Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The purpose of the study were: to describe and analyze the role of the
Supervisory Technical Workers (Wasganis) In Improving the Effectiveness of
Forestry Sector Supervision. This research includes qualitative descriptive
research. Technical analysis of the data used is interactive model as developed
by Miles and Huberman.
The results showed that to improve the effectiveness of supervision in the
field of forestry, it turns Supervisory Technical Workers (Wasganis) has a very
important role. Despite his role in running a Power Supervisory Technical
officer (Wasganis) not fully running optimally, however, the focus of the
research sub predetermined form Wasganis officer's ability to perform
administrative examination administration wood, wood physical examination in
the field, using the facilities and infrastructure employment and improving
human resources through education and training (training) technical or non-
technical it can increase oversight role performed by the Energy Regulatory
Technical officer (Wasganis) on UPTD Control Distribution of Forest Southern
Region. Less than optimal supervisory role performed well Wasganis P2LHP,
P3KB and P2SKSKB in carrying out their duties due to circumstances or bad
weather conditions at the time will do the inspection on the ground, the high
sea waves affect the smoothness of inspection tasks, especially in companies
where the timber is located alongside the buildup the sea and the limited
budget available to complete the work facilities for Wasganis officers in
conducting surveillance. Age officer Wasganis the majority are over 50 years
old also affect its role in improving human resources.
1
Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Mulawarman.
2
Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman.
3
Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman.
Peran Pengawas Tenaga Teknis Dalam Meningkatkan Efektivitas (Rini Handajani)
Abstrak
Tujuan penelitian adalah : untuk mendeskripsikan dan menganalisis
Peran Pengawas Tenaga Teknis (Wasganis) Dalam Meningkatkan Efektifitas
Pengawasan Bidang Kehutanan. Penelitian yang dilakukan ini termasuk jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Tehnik analisis data yang digunakan adalah
model interaktif sebagaimana yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan efektifitas
pengawasan pada bidang kehutanan, ternyata Pengawas Tenaga Teknis
(Wasganis) memiliki peran yang sangat penting. Meskipun dalam menjalankan
perannya seorang petugas Pengawas Tenaga Teknis (Wasganis) belum
sepenuhnya dapat berjalan secara optimal, namun demikian dari sub fokus
penelitian yang telah ditetapkan berupa kemampuan petugas Wasganis dalam
melakukan pemeriksaan administrasi tata usaha kayu, melakukan pemeriksaan
fisik kayu dilapangan, menggunakan sarana dan prasarana kerja serta
meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan (diklat)
teknis maupun non teknis ternyata dapat meningkatkan peran pengawasan
yang dilakukan oleh petugas Pengawas Tenaga Teknis (Wasganis) pada UPTD
Pengendalian Peredaran Hasil Hutan Wilayah Selatan. Kurang optimalnya
peran pengawasan yang dilakukan Wasganis baik P2LHP, P3KB maupun
P2SKSKB dalam melaksanakan tugasnya disebabkan karena keadaan atau
kondisi cuaca yang buruk pada saat akan melakukan pemeriksaan di lapangan,
gelombang laut yang tinggi berpengaruh terhadap kelancaran tugas
pemeriksaan khususnya pada perusahaan yang tempat penumpukan kayunya
berada dipinggir laut serta terbatasnya anggaran yang tersedia untuk
melengkapi fasilitas kerja bagi petugas Wasganis dalam melakukan
pengawasan. Usia petugas Wasganis yang mayoritas berada diatas 50 tahun
juga berpengaruh terhadap perannya dalam meningkatkan sumber daya
manusia.
Pendahuluan
Pengawas Tenaga Teknis (Wasganis) adalah petugas kehutanan yang
memiliki sertifikasi pengujian dan pengukuran terhadap hasil hutan. Petugas
Pengawas Tenaga Teknis (Wasganis) merupakan salah satu alat kontrol yang
dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu
pada IUPHHK maupun IUIPHHK agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Petugas Pengawas Tenaga Teknis (Wasganis) yang ditempatkan pada suatu
perusahaan sangatlah penting baik dari segi pengawasan terhadap penerimaan
negara berupa PSDH/DR (Provisi Sumber Daya Hutan/Dana Reboisasi),
melakukan pengecekan/kontrol terhadap hasil fisik kayu perusahaan sampai
1457
eJournal Administrative Reform, Volume 2, Nomor 3, 2014: 1456-1468
1458
Peran Pengawas Tenaga Teknis Dalam Meningkatkan Efektivitas (Rini Handajani)
Unsur-Unsur Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses atau aktivitas yang menggunakan
metode, ilmu dan seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian, aktivitas dan pengendalian pada kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok manusia yang dilengkapi dengan sumber daya atau
faktor produksi dalam mencapai tujuan. Manajemen sangat diperlukan agar
tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Maksud dari efektif
menurut Peter F. Drucker (dalam Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan
Saefullah, 2005 : 7) adalah mengerjakan pekerjaan yang benar (“doing the
right things”). Sedangkan efisien adalah mengerjakan pekerjaan dengan benar
(“doing things right”).
1459
eJournal Administrative Reform, Volume 2, Nomor 3, 2014: 1456-1468
Konsep Pengawasan
Pengertian Pengawasan
Menurut Handoko, (1991: 32) pengawasan didefinisikan sebagai proses
untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini
berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
yang direncanakan. Langkah awal pengawasan adalah sebenarnya langkah
perencanaan, penetapan tujuan, standar dan sasaran pelaksanaan suatu kegiatan.
Fungsi pengawasan itu sendiri juga berhubungan dengan fungsi-fungsi
manajerial lainnya yaitu : perencanaan, pengorganisasian, penyusunan
personalia dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. Dalam literatur
lainnya Siagian (1985:81) mendefinisikan pengawasan sebagai proses
pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin
agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari pemikiran di atas, dapat disimpulkan bahwa didalam suatu
organisasi baik yang berskala kecil maupun besar terutama organisasi
pemerintah, pengawasan sangat diperlukan, agar kesalahan-kesalahan yang
dilakukan didalam melaksanakan pekerjaan dapat diperkecil, sehingga hasil
yang dicapai dapat lebih efisien dan efektif.
Metode Pengawasan
Di dalam melaksanakan pengawasan terdapat beberapa metode
pengawasan yang dapat dilaksanakan, seperti yang disampaikan oleh
Handayaningrat, (1992 : 147) dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
pengawasan langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung, ialah
melakukan pemeriksaan langsung pada tempat pelaksanaan pekerjaan atau
dapat pula dikatakan apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri
pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Pengawasan langsung
ini dapat berbentuk 1) inspeksi langsung, 2) on the spot observation, 3) on the
spot report yang sekaligus berarti pengambilan keputusan on the spot pula jika
diperlukan. Akan tetapi karena banyaknya dan kompleknya tugas-tugas
seorang pimpinan, terutama dalam organisasi yang besar, seorang pimpinan
tidak mungkin dapat selalu menjalankan pengawasan langsung itu. Karena itu
seringkali pula ia harus melakukan pengawasan yang bersifat tidak langsung.
Dalam literatur lain Sujamto (1986:32), pemberikan pengertian pengawasan
langsung sebagai pengawasan yang dilakukan dengan mendatangi dan
melakukan pemeriksaan ditempat (on the spot) terhadap proyek yang diawasi.
Jika pengawasan langsung ini dilakukan dengan pemeriksaan ditempat atau
pemeriksaan setempat itu dapat berupa pemeriksaan administratif atau
pemeriksaan fisik di lapangan.
Sedangkan pengawasan tidak langsung menurut Sujamto (1986:55)
memberi pengertian sebagai kebalikan dari pengawasan langsung. Jadi
pengawasan tidak langsung itu dilakukan dengan tanpa mendatangi tempat
1460
Peran Pengawas Tenaga Teknis Dalam Meningkatkan Efektivitas (Rini Handajani)
pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi. Atau tegasnya dari tempat
jauh, yaitu “dari belakang meja”. Caranya yaitu dengan mempelajari dan
menganalisis segala dokumen yang menyangkut obyek yang diawasi.
Sedangkan yang dimaksud pengawasan tidak langsung ialah pengawasan dari
jarak jauh. Pengawasan ini disampaikan oleh para bawahan dalam bentuk
laporan.
Kesimpulannya pengawasan tidak akan dapat berjalan dengan baik, apabila
hanya bergantung pada laporan saja. Karena itu pengawasan tidak langsung
tidak cukup. Adalah bijaksana jika pimpinan organisasi menggabungkan teknik
pengawasan langsung dan tidak langsung dalam melakukan fungsi pengawasan
ini.
Tujuan Pengawasan
Pengawasan dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu. Menurut
Suganda (1991 : 86) tujuan dilaksanakan pengawasan diantaranya sebagai
berikut :
a. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kembali kesalahan
yang sama atau timbulnya kesalahan yang lain.
b. Untuk mengetahui apakah biaya, waktu, tenaga kerja dan bahan
dipergunakan secara efektif atau tidak.
Pendapat yang berbeda tentang tujuan pengawasan dapat dikemukakan
Soekarno (1990 : 105) bahwa tujuan pengawasan diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan dalam
bekerja.
b. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan efisien.
Jika peran dan fungsi pengawasan ini dapat berjalan dengan baik maka akan
dapat memberikan masukkan yang akan dilakukan oleh Wasganis di UPTD
PPHH Wilayah Selatan.
1461
eJournal Administrative Reform, Volume 2, Nomor 3, 2014: 1456-1468
sumber daya alam berupa hutan dapat dijaga kelestariannya dan memberikan
manfaat secara optimal. Tata usaha kayu adalah tata cara pembuatan, pelaporan
dan pengesahan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan,
produksi, penebangan, pengukuran, pengangkutan, pengolahan, pemasaran dan
penerimaan keuangan Negara dari hasil hutan. Tujuan ditetapkannya tata usaha
kayu adalah dalam rangka upaya pembangunan dibidang pengusahaan
kehutanan dan pengamanan terhadap kepentingan Negara dan masyarakat.
Lebih lanjut Alam Setia Zain mengungkapkan bahwa pengawasan Tata
Usaha Kayu dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen LHC, LHP, SKSKB, DKB, RPKB dan LMK. Salim, (2006
: 1190) mengatakan bahwa salah satu pengawasan terhadap pengendalian dan
peredaran hasil hutan adalah dengan melakukan pengukuran dan pengujian
hasil hutan. Adapun yang akan diuji dan diukur adalah jenis hasil hutan, ukuran
(volume/berat) hasil hutan dan kualitas hasil hutan. Manfaat pengukuran dan
pengujian hasil hutan adalah untuk menentukan besarnya pungutan Negara
yang akan dikenakan kepada perusahaan.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pengawasan
bidang kehutanan adalah suatu upaya pengawasan yang dilakukan dalam
rangka mengamankan dan melindungi hasil hutan dalam bentuk patroli,
pengendalian peredaran hasil hutan serta penataan hasil hutan dalam rangka
tertib administrasi kehutanan.
Efektifitas Kerja
Istilah efektifitas kerja merupakan salah satu parameter untuk mengukur
keberhasilan sebuah organisasi, apakah itu organisasi publik atau organisasi
swasta. Pendapat Etzioni (1999 : 12) bahwa efektifitas kerja pegawai diukur
dari tingkat sejauhmana ia berhasil mencapai tujuannya.
Kemudian untuk mengukur efektifitas kerja pegawai dapat diambil dari
pendapat Gibson (2002 : 32) dengan indikator : produksi, efisiensi dan
kepuasan. Indikator lain yang digunakan untuk mengukur efektifitas kerja
pegawai adalah kepuasan (satisfaction). Tingkat kepuasan kerja dapat saja
diperoleh dari imbalan yang diberikan, baik yang berupa materi maupun yang
berupa non materi, tetapi dapat juga dari hasil kerja yang dilakukan. Kepuasan
seperti itu justru nilainya lebih tinggi karena timbul dari dalam diri pribadi
yang merasa puas dan bangga karena telah berhasil melaksanakan tugas dengan
baik. Dalam jangka panjang suatu organisasi yang stabil adalah organisasi
yang setiap anggotanya dinilai efektif, yaitu setiap anggota merasa puas ".
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan, dilihat dari cara pandang pegawai
terhadap pekerjaan mereka (Handoko, 1991 : 193). Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam
sikap pegawai terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi
dilingkungan kerjanya.
1462
Peran Pengawas Tenaga Teknis Dalam Meningkatkan Efektivitas (Rini Handajani)
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini termasuk jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian maka sub
fokus penelitian yang ditetapkan meliputi melakukan pemeriksaan terhadap
administrasi tata usaha kayu, melakukan pemeriksaan terhadap fisik kayu,
penggunaan sarana dan prasarana keja dan meningkatkan sumber daya
manusia. Tehnik analisis data yang digunakan adalah model interaktif
sebagaimana yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman.
1463
eJournal Administrative Reform, Volume 2, Nomor 3, 2014: 1456-1468
1464
Peran Pengawas Tenaga Teknis Dalam Meningkatkan Efektivitas (Rini Handajani)
1465
eJournal Administrative Reform, Volume 2, Nomor 3, 2014: 1456-1468
Faktor Pendukung
1. Undang-Undang Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang
kemudian diperkuat dengan Undang-Undang Nomor : 18 Tahun 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan digunakan
sebagai faktor pendukung bagi petugas Pengawas Tenaga Teknis
(Wasganis) untuk melakukan pengawasan pada bidang kehutanan.
2. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.55/Menhut-II/2006 yang diubah
dengan peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.63/Menhut-II/2006
tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara.
3. Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Timur tentang penetapan Petugas Pengawas Tenaga Teknis
(Wasganis) pada UPTD Pengendalian Peredaran Hasil Hutan Wilayah
Selatan.
4. Adanya kerjasama yang baik antara petugas Pengawas Tenaga Teknis
(Wasganis) dengan perusahaan dimana mereka ditugaskan.
5. Terjalinnya komunikasi dan koordinasi yang baik kepada Dinas Kehutanan
yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Paser dan Kota
Balikpapan dalam melakukan kolaborasi pengawasan bidang kehutanan.
Faktor Penghambat
1. Keadaan atau kondisi cuaca yang buruk. Apabila cuaca tidak mendukung
untuk masuk ke lapangan pada saat harus dilakukan pemeriksaan terhadap
fisik kayu, maka pemeriksaan dapat tertunda pelaksanaannya.
2. Gelombang laut yang tinggi juga dapat berpengaruh terhadap pemeriksaan
fisik kayu bagi petugas Pengawas Tenaga Teknis. Karena ada beberapa
lokasi penumpukan kayu yang akan segera diangkut berada dipinggir laut
dapat membahayakan keselamatan petugas dan jika dilakukan pemeriksaan
dapat terjatuh kedalam laut dan terjepit diantara kayu-kayu log.
1466
Peran Pengawas Tenaga Teknis Dalam Meningkatkan Efektivitas (Rini Handajani)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis dilapangan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Petugas Wasganis menjalankan perannya melalui pemeriksaan administrasi,
pemeriksaan fisik kayu dilapangan, penggunaan sarana dan prasarana serta
meningkatkan sumber daya manusia. Perannya dalam melakukan
pemeriksaan administrasi, pemeriksaan fisik kayu dan penggunaan sarana
prasarana sangat efektif dalam meningkatkan pengawasan bidang kehutanan
karena ketiga peran tersebut mutlak harus dilakukan. Sedangkan peran
Wasganis dalam meningkatkan sumber daya manusia cukup efektif dalam
meningkatkan pengawasan bidang kehutanan, karena dengan adanya
tambahan pengetahuan tersebut ternyata cukup menunjang Wasganis untuk
meningkatkan pengawasan bidang kehutanan.
2. Adanya keterbatasan anggaran pada UPTD PPHH Wilayah Selatan dalam
rangka melakukan pengawasan bidang kehutanan ternyata tidak
menyurutkan petugas dalam melakukan pengawasan dilapangan, karena
dalam melaksanakan tugasnya petugas juga telah didukung oleh peraturan-
peraturan tentang peredaran hasil hutan maupun tata usaha kayu agar tertib
administrasi terhadap penatausahaan hasil hutan.
3. Faktor pendukung Wasganis dalam melaksanakan tugas pengawasan
dilapangan diantaranya dengan adanya UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, peraturan Menteri Kehutanan No. P.55/Menhut-II/2006 tentang
Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara, SK
Penempatan Wasganis yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Kehutanan Prov.
Kaltim, adanya kerjasama yang baik antara Wasganis dengan petugas
diperusahaan maupun petugas Kabupaten/Kota.
Saran
Adapun saran yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi UPTD PPHH
Wilayah Selatan diantaranya adalah :
1467
eJournal Administrative Reform, Volume 2, Nomor 3, 2014: 1456-1468
Daftar Pustaka
Alam Setia Zain. 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi
Hutan Rakyat, Rineka Cipta, Jakarta.
Budhi Cahyono.http://www.scribd.com/doc/59111147/06-Perlindungan Hutan
B. Miles, Mathew dan Huberman. 2007. Analisis Data Deskriptif Kualitatif,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Burhan Bungin (Ed). 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif, Rajawali Pers,
Jakarta.
Handoko. 1991. Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
Henry Simamora. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN,
Yogyakarta.
Mufham Al-Amin. 2006. Manajemen Pengawasan, Kalam Indonesia, Jakarta.
Noer. 2011. http://noerdblog.wordpress.com/2011/09/26/kegiatan-
perlindungan-hutan
Rivai, Veithzal. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan:
Teoridan Praktek, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Salim. 2006. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Sinar Grafika, Jakarta.
Siagian. 1985. Fungsi-Fungsi Manajerial, Bumi Aksara, Jakarta.
Sujamto. 1986. Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta.
Tika, Pabundu. 2006, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan,Bumi Aksara, Jakarta.
Winardi, 1990. Manajemen Kepegawaian, Prenada Media Group, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.55/Menhut-II/2006 Tahun 2006.
1468