You are on page 1of 7

PERENCANAAN LANSKAP WISATA PESISIR BERKELANJUTAN DI

TELUK KONGA, FLORES TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR


Sustainable Coastal Landscape ABSTRACT
Planning for Tourism Activities
Konga Bay is a beautiful natural coastal landscape enriched with local culture and
at Konga Bay, East Flores,
vernacular architecture which is still preserved. There are two objectives of this study,
Province of East Nusa Tenggara
firstly is to propose alternative plan of coastal tourism interpretation trail for Konga
Bay to support its landscape conservation. Second objective is to plan Konga Bay
landscape –in lines with sustainable tourism development, to be a beautiful, pleasant,
and long-lasting tourism landscape; as well as giving better living opportunity for
Lury Sevita Yusiana
Mahasiswa program Pasca Sarjana
local community. The study applied descriptive-quantitative method to assess coastal
Departemen Arsitektur Lanskap IPB dan environmental quality, potency of coastal tourism development, acceptability level and
saat ini bekerja sebagai staf pengajar di local community development in tourism. Those three assessments were integrated to
Fakultas Agroteknologi Universityas obtained land suitability zone for tourism which was subsequently developed to spatial
Udayana Bali and circulation programs of coastal tourism in order to plan coastal tourism
e-mail : yusianalury@yahoo.com
interpretation trail and sustainable coastal tourism landscape as well. Tourism zone
consisted of (1) main zone for aquatic and terrestrial tourism areas and (2) supporting
Siti Nurisjah
Staf Pengajar Departemen Arsitektur zone contains welcome and transition areas. Circulation of coastal tourism comprises
Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB primary, secondary, tertiary, and tsunami evacuation circulations. Coastal tourism
e-mail : is_sla@cbn.net.id interpretation plan provides three alternatives of interpretative trail. Development
plan of Konga Bay coastal tourism landscape includes aquatic and terrestrial tourism
Dedi Soedharma landscape.
Staf Pengajar Departemen Manajemen
sumberdaya Perikanan, Fakultas Keyword: sustainable coastal landscape, coastal tourism, empowered local people,
Perikanan, IPB landscape planning, interpretative track.

PENDAHULUAN rakat untuk ikut menjaga kelestarian tah Kabupaten Flores Timur untuk
kawasan wisata. merancang pengembangan kawasan
Sebagian besar kawasan di Timur
dan faktor pendukung kepariwisata-
Indonesia masih merupakan ka- Penelitian ini bertujuan untuk:
an lainnya di pesisir Teluk Konga.
wasan pesisir alami yang potensial 1. merencanakan alternatif jalur
untuk wisata dan belum dikem- interpretasi wisata pesisir Teluk
bangkan secara optimal atau masih Konga sebagai upaya pelestarian METODE
suboptimal. Salah satunya ialah kawasan wisata.
Tempat dan Waktu
kawasan Teluk Konga yang berada 2. merencanakan lanskap guna
di bagian timur Pulau Flores, Nusa mendukung pengembangan pesi- Penelitian dilakukan di Kawasan
Tenggara Timur. Teluk ini memiliki sir Teluk Konga sebagai kawasan Teluk Konga, Flores Timur, Provinsi
lingkungan pesisir yang masih alami wisata yang berkelanjutan yaitu Nusa Tenggara Timur; yang men-
dan indah disertai dengan budaya suatu kawasan wisata yang cakup tujuh desa yang letaknya
dan arsitektur vernakular yang indah, nyaman dan lestari serta bersinggungan langsung dengan
masih terjaga hingga saat ini. Jika memberi peluang kehidupan Teluk Konga, yaitu Watotika Ile,
direncanakan dan dikelola dengan yang lebih baik bagi masyara- Lamika, Lewoingu, Lewolaga,
baik maka wisata dapat mening- katnya. Konga, Nobokonga, dan Nurri
katkan perekonomian kawasan ter- (Gambar 1).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
sebut. Daerah tujuan wisata memer-
menjadi bahan acuan bagi pemerin-
lukan adanya identifikasi kawasan
potensial dengan mema-dukan
antara faktor alam dan faktor budaya
lingkungan pesisir. Me-minimalisasi
dampak negatif akan menjadikan
kawasan ini sebagai kawasan wisata
yang berkelanjutan. Di samping itu,
keterlibatan masya-rakat lokal dalam
kegiatan wisata memberikan daya
tarik tersendiri bagi industri wisata.
Kehidupan keseharian masyarakat
lokal dapat dijadikan sebagai atraksi
wisata dan dapat meningkatkan NTT
kesejahteraan masyarakat. Penting- Tapak
nya industri wisata tersebut bagi Gambar 1. Peta lokasi Teluk Konga, Flores Timur
masyarakat akan memacu masya-

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011 66


YUSIANA, NURISJAH, DAN SOEDHARMA

Metode Penelitian Tabel 1. Penilaian kualitas lingkungan pesisir


Unsur Bobot Sub unsur Skor Keterangan
Penelitian ini menggunakan pende- Akuatik
katan deskriptif kuantitatif dengan Kecerahan 10 >75 % 4 sangat sesuai
perairan >50 – 75 % 3 sesuai
melakukan pembobotan, skoring dan >25 – 50 % 2 kurang sesuai
penentuan peringkat pada tiap fak-  25 % 1 tidak sesuai
Kecepatan 10 0 – 0.17 4 sangat baik
tor dan kategori yang dinilai. Pene- arus >0.17 – 0.34 3 baik
>0.34 – 0.51 2 batas toleransi
litian dilakukan dalam 3 tahap. >0.51 1 berbahaya
Substrat 10 Pasir 4 sangat baik
dasar Karang berpasir 3 baik
Tahap 1. Potensi Kawasan Pesisir Lumpur 2 kurang baik
untuk Wisata Pesisir Pecahan karang murni 1 tidak baik
Topografi 10 Landai 4 aktifitas tinggi
a. Penilaian Kualitas Lingkungan laut Cukup landai 3 aktivitas tinggi
Pesisir Terjal 2 aktivitas sedang
Curam 1 aktivitas rendah
Penilaian kualitas lingkungan pesisir Terestrial
Ekosistem 20 Keaslian ekosistem utuh 4 ekosistem asli
pada tujuh desa penelitian ini dila- Keaslian ekosistem rusak <15% 3 ekosistem asli
kukan dengan menggunakan kriteria Keaslian ekosistem rusak 15–50% 2 ekosistem terganggu
Keaslian ekosistem rusak >50% 1 ekosistem rusak
dari Bakosurtanal (1996) dan DKP Penutupan 15 Alami 4 penutupan lahan alami
(2003) yang meliputi kualitas akuatik Lahan Semi alami 3 penutupan lahan semi alami
Pantai non alami 2 penutupan lahan terbangun
dan kualitas terestrial (Tabel 1). Yang Campuran 1 campuran
dimaksud dengan daerah akuatik Lebar pantai 10 >150 4 sangat baik untuk wisata
>100 – 150 3 baik untuk wisata
adalah batas pesisir laut hingga batas >50 – 100 2 kurang baik untuk wisata
 50 1 tidak baik untuk wisata
pasang surut tertinggi, dan daerah Topografi 10 0-8% 4 aktivitas sangat tinggi
terestrial adalah daerah pasang ter- 8-15% 3 aktifitas tinggi
15-25% 2 aktifitas sedang
tinggi hingga batas desa yang ber- >25% 1 aktifitas rendah
singgungan langsung dengan Teluk Bahaya 5 Tidak bahaya 4 jalur tidak bahaya
Gunung Agak bahaya 3 jalur pengamanan pertama
Konga. Penggabungan hasil kese- Berapi Bahaya 2 jalur waspada gunung api
suaian akuatik dan terestrial meng- Sangat bahaya 1 jalur bahaya gunung api
Sumber : Modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003)
hasilkan zona lingkungan pesisir
yang diklasifikasi menjadi zona-zona
Tabel 2. Penilaian terhadap potensi obyek dan atraksi wisata
sesuai, kurang dan tidak sesuai Nilai
No Faktor
untuk pengembangan wisata pesisir. 4 (sangat kuat) 3 (kuat) 2 (sedang) 1 (lemah)
1 Letak dari jalan utama < 1 km 1 – 2 km 2 – 3 km > 3 km
Penggabungan hasil kesesuaian 2 Estetika dan keaslian Asli Asimilasi, Asimilasi, Sudah berubah
dominan bentuk dominan bentuk sama sekali
akuatik dan terestrial menghasilkan asli baru
3 Atraksi Hanya terdapat Terdapat <3 Terdapat 3-5 Terdapat > 5
zona tingkat kepekaan lingkungan di Tapak lokasi di tempat lokasi di tempat lokasi di tempat
pesisir, yaitu zona tidak peka (S1), lain lain lain
4 Fasilitas Pendukung Tersedia dalam Tersedia dalam Tersedia dalam Prasarana dan
zona kurang peka (S2), zona cukup kondisi sangat kondisi baik kondisi kurang sarana tidak
peka (S3), dan zona peka (S4). baik baik tersedia
5 Ketersediaan Air < 0,5 km 0,5 – 1 km 1 – 2 km Jarak >2km
6 Transportasi dan Jalan aspal, ada Jalan aspal Jalan aspal Jalan
b. Pengembangan Kepariwisataan Aksesibilitas kendaraan berbatu, ada berbatu, tanpa berbatu/tanah,
Pesisir umum kendaraan kendaraan tanpa
umum umum kendaraan
Pengembangan pariwisata di suatu umum
kawasan dimulai dengan menentu- 7 Dukungan dan Sangat Mendukung Kurang Tidak
Partisipasi Masyarakat Mendukung mendukung mendukung
kan obyek dan atraksi wisata yang
Sumber : Modifikasi Mc. Kinnon (1986), Gunn (1994)
tersedia dan selanjutnya dinilai po-
tensinya untuk dapat dikembang-
kan. Penentuan ketersediaan obyek atraktif (S1), zona cukup atraktif (S2), nomian yang terkait langsung de-
dan atraksi wisata dilakukan dengan zona kurang atraktif (S3), dan zona ngan wisata dan kegiatan perekono-
mewawancarai staf pemerintah tidak atraktif (S4). mian pendukung. Penilaian dilaku-
daerah, kepala desa, masyarakat dan kan oleh responden (n=70) yang di-
pengamatan lapangan. Penilaian c. Keikutsertaan Masyarakat
pilih secara acak pada tiap desa
dilakukan dengan menggunakan Pesisir dalam Kepariwisataan
penelitian.
metode Mc Kinnon (1986) dan Gunn Keikutsertaan masyarakat dalam pa-
(1994), dengan kepala desa (n=7) riwisata dinilai dari tingkat aksepti- Dari hasil penilaian keseluruhan di-
sebagai penilai. Penilaian diklasifika- bilitas dan peluang pemberdayaan peroleh zona peringkat akseptibilitas
si menjadi sangat kuat, kuat, sedang dalam aspek ekonomi. Akseptibilitas dan peluang ekonomi masyarakat
dan lemah (Tabel 2). Selanjutnya masyarakat ditunjukkan dengan yang meliputi zona sangat aktif (S1),
dilakukan peringkat berdasarkan tingkat kesediaan masyarakat dalam zona cukup aktif (S2), zona kurang
ketersediaan obyek dan atraksi menerima pengembangan kawasan aktif (S3) dan zona tidak aktif (S4).
wisata di tiap desa. Peringkat terse- Teluk Konga menjadi kawasan
d. Kesesuaian tapak untuk wisata
but menghasilkan zona wisata berda- wisata, dan peluang pemberdayaan
pesisir
sarkan ketersediaan obyek dan dinilai berdasarkan keikutsertaan
Integrasi antara penilaian terhadap
atraksi wisata yang meliputi zona masyarakat dalam kegiatan pereko-
kualitas lingkungan pesisir, potensi

67 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011


YUSIANA, NURISJAH, DAN SOEDHARMA

kepariwisataan pesisir dan potensi obyek dan atraksi wisata (44%) de- dan masyarakat akan berperan aktif
pemberdayaan masyarakat mengha- ngan kategori sangat potensial (S1) didalamnya. Masyarakat lebih me-
silkan kesesuaian tapak untuk wisata dan 14 obyek dan atraksi wisata milih untuk mengelola kawasan
dengan tiga zona pengembangan (56%) dengan kategori cukup poten- wisata tersebut karena dapat
wisata, yaitu zona pengembangan sial (S2). Berdasarkan tingkat keter- memperkirakan berbagai keuntung-
tinggi, zona pengembangan sedang, sediaan obyek dan atraksi wisata di an dari adanya pengembangan wi-
dan zona pengembangan rendah. tiap desa dihasilkan zona-zona wi- sata di daerahnya. Kegiatan ekonomi
sata dengan klasifikasi zona atraktif yang memperoleh preferensi tinggi
Tahap 2. Perencanaan (Konga), zona cukup atraktif (Lewo- pada dasarnya merupakan kegiatan
Pengembangan Interpretasi Wisata ingu, Lewolaga, Nobokonga, Nurri), yang dekat dengan keseharian ma-
Pesisir dan zona kurang atraktif (Watotika syarakat. Sedangkan kegiatan ekono-
Pengembangan interpretasi didasar- Ile, Lamika) (Gambar 3). mi yang memerlukan keahlian khu-
kan pada potensi sumber daya dan sus memperoleh nilai preferensi
c. Akseptibilitas dan
konsep yang akan dikembangkan. yang rendah (Tabel 3).
Pemberdayaan Masyarakat
Kemudian dijabarkan ke dalam jalur
Pesisir dalam Kepariwisataan Gabungan antara akseptibilitas dan
interpretasi alternatif wisata pesisir.
peluang ekonomi masyarakat lokal
Keterlibatan masyarakat dalam pro-
Tahap 3. Perencanaan Lanskap diwujudkan dalam zona peringkat
ses perencanaan dapat mengurangi
Wisata Pesisir Berkelanjutan akseptibilitas dan peluang ekonomi
kemungkinan konflik yang akan
masyarakat yang terdiri dari zona
Rencana lanskap wisata pesisir me- terjadi di masa mendatang dan
aktif (Lamika, Lewoingu, Lewolaga,
rupakan rencana lanjutan untuk mengurangi terjadinya kesalahan
Konga, Nobokonga, dan Nurri), dan
mendapatkan tatanan lanskap pen- informasi (Suwantoro 1997). Seba-
zona cukup aktif (Watotika Ile)
dukung kawasan wisata pesisir. Ren- gian besar masyarakat menerima
(Gambar 4).
cana ini berdasarkan pada metode apabila kawasan Teluk Konga di-
Simonds (1983) yaitu tapak, organi- kembangkan sebagai kawasan wisata d. Kesesuaian tapak untuk wisata
sasi ruang, aspek visual, sirkulasi
dan struktur dalam lanskap.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Potensi Kawasan Pesisir untuk


Wisata Pesisir
a. Kualitas Lingkungan Pesisir
Hasil penilaian kesesuaian akuatik
ialah kategori sangat sesuai (S1)
untuk Lewolaga dan Konga, dan
kategori cukup sesuai (S2) untuk
desa lainnya. Hasil yang diperoleh
dari penilaian kesesuaian terestrial
Teluk Konga sebagai kawasan wi-
sata pesisir menunjukkan bahwa se-
mua bagian tapak potensial untuk
Gambar 2. Peta Zona Kepekaan Lingkungan Pesisir
dijadikan kawasan wisata. Berdasar-
kan penilaian kualitas lingkungan
akuatik dan terestrial diperoleh zona
tingkat kepekaan lingkungan pesisir
yang merupakan penggabungan an-
tara kesesuaian akuatik dan kese-
suaian terestrial. Zona ini meliputi
zona tidak peka (Konga, Lewolaga),
zona kurang peka (Watotika Ile,
Lamika, Lewoingu,Nobokonga), dan
zona cukup peka (Nurri). Distribusi
ketiga zona tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2.

b. Potensi Kepariwisataan Pesisir


Pada Teluk Konga terdapat 25 titik
wisata yang potensial untuk dikem-
bangkan menjadi obyek dan atraksi Gambar 3. Peta hasil analisis zona wisata berdasarkan ketersediaan obyek dan
wisata. Teluk Konga memiliki 11 atraksi wisata

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011 68


YUSIANA, NURISJAH, DAN SOEDHARMA

pesisir Tabel 3. Penilaian akseptibilitas masyarakat Teluk Konga terhadap wisata


Kesesuaian tapak untuk wisata pe- N
Peringkat
Faktor 4 3 (kurang 2 (tidak 1 (tidak
sisir dihasilkan melalui overlay peta o
(bersedia) bersedia) bersedia) tahu)
zona tingkat kepekaan lingkungan 1 Pengembangan kawasan Setuju Kurang setuju Tidak setuju Tidak tahu
sebagai daerah tujuan wisata
pesisir, peta zona wisata berdasar- 2 Pengelolaan kawasan wisata Setuju Kurang setuju Tidak setuju Tidak tahu
kan ketersediaan obyek dan atraksi oleh masyarakat
3 Peran aktif masyarakat dalam Ya Kurang Tidak Tidak tahu
wisata, dan peta zona peringkat pariwisata
4 Keuntungan kegiatan wisata Ya Kurang Tidak Tidak tahu
akseptibilitas dan peluang ekonomi 5 Keberadaan wisatawan Bersedia Kurang bersedia Tidak bersedia Tidak tahu
masyarakat. Hasil overlay tersebut Sumber : Hasil diskusi bimbingan (2006)
berupa tiga zona pengembangan
wisata (Gambar 5), yaitu zona Tabel 4. Preferensi masyarakat terhadap peluang kegiatan ekonomi
pengembangan wisata tinggi (Lewo- Nilai
Faktor 4 (sangat 3
laga, Konga), zona pengembangan tinggi) (tinggi)
2 (sedang) 1 (rendah)
wisata sedang (Lamika, Lewoingu, Peluang ekonomi terkait wisata
Peluang investasi usaha Banyak sekali Banyak Biasa saja Sedikit
Nobokonga, Nurri), zona pengem- Berjualan makanan/minuman Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
bangan wisata rendah (Watotika Ile). Pembuatan dan penjualan souvenir Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
Usaha tempat makan Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
Berdasarkan hasil kesesuaian ini, Usaha penginapan Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
maka pengembangan selanjutnya Usaha transportasi Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
Pengembangan obyek dan atraksi Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
akan difokuskan pada zona pe- wisata
ngembangan wisata pesisir tinggi, Pagelaran seni dan budaya Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
Pemandu wisata Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
yaitu desa Lewolaga dan Konga. Peningkatan jumlah, frekuensi, dan Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
distribusi informasi mengenai kawasan
wisata
2. Perencanaan Wisata Pesisir Peluang ekonomi penunjang wisata
Berkelanjutan Penyedia produk pertanian Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
Penyedia produk perikanan Sangat ingin Ingin Kurang ingin Tidak ingin
a. Konsep Perencanaan Wisata Sumber : Hasil diskusi bimbingan (2006)
Konsep perencanaan pengembangan
wisata pesisir Teluk Konga adalah
ekowisata pesisir dimana pengem-
bangan wisata didasarkan pada po-
tensi lingkungan dan obyek dan
atraksi wisata yang potensial untuk
melindungi sumber daya alam dan
kualitas lingkungan serta kesejahte-
raan masyarakat lokal.

b. Konsep Ruang Wisata Pesisir


Konsep ruang wisata Teluk Konga
ialah pengembangan kawasan pesi-
sir Teluk Konga dengan mengem-
bangkan ruang yang disesuaikan
dengan kondisi existing lingkungan.
Ruang wisata dibagi menjadi dua, Gambar 4. Peta zona peringkat akseptibilitas dan peluang ekonomi masyarakat
yaitu ruang utama dan ruang Teluk Konga
penunjang. Ruang utama meliputi
ruang wisata akuatik dan ruang
wisata terestrial. Sedangkan ruang
penunjang meliputi ruang penerima
(welcome area) dan ruang transisi
(transition area).

c. Konsep Sirkulasi Wisata Pesisir


Konsep sirkulasi yang diaplikasikan
ialah jaringan sirkulasi yang sesuai
dengan konsep ruang dan meng-
hubungkan semua elemen lokal.
Konsep tersebut memberi peluang
yang tinggi bagi pengunjung untuk
dapat melihat banyak atraksi dan Gambar 5. Peta Kesesuaian Kawasan Teluk Konga untuk Wisata Pesisir
informasi serta meningkatkan waktu
dan pengeluaran pengunjung agar
dapat memberikan keuntungan eko-

69 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011


YUSIANA, NURISJAH, DAN SOEDHARMA

nomi bagi masyarakat lokal. Sirku- yek dan atraksi wisata alam budaya akuatik dan budaya
lasi pada tapak dibagi menjadi em- yang terdapat di Teluk Konga, terestrial.
pat yaitu: sehingga menyadari arti penting d) Jalur wisata disusun dengan
keberadaan sumber daya alam membagi dua sub tema jalur,
1) Sirkulasi primer merupakan
tersebut bagi keberlanjutan ke- yaitu sub tema jalur wisata
sirkulasi utama yang menghu-
hidupan di Teluk Konga, ter- budaya akuatik dan sub tema
bungkan ruang-ruang pada ru-
utama bagi keberlanjutan pari- jalur wisata budaya terestrial.
ang utama. Sirkulasi ini meng-
wisata di Teluk Konga. Kedua jalur tersebut sambung
hubungkan ruang utama dan
c) Titik-titik perhentian merupa- menyambung membentuk satu
ruang penunjang.
kan obyek dan atraksi wisata buah loop utama yang dimulai
2) Sirkulasi sekunder merupakan
alam dengan potensi sedang dari area penerimaan menuju
sirkulasi dalam ruang yang
hingga tinggi. Pada jalur ini jalur wisata budaya akuatik
menghubungkan obyek-obyek
obyek dan atraksi wisata ter- terlebih dahulu, kemudian kem-
wisata. Sirkulasi ini menghu-
sebut dikelompokkan berdasar- bali ke area penerimaan dan
bungkan obyek-obyek wisata
kan sumber daya alam akuatik dilanjutkan dengan jalur wisata
pada ruang wisata akuatik dan
dan sumber daya alam terestrial. budaya terestrial dan berakhir
obyek-obyek wisata pada ruang
d) Jalur wisata disusun dengan pada area penerimaan. Peta jalur
wisata terestrial.
membagi dua sub tema jalur, interpretasi alternatif 2 dapat
3) Sirkulasi tersier merupakan sir-
yaitu jalur wisata alam akuatik dilihat pada Gambar 7.
kulasi di dalam obyek dan
dan jalur wisata alam terestrial.
atraksi wisata. Sirkulasi tersier Rencana jalur interpretasi wisata
Jalur wisata alam akuatik di-
berupa boardwalk dan tracking alternatif 3 didasarkan pada :
tempuh melalui jalur laut, se-
primitif.
dangkan jalur wisata alam a) Tema jalur interpretasi wisata
4) Sirkulasi evakuasi tsunami me-
terestrial ditempuh melalui jalur alam dan budaya yaitu konser-
rupakan sirkulasi yang meng-
darat. Kedua jalur tersebut sam- vasi lingkungan akuatik dan
hubungkan ruang aktifitas wi-
bung menyambung membentuk terestrial dengan melindungi
sata dan ruang aktifitas sehari-
satu buah loop utama yang sumber daya alam dan meles-
hari masyarakat menuju lokasi
dimulai dari area penerimaan tarikan sumber daya budaya di
evakuasi tsunami. Sirkulasi ini
dengan melalui jalur wisata Teluk Konga.
merupakan jalur jalan yang da-
alam akuatik terlebih dahulu, b) Tujuan dari jalur interpretasi wi-
pat ditempuh dengan kendara-
kemudian kembali ke area pe- sata alam dan budaya ialah agar
an maupun berjalan kaki agar
nerimaan dan dilanjutkan de- pengunjung dapat mempelajari
dapat menjangkau lokasi eva-
ngan jalur wisata alam terestrial karakter alam dan budaya, baik
kuasi tsunami dalam waktu
untuk selanjutnya kembali ke pada lingkungan akuatik mau-
cepat.
area penerimaan. Peta jalur pun terestrial, yang menjadi fak-
interpretasi alternatif 1 dapat tor utama bagi keberlanjutan
3. Perencanaan Interpretasi Wisata
dilihat pada Gambar 6. wisata di Teluk Konga, sehingga
Pesisir
menimbulkan kesadaran untuk
Rencana jalur interpretasi wisata
Tema utama jalur interpretasi wisata melindungi dan menjaga sum-
alternatif 2 (Gambar 7) didasarkan
pesisir Teluk Konga ialah memenuhi ber daya alam dan melestarikan
pada :
aspek pendidikan lingkungan de- nilai-nilai budaya lokal.
ngan memberikan pengalaman baru a) Tema jalur interpretasi alternatif c) Titik-titik perhentian merupa-
bagi wisatawan. Rencana jalur 2 ialah melestarikan kekayaan kan obyek dan atraksi wisata
interpretasi dibagi menjadi tiga dan keragaman sumber daya alam dan budaya dengan po-
alternatif jalur wisata pesisir (coastal budaya pesisir Teluk Konga. tensi sedang hingga tinggi. Pada
touring plan) dengan tema yang b) Tujuan dari jalur interpretasi jalur ini obyek dan atraksi wi-
berbeda. Jalur alternatif 1 dengan alternatif 2 ialah agar pengun- sata tersebut dikelompokkan ke
tema sumber daya alam, jalur jung dapat mempelajari dan dalam dua jalur, yaitu jalur
alternatif 2 dengan tema sumberdaya memahami nilai-nilai budaya wisata akuatik dan jalur wisata
budaya, dan jalur alternatif 3 dengan dan kesejarahan yang terkan- terestrial. Dalam jalur wisata
tema sumber daya alam dan budaya. dung dalam obyek dan atraksi akuatik terdapat titik-titik wisa-
wisata di Teluk Konga, sehingga ta alam dan budaya akuatik, se-
Rencana jalur interpretasi wisata
menyadari arti penting sumber dangkan pada jalur wisata teres-
alternatif 1 (Gambar 6) didasarkan
daya budaya tersebut bagi trial terdapat titik-titik wisata
pada :
keberlanjutan wisata di Teluk alam dan budaya terestrial.
a) Tema jalur interpretasi alternatif Konga. d) Jalur wisata disusun dengan
1 yaitu melindungi kekayaan c) Titik-titik perhentian merupa- membagi dua sub tema jalur,
dan keragaman sumber daya kan obyek dan atraksi wisata yaitu jalur wisata akuatik dan
alam pesisir Teluk Konga. budaya dengan potensi sedang jalur wisata terestrial. Kedua ja-
b) Tujuan dari jalur interpretasi hingga tinggi. Pada jalur ini lur tersebut sambung menyam-
alternatif 1 ialah agar pe- obyek dan atraksi wisata ter- bung membentuk satu buah
ngunjung dapat mempelajari ob- sebut dikelompokkan menjadi loop utama yang dimulai dari

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011 70


YUSIANA, NURISJAH, DAN SOEDHARMA

Gambar 6. Jalur interpretasi wisata alternatif 1.

Gambar 7. Jalur interpretasi wisata alternatif 2.

area penerimaan dengan melalui bangan wisata akuatik dan pengem- pretasi alternatif 1 (wisata
jalur wisata akuatik terlebih bangan wisata terestrial. Touristic site alam), jalur interpretasi alterna-
dahulu, kemudian kembali ke plan Teluk Konga dapat dilihat pada tif 2 (wisata budaya), dan jalur
area penerimaan dan dilanjut- Gambar 9. interpretasi alternatif 3 (eko-
kan dengan jalur wisata teres- wisata).
trial untuk selanjutnya kembali
SIMPULAN DAN SARAN Saran
ke area penerimaan. Peta jalur
interpretasi alternatif 3 dapat Simpulan Perlu adanya penelitian lebih lanjut
dilihat pada Gambar 8. terhadap zona pengembangan wisa-
1. Berdasarkan tujuh desa yang
ta pesisir sedang dan zona pe-
4. Rencana Lanskap Wisata Pesisir diteliti, maka terpilih dua desa
ngembangan wisata pesisir rendah
Teluk Konga yang memiliki potensi tinggi
untuk dapat lebih ditingkatkan daya
untuk dikembangkan sebagai
Perencanaan lanskap wisata pesisir dukung lingkungan dan potensi
kawasan wisata pesisir dan di-
Teluk Konga didasarkan pada hasil sumber dayanya agar dapat dikem-
rencanakan dalam touristic site
analisis kesesuaian wisata pesisir bangkan menjadi kawasan wisata
plan, yaitu desa Lewolaga dan
yang diperoleh dan konsep yang sebagai wujud keberlanjutan pariwi-
desa Konga.
dikembangkan. Perencanaan pe- sata di Teluk Konga. Perlu adanya
2. Jalur interpretasi wisata pesisir
ngembangan lanskap wisata pesisir penelitian lebih lanjut untuk dapat
Teluk Konga terbagi dalam tiga
Teluk Konga terdiri atas pengem- menggali potensi sumber daya alam
alternatif jalur, yaitu jalur inter-

71 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011


YUSIANA, NURISJAH, DAN SOEDHARMA

Gambar 8. Jalur interpretasi wisata alternatif 3

Gambar 9. Touristic Plan Teluk Konga

perairan Teluk Konga yang akan pulauan Riau. Cibinong: Pusbi- Masyarakat di Kawasan Konservasi
melengkapi pengembangan wisata nainderasig, Bakosurtanal. Laut. Direktorat Jenderal Pesi-
pesisir Teluk Konga. sir dan Pulau-pulau Kecil. Ja-
Gunn, CA. 1994. Tourism Planning Ba-
karta: Departemen Kelautan
sics, Concepts, Cases. Third
dan Perikanan.
DAFTAR PUSTAKA Edition. London: Tylor &
Francis. Simonds, J.O. 1983. Landscape Archi-
[Bakosurtanal] Badan Koordinasi Sur-
tecture. New York: McGraw-
vei dan Pemetaan Nasional. Nurisyah S, Sunatmo, Sasmintohadi,
Hill Book Co.
1996. Pengembangan Prototipe Bahar A. 2003. Pedoman Pe-
Wilayah Pesisir dan Marine Ke- ngembangan Wisata Bahari
Berbasis.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011 72

You might also like