You are on page 1of 15

Pengaruh tingkat pendidikan, struktur umur dan kematian bayi terhadap

fertilitas di Kota Pekanbaru

By :
Windi Yohana Oktavia
Tri Sukirno Putro
Lapeti Sari

Faculty of Economic Riau University, Pekanbaru, Indonesia


e-mail : windyyohanaoktavia@yahoo.com

The influence of education level, age structure and infant mortality to fertility in
the Pekanbaru City

ABSTRACT
The research was conducted Pekanbaru City in May and June 2014. The
purpose of research to find out influence of education level, age structure and
infant mortality to fertility. This research using primer data and analysis of data
used is deskriptive method.
Population sampling of this research is reproductive age couple of wife at
district of Tampan, Bukit Raya, Marpoyan Damai, and Tenayan Raya as much
86.145 RAC (Reproductive Age Couple). Sample in this research using Slovin
formula as much 100 reproductive age couple of wife, while using simple random
sampling technique.
Conclution of the research that 48 respondent were in senior high school
level with at most 2 fertility, and 26 respondent were in academy at most 1
fertility, in the meantime respondent with low education or primary school and
middle school at most 3-4 fertility. This is show that aducation level RAC of wife
influence fertility. Age structure RAC of wife showed the age of the first marriege.
Majority of respondent marriege at the age of 20-24 years old as much 58
respondent. Respondent marriege at the age of < 20 and 20-29 years old fertility
there’s a lot, meanwhile respondent marriege at the age of > 30 nothing 3 or 4
fertility. This is show that age structure RAC of wife showed the age of the first
marriege influence fertility. Of 100 this respondent only 10 respondent have infant
mortality and respondent having 2 until > 4 fertility. Nothing of respondent
having fertility > 4 with 2 infant mortality. This is show that infant mortality
influence to fertility.
Keywords: Education level, age stucture, infant mortality and fertility

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 1


PENDAHULUAN dikaitkan dengan kesuburan wanita.
Usia antara 15-49 tahun merupakan
Latar Belakang Masalah usia subur bagi seorang wanita karena
Cabang ilmu pengetahuan pada usia tersebut kemungkinan
yang paling banyak menarik perhatian wanita melahirkan anak cukup besar.
para ahli ekonomi adalah ilmu tentang Wanita yang usianya berada pada
kependudukan (demografi). Para ahli periode ini disebut Wanita Usia
ekonomi tertarik pada masalah Subur (WUS) dan apabila memiliki
kependudukan ini karena penduduk status kawin maka disebut sebagai
itulah yang melakukan produksi dan Pasangan Usia Subur (BPS Riau,
konsumsi. Jumlah serta mutu 2013: 74).
(kuantitas serta kualitas) penduduk Pada bulan maret 2013 jumlah
suatu negara merupakan unsur PUS (Pasangan usia subur) yang ada
penentu yang paling penting bagi di Kota Pekanbaru berjumlah 151.871
kemampuan memproduksi serta pasang, dari jumlah ini yang termasuk
standar hidup (living standard) suatu kedalam peserta KB aktif sebanyak
negara (Rosyidi, 2004: 87). 110.741 pasang. Jumlah pasangan
Kota Pekanbaru merupakan usia subur dan peserta KB aktif dapat
ibu Kota dan Kota terbesar di dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Provinsi Riau. Kota ini merupakan
Kota perdagangan dan jasa, dan
termasuk sebagai Kota dengan
jumlah penduduk yang terus
meningkat setiap tahunnya. Menurut
Syahza (2009: 69) jumlah penduduk
yang besar dan laju pertumbuhan
penduduk yang cepat merupakan
masalah. Masalah itu antara lain
tekanan-tekanan pada usaha
peningkatan ekonomi, tekanan-
tekanan pada usaha pembangunan,
pendidikan dan tenaga kerja karena
komposisi penduduk yang muda dan
pertambahan yang cepat dari
golongan penduduk usia sekolah dan
tenaga kerja, serta masalah-masalah
pada usaha keamanan dan
pembangunan daerah karena tidak
terpenuhinya kesempatan kerja dan
kepadatan penduduk yang tinggi dan
tidak merata.
Fertilitas adalah kemampuan
menghasilkan keturunan yang

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 2


Tabel 1: Jumlah PUS Akseptor KB di Kota Pekanbaru Bulan Desember, 2013

Jumlah PUS Akseptor KB yang Tidak Ikut


Kecamatan KB
(Jiwa) aktif
Tampan 25.797 18.314 7.483
Payung Sekaki 13.579 10.204 3.375
Bukit Raya 21.047 17.096 3.951
Marpoyan Damai 20.294 15.097 5.197
Tenayan Raya 19.007 13.629 5.378
Lima Puluh 7.343 5.401 1.942
Sail 4.513 3.181 1.332
Pekanbaru Kota 3.821 2.660 1.161
Sukajadi 6.498 4.519 1.979
Senapelan 5.832 3.978 1.854
Rumbai 11.814 8.132 3.682
Rumbai Pesisir 12.326 8.530 3.796
Jumlah 151.871 110.741 41.130
Sumber: BPPMKB Pekanbaru, Pengendalian Lapangan dan Pelayanan Kontrasepsi (2013)

Dari tabel 1 di atas dapat c. Faktor demografi yang meliputi


dijelaskan bahwa masih banyak struktur umur, status perkawinan
pasangan usia subur yang tidak ikut dan kematian sebelum setahun.
program KB. Pasangan usia subur d. Pemakaian alat kontrasepsi yang
terbanyak yang tidak ikut serta dalam di Indonesia dikenal dengan
program KB berada di Kecamatan program Keluarga Berencana.
Tampan. Dari 25.797 PUS, 18.314
pasangan merupakan pengguna Berdasarkan uraian latar
akseptor aktif KB. Hal ini berarti belakang dan data yang penulis
sebanyak 7.483 pasangan tidak ikut dapatkan, maka penulis merumuskan
program KB. masalah sebagai berikut:
Faktor yang mempengaruhi “Apakah tingkat pendidikan,
fertilitas seperti temuan para ahli struktur umur dan kematian bayi
(Wibowo, 2008: 5) adalah: berpengaruh terhadap fertilitas di
a. Faktor sosial ekonomi rumah Kota Pekanbaru?”.
tangga yang meliputi pendapatan,
pekerjaan, pendidikan ibu, Tujuan dan Manfaat Penelitian
makanan dan kesejahteraan.
b. Faktor biologis yang meliputi Tujuan Penelitian
umur perkawinan pertama, Tujuan dari penelitian ini adalah
lamanya kawin dan waktu sebagai berikut:
senggang. a. Untuk mengetahui pengaruh
tingkat pendidikan terhadap
fertilitas di Kota Pekanbaru.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 3


b. Untuk mengetahui pengaruh Menurut Mulyadi (2003: 18)
struktur umur terhadap terhadap Fertilitas merupakan hasil reproduksi
fertilitas di Kota Pekanbaru. yang nyata dari seorang wanita atau
c. Untuk mengetahui pengaruh sekelompok wanita. Dengan kata lain
kematian bayi terhadap fertilitas fertilitas ini menyangkut banyaknya
di Kota Pekanbaru. bayi yang lahir hidup. Fertilitas
dalam pengertian demografi adalah
Manfaat penelitian kemampuan riil seorang wanita
Adapun manfaat dari penelitian ini untuk melahirkan, yang dicerminkan
adalah sebagai berikut: dalam jumlah bayi yang dilahirkan.
a. Hasil penelitian ini diharapkan Tingkat kelahiran (fertilitas)
dapat memberikan informasi dan ditentukan oleh jumlah penduduk
sumbangan pemikiran bagi wanita yang berada pada usia
pihak yang berkepentingan reproduksi. Semakin banyak jumlah
dengan masalah kependudukan, penduduk wanita usia reproduksi,
terutama lembaga atau instansi maka diasumsikan jumlah kelahiran
yang terkait dibidang ini. semakin banyak pula (Sulistiawati
b. Sebagai bahan referensi dan dan Helmi, 2012: 9).
informasi bagi peneliti lain yang Pengukuran fertilitas lebih
ingin melakukan penelitian lebih kompleks dibandingkan dengan
lanjut. pengukuran mortalitas, karena
seorang perempuan hanya meninggal
satu kali, tetapi ia dapat melahirkan
TINJAUAN PUSTAKA lebih dari seorang bayi. Disamping
itu seorang yang meninggal pada hari
Konsep dan Definisi Kelahiran dan waktu tertentu, berarti mulai saat
Istilah fertilitas adalah sama itu orang tersebut tidak mempunyai
dengan kelahiran hidup (live birth), resiko kematian lagi. Sebaliknya
yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan yang telah
seorang perempuan dengan ada melahirkan seorang anak tidak
tanda-tanda kehidupan, misalnya berarti mengalami resiko melahirkan
berteriak, bernafas, jantung dari perempuan tersebut menurun.
berdenyut dan sebagainya. Kompleksnya pengukuran fertilitas
Disamping istilah fertilitas ada juga karena melibatkan dua orang (suami
istilah fekunditas (fecundity) sebagai dan istri), sedangkan kematian hanya
petunjuk kepada kemampuan melibatkan satu orang saja yang
fisiologis dan biologis seorang meninggal.
perempuan untuk menghasilkan anak Perbedaan antara kematian
lahir hidup. Seorang perempuan yang dan kelahiran ini, ada dua macam
secara biologis subur (fecun) tidak pelaksanaan pengukuran fertilitas,
selalu melahirkan anak-anak yang yaitu fertilitas tahunan dan
banyak, misalnya dia mengatur pengukuran fertilitas kumulatif.
fertilitas dengan abstinensi atau Pengukuran fertilitas tahunan (vital
menggunakan alat-alat kontrasepsi rates) ialah mengukur jumlah
(Mantra, 2009: 145). kelahiran pada tahun tertentu
dihubungkan dengan jumlah

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 4


penduduk yang mempunyai resiko sekelompok perempuan dengan
untuk melahirkan pada tahun tingkat pendidikan yang tinggi akan
tersebut. Sedangkan pengukuran kawin pada umur yang lebih tua dan
fertilitas kumulatif ialah mengukur umumnya ingin mempunyai jumlah
jumlah rata-rata anak yang dilahirkan anak yang lebih sedikit dengan
oleh seorang perempuan hingga memakai alat/metode kontrasepsi
mengakhiri batas usia subur (Mantra, (KB). Dalam hal ini, penjelasan
2009:146). mengenai mengapa tingkat fertilitas
perempuan yang pendidikannya lebih
Faktor-Faktor yang tinggi mempunyai anak lebih sedikit
Mempengaruhi Fertilitas dapat diterangkan melalui variabel
antara „usia kawin pertama‟ (umur
Pendekatan Sosial saat memulai hubungan kelamin) dan
Salah satu pendekatan ilmu „variabel konsepsi‟, yakni pemakaian
sosial tentang faktor-faktor yang alat/cara KB. Tinggi rendahnya usia
mempengaruhi fertilitas adalah kawin dipengaruhi juga oleh faktor
pendekatan yang dikembangkan oleh budaya, gender, dan lain-lain.
Davis dan Blake (1956) dengan Kemudian Freedman (1973)
istilah pendekatan variabel antara menyatakan bahwa variabel antara
(intermediate variables). Variabel (intermediate variables) sangat erat
antara adalah variabel yang secara hubungannya dengan norma sosial
langsung mempengaruhi fertilitas yang berkembang dalam masyarakat.
dan dipengaruhi oleh variabel- Jadi semua prilaku perempuan yang
variabel tidak langsung, seperti berkaitan dengan variabel antara
faktor-faktor sosial, ekonomi dan sangat dipengaruhi oleh adat istiadat
budaya. Ada 3 tahap penting dalam serta anggapan masyarakat di
proses kelahiran, yaitu tahap sekelilingnya tentang proses
hubungan kelamin (intercourse), kelahiran mulai saat menikah, hamil
tahap konsepsi (conception) atau dan melahirkan. Norma sosial
pembuahan, dan tahap kehamilan tersebut sangat berhubungan dengan
(gestation). tingkat kemajuan perempuan atau
Ketiga tahapan ini sangat pasangan tersebut, ataupun
dipengaruhi oleh kondisi sosial, masyarakat sekelilingnya. Pada
ekonomi, dan budaya dimana akhirnya prilaku seseorang akan
perempuan dan masyarakat tinggal. dipengaruhi oleh norma yang ada.
Faktor-faktor tersebut hanya dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya Pendekatan Ekonomi
fertilitas melalui ketiga tahapan Menurut Leibenstein (1957),
tersebut. Ketiga tahapan inilah yang mempunyai anak dapat dilihat dari
disebut dengan variabel antara. dua segi ekonomi, yaitu segi
Konsep variabel antara kegunaannya (utility) dan biaya
dipakai sebagai alat kerangka pikir (cost) yang harus dikeluarkan untuk
untuk menganalisis tinggi rendahnya membesarkan dan merawat anak.
fertilitas antara suatu kelompok Kegunaannya (utility) anak adalah
perempuan dengan kelompok dalam memberikan kepuasan kepada
perempuan lain. Sebagai contoh, dari orang tua, dapat memberi transfer

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 5


ekonomi (misalnya memberikan fertilitas dengan menggunakan
kiriman uang kepada orang tua pada pendekatan ekonomi yang
saat dibutuhkan), atau dapat menekankan analisisnya pada
membantu dalam kegiatan produksi pengaruh tingkat pendapatan orang
misalnya membantu mengolah tanah tua dan biaya membesarkan anak
pertanian. Anak juga dapat menjadi terhadap tingkat kelahiran. Anak
sumber yang dapat membantu dianggap sebagai barang „konsumsi
kehidupan orang tua di masa depan tahan lama‟ (durable goods) yang
(investasi). Sementara itu, akan memberikan „kepuasan‟
pengeluaran untuk membesarkan (utility). Dalam analisisnya, Becker
anak merupakan biaya (cost) dari menyimpulkan tingkat pendapatan
kepemilikan anak tersebut. Menurut yang tinggi tidak hanya
Leibenstein ini biaya membesarkan mempengaruhi jumlah anak yang
anak lebih besar dari pada diminta (kuantitas) melainkan juga
kegunaannya. Secara ekonomi, hal berapa biaya yang bersedia
ini mengakibatkan permintaan dikeluarkan oleh orang tua untuk
terhadap anak menurun dan seorang anak. Dengan kata lain,
gilirannya akan menurunkan tingkat tingkat pendapatan akan
fertilitas. mempengaruhi kualitas anak yang
Easterlin dan Crimmins (1885) diminta. Pendapatan yang semakin
melihat dari sudut pandang ekonomi meningkat akan membuat waktu dan
bahwa keputusan mengenai jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk
anak yang diinginkan dipengaruhi merawat dan membesarkan anak
oleh “harga” anak menurut si orang akan semakin mahal, sehingga pada
tua. Dalam hal ini, harga anak dan gilirannya akan mengurangi
pendapatan dihitung dalam nilai permintaan terhadap jumlah anak.
sekarang (present value). Dengan
asumsi suatu tingkat Tingkat Pendidikan
pendapatan/kekayaan tertentu, makin Pendidikan adalah suatu
tinggi harga anak makin sedikit proses yang bertujuan untuk
jumlah anak yang diinginkan. Begitu menambah keterampilan,
pula sebaliknya, makin rendah harga pengetahuan dan meningkatkan
anak makin banyak jumlah anak kemandirian maupun kepribadian
yang diinginkan. Menurut Easterlin seorang individu (Sumarsono, 2009:
(Yuniarti dkk., 2011: 4) tingkat 6).
fertilitas sebagiannya ditentukan oleh Menurut Adioetomo dan
karakteristik latar belakang seperti Samosir (2010: 94) kesempatan
persepsi nilai anak, agama, kondisi perempuan untuk memperoleh
pemukiman, pendidikan, status kerja, pendidikan yang lebih tinggi semakin
umur kawin pertama, pendapatan, terbuka saat ini, sehingga
kematian bayi/anak. Setiap keluarga menyebabkan banyak perempuan
mempunyai norma-norma dan sikap yang menunda perkawinan untuk
fertilitas yang didasarkan atas menyelesaikan pendidikan yang
karakteristik di atas. diinginkan. Selain itu perempuan
Sementara itu, Gery Becker yang berpendidikan tinggi cenderung
(1981) memperkenalkan analisis memilih terjun ke pasar kerja terlebih

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 6


dahulu sebelum memasuki ekonominya lebih rendah.
perkawinan. Kalaupun mereka Sebaliknya wanita-wanita muda
menikah pada usia muda, jumlah anaknya lebih sedikit, karena
pengetahuan mereka tentang alat umur kawin pertamanya lebih tinggi,
pencegahan kehamilan cukup tinggi maka tingkat pendidikannya juga
sehingga sebagian dari mereka lebih tinggi dan keadaan sosial
menunda kelahiran anak. ekonominya juga lebih baik
Tingkat pendidikan erat (Iswarati, 2009: 25).
kaitannya dengan perubahan sikap, Rata-rata umur penduduk saat
prilaku, pandangan, dan status sosial menikah pertama kali serta lamanya
ekonomi suatu masyarakat. Dengan seseorang dalam status perkawinan
perkembangan waktu pendidikan, akan mempengaruhi tinggi
terutama pendidikan wanita semakin rendahnya fertilitas. Usia kawin dini
baik dibanding dengan waktu menjadi perhatian penentuan
sebelum kemerdekaan. Wanita yang kebijakan serta perencana program
memperoleh kesempatan pendidikan karena beresiko tinggi terhadap
tidak hanya di daerah perkotaan saja, kegagalan perkawinan, kehamilah
namun juga dialami wanita di daerah usia muda yang beresiko kematian
pedesaan. Tinggi rendahnya tingkat serta resiko tidak siap mental untuk
pendidikan akan mempengaruhi membina perkawinan dan menjadi
umur perkawinan pertama, yang orang tua yang bertanggung jawab
pada akhirnya akan mempengaruhi (Statistik Indonesia, 2014).
fertilitas. Wanita yang tingkat Umur pada saat perkawinan
pendidikannya lebih tinggi umumnya pertama dapat mempengaruhi
umur perkawinan pertama juga tinggi kesehatan reproduksi wanita.
dan pada akhirnya akan Seorang wanita cenderung akan
mempengaruhi jumlah anak yang mempunyai resiko yang semakin
dilahirkan yang akan lebih sedikit. lebih besar ketika melahirkan,
Tingkat pendidikan dalam bahkan tidak jarang menimbulkan
mempengaruhi fertilitas adalah kematian pada ibu atau bayi yang
secara tidak langsung, akan tetapi dilahirkan bila umur perkawinan
melalui variabel lain yang berkaitan pertama semakin muda (BPS
secara langsung dengan fertilitas, Indonesia, 2011).
yakni umur „kumpul‟ pertama Selain itu, menurut
(Iswarati, 2009: 25). Adioetomo dan Samosir (2010: 94)
usia perkawinan juga dipengaruhi
Struktur Umur oleh adat istiadat dan anggapan
Umur wanita sangat besar masyarakat tentang umur berapa
pengaruhnya terhadap fertilitas, hal sebaiknya perempuan menikah, maka
ini berkaitan dengan umur umur kawin pertama dapat menjadi
perkawinan pertama dan umur indikator dimulainya seorang
„kumpul‟ pertama. Wanita yang perempuan berpeluang untuk hamil
berumur lebih tua biasanya umur dan melahirkan. Dalam kondisi
kawinnya lebih muda, dengan seperti ini, perempuan yang kawin
demikian tingkat pendidikannya juga pada usia muda mempunyai rentang
lebih rendah dan keadaan sosial waktu untuk kehamilan dan

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 7


melahirkan, lebih panjang derajat kesehatan dan pembangunan
dibandingkan dengan mereka yang manusia (Ashani dan Rofi‟ 2012:
kawin pada umur yang lebih tua dan 327).
mempunyai lebih banyak anak Menurut Notoatmodjo
dibandingkan dengan mereka (2009: 3) tingkat kesehatan suatu
menikah pada umur lebih tua. bangsa dapat dilihat dari angka
Umur pada saat perkawinan kematian (mortalitas). Angka
pertama dapat mempengaruhi kematian bayi merupakan salah satu
kesehatan reproduksi wanita. indikator yang sering digunakan
Seorang wanita cenderung akan untuk mengukur derajat kesehatan
mempunyai resiko yang semakin suatu bangsa, dan juga sebagai
lebih besar ketika melahirkan, indikator kualitas sumber daya
bahkan tidak jarang menimbulkan manusia dari aspek kesehatan.
kematian pada ibu atau bayi yang Indikator lainnya adalah: angka
dilahirkan bila umur perkawinan kematian balita, angka kematian ibu
pertama semakin muda (BPS karena melahirkan, angka kematian
Indonesia, 2011). kasar dan angka harapan hidup.
Dalam UU perkawinan tahun Kematian bayi adalah
1974 usia minimum seorang seseorang yang meninggal pada saat
perempuan untuk menikah adalah umur kurang dari 1 tahun. Bayi yang
umur 16 tahun, namun menurut usianya kurang dari satu tahun
BKKBN akan lebih siap jika umumnya memiliki resiko kematian
seorang wanita menikah diatas usia yang lebih besar dibandingkan pada
20 tahun. Menurut Kuswana, Humas kelompok balita (Wandira dan
Badan Koordinasi Keluarga Rahmah, 2012: 40).
Berencana (BKKBN) Jakarta, Menurut Lembaga Demografi
Indonesia, berdasarkan kesehatan FE UI (1981: 36)
reproduksi seorang wanita menjadi kematian/mortalitas bayi (infant
ibu lebih baik pada usia 20 tahun. mortality) yang dihubungkan dengan
Sementara itu menurut Badan Pusat reproduksi, jika kematian bayi
Statistik Indonesia, usia ideal bagi perempuan berkurang berarti mereka
seorang wanita untuk kawin pertama yang akan memasuki usia reproduksi
adalah antara 21 hingga 25 tahun, semakin bertambah, akibatnya ada
karena pada saat ini alat reproduksi kecenderungan angka kelahiran
wanita sudah tumbuh sempurna, (fertilitas) bertambah.
pengetahuan dan kesadaran
kesehatan sudah tinggi. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Kematian Bayi
Mortalitas bayi merupakan Identitas Responden
salah satu komponen demografi Ulasan tentang identitas
selain fertilitas dan migrasi yang responden ini memberikan gambaran
mempengaruhi jumlah, struktur dan tentang bagaimana keadaan fertilitas
komposisi penduduk. Angka yang ada di Kota Pekanbaru.
kematian juga digunakan sebagai Identitas responden ini terdiri dari
indikator yang berhubungan dengan umur dan pekerjaan responden.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 8


Tingkat umur responden dapat dilihat Tabel 12 : Jenis Pekerjaan
pada tabel 11 berikut ini. Responden di
Kota Pekanbaru
Tabel 11 : Responden Berdasarkan Tahun 2014
Umur di Kota
Jumlah Persentase
Pekanbaru Tahun 2014 Pekerjaan
(Orang) (%)
Wiraswasta 9 9
Umur Jumlah Persentase Guru/Dosen 5 5
(Tahun) (Orang) (%) PNS 3 3
20-24 8 8 Swasta 7 7
25-29 15 15 Pedagang 9 9
30-34 27 27 Ibu Rumah
67 67
>35 50 50 Tangga
Jumlah 100 100 Jumlah 100 100
Sumber: Olahan Data Primer, 2014 Sumber: Olahan Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 11 diatas Pada tabel 12 diatas dapat


dapat dijelaskan bahwa 8 orang dijelaskan bahwa pada umumnya
responden berumur 20-24 tahun, 15 responden bukan termasuk kedalam
orang responden berumur 25-29 angkatan kerja. Sebanyak 67 orang
tahun, 27 responden berumur 30-34 atau 67 persen responden (istri
tahun, dan 50 responden berumur 35 pasangan usia subur) sebagai ibu
tahun keatas. Hal berarti bahwa rumah tangga. Sementara itu istri
sebagian besar responden yang telah pasangan usia subur yang bekerja
diteliti tergolong dalam Penduduk sebanyak 33 orang yang bekerja
tua yaitu yang berumur 30 tahun sebagai Wiraswasta, Guru/Dosen,
keatas. PNS, Swasta dan Pedagang.
Selanjutnya dilihat dari status
pekerjaan responden, dari 100 Pengaruh Tingkat Pendidikan
responden 33 orang dalam status Terhadap Fertilitas
bekerja, sementara itu 67 orang
sebagai ibu rumah tangga. Pada tabel Tingkat pendidikan
12 berikut ini dapat dilihat pekerjaan berpengaruh terhadap jumlah anak
responden pada tahun 2014. yang dilahirkan oleh responden. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 4.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 9


Tabel 4: Jumlah Anak yang dilahirkan Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Kota Pekanbaru Tahun 2014

Tingkat Pendidikan
Jumlah Anak yang
Tidak/
dilahirkan SMP SMA Akademi/
Tamat
(Orang) Sederajat Sederajat Universitas
SD
1 1 2 13 10
2 1 6 18 8
3 2 6 9 7
>4 3 5 8 1
Jumlah 7 19 48 26
Sumber: Olahan Data Primer 2014 pada usia muda, pengetahuan
mereka tentang alat pencegahan
Dari tabel 4 di atas dapat kehamilan akan menunda mereka
dijelaskan bahwa pada tingkat untuk mempunyai anak.
pendidikan responden yaitu tidak
tamat/tamat SD berjumlah 7 orang
responden, dari 7 responden ini Pengaruh Struktur Umur dengan
paling banyak responden mempunyai Fertilitas
anak 4 orang, selanjutnya pada Struktur umur berpengaruh
tingkat pendidikan SMP dari 19 terhadap jumlah anak yang dimiliki
orang responden, 12 diantaranya oleh responden. Struktur umur ini
mempunyai anak 2-3 orang. Pada dilihat dari umur istri pasangan usia
tingkat SMA dari 48 responden, 18 subur saat melangsungkan
responden mempunyai anak 2 orang, perkawinan pertama. Menunda usia
selanjutnya pada tingkat perkawinan dapat mengurangi
Akademi/Universitas dari 26 fertilitas karena akan mempersempit
responden 10 diantaranya masa reproduksi wanita. Batas usia
mempunyai anak 1 orang. menikah di Indonesia sudah
ditentukan oleh undang-undang
Jadi semakin tinggi tingkat perkawinan yaitu bagi seorang
pendidikan istri pasangan usia subur wanita minimum umur 16 tahun.
maka akan semakin mengerti Tetapi sebaiknya umur perkawinan
tentang kesejahteraan keluarga pertama seorang wanita tidak terlalu
dalam menciptakan keluarga kecil muda dan tidak terlalu tua agar kecil
yang bahagia dan berkualitas. kemungkinan resiko yang dihadapi
Pendidikan yang tinggi dapat saat proses kehamilan maupun
menunda perkawinan seseorang, melahirkan.
karena apabila pendidikan seorang Untuk mengetahui pengaruh
itu tinggi kebanyakan wanita tidak struktur umur wanita saat
langsung menikah melainkan akan melangsungkan perkawinan pertama
bekerja terlebih dahulu. Kalaupun terhadap fertilitas dapat dilihat pada
ada diantara mereka yang menikah tabel 5 berikut ini:

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 10


Tabel 5: Jumlah Anak yang dilahirkan Responden Berdasarkan Struktur Umur
Kawin Pertama di Kota Pekanbaru Tahun 2014

Jumlah Usia Kawin Pertama (Tahun)


Anak yang
dilahirkan < 20 20-24 25-29 30-34 > 35
(Orang)
1 - 13 11 2 -
2 7 15 7 3 1
3 3 17 5 - -
>4 2 13 1 - -
Jumlah 12 58 24 5 1
Sumber: Olahan Data Primer, 2014

Berdasarkan tabel 5 di atas responden masih banyak, beberapa


dapat dijelaskan dari 12 orang responden telah melahirkan anak 3
responden yang menikah pada usia < atau > 4 orang. Sementara itu
20 tahun, 7 orang responden responden yang menikah pada usia >
mempunyai anak 2 orang. Sementara 30 semakin sedikit jumlah anak yang
itu responden yang berumur 20-24 dilahirkan oleh responden, tidak ada
tahun sebanyak 58 orang responden, responden yang melahirkan anak 3
dari 58 responden paling banyak atau > 4 orang.
responden berjumlah 17 orang Jadi semakin tua umur istri
diantaranya mempunyai anak 3 orang. PUS saat melangsungkan perkawinan
Responden yang menikah pada usia pertama maka akan semakin sedikit
25-29 paling banyak mempunyai anak jumlah anak yang dilahirkannya. Usia
1 orang, dari 24 orang responden 11 perkawinan menentukan masa
diantaranya mempunyai anak 1 orang. reproduksi bagi seorang wanita,
Istri PUS yang menikah pada usia 30- semakin cepat wanita menikah maka
34 tahun dan > 35 tahun jumlah anak besar peluang mempunyai anak.
yang dilahirkan 1-2 orang saja, tidak Walaupun apabila menikah pada usia
lebih. Pada usia 20-24 tahun jumlah muda dapat mengganggu kesehatan
anak yang dilahirkan responden reproduksi dan beresiko saat hamil
masih banyak. Hal ini karena dan melahirkan tetapi jika dalam
berdasarkan kesehatan reproduksi, proses kehamilan/melahirkan gagal,
usia ini merupakan usia ideal bagi masih panjang waktu dan peluang
seorang wanita menikah. Sehingga untuk hamil kembali, sebaliknya jika
kecil kemungkinan wanita akan wanita menikah pada usia tua selain
beresiko saat hamil maupun semakin tinggi resiko yang dihadapi
melahirkan. Secara keseluruhan dapat pada masa kehamilan/melahirkan,
dilihat gambaran dalam tabel 18 masa reproduksi seorang wanita pun
bahwa istri pasangan usia subur yang akan menurun sehingga menyebabkan
menikah pada usia < 20 tahun dan fertilitas akan menurun juga.
20-29 anak yang dilahirkan oleh

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 11


Pengaruh Kematian Bayi Terhadap anak yang dilahirkan sebanyak > 4
Fertilitas orang.
Kematian bayi berpengaruh Secara keseluruhan dari tabel
terhadap jumlah anak yang diahirkan. 6 dapat dilihat bahwa semakin banyak
Apabila seorang wanita mempunyai bayi yang meninggal semakin banyak
bayi/anak yang meninggal maka ia pula anak yang dilahirkan hidup.
akan berusaha untuk menggantikan Dapat dilihat bahwa responden yang
anaknya yang meninggal. Artinya melahirkan anak 4 orang atau lebih
besar kemungkinan wanita akan ada yang mempunyai bayi yang
hamil dan melahirkan kembali agar meninggal sampai 2 orang, responden
dapat menggantikan bayi/anaknya yang telah melahirkan anak 2-3 orang
yang meninggal tersebut. Berikut ini anak mempunyai bayi yang
adalah tabel jumlah anak yang telah meninggal 1 orang saja. Sementara itu
dilahirkan oleh istri PUS dan jumlah responden yang telah melahirkan 1
anak yang meninggal dapat dilihat orang anak tidak mempunyai bayi
pada tabel 6. yang meninggal. Kematian bayi pada
istri pasangan usia subur ini
Tabel 6: Responden Berdasarkan diantaranya dikarenakan kegagalan
Jumlah Anak yang melahirkan, bayi lahir prematur dan
dilahirkan dengan Jumlah sakit. Kematian bayi yang disebabkan
Bayi yang Meninggal kelahiran bayi prematur dan
kegagalan melahirkan ini disebabkan
Jumlah Bayi yang karena diantaranya ada beberapa
Jumlah Meninggal responden yang tidak rutin pada masa
Anak yang
1 2 kehamilan setiap bulannya periksa ke
dilahirkan
Orang Orang dokter atau bidan, ada juga yang
(Orang)
periksa kehamilan hanya ke bidan
1 - -
saja tidak ke dokter.
2 3 -
3 3 - KESIMPULAN
>4 3 1 Berdasarkan hasil pembahasan
Jumlah 9 1 pengaruh tingkat pendidikan, struktur
Sumber: Olahan Data Primer 2014 umur dan kematian bayi istri
Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap
Berdasarkan tabel 6 di atas
fertilitas di Kota Pekanbaru diperoleh
dapat dijelaskan dari 10 orang
kesimpulan sebagai berikut:
responden yang mempunyai bayi
1. Dari 100 responden yang diteliti,
yang meninggal, 9 orang diantaranya
sebagian besar responden
mempunyai 1 orang bayi yang
mempunyai pendidikan menengah
meninggal. Dari 9 orang responden
yaitu SMA sederajat sebanyak 48
ini, ada yang telah melahirkan anak 2
persen atau 48 orang responden
orang, 3 orang dan > 4 orang.
dengan anak yang sudah dilahirkan
Kemudian ada 1 orang responden
paling banyak 2 orang, sementara
yang mempunyai anak yang
itu yang memiliki pendidikan
meninggal sebanyak 2 orang dengan

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 12


tinggi (Akademi/Universitas) 26 sampai 4 orang lebih, tidak ada
responden dengan anak yang sudah responden yang telah melahirkan
dilahirkan paling banyak 1 orang. anak 1 orang mempunyai bayi
Sedangkan responden yang yang meninggal. Salah satu
pendidikannya masih rendah responden yang melahirkan anak >
(Tidak/Tamat SD dan SMP 4 orang mempunyai bayi yang
sederajat) jumlah anak paling meninggal sebanyak 2 orang. Hal
banyak dilahirkan 3-4 orang. Hal ini membuktikan bahwa kematian
ini membuktikan bahwa tingkat bayi berpengaruh terhadap
pendidikan berpengaruh terhadap fertilitas, semakin banyak anak
fertilitas, semakin tinggi tingkat yang meninggal maka semakin
pendidikan maka semakin banyak banyak jumlah anak yang
jumlah anak yang dilahirkan. dilahirkan.
2. Struktur umur dilihat dari usia
pertama kali wanita menikah. SARAN
Rata-rata responden menikah Berdasarkan pembahasan yang
sudah sesuai berdasarkan telah dilakukan dan dikaitkan dengan
kesehatan reproduksi dan kesimpulan yang didapat maka
merupakan usia yang ideal untuk penulis memberikan saran-saran
menikah, sebagian besar responden sebagai berikut:
menikah pada usia 20-24, yaitu 1. Diharapkan bagi perempuan agar
sebanyak 58 responden. terus meningkatkan pendidikan
Responden yang menikah pada formalnya dan memperluas
usia < 20 tahun dan 20-29 tahun pengetahuanya tentang
jumlah anak yang dilahirkan oleh penggunaan alat kontrasepsi yang
responden masih banyak, dapat menekan jumlah anak yang
sedangkan responden yang dilahirkan dan dapat juga
berumur > 30 tahun saat menikah merencanakan jumlah anak yang
tidak ada yang mempunyai anak 3 ingin dimiliki, dengan demikian
atau >4 orang. Hal ini akan mengurangi jumlah kelahiran
membuktikan bahwa struktur umur anak dan mengurangi beban
saat melangsungkan perkawinan tanggungan pengeluaran dalam
pertama berpengaruh terhadap keluarga. Bagi pemerintah
fertilitas, semakin tua umur istri setempat diharapkan agar terus
pasangan usia subur saat memberikan motivasi dan
melangsungkan perkawinan pengawasan kepada masyarakat,
pertama maka jumlah anak yang khususnya bagi pasangan usia
dilahirkan semakin sedikit. subur seperti mengurangi jumlah
3. Dari 100 orang responden yang penduduk dan menekankan
telah diteliti di Kota Pekanbaru penggunaan KB.
hanya 10 orang yang mempunyai 2.Sebaiknya seorang wanita menikah
bayi yang meninggal, responden pada usia yang ideal yaitu saat
yang mempunyai bayi meninggal berumur 21-25 tahun, tidak terlalu
telah melahirkan anak sebanyak 2 muda dan tidak terlalu tua agar

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 13


tidak beresiko selama proses Data Statistik Indonesia,
kehamilan atau pada saat www.datastatistik-
persalinan. indonesia.com, Jumat, 27 Juni
3. Bagi para istri pasangan usia subur 2014 (diakses tanggal 27 Juni
sebaiknya rutin melakukan 2014).
pemeriksaan selama proses
kehamilan agar mengurangi resiko Iswarati, 2009. Proximate
terjadinya kegagalan melahirkan Determinant Fertilitas Di
atau kelahiran bayi prematur. Indonesia, BKKBN,
Jakarta.www.bkkbn.go.id/litban
g/pusna/Hasil%20Penelitian/An
alisis%20Lanjut/Tahun%20200
DAFTAR PUSTAKA
9/Proximate%20Determinant%
20FERTILITAS%DI%20INDO
Adioetomo, S.M. dan Samosir O.B.,
NESIA.pdf (diakses 20 Januari
2010. Dasar-Dasar Demografi.
2014).
Edisi ke-Salemba Empat,
Jakarta. Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi UI., 1981. Dasar-
Ashani, T.A. dan Rofi‟, Abdul, 2012.
Dasar Demografi, Fakultas
Kematian Bayi Menurut
Ekonomi UI, Jakarta.
Karakteristik Demografi dan
Sosial Ekonomi Rumah Tangga m.detik.com/wolipop/read/2014/04/2
di Provinsi Jawa Barat 5/193911/2566088/852/ini-usia-
(Analisis Data Kor SDKI 2007). yang-tepat-untuk-menikah,
Jurnal Kajian Ekonomi, Vol 1 Jumat, 25/04/2014, 19:39 WIB
(3), hal. 327-335. (diakses selasa, 17 Juni 2014) .
Badan Pemberdayaan Perempuan Mantra, I.B., 2009. Demografi
Masyarakat dan Keluarga Umum. Edisi Kedua. Pustaka
Berencana Kota Pekanbaru, Pelajar, Yogyakarta.
2013. Laporan Umpan Balik:
Hasil Pelaksanaan Mulyadi, 2003. Ekonomi Sumber
Pengendalian Lapangan dan Daya Manusia: Dalam
Pelayanan Kontrasepsi, Perspektif Pembangunan, Edisi
Pekanbaru. ke-1. Grafindo, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Riau, 2013. Narbuko, Cholid, dan Achmadi, Abu,
Pekanbaru Dalam Angka 2013, 2009. Metodologi Penelitian.
Pekanbaru. Bumi Aksara, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Indonesia 2011. Nasir, Muhammad, 2012. Analisis
Profil Statistik Kesehatan Faktor-Faktor Ekonomi dan
Indonesia 2011, Jakarta. Sosial yang Mempengaruhi
Fertilitas di Provinsi Aceh.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 14


Jurnal Ekonomi Indonesia Juni Umar, Husein, 2003. Metode
2012, Vol 1 (1), hal. 1-14. Penelitian Untuk Skripsi dan
Tesis Bisnis. Edisi kedua.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2009. Grafindo, Jakarta.
Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Rinika Cipta, Jakarta. Wandira, A.K., dan Indawati,
Rachmah, 2012. Faktor
Priadana, M.S. dan Muis, Salaudin, Penyebab Kematian Bayi di
2009. Metodologi Penelitian Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Ekonomi & Bisnis. Edisi ke-1. Biometrika dan Kependudukan,
Graha Ilmu, Yogyakarta. Vol 1 (1), hal. 33-42.
Rosyidi, Suherman, 2004. Pengantar Wibowo, H.A., 2008. Pengaruh
Teori Ekonomi: Pendekatan Tingkat Pendidikan Akseptor
Kepada Teori Ekonomi Mikro KB Terhadap Fertilitas di Kota
dan Makro, Edisi ke-1. Pekanbaru, Skripsi, Universitas
Grafindo, Jakarta. Riau, Pekanbaru.
Sulistiawati, Rini, dan Helmi, 2012. Yuniarti, dkk., 2013. Analisis Faktor
Perempuan dan Fertilitas yang Berhubungan dengan
(Kajian Masalah Fertilitas: Suatu Kajian
Kependudukan di Kalimantan Literatur, Universitas
Barat Berdasarkan Data Sensus Padjajaran, Bandung.
Penduduk tahun 2010). Jurnal Pustaka.unpad.ac.id/wp-
Manajemen ISSN 2085-1596. content/uplouds/2013/06/Analis
is-Faktor-Yang-Berhubungan-
Sumarsono, Sonny, 2009. Teori dan
Dengan-Fertilitas.pdf (diakses
Kebijakan Publik: Ekonomi
15 Januari 2014).
Sumber Daya Manusia, Edisi
Pertama. Graha Ilmu,
Yogyakarta.

JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 15

You might also like