You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/313840507

Dukungan Tenaga Kesehatan terhadap Pelaksanaan IMD: Studi Kasus di RS


Swasta X dan RSUD Y di Jakarta

Article · September 2016


DOI: 10.22435/kespro.v7i2.5238.95-108

CITATIONS READS

0 952

2 authors, including:

Anissa Rizkianti
National Institute of Health Research and Development
8 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif di Tempat Kerja pada Buruh Industri Tekstil di Jakarta View project

Kajian Pelaksanaan Pelayanan Antenatal sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) pada Bidan Praktik Mandiri View project

All content following this page was uploaded by Anissa Rizkianti on 25 April 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Kesehatan Reproduksi (ISSN 2087-703X) - Vol 7, No. 2, (2016), pp. 95-108
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

Vol DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN TERHADAP PELAKSANAAN IMD:


STUDI KASUS DI RS SWASTA X DAN RSUD Y DI JAKARTA

Health Professional’s Support towards Breastfeeding Initiation:


Case Study in a Private and Government Hospital in Jakarta

Novianti*, Anissa Rizkianti


Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes
*E-mail: novianti.ms@gmail.com

Abstract
Background: Early Initiation of Breastfeeding (IMD) aims to encourage the provision of colostrum to the
newborn, as well as to prevent neonatal deaths. The role of health workers are needed to support the successful
implementation of the IMD.
Objective: This study aims to identify the role of health professionals and hospital on the implementation of the
IMD shortly after childbirth.
Methods: This is a qualitative study on 30 mothers who had delivery, both with pervaginam or cesarean section
methods in two hospitals in Jakarta, private and government hospital. Data were collected through in-depth
interview. Triangulation of data was obtained through in-depth interviews to informants of health workers,
including midwives, lactation counselors and obstetricians.
Results: Health workers’ support was reflected from the efforts of health workers to inform the IMD practice
and benefits, as well as accompany the mother whiled conducting IMD. Health personnels in private hospital
were tend to be more supportive than those who work in public hospital. This was due to their high commitment
and positive attitude supported by clear regulations regarding the practice of IMD.
Conclusion: The role of health professionals in supporting the implementation of IMD needs to be improved not
only through improving the technical skills of IMD, but also building a positive attitude, so health professionals
become more serious in running the IMD program.
Keywords: Early Initiation of Breastfeeding, Health Workers, Support

Abstrak
Latar Belakang: Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan upaya untuk mendorong pemberian
kolostrum pada bayi baru lahir, sekaligus mencegah kematian neonatal. Peran tenaga kesehatan tentunya
dibutuhkan guna mendukung keberhasilan pelaksanaan IMD.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan tenaga kesehatan dan pegawasan Rumah
Sakit terhadap pelaksanaan IMD sesaat setelah proses persalinan.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif pada 30 informan ibu yang baru melahirkan, baik dengan
metode pervaginam maupun seksio sesarea di dua RS di Jakarta, yaitu RS Swasta X dan RSUD Y. Data
dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam. Triangulasi data diperoleh melalui hasil wawancara
mendalam terhadap informan tenaga kesehatan, di antaranya bidan, konselor laktasi dan dokter spesialis
kebidanan.
Hasil: Dukungan tenaga kesehatan terlihat dari upaya tenaga kesehatan untuk menginformasikan tata laksana
dan manfaat IMD, serta mendampingi ibu saat proses IMD dilakukan. Tenaga kesehatan di RS Swasta X
cenderung lebih mendukung praktik IMD dibandingkan mereka yang bekerja di RSUD Y. Hal ini disebabkan
oleh adanya komitmen tinggi dan sikap positif tenaga kesehatan ditunjang dengan peraturan yang jelas
mengenai praktik IMD.
Kesimpulan: Peran tenaga kesehatan dalam mendukung pelaksanaan IMD perlu ditingkatkan tidak hanya
melalui peningkatan keterampilan teknis tentang IMD,melainkan juga denganmembangun sikap positif agar
tenaga kesehatan menjadi lebih serius dalam menjalankan program IMD.
Kata Kunci: Inisiasi Menyusu Dini, Tenaga Kesehatan, Dukungan

Naskah masuk: 19 Juli 2016 Review: 9 Agustus 2016 Disetujui terbit: 26 Agustus 2016
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

PENDAHULUAN sebagai upaya untuk mendorong pemberian


kolostrum pada bayi baru lahir, sekaligus
Di era globalisasi saat ini, Indonesia masih mencegah tingginya kematian neonatal.
mengalami berbagai permasalahan terkait Cakupan IMD pada bayi secara nasional
rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Salah tercatat masih sangat rendah. Hal ini terlihat
satu indikator derajat kesehatan suatu negara pada laporan hasil Riskesdas tahun 2010 yang
adalah Angka Kematian Bayi (AKB) yang menyebutkan bahwa hanya 29,3 persen bayi
hingga kini masih sangat relevan untuk yang berhasil menyusui kurang dari satu jam
menilai derajat kesehatan negara-negara setelah persalinan.5
berkembang seperti Indonesia.1 Data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Menurut Roesli, Inisiasi Menyusu Dini (early
tahun 2012 menunjukan bahwa Angka initiation of breastfeeding) adalah proses
Kematian Neonatal (AKN) tidak mengalami menyusui sendiri yaitu minimal satu jam
penurunan yang signifikan sejak tahun 2007, pertama pada bayi baru lahir.3 Setelah lahir,
yaitu sebesar 19 AKN per 1000 kelahiran bayi harus segera didekatkan ke tubuh ibu
hidup dari total 32 AKB per 1000 kelahiran dengan cara meletakkan bayi di atas dada atau
hidup.2 perut ibu sehingga terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact).
Pada tahun 2010, Bappenas menyatakan Bayi kemudian akan menunjukkan
sekaligus menguatkan temuan data SDKI kemampuan yang menakjubkan, dimana bayi
bahwa penyebab utama kematian bayi di akan berusaha untuk merangkak ke arah
Indonesia adalah kematian neonatal sebesar payudara ibu dan menemukan puting susunya
46,2 persen, diare sebesar 15 persen dan sehingga bayi akan dapat menyusu sendiri.
infeksi pneumonia sebesar 12,7 persen.1 Jika Cara bayi menyusu sendiri tersebut dinamakan
dilihat dari data tersebut, maka diperlukan The Breast Crawl atau merangkak mencari
langkah nyata dalam upaya mencegah payudara.6
penyebab tingginya AKB pada 28 hari
pertama kehidupan seorang bayi. Lebih lanjut, Beberapa penelitian dilakukan untuk
sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
2010 menyatakan bahwa kematian neonatal proses IMD. Penelitian terhadap 577
lebih banyak diakibatkan oleh infeksi sebesar persalinan sejak Juli-Oktober 2006 di Rumah
36 persen, kondisi kelahiran prematur sebesar Sakit Dr. Zekai Tahir Burak di Turki, salah
28 persen dan afiksia sebesar 23 persen.3 satunya menunjukkan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap IMD antara lain: nyeri
Salah satu langkah yang utama dalam pada ibu bersalin pasca persalinan, bayi
mencegah terjadinya kematian bayi neonatal prematur dan jenis persalinan melalui operasi
adalah dengan memberikan asupan gizi yang sectio caesarea.7 Penelitian serupa yang
cukup dan berkualitas kepada bayi. Pemberian dilakukan di sejumlah Rumah Sakit di
kolostrum pada bayi baru lahir menjadi bagian California, Amerika Serikat, menemukan
terpenting dalam upaya memenuhi asupan gizi bahwa karakteristik demografi ibu seperti
pada tahun-tahun pertama kehidupannya. umur dan etnis, serta metode persalinan
Kolostrum merupakan merupakan cairan berkorelasi dengan IMD.8
pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara
ibu dan merupakan sel darah putih atau Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada dasarnya
antibodi yang mengandung immunoglobulin A tidak boleh terlambat diberikan karena refleks
(IgA), yang berfungsi memberikan menghisap bayi baru lahir akan mencapai
perlindungan terhadap usus pada bayi baru puncaknya pada usia 20-30 menit dan refleks
lahir.3 Oleh sebab itu, cairan kental berwarna ini akan terus berkurang dan melemah seiring
kekuningan ini penting dalam menjaga waktu. Kekuatan refleks bayi setelah lahir ini
ketahanan tubuh bayi terhadap infeksi kuman telah dibuktikan oleh Righard pada
dan bakteri sehingga meningkatkan kekebalan penelitiannya terhadap 72 bayi baru lahir.
tubuh sang bayi.4 Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa: 1) jika bayi diletakkan di
Berdasarkan hal tersebut, maka program atas dada atau perut ibu melalui kontak kulit
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) digalakkan bayi ke kulit ibu segera setelah lahir, maka

96
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

bayi dapat menyusu dengan baik pada usia 50 ASI eksklusif. Keberhasilan konselor ASI
menit; 2) jika setelah lahir bayi dipisahkan dari dalam memberikan konseling yang positif
ibunya untuk ditimbang, diukur ataupun kepada ibu dipengaruhi oleh pengetahuan dan
dibersihkan, maka 50 persen bayi tidak akan ketrampilan dasar yang menyangkut teori dan
dapat menyusu sendiri.3 praktik konseling serta ketrampilan
wawancara dan intervensi dalam pemecahan
Bayi yang diberikan kesempatan untuk IMD masalah.11 Untuk menjadi seorang konselor
tentunya akan lebih cepat memperoleh laktasi, tenaga kesehatan diharapkan telah
kolostrum daripada bayi yang tidak memenuhi kualifikasi kompetensi sebagai
memperoleh kesempatan tersebut. Kolostrum International Board Certified Lactation
mempunyai nilai gizi yang tinggi dan Consultant (IBCLC). IBCLC adalah konsultan
mengandung semua unsur yang diperlukan laktasi yang telah disertifikasi oleh
oleh bayi termasuk zat anti infeksi. Kolostrum International Board of Lactation Consultant
tidak hanya mengandung protein, tetapi juga Examiners (IBCLE) atau Badan Internasional
vitamin A yang tinggi, karbohidrat, dan lemak Penguji Konsultan Laktasi dan telah
rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi menunjukan bahwa mereka memiliki
bayi pada hari-hari pertama setelah pengetahuan khusus dan keahlian dalam hal
kelahirannya serta membantu mengeluarkan pemberian ASI dan laktasi.12
mekonium yaitu kotoran bayi pertama
berwarna hitam kehijauan.9 Namun demikian, kendala utama dalam
pelaksanaan IMD yang ditemukan di lapangan
Kolostrum yang diperoleh bayi pada saat adalah belum optimalnya komitmen serta
proses IMD juga terbukti membantu dukungan Rumah Sakit dan penolong
meningkatkan imunitas. Penyakit infeksi yang persalinan untuk menerapkan IMD pada bayi
merupakan penyebab utama kematian neonatal baru lahir. Beranjak dari permasalahan diatas,
terjadi akibat rendahnya daya tahan tubuh maka artikel ini bertujuan untuk mengetahui
bayi. Daya tahan tubuh bayi pada masa peran dukungan tenaga kesehatan dan
neonatal masih sangat rentan karena proses pegawasan Rumah Sakit terhadap pelaksanaan
pematangan sistem tubuh bayi, seperti sistem IMD sesaat setelah proses persalinan.
pernapasan, pencernaan dan imunitas masih
belum sempurna.3 Sebuah hasil penelitian
yang dilakukan terhadap 10.947 bayi yang METODE
lahir antara bulan Juli 2003 hingga Juni 2004
di Ghana menunjukkan bahwa; 1) jika bayi Penelitian ini merupakan bagian dari
diberikan kesempatan menyusu dalam satu penelitian Riset Pembinaan Kesehatan
jam pertama melalui kontak kulit bayi ke kulit (Risbinkes), Badan Litbang Kesehatan yang
ibu, maka 22 persen nyawa bayi neonatal bisa dilaksanakan tahun 2013. Pendekatan yang
diselamatkan; dan 2) jika bayi mulai pertama digunakan adalah studi kasus dengan metode
kali menyusu saat berusia dua sampai dua penelitian kualitatif. Lokasi penelitian yaitu
puluh empat jam setelah lahir, maka hanya 16 RSUD Y dan RS Swasta X yang keduanya
persen nyawa bayi neonatal yang dapat berada di daerah Jakarta. Pengumpulan data
diselamatkan.10 dilakukan melalui wawancara mendalam
kepada 30 informan yaitu ibu yang baru
Keberhasilan program IMD tidak hanya melahirkan baik dengan metode pervaginam
membutuhkan peran ibu, tetapi juga peran maupun seksio sesarea, serta masih dalam
tenaga kesehatan. Penolong persalinan seperti perawatan nifas di RS menggunakan pedoman
bidan merupakan tenaga kesehatan yang wawancara mendalam. Wawancara mendalam
paling berperan dalam pelaksanaan IMD berlangsung selama kurang lebih 30 menit,
karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa sementara keseluruhan proses pengumpulan
bantuan dan fasilitasi dari bidan atau penolong data dilakukan selama 2 (dua) minggu. Selain
persalinan lainnya. Selain bidan, peran itu, peneliti juga melakukan observasi
konselor laktasi juga penting karena terhadap lingkungan RS untuk mengetahui
diharapkan mampu menumbuhkan keberadaan media sosialisasi mengenai IMD.
kepercayaan dan motivasi ibu untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai IMD dan
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

Untuk mengecek keabsahan data atau “Saya cuma ditempel bayi sesaat tidak sampai 15
informasi yang diperoleh dari informan, maka menit mbak karena saya mual dan terus muntah
dilakukan metode triangulasi data dengan selama proses operasi dan ternyata ada pelekatan
mewawancarai informan tenaga kesehatan plasenta jadi sempat terjadi perdarahan sesaat
dokter tidak mengizinkan lah waktu itu.”
yang terdiri dari bidan, konselor laktasi dan
(Informan AA, 25 tahun, melahirkan di RS
dokter spesialis kebidanan di masing-masing Swasta X, Persalinan Sesar, Tidak IMD)
RS. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
menggunakan metode content analysis. Hasil Sedangkan pada informan ibu yang
wawancara mendalam dianalisis melalui melahirkan di RSUD Y semua informan tidak
beberapa tahapan antara lain reduksi data, melakukan proses IMD sesaat setelah
penelusuran tema jawaban menurut topik melahirkan, adapun alasan tidak melakukan
pertanyaan ke dalam bentuk matriks, lalu IMD lebih kepada ketidaktahuan informan ibu
dihubungkan dengan catatan-catatan teori mengenai IMD dan proses pelaksanaannya,
yang didapat. Oleh karena itu, bahan dan alat hal tersebut seperti yang disampaikan
yang digunakan dalam pengumpulan data beberapa informan ibu melalui kutipan
adalah pedoman wawancara mendalam yang wawancara di bawah ini.
telah disusun untuk dapat menjawab
pertanyaan penelitian ini. “Tidak ada begituan mbak. Ada sih diletakkan ke
dada saya yah tapi itu juga udahan 7 jam setelah
bayi saya lahir mbak, lagian sayamah kurang tahu
HASIL IMD itu mbak kaya gimananya gitu proses
prosesnya.” (Informan HU, 38 tahun,
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar melahirkan di RSUD Y, Persalinan Sesar, Tidak
informan yang melahirkan di RS Swasta X IMD)
berhasil melakukan proses Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dan kondisi berbeda dialami oleh “Tidak gerak-gerak nyari puting sih. Habis
lahiran hanya diletakin di dada sebentar banget
informan yang melahirkan di RSUD Y dimana itu juga nggak sampe lah 10 menit mbak sambil
hampir seluruh informan tidak berhasil bidannya bersih-bersih aja kok, …saya tahu sih
melakukan proses IMD sesaat setelah IMD ya naroh bayi di dada kan abis lahiran, tapi
melahirkan. Dari 15 informan ibu yang gimana gimana prosesnya nggak paham banget
melahirkan di RS Swasta X, hanya ada 2 orang mbak.” (Informan E, 26 tahun, melahirkan di
informan ibu yang tidak dapat melakukan RSUD Y, Persalinan Sesar, Tidak IMD)
IMD hal tersebut dikarenakan alasan
pertimbangan medis yaitu lilitan tali pusat Selain itu, pengaruh dukungan tenaga
yang membuat bayi membiru sesaat setelah kesehatan terlihat dari upaya yang dilakukan
dilahirkan dan kondisi ibu yang mual muntah oleh tenaga kesehatan untuk membantu
sebagai efek anastesi dalam persalinan SC. Hal menginformasikan tentang pelaksanaan IMD
ini diungkapkan beberapa informan melalui dan manfaatnya, serta mendampingi ibu untuk
kutipan wawancara seperti di bawah ini. membantu mengenal perilaku bayi saat proses
IMD dilakukan. Sebagian besar informan yang
“Ya, saya IMD… mungkin selama kurang lebih berhasil IMD pada RS Swasta X mengatakan
hampir 1 jam.” (Informan Fl, 28 tahun, bahwa setelah proses persalinan dan bayi
melahirkan di RS Swasta X, Persalinan Sesar, dibersihkan seadanya, bidan langsung
IMD) meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di
atas dada ibu sambil mendampingi dan
“Waktu itu IMD sekitar hampir 2 jam sih, hampir
2 jam atau 1,5 jam, saya nggak begitu ngeh tapi
memberi semangat pada ibu dan bayi, serta
lama kok IMD-nya.” (Informan VH, 24 tahun, membantu bayi hingga mampu mencapai
melahirkan di RS Swasta X, Persalinan puting susu dan menyusu. Hal tersebut seperti
Pervaginam, IMD) yang diceritakan informan ibu melalui kutipan
wawancara seperti di bawah ini.
“Tidak IMD karena bayi terlilit tali pusat waktu
itu sampai biru dan tidak menangis bayi saya, jadi “Waktu habis lahir kan, dibersihin dikeluarin
langsung dilarikan ke unit perawatan intensif selangnya, langsung ditempelin ke dada, udah
bayi.” (Informan R, 38 tahun, melahirkan di RS langsung dia tiduran didada, langsung tidur,
Swasta X, Persalinan Pervaginam, Tidak IMD) belum ada gerakan, tapi udah ada 20 menitan

98
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

baru ada gerak-gerak, pas dia gerak-gerak itu dia hal ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab
mulai nyium-nyium kaya nengok sana-nengok sini, di bawah ini.
pas dia nengok-nengok itu baru dia jilat-jilatin
tangannya abis jilat-jilatin tangannya, abis
itu….oh sama bidannya dipencet puting saya, baru
Peran Tenaga Kesehatan dalam
keluar asinya, keluar…abis itu dia mulai
ngedekatin untuk ngisapnya. Cuma karena Pelaksanaan IMD
mungkin dia masih agak susah jalannya, eh
maksudnya nggak susah bergeraknya, diarahin Berdasarkan Tabel 1 yaitu matriks hasil
sedikit, dia langsung nyusu.” (Informan VH, 24 wawancara mendalam terhadap informan
tahun, melahirkan di RS Swasta X, Persalinan tenaga kesehatan di masing-masing RS,
Pervaginam, IMD) terlihat bahwa pada pelaksanaan IMD di RS
Swasta X, semua tenaga kesehatan baik bidan,
“Langsung ditaro di dada saya sama bidan atau dokter spesialis kebidanan, spesialis anak dan
suster yang dampingin saya nah pokoknya bidan konselor laktasi berkomitmen untuk
itu yang temanin selama di ruang operasi dan bayi
mewajibkan pelaksanaan IMD pada semua
saya IMD….terus bidan bantu kasih tau tuh
bayinya lagi nyari putingnya dimana, terus metode kelahiran, kecuali jika ada indikasi
akhirnya ketemu, tapi dibantu juga sama bidannya medis yang kuat yang tidak memungkinkan
sampai selesai dan lanjut di ruang pemulihan. bayi dan ibu untuk melakukan IMD (lampiran
Soalnya kan bayinya kayaknya masih belum tegak 1). Pembagian peran di antara ketiga tenaga
kepalanya takut jatuh kalau nggak didampingi. kesehatan tersebut baik bidan, dokter spesialis
Cairan di tubuhnya masih ada, belum dibersihin, kebidanan maupun dokter anak/konselor
belum dimandiin.” (Informan Fl, 28 tahun, laktasi terlihat sudah cukup baik.
melahirkan di RS Swasta X, Persalinan Sesar,
IMD) Peran dari konselor laktasi lebih kepada
terlaksananya penyuluhan pada ibu hamil,
Ketika ditanyakan kepada bidan, diakui bahwa dimana penyuluhan tersebut intinya adalah
mereka harus melakukan prosedur untuk menyampaikan informasi mengenai
penginformasian pelaksanaan IMD pada saat pentingnya pemberian ASI (Air Susu Ibu)
ibu masuk ke kamar bersalin untuk eksklusif, serta faktor-faktor yang mendorong
diobservasi. Para bidan yang bertugas keberhasilan menyusui, yaitu yang terutama
diwajibkan untuk menjelaskan sekilas adalah dengan melaksanakan IMD sesaat
mengenai pelaksanaan IMD dan meyakinkan setelah bayi dilahirkan. Selain itu, informasi
ibu untuk bersedia melakukannya dan yang diberikan antara lain manfaat IMD dan
menandatangani lembar persetujuan tindakan manfaat rawat gabung, yang intinya adalah
IMD. menyangkut 10 langkah RS Swasta X sebagai
RS sayang ibu dan bayi. Sementara itu, peran
Sedangkan informan ibu di RSUD Y hanya bidan di RS tersebut menyangkut pemberian
ada 1 informan ibu yang melakukan penyuluhan, pelaksanaan serta pendampingan
pelekatan/kontak kulit sesaat setelah IMD. Sedangkan peran dokter spesialis
persalinan namun tanpa ada proses merangkak kebidanan adalah memastikan bahwa kondisi
menuju payudaya dan menyusu (breastcrawl), ibu cukup baik dan sehat untuk
hampir semua informan ibu mengatakan dilaksanakannya IMD, baik pada persalinan
bahwa mereka tidak diberitahukan perihal normal maupun saesar, seperti yang
pelaksanaan IMD baik di Puskesmas maupun diungkapkan beberapa informan sebagai
di RSUD Y saat kontrol kehamilan. Namun berikut.
ketika dikonfirmasi dan ditanyakan kepada
bidan di RSUD Y tersebut, memang diakui “Semua pihak baik bidan, dokter obgyn, spesialis
bahwa hingga saat ini peraturan RS mengenai anak dan konselor laktasi berkomitmen untuk satu
pelaksanaan IMD belum ada secara tertulis, kata mewajibkan pelaksanaan IMD pada semua
sehingga mereka tidak mengetahui dengan metode kelahiran kecuali ada indikasi medis yang
jelas tatalaksana IMD yang seharusnya dan kuat yang tidak memungkinkan bayi dan ibu untuk
merasa tidak perlu untuk menyampaikan melakukan IMD. Kalau dari konselor laktasi
pelaksanaan IMD kepada ibu karena menurut sendiri, bentuk peranannya lebih kepada
mereka yang penting sebisa mungkin bayi terlaksananya penyuluhan pada ibu hamil, dimana
penyuluhan tersebut intinya hendak
langsung disusui oleh ibunya setelah lahir dan
menyampaikan informasi pentingnya ASI eksklusif,
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

kemudian faktor-faktor yang mendorong untuk proses persalinan, sedangkan konselor


keberhasilan menyusui, salah satunya adalah laktasi yang juga adalah dokter anak berperan
dengan melaksanakan IMD, kemudian manfaat mendorong ibu untuk memberikan ASI kepada
IMD, manfaat rawat gabung, yang intinya bayi mereka pasca melahirkan. Hal ini seperti
menyangkut 10 langkah RS Swasta X sebagai RS
yang diungkapkan informan dalam kutipan
sayang ibu dan bayi.” (Informan Konselor
Laktasi RS Swasta X)
wawancara berikut.

“Untuk pelaksanaan IMD pasien dokter, yang ”Idealnya belum bisa kita lakukan, mungkin ke
membantu memberikan bayi untuk di IMD depannya nanti dokternya ada berapa, perawatnya
memang bidan pendamping. Karena dokter fokus ada berapa, nah mungkin itu bisa kita lakukan
kepada proses persalinan dan sesudahnya yaitu (karena SDM-nya kita sangat-sangat minim). Tapi
penjahitan jika ada robek perineum ibu. Jika kalau kondisi kita masih begini, kita memang agak
pasien tersebut adalah pasien bidan, maka yang kesulitan. Tapi biarpun begitu, kita coba, biasanya
menolong adalah bidan. Ada sekitar 3-4 bidan sesudah dia lahir, kita kenalkan sama ibunya,
tergantung kesulitan proses persalinan itu sendiri. sama putingnya. Nah gitu, jadi perawat kita nanti
Nah jika pasien bidan, maka dari awal kehamilan, dateng, kenalkan ini anaknya, laki/perempuan,
masuk kamar bersalin, kemudian menolong proses beratnya sekian, itu yang bisa kita lakukan.
persalinan, hingga IMD kita sebagai bidan yang Idealnya kan dia ditaruh di sini (dada) terus nanti
melakukan dan bertanggung jawab dalam dia naik, dia manjat-manjat, itu butuh waktu
pelaksanaan IMD pada ibu sesaat setelah setengah jam aja itu udah cepet ya, tapi itu terus
melahirkan.” (Informan Bidan RS Swasta X) terang belum bisa kita terapkan.” (Informan
Konselor Laktasi RSUD Y)
“Kalau persalinan dengan dokter (saya) atau
seksio sesarea, umumnya kita tetap lakukan IMD ”Perannya bantu naruh bayi ke dada ibunya, Tapi
pada ibu dan bayinya segera setelah lahir. Hanya rata-rata sih IMD, dulu lumayan juga sih yang
saja untuk pelaksana dan pengawas IMD itu partus normal disini. Nah kalo sectio-nya, kita
sendiri saat dilakukan memang tugas bidan belum. Pasien disini kebanyakan rujukan, kalo
pendamping.” (Informan dr. Sp.OG RS Swasta yang selain rujukan, sedikit sekali (sambil
X) menunjukkan data persalinan). Kondisinya kita
juga cuma ber-3, pasiennya segitu banyak,
jadi....kalo preeklampsia, dan lain-lain, untuk
Berbeda dengan RS Swasta X, pelaksanaan
menghindari itu, paling kita deketin bayinya ke
IMD di RSUD Y belum berjalan dengan baik sebelah ibunya aja.” (Informan Bidan RSUD Y)
dikarenakan belum ada kesepahaman
mengenai pelaksanaan IMD pasca persalinan. ”Peranan saya sebagai obgyn lebih kepada proses
Baik bidan, dokter spesialis kebidanan persalinan, kalau IMD..kondisi memungkinkan yah
maupun konselor laktasi menilai IMD kita lakukan..masalahnya kan nggak mungkin
merupakan hal yang penting, namun pada disitu bayi lahir langsung kita proses IMD itu
kenyataannya sangat sulit untuk dilakukan, kan..biasanya disini tunggu di ruang RR atau di
khususnya pada kasus persalinan seksio ruang perawatan baru dia IMD, tapi itupun bukan
sesarea. Padahal IMD sepatutnya menjadi dibawa obgyn lagi..udah tanggung jawab
perawatnya itu.” (Informan dr. Sp.OG RSUD Y)
langkah awal dalam keberhasilan ibu
menyusui secara eksklusif. Salah satu hal yang
menjadi hambatan adalah masalah tenaga
pelaksana IMD itu sendiri dan metode Pelatihan IMD bagi Tenaga Kesehatan di
persalinan. Akan tetapi, berdasarkan hasil Rumah Sakit
penelitian, pada persalinan normal di RSUD Y
pun IMD belum dapat berjalan sesuai prosedur Tabel 2 menunjukan matriks hasil wawancara
yang ada dikarenakan ketiadaan Standard mendalam dengan informan tenaga kesehatan
Operational Procedure (SOP) atau tatalaksana terkait pelatihan tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan IMD. Selain itu, belum ada pelaksanaan IMD (lampiran 2).Dari tabel
sinergi dan koordinasi yang baik antara tenaga tersebut dapat dilihat bahwa tenaga kesehatan
kesehatan terkait, khususnya pada persalinan di RS Swasta X mengungkapkan adanya
seksio sesarea. pelatihan yang rutin dilakukan secara internal
maupun eksternal, dengan sumber pembiayaan
Di sisi lain, peran dokter spesialis kebidanan dari Rumah Sakit. Sedangkan informan tenaga
dan bidan di RSUD Y hanya dikhususkan kesehatan di RSUD Y mengungkapkan bahwa

100
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

pelatihan untuk tenaga kesehatan lebih banyak dengan baik. Berdasarkan informasi yang
dilakukan kearah penanganan kasus neonatal diperoleh, jumlah tenaga konselor laktasi di
(PONEK dan PMK) dan tidak secara spesifik RS Swasta X sudah cukup banyak dan
mengenai pelaksanaan IMD. ditetapkan dalam peraturan Rumah Sakit dan
ada Surat Ketetapan (SK) di bawah
Namun, bidan sebagai pelaksana IMD merasa pengawasan Kelompok POKDI ASI RS
pelatihan terkait pelaksanaan IMD sangatlah Swasta X, dimana terdiri dari dokter spesialis
penting mengingat tidak adanya SOP di RS anak, dokter umum, bidan dan perawat.
mengenai pelaksanaan IMD yang dapat Beberapa di antaranya bahkan sudah
mereka gunakan. Keterbatasan ini diakui oleh mendapatkan sertifikat teregistrasi seperti
informan terjadi karena tidak adanya anggaran IBLCC.
dana dari pihak RS, sehingga jarang sekali
tenaga kesehatan yang dikirim untuk Sedangkan di RSUD Y, konselor laktasi
mengikuti pelatihan-pelatihan dari instansi di merupakan pekerjaan rangkapan dari dokter
luar RS. Selama ini pengetahuan tenaga spesialis anak, namun tidak semua dokter
kesehatan mengenai IMD, khususnya bidan, spesialis anak merangkap sebagai konselor
hanya diperoleh dari hasil pembelajaran laktasi namun penetapan sebagai konselor
individu dan inisiatif sendiri. Hal ini seperti laktasi tidak diatur secara tertulis oleh aturan
yang diungkapkan oleh informan dalam dan kebijakan internal Rumah Sakit seperti
kutipan wawancara di bawah ini. halnya yang terjadi di RS Swasta X. Dokter
Spesialis Anak yang didaulat sebagai konselor
”Pernah, di sini biasanya sering juga dapat laktasi lebih dikarenakan beliau telah
undangan dari luar untuk seminar tentang laktasi mengikuti pelatihan dan seminar mengenai
dan IMD yah. Hanya saja kita digilir untuk hadir ASI Eksklusif yang diselenggarakan oleh
disana. Kalau sudah pernah ikut biasanya seminar Institusi Pemerintah namun tidak tersertifikasi.
atau pelatihan berikutnya dipilih lagi bidan yang
Di samping itu, beberapa konselor laktasi di
lain untuk mendampingi konselor laktasinya. Dan
biasanya kalau abis pelatihan atau seminar, kita RSUD Y diketahui belum mengikuti pelatihan
wajib buat laporan dan presentasi didepan teman- laktasi teregistrasi seperti IBLCC dikarenakan
teman hasil atau informasi yang kita dapatkan keterbatasan dana. Hal ini sejalan dengan
dari pelatihan atau seminar tersebut, jadi walau pernyataan informan dalam kutipan
wakilnya paling cuma satu atau dua dari RS, wawancara di bawah ini.
informasi selalu berputar di sini.. sumber dana
dari RS.. direksi makanya paling dipilih wakilnya ”Konselor banyak yah. Ada dari spesialis anak,
aja dan digilir.” (Informan Bidan RS Swasta X) ada dari dokter umum dan ada juga dari bidan.
Kemudian, konselor pun dibagi dua ada yang
”Kita (pelatihan) IMD tidak pernah, PMK kita tersertifikat IBLCC ada yang tidak tersertifikat
yang pernah. Kalo IMD, kita baca-baca-baca, tapi sudah mendapatkan pelatihan rutin. Totalnya
baca-baca terus kayak Al-Qur’an. PMK yang lebih dari 20 orang. Semua yang menjadi konselor
ngadain RSCM, ya elah udah lama bener, tahun laktasi dimasukkan SK Rumah Sakit jadi kita
berapa ya, udah udik banget, udah basi banget. punya aturan yang mengatur pelaksanaan tugas
Pelatihan (yang bener) yang kayak gimana sih, Konselor Laktasi dan ini bentuk dukungan dari
kadang kita tanya-tanya, kalo ibunya beresiko, Rumah Sakit” (Informan Konselor Laktasi RS
apakah layak? Kita belum tahu kondisi-kondisi Swasta X)
kayak gitu. (Selama ini) kita liat, kalo kondisinya
bagus, ya udah kita naikkin...nggak pelatihan ya ”...saya disini juga konselor merangkap sebagai
karena nggak ada dananya bu..kalau soal SOP spesialis anak, saya memang belum ikut yang
mah nggak ada karena RS sendiri belum ada tersertifikasi seperti IBLCC gitu yah..baru level
memang mengarah kelayanan IMD.” (Informan apa yah kita bilang..yah baru level Kementerian
Bidan RSUD Y) Kesehatan aja lah, kalau yang internasional
IBLCC nggak ada dananya, untuk yang Kemenkes
Keberadaan konselor laktasi tentunya juga aja kita sharing dengan RS..sebagai konselor
merupakan hal yang penting dalam mendorong laktasi lebih karena itu tadi saya sudah mengikuti
terlaksananya IMD sesaat setelah persalinan. pelatihan atau seminar mengenai ASI
Konselor laktasi bertugas memberikan eksklusif..kalau tentang SK penetapan tidak ada,
sejauh ini belum ada memang aturan RS atau SK
penyuluhan dari masa kehamilan hingga pasca
untuk konselor laktasi..ini sebagai wujud tanggung
persalinan untuk membantu ibu menyusui
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

jawab saya saja sebagai dokter spesialis anak..” proses menyusui berlangsung sukses dan tidak
(Informan Konselor Laktasi RSUD Y) menyakitkan. Menurut Newman dan Pittman,
secara alamiah, bayi pada dasarnya tidak
memerlukan bantuan apa pun agar dapat
PEMBAHASAN mendorong pergerakannya menuju dan
melekat pada payudara ibu.18 Bayi baru lahir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui memiliki refleks olfaktori (penciuman) dan
peran dukungan tenaga kesehatan dan visual yang mampu mengenali areola dan bau
pegawasan Rumah Sakit terhadap pelaksanaan khas payudara ibu.18 Oleh sebab itu, pada
IMD di dua RS di Jakarta. Berdasarkan hasil proses awal IMD, bayi biasanya diam, namun
penelitian, ditemukan bahwa sebagian besar waspada (alert) sehingga mereka cenderung
ibu yang berhasil IMD di RS Swasta X selama untuk tidak menangis dan siap untuk memulai
ini dibantu oleh bidan pada saat mendekatkan pengalaman baru seperti belajar menyusu.
posisi bayi ke arah puting ibu. Hal ini Newman dan Pittman menambahkan bahwa
dilakukan sesuai dengan prosedur pelaksanaan pemaksaan terhadap bayi justru hanya akan
IMD yang diwajibkan oleh pihak RS. membuat bayi kesal, marah atau langsung
Sementara ibu yang melahirkan di RSUD Y tertidur.18
tidak memperoleh informasi mengenai
pelaksanaan IMD sebelumnya oleh bidan Kesuksesan praktik IMD tidak hanya
karena ketiadaan peraturan tertulis mengenai dipengaruhi oleh kesiapan ibu, namun juga
tatalaksana IMD yang dikeluarkan oleh RS. perlu didukung oleh tenaga kesehatan. Tenaga
Padahal sampai saat ini beberapa legislasi kesehatan menduduki posisi penting dalam
terkait dengan pemberian ASI eksklusif di memberikan pengaruh, edukasi, dan dukungan
Indonesia telah dikeluarkan oleh pemerintah, terhadap praktik menyusui karena mereka
antara lain Peraturan Menteri Kesehatan No. yang menangani langsung proses persalinan
240/MENKES/PER/V/1985 tentang Pengganti ibu. Pada penelitian ini, semua tenaga
ASI,13 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. kesehatan di RS Swasta X, baik bidan, dokter
237/Menkes/SK/IV/1997 tentang Pemasaran spesialis kebidanan, dokter spesialis anak
Pengganti ASI,14 Peraturan Pemerintah No. 69 maupun konselor laktasi berkomitmen untuk
tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan,15 melaksanakan IMD pada seluruh kasus
maupun Kepmenkes RI No. kelahiran. Hal ini tentu dinilai sangat baik
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian karena seluruh elemen RS berarti telah
ASI secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.16 berkomitmen dalam mendukung gerakan RS
Bahkan dalam Kepmenkes RI No. Sayang Ibu dan Bayi sebagai salah satu upaya
450/Menkes/SK/IV/2004 ditetapkan bahwa penurunan AKB di Indonesia.
tenaga kesehatan agar menginformasikan
kepada ibu mengenai anjuran ASI eksklusif Di dalam Pedoman Pelaksanaan Program
yang mengacu pada 10 Langkah Menuju Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi yang
Keberhasilan Menyusui (LMKM).16 Akan dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan telah
tetapi, sejauh ini IMD belum diakomodasi disebutkan bahwa untuk menuju RS Sayang
dalam kebijakan tersebut dan pengertian IMD Ibu dan Bayi, diperlukan adanya kebijakan
masih merujuk pada pemberian ASI segera tertulis tentang manajemen yang mendukung
dalam waktu 30 menit setelah melahirkan.17 pemberian ASI eksklusif, termasuk di
Hal ini tentu saja menyebabkan kurangnya dalamnya mengenai praktik IMD, serta upaya
penguatan kebijakan mengenai pentingnya memberdayakan kelompok pendukung ASI
IMD sehingga penerapannya di beberapa dalam menindaklanjuti pemberian ASI
fasilitas kesehatan belum sepenuhnya berjalan. eksklusif. Dengan kata lain, perlu adanya
kerjasama yang efektif antara pihak
Di sisi lain, praktik IMD sebenarnya berperan manajemen RS dengan pelaksana tenaga
penting terhadap kesuksesan ibu dalam kesehatan baik dokter, bidan, perawat maupun
menyusui. Pengalaman seorang ibu dalam kelompok penggiat ASI agar kebijakan serta
menyusui dini amat dipengaruhi oleh peristiwa pedoman pemberian ASI eksklusif dan IMD
yang berlangsung selama satu jam setelah dapat tersosialisasikan dan terimplementasikan
kelahiran bayi. Awal yang baik dalam proses dengan baik.
IMD tentu akan dapat membantu ibu agar

102
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

Namun demikian, hasil penelitian justru memperoleh dukungan dalam pelaksanaan


memperlihatkan bahwa pelaksanaan IMD di IMD sesaat setelah persalinan nantinya.
RSUD Y belum berjalan dengan baik karena
tidak adanya koordinasi yang baik antara Sejumlah hasil penelitian mengenai IMD juga
tenaga kesehatan, baik bidan, dokter spesialis menemukan bahwa praktik IMD dipengaruhi
kebidanan maupun konselor laktasi, untuk oleh sikap dan dukungan tenaga kesehatan.
dapat melaksanakan IMD pada beberapa kasus Sebuah penelitian di salah satu rumah sakit
persalinan, khususnya pada persalinan seksio pusat rujukan di Jakarta menunjukkan adanya
sesarea. Selain itu, ketiadaan SOP dan hubungan yang signifikan antara bidan yang
petunjuk tata laksana juga menjadi hambatan memiliki sikap positif terhadap IMD dengan
lain bagi para tenaga kesehatan di RSUD Y penerapan praktik IMD.17 Artinya adalah
untuk menerapkan praktik IMD. Padahal bidan yang bersikap positif akan lebih
menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia cenderung untuk melakukan IMD. Sikap
(IDAI), sosialisasi menyusui sebenarnya tetap positif bidan terhadap IMD mencakup bidan
dapat dilakukan meskipun rumah sakit belum merasa senang bila ibu mengerti akan
mempunyai kebijakan menyusui.19 pentingnya IMD, bidan mau menyebarluaskan
informasi tentang pentingnya IMD, bidan mau
Penyusunan kebijakan dan manajemen membantu melaksanakan IMD, dan bidan
menyusui di RS sudah seyogyanya mengikuti tidak mau memberikan susu botol kepada
prosedur yang sudah ditetapkan secara bayi.17 Hal ini menunjukkan tingkat
universal sebagaimana tertera dalam 10 pengetahuan bidan tentang arti dan manfaat
langkah menuju keberhasilan menyusui yang IMD sudah baik. Untuk itu, keterampilan IMD
dikeluarkan oleh World Health Organisation perlu dikuasai oleh bidan.
(WHO).19 Hal ini merupakan syarat mutlak
sebuah RS dikatakan memiliki kebijakan Menurut WHO dan Federation of
menyusui. Di samping itu, penerapan International Gynecologist Obstetritian, bidan
kebijakan menyusui juga perlu diakui sebagai tenaga profesional yang bekerja
dikomunikasikan secara rutin oleh manajemen sebagai mitra perempuan dalam memberikan
RS kepada seluruh pegawainya, sehingga dukungan dan asuhan selama masa kehamilan,
kebijakanyang telah dibuat tersebut benar- persalinan dan nifas, termasuk memberikan
benar dilaksanakan secara konsisten. asuhan kepada bayi baru lahir.21 Adapun
keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 seorang bidan salah satunya adalah
tentang pemberian ASI eksklusif sebenarnya menfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera
juga telah mengatur mengenai pelaksanaan mungkin dan mendukung ASI eksklusif.22 Hal
IMD.20 Pada peraturan tersebut jelas dikatakan ini tertuang dalam Keputusan Menteri
bahwa tenaga kesehatan dan penyelenggara Kesehatan No. 369 Tahun 2007 tentang
fasilitas kesehatan wajib melakukan IMD Standar Profesi Bidan.
terhadap bayi yang baru dilahirkan kepada
ibunya paling singkat selama 1 (satu) jam Berdasarkan hal tersebut, sudah menjadi tugas
(pasal 9 ayat 1), dan dilakukan dengan cara dan tanggung jawab seorang bidan untuk
meletakkan bayi secara tengkurap didada atau membantu proses IMD pada ibu yang baru
perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada bersalin. Bagi tenaga kesehatan lain seperti
kulit ibu (pasal 9 ayat 2).20 Pasal tersebut dokter spesialis anak misalnya, praktik
secara langsung telah menjelaskan bahwa pemberian ASI (Infant Feeding Practice),
tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas termasuk pemberian kolostrum sesaat setelah
pelayanan kesehatan wajib melakukan proses melahirkan disebutkan di dalam Pedoman
IMD segera setelah proses melahirkan pada Pelayanan Medis (PPM) yang dikeluarkan
setiap ibu serta memberikan informasi dan oleh IDAI.23 Artinya, dokter juga berperan
edukasi mengenai pentingnya IMD kepada ibu dalam mendukung pelaksanaan IMD. Selain
dan keluarganya sejak pemeriksaan kehamilan itu, keberadaan tenaga konselor menyusui juga
sampai dengan mendekati proses persalinan. sangat penting terhadap peningkatan
Sehingga diharapkan ibu-ibu yang tengah pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan
hamil dan akan melahirkan dapat terus anggota keluarga serta peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan IMD.
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

Namun, dalam penelitian ini, peran tenaga sebagian besar merupakan ibu yang
kesehatan terhadap praktik IMD tidak melahirkan di RSUD Y. Hal ini disebabkan
ditunjangoleh upaya peningkatan pengetahuan oleh belum adanya persamaan pemahaman
dan keterampilan IMD melalui kegiatan tentang IMD antara tenaga kesehatan serta
pendidikan dan pelatihan. Penelitian ini belum berjalannya prosedur pelaksanaan IMD
menunjukkan bahwa pelatihan khusus yang sesuai. Minimnya koordinasi antara
mengenai praktik IMD masih belum penolong persalinan dengan konselor ASI
dilaksanakan di RSUD Y. Padahal pelatihan menyebabkan kurangnya perhatian tenaga
AsuhanP ersalinan Normal (APN), termasuk kesehatan terhadap manfaat praktik IMD
di dalamnya materi mengenai IMD, umumnya sehingga ibu yang bersalin kurang didorong
diadakan oleh RS, fasilitas pendidikan atau untuk dapat melakukan IMD.
dinas kesehatan setempat. Keterbatasan dana
yang disediakan oleh pihak RSUD Y diketahui Dukungan tenaga kesehatan pada pelaksanaan
menjadi faktor utama kurangnya tenaga IMD tentu saja bergantung pada pengetahuan
kesehatan yang dilatih. dan keterampilan mereka tentang proses IMD
itu sendiri. Keterampilan teknis yang baik
Pada dasarnya, kegiatan pendidikan dan kemudian akan mendorong sikap yang positif
pelatihan sangat diperlukan untuk di antara tenaga kesehatan untuk melakukan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan IMD.Selain itu kondisi pendidikan dan
tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelatihan mengenai praktik IMD masih jarang
program IMD dan ASI eksklusif. Pelatihan dilakukan bagi para tenaga kesehatan di
tidak hanya berfungsi membentuk RSUD Y. Sebaliknya, pelatihan rutin terkait
keterampilan teknis tenaga kesehatan, namun IMD dan pemberian ASI sudah rutin
juga membentuk sikap positif mereka terhadap dilakukan di RS Swasta X.
pelaksanaan IMD itu sendiri sehingga dapat
mendorong dan memotivasi ibu untuk mampu
menyusui dengan benar.24 Oleh sebab itu, SARAN
keberadaan tenaga kesehatan dan konselor ASI
perlu dipertahankan dan ditingkatkan melalui Untuk mendorong adanya dukungan tenaga
kegiatan pelatihan. kesehatan terhadap pelaksanaan IMD pada
bayi baru lahir maka perlu dilakukan hal-hal
Sebagaimana disebutkan pada penelitian yang dapat membangun sikap positif tenaga
Yesie, salah satu upaya untuk memacu kesehatan. Hal tersebut di antaranya dengan
motivasi dan mendorong sikap positif tenaga meningkatkan keterampilan teknis dan
kesehatan terhadap praktik IMD adalah pengetahuan tentang IMD melalui kegiatan
dengan adanya umpan balik berupa reward pendidikan dan pelatihan yang
kepada tenaga kesehatan yang berhasil berkesinambungan dengan APN, serta
melakukan IMD maupun yang memberikan umpan balik baik sanksi maupun
menyarankan/menganjurkan ibu untuk reward bagi setiap tenaga kesehatan yang
memberikan ASI eksklusif.24 Aturan yang jelas melakukan atau tidak melakukan IMD, agar
mengatur tentang sanksi maupun reward baik tenaga kesehatan menjadi lebih serius dalam
bagi tenaga kesehatan yang melakukan atau menjalankan program tersebut. Selain itu,
tidak melakukan IMD juga perlu dibuat. kebijakan tertulis atau peraturan mengenai
Dengan demikian, tenaga kesehatan merasa pelaksanaan IMD perlu dibuat dan rutin
ada kewajiban dan senantiasa menjalankan disosialisasikan kepada seluruh petugas.
program tersebut. Penjelasan tentang manfaat dan tata laksana
IMD juga penting diberikan kepada ibu hamil
sehingga ibu-ibu tersebut nantinya akan
KESIMPULAN termotivasi untuk melakukan IMD pada
metode persalinan apapun.
Dari hasil penelitian di dua lokasi di Jakarta
yaitu RS Swasta X dan RSUD Y, ditemukan
bahwa masih ada beberapa ibu baru
melahirkan yang kurang didukung oleh tenaga
kesehatan untuk melakukan praktik IMD dan

104
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

UCAPAN TERIMA KASIH 10. Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA,


Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S,
Penulis mengucapkan terimakasih kepada para Kirkwood BR. Delayed Breastfeeding
informan penelitian yang telah berpartisipasi Initiation Increases Risk of Neonatal
dalam penelitian ini serta Tim Risbinkes 2014 Mortality. Pediatrics. 2006;117(3):e380-
baik Tim Pembina Ilmiah, Tim Sekretariat e6.
hingga Tim Peneliti atas bantuan yang telah 11. Ambarwati R, Muis SF, Susanti P.
diberikansehingga penelitian ini dapat berjalan Pengaruh konseling laktasi intensif
dengan baik. Penulis juga mengucapkan terhadap pemberian air susu ibu (ASI)
banyak terimakasih kepada Direktur Rumah eksklusif sampai 3 bulan. Jurnal Gizi
Sakit yang telah memberikan izin pelaksanaan Indonesia. 2013;2(1).
penelitian. 12. Clinical Competencies of Practice for
IBCLCs. In: International Board of
Lactation Consultant Examiners, editor.
DAFTAR PUSTAKA http://iblceorg/wp-
content/uploads/2013/08/clinical-
1. Badan Perencanaan Pembangunan competencies-indonesianpdf.
Nasional (Bappenas RI). Program 13. Peraturan Menteri Kesehatan No.
Nasional Bagi Anak Indonesia Kelompok 240/MENKES/PER/V/1985 tentang
Kesehatan. Jakarta: Bappenas; 2012. Pengganti ASI.
2. Badan Pusat Statistik, BKKBN dan, 14. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
Kementerian Kesehatan. Survei 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang
Demografi dan Kesehatan Indonesia Pemasaran Pengganti ASI.
(SDKI) 2012. Jakarta: Badan Pusat 15. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999
Statistik; 2013. Tentang Label dan Iklan Pangan, (1999).
3. Roesli U. Panduan: inisiasi menyusu dini: 16. Kepmenkes RI No.
plus asi eksklusif: Pustaka Bunda; 2012. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang
4. Saleha S. Asuhan kebidanan pada masa Pemberian ASI secara Eksklusif pada
nifas. Jakarta: Salemba Medika. 2009. Bayi di Indonesia.
5. Departemen Kesehatan. Laporan Riset 17. Fikawati S, Syafiq A. Kajian
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. implementasi dan kebijakan air susu ibu
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2010. eksklusif dan inisiasi menyusu dini di
6. Crawl IOBBB. BREAST CRAWL. 2007. Indonesia. Makara Kesehatan.
7. Örün E, Yalçin SS, Madendag Y, 2010;14(1):17-24.
Üstünyurt-Eras Z, Kutluk S, Yurdakök K. 18. Noer ER, Muis SF, Aruben R. Praktik
Factors associated with breastfeeding Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian
initiation time in a Baby-Friendly ASI Eksklusif Studi Kualitatif pada Dua
Hospital. The Turkish journal of Puskesmas, Kota Semarang. Media
pediatrics. 2010;52(1):10. Medika Indonesiana. 2011;45(3):144-50.
8. Bramson L, Lee JW, Moore E, 19. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Montgomery S, Neish C, Bahjri K, et al. Revitalisasi Rumah Sakit Sayang Bayi:
Effect of early skin-to-skin mother–infant Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2013.
contact during the first 3 hours following Available from:
birth on exclusive breastfeeding during http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/r
the maternity hospital stay. Journal of evitalisasi-rumah-sakit-sayang-bayi.
Human Lactation. 2010. 20. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012
9. Departemen Kesehatan RI. Manajemen tentang Pemberian ASI Eksklusif, (2012).
Laktasi; Buku Panduan bagi Bidan dan 21. World Health Organization. Midwife in
Petugas Kesehatan di Puskesmas. Maternity Care-Report of a WHO Expert
Departemen Kesehatan RI Direktorat Committee1966.
Jendral Bina Kesehatan Masyarakat 22. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
2005:8-10. Indonesia Nomor 369.
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar 24. Aprillia Y. Analisis Sosialisasi Program


Profesi Bidan, 2007. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
23. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman kepada Bidan di Kabupaten Klaten. 2010.
Pelayanan Medis. Jakarta2009.

106
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

LAMPIRAN
Tabel 1. Matriks Hasil Wawancara Mendalam Peran Tenaga Kesehatan Terhadap Pelaksanaan IMD di Masing-Masing Rumah Sakit

KETERANGAN KONSELOR ASI KONSELOR ASI BIDAN BIDAN OBGYN OBGYN RSUD Y
RS SWASTA X RSUD Y RS SWASTA X RSUD Y RS SWASTA X
Pelaksanaan IMD IMD di RS ini adalah IMD sangat penting Wajib dilakukan. Pasien dengan partus Wajib dilakukan. IMD penting, tapi tidak
di RS suatu kewajiban. dan nakes sangat Ada informed consent normal rata-rata IMD, mungkin dilakukan langsung
Semua tenaga kesehatan setuju, namun dalam (pernyataan kecuali bayi asfiksia atau segera bayi lahir.
harus menjamin pelaksanaannya belum persetujuan). yang lain. Paling lama Keterbatasan utama SC itu
terlaksananya IMD pada bisa ideal karena IMD dilakukan sampai 2 adalah kondisi ibu dan
semua persalinan. terbatasnya jumlah jam, namun rata-rata bayinya. Untuk SC harus
Ada informed consent SDM, sehingga yang setengah jam (sampai dipertimbangkan juga
(pernyataan dilakukan adalah selesai hatching). Jika ibu keterbatasan tempatdan waktu.
persetujuan). sebatas merasa geli, maka bayi Sulit untuk melakukan IMD
memperkenalkan bayi langsung diangkat. Ibu dalam arti sesungguhnya saat
kepada ibu dan puting dengan pre-eklampsia atau SC.
ibunya. kondisi yang lain, maka Cukup dengan pelekatan di
bayinya hanya didekatkan ruang operasi dan dilanjutkan
ke ibu saja. di ruang perawatan nifas atau
Tidak ada informed RR.
consent(pernyataan
persetujuan).
Peran Nakes Konselor laktasi, dokter IMD secara ideal Pelaksana dan Bidan mengelap bayi, Pengobservasi kondisi Belum ada peran spesifik
spesialis anak, dokter belum bisa dilakukan pendamping IMD meletakkan bayi di dada ibu pada proses untuk IMD.
obgyn dan bidan karena kurangnya pada persalinan ibu selama kurang lebih persalinan dan post Untuk IMD dilakukan
merupakan penggerak SDM. IMD selama ini spontan maupun setengah jam (sampai partum apakah dapat beberapa jam setelah
pelaksanaan IMD. dilakukan sebatas dengan operasi saesar selesai hatching) untuk melakukan IMD. persalinan.
Peranannya adalah mengenalkan bayi adalah dokter. memperkenalkan bayi Untuk pelaksana dan Fokus utama obgyn adalah
membentuk motivasi kepada ibu dan puting Bidan dengan ibu dan puting pengawas IMD adalah pada persalinan SC
dan niat untuk IMD ibunya. bertanggungjawab ibunya. Jika kondisi ibu tugas bidan IMD adalah tanggungjawab
sejak masa kehamilan. dalam pelaksanaan tidak memungkinkan (pre- pendamping. perawat anak.
Penyuluhan kepada ibu IMD pada ibu sesaat eklampsia, dan lain-lain) Sejauh ini IMD hanya berupa
hamil dilakukan secara setelah melahirkan maka bayi hanya pelekatan sesaat, itupun
rutin dibawah pada pasien bidan. didekatkan saja ke ibunya. mempertimbangkan kondisi
pengawasan konselor ibu dan bayi.
laktasi.
Keberhasilan 10
LMKM.

107
Dukungan Tenaga Kesehatan ………… (Novianti, Anissa Rizkianti)

Tabel 2. Matriks Hasil Wawancara Mendalam Terkait Pelatihan Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan IMD di Masing-Masing Rumah Sakit

KETERANGAN KONSELOR ASI KONSELOR ASI BIDAN BIDAN OBGYN OBGYN


RS SWASTA X RSUD Y RS SWASTA X RSUD Y RS SWASTA X RSUD Y
Pelatihan terkait Ada, rutin dilakukan Pelatihan sudah level 3 Ada, baik internal RS Pelatihan penting bagi Ada. Tidak ada kalau
IMD bagi nakes jika ada undangan dari NICU. Penyelenggara maupun eksternal. bidan karena pelatihan IMD.
pihak luar maupun pelatihan dari Depkes dan Kalau internal pelasksana IMD Pelatihan tentang
secara internal juga kita Dinkes. dilakukan oleh adalah bidan. IMD dan SOP nya
lakukan. Sumber biaya dari biaya konselor laktasi, kalau Jarang diikutsertakan bukan ranah dokter
Sumber dana dari sendiri dan ada pula daripos eksternal digilir siapa pelatihan karena faktor spesialis
direksi, dan jika biaya IMD, PONED, yang ikut. pembiayaan. kandungan
konselor laktasi PONEK dan PMK. melainkan
tersertifikat tergantung Pelatihan terakhir tahun spesialis anak.
kebijakan RS. 2012 atau tahun 2013 awal.
Konselor Laktasi Banyak, dari spesialis Dokter spesialis anak Banyak Dokter spesialis Banyak. Tidak ada.
anak, dokter umum dan merangkap tapi belum anakjuga merangkap
bidan. Konselor dibagi tersertifikat seperti IBLCC, sebagai konselor, tapi
dua yaitu yang baru mengikuti pelatihan hanya dokter spesialis
tersertifikat IBLCC dan lokal atau nasional saja. anak tertentu juga
yang tidak tersertifikat Tidak semua dokter yang bisa jadi
tapi sudah mendapatkan spesialis anak adalah konselor.
pelatihan rutin. Totalnya konselor.
lebih dari 20 orang. Kesadaran akan pentingnya
menyusui masih kurang,
padahal dokter spesialis
anak punya peranan penting
juga untuk IMD dan ASI
eksklusif.
Pembiayaan Pembiayaan dari direksi Dari pusat (Kemenkes) Pembiayaan dari Bidan atau perawat Dari RS Tidak tahu.
pelatihan konselor RS, kecuali ada karena pelatihannya dari direksi RS, kecuali anak jarang atau tidak
laktasi permintaan dari luar pusat. ada permintaan dari pernah ikut serta.
biasanya sharing budget luar biasanya sharing
antara peserta dengan budget antara peserta
RS. dengan RS.

108

View publication stats

You might also like