You are on page 1of 6

ISSN No.

1978-3787 Media Bina Ilmiah 1


…………………………………………………………………………………………………………

FAKTOR RESIKO PENULARAN PENYAKIT MALARIA


DI SEKITAR LAGUNA KECAMATAN TANJUNG
KABUPATEN LOMBOK UTARA

Oleh :

I Wayan Getas
Siti Zaetun
Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram

Abstract: Background: Out of five subdistricts at District of Lombok Utara, Subdistrict of Tanjung is the
highest endemic area in the last three years (2007-2009), due to the existence of lagoons that have suspected
as malaria vector breeding place. Objective: To identify risk factor of malaria disease infection around the
lagoon at Subdistrict of Tanjung, District of Lombok Utara. Method: The study was analytic observational
with case control study design. Samples were taken consecutively. Data analysis used bivariate with chi
square and multivariate with logistic regression. Result: The result of logistic regression analysis showed
significant risk factors of the incidence of malaria were distance of the lagoon with score of p=0.001, OR
5.826 and CI 95% 2.101-16.153; going out at night with score of p=0.001, OR 5.841 and CI 95% 2.037-
16.748; condition of house wall with score of p=0.005, OR 4.726 and CI 95% 1.610-13.872; presence of
Anopheles larva in the laggon with score of p=0.022, OR 3.078 and CI 95% 1.185-9.090; and use of
mosquito repellent with score of p=0.043, OR 3.075 and CI 95% 1.035-9.152. Conclusion: Distance of the
lagoon, going out at night, condition of house wall, presence of Anopheles larva in the lagoon and use of
mosquito repellent were risk factors for the incidence of malaria disease of the community living around the
lagoon at Subdistrict of Tanjung, District of Lombok Utara.

Key word: malaria, faktor risiko, lagoon

PENDAHULUAN
Tanjung merupakan salah satu kecamatan yang penyakit malaria di Indonesia (Harijanto, 2000).
terdapat di wilayah Kabupaten Lombok Utara, yang Kejadian malaria juga dipengaruhi oleh faktor risiko
wilayahnya secara geografis terdiri dari perbukitan, yang berhubungan dengan nyamuk Anopheles
persawahan, perkebunan, sungai, laguna, pantai dan sebagai vektor malaria yang menyebabkan penularan
secara ekologi sangat potensial sebagai tempat penyakit malaria (Barodji et al., 1992; Marwoto et
perindukan nyamuk. Kecamatan Tanjung al., 1992; Mardihusudo, 1997). Jenis vektor
menduduki urutan tertinggi kasus malaria tahun penyebab penularan malaria di Kecamatan Tanjung
2007-2009, dari lima kecamatan di Kabupaten adalah An. sundaicus dan An. Subpictus (Dinkes
Lombok Utara, yaitu tahun 2007; 45,58‰, tahun Lombk Utara, 2009). Tempat perkembangbiakan
2008; 30,95‰, dan tahun 2009 sebesar 36,62‰ nyamuk An. subpictus hampir sama dengan An.
(Dinkes Lombok Utara, 2009). sundaicus yaitu pada daerah laguna yang airnya
Sebagian besar permukiman penduduk berada payau dan juga air tawar (Depkes RI, 1999)
di sekitar laguna seperti penduduk desa Medana, Program pemberantasan malaria sudah
Jenggala, Tanjung dan desa Sokong berjarak ± 100- dilaksanakan di Kecamatan Tanjung khususnya pada
2000M dari laguna dan termasuk dalam kategori daerah sekitar laguna dengan cara pembagian
medium incidence area (MIA) dengan angka kelalambu, pemberian obat terhadap penderita, tetapi
kejadian malaria di atas 10-50‰. Angka kejadian hasilnya kurang memuaskan, ditunjukkan dengan
malaria pada tahun 2009 untuk masing-masing desa masih tingginya kasus malaria di daerah tersebut.
tersebut adalah Medana sebesar 37,19‰, Jenggala Kemungkinan hal ini dikarenakan perilaku dan
34,4‰, Tanjung 59,78‰ dan Sokong sebesar kesadaran penduduk tentang kebersihan lingkungan
35,19‰ (Dinkes Lombok Utara, 2009). masih kurang, terutama kebersihan lingkungan
Lingkungan fisik, kimia, biologis dan sosial rumah dan laguna sebagai tempat berkembangbiak
budaya sangat berpengaruh terhadap penyebaran nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria.

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 6, No. 4, Juni 2012
2 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

METODE
Penelitian ini bersifat observasional analitik, a. Analisis Bivariat Faktor Risiko Dengan
dengan metode yang digunakan adalah studi kasus Kejadian Malaria
kontrol (case-control study). Teknik sampling
Tabel 2. menunjukkan bahwa lingkungan
nonprobabilitas dengan cara consecutive sampling
biotik, jarak laguna, kondisi dinding rumah,
dimana semua subyek yang datang dan memenuhi
pemakaian plafon, kebiasaan keluar malam,
kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
pemakaian obat anti nyamuk dan keberadaan jentik
sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi
berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria.
(Sastroasmoro dan ismail, 2006).
Sedangkan pemakaian kawat kasa dan pemakaian
Subyek penelitian adalah pasien yang datang ke
kelambu tidak berpengaruh signifikan terhadap
Puskesmas Tanjung yang berasal dari Desa Medana,
kejadian malaria.
Tanjung, Jenggala dan desa Sokong yang dinyatakan
positif malaria berdasarkan hasil pemeriksaan Tabel 2. Analisis Bivariat Faktor risiko Dengan
sediaan darah oleh Laboratorium sebagai kasus dan Kejadian Malaria di Sekitar Laguna
negatif sebagai kontrol. Analisis data menggunakan Kecamatan Tanjung
analisis univariat, Bivariat dan Multivariat (regresi
logistik).

HASIL
Karakteristik responden, menunjukkan bahwa
mayoritas responden pada penelitian ini berumur 31-
40 tahun (28,6%); dilihat dari karakteristik jenis
kelaminnya mayoritas adalah wanita (50,9%);
dengan pendidikan SD (35,7%); dan tidak bekerja
(28,6%). Dilihat dari pekerjaannya, pada urutan
kedua adalah petani (25,9%) dan nelayan (24,1%).
Hasil analisis univariat disajikan pada Tabel 1.
menunjukkan bahwa mayoritas terdapat biotik di
laguna (56,3%); dan jarak dengan laguna dekat
(53,6%), mayoritas kondisi dinding rumahnya tidak
rapat (58,9%); tidak memakai kawat kasa (85,7%);
dan tidak memakai plafon (56,2%), dan mayoritas Keterangan: * Signifikan (p<0,05)
tidak keluar pada malam hari (51,8%);
menggunakan obat anti nyamuk (68,8%); dan tidak b. Analisis Multivariat Faktor Risiko Dengan
menggunakan kelambu (65,2%). Faktor risiko yang Kejadian Malaria
berasal dari vektor malaria, yaitu keberadaan jentik
Anopheles di laguna mayoritas terdapat jentik Hasil analisis bivariat, diketahui bahwa dari 9
Anopheles (57,1%). variabel bebas terdapat tujuh variabel yang
berpengaruh signifikan (p<0,05) terhadap kejadian
Tabel 1. Analisis Univariat Faktor Risiko Dengan malaria, yaitu: lingkungan biotik, jarak laguna,
Kejadian Malaria di Sekitar Laguna, kondisi dinding rumah, pemakaian plafon, keluar
Kecamatan Tanjung malam hari, pemakaian obat anti nyamuk, dan
keberadaan jentik Anopheles di laguna. Dengan
demikian analisis multivariat mengikut sertakan
ketujuh variabel bebas tersebut. Analisis multivariat
menggunakan teknik analisis regresi logistik, dengan
bantuan software komputer SPSS versi 12.0 dengan
Backward Method, yaitu dengan menghilangkan
satu demi satu variabel bebas (independent variable)
yang tidak mempunyai pengaruh signifikan.
Hasil analisis regresi model 3 (tahap akhir),
seperti disajikan pada Tabel 3. diketahui bahwa
semua variabel bebas yang dianalisis menunjukkan
pengaruh yang signifikan (p<0,05). Hal ini berarti
bahwa lingkungan (jarak laguna dan kondisi dinding
rumah), perilaku manusia (keluar malam hari dan
penggunaan obat anti nyamuk), serta keberadaan
_____________________________________
Volume 6, No. 4, Juni 2012 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 3
…………………………………………………………………………………………………………
jentik Anopheles pada laguna berpengaruh secara bambu yang banyak terdapat celah jalan masuknya
signifikan (p<0,05) terhadap kejadian malaria. nyamuk Anopheles, keadaan ini menyebabkan
terjadi kontak antara penghuni rumah dengan
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor- nyamuk Anopheles, sehingga kejadian malaria
faktor Risiko Dengan Kejadian Malaria di meningkat.
Sekitar laguna, Kecamatan Tanjung Pemakaian kawat kasa tidak berpengaruh
signifikan terhadap kejadian malaria. Berdasarkan
hasil observasi dilapangan sebagian besar penduduk
tidak menggunakan kawat kasa (47,9%).
Pemakaian plafon tidak berpengaruh
signifikan terhadap kejadian malaria.

Keluar malam hari berpengaruh signifikan


terhadap kejadian malaria. Karena sebagian besar
responden mempunyai kebiasaan di luar rumah
sampai larut malam seperti (bertamu di rumah
tetangga duduk diberanda rumah yang terbuka,
diskusi di kebun), Anopheles sundaicus dan
Anopheles subpictus bersifat eksofilik dan eksofagik
akan memudahkan gigitan nyamuk di luar rumah
(Harijanto, 2000). Kebiasaan ini semakin berisiko
Keterangan : * berpengaruh signifikan (p<0,05). jika orang terbiasa keluar rumah tanpa memakai
pakaian pelindung seperti baju berlengan panjang,
Variabel yang paling berpengaruh terhadap celana panjang dan repellant (Depkes, 2007).
kejadian malaria adalah jarak laguna kemudian Pemakaian obat anti nyamuk berpengaruh
diikuti oleh variabel lain yaitu, keluar pada malam signifikan terhadap kejadian malaria. Hal ini
hari memberikan kontribusi positif tertinggi kedua disebabkan asap obat nyamuk dapat mengusir
terhadap kejadian malaria, kondisi dinding rumah nyamuk dan sifat kimianya dapat membunuh
yang tidak rapat memberikan kontribusi positif pada nyamuk, sehingga seseorang dapat terhindar dari
urutan ketiga terhadap kejadian malaria, keberadaan gigitan nyamuk dan terhindar dari infeksi
jentik anopheles pada laguna memberikan kontribusi plasmodium.
positif pada urutan keempat terhadap kejadian Pemakaian kelambu tidak berpengaruh
kejadian malaria dan tidak memakai obat anti signifikan terhadap kejadian malaria artinya pakai
nyamuk memberikan kontribusi positif kelima atau tidak pakai kelambu penghuni rumah tetap akan
terhadap kejadian malaria di sekitar laguna, tertular malaria. Kemungkinan hal ini dikarenakan
Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara. oleh beberapa hal; pemakaian kelambu pada saat
Lingkungan biotik tidak berpengaruh signifikan tidur masih bisa digigit nyamuk, karena saat
terhadap kejadian malaria artinya ada atau tidaknya kelambu dibuka dan ditutup ada peluang nyamuk
biota air pada laguna tidak menjadi faktor risiko untuk masuk, pemasangan kelambu yang terlalu
terhadap kejadian malaria. tinggi akan memberikan kesempatan nyamuk masuk
Jarak laguna berpengaruh signifikan terhadap melalui celah antara kelambu dengan tempat tidur,
kejadian malaria. Hal ini dikarenakan lingkungan kondisi kelambu yang dipakai banyak sobek atau
fisik dan kimia pada laguna mendukung sebagai berlubang sehingga nyamuk bisa keluar masuk
tempat berkembangbiak nyamuk dan terdapat jentik kedalam kelambu, jumlah kelambu yang dibagikan
Anopheles sebagai vektor malaria, ada biota air tidak sesuai dengan jumlah kamar, sehingga keadaan
yang potensial sebagai tempat berkembangbiak dan ini yang menyebabkan kejadian malaria tetap tinggi
didukung oleh kemampuan nyamuk Anopheles Keberadaan jentik Anopheles pada laguna
terbang 0,5-2km dari tempat perkembangbiakannya berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria.
(Depkes, 2007). Jarak pemukiman dengan tempat Hal ini disebabkan karena didalam laguna sebagai
perindukan vektor Anopheles sp berhubungan tempat berkembang biak nyamuk vektor malaria
dengan kejadian malaria. Artinya semakin dekat terdapat biota (tanaman air) yang berperan sebagai
jarak pemukiman dengan laguna semakin besar tempat mencari makan, beristirahat dan berlindung
faktor risiko tertular penyakit malaria. dari serangan predator. Keadaan ini dapat
Kondisi dinding rumah berpengaruh signifikan meningkatkan penularan penyakit malaria terhadap
terhadap kejadian malaria. Hal ini disebabkan responden yang tinggal dekat dengan laguna.
kondisi rumah penduduk sebagian besar rumah
panggung dengan dinding terbuat dari anyaman

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 6, No. 4, Juni 2012
4 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


a. Simpulan
Ahmadi, Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa
Lingkungan biotik di laguna tidak berpengaruh
Lubuk Nipis, Kecamatan Tanjung
secara signifikan terhadap kejadian malaria,
Agung Kabupaten Muara Enim,
sedangkan jarak laguna dekat merupakan faktor
Universitas Diponogoro, Semarang,
risiko terjadinya malaria artinya responden yang
2008
tinggal dekat dengan laguna mempunyai risiko
terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan Barodji, Sumardi, Suwaryono T., Rahardjo,
responden yang tinggal jauh dari laguna dengan Mujiono, Priyanto H., Beberapa aspek
nilai OR = 5,856 dan CI(95%) =2,101-16,153 bionomik vektor malaria dan filariasis
Kondisi dinding rumah merupakan faktor Anopheles subpictus Grassi di
risiko terjadinya malaria artinya responden yang Kecamatan Tanjung Bunga Flores
kondisi rumahnya tidak rapat mempunyai risiko Timur, NTT. Bul Penel Kesehatan
terkena malaria lebih besar dibandingkan dengan 1992; 27(2):268-281.
responden yang dinding rumahnya rapat dengan OR Babba, I., Faktor Risiko Yang Mempengaruhi
= 2,464 dan CI(95%) = 1,136-5,344, sedangkan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
pemakaian kawat kasa dan pemakaian plafon tidak Puskesmas Kota Jayapura, Tesis
berpengaruh signifikan terhadap kejadian malaria. Program Pascasarjana UNDIP,
Perilaku masyarakat yang kebiasaan keluar Semarang, 2007
rumah pada malam hari dan tidak memakai obat
anti nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya Depkes RI, Epidemiologi Malaria. Modul 1.
malaria artinya responden yang mempunyai Direktorat Jenderal Pemberantasan
kebiasaan keluar malam mempunyai risiko terkena Penyakit Menular dan Penyehatan
malaria lebih besar dibandingkan dengan responden Lingkungan Pemukiman, Jakarta, 1999.
yang tidak mempunyai kebiasaan keluar pada Depkes RI., Vektor malaria di Indonesia. Direktorat
malam hari dengan OR=5,841, CI(95%) = 2,037- Jenderal Pemberantasan Penyakit
16,748 dan responden yang tidak memakai obat anti Menular dan Penyehatan Lingkungan
nyamuk mempunyai risiko terkena malaria lebih Pemukiman, Jakarta, 2007
besar dibandingkan dengan responden yang
memakai obat anti nyamuk dengan nilai OR = 3,078 Dinas Kesehatan Kab. Lombok Utara, Laporan
dan CI(95%) = 1,035-9,152, sedangkan pemakaian Tahunan Malaria untuk Kabupaten
kelambu tidak berpengaruh signifikan terhadap Lombok Utara. Subdin P2P Dinas
kejadian malaria. Kesehatan Kab. Lombok Utara, 2009.
Keberadaan jentik Anopheles pada laguna Harefa P., Laporan penyidikan kejadian luar biasa
merupakan faktor risiko terjadinya malaria, artinya (KLB) malaria di Desa Holi Kecamatan
responden yang tinggal dekat dengan laguna yang Lahewa, Kabupaten Nias. FETP-IKM,
terdapat jentik Anopheles mempunyai risiko terkena Universitas Gadjah Mada, 2007.
malaria lebih besar dibandingkan dengan responden
yang tinggal dekat dengan laguna yang tidak Harijanto P.N., Malaria, Epidemiologi, Patogenesis,
terdapat jentik Anopheles dengan OR = 3,281 dan Manifestasi Klinis dan Penanganan.
CI(95%) =1,185-9,090. Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 2000.
b. Saran Hermando, Endah, W.,Raharjo,M. Faktor risiko
Pentingnya diperhatikan kebersihan lingkungan kejadian malaria di Wilayah Kerja
sekitar rumah terutama genangan air laguna dan Puskesmas Kenanga Kecamatan
tumbuhan air untuk mencegah terbentuknya tempat Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi
perindukan nyamuk. Sedapat mungkin mengindari Kepulauan Bangka Belitung, J
kebiasaan keluar rumah pada malam hari, jika harus Kesehatan Lingkungan Vol 8 No 1
keluar rumah hendaknya proteksi diri dengan obat April 2009
anti nyamuk berupa repellent. Rumah yang
Dindingnya tidak rapat di upayakan untuk diperbaiki Mardihusudo, S.J., Vektor malaria dan
sehingga nyamuk tidak mudah masuk ke dalam penanggulangannya. Jurnal kedokteran
rumah.Untuk mengindari gigitan nyamuk malaria YARSI 1997; 5(1):32-49.
pada waktu tidur malam hari hendaknya Marai, A, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
menggunakan obat anti nyamuk. Dinamika Penularan Penyakit
Falcifarum Di Kecamatan Nabire Kota

_____________________________________
Volume 6, No. 4, Juni 2012 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 5
…………………………………………………………………………………………………………
Tahun 2006, Tesis S-2 FETP IKM
Program Pascasarjana Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, 2006.
Sastroasmoro dan Ismail, Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta,
2006.
Setyaningrum E., Murwani S., Rosa E., Andananta
K., Studi ekologi perindukan nyamuk
vector malaria di desa Way Muli,
Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan.
Dipresentasikan dalam seminar hasil
penelitian dan pengabdian masyarakat,
Unila, 2008.
Thaharuddin, Lingkungan Perumahan, Kondisi
Fisik Rumah, Tngkat Pengetahuan,
Perilaku Masyarakat dan Tingkat
Kejadian Malaria Di Kota Sabang,
Tesis, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 2003.
Suwito, Suhartono, Joko T., Kondisi lingkungan
rumah dan perilaku masyarakat sebagai
faktor risiko kejadian malaria di
Puskesmas Benteng, Bangka Belitung.
J Kesehat Lingkung Indonesia 2005:
4(2):1-4

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 6, No. 4, Juni 2012
6 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

IKLIM ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP


KINERJA KARYAWAN PERUSAHAAN

Oleh:

H. Mahsun
Dosen PNS dpk pada AKPAR Mataram

Abstrak : Iklim organisasi adalah suatu bentuk kondisi yang tercipta sebagai akibat dari interaksi berbagai
komponen sistem dari organisasi itu sendiri. Organisasi perusahaan tertentu akan sangat berbeda dengan
organisasi perusahaan lainnya,hal ini sangat tergantung dari volume dan unit kerja atau besar kecilnya
organisasi perusahaan. Penciptaan iklim hubungan karyawan dalam hal keyakinan,kepercayaan dan
keterbukaan merupakan pertimbangan mendasar dan memberikan hasil.Iklim organisasi semacam itu
dianggap sejalan dengan produktifitas yang tinggi dan implementasi strategi organisasi yang efektif. Iklim
kepercayaan dan keyakinan yang konsisten dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk bekerja sama dan
menguntungkan bagi semua pihak( manajemen,supervisor,karyawan dan customer),baik untuk jangka
panjang yang efisien dan efektif dari strategi perusahaan.Jika pola strategi seperti ini yang dapat diterapkan
maka iklim organisasi perusahaan tersebut akan tercipta dua hal penting yang akan menjadi implikasinya
yaitu,terciptanya hubungan antara manajemen dan karyawan yang lebih baik,dan di sisi lain diperoleh
produktivitas atau kinerja karyawan yang lebih tinggi. Iklim organisasi yang berimplikasi kepada kinerja
karyawan perusahaan seperti disebutkan di atas akan dapat tercipta manakala pihak manajemen menerapkan
kebijakan-kebijakan substantive separti;(1)pengelolaan yang efektif factor-faktor lingkungan dan
karakteristik-karakteristik Perusahaan,(2)keselamatan pekerjaan,(3)promosi dari perusahaan,(4)departemen
sumber daya manusia yang berpengaruh dan proaktif,(5)program kompensasi dan tunjangan yang
memuaskan karyawan,(6)mekanisme umpan balik,mengkomunikasikan program,dan kepatuhan terhadap
prosedur yang efektif,dan(7)seleksi,pengembangan dan evaluasi manajer yang efektif.

Kata Kunci: Iklim, Organisasi, Kinerja.

PENDAHULUAN
Iklim organisasi yang dapat menunjang jenis iklim hubungan karyawan yang positif dan
pencapaian tujuan semua pihak dalam sebuah terwujud secara sempurna. Kendatipun
perusahaan adalah harapan yang sangat ideal bagi demikian,realitas adanya perubahan penting dalam
perusahaan manapun. Penciptaan iklim hubungan iklim hubungan karyawan dapat diamati dengan cara
karyawan dalam hal keyakinan,kepercayaan,dan menghubungkannya dengan perubahan dalam
keterbukaan merupakan produktifitas yang tinggi pengawasan kepemimpinan sebuah
dan implementasi strategi organisasi yang departemen,perubahan manajer perusahaan,dan
efektif.Jika iklim organisasi merupakan iklim perubahan manajemen puncak sebuah
terbuka dan mendorong karyawan menyampaikan organisasi.Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa iklim
ketidakpuasan dan kepentingannya tanpa rasa takut organisasi dapat diamati melalui suasana dan kondisi
akan adanya pembalasan, maka ketidakpuasan dan yang tercipta melalui interaksi dan kombinasi antara
perhatian seperti itu dapat ditangani dengan cara nilai dan tujuan manajemen puncak,kebijakan
yang positip. Implikasi dari iklim organisasi seperti mendasar tertentu dan juga implementasi dan
itu akan terwujud bilamana karyawan memiliki pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut.Demikian
keyakinan yang tinggi dan percaya pada keadilan dijelaskan oleh Henry Simamora.(2002:31).
keputusan dan tindakan manajerial.Di sisi lain untuk
mewujudkan iklim organisasi seperti itu dituntut Setiap anggota organisasi mempunyai
adanya kesungguhan manajemen puncak perusahaan pandangan sendiri-sendiri tentang apa yang mereka
untuk kebutuhan memperlakukan karyawan secara butuhkan dari perusahaan di manapun mereka
wajar, serta adanya tujuan organisasi yang bekerja.Keberhasilan untuk memenuhi kebutuhan itu
memenuhi dan mengintegrasikan kebutuhan dan akan berpengaruh pada etos kerja dan akan
tujuan karyawan serta organisasi. Namun demikian berimplikasi kepada kinerja. Di sisi lain dari pihak
perlu disadari bahwa hingga saat ini belum ada cara manajemen harus berusaha agar kebutuhan
mekanis yang secara otomatis untuk mendapatkan karyawan dapat terpenuhi dan para karyawan harus
_____________________________________
Volume 6, No. 4, Juni 2012 http://www.lpsdimataram.com

You might also like