You are on page 1of 8

57

POTENSI GELOMBANG BONO UNTUK


PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI

Maulida, Dessy Yoswaty, dan Mubarak


FPIK Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293

Abstract: The aim of research to determine the potential of Wave Bono as marine ecotourism
destination Kampar River Estuary. The result of the tilt measurements beach in Teluk Meranti
category sloping beach with an average of 3:22%. The highest value of depth at station IV on the
substrate sediments of four stations, namely the category of muddy sand. Teluk Meranti has a
value IKW 65.27% included in the category S2 or (Quite appropriate). The result of the calculation
of the questionnaire on the local communities for 99 respondents strongly agreed percentage
values obtained (SS) with the lowest value of 63.8% and strongly disagree (STS) with 3:09%.
Index respondent participation of local communities, demonstrating the value of 0.77, the index is
at neutral (0.0). The results of the questionnaire on the percentage rating indicates the election
strongly agree (SS) is still at the highest level with 42% and the lowest value at disagreed (TS)
9.9%. Traveller participation index shows the value of 0:23 is on neutral criteria (0.0). The results
of the questionnaire on the percentage of businesses strongly agreed elections travel shows (SS)
is still at the highest level and the lowest at 42.2% strongly disagreed (STS) 4%. Index respondent
participation in the travel business operators demonstrate the value of 0:22 is on neutral criteria
(0.0). Bono waves marine ecotourism can be seen from the Kampar river mouth wave potential and
will positively impact the local communities in the economic field.

Abstrak: Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi Gelombang Bono sebagai tujuan ekowisata
bahari Muara Sungai Kampar. Hasil pengukuran kemiringan pantai di Teluk Meranti dalam kategori
pantai landai dengan rata-rata 3.22%. Nilai tertinggi kedalaman pada stasiun IV pada substrat
sedimen pada keempat stasiun yaitu kategori pasir berlumpur. Teluk Meranti memiliki nilai IKW
65.27% termasuk dalam kategori S2 atau (Cukup sesuai). Hasil perhitungan kuisioner pada
masyarakat setempat terhadap 99 orang responden diperoleh nilai persentase sangat setuju (SS)
dengan nilai 63.8% dan terendah sangat tidak setuju (STS) dengan 3.09 %. Indeks partisipasi
responden pada masyarakat lokal menunjukkan nilai 0.77, berada pada indeks netral (0.0). Hasil
persentase kuesioner pada wisatawan menunjukkan pemilihan sangat setuju (SS) masih berada
pada tingkat tertinggi dengan nilai 42% dan terendah pada tidak setuju (TS) 9.9%. Indeks partisipasi
wisatawan menunjukkan nilai 0.23 berada pada kriteria netral (0.0). Hasil persentase kuesioner
pada pelaku usaha wisata menunjukkan pemilihan sangat setuju (SS) masih berada pada tingkat
tertinggi 42.2% dan terendah pada sangat tidak setuju (STS) 4%. Indeks partisipasi responden
pada pelaku usaha wisata menunjukkan nilai 0.22 berada pada Kriteria netral (0.0). Gelombang
Bono dapat dijadikan ekowisata bahari muara sungai kampar dilihat dari potensi gelombang dan
akan berdampak positif bagi masyarakat lokal dalam bidang ekonomi.
Kata Kunci: gelombang Bono, ekowisata bahari, Teluk Meranti

PENDAHULUAN tongah, tasik kuali dan tasik guntung. Keempat


Kabupaten Pelalawan memiliki potensi tasik ini memiliki sumberdaya ikan yang cukup
sumber daya dan keindahan alam yang sangat melimpah.
baik, kekayaan alam tersebut menyebar di be- Gelombang Bono merupakan sebuah ge-
berapa kecamatan yang ada di Kabupaten lombang yang terjadi akibat adanya pertemuan
Pelalawan. Kecamatan Teluk Meranti berada di antara arus sungai dengan arus laut yang menuju
timur laut dari Kota Pekanbaru. Lokasi ini sangat ke arah hulu dan hilir. Pertemuan ini menye-
baik untuk berpariwisata terutama untuk wisata babkan satu Gelombang besar yang menyerupai
bahari karena memiliki sumberdaya alam yang kondisi Gelombang yang biasa dilihat di tengah
indah namun belum terkelola dengan baik. Selain laut. Namun fenomena ini dapat disaksikan di
bono, sumberdaya perairan yang terdapat di tengah sungai yang notabennya adalah air tawar
Kecamatan Teluk Meranti terdapat lima buah (Bappeda, 2016).
tasik, yaitu tasik besar, tasik cek lenang, tasik Gelombang Bono mulai terbentuk dan

57
58 Jurnal Festiva, Volume 1, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 1-64

membesar di kanan kiri Pulau Muda, akibat Setiap jenis kegiatan wisata bahari harus
penyempitan alur sungai karena adanya pulau mempunyai persyaratan penentu wisata yang
muda di tengah-tengah alur sungai. Keunikan dan sesuia dengan kategori objek wisata yang dapat
kedahsyatan gelombang atau ombak bono di dikembangkan dengan memperhatikan aspek
Sungai Kampar dan sungai Rokan di Riau yang lingkungan laut. Parameter kesesuaian tersebut
terjadi di sungai, menjadi daya tarik para pe- disusun ke dalam kelas kesesuaian untuk masing-
selancar dari dalam dan luar negeri. Tak lepas masing jenis kegiatan wisata. Rumus yang di-
dari keahlian para peselancar lokal yang meng- gunakan untuk menghitung indeks kesesuaian
gunakan sampan untuk berselancar. Masyarakat wisata pantai adalah sebagai berikut (Yulianda,
setempat menyebutnya Bekudo Bono. Hal ter- 2007).
sebut membuat peneliti tertarik untuk mengkaji
seberapa besar potensi yang dimiliki ombak
bono untuk dijadikan kawasan daerah tujuan
wisata bahari dimasa mendatang. Keterangan:
Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui IKW = Indeks kesesuaian wisata
potensi Gelombang Bono sebagai tujuan wisata Ni = Nilai parameter ke-i (bobot x skor)
bahari Muara Sungai Kampar. Manfaat pene- Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
litian ini untuk memberikan informasi tentang
daya tarik objek wisata berselancar yang ada di HASIL DAN PEMBAHASAN
Muara Sungai Kampar sehingga bisa menjadi
Secara geografis Kabupaten Pelalawan
acuan bagi pemerintah setempat dan instansi
terletak antara 000 48’ 32" LU - 000 24’ 14"
terkait dalam pengembangan potensi wisata ba-
LS dan 1010 30’ 40" -1030 23’ 22" BT dengan
hari sebagai kawasan tujuan wisata bahari
batas-batas wilayah Sebelah Utara Berbatasan
dimasa mendatang.
dengan Kabupaten Siak, Sebelah Selatan
Berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu
METODE dan Kabupaten Indragiri Hilir, Sebelah Barat
Metode yang digunakan dalam penelitian Berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Ka-
ini adalah metode survei, yaitu dengan cara turun bupaten Kampar, Sebelah Timur Berbatasan
langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpul- dengan Kabupaten Kepulauan Riau, Badan
kan data primer dan sekunder. Data primer Pusat Statistik (2016).
merupakan data yang didapat langsung di lokasi Kecamatan Teluk Meranti memiliki luas
penelitian maupun ketika hasil analisis di 4.239,44 km² atau sekitar 30,45 persen dari total
laboratorium. Data sekunder adalah studi literatur wilayah Kabupaten Pelalawan. Sebagian wila-
dari beberapa sumber yang relevan. Data primer yah adalah daratan (92,25 persen) yang dido-
meliputi pengamatan komponen daya tarik dan minasi berupa perkebunan kelapa sawit (3,40
komponen sarana penunjang/jasa dari potensi persen) dan hutan rawa (92,02 persen). Teluk
ekowisata bahari di muara sungai kampar seperti Meranti terdiri dari 9 desa/kelurahan dengan satu
identifikasi dan inventarisasi objek wisata. Hasil kelurahan yaitu Kelurahan Teluk Meranti dan 8
wawancara dengan responden seperti wawan- desa lainnya adalah Desa Kuala Panduk, Peto-
cara dengan masyarakat lokal, wisatawan lokal, daan, Pulau Muda, Pangkalan Terap, Teluk Binjai,
domestik maupun internasional, pelaku usaha Gambut Mutiara, Labuhan Bilik, dan Segamai.
wisata besar maupun kecil dan pemangku ke- Tercatat sebanyak 15 sungai dengan total
bijakan. Data sekunder meliputi dokumen panjang 24.628,95 km. Selain untuk areal
pemerintah seperti Statistik Pariwisata dan penangkapan ikan, di beberapa wilayah sungai
sumber-sumber terkait lainnya yang dianggap juga dijadikan sarana transportasi dan tempat
relevan. Data yang didapatkan selanjutnya wisata, yang merupakan obyek utama wisata-
disajikan dan dibahas secara deskriptif. wan mancanegara. Khas gelombang Sungai
Potensi Gelombang Bonountuk Pengembangan Ekowisata Bahari (Maulida, dkk) 59

Kampar yang tinggi menjadikan wilayah ini arena menyebabkan kesulitan dalam masalah trans-
bermain surfing disebut masyarakat sekitar om- portasi perairan, karena akan menyebabkan
bak bono. Ombak bono menjadi daya tarik ter- mudah kandasnya perahu-perahu yang lewat hal
sendiri bagi perselancar nasional maupun inter- ini sama dengan yang dinyatakan Triadmojo
nasional. Ombak bono biasanya datang pada (1999) gelombang pecah dengan energi yang
saat bulan purnama penuh, ketinggian gelombang besar menyebabkan sedimen dasar mengalami
bisa mencapai 4 meter. Kecamatan Teluk Me- perpindahan khususnya sedimen dengan ukuran
ranti tercatat memiliki potensi 5 danau dengan yang kecil.
luas 731,50 ha. Hasil pengukuran periode gelombang di-
Objek wisata alam yang sangat menarik dapatkan hasil stasiun IV yang lebih dekat
wisatawan nasional dan internasional adalah dengan laut dengan nilai 2.1 dt, stasiun berbeda
Gelombang Bono, keunikan Gelombang Bono karena berbedanya letak tiap stasiun dan jarak
terjadi di perairan sungai dengan jarak tempuh masing-masing stasiun jauh. Asef (1999) me-
gelombang ± 50km, para peselancar dapat nyatakan bahwa kisaran periode Gelombang
merasakan sensasi di atas papan selancar satu akan mempengaruhi panjang atau pendeknya
sampai satu setengah jam, gelombang bono tidak lintasan gelombang yang menghampiri pantai,
terjadi setiap saat tetapi pada waktu tertentu semakin besar periode Gelombang maka se-
(Bulan baru dan purnama), gelombang bono makin panjang lintasan tersebut dan semakin
memiliki tujuh gelombang yang bebeda kedah- panjang Gelombang maka semakin cepat Ge-
syatannya, oleh para peselancar manca negara lombang yang merambat ke pantai sehingga
disebut Seven ghosts. hantaman ke garis pantai akan semakin kuat.
Kemiringan pantai Teluk Meranti tergolong Gelombang Bono di Sungai Kampar apa-
landai, kemiringan pada setiap stasiun berbeda bila dijadikan tempat wisata surfing layak di-
satu sama lainnya, kemiringan pantai landai lakukan karena gelombangnya yang sangat tinggi
apabila >2 - 8% (Mardiatno, 2004). Hal ini dan periode waktunya yang cukup lama. Se-
disebabkan Gelombang Bono yang tinggi dan lanjutnya jika Gelombang Bono dijadikan objek
kuat sehingga membuat perubahan pada ke- wisata pantai pada saat Gelombang Bono terjadi
miringan pantai yang pasir berlumpur. Setiap sangat tidak memungkinkan karena akan me-
adanya ombak bono yang datang jika pada saat ngakibatkan para wisatawan tertarik oleh Ge-
debit air Sungai Kampar tinggi akan meng- lombang jika tidak bisa berenang ataupun me-
akibatkan pemukiman yang dekat dengan garis nahan hempasan ombak yangs sangat kuat,
pantai muara sungai kampar terhantam ombak seperti yang dikatakan (CERCH dalam Adiana,
bono dan juga masuk dalam perumahan. Di- 2007) bahwa besarannya Gelombang yang
namika disepanjang pantai dominan dipengaruhi terjadi pada perairan dapat menimbulkan efek
oleh arus pasang surut, walaupun pada musim merusak pada daerah pinggiran pantai.
tertentu Gelombang Bono memberikan tekanan Ikrom Mustofa (2015) dalam Yulistiyanto
yang besar. Ladopura (2013) menyatakan (2009) menjelaskan bahwa Gelombang Bono
bahwa jika kemiringan pantai dominan landai memiliki potensi merusak dan bersifat memati-
maka ini lebih diakibatkan oleh arus yang di- kan. Hal ini juga dikemukakan oleh masyarakat
pengaruhi oleh gelombang pasang surut. setempat terkait banyaknya korban jiwa yang
Sedimen di Muara Sungai Kampar menurut ditimbulkan oleh adanya Gelombang Bono.
dari analisis yaitu pasir berlumpur. Tingginya Melihat kondisi Gelombang ini yang bisa datang
konsentrasi angkutan sedimen di Muara Sungai tiba-tiba dengan frekuensi yang sangat besar,
Kampar disebabkan besarnya sedimen pasir perlu diterapkan sistem peringatan dini (early
yang terbawa Bono. Sedimen tersebut pada warning system) dari dinas terkait tentang
lokasi-lokasi tertentu akan terdeposit yang ber- waktu-waktu munculnya Bono yang harus di-
akibat pendangkalan dasar sungai. Hal ini patuhi oleh semua pihak yang membutuhkan. Hal
60 Jurnal Festiva, Volume 1, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 1-64

ini setidaknya dapat menurunkan angka ke- nyak cahaya matahari, kecepatan angin, udara
celakaan maupun korban jiwa akibat Gelombang sejuk, dan sebagainya dapat mempengaruhi
Bono. pelaksana wisata, baik wisata darat maupun laut,
Gelombang Bono yang terbelah dua sebe- dengan kondisi seperti itu pelaksaan wisata akan
lum pulau muda menjalar menuju ke hulu melewati semakin dinikmati.
alur muara Sungai Kampar yang semakin me- Kecerahan adalah ukuran transparansi
nyempit dan terpisah ke arah kanan dan kiri Pulau perairan yang diamati secara visual dengan alat
Muda kemudian bertemu di Tanjung Perbilahan, bantu Secchi disk. Nilai kecerahan dipengaruhi
Bono yang terpisah tersebut menghasilkan mo- oleh cuaca, kekeruhan air, padatan tersuspensi,
mentum yang mengakibatkan Gelombang Bono dan waktu pengamatan (Effendi, 2003). Hasil
semakin besar. Penduduk setempat menyebut pengukuran kecerahan di Muara Sungai Kampar
peristiwa ini sebagai ‘Bono yang bertepuk’. di dapatkan 0.18 – 0.11 m. Kecerahan di Muara
Gelombang Bono tersebut menjalar ke hulu de- sungai Kampar rendah karena airnya yang keruh.
ngan kecepatan sekitar 40 – 50 km/jam, Derajat keasaman atau pH merupakan
sehingga akan sampai di Tanjung Perbilahan, yang suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang
berjarak sekitar 42 km dari muara, 1 jam setelah mencirikan keseimbangan asam dan basa. De-
waktu pada saat puncak pasang tertinggi di rajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan
muara. Dari Tanjung Perbilahan, Bono menjalar maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai
terus ke hulu sampai ke Teluk Meranti. Kondisi petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya
alur sungai di Teluk Meranti membelok ke utara, suatu perairan (Odum, 1971). Tinggi rendahnya
yang berakibat Bono yang sampai ke Teluk pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2
Meranti sebagian dibelokkan ke utara, sebagian maupun CO2 hasil pengukuran pH perairan
lagi menerjang pantai Teluk Meranti atau Pantai pantai Teluk meranti berkisar antara 5 – 6. pH
Ogis, hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh ini termasuk kedalam kategori baik,. Tidak
Mubarak dan Bathara (2010) menyebutkan semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan
bahwa Bono yang terjadi di Muara Sungai nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan
Kampar dipengaruhi oleh Pasang surut laut dan mekanisme yang unik agar perubahan tidak
karakteristik muara sungai dan bentuk sungai terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan
kampar, proses hidrodinamika pasang surut yang (Sary, 2006).
menghasilkan pergerakan massa air menuju Nilai pH juga merupakan salah satu faktor
muara sungai kampar. yang mempengaruhi produktifitas perairan
Kecepatan arus di wilayah perairan Teluk (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan
meranti tergolong pada kecepatan berarus mempunyai pengaruh yang besar terhadap
sedang. Sesuai dengan pendapat Harahap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan
(2000) kecepatan arus antara 0 - 25 cm/det ter- petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu
golong berarus lambat/pelan, 25 - 50 cm/det perairan (Odum, 1971). Kondisi perairan yang
tergolong berarus sedang dan e”50 cm/det bersifat sangat asam maupun sangat basa akan
tergolong berarus kuat. Kecepatan arus di membahayakan kelangsungan hidup organisme
wilayah perairan ini disebabkan oleh pengaruh karena akan menyebabkan terjadinya gangguan
pasang surut maka arah arus condong memiliki metabolisme dan respirasi.
arah bolak balik, yaitu dari arah Barat ke Timur Tinggi rendahnya salinitas ditentukan oleh
dan juga sebaliknya sehingga mempengaruhi banyaknya garam-garam yang larut dalam air.
penyebaran keberaadaan biota di perairan. Oleh sebab itu penambahan dan pengurangan
Suhu di Perairan Sungai Kampar berkisar volume air akan mempengaruhi nilai salinitas.
antara 29.3-31.5 0C. Suhu yang tinggi ini sangat Pengukuran salinitas di wilayah perairan ini ber-
berpengaruh terhadap bidang pariwisata, seperti kisar antara 3 – 16 ppt. Salinitas mempunyai pe-
yang dikatakan Young (2010) cuaca cerah ba- ran penting dan memiliki ikatan erat dengan
Potensi Gelombang Bonountuk Pengembangan Ekowisata Bahari (Maulida, dkk) 61

kehidupan organisme perairan termasuk ikan, persentase pada 65.27%, yang terdapat di Teluk
dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat Meranti. Kelemahan yang terdapat di lokasi
dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut karena pada parameter tipe pantai, ke-
tersebut sehingga memiliki hubungan terhadap cepatan arus, kecerahan perairan dan biota
spesies yang hidup dan berkembangbiak di berbahaya memiliki nilai tergolong rendah.
wilayah perairan Teluk Meranti. Partisipasi dan persepsi masyarakat lokal,
Kedalaman di perairan Muara Sungai wisatawan, pelaku usaha wisata dan pemangku
Kampar termasuk dangkal dengan kedalaman kebijakan mendukung adanya dilakukan pe-
2-5 meter. Dangkalnya perairan di titik stasiun ngembangan ekowisata di Teluk Meranti. Pelaku
kemungkinan diakibatkan oleh adanya sedimen- wisata akan mendapatkan dampak positif dari
tasi yang terjadi pada perairan sungai tersebut. objek wisata disini terutama terhadap pereko-
Ekowisata mulai mengarah pada pelestarian nomian masyarakat lokal akan meningkat dan
lingkungan dan ekologis yang sering disebut secara otomatis tingkat pengangguran semakin
dengan ekowisata di era globalisasi ini. Sehingga sedikit, Kusumastanto (2003) mengatakan
perlu digali dan dikembangkan guna menjadikan berkembangnya wisata dalam suatu kawasan
wisatawan sadar dan peduli akan lingkungan. wisata dan sekitarnya akan mampu memberikan
Ekowisata di suatu daerah memiliki banyak multipler effect terhadap ekonomi masyarakat-
manfaat, baik dalam segi ekonomi, ekologi, nya. Warga bisa memanfaatkan jasa ataupun
maupun sosial budaya (Kementerian Kebuda- tenaga untuk wisatawan yang berkunjung seperti
yaan dan Pariwisata Indonesia, 2002). Analisis menjadi pemandu atau sebagai tempat sewa
wisata bahari dilakukan untuk mengetahui sarana dan prasarana, hal ini dikemukakan oleh
seberapa besar potensi Teluk Meranti dapat Adhikerana (2001), bahwa tersedianya pemandu
dilakukan untuk pengembangan ekowisata bahari wisata yang benar-benar memahami seluk-beluk
dimasa sekarang dan masa mendatang. Adapun ekosistem kawasan merupakan salah satu aspek
analisis yang dapat menggambarkan potensi Te- teknis yang perlu diperhitungkan demi keber-
luk Meranti menjadi kawasan ekowisata bahari hasilan ekowisata.
sebagai berikut. Bakaruddin (2009) peranan masyarakat
Salah satu objek wisata yang sangat diminati dalam pengembangan objek wisata antara lain:
oleh pengunjung pada wilayah Teluk Meranti 1. Masyarakat sadar wisata, agar mengetahui
adalah wisata Bono, penentuan kelas kesesuaian lebih jauh apa yang dikerjakan dan masalah-
untuk pemanfaatan ekowisata bahari dilakukan masalah yang dihadapi bertujuan untuk pemba-
dengan mempertimbangkan faktor pembatas ngunan pariwisata, 2. Produk wisata dipandang
dalam matriks kesesuaian. Parameter yang sebagai aspek melekat pada masyarakat, se-
digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian hingga keberhasilan pembangunan pariwisata
ekowisata bahari kategori wisata gelombang suatu proses rekayasa sosial, 3. Dalam hal me-
bono, terdiri dari 9 (sembilan) parameter antara ningkatkan cerita produk wisata terutama tenaga-
lain, kedalaman perairan, tipe pantai, material tenaga, 4. Masyarakat sebagai sumber informan
dasar, kecepatan arus, kemiringan pantai, ke- tentang hal yang sebenarnya tradisi-tradisi di
cerahan perairan, gelombang, biota berbahaya, daerah tempat wisata.
ketersediaan air tawar. Analisis kesesuaian Sejauh ini pemerintah pelalawan maupun
berdasarkan parameter tersebut, diperoleh nilai pemangku kebijakan setempat sudah melakukan
kesesuaian ekowisata bahari di Teluk meranti pengembangan prasarana seperti membangun
untuk kategori wisata Gelombang Bono. Per- tempat kamar mandi umum dan anjungan Bono
hitungan kelas kesesuian ekowisata bahari untuk untuk wisatawan melihat Gelombang Bono
jenis kegiatan wisata Gelombang Bono, di Teluk langsung. Hasil wawancara dengan masyarakat
Meranti terdapat satu kategori kesesuaian yaitu sekitar dan dari data yang didapat, akses menuju
S2. Indeks kesesuaian wisata (IKW) memiliki ke sana masih sangat sulit karena jalan masih
62 Jurnal Festiva, Volume 1, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 1-64

sangat rusak dan tanah kuning, jika hujan turun ngaruh yang signifikan terhadap pendapatan
motor roda dua sangat sulit menuju ke daerah daerah dan masyarakat lokal. Hasil nilai potensi
ini. Tanah Teluk Merantti yang gambut membuat ekonomi didapatkan dari perkalian hasil nilai
daerah ini jika musim hujan akan banjir dan sulit rata-rata WTP dengan jumlah wisatawan yang
untuk di lewati. Selain akomodasi yang kurang berkunjung selama satu tahun.
bagus, sarana dan prasarana yang lain harus Nilai potensi ekonomi di Teluk Meranti da-
dikembangkan untuk dijadikan objek wisata pat ditingkatkan lagi jika masyarakat lokal
masih banyak perlu dilakukan agar wisatawan menambah daya tarik kawasan seperti membuat
yang datang dapat lebih meningkat lagi. produk-produk lokal seperti cendera mata yang
Di kawasan Teluk Meranti ini perlu di- khas daerah Teluk Meranti selain yang sudah
lakukan pembangungan penginapan, dari hasil disajikan seperti batik Bono. Ekonomi yang
wawancara jika pada musim Gelombang Bono tertinggi didaerah ini yaitu penyewaan boat yang
tinggi wistawan yang datang kesini meningkat dan ditawarkan masyarakat lokal kepada wisatawan
mengakibatkan kurangnya tempat penginapan. untuk melihat Gelombang Bono dari jarak dekat
Pemerintah dan masyarakat lokal saling ataupun mengantarkan para wisatawan untuk
berkaitan untuk mngembangkan Teluk Meranti surfing. Hampir semua masyarakat Teluk Meranti
menjadi wisata bahari untuk sekarang dan masa sekarang ini lebih banyak menawarkan jasa
mendatang dengan saling mendukung dan dalam bidang pariwisata, hal ini diperkuat dengan
bekerja sama dalam mengembangkan daerah ini. pernyataan Fannel (2001), menyatakan bahwa
Pemerintah diharapkan juga melakukan pem- apabila penduduk setempat dapat merasakan
bangunan sarana dan prasarana yang memadai keuntungan dari adanya ekowisata, maka me-
dan masyarakata lokal juga harus lebih kreatif reka akan mendukung ekowisata, bahkan
dengan cara menawarkan produk lokal yang sampai mereka melindungi daerah tersebut dari
bernilai tinggi sehingaa masyarakat juga berperan pemburuh gelap atau perusak lainnya, sebaliknya
penting dalam pengembangan ekowisata bahari jika penduduk hanya merasakan kerugian saja
dan akan menambah pendapatan daerah yang meraka akan menentang ekowisata dan mungkin
meningkat di bidang pariwisata. dengan sengaja maupun tidak merusak atraksi
Analisis kesesuaian nilai WTA dan WTP ekowisata yang ada.
Teluk Meranti memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. Analisis SWOT Teluk Meranti yang cukup
248.000,- untuk kesediaan masyarakat dalam tinggi nilainya dilihat dari kekuatan dan peluang
menyediakan jasa wisata kepada pengunjung, yang membantu masyarakat lokal terutama dalam
sedangkan kesediaan pengunjung untuk mem- bidang ekonomi. Adanya ekowisata di daerah
bayar jasa wisata tersebut sebesar Rp. 309. ini akan sangat mensejahterakan dengan mem-
000,-. Dari hasil analisis WTA dan WTP diatas buka lapangan pekerjaan dan mengembangkan
nilai pengunjung untuk membayar jasa lebih tinggi SDM masyarakat sekitar. Seperti kerajinan batik
daripada yang di harapkan masyarakat. Dengan bono yang motif batik dengan ciri khas Ge-
ini masyarakat lokal atau pelaku usaha wisata lombang Bono yang dikembangkan oleh mas-
akan mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi yarakat sekitar Pelalawan.
dengan hadirnya wisatawan ke Teluk Meranti. Kelemahan yang terdapat di Teluk Meranti
Analisis potensi ekomomi wisata bahari sebagai kawasan wisata bahari lemahnya fasi-
Teluk Meranti sangat menentukan kelangsungan litas, akses jalan yang tidak memadai, belum op-
hidup pelaku wisata di daerah ini. Nilai ekonomi timal pengelolaan wisata, dan suplai listrik yang
disini meningkat saat bulan purnama penuh atau terbatas. Lemahnya fasilitas ini tidak akan mem-
lebih tepatnya ketika Gelombang Bono tinggi. buat wisatawan berkurang untuk berkunjung ke
Daerah Teluk Meranti memiliki nilai ekonomi Rp. daerah ini, kekuatan dan peluang membuat
1.730.400.000,-. Nilai ini cukup tinggi untuk pemerintah dan masyarakat untuk mengem-
mensejahterakan dan akan memberikan pe- bangkan kawasan secara bertahap, ini menjadi
Potensi Gelombang Bonountuk Pengembangan Ekowisata Bahari (Maulida, dkk) 63

ekowisata bahari baik dalam nasional maupun hatikan daya dukung lingkungan akan menurun-
internasional. Tetapi dengan terus menerus me- kan kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem
ngembangkan kawasan ini menjadi tempat wisata yang dipakai untuk kegiatan wisata, sehingga
bahari berkelanjutan, pemerintah dan pelaku akhirnya akan menghambat bahkan meng-
wisata harus memperhatikan ancaman peru- hentikan perkembangan wisata.
bahan lingkungan dan kealamian lingkungan, Sejauh ini kretivitas masyarakat lokal Teluk
perubahan budaya asli dengan masuknya budaya Meranti masih sangat minim, dalam menghasilkan
asing dan persaingan ekonomi meningkat serta peluang ekonomi kreatif untuk memenuhi per-
tingginya kebutuhan yang harus dipenuhi, menurut mintaan dan kebutuhan wisatawan. Ekonomi
Kreck dalam Yoeti (1983) sarana yaitu perusahaan- kreatif tersebut dapat berupa penyediaan kera-
perusahaan yang memberikan pelayanan wisa- jinan tangan masyarakat lokal, souvenir lokal
tawan, baik secara langsung maupun tidak yang mencitrakan kebudayaan setempat, ako-
langsung dan hidup serta kehidupannya banyak modasi berbasis alam dan budaya lokal serta
tergantung pada kedatangan wisatawan. masakan khas lokal (Klein, 2003). Kreativitas
Untuk meminimalisir ancaman perubahan masyarakat lokal akan meningkatkan ekonomi
lingkungan ini pemerintah dan pelaku wisata secara signifikan bagi masyarakat setempat
dapat membuat konsep pengembangan eko- untuk meningkatkan kesejahteraan.
wisata bahari yang memiliki edukasi dan ber- Pengawasan salah satu keberhasilan ka-
kelanjutan dalam pengembangan kawasan eko- wasan ekowisata bahari sebagai salah satu tem-
wisata di Teluk Meranti. Hal ini sama dengan pat pengembangan wisata bahari yang berhu-
yang dikatakan (Suprayitno, 2008) bahwa jasa bungan dengan lingkungan. Pengawasan perlu
lingkungan didefinisikan sebagai jasa yang di- dilakukan agar mengetahui semua kegiatan dan
berikan oleh fungsi ekosistem alam maupun pengembangan ekowisata dapat berjalan sesuai
buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan dengan rencana. Keberadaan masyarakat lokal
secara langsung maupun tidak langsung oleh para merupakan salah satu pengawasan yang sangat
pemangku kepentingan (stakeholder) dalam ra- penting, karena masyarakat subjek yang bersen-
ngka membantu memelihara dan/atau meni- tuhan langsung dengan objek wisata. Penga-
ngkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan wasan yang dilakukan di Teluk Meranti harus
masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan berlandaskan hukum yang kuat dan jelas.
ekosistem secara berkelanjutan.
Teluk Meranti merupakan kecamatan yang SIMPULAN
masih minim pembangunanya untuk pariwisata, Secara ekonomi dan ekologis, Gelombang
baik dari sarana menuju ke Teluk Meranti yang Bono Muara Sungai Kampar mempunyai pe-
kurang memadai lebih dari setengah perjalanan luang dan potensi yang besar untuk dikemba-
menuju kesana, maupun prasarananya yang ngkan menjadi kawasan ekowisata bahari dilihat
masih kurang. Pembangunan di Teluk Meranti dari ekosistem, kondisi fisik seperti Gelombang
harus di lakukan secara berkala, namun perlu di Bono yang unik terdapat di muara sungai, aspek
perhatikan lingkungan sekitar seperti yang di sejarah, seni budaya dan adat istiadat, gambaran
nyatakan oleh Depdagri (2000) bahwa low pelaku wisata, serta perhitungan WTA dan WTP
invest-higt value merupakan konsep dalam yang sangat berpotensi bagi ekonomi masya-
pengembangan sarana akomodasi ekowisata, rakat lokal, dan analisis SWOT serta pemerintah
yaitu dengan menggunakan sumberdaya lokal Kabupaten dalam mengembangkan dan mem-
yang ramah lingkungan. Bila sarana akomodasi bangun kawasan Teluk Meranti sebagai tujuan
yang dibangun berlebihan akan menganggu daya pariwisata.
dukung alami daerah wisata tersebut. Seperti Pemerintah setempat dapat mempertim-
yang dikemukakan oleh Soemartowo (1997), bangkan hasil penelitian ini untuk membangun
bahwa perencanaan wisata yang tidak memper- sarana dan prasarana yang lebih memadai, agar
64 Jurnal Festiva, Volume 1, Nomor 2, Desember 2016, hlm. 1-64

wisatawan yang datang semakin meningkat. Ambon Luar. Skripsi. Fakultas Perikanan
Pelaku wisata maupun investor dapat saling be- dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura
kerja sama dengan pemerintah setempat untuk Mardiatno. D. 2004. Profil Kawasan Pantai Dan
membangun dan meningkatkan lagi kawasan ini Pesisir Sebagai Informasi Dasar Potensi
menjadi kawasan ekowisata bahari di nasional Dan Kendala Pengembangan Kegiatan
maupun internasional. Dapat dilakukan penelitian Sektoral: Kasus di Yogyakarta, Prosiding
lebih lanjut mengenai dampak Gelombang Bono Simposium Interaksi Daratan dan Lautan,
terhadap ekosistem yang terdapat di muara Su- Jurnal Kedeputian Ilmu Pengetahuan
ngai Kampar karena besarnya Gelombang Bono Kebumian LIPI, Jakarta, 89-99
yang terjadi di kawasan ini. Mubarak, dan Bathara. L. 2010. Bono dan
Sedimentasi (Sungai Kampar). Pekanbaru:
DAFTAR RUJUKAN UR Press
PPSPL UMRAH. 2009. Kajian Pengembangan
Adhikerana, A. S. 2001. Ekowisata di Indonesia: Ekowisata Bahari sebagai Mata
Antara Angan-angan dan Kenyataan. Pencaharian bagi Masyarakat di
Makalah Seminar Pengembangan Industri Kabupaten Bintan. Tanjung Pinang:
Pariwisata di Indonesia. ITB. Bandung Universitas Raja Ali Haji
Bakaruddin. 2009. Perkembangan dan Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik
Permasalahan Kepariwisataan. Padang: Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi
UNP Press Konsep Perencanaan Strategis untuk
CERCH, 1992. Shore Protection Manual, US Menghadapi Abad 21). Jakarta: Gramedia
Army Coastal Engineering Research Pustaka Utama
Center, Washington (SPM 1984) Sary, 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas
Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. Air. Cianjur: Politehnik Cedca
(2000). Pedoman Umum Pengembangan Soemarwoto, Otto, 1997. Ekologi, Lingkungan
Ekowisata Daerah. Jakarta. Depdagri Hidup Pembangunan. Jakarta: Djambatan
Fannel, D.A. 2001. Ecotourism: An Introduction. Suprayitno. 2008. Teknik Pemanfaatan Jasa
Rautledge London and New York Lingkungan dan Wisata Alam. Teknik Sipil.
Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam 9 (1): 19-26.
dan Lingkungan; Teori dan Aplikasi. Yoety, Oka A. 1986. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Jakarta: Angkasa
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Yoswaty, D. dan J. Samiaji. 2013. Ekowisata
Republik Indonesia. 2002. Blue Print Bahari. Pekanbaru: UR Press
Pariwisata. Jakarta: Kementerian Young. 2010. Peranan Iklim untuk Pariwisata.
Kebudayaan dan Pariwisata Diakses 25 Januari 2017. Http://young
Kusumastanto, T. 2003. Ocean Policy dalam geomorphologys.com
Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Yulianda, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai
Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir
Ladopura A. 2013. Distribusi Spasial Sedimen Berbasis Konservasi. Makalah Sains
di Sepanjang Pesisir Pantai Utara Teluk Departemen MSP IPB Bogor.

You might also like