You are on page 1of 9

Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No.

3, Desember 2016
175

PENERAPAN HEALTH BELIEF MODEL SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI


MENULAR SEKSUAL PADA IBU RUMAH TANGGA

3
Silvia Ari Agustina¹, Bhisma Murti², Argyo Demartoto
¹Program Studi Kebidanan, Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Jl. Ringroad Barat Ambarketawang
Gamping Sleman, Telp. (0274) 4342000 Email: silvia_ari99@yahoo.com
2
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan, Surakarta, 57126,
Jawa Tengah, Indonesia
³Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan,
Surakarta, 57126, Jawa Tengah, Indonesia

ABSTRACT
Background: Sexual and reproductive health issues are increasingly of concern world wide among other
circumstances related to genital hygiene. Poor genital hygiene will increase the risk of Sexually Transmitted
Infections (STIs). Health Belief Model (HBM) is a set of self-perceptions that determines the health behavior
of an individual.
Objective: This study aimed to analyze the application of the health belief model with genital hygiene
practice of housewives in Cangkringan.
Method: This study employed mixed-methods with sequential explanatories strategy and cross sectional
design. A total of 101 housewives, including 2 housewives, 2 husbands, officers of clinics that serve STIs
screening and 1 non-governmental organization were recruited using quota sampling. Data were collected
with a questionnaire, interviews and were analyzed using linear regression. Triangulation was conducted to
achieve validity and reliability.
Results: Genital hygiene had a positive relationship with the perception of vulnerability (b:0.97; 95% CI: 0.87
to 1.06; p < 0.01), self-efficacy (b: 0.02; CI 95%: 0.00 to 0.05; p 0.05), and cues to genital hygiene action
(b:0,16; 95% CI: 0.08 up to 0.23; p < 0.01). There was a negative relationship between genital hygiene with
the perception of hygiene barriers (b:-0.13; 95% CI:-0.18 to 0.09-; p < 0.01). The linear regression model
showed that independent variables altogether contribute to 84.5% of genital hygiene. Housewives stated that
genital hygiene was important, but maintained inappropriate practices, such as frequently use of femininity
cleanser, wearing tight underwears, and using pentyliner.
Conclusion: There are four components of Health Belief Model associated with genital hygiene.

Keywords: health belief model, genital hygiene

PENDAHULUAN kurangnya higiene genital seperti


Alat reproduksi perempuan merupakan trikomoniasis, vaginosis bakterial,
salah satu organ tubuh yang memerlukan kandidiasis, vulvovaginitis, gonore, klamidia,
perawatan khusus. Kebersihan daerah dan sifilis.(3) Salah satu upaya untuk
genital sangat penting untuk membantu mencegah IMS adalah berusaha untuk tetap
menangkal infeksi dan bau. Daerah genital membersihkan organ intim dan menjaga
yang lembab, hangat, dan letaknya sangat kesehatan genital.(4)
dekat dengan uretra dan anus, sehingga Lebih dari 1 juta orang terjangkit IMS
(1,2)
bakteri dapat tumbuh dengan mudah. setiap harinya. Setiap tahun sekitar 500 juta
Higiene genital yang buruk dapat orang mengalami salah satu dari beberapa
meningkatkan risiko mengalami IMS. Ada jenis IMS. IMS memiliki dampak besar pada
beberapa IMS yang disebabkan oleh kesehatan seksual dan reproduksi. IMS juga
176 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

dapat meningkatkan risiko penularan Human Persepsi keparahan mempunyai


Immunodeficiency Virus (HIV) tiga kali lipat hubungan yang positif dengan perilaku sehat.
(5)
atau lebih. Jika persepsi keparahan individu tinggi maka
Kasus baru HIV di Provinsi Yogyakarta individu tersebut akan beperilaku sehat.(11)
setiap tahun mengalami peningkatan seperti Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian
kasus HIV pada tahun 2012 terdapat 272 bahwa semakin tinggi persepsi keparahan
kasus, kemudian meningkat di tahun 2013 terhadap IMS, semakin baik praktiknya dalam
yaitu 489 kasus, dan meningkat lagi di tahun pencegahan penyakit IMS. Jika persepsi
2014, 614 kasus. Jumlah kasus kumulatif keparahan IMS tinggi akan menurunkan
(6)
AIDS dari tahun 1987-2013 ada 916 kasus. risiko seseorang mengalami IMS.(15)
Puskesmas Cangkringan merupakan salah Hubungan perceived barriers dengan
satu Puskesmas di Kabupaten Sleman yang perilaku sehat adalah negatif, jika persepsi
melayani skreening IMS dan HIV/AIDS. hambatan terhadap perilaku sehat tinggi
Health Belief Model merupakan sebuah maka perilaku sehat tidak akan dilakukan.(7)
model psikologi yang dapat digunakan untuk Menurut Bandura bahwa self efficacy
memprediksi sebab munculnya perilaku dapat memengaruhi setiap tingkat dari
(7,8,9)
sehat. Health Belief Model ini dapat perubahan pribadi, baik saat individu tersebut
diadaptasi untuk mengeksplorasi berbagai mempertimbangkan perubahan kebiasaan
perilaku kesehatan jangka panjang dan yang berkaitan dengan kesehatan.
jangka pendek, termasuk higiene genital dan Seseorang akan merasa yakin atas
(10)
penularan IMS. kemampuannya karena kehadiran
Menurut Rosenstock konsep HBM pengalaman yang berkaitan dengan sebuah
meliputi persepsi ancaman yang terdiri dari perilaku atau merasa yakin berdasarkan
persepsi kerentanan dan persepsi observasi yang dilakukan pada orang lain.(12)
keparahan. Persepsi harapan meliputi Persepsi individu dari cues to action
persepsi manfaat, persepsi hambatan, diharapkan mampu mendorong adopsi
efikasi diri, dan stimulus tindakan (cues to perilaku kesehatan jika individu sudah
action).(11,12,13) memegang keyakinan kunci lainnya yang
Persepsi ancaman mengacu pada mendukung tindakan.(13) Hasil penelitian yang
sejauh mana seseorang berpikir tentang terdahulu, menunjukkan bahwa WPS cukup
penyakit merupakan ancaman kepada aktif mencari informasi IMS melalui teman,
dirinya. Asumsinya bahwa, apabila ancaman petugas kesehatan, penyuluhan, media cetak
yang dirasakan tersebut meningkat, maka dan elektronik, tetapi tidak melalui
(14) (16)
perilaku pencegahan juga akan meningkat. mucikari.
177
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Perilaku yang kurang baik dalam dilakukan kajian validitas dan reliabilitas
menjaga kebersihan genitalia dapat instrumen/kuesioner yang akan digunakan
meningkatkan risiko terkena IMS dan untuk mengukur variabel-variabel yang
HIV.(17,18,3,19) Berdasarkan latar belakang diteliti. Sehingga kueisoner yang dihasilkan
tersebut, sangat perlu dilakukan penelitian memenuhi syarat minimal konsistensi internal
tentang hubungan penerapan Health Belief dan selanjutnya digunakan dalam penelitian.
Model dengan higiene genitalIbu Rumah Sedangkan untuk data kualitatif dengan
Tangga di Puskesmas Cangkringan Sleman menggunakan wawancara mendalam dengan
Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah responden terpilih sesuai dengan kriteria
untuk menganalisis penerapan Health Belief yang ditentukan. Analisis data yang
Model dengan higiene genital Ibu Rumah digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
Tangga. linier ganda. Sebelum dilakukan uji regresi
linier, sebelumnya telah dilakukan uji asumsi
BAHAN DAN CARA PENELITIAN klasik sebagai prasyarat uji regresi linier.
Desain penelitian ini menggunakan
teknik lapangan (field research) dengan jenis HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian campuran (mixed methodology) Karakteristik objek penelitian mayoritas
dan menggunakan pendekatan cross dalam rentang usia 21-35 tahun (73,3%).
sectional study. Lokasi penelitian di Tingkat pendidikan sebagian besar tingkat
Puskesmas Cangkringan dengan objek menengah/SMA (59,3%) dan pendapatan
penelitian 101 IRT. Teknik sampling yang keluarga perbulan mayoritas > UMR Sleman
digunakan yaitu quota sampling. (57,4%).
Alat pengumpul data kuantitatif adalah
kuesioner. Sebelum pengumpulan data, telah
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linier Ganda
Koefisien CI 95%
Variabel Dependen Regresi Lower Upper P
B Bound Bound
Konstanta 1,70 1,54 1,85 < 0,001
Persepsi Kerentanan 0,97 0,87 1,06 < 0,001
Persepsi Keparahan -0,01 -0,02 0,01 0,349
Persepsi Manfaat Higiene Genital -0,01 -0,04 0,03 0,763
Persepsi Hambatan Higiene Genital -0,13 -0,18 -0,09 < 0,001
Efikasi Diri Higiene Genital 0,02 0,00 0,05 0,023
Cues to Action Higiene Genital 0,16 0,08 0,23 < 0,001
N Observasi = 101
Adjusted R² = 84,5%
p < 0,001
(Sumber : data primer 2015)
178 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Sebagai prasyarat menggunakan Efikasi diri mempunyai hubungan yang


regresi linier ganda dengan program SPSS positif dengan perilaku seksual. Jika terjadi
22 dilakukan beberapa jenis diagnosa peningkatan efikasi diri perilaku seksual
regresi, antara lain: uji normalitas residu, sebesar 1 poin, maka akan terjadi
Multikolinieritas, Heteroskesdatisitas, dan peningkatan 0,02 kali higiene genital yang
Autokorelasi. Di mana kesemua uji asumsi baik (b= 0,02, CI 95%=0,00 hingga 0,05,
klasik telah memenuhi syarat sehingga uji p<0,05).
regresi linier ganda dapat digunakan. Koefisien cues to action perilaku
Berdasarkan hasil analisis multivariat seksual sebesar 0,16, berarti variabel cues to
regresi linier pada Tabel 1 dijelaskan action perilaku seksual berpengaruh positif
hubungan masing-masing variabel terhadap higiene genital dengan nilai p < 0,01
independen dengan dependen. Pada variabel jadi dapat disimpulkan bahwa, perubahan
persepsi kerentanan, mempunyai hubungan cues to action higiene geital akan
yang positif dengan higiene genital dan memengaruhi perilaku higiene genital (b=
secara statistik terdapat hubungan yang 0,16, CI 95%=-0,08 hingga 0,23, p<0,01).
sangat signifikan (b:0,97; CI 95%: 0,87 Adjusted R²= 84,5% mengandung arti,
hingga 1,06; p<0,01). secara bersama-sama seluruh variabel
Secara statistik variabel persepsi independen di dalam regresi linier ini mampu
keparahan tidak mempunyai hubungan menjelaskan atau memprediksi variasi
dengan higiene genital (b= -0,01, CI 95%= - higiene genital sebesar 84,5%, artinya hanya
0,02 hingga 0,01, p=0,349). Untuk variabel 15,5% saja yang dipengaruhi oleh variabel
persepsi manfaat higiene genital secara lain yang tidak ada dalam model regresi
statistik juga tidak ada hubungan yang linier. Nilai p<0,001 untuk keseluruhan model
signifikan karena nilai p > 0,05 (b= -0,01, CI mengandung arti, hubungan keseluruhan
95%= -0,04 hingga 0,03, p=0,763) variabel independen dengan perilaku seksual
Persepsi hambatan higiene genital secara statistik signifikan.
mempunyai pengaruh sangat signifikan HBM dioperasionalkan ke dalam
terhadap perilaku seksual dilihat dari nilai p < konstruk-konstruk yang kemudian disusun
0,01 dan mempunyai hubungan yang negatif menjadi kuesioner dengan pilihan jawaban
dengan higiene genital. Jika terjadi menggunakan skala likert.
peningkatan hambatan higiene genital, maka Hubungan Persepsi Kerentanan dengan
akan terjadi penurunan perilaku higiene Higiene Genital
genital (b= -0,13, CI 95%=-0,18 hingga -0,09, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
p<0,01). persepsi kerentanan mempunyai hubungan
yang signifikan dan sangat erat dengan
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 179

higiene genital (p:0,000). Sedangkan untuk Persepsi keparahan tidak memengaruhi


nilai koefisien persepsi kerentanan sebesar higiene genital IRT. Hasil tersebut
0,97, berarti variabel persepsi kerentanan bertentangan dengan pendapat Rogers
berpengaruh positif terhadap perilaku dalam teori proteksi motivasi yang
seksual. Jika terjadi penurunan persepsi menyatakan bahwa keparahan yang
kerentanan maka akan terjadi pula dirasakan akan memengaruhi niat seseorang
penurunan higiene genital sebesar 0,97. dalam melakukan suatu tindakan atau
Hasil ini diperkuat dengan teori yang berperilaku, karena tindakan seseorang
dikemukakan oleh Rosenstock dalam Taylor untuk mencari pengobatan dan pencegahan
(2007), bahwa dalam HBM yang menyatakan penyakit didorong oleh ancaman penyakit
bahwa semakin merasa berisiko seseorang tersebut.(20) Hasil ini juga diperkuat oleh
terhadap suatu penyakit maka tindakan pendapat Ny. P yang menganggap IMS
pencegahan yang dilakukan akan semakin merupakan penyakit yang parah, tetapi
baik pula. Hasil ini sesuai dengan hasil menganggap IMS tidak berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2009) kebersihan alat kelamin. Menurutnya IMS
di Lokalisasi Koplak Grobogan, bahwa disebabkan karena perilaku seksual yang
semakin rendah persepsi kerentanan tidak aman.
seseorang, semakin rendah pula upaya Hubungan Persepsi Manfaat dengan
pencegahan penyakit. Rosenstock Perilaku Seksual
berpendapat bahwa semakin merasa berisiko Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
seseorang terhadap suatu penyakit maka pengaruh yang signifikan antara persepsi
tindakan pencegahan yang dilakukan akan manfaat higiene genital dengan higiene
semakin baik pula.(11) Jika upaya pencegahan genital. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil
rendah, akan meningkatkan risiko seseorang penelitian Widodo (2009), bahwa semakin
(15)
terkena IMS. Ny. S meskipun mengaku tinggi persepsi manfaat pencegahan
merasa rentan terkena IMS dan menganggap terhadap IMS dan HIV&AIDS semakin baik
bahwa menjaga alat kelamin tetap bersih praktiknya dalam pencegahan penyakit IMS
adalah penting, tetapi dalam menjaga dan HIV&AIDS. Perceived benefits
kesehatan alat kelaminnya masih kurang merupakan persepsi keuntungan yang
tepat, yaitu seperti sering menggunakan memiliki hubungan positif dengan perilaku
pembersih kewanitaan dan kadang sehat.(11) Hasil ini juga diperkuat oleh
menggunakan pasta gigi. pendapat Ny. P yang menganggap bahwa
Hubungan Persepsi Keparahan dengan menjaga kebersihan memang sangat
Perilaku Seksual penting, tetapi menurutnya kebersihan alat
kelamin tidak berhubungan dengan IMS.
180
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Hubungan Persepsi Hambatan dengan yang berkaitan dengan kesehatan.


Perilaku Seksual Seseorang akan merasa yakin atas
Persepsi hambatan higiene genital kemampuannya karena kehadiran
mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengalaman yang berkaitan dengan sebuah
higiene genital dilihat dari nilai p < 0,05 dan perilaku atau ia merasa yakin berdasarkan
diketahui nilai koefisien -0,13, hal ini berarti observasi yang dilakukan pada orang lain.12
variabel manfaat perilaku seksual Ny. S mengatakan bahwa mampu menjaga
berpengaruh negatif terhadap perilaku alat kelaminnya tetap bersih.
seksual. Jika terjadi peningkatan persepsi Hubungan Cues to Action dengan Perilaku
manfaat higiene genital, maka akan terjadi Seksual
penurunan higiene genital sebesar 0,13. Variabel cues to action higiene genital
Menurut Conner dan Norman (2003), berpengaruh positif terhadap higiene genital.
hubungan persepsi hambatan dengan Jika terjadi peningkatan cues to action
perilaku sehat adalah negatif, jika persepsi higiene genital sebesar 1 poin, maka akan
hambatan terhadap perilaku sehat tinggi terjadi peningkatan 0,16 higiene genital. Hasil
maka perilaku sehat tidak akan dilakukan. penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Hasil wawancara mendalam terhadap Ny. S, Aryani (2015), bahwa keaktifan mencari
mengatakan bahwa tidak ada hal yang informasi melalui teman, petugas kesehatan,
menghambat usahanya untuk menjaga alat penyuluhan, media cetak dan elektronik
kelamin, bahkan suaminya tidak mau memengaruhi cara menjaga kebersihan
berhubungan seksual jika alat kelaminnya higiene. Faktor pencetus untuk bertindak
dalam keadaan kotor. Sehingga selama ini berasal dari faktor internal maupun faktor
Ny. S senantiasa menjaga alat kelaminnya eksternal antara lain dari sekolah, majalah,
untuk tetap bersih. koran, televisi, internet, seminar, pelatihan,
Hubungan Efikasi Diri dengan Perilaku pengalaman orang lain, pertemuan teman
Seksual sebaya, petugas kesehatan, dan rumah
Variabel efikasi diri perilaku seksual sakit.(21) Ny. P pernah mencari tahu tentang
berpengaruh positif terhadap higiene genital. cara membersihkan alat kelamin dari internet
Jika terjadi peningkatan efikasi diri higiene dan merasa malu jika bertanya dengan
genital sebesar 1 poin, maka akan terjadi tenaga medis atau dengan tetangga, karena
peningkatan 0,02 kali perilaku higiene genital. Ny P menganggap kebersihan alat kelamin
Menurut Bandura bahwa self efficacy dapat menyangkut hal yang intim. Hasil ini sesuai
memengaruhi setiap tingkat dari perubahan dengan pendapat Prawirohardjo (2009),
pribadi, baik saat individu tersebut perawatan genital sangat jarang dilakukan
mempertimbangkan perubahan kebiasaan dan dibicarakan khususnya oleh masyarakat
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016 181

Indonesia karena terkesan tabu dan jorok. Menurut Conner (2010), persepsi
Perawatan kebersihan yang dibicarakan dalam HBM diyakini dapat menentukan
hanya menyangkut hal umum, sedangkan kemungkinan individu melakukan perilaku
untuk kesehatan alat reproduksi sangat kesehatan. Tindakan khusus yang diambil
jarang, karena kurang nyaman untuk ditentukan oleh evaluasi alternatif yang
dibicarakan. tersedia, fokus tentang manfa
Hasil penelitian multivariat regresi linier at dari perilaku kesehatan,` dan biaya
ganda, menunjukkan bahwa nilai p:0,000, yang dirasakan atau hambatan melakukan
Adjusted R² = 84,5%, CI 95% 1,54-1,85. perilaku. Oleh karena itu individu yang paling
Artinya persamaan yang diperoleh hanya mungkin untuk mengikuti tindakan kesehatan
mampu menjelaskan perilaku seksual tertentu jika mereka percaya diri mereka
sebesar 84,5%, dan 15,5% saja yang rentan terhadap kondisi tertentu dan mereka
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti juga mempertimbangkan bahwa keadaan
dalam penelitian ini. Hal ini menjelaskan yang dialami dapat menjadi serius dan
bahwa persepsi manfaat higiene genital, percaya bahwa manfaat lebih besar daripada
persepsi hambatan higiene genital, efikasi diri biaya dari tindakan yang diambil untuk
higiene genital, dan cues to action higiene melawan ancaman kesehatan.
genital terhadap higiene genital hampir Menurut Teori HBM, kemungkinan
sepenuhnya mengubah perilaku higiene individu akan melakukan tindakan
genital ibu rumah tangga karena hanya sisa pencegahan tergantung secara langsung
sebesar 15,5% yang dijelaskan oleh variabel pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian
lain di luar variabel yang disebutkan. Hasil kesehatan (health beliefs) yaitu ancaman
wawancara dengan IRT mengatakan bahwa, yang dirasakan dari sakit atau luka
IRT masih sering menggunakan pembersih (perceived threat of injury or illness) dan
kewanitaan, menggunakan celana dalam pertimbangan tentang keuntungan dan
(12)
yang ketat, dan saat keputihan sering kerugian (benefits and costs).
menggunakan pentyliner. Padahal perilaku
tersebut dapat meningkatkan tumbuhnya KESIMPULAN
mikroorganisme dan jamur pada alat kelamin, Terdapat hubungan yang positif dan
sehingga dapat menyebabkan IMS yang secara statistik signifikan antara Higiene
diakibatkan oleh jamur. Persepsi yang kurang genital dengan 4 variabel independen yang
tepat, efikasi diri yang kurang, dan cues to diteliti meliputi persepsi kerentanan, persepsi
action yang rendah tentang higiene genital hambatan, efikasi diri dan cues to action
dapat memengaruhi higiene genital higene genital. Secara bersama-sama
seseorang. seluruh variabel independen di dalam model
182 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

regresi linier ganda ini mampu menjelaskan http://www.who.int/mediacentre/factsheet


higiene genital sebesar 84,5%. Ibu Rumah s/fs110/en/. Diakses: 9 Desember 2015
Tangga menyatakan bahwa higiene genital 6. Kemenkes RI. Data dan Informasi Tahun
penting, dan tidak berkaitan langsung dengan 2014 (Profil Kesehatan Indonesia).
Infeksi Menular Seksual, karena penyakit Jakarta: Kemenkes RI, 2015.
kelamin disebabkan oleh hubungan seks 7. Conner M, Norman P. Predicting Health
yang tidak aman. Behaviour, Research and Practice with
Komponen HBM dihubungkan dengan Social Cognition Model. Buckingham:
perilaku kesehatan suami IRT sebagai objek Open Univeristy Press, 2003.
penelitian. Secara metodologis kemungkinan 8. Carpenter D, Christopher J. A Meta-
ada variabel lain yaitu modal sosial, yang Analysis of the Effectiveness of Health
memengaruhi perilaku kesehatan, sehingga Belief Model Variables in Predicting
diperlukan penelitian lebih lanjut tentang Behavior. Health Communication,
variabel tersebut yang kemudian dapat 2010. 25 (8): 661–
dirumuskan model promosi kesehatan tetang 669. doi:10.1080/10410236.2010.521906
pencegahan Infeksi Menular Seksual. . Diakses: 29 Oktober 2015
9. Glanz K, Bishop, Donald B. The role of
KEPUSTAKAAN behavioral science theory in
1. Sharma P. Problem Related to development and implementation of
Menstruation Amongst Adolescent Girl, public health interventions. Annual
Indian Journal of Pediatrics, 2008. review of public health. 2010. Volume:
Volume: 75 (2): 125-129. 2008. Diakses: 31: 399–418. doi:10.1146/annurev.
1 Desember 2015 publhealth.012809.103604. Diakses: 17
2. Johnson J. Maintaining Genital Hygiene, November 2015
2015. http://www.hygieneexpert. co.uk/ 10. Glanz K, Rimer BK, Lewis FM. Health
maintaininggenitalhygiene.html. Diakses: Behavior and Health Education. Theory,
6 Desember 2015 Research and Practice. UI, 2002.
3. Kliegman RM. Essentials of Diakses: 1 Desember 2015 San
pediatrics.5th Ed.New York: Elsevier, Fransisco: Wiley & Sons
2007. 11. Taylor D, Bury M, Campling N, Carter S,
4. Irianto K. Kesehatan Reproduksi Garfied S, Newbould J, Rennie T. A
(Reproductive Health). Bandung: Review of the use of the Health
Alfabeta, 2015. BeliefModel (HBM), the Theory of
5. WHO. Sexually Transmitted Infections Reasoned Action (TRA), the Theory of
(STIs). WHO Media Centre, 2014. Planned Behaviour (TPB) and the Trans-
183
Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No. 3, Desember 2016

Theoretical Model (TTM) to study and of sexually transmitted infections. BMJ


predict health related behaviour change. publishing group ltd, 2005. 7: 25-28.
Department of Health: National institute Diakses: 17 November 2015
for Clinical Excellence, 2007. 19. Reed BD, Ford K, Wirawan DN. The Bali
12. Smet, B. Psikologi Kesehatan. Grasindo. STD/AIDS Study: Association Between
Jakarta, 1994. Vaginal Hygiene Practices and STDs
13. Conner M. Chapter 2: Cognitive Among Sex Workers, 2001. Sex Transm
Determinants of Health Behavior. Inf BMJ;77:46–52. http://sti.bmj.com.
Handbook of Behavioral Medicine, 2010. Diakses: 6 Desember 2015
Springer Science+Business Media, LLC. 20. Wallis, LC. Health Behavior. Theoretical
DOI 10.1007/978-0-387-09488-5_2. Perspectives. Fall, 1997.
Diakses: 1 Desember 2015 21. Khosidah A, Purwanti S. Persepsi Ibu
14. Ogden J. Health Psychology. Open Rumah Tangga Tentang Voluntarry
University Press Buckingham Councelling And Testing (VCT) Terhadap
Philadelphia,1996. Perilaku Pencegahan HIV-AIDS. Jurnal
15. Widodo E. Praktik Wanita Pekerja Ilmiah Kebidanan, 2014. Volume: 5 (2):
Seksual dalam Pencegahan Penyakit 67-78. Edisi Desember 2014. Diakses: 1
Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS di Desember 2015
Lokalisasi Koplak Grobogan, 2009. 22. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Volume: 4 (2). Agustus 2009. Diakses: Prawirohardjo, 2009.
29 Oktober 2015
16. Aryani D, Mardiana, Ningrum DNA.
Perilaku Pencegahan Infeksi Menular
Seksual pada Wanita Pekerja Seksual
Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 2015. KEMAS Volume: 10
(2) (2015): 160-168.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/k
emas. Diakses: 1 Desember 2015
17. Kemenkes. B-13 Modul Pelatihan
Intervensi Perubahan Perilaku: Mitos dan
Fakta. Jakarta: Kemenkes RI, 2009a.
18. Michale W, Cowan F. Vaginal discharge
causes diagnosis and treatment. In ABC

You might also like