You are on page 1of 9

99 Untuk Tuhan (Part 1) – Puisi Emha Ainun Nadjib

Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Posted in Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), normantis.com, Penyair, Puisi Islami, Puisi Religi, Puisi
Renungan // 0 Comments

99 UNTUK TUHAN (Part 1)


Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Tuhanku
Kuawali setiap langkahku
dengan asma-Mu
ampunilah kami
yang selalu merasa punya nama
yang tak kunjung tahu
bahwa segala sesuatu
akan hanya tinggal Satu
Tuhanku
adapun di antara beribu mimpiku
cuma satu yang sejati
ialah di nafas-Mu
aku menyertai.
Tuhanku
jika haq bagi-Mu
perkenankan aku
tinggal di dalam diri-Mu
agar sesudah lahirku
yang ini
dan yang nanti
takkan mati

99 Untuk Tuhan (1984)


Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

99 UNTUK TUHAN (Part 2)


Karya: Emha Ainun Nadjib
Tuhanku
Engkaulah cahaya langit dan bumi
pasti, sebab apa yang lain lagi?
tapi lihatlah
kami kejar cahaya
hanya karena diam-diam khawatir, akan tiada.
kami benci kegelapan
luput dari yang ia tawarkan.
Tuhanku
betapa dangkal!
dan kedangkalan, sungguh
adalah kekafiran yang sebenarnya.
kami tak gentar pada apa pun
di bawah tangan-Mu, tapi Kau tahu
Tuhanku
kami sendiri yang menciptakan
ancaman-ancaman bagi hidup kami
kami sendiri yang menyulut api
yang membakar usia kami
kami sendiri yang membangun
kesempitan di tengah keluasan ini
kami sendiri yang membikin bumerang
yang menikam perut kami
serta perut anak-anak kami.
Tuhanku
pantaskah kami mohon ampunan
di hadapan kemurahan-Mu?

99 Untuk Tuhan (1984)


Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

99 UNTUK TUHAN (Part 3)


Karya: Emha Ainun Nadjib

Tuhanku
Betapapun rasa malu
menghardik diriku
tapi inilah sembahyangku
memasrahkan jiwa yang dungu.

Tuhanku
kenyataan-Mu aan terus menegaskan
segala yang semu kepadaku
hari-hari akan makin melenyapkan
kesombongan keduniaanku
yang menipu.
Tuhanku
bimbinglah aku
memahami ilmu-Mu
bumi dan angkasa
ruang dan waktu
logam tanah air api
ilmu kapak Ibrahim dan tongkat Musa
badai dan samudera, 99 asmaulhusna
ilmu masa silam
segala yang disimpan oleh
masa datang
cahaya Yusuf dan mantra Muhammad
ilmu para Nabi
yang menggerakkan dunia
dengan sepatah kata.

99 Untuk Tuhan (1984)


Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

BACA: Part 1 | Part 2 | Part 4

99 UNTUK TUHAN (Part 4)


Karya: Emha Ainun Nadjib

Tuhanku
sembahyang
bibirku
sembahyang
wajahku
sembahyang
telapakku
sembahyang
kulitku
sembahyang
dagingku
sembahyang
tulangku
sembahyang
uratku
sembahyang
ubun-ubunku
sembahyang
darahku
sembahyang
nafasku
sembahyang
ma’ripatku
sembahyang
fikirku
sembahyang
rasaku
sembahyang
hati jiwaku
sembahyang
sukmaku
sembahyang
heningku
sembahyang
Tuhanku

99 Untuk Tuhan (1984)


Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

BACA: Part 1 | Part 2 | Part 3

Doa – Puisi WS Rendra


Karya: WS Rendra
Posted in normantis.com, Penyair, Puisi Islami, Puisi Religi, WS Rendra // 0 Comments

DOA
Karya: WS Rendra

Allah menatap hati.


Manusia menatap raga.
Hamba bersujud kepada-Mu, ya Allah!
Karena hidupku, karena matiku.

Allah Yang Maha Benar.


Hamba mohon karunia dari kebenaran
yang telah paduka sebarkan.
Jauhkanlah hamba dari hal-hal buruk menurut paduka
dan dengan begitu akan buruk pula bagi hamba.
Dekatkanlah hamba kepada hal-hal baik menurut paduka
dan dengan begitu akan baik pula bagi hamba.
Ya, Allah, ampunilah dosa-dosa hamba
supaya bersih jiwa hamba.
Sehingga dengan begitu mata hamba
bisa melihat cahaya-Mu.
Telinga hamba bisa mendengar bisikan-Mu.
Dan nafas-Mu membimbing kelakuanku.

Amin, ya robbal alamin.

Depok, 7 November 2002


WS Rendra
Buku: Doa Untuk Anak Cucu

Ketika Engkau Bersembahyang – Puisi Emha Ainun Nadjib


Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)
Posted in Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), normantis.com, Penyair, Puisi Islami, Puisi Religi, Puisi
Renungan // 0 Comments

Ketika Engkau Bersembahyang - Puisi Emha Ainun Nadjib

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG


Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Ketika engkau bersembahyang


Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

Bacaan Al-Fatihah dan surah


Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya

Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi


Ruku’ lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis

Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup


Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali

Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri


Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya

Sembahyang di atas sajadah cahaya


Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun

Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah


Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas ‘arasy sembilan puluh sembilan

1987
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Doa Sehelai Daun Kering – Puisi Emha Ainun


Nadjib (Cak Nun)
Karya: Emha Ainun Nadjib
Posted in Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), normantis.com, Penyair, Puisi Islami, Puisi Religi, Puisi
Renungan // 0 Comments
Doa Sehelai Daun Kering - Puisi Emha Ainun Nadjib

DOA SEHELAI DAUN KERING


Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Jangankan suaraku, ya ‘Aziz


Sedangkan firmanMupun diabaikan
Jangankan ucapanku, ya Qawiy
Sedangkan ayatMupun disepelekan
Jangankan cintaku, ya Dzul Quwwah
Sedangkan kasih sayangMupun dibuang
Jangankan sapaanku, ya Matin
Sedangkan solusi tawaranMupun diremehkan
Betapa naifnya harapanku untuk diterima oleh mereka
Sedangkan jasa penciptaanMupun dihapus
Betapa lucunya dambaanku untuk didengarkan oleh mereka
Sedangkan kitabMu diingkari oleh seribu peradaban
Betapa tidak wajar aku merasa berhak untuk mereka hormati
Sedangkan rahman rahimMu diingat hanya sangat sesekali
Betapa tak masuk akal keinginanku untuk tak mereka sakiti
Sedangkan kekasihMu Muhammad dilempar batu
Sedangkan IbrahimMu dibakar
Sedangkan YunusMu dicampakkan ke laut
Sedangkan NuhMu dibiarkan kesepian
Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir

Wahai Jabbar Mutakabbir


Engkau Maha Agung dan aku kerdil
Engkau Maha Dahsyat dan aku picisan
Engkau Maha Kuat dan aku lemah
Engkau Maha Kaya dan aku papa
Engkau Maha Suci dan aku kumuh
Engkau Maha Tinggi dan aku rendah serendah-rendahnya
Akan tetapi wahai Qahir wahai Qahhar
Rasul kekasihMu maíshum dan aku bergelimang hawaí
Nabi utusanmu terpelihara sedangkan aku terjerembab-jerembab
Wahai Mannan wahai Karim
Wahai Fattah wahai Halim
Aku setitik debu namun bersujud kepadaMu
Aku sehelai daun kering namun bertasbih kepadaMu
Aku budak yang kesepian namun yakin pada kasih sayang dan pembelaanMu

Jakarta, 11 Februari 1999


Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Tahajjud Cintaku – Puisi Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)


Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Posted in Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), normantis.com, Penyair, Puisi Islami, Puisi Religi, Puisi
Renungan // 0 Comments

Tahajjud Cintaku - Puisi Emha Ainun Nadjib

TAHAJJUD CINTAKU
Karya: Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan


Mahaagung Ia yang mustahil menganugerahkan keburukan

Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya


Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima

Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita


Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara

Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka


Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya

Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran


Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan


Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya

1988
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun)

MALAM LAILATULKADAR
Karya: Ajip Rosidi

Pada malam lailatulkadar


adakah dialaminya peristiwa
yang mengguncangkan perasaan
dalam cahaya seribu bulan?

Telah lama dicarinya


sesuatu yang memberi makna
agar hidup yang selalu sendiri
benar-benar punya arti.

Lebih dari ingat pada ibu


atau terima kasih pada Bapa
yakin jalan yang ditempuh
tidak berujung sia-sia.

Tapi apa hak manusia lata


tahu rahasia Yang Maha Kuasa
Apa pun yang ditakdirkanNya
akan diterima tanpa bicara.

Ajip Rosidi
Buku: Terkenang Topeng Cirebon

You might also like