You are on page 1of 11

Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

PENGARUH EDUKASI SOP INISIASI MENYUSU DINI (IMD)


TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN LOYALITAS
BIDAN MELAKUKAN IMD DI KOTA PROBOLINGGO

THE EFFECT OF EDUCATION OF EARLY


BREASTFEEDING INITIATION (EBI) SOP TO MIDWIVES’
KNOWLEDGE, ATTITUDE AND LOYALTY TO CONDUCT
EBI IN PROBOLINGGO MUNICIPALITY.
Agnes Savitri Agni
agnes_savitri@yahoo.com

ABSTRACT

Background: The EBI is one of the programs directed to accelerate the decreasion of the Infant
Mortality Rate (IMR) in Indonesia. The presence rate of EBI in Indonesia is 29.3%, while in East
Java it is 34%(Riskesdas,2010). Objective:This research aimed to analyze the effect of adult
learning of the EBI to the midwives knowledge, attitude and loyalty to conduct EBI.Method:This
is a quasi-research (Non-randomized pre test - post test control group design), participated by 53
midwife respondents that divided in to experimental group (32 respondents) and control group (21
respondents). Results: The Wilcoxon test results, after the education there was an increase in
knowledge (p 0.000 < 0.05), in attitude (p 0.000 <0.05) on the experimental group. The Mann
Whitney test result showed a different in knowledge between the control group and the
experimental group (0.000 p < 0.05). Conclusion: Adult learning of EBI SOP had an effect on the
midwives’ knowledge and attitude to conduct EBI in Probolinggo Municipality (p<
0.05).Recommendation: The Adult Learning of EBI SOP should be implemented to health center’s
midwife.

Keywords: Adult learning of EBI SOP, midwife, commitmen, knowledge, attitude.

ABSTRAK

Latar Belakang:Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu program upaya akselerasi
penurunan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Cakupan fasilitasi IMD di Indonesia sekitar
29,3%, adapun di provinsi Jawa Timur fasilitasi IMD sekitar 34% (Laporan
Riskesdas,2010).Tujuan: Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh edukasi SOP IMD
terhadap pengetahuan dan sikap bidan melakukan IMD . Metode: Penelitian ini adalah penelitian
eksperimental quasi (Non randomized pre test – post test control group design), dengan jumlah
bidan responden 53 orang terbagi menjadi kelompok perlakuan (32 respoden) dan kelompok
kontrol (21 responden).
Hasil: Hasil ujiWilcoxon terdapat peningkatan pengetahuan (p 0,000 < 0,05) dan peningkatan
sikap sesudah edukasi ( 0,000 p < 0,05), pada kelompok perlakuan. Hasil Uji Mann Whitney
terdapat perbedaan pengetahuan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (0,000 p <
0,05). Kesimpulan: Model Pendidikan Orang Dewasa untuk SOP IMD mempengaruhi
pengetahuan dan sikap bidan melakukan IMD di Kota Probolinggo (p < 0,05). Saran: Pedidikan
Orang Dewasa tentang SOP IMD sebaiknya diterapkan kepada semua bidan penolong persalinan.

Kata kunci : POD SOP IMD, bidan, janji layanan, pengetahuan, sikap .

1
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

PENDAHULUAN IMD di Indonesia telah ada, akan tetapi

Keberhasilan pemberian ASI pada implementasinya belum optimal, cakupan

neonatal berkontribusi menurunkan angka fasilitasi IMD di Indonesia sekitar 29,3%, di

kematian bayi, disebabkan ASI sangat provinsi Jawa Timur fasilitasi IMD sekitar

bermanfaat dan tepat bagi pertumbuhan dan 34% ( Riskesdas, 2010).Diantara 9 kota

perkembangan bayi. Manfaat ASI bagi bayi yang ada di provinsi Jawa Timur maka

antara lainsebagai nutrisi yang tepat, cakupan ASI Eksklusif di Kota Probolinggo

meningkatkan daya tahan tubuh bayi adalah yang terkecil yaitu sebesar 17,03%.

terhadap kejadian infeksi, meningkatkan Dari sisi sumber daya bidan, dilihat

kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih dari jumlah bidan di Jawa Timur dan di Kota

sayang antara ibu dan bayinya. Probolinggo secara relatif cukup memadai,

World Health Organization (WHO) ratio bidan terhadap puskesmas di Jawa

dan United Nation Childrens Fund Timur sebesar 11,91, sedangkan di kota

(UNICEF) pada tahun 2007 mengeluarkan Probolinggo ratio bidan terhadap puskesmas

protokol baru tentang ”ASI segera” (IMD) sebesar 16,59 (Profil Data Kesehatan

sebagai tindakan ”life saving” atau untuk Indonesia, 2011).

menyelamatkan kehidupan bayi baru lahir Menurut Simonds (1976) edukasi

yang harus diketahui setiap tenaga kesehatan bertujuan untuk mengubah

kesehatan. Inisiasi Menyusu Dini merupakan perilaku individu, kelompok atau bahkan

rekomendasi internasional dari United masyarakat luas, dari perilaku yang tidak

Nations Children’s Fund – World Health berpihak kepada kesehatan kepada perilaku

Organization sejak tahun 1992.Protokol yang kondusif untuk mencapai kesehatan di

tersebut adalah melakukan kontak kulit ibu masa mendatang(Glanz, 2008).

dengan kulit bayi segera setelah lahir selama David Kolb menyampaikan bahwa

paling sedikit satu jam dan membantu ibu belajar berdasar pengalaman secara umum

mengenali kapan bayinya siap merupakan model pembelajaran orang

menyusu.Pencapaian 6 bulan ASI eksklusif dewasa. Menurut pengamatannya terdapat

bergantung pada keberhasilan inisiasi empat tahapan yang merupakan siklus

menyusu dini dalam satu jam pertama pembelajaran berdasarkan pengalaman

(Departemen Kesehatan, 2007). (Experiential Learning). Siklus

Adapun regulasi sebagai payung pembelajaran berdasarkan pengalaman

program IMD berdasar pada Peraturan tersebut adalah: (a) Pengalaman nyata

Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) (Concrete experience-feelings); (b)Observasi

No.33. 2012 Tentang Pemberian ASI reflektif (Reflective observation-watching);

Eksklusif, terdapat pada Bagian Kedua (c)Konsep ringkas (Abstract

Inisiasi Menyusu Dini, pasal 9. Meskipun conceptualization-thingking); (d)

perundangan maupun kebijakan tentang

2
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Pengalaman aktif (Active experimentation- prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di


doing)(David, 1999). payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksi-
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), tosin sudah mulai bekerja saat ibu
adalah proses membiarkan bayi dengan berkeinginan menyusui (sebelum bayi
nalurinya sendiri dapat menyusu segera menghisap), jika refleks oksitosin tidak
dalam satu jam pertama setelah lahir, bekerja dengan baik, maka bayi mengalami
bersamaan dengan kontak kulit antara bayi kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara
dengan kulit ibu. Bayi dibiarkan setidaknya seolah-olah telah berhenti memproduksi
selama satu jam di dada ibu, sampai dia ASI, padahal payudara tetap menghasilkan
menyusu sendiri. Karena inisiatif untuk ASI namun tidak mengalir keluar. Efek
menyusu diserahkan pada bayi, maka istilah penting oksitosin lainnya adalah
yang digunakan adalah Inisiasi Menyusu menyebabkan uterus berkontraksi setelah
Dini, bukan menyusui. Istilah menyusui lebih melahirkan. Hal ini membantu mengurangi
tepat digunakan pada ibu yang melakukan perdarahan, walaupun kadang
kegiatan memberi ASI.Inisiasi Menyusu mengakibatkan nyeri (Barbara.A, 2006);
Dini (Early Breastfeeding Initiation) atau (Hegar.B., 2008).
permulaan menyusu dini adalah bayi mulai Penelitian oleh Legawati; Djaswadi
menyusu sendiri segera setelah lahir. Dasuki; Madarina Julia di RS.Palangka
Dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit Raya, mengambil kesimpulan “praktek
ibunya, setidaknya selama satu jam segera menyusui dalam 1 bulan pertama kehidupan
setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi lebih banyak terjadi pada ibu yang
menyusu dini ini dinamakan the breast melakukan IMD dibandingkan dengan ibu
crawlatau merangkak mencari payudara yang tidak IMD”, dapat memberikan
(UNICEF, 2003). kontribusi pengambilan keputusan menyusui
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 49%(Legawati, 2011).
berkontribusi untuk berlangsungnya refleks Teori utama dalam penelitian ini
oksitosin dan prolaktin(Love reflex, let adalah Teori Proses Pengambilan Keputusan
Down Reflex). Hormon oksitosin diproduksi (Innovation Decision Process) ini berisi 5
oleh bagian belakang kelenjar hipofisis, tahapan proses yang secara berurutan akan
adapun hormone prolactin diproduksi oleh berlangsung pada seseorang yang
bagian depan hipofisis. Hormon tersebut akanmelakukan suatu inovasi baru yang
dihasilkan bila ujung saraf di sekitar diketahuinya, karena kita tahu bahwa
payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin mengimplementasikan suatu inovasi baru
akan dialirkan melalui darah menuju ke tidak dapat dilakukan secara instan ( Ryan
payudara yang akan merangsang otot di and Gross, 1943).Seseorang harus belajar
sekeliling alveoli dan memeras ASI keluar. sesuatu dengan mengerjakannya, bahkan
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding untuk sesuatu yang kamu pikir sudah kamu

3
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

ketahui, tidak akan ada kepastian sampai memperoleh fasilitasi berupa edukasi SOP
kamu mencobanya (Sophocles, 400 B.C.) IMD. Pertemuan Edukasi SOP IMD dan
Suatu sikap belum otomatis terwujud Janji Layanan IMD kepada bidan penolong
dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya persalinan dilakukan di tiap puskesmas
sikap agar menjadi suatu tindakan nyata menggunakan metode Pendidikan Orang
diperlukan faktor pendukung atau suatu Dewasa (POD). Proses pertemuan edukasi
kondisi yang memungkinkan.Pada tahap ini dilakukan dengan urutan kegiatan
keputusan (decision) terdapat dua sebagai berikut:(1). Perkenalan dan bina
karakteristik yaitu: (a) adanya intensi untuk suasanadengan menggunakan lembar Siapa
mencari informasi lanjut tentang inovasi; (b) AKU sebagai instrumen untuk melakukan
adanya intensi untuk mencoba inovasi refleksi pribadi bidan peserta. (2) Presentasi
tersebut.Tahap perubahan ( stage of change) dan curah pendapat (brain storming) secara
tersebut disebut preparasi (preparation), interaktif tentang SOP IMD dan Janji
yaitu ketika seseorang bermaksud akan Layanan IMD, dilanjutkan dengan. (3).
melakukan inovasi tersebut. Pada tahap Demonstrasi SOP IMD dengan
implementasi (implementation) ini terdapat menggunakan VCD IMD, selanjutnya,(3)
tiga karakteristik yaitu: (a) berupaya mencari Diskusi kelompok semua bidan peserta
informasi tambahan tentang inovasi; (b) dengan metode belajar kolektif, yaitu semua
menggunakan inovasi tersebut secara rutin; bidan peserta belajar diberi kesempatan yang
(c) menggunakan inovasi tersebut secara sama untuk “mengungkapkan”,
kontinyu. Tahap perubahan ( stage of “menganalisis”, menyimpulkan” dan
change) tersebut disebut aksi (action), yaitu “menerapkan”. Bidan diharapkan menjadi
ketika seseorang mengubah perilakunya peserta aktif dan berpartisipasi secara penuh
untuk menyelesaikan masalahnya. dalam diskusi tersebut.
Topik diskusi kelompok adalah
METODE PENELITIAN mengkaji karakteristik inovasi yaitu

Penelitian ini adalah penelitian melakukan IMD sesuai SOP. Topiknya

eksperimental quasi (Non randomized pre adalah sebagai berikut: apakah inovasi ini

test – post test control group design). lebih baik dari tindakan sebelumnya?

Penelitian iniuntuk melihat apakah ada (relativeadvantage), apakah inovasi ini

pengaruh edukasi SOP IMD terhadap sesuai dengan sosok pengambil keputusan

pengetahuan dan sikap bidan untuk (bidan)? (compatibility), apakah inovasi ini

melakukan IMD pada saat menolong rumit atau mudah dilaksanakan?

persalinan. (complexity), apakah inovasi ini dapat

Semua bidan di 3 Puskesmas dicoba sebelum diputuskan untuk dilakukan?

perlakuan yakni puskesmas Jati, puskesmas (trialability), apakah hasil dari inovasi

Kanigaran dan puskesmas Ketapang mudah untuk diamati? (observability) (Glanz

4
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

O. , 2008).Dilanjutkan dengan menyusun pengganggu: Umur bidan, Masa kerja bidan,


kesepakatan Janji Layanan IMD merupakan Penghasilan perbulan bidan.
bentuk komitmen bidan secara tertulis untuk Dalam penelitian ini data diperoleh
melakukan fasilitasi IMD sesuai SOP pada dari dua sumber data, yaitu data primer yang
saat menolong persalinan. diperoleh dari responden dan data sekunder
Semua bidan di tigapuskesmas yang diperoleh dari pencatatan dan
kontrol yaitu puskesmas Sukabumi, pelaporan Puskesmas. Jenis dan sumber data
puskesmas Kedopok dan puskesmas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Ketapang hanya menerima materi SOP IMD Data Primer merupakan data yang
untuk dipelajari sendiri. Tes akan dilakukan dikumpulkan atau diperoleh secara langsung
sebanyak dua kali untuk masing-masing dari subyek penelitian (bidan Puskesmas).
bidan yaitu sebelum dilakukan distribusi Pengumpulan data primer dilakukan melalui
materi SOP IMD (pre test) dan dilakukan wawancara dengan menggunakan pedoman
(post test) pada masa akhir penelitian. wawancara dan menggunakan kuesioner
Lokasi penelitian adalah di Kota sebagai instrumen pengumpul data yang
Probolinggo, waktunya pada bulan Februari- telah diuji atau dikonsulkan kepada para
Juli 2013.Kota Probolinggo dipilih karena ahli.Data Sekunder:merupakan data yang
persentasecakupan pemberian ASI Eksklusif diperoleh secara tidak langsung dari
terkecil antara semua kota di Jawa puskesmas berupa jumlah bidan, alamat
Timur.Populasidalam penelitian adalah rumah bidan, jumlah ibu bersalin, alamat ibu
Bidan Puskesmas di Kota Probolinggo yang bersalin, bidan penolong persalinan dan
bekerja pada saat penelitian jumlah persalinan.
berlangsung.Sampel total Bidan Puskesmas Data hasil pengukuranyang
penolong persalinan di wilayah Puskesmas terkumpul dilakukan edit data, penghitungan
perlakuan dan Puskesmas kontrol di Kota skor, memberi kode, tabulasi kedalam data
Probolinggo yang bekerja pada saat induk yang berupa kolom dari semua
penelitian berlangsung. variabel sesuai dengan keperluan analisis.
Kelompok perlakuan terdiri dari Data dari semua variabel akan dianalisis
bidan dari Puskesmas Jati, Kanigaran, dengan menggunakan uji statistik sebagai
Ketapang berjumlah 32 orang, kelompok berikut :
kontrol terdiri dari bidan dari Puskesmas (a) Uji beda Mann Whitney bertujuan untuk
Sukabumi, Kedopok dan Wonoasih melihat perbedaanantara kelompok
berjumlah 21 orang.Variabel penelitiannya perlakuan dengan kelompok kontrol.
adalah sebagai berikut, Variabel : Edukasi (b) Uji peringkat Wilcoxon bertujuan untuk
SOP IMD dan Janji Layanan IMD, melihat beda hasil pre test dan post test
Pengetahuan, Sikap, Loyalitas,Variabel dikelompok perlakuan maupun di kelompok
kontrol.

5
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

HASIL PENELITIAN variabel dalam penelitian ini, agar informasi

Pada bab ini akan disajikan data yang rinci dan jelas dari penelitian ini dapat

berdasarkan hasil penelitian. Diskripsi data dimanfaatkan.

ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi semua Karakteristik responden (bidan)

pihak yang berkaitan dan menaruh perhatian yaitu umur, pendidikan, masa kerja dan

pada kegiatan Inisiasi Menyusu Dini.Data penghasilan perbulan, 32 bidan dari tiga

diperoleh dari 53 kuesioner untuk bidan puskesmas perlakuan yaitu puskesmas Jati,

puskesmas dari 6 puskesmas, dimana 3 Kanigaran dan Ketapang dan 21 bidan dari 3

puskesmas merupakan puskesmas perlakuan puskesmas kontrol yaitu puskesmas

dan 3 puskesmas merupakan puskesmas Wonoasih, Kedopok dan Sukabumi

kontrol, masing-masing pada saat Pre Test terperinci seperti pada tabel 1

dan Post Test.Diskripsi yang disajikan


merupakan gambaran dari masing-masing
Tabel.1. Karakteristik Bidan Puskesmas Kota Probolinggo, 2013.
No Variabel Kelompok Komparasi
Perlakuan (n = 32) Kontrol (n = 21)
1 Umur
x± SD 28 ± 7,562 28 ± 8,623 p = 0,302
(Min – Maks) (22 – 53) (23 – 53)
2 Pendidikan
D3 28 (87,5%) 18 (85,7%) p = 0,841
D4 3(9,4%) 2(9,5%)
S1 1(3,1%) 1(4,8%)
3 Masa Kerja
x ± SD 4 ± 7,2278 5 ± 8,9254 p = 0,147
(Min – Maks) (3 – 28) (2 – 32)
4 Penghasilan
x ± SD 1,900,000 ± 804,269 2,000,000± 896,045 p = 0,132
(Min – Maks) (400,000 – 4,000,000) (1,450,000 –5,000,000)

Pada puskesmas perlakuan umur (85,7%), D4berjumlah 2 orang (9,5%) dan


bidan terendah adalah 22 tahun dan umur S1 berjumlah 1 orang (4,8%).
bidan tertinggi adalah 53 tahun. Adapun di Pada puskesmas perlakuan masa
puskesmas kontrol umur bidan terendah kerja bidan terendah adalah 0,3 tahun dan
adalah 28 tahun dan umur bidan tertinggi masa kerja bidan tertinggi adalah 28 tahun.
juga 53 tahun. Adapun di puskesmas kontrol masa kerja
Pada puskesmas perlakuan, bidan bidan terendah adalah 2 tahun dan masa
dengan dasarpendidikan D3 berjumlah 28 kerja bidan tertinggi 32 tahun.
orang (87,5%), D4 berjumlah 3 orang Pada puskesmas perlakuan penghasilan
(9,4%) dan S1 berjumlah 1 orang (3,1%). perbulan bidan terendah adalah Rp.400,000
Adapun di puskesmas kontrol, bidan dengan dan penghasilan perbulan bidan tertinggi
dasar pendidikan D3 berjumlah 18 orang adalah 4,000,000. Adapun di puskesmas

6
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

kontrol penghasilan perbulan bidan terendah Pengaruh Edukasi SOP IMD dan Janji
Layanan IMD terhadap Pengetahuan,
adalah Rp.1,450,000 dan penghasilan
Sikap, Loyalitas Bidan melakukan IMD
perbulan bidan tertinggi Rp. 5,000,000. 1. Pengetahuan Bidan:
Hasil Uji Komparasi antara kelompok Terjadi peningkatan pengetahuan bidan
perlakuan dan kelompok kontrol diperoleh pada kelompok perlakuan sesudah
hasil “Tidak ada perbedaan yang bermakna intervensi 71,9% berstatus pengetahuan
umur, pendidikan, masa kerja dan tinggi,sedangkan bidan pada kelompok
penghasilan antara kelompok perlakuan dan kontrol sesudah intervensi
kelompok kontrol”. barumencapaistatus pengetahuan cukup
90,5%.

Tabel 2.Kategori PengetahuanIMD Bidan Puskesmas kota Probolinggo, 2013.


Kategori Pengetahuan Pre Tes Pos Tes
Kelompok
F % F %
Rendah ( <5) 15 46,9 1 3,1
Perlakuan
Cukup (5-10) 17 53,1 8 25,0

Tinggi (11-15) 0 0 23 71,9


32 100 32 100
Rendah ( <5) 10 47,6 2 9,5
Kontrol Cukup (6-10) 11 52,4 19 90,5
Tinggi (11-15) 0 0 0 0
21 100 21 100

HasilUji Mann-Witney, dari hasil perbedaan pengetahuan yang bermakna


pre test diperoleh angka signifikansi p = antara sebelum dan sesudah edukasi SOP
0,958 (p > 0,05), dapat disimpulkan bahwa “ IMD dan Janji Layanan IMD. Pada
tidak ada perbedaan pengetahuan awal kelompok kontrol diperoleh angka
bermakna antara kelompok perlakuan dan signifikansi 0,011 ( p < 0,05), dengan
kelompok kontrol. Pada pengetahuan akhir demikian disimpulkan terdapat perbedaan
diperoleh angka signifikansi p = 0,000 (p < pengetahuan yang bermakna antara sebelum
0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada dan sesudah intervensi yaitu distribusi SOP
perbedaan bermakna pengetahuan akhir IMD.
antara kelompok perlakuan dengan 2. Sikap Bidan
kelompok kontrol. Gambaran sikap bidan berupa respon
Dengan Uji Wilcoxon, pada emosional terhadap tindakan IMDsesuai
kelompok perlakuan dari hasil tes diperoleh IMD baik dari puskesmas perlakuan
angka signifikansi p = 0,000 ( p < 0,05 ), maupun puskesmas kontrol,sebelum dan
dengan demikian disimpulkan terdapat sesudah perlakuan, dapat dilihat dari tabel 3.

7
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Tabel.3.Tabel Kategori Sikap Bidan Puskesmas tentang IMD Kota Probolinggo, 2013.
Kategori Sikap Pre Test Post Test
Kelompok
F % F %
Senang 13 40,6 27 84,4
Perlakuan
Kurang senang 19 59,4 5 15,6

Tidak senang 0 0 0 0
Jumlah 32 100 32 100

Senang 6 28,6 7 33,3


Kontrol
Kurang senang 15 71,4 14 66,7
Tidak senang 0 0 0 0

Jumlah 21 100 21 100

Dengan Uji Mann-Witney, dari hasil demikian disimpulkan terdapat perbedaan


pre test diperoleh angka signifikansi p = sikap yang bermakna antara sebelum dan
0,375 ( p > 0,05), dapat disimpulkan bahwa sesudah edukasi SOP IMD dan Janji
tidak ada perbedaan sikap yang bermakna Layanan IMD. Pada kelompok kontrol
antara kelompok perlakuan dan kelompok diperoleh angka signifikansi p = 0,046 ( p <
kontrol di awal. Pada pengetahuan akhir 0,05), dengan demikian disimpulkan “
diperoleh angka signifikansi 0,136 (p > terdapat perbedaan sikap yang bermakna
0,05). Dapat disimpulkan bahwatidak ada antara sebelum dan sesudah distribusi SOP
perbedaan bermakna sikap akhir antara IMD.
kelompok perlakuan dengan kelompok 3. Loyalitas Bidan
kontrol. Loyalitas bidan pada kedua kelompok baik
Dengan Uji Wilcoxon, pada kelompok kelompok perlakuan maupun kelompok
perlakuan dari hasil tes diperoleh angka kontrol sesudah intervensi sebagian besar
signifikansi p = 0,000 ( p < 0,05 ), dengan bidan tetap berada pada status kurang patuh.
Tabel 4. Tabel Kategori Loyalitas Bidan Puskesmas Kota Probolinggo, 2013.
Kategori Loyalitas Pre Test Post Test
Kelompok F % F %
Patuh 2 6,3 0 0
Perlakuan Kurang patuh 27 84,4 32 100
Tidak patuh 3 9,4 0 0
Jumlah 32 100 32 100
Patuh 2 9,5 1 4,8

8
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Kontrol Kurang patuh 19 90.5 20 95,2


Tidak patuh 0 0 0 0
Jumlah 21 100 21 100

Dengan Uji Mann-Witney, pada awal pembelajarannya berpusat pada peserta belajar.
diperoleh angka signifikansi p = 0,222 (p > Hal ini bertujuan untuk mengembangkan
0,05), dapat disimpulkan bahwa tidak ada pembelajaran yang efektif dimana masing-
perbedaan loyalitas yang bermakna antara masing peserta belajar dapat mencapai
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di pemahaman dengan cara yang nyaman
awal. Pada akhir diperoleh angka signifikansi p (Malcolm, 1970). David Kolb menyampaikan
= 0,137 ( p > 0.05). Dapat disimpulkan juga bahwa belajar berdasar pengalaman secara
bahwa tidak ada perbedaan bermakna loyalitas umum merupakan model pembelajaran orang
akhir antara kelompok perlakuan dengan dewasa. Menurut pengamatannya terdapat
kelompok kontrol. empat tahapan yang merupakan siklus
Dengan Uji Wilcoxon, pada kelompok pembelajaran berdasarkan pengalaman
perlakuan dari hasil tes diperoleh angka (Experiential Learning). Siklus pembelajaran
signifikansi p = 0,655 ( p > 0,05 ), dengan berdasarkan pengalaman tersebut adalah: (a)
demikian disimpulkan tidak terdapat perbedaan Pengalaman nyata (Concrete experience-
loyalitas yang bermakna antara sebelum dan feelings); (b) Observasi reflektif (Reflective
sesudah edukasi SOP IMD dan Janji Layanan observation-watching); (c) Konsep ringkas
IMD. Pada kelompok kontrol diperoleh angka (Abstract conceptualization-thingking); (d)
signifikansi p = 0,317 ( p > 0,05), dengan Pengalaman aktif (Active experimentation-
demikian disimpulkan tidak terdapat perbedaan doing) (David, 1999). Adapun menurut Dave
loyalitas yang bermakna antara sebelum dan Meier dalam bukunya The Accelerated
sesudah intervensi yaitu distribusi SOP IMD. Learning Handbook (2002), menyatakan
Edukasi SOP IMD dan Janji pendidikan orang dewasa (POD) yang
dilaksanakan dalam bentuk kelompok disebut
Layanan IMD
model belajar kolektif. Belajar kolektif adalah
Mengacu pada teori Rogers (2003)
cara belajar dari, oleh, untuk peserta. Setiap
maka proses dimana bidan mendapat edukasi
peserta aktif dalam proses pembelajaran. Setiap
sampai melakukan tindakan IMD tidak bisa
peserta mendapatkan kesempatan untuk
dicapai secara instan. Sophocles menyatakan,
mengungkapkan pengalaman dan pendapat
seseorang harus belajar sesuatu dengan
selama mengikuti pertemuan edukasi. Akhirnya
mengerjakannya, bahkan untuk sesuatu yang
peserta dapat meningkatkan pengetahuan, sikap
kamu pikir sudah kamu ketahui, tidak akan ada
dan komitmennyabersama anggota
kepastian sampai kamu mencobanya (Rogers,
kelompoknya.
2003).
Model edukasi menggunakan konsep
POD (Pendidikan Orang Dewasa) pusat KESIMPULAN

9
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Hasil penelitian ini menunjukkan David K., (1999). Experiential Learning.


bahwa edukasimodel pendekatan orang dewasa Experiences as the source of learning and
tentang melakukan IMD sesuai SOP oleh bidan development. Cleveland: IN.FT Press.
mempengaruhi pengetahuan dan sikap bidan Depkes., (2003). Buku Modul Pelatihan Citra
tentang IMDsesuai SOP. Bidan yang memiliki Diri Bidan Awal Sehat Untuk Hidup Sehat.
kategori pengetahuan cukup akan berpeluang Jakarta: path USAID.
lebih besar melakukan tindakan IMD tidak Depkes., (2008). Paket Modul Kegiatan IMD
sesuai SOP dibandingkan bidan dengan kategori dan ASI Eksklusif 6 bulan. Jakarta: Depkes RI -
pengetahuan tinggi, demikian pula bidan yang USAID Indonesia.
menunjukkan sikap kurang senang akan Depkes J., (2008). Pelatihan Klinik Asuhan
berpeluang lebih besarmelakukan tindakan IMD Persalinan Normal. Jakarta: JNPK.
tidak sesuai SOP dibandingkan bidan yang Fikawati S., (2010). Kajian implementasi dan
menunjukkan sikap senang terhadap IMD. kebijakan ASI Eksklusif dan IMD di Indonesia.
Makara Kesehatan Vol 1, no 1, hal 17-24.
SARAN Glanz O., (2008). Diffusion of Innovations.

Edukasi SOP IMD dengan model Pendidikan Dalam R. V. Glanz, Health Behavior and

Orang Dewasa sebaiknya diterapkan untuk Health Education (hal. 319-320). San

semua bidan penolong persalinan. Francisco: Jossey Bass.


Hastuti P.Tulus. (2010) Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan Program
DAFTAR PUSTAKA
IMD ole Bidan Desa di Puskesmas Kabupaten
Alisjahbana.S.A., (2010). Laporan MDGs.
Magelang. Jurnal Kesehatan UNDIP 2010.
Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Hal.1-4.
Milenium Indonesia 2010. Jakarta: Bappenas.
Hegar Badriul., ( 2008). Bedah ASI. Ikatan
Arora S., (2000). Major factors influencing
Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.
Breastfeeding Rates. Pediatrics Vol.106, no 5,
UNICEF. (2011). KAP Survey Model. Analysis
2005, p 1-5.
Support and Advocacy Service.
BarbaraA.,(2006). Present Knowledge in
Legawati., (2011) Pengaruh IMD terhadap
Nutrition.9th Ed. International Life Science
praktek menyusui 1 bulan pertama,Jurnal Gizi
Institute Washington,DC.
Klinik Indonesia, Vol 8, no 2, p 60-68.
Blass T., (1999). Some Things We Know Now
Li,R. (2005) Breastfeeding Rates in the United
About Obedience to Authority. Journal of
States by Characteristics of the Child, Mother,
Applied Social Psychology, 1999, 29,5, p. 955-
or Family,Pediatrics,Vol 115, no 1, p 31-37.
978. University of Maryland Baltimore County.
Malcolm, K. (1980). The Modern Practice of
Daryati. (2008) Hubungan Karakteristik,
Adult Education-Andragogy versus Pedagogy,
Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Praktek
Michigan: Association Press.
Bidan dalam IMD pada ibu Bersalin di Sanggau
Mardiah. (2011) Faktor-faktor yang
Kalimantan Barat. Jurnal Kesehatan.
berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam

10
Vol XI Nomor 2 April 2016 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

mendukung Program IMD di Kota Pekanbaru. Rita D., (2007). Adult Learning Theories and
Jurnal Kesehatan 2011. Hal. 1-7. Practices. Sierra Training Associates, Inc.
Meier, D. (2002). The Accelerated Learning . Rogers, M.E. (2003)Diffusion of Innovations.
The Mc.Graw-Hill Companies, Inc. New York: Free Press, p 168-218.
Muthahhari., (2011). Kumpulan Undang- Qiu,L. (2009) Initiation of Breastfeeding and
Undang Praktek Kedokteran, Rumah Sakit, prevalence of exclusive breastfeeding at
Kesehatan, Jakarta: Prestasi Pustaka. hospital discharge in urban, suburban and rural
Niswah dan Aisyaroh. (2010) Hubungan areas of Zhejiang China,International
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang Breastfeeding Journal, p 1-7.
IMD dengan Praktek IMD di Puskesmas Kota Sarlito S. W., (2005). Teori Psikologi Sosial.
Semarang. Jurnal Kesehatan 2010. Hal. 1- 14. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo S., (2003). Pengantar Masa kerja Sudibyo., (2008) Respon pasien dan petugas
Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan, kesehatan terhadap waktu tunggu di poliklinik
Yogyakarta: Andi Offset. rawat jalan rumah sakit dalam perspektif sosio-
Pemerintah Kota Probolinggo Dinas Kesehatan. budayaSurabaya, disertasiProgram Pasca
(2011). Profil Dinas Kesehatan Kota Sarjana UNAIR.
Probolinggo Tahun 2010. UNICEF., (2003). Initiation of Breastfeeding by
Pemerintah Provinsi Jawa Timur., (2011)Profil Breast crawl, New Delhi: UNICEF India.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun UNICEF-ILO., (2011). Knowledge Attitude
2010. Practices and Expectations (KAPE) Study on
Priscilla V., (2007-2008)Early Breastfeeding Child Labour in Bangladesh. UNICEF
Practice in West Sumatra, ICHD, Amsterdam: Bangladesh.
Institute Royal Tropical Development Policy & USAID K., (2010). Modul Kesehatan tentang
Practice Vrije Universiteit. Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia., ASI Eksklusif, Jakarta: USAID Indonesia.
(2011) Profil Kesehatan Indonesia 2010.

11

You might also like