melihat tren yang ada di masyarakat Indonesia. Mereka melihat di Jakarta masih
jarang masyarakat yang mengkonsumsi produk-produk herbal, sehingga mereka
menemukan ide untuk membuat produk teh yang dapat menurunkan berat badan.
2. Product Concept Development and Screening: Mereka memiliki konsep ingin
memproduksi teh pelangsing yang rasanya tidak pahit. Setelah mereka menemukan
konsep untuk membuat teh tersebut, mereka melakukan screening, yaitu memikirkan
bahwa apakah konsep yang telah mereka buat itu realistis untuk direalisasikan.
3. Marketing Strategy Development Dalam melakukan strategi untuk pemasaran, Sariayu
Martha Tilaar mulai melakukan segmenting, targeting, dan differentiating untuk produk
Tea Slim. Mereka juga melakukan promosi untuk memaparkan perbedaaan produk
mereka dibandingkan dengan produk-produk yang sejenis.
4. Business Analysis: Sariayu Martha Tilaar sudah mempunyai produk juga yang
bermanfaat untuk menurunkan berat badan yaitu kaplet susut perut dan kaplet
selangking singset, akan tetapi segmen dan target pasar dari produk tersebut berbeda,
sehingga dirasa tidak akan memakan sales dari produk mereka yang lainnya.
5. Technical Development: Mereka mulai mencari tahu bagaimana cara membuat produk
tersebut. Sariayu Martha Tilaar menggunakan mesin dengan high technology dalam
pembuatan produk mereka.
6. Test Marketing: Untuk menguji minat masyarakat terhadap Tea Slim, Sariayu Martha
Tilaar melakukan test marketing dengan membuka booth di suatu pusat perbelanjaan
dan dari situ mereka bisa melihat minat masyarakat terhadap Tea Slim.
7. Commercialization: Setelah mereka memperbaiki produk mereka, mereka bisa me-
launching produk mereka ke pasar.


14
2.7. PRODUCT STRATEGY: SERVICES
Tea Slim memiliki service support, yakni berupa customer service yang berguna untuk
pelanggannya apabila ada complain terhadap produk Tea Slim, tata cara untuk complain-nya
sudah tertera pada kemasan Tea Slim. Tea Slim juga bisa dipesan secara online dari website
Sariayu Martha Tilaar, tetapi delivery service bukan dari Sari Ayu Martha Tilaar, hanya
platformnya saja yang mereka kelola sendiri. Untuk pembayaran dapat dilakukan dengan
transfer atau kartu kredit. Selain itu, Sariayu Martha Tilaar dalam factory outlet nya terdapat
beauty advisor yang bisa membantu pelanggannya untuk berkonsultasi tentang barang apa yang
sebaiknya dibeli dan bagaimana cara menggunakan produk-produk Sariayu Martha Tilaar
dengan baik dan benar.
Saat ini Sariayu Martha Tilaar sedang merencanakan untuk membuat pelayanan baru
dimana pelayanan baru itu berupa pelanggan dari produk mereka bisa melakukan live chat
dengan seorang dokter untuk menyampaikan keluhan dari para pelanggan. Live chat yang
mereka rencanakan teknisnya seluruh keluhan yang disampaikan oleh para pelanggannya akan
ditampung oleh Sariayu Martha TIlaar, kemudian nanti setiap pelanggan akan mendapatkan
giliran untuk bisa chat secara langsung ke dokter tersebut.
2.8. BRAND AND BRANDING
2.8.1. The Importance Of Product Identity
Branding merupakan upaya perusahaan dalam membangun image perusahaan. Mereka
mempunyai filosofi kalau produk yang mereka hasilkan itu bisa dirasakan oleh semua generasi,
dari mulai bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan manula, sehingga mereka membuat produk
yang bermacam-macam yang bisa dirasakan oleh seluruh generasi contohnya adalah Tea Slim.
Ibu Martha, selaku pendiri dan pemilik perusahaan Sariayu Martha Tilaar menginginkan
masyarakat Indonesia itu sehat dari lahir sampai tua.
Sebagai perusahaaan pemilik perusahaan FMCG, Ibu Martha menginginkan perusahaan
herbal ini menjadi tuan rumah di negeri ini. Ibu Martha seringkali mengingatkan para pekerja di
Sariayu Martha Tilaar untuk jangan mau kerja di negeri orang lain, tetapi jadilah tuan rumah di
negeri sendiri.
Dalam pembuatan produk-produk mereka salah satunya Tea Slim, Sariayu Martha Tilaar
sangat mengedepankan kualitas. Contoh nyatanya adalah sejak didirikan tahun 2010, Tea Slim
telah tiga kali mendapatkan sertifikasi jaminan halal pada produk mereka, penghargaan tersebut
terakhir mereka dapatkan pada bulan April 2017.

15
Menurut kami produk Tea Slim itu memenuhi seluruh kriteria agar produk tersebut bisa
dibilang merupakan produk dengan kualitas yang baik. Kriteria tersebut adalah:
• Degree of Pleasure – Konsumen dari Tea Slim puas dengan mongkonsumsi Tea Slim,
karena produk Tea Slim ini bisa mengatasi permasalahan pada berat badan mereka.
• Durable – Tea Slim merupakan produk yang tahan lama, produk tersebut dapat
bertahan hingga 2.5 tahun sejak diproduksi.
• Reliable – Tea Slim dapat diandalkan oleh masyarakat yang memiliki permasalahan pada
berat badan yang digunakan untuk menurunkan berat badan mereka.
• Versatile – Tea Slim merupakan produk yang sangat berguna, yaitu teh yang bisa
mengatasi permasalahan berat badan.
• Satisfies Needs – Tea Slim dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin memiliki
badan yang kurus/langsing.
• Ease of Use – Cara mengonsumsi Tea Slim tidak sulit karena Tea Slim merupakan produk
teh saset, yang cara pemakaiannya sama seperti teh-teh saset yang lainnya.
• Product Safety – Tea Slim tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya,
bahan-bahan yang mereka gunakan dapat dipastikan tidak berbahaya.
2.8.2. Important Consideration In Selecting a Brand Name
Tea Slim tidak memiliki lambang/logo khusus, namun Sariayu Martha Tilaar dalam
membuat produk mereka, mereka sudah memiliki font tertentu dalam menamakan produk
mereka. (Lampiran no. 6)
Dari segi pemberian nama produk, Sariayu memilih untuk menamakan produk mereka
“Tea Slim”. Kata “Tea Slim” tersebut apabila diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa
Indonesia tidak ada artinya, namun dari kata “Tea Slim” tersebut, Sariayu Martha Tilaar ingin
masyarakat tahu bahwa produk ini adalah produk teh pelangsing.
2.8.3. Branding Strategy Analyze
Berdasarkan teori yang telah kami pelajari, strategi untuk melakukan branding terbagi
menjadi lima yaitu:
1. Individual Brands vs Family Brands: Sariayu Martha Tilaar menggunakan strategi
individual brands dalam produk Tea Slim. Selain menjual produk Tea Slim, Sariayu
Martha Tilaar juga menjual produk yang berfungsi untuk menurunkan berat badan
seperti Kaplet Susut Perut dan Kaplet Pelangsing Singset

16
2. National and Store Brands: Pada umumnya, Tea Slim merupakan produk yang termasuk
dalam National Brand karena produk tersebut dimiliki oleh perusahaan Sariayu Martha
Tilaar dan produk tersebut dijual di toko-toko seperti supermarket, apotek, dsb. Akan
tetapi, Sariayu Martha Tilaar juga mempunyai factory outlet (FO) tersendiri, dimana FO
tersebut menjual seluruh produk-produk Sariayu Martha Tilaar, sehingga Tea Slim bisa
juga dibilang sebagai Store Brand.
3. Generic Brands: Tea Slim tidak pernah melakukan strategi ini, menjual produk Tea Slim
tanpa menggunakan merek tersebut dan menjual produk tersebut pada harga yang
rendah.
4. Licensing: Sari Ayu tidak pernah melakukan strategi licensing untuk produk Tea Slim,
mereka tidak pernah menjual right ke perusahaan lain untuk menjual Tea Slim.
5. Cobranding: Produk Tea Slim tidak pernah melakukan kolaborasi produk dengan merek
lain contohnya kalau di food and beverages adalah kolaborasi antara Chitato dengan
Indomie. Namun Sariayu Martha Tilaar pernah menggabungkan produk mereka yang
mempunyai objektif untuk menurunkan berat badan yaitu Tea Slim, Kaplet Susut Perut,
dan Kaplet Pelangsing Singset menjadi berada pada satu kemasan, dimana kemasan
tersebut diberi nama “Slimming Series”. Namun, kemasan ini sudah tidak ada lagi sejak
tahun 2015 dikarenakan strategi ini dirasa tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penjualan ketiga produk tersebut.
Dalam hal ingredient branding Tea Slim selalu memaparkan kepada masyarakat kalau
produk Tea Slim ini menggunakan daun jati belanda yang mempunyai manfaat untuk
mengendalikan tingkat kolesterol dalam darah tetap normal serta dapat menurunkan berat
badan.

2.9. PRICING STRATEGIES
2.9.1. Elements of Price Planning
o Set Pricing Objectives: Objectives dari Sariayu Martha tilaar dari harga Tea Slim adalah
mereka ingin harga mereka dapat bersaing dengan perusahaan lawan (Mustika ratu).
a. Profit Objectives: Perusahaan akan melihat berapa target level pertumbuhan profit
Tea Slim. Pembuatan harga sangat dipengaruhi oleh objectives perusahaan
mengenai profit yang ingin mereka dapatkan dari penjualan Tea Slim.

17
b. Sales Objectives: Tujuan dari pricing strategy adalah untuk memaksimumkan
penjulan (sales). Harga Tea Slim dibuat reachable sehingga harga Tea Slim dapat
bersaing dengan harga kompetitornya, sehingga penjualan mereka bisa bertambah
dan market share mereka juga lebih besar.
c. Competitive Effect Objectives: Di sini, Tea Slim berusaha untuk mengecilkan
dampak dari perubahan harga lawan. Tea Slim selalu menjaga harga mereka agar
tidak jauh dari Slimming Tea. Saat harga Slimming Tea sedang turun, maka Tea Slim
akan mengadakan promosi agar harga mereka tetap bisa berkompetisi.
d. Customer Satisfaction Objectives: Tea Slim memakai objectives ini karena
menganggap bahwa profit yang selama ini mereka dapatkan itu berasal dari
kepuasan pelanggan. Tea Slim akan mengadakan research sebelum launching
produk baru mereka.
o Estimate Demand: Selama ini Tea Slim selalu menggunakan data history dan target
growth demand yang diberikan oleh MTG untuk menentukan angka demand. Tea Slim
juga mengalami shift in demand. Demand Tea Slim akan naik pada saat setelah bulan
puasa. Hal ini dapat terjadi karena biasanya para supermarket tidak berani mengambil
produk Tea Slim dalam jumlah besar saat bulan puasa. Biasanya supermarket akan
mengisi rak-rak mereka dengan sirup, kue-kue kering, dan produk lainnya yang
mendukung bulan puasa. Sehingga, setelah bulan puasa para supermarket mengambil
banyak produk Tea Slim sehingga demand Tea Slim meningkat setelah bulan puasa.
o Determine Cost: Pada tahap ini, perusahaan akan memperhitungkan cost-cost yang akan
keluar pada pembuatan produk Tea Slim. Selain itu mereka juga akan menghitung Break-
even point mereka dan akan mereka analisa lebih lanjut. Mereka juga akan menentukan
margin dan markups seperti Gross, retailer, dan wholesaler margin.
o Examine the Pricing Environment: Tea Slim melihat faktor external dalam menentukan
harga.
● Economy: Business cycle, inflation, economic growth, and consumer confidence
membantu pembuatan pricing strategy Tea Slim. Selama Tea Slim berdiri belum ada
perubahan di perekonomian yang signifika, sehingga dampak perekonomian
Indonesia yang sekarang belum mempengaruhi harga Tea Slim. dihindari oleh
perusahaan.

18
● Competition: Kompetisi dengan perusahaan kompetitor sangat mempengaruhi
Pricing Strategy Tea Slim. Tea Slim termasuk kedalam perusahaan Oligopoli karena
pemain besar dalam teh pelangsing yang telah memiliki seritifikasi secara legal
hanyalah Sariayu Martha Tilaar dan Mustika Ratu.
● Government Regulation: DI Indonesia tidak terdapat peraturan pemerintah yang
mempengaruhi pembuatan harga Tea Slim.
● Consumer Trend: Trend yang sedang terjadi saat ini atau terdapat di kalangan pasar
Tea Slim adalah Trend back to nature dimana semuanya kembali lagi ke alam. Tentu
saja Trend ini menguntungkan Tea Slim dan berdampak pada pembuatan harga Tea
Slim yaitu harga tidak perlu ditekan terlalu jauh.
● International Environment: Tea Slim diekspor ke Malaysia dan Singapura. Di sana
terdapat beberapa peraturan khusus yang akhirnya berdampak pada harga Tea Slim
disana. Contoh: BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Malaysia sempat
meragukan bahan baku di Tea Slim karena di Malaysia tidak terdapat bahan baku
seperti itu.
o Choose a Pricing Strategy: Tea Slim menggunakan beberapa Pricing Strategy yaitu Based
on cost, based on the competition, dan based on customer needs.
o Developing Pricing Tactics
● Multiple Products: Terdapat Price Bundling untuk event-event tertentu. Biasanya
Bundling yang ditawarkan adalah produk Tea Slim dengan produk kaplet Susut
Perut dan Kaplet Selangking Singset.
● Discounting for Channel Members
● Quantity Discounts: Diberikan diskon atau pengurangan harga jika Tea Slim beli
dalam jumlah kuantitas yang banyak. Hal ini hanya berlaku untuk distributor, sub-
distributor, dan agen-agen (yang telah ditentukan oleh distributor).
● Cash discounts: Discount ditawarkan oleh perusahaan kepada pelanggan yang
dapat membayar tagihan dengan cepat. Contoh: Jika agen/ sub-distributor dapat
membayar paling lambat 10 hari setelah transaksi, maka mereka akan
mendapatkan diskon dalam pembayaran. Tetapi biasanya yang terjadi adalah para
agen atau sub-distributor memperlambat atau mengambil waktu maksimal untuk
membayar (50 hari kemudian baru membayar).

19
2.9.2. Psychological pricing strategies: Bagi Tea Slim, harga coret (harga yang dicoret, yang
tadinya harganya lebih mahal dicoret menjadi lebih murah) lebih efektif dari pada
tulisan diskon (Contoh : diskon 30%).

2.10. PROMOTION STRATEGIES
2.10.1. Communication Process
Dalam proses berkomunikasi (Tabel dapat dilihat dalam Lampiran No. 7), terdapat 4
langkah penting agar pesan dari suatu perusahaan dapat sampai kepada konsumennya. Langkah
tersebut adalah Source, message, channel, dan receiver.
Di luar keempat langkah tersebut, terdapat Noise yang merupakan hal-hal eksternal
maupun internal yang dapat mengganggu jalur komunikasi tersebut. Terdapat juga Feedback,
yaitu evaluasi dari Receiver bagi Source untuk menentukan apakah jalur komunikasi yang dilalui
sudah efektif dan efisien.
Berikut adalah analisa Communication Process dari Tea Slim :
1. Source. Pengirim pesan dalam hal ini adalah perusahaan Sariayu Martha Tilaar,
tepatnya dari divisi Marketing Tea Slim itu sendiri.
2. Message. Pesan yang dikirim tentu saja adalah kelebihan dan kegunaan dari Tea Slim
sendiri, serta keunggulannya dibandingkan dari kompetitor Tea Slim.
3. Channel. Media yang dipilih oleh Tea Slim untuk menyampaikan pesannya adalah
melalui majalah Nova, dan melalui Social Media. Selain itu, Tea Slim juga memasarkan
produknya melalui Beauty Advisor yang ditempatkan di toko-toko Sariayu.
4. Receiver. Penerima pesan tersebut adalah target konsumen dari Tea Slim, yaitu
terutama wanita dewasa yang ingin langsing namun tidak memiliki banyak waktu
luang, dan juga wanita yang aktif di sosial media.
5. Noise. Salah satu penghalang yang pernah dirasakan oleh Tea Slim adalah saat majalah
Nova menempatkan iklan Tea Slim di kategori yang salah. Hal ini tidak berpengaruh
terlalu besar, namun dapat mengurangi keefektifan penyampaian pesan Tea Slim.
6. Feedback. Feedback pemasaran Tea Slim dilihat dari berapa banyak orang yang
melihat iklan tersebut. Dalam dunia digital, seperti social media, dapat terlihat dari
berapa banyak jumlah clicks dan likes. Dalam printed advertisement, seperti di majalah
Nova, dapat dilihat dari berapa banyak jumlah eksemplar majalah tersebut yang
terjual.

20
2.10.2. The Promotional Mix
Promotion adalah salah satu komponen dari Marketing Mix. Promotion Mix adalah hal-
hal yang berhubungan dengan promosi yang dikontrol oleh suatu perusahaan. Promotion Mix
terdiri dari 5 komponen, yaitu Advertising, Sales promotion, Public Relations, Personal selling,
dan Direct Marketing.
Berikut adalah analisa komponen Promotion Mix bagi Tea Slim:
1. Advertising. Hampir seluruh advertising dari Tea Slim adalah berupa Printed
Advertisement. Salah satu advertising terbesar Tea Slim adalah melalui majalah Nova,
dan juga beberapa Printed Advertisement lainnya. Selain itu, Tea Slim juga melakukan
advertising di Sosial Media melalui Sosial Media Sariayu.
2. Sales Promotion. Promosi yang dilakukan oleh Tea Slim kebanyakan dilakukan saat
hari-hari besar. Promosi tersebut berupa parsel gabungan dari Slimming Series yang
dilakukan oleh Sariayu. Di sana, Tea Slim digabungkan dengan produk-produk
pelangsing lainnya dan dapat dibeli dalam satu paket dengan harga yang lebih murah.
Juga, terdapat diskon bagi pembeli jika memiliki kartu member Sariayu.
3. Public Relation. Public Relation yang digunakan untuk memasarkan produk Tea Slim
lebih banyak melalui sosial media. Salah satunya adalah dengan mengadakan lomba-
lomba membuat resep Tea Slim pada sosial media.
4. Personal Selling. Untuk Personal Selling, yang dilakukan oleh Tea Slim adalah
menempatkan Beauty Advisor di toko-toko Sariayu tertentu, dan dari sana Beauty
Advisor akan menawarkan Tea Slim dan merekomendasinya pada orang-orang yang
tertarik untuk melangsingkan tubuh.
5. Direct Marketing. Hingga saat ini, belum ada Direct Marketing yang dilakukan Sariayu
spesifically hanya untuk Tea Slim.
2.10.3. Develop Promotional Planning
Promotional Planning merupakan proses bagaimana mewujudkan strategi promosi
yang telah dibuat, agar menjadi kenyataan dan dapat bekerja dengan efektif dan efisien. Ada
beberapa langkah yang dapat diikuti agar suatu perusahaan dapat memastikan bahwa
strategi promosi yang telah dibuat berjalan dengan lancar.
Berikut adalah analisa mengenai Tea Slim dalam mengikuti langkah-langkah tersebut.

21
1. Identify The Target Audiences. Seperti yang telah dibahas pada subbab-subbab
sebelumnya, target pasar Tea Slim adalah wanita dewasa berumur 20-45 tahun.
Preferably merupakan wanita influencer yang aktif di sosial media.
2. Establish the Communication Objectives. Tea Slim memiliki tujuan untuk
mengomunikasikan bahwa produknya adalah produk yang lebih baik dari
kompetitornya. Rasanya tidak pahit, terbuat dari bahan alami, dan bersertifikasi halal.
3. Determine and Allocate Budget. Alokasi Budget untuk promosi Tea Slim telah
ditentukan oleh Sariayu, dan jumlahnya tidak terlalu besar jika dibandingkan produk-
produk Sariayu lainnya. Namun, persentasenya cukup besar di dalam Project Tea Slim
ini sendiri, karena Tea Slim memiliki target untuk merejuvinasi nilai pasar Tea Slim.
4. Design the Promotion Mix. Promotion Mix dari Tea Slim telah dibahas pada Sub-bab
sebelumnya.
5. Evaluate the Effectiveness. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Tea Slim melihat
keefektifan dari pemasarannya melalui banyaknya jumlah eksemplar yang dibeli jika
pada printed advertisement, dan jumlah clicks dan likes jika melalui sosial media.
2.10.4. Social Media & Ethical Problems in Marketing through Social Media
Pada era globalisasi, sosial media dapat menjadi tempat yang paling efektif untuk
melakukan promosi. Hal ini telah dilakukan oleh banyak perusahaan untuk memasarkan
produknya, begitu juga dengan Tea Slim.
1. Buzz Marketing. Buzz Marketing adalah promosi melalui sosial media yang dapat
menarik perhatian konsumen. Promosi yang dilakukan oleh Tea Slim adalah melalui
Key Opinion Leaders (KOL) yang terdiri dari beauty bloggers yang melakukan endorse.
2. Brand Ambassadors. Tea Slim menggunakan Ambassador Sariayu untuk melakukan
promosi Tea Slim beserta produk-produk Sariayu lainnya. Brand Ambassador dari
Sariayu adalah Tika Bravani.
3. Social Networks. Tea Slim juga menggunakan account dari Sariayu pada Facebook dan
Twitter, dan tidak memiliki account khusus untuk Tea Slim.
Selain promosi, juga terdapat kode etik yang harus dipertimbangkan oleh Tea Slim
dalam melakukan pemasaran di sosial media. Salah satunya adalah cara berpakaian seluruh
model dari Sariayu harus menggunakan baju yang tertutup, dan menunjukkan kecantikan fitur-
fitur orang Indonesia (Rambut hitam, mata hitam) untuk menekankan bahwa Sariayu adalah
brand Indonesia.

22
2.11. DELIVER THE GOODS AND DISTRIBUTION STRATEGY
2.11.1. Channel Functions
● Logistic or physical distribution functions: Menambah efisiensi flow barang dari
produser ke konsumen.
● Breaking Bulk: Distributor dan para retailer yang telah ditentukan oleh distributor oleh
Tea Slim membeli Tea Slim dalam jumlah yang besar lalu mereka akan menjual dalam
kuantitas yang lebih kecil dalam rangka memenuhi kebutuhan pembeli.
● Create assortments: Para Retailer menyediakan produk yang bervariasi dalam satu
lokasi agar terjadi efesiensi dalam pemenuhan kebutuhan pembeli.
● Transportation and Storage: Distributor Tea Slim dapat memindahkan produk Tea Slim
dari PT. Martina Berto ke gudang tempat distributor tersebut berada hingga
subdistributor atau agen-agen mengambil produk untuk dijual di toko-toko mereka.
● Channel Function lain dalam Tea Slim adalah Facilitating functions, Risk-taking
functions Communication, dan transactions functions
2.11.2. Types of Distribution Channel
Untuk mendekatkan produk suatu perusahaan kepada konsumennya, suatu perusahaan
harus memilih distribution channel yang akan mereka gunakan. Semakin pendek jalur distribusi,
maka biaya yang dikeluarkan pun makin sedikit. Terdapat beberapa tipe bagi Distribution Channel.
1. Direct Consumer Channel. Channel ini menghubungkan suatu perusahaan secara
langsung kepada konsumennya. Hal ini adalah yang dilakukan oleh Tea Slim. Sariayu
menjual Tea Slim melalui booth atau toko-toko sariayu tertentu.
2. Indirect Consumer Channel. Channel ini menghubungkan sebuah perusahaan dengan
konsumennya melalui perantara. Hal ini juga dilakukan oleh Tea Slim. Tea Slim dijual di
hypermarket, supermarket, dan banyak drug store. Hal ini untuk memudahkan
konsumen menemui produk Tea Slim.
3. B2B Channel. Tea Slim tidak menggunakan channel ini, karena Tea Slim hanya dijual
kepada B2C.
2.11.3. Develop Channel Strategy
o Develop Distribution Objectives
● Tea Slim Objectives: Seluruh Indonesia dapat mengenal dan mengonsumsi Tea
Slim & Ingin bersaing dengan perusahaan kompetitor.

23
● Distribution Objectives Tea Slim: Memperluas dan memperbesar market share
yang artinya distribusi Tea Slim harus ke seluruh pelosok di Indonesia.
o Evaluate Internal and External Environmental Influences of Tea Slim
● Tea Slim menggunakan Long Channel:
− Tea Slim membutuhkan adanya distribusi secara intensif.
− Tea Slim merupakan produk dengan harga terjangkau.
− Sariayu ingin Tea Slim didistribusikan secara luas.
− Tea Slim memerlukan sedikit keahlian teknis dalam pengiriman barang.
− Tea Slim tidak menggunakan saluran distribusi yang sama dengan
kompetitornya.
− Kecepatan diperlukan dalam pengiriman Tea Slim, agar mengecilkan
kemungkinan produk Tea Slim kosong di pasaran.
o Choose a Distribution Strategy
● Number of channel levels: 1
● Tea Slim menggunakan Vertical Marketing System - Corporate VMS. MTG
(Martha Tilaar Group) merupakan Ibu dari Sariayu Martha Tilaar dan Tea Slim
merupakan produk yang berdiri dibawah naungan Sariayu Martha Tilaar,
dimana distributor yang dipakai oleh Tea Slim merupakan anak perusahaan dari
MTG juga (PT. SAI Indonesia).
● Distribution Intensity Tea Slim adalah Selective Distribution dikarenakan Tea
Slim didistribusikan oleh distributor ke beberapa retailer.
o Develop Distribution Tactics from Tea Slim
● Select channel partners: PT. SAI Indonesia
● Manage the Channel: PT. SAI Indoensia merupakan satu-satunya distributor
yang dipakai oleh Tea Slim
● Develop logistic strategies:
− Order processing: Produk diambil dari PT. Martina Berto menggunakan
transportasi PT. SAI Indonesia sesuai dengan kuantitas yang telah
ditentukan oleh Sariayu Martha Tilaar untuk produk Tea Slim.
− Warehousing: Gudang Tea Slim letaknya tidak jauh dari kantor pusat Tea
Slim dan pabrik Tea Slim. (Masih satu kawasan di kawasan Industri
Pulogadung).

24
− Materials handling: Saat produk keluar dari PT. Martina Berto Tbk, fisik
produk harus di cek dahulu dan dilakukan juga perhitungan kuantitas
produk Tea Slim oleh pihak PT. SAI Indonesia lalu produk akan dibawa ke
gudang PT. SAI Indonesia untuk di distribusikan ke sub distributor.
− Transportation: Produk diantar menggunakan transportasi dari PT. SAI
Indonesia dari PT. Martina Berto Tbk ke perusahaan Tea Slim.
− Inventory control: Tea slim selalu mengutamakan inventory control agar
produk Tea Slim selalu tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

25
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa yang telah kami lakukan, kami menganggap bahwa produk
Tea ini merupakan produk yang berguna untuk masyarakat. Dapat kita lihat bahwa Tea
Slim juga mengedepankan kualitas dalam pembuatan produk Tea Slim. Selain itu
menurut kami strategi bisnis dan pemasaran yang telah diterapkan oleh Tea Slim juga
sudah baik, terbukti bahwa Tea Slim hanya kalah oleh Slimming Tea dalam bersaing.
Selain itu strategi distribusi yang telah diterapkan oleh Tea Slim juga sudah terbukti
efektif dalam pembuatan produk mereka.

3.2. SARAN
Sementara untuk saran, menurut kami sebaiknya Tea Slim melakukan inovasi-
inovasi karena produk mereka ini sekarang berada pada tahap maturity. Inovasi
dibutuhkan agar masyarakat tidak jenuh dengan produk Tea Slim, karena apabila
masyarakat jenuh dengan produk Tea Slim dapat mengakibatkan produk Tea Slim ini
jatuh ke tahap declining. Selain itu menurut kami Tea Slim sebaiknya melakukan
advertising yang lebih gencar agar semua orang menjadi lebih tau tentang keberadaan
Tea Slim. Dan saran terakhir yang mungkin bisa kami berikan adalah sebaiknya Tea Slim
melakukan forecasting demand untuk mengetahui gambaran demand masyarakat
terhadap Tea Slim, jangan hanya mengandalkan data historis saja, karena menurut kami
kalau hanya menggunakan data historis tidak bisa selalu diandalkan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus.2015.Profil Martha Tilaar Group.http://www.marthatilaargroup.com/id/perusahaan.html.3
Juni 2017

Solomon, Marshall, Stuart. 2015. Marketing; Real People, Real Choices.London: Pearson





















27
LAMPIRAN

1. BCG MATRIX












2. PRODUCT-MARKET GROWTH MATRIX














iii
3. VALS FRAMEWORK SEGMENTATION
















4. PERCEPTUAL MAPS TEA SLIM













iv
5. PRODUCT LIFE CYCLE










6. CONTOH PRODUK SARIAYU MARTHA TILAAR



















v
7. COMMUNICATION PROCESS














8. STRUKTUR ORGANISASI MARTHA TILAAR GROUP

vi
9. PACKAGING TEA SLIM

















10. HARGA TEA SLIM












vii

11. FOTO BERSAMA NARA SUMBER



12. CONSUMER DECISION MAKING PROCESS

viii

You might also like