You are on page 1of 21

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

PIJAT OKSITOSIN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing : Wiwi Kustio Priliana.,SSIT.,SPd.,MPH

KELAS 3 A

Evi Anugraheni 2720162832


Hera Ayu Saputri 2720162834
Reni Hastomo 2720162854

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
Oktober , 2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ·················································································· i

KATA PENGANTAR ················································································ ii

DAFTAR ISI ···························································································· iii

DAFTAR TABEL ······················································································· iv

DAFTAR GAMBAR ·················································································· v

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian ···························································································· 1
BAB 2 SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Satuan acara penyuluhan pijat oksitosin ············································· 4


BAB 3 METERI PIJAT OKSITOSIN

A. Pijat Oksitosin························································································
a. Pengertian ···················································································
b. Tujuan ··························································································
c. Manfaat ·······················································································
d. Indikasi ·························································································
e. Kontra Indikasi ·············································································
f. Cara Kerja Hormon Oksitosin ······················································
g. Efek Fisiologi Pijat Oksitosin ························································
h. Cara Menstimulus Hormon Oksitosin··········································
B. Prosedur Pijat Oksitosin ········································································
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Satuan acara penyuluhan ....................................................................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gambar pijat oksitosin .................................................................


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan insyah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang pijat oksitosin.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang pijat oksitosin ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 04 Oktober 2018

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Periode post partum adalah jarak waktu antara kelahiran bayi dan
kembalinya organ-organ reproduksi kepada keadaan tidak hamil (Wong,Perry,
Hockenberry, Wilson, & Lowdermilk, 2006).Berbagai perubahan anatomi dan
fisiologis yang nyata terjadi selama masa ini seiring dengan proses yang terjadi
selama masa kehamilan dikembalikan (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).
Kemajuan involusi dapat diukur dengan mengkaji tinggi dan konsistensi
fundus uterus.Fundus dapat meninggi segera setelah persalinan dan pada hari
pertama pasca partum, tapi kemudian turun sekitar 1 cm atau satu jari setiap hari
(Reeder, Martin, & Griffin, 2011).Apabila uterus gagal kembali pada keadaan
tidak hamil, maka disebut dengan subinvolusi uterus. Hal ini merupakan salah
satu penyebab komplikasi pada masa post partum seperti perdarahan dan jika
tidak tertangani akan berlanjut pada kematian ibu (Stright, 2005).
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2013), jumlah
ibu nifas di Indonesia sebanyak 4.975.636 jiwa. Berdasarkan data hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.Melengkapi hal tersebut,
data laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan RI menunjukkan
bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013
adalah sebanyak 5019 orang
Penyebab kematian ibu melahirkan menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (2010) mencakup tiga faktor utama yaitu perdarahan (28%),
eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Penyebab terbanyak perdarahan setelah
persalinan 50%-60% karena kelemahan atau tidak adanya kontraksi uterus.
Pada umumnya, ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan.
Ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan. Apabila ibu post partum melakukan ambulasi
dini, hal tersebut dapat memperlancar terjadinya proses involusi uteri. Salah satu
aktivitas yang dianjurkan untuk dilakukan para ibu setelah melahirkan adalah
senam nifas (Danuatmaja dan Meiliasari, 2009).
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada daerah tulang belakang leher,
punggung atau sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelima sampai keenam (Cholis, 2015). Oksitosin dikeluarkan oleh glandula
pituitary posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Oksitosin didalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi uterus dan pada waktu
yang sama membantu proses involusi uterus (Sibagariang, 2010). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Khairani, Komariah, dan Mardiah (2012) dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada
ibu post partum.
Menurut Morris (2011),pijat dapat mengurangi hormon stres dan
meningkatkan rasa nyaman dengan pengeluaran hormon oksitosin. Hormon
oksitosin atau yang sering disebut dengan love hormone bisa dirangsang
pengeluarannya dengan melakukan pemijatan. Oksitosin juga dikeluarkan pada
saat melahirkan karena dapat menyebabkan kontraksi. Selain itu, oksitosin juga
berperan dalam proses menyusui. Hormon oksitoksin yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi
perdarahan (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).
Menurut uraian latar belakang di atas maka kami akan membuat makalah
tentang pijat oksitosin.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaiman cara
melakuakan pijat oksitosin?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui cara melakukan pijat oksitosin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik pijatt oksitosin
b. Mengetahui prosedur melalukan pijat oksitosin

D. Manfaat
1. Teoritis
Makalah ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan masukan tentang
pijat oksitosin. Makalah ini juga dapat digunakan sebagai upaya
pengembangan ilmu keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dalam hal mengatasi masalah postpartum.
2. Praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan dilakukan makalah ini dapat member gambaran
kepada institusi pendidikan tentang pijat oksitosin.
b. Bagi tenaga Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada tenaga
pelayanan kesehatan mengenai gambaran pijat oksitosin.
c. Bagi Masyarakat
Dengan adanya hasil makalah ini diharapkan dapat member
pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya melakukan
tindakan pijat oksitosin pada ibu post partum.
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PIJAT OKSITOSIN
Materi Penyuluhan
Pokok Bahasan :
A. Pijat oksitosin
1) Pengertian
2) Kegunaan
3) Cara kerja hormone oksitosin.
4) Cara menstimulus hormone oksitosin
B. Prosedur melakukan pijat oksitosin
1) Persiapan ibu
2) Persiapan alat
3) Cara melakukan pijat oksitosin.
Waktu : 30 menit
Sasaran : Mahasiswa
Tempat : Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta,

A. Latar Belakang

B. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para pasien mampu mengetahui
dan memahami tentang apa itu pijat oksitosin dan cara melakukan pijat oksitosin.

C. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian pijat oksitosin
2. Menjelaskan tentang tujuan pijat oksitosin
3. Menjelaskan tentang manfaat pijat oksitosin
4. Menjelaskan indikasi diberikan pijat oksitosin
5. Menjelaskan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk pijat oksitosin.
6. Menjelaskan tentang tehnik pijat oksitosin.

D. Strategi Pelaksanaan.
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

2. Media
a. Video
b. Power point

3. Materi
a. Pijat oksitosin
1) Pengertian
2) Kegunaan
3) Cara kerja hormone oksitosin.
4) Cara menstimulus hormone oksitosin
b. Prosedur melakukan pijat oksitosin
1) Persiapan ibu
2) Persiapan alat
3) Cara melakukan pijat oksitosin.

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
N TAHAP/ KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN SASARAN
O WAKTU
1. Pembukaan - Memberi salam - Menjawab salam
: 5menit - Memperkenalkan diri - Menyimak
- Mengkomunikasikan - Menyimak
pokok bahasan - Menyimak
- Meyampaikan tujuan
2. Pelaksanaa - Menjelaskan - Menyimak
n : 20 pengertian pijat
menit oksitosin
- Menjelaskan tujuan - Menyimak
pijat oksitosin
- Menjelaskan manfaat - Menyimak
pijat oksitosin
- Menjelaskan teknik
pijat oksitosin - Menyimak
- Menjelaskan waktu
yang tepat dilakukan
pijat oksitosin - Menyimak
- Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk - Bertanya
bertanya
- Memberikan
kesempatan penyaji
untuk menjawab - Memperhatikan
pertanyaan
3. Penutup : 5 - Menyimpulkan materi - Memperhatikan
menit yang telah
disampaikan
- Memberikan salam - Menjawab salam
penutup

B. SETTING TEMPAT

: Fasilitator
: Klien dan Keluarga
: Penyaji
BAB III
MATERI
PIJAT OKSITOSIN
A. PENGERTIAN
Oksitosin (Oxytocin) adalah salah satu dari dua hormone yang dibentuk
oleh sel-sel neuronal nuclei hipotalamik dan disimpan dalam lobus posterior
pituitary, hormone lainnya adalah vasopressin. Ia memiliki
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
reflex let down. Dengan dilakukan pemijatan ini ibu akan merasa rileks,
kelelahan setelah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu hormon
oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (Mardiyaningsih, 2010).
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang
tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan
(Yohmi & Roesli, 2009).
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai
dari nervus ke 5 - 6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf
parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga
oksitosin keluar ( Hamranani 2010).
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
reflex let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin
adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007).
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pijat oksitosin
merupakan tindakan yang dapat dilakukan pada ibu pasca seksio sesarea untuk
meningkatkan produksi ASI sehingga proses menyusui dapat terpenuhi.
B. Waktu pelaksanaan yang tepat
Waktu yang tepat untuk pijat oksitosin adalah sebelum menyusui atau
memerah ASI, lebih disarankan. Atau saat pikiran ibu sedang pusing, badan
pegal-pegal. Cukup 3-5 menit saja per sesi (Depkes, 2007).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pijat oksitosin pada ibu


nifas
Keberhasilan pijat oksitosin tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Hasil penelitian Purnama (2013) mengatakan bahwa
faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan pijat oksitosin terhadap
pengeluaran ASI adalah sebagai berikut:
1. Faktor psikologi
Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui
(IDAI, 2008). Stress, khawatir, ketidakbahagiaan pada periode menyusui
sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI. Faktor-faktor ini
akan diperkirakan dapat meningkatkan kadar epinefrin dan neroepinefrin
yang selanjutnya akan menghambat transportasi oksitosin ke dalam
payudara. Ada beberapa jenis stres yang umum dialami oleh ibu
menyusui. Dari mulai khawatir akan kurangnya kuantitas produksi ASI,
khawatir kualitas ASInya tidak cukup baik untuk sang bayi, takut bentuk
tubuh atau payudaranya berubah, perubahan pola/gaya hidup (terutama
bagi ibu yang menyusui anak pertama), merasa pemberian ASI kurang
praktis bagi ibu yang bekerja, dan stres akibat kurangnya dukungan suami
terhadap pemberian ASI sebagai makanan terbaik untuk bayi. Derek
(2005) juga mengatakan bahwa produksi ASI ibu sangat dipengaruhi oleh
faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya
diri, rasa tertekan, ketakutan, pengunjung yang tidak simpatik dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, akan mengakibatkan ibu gagal
dalam menyusui bayinya karena kondisi ini dapat menghambat
pengeluaran hormon oksitosin sehingga mencegah masuknya ASI ke
dalam pembuluh payudara. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh
Perinasia (2011) yang mengatakan bahwa produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih,
kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan
menurunkan volume ASI bahkan produksi ASI berhenti sama sekali .
2. Faktor kenyamanan ibu
Umumnya, ibu akan mengalami gangguan rasa nyaman segera
setelah memasuki masa nifas. Bagi ibu yang menyusui gangguan rasa
nyaman biasanya adalah rasa nyeri karena puting lecet yang disebabkan
oleh posisi menyusui dan perlekatan bayi yang tidak tepat dan payudara
bengkak yang disebabkan oleh air susu yang melimpah tidak keluar.
Puting lecet dan payudara bengkak merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengeluaran ASI. Ibu sering berhenti menyusui karena
kondisi ketidaknyamanan yang ibu rasakan (Purnama, 2013). Rangsangan
isapan bayi akan berkurang karena ibu berhenti menyusui sehingga
pengeluaran ASI juga akan menurun (Suradi, 2004).
3. Pelaksanaan Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin dilakukan di sepanjang kedua sisi tulang belakang ke
arah bawah, dari leher kearah tulang belikat. Pijatan dilakukan dengan
menekan kuat-kuat ke dua sisi tulang belakang menggunakan kepalan
tangan dengan ibu jari menunjuk ke depan dan membentuk gerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari. Frekuensi dilakukannya pijat
oksitosin juga dapat mempengaruhi hasil pengeluaran ASI. Menurut
Hockenberry (2002, dalam Purnama, 2013) menyatakan bahwa produksi
ASI dengan menggunakan pijat oksitosin dan perawatan payudara lebih
efektif apabila dilakukan sehari 2 kali, pagi dan sore. Pijat oksitosin bisa
dilakukan dengan bantuan keluarga terlebih suami.
4. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga (suami dan orang tua) sangat diperlukan untuk
ketentraman ibu menyusui, selain itu nasehat dari mereka yang lebih
berpengalaman akan membantu keberhasilan menyusui (Depkes RI,
2005). Seorang ayah dan lingkungan yang mengelilingi ibu sangat
menentukan keberhasilan menyusui. Bahkan proses pemberian ASI itu
sendiri memiliki aspek psikologis dan rohaniah antara ibu, bayi, dan
seorang ayah, bukan hanya sekedar tempel dan biarkan menyusui saja
(IDAI, 2008). Seorang suami mempunyai peran yang sangat baik dalam
membantu ibu mencapai keberhasilan menyusui bayinya. Suami dan
keluarga memiliki peran penting dalam menciptakan ketenangan,
kenyamanan dan kasih sayang. Kebahagiaan, kenyamanan, dan
ketenangan yang dirasakan ibu akan meningkatkan produksi hormon
oksitosin sehingga ASI dapat mengalir dengan lancar (Permenegpp RI,
2010).
5. Dukungan petugas kesehatan
Dukungan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk
memandirikan dan memberdayakan ibu dan keluarga dirumah. Petugas
kesehatan dalam hal ini perawat atau bidan memberikan informasi
mengenai tentang pijat oksitosin dan melakukan pijat oksitosin. Selain
itu, petugas kesehatan juga perlu memotivasi ibu untuk melakukan pijat
oksitosin secara mandiri .Petugas kesehatan dapat memberikan dukungan
pada ibu dengan cara berkomunikasi, memberikan saran, dorongan dan
penyuluhan untuk memfasilitasi kemampuan ibu dalam memberikan ASI
(Purnama, 2013). Selain itu, motivasi dari petugas kesehatan juga bisa
meningkatkan kepercayaan diri ibu, sehingga ibu bisa memiliki dorongan
untuk melakukan pijat oksitosin dirumah (Tiok, 2008).

D. Kegunaan
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let
down reflex. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin
adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007).

E. Indikasi
Menururt Heather (2008) pijat oksitisin dapat dilakukan pada :
a. Ibu yang baru mempunyai bayi dan sedang memberikan ASI ekslusif.
b. Ibu postpartum spontan maupun section cesarean.
c. Ibu yang memiliki masalah dalam memberikan ASI ekslusif.

F. Cara kerja hormon Oksitosin


Oksitosin merupakan suatu hormon yang dapat memperbanyak masuknya
ion kalsium kedalam intrasel . Keluarnya hormon oksitosin akan memperkuat
ikatan aktin dan myosin sehingga kontraksi uterus semakin kuat dan proses
involusi uterus semakin bagus. Oksitosin yang dihasilkan dari hiposis posterior
pada nucleus paraventrikel dan nucleus supra optic. Saraf ini berjalan menuju
neuro hipofise melalui tangkai hipofisis, dimana bagian akhir dari tangkai ini
merupakan suatu bulatan yang mengandung banyak granula sekretrotik dan
berada pada permukaan hipofise posterior dan bila ada rangsangan akan
mensekresikan oksitosin. Sementara oksitosin akan bekerja menimbulkan
kontraksi bila pada uterus telah ada reseptor oksitosin. Hormon oksitoksin yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan
retraksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan
membantu mengurangi bekas luka implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan ( Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005).
G. Efek Fisiologi Pijat Oksitosin
Efek fisiologis dari pijat oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot
polos uterus baik pada proses saat persalinan maupun setelah persalinan sehingga
bisa mempercepat proses involusi uterus (Venter, 2008).

H. Prosedur melakukan pijat oksitosin


Menurut Depkes RI (2007) prosedur atau langkah-langkah yang harus
dipersiapkan yaitu :
1. Persiapan ibu
Persiapan ibu sebelum dilakukan pijat oksitosin :
a. Bangkitkan rasa percaya diri ibu (menjaga privacy).
b. Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan baik tentang
bayinya
2. Persiapan alat
a. Alat-alat
1) Kursi
2) Meja
3) Minyak kelapa
4) BH kusus untuk menyusui
5) Handuk
6) Baskom 2 buah
7) Kom berisi kapas
b. Botol susuPersiapan perawat
1) Menyiapkan alat dan mendekatkanya ke pasien
2) Membaca status pasien
3) Mencuci tangan
4) Persiapan lingkungan
5) Menutup korden atau pintu
6) Pastikan privasi pasien terjaga
3. Cara Pijat Oksitosi
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut:
a) Melepaskan baju ibu bagian atas.
b) Ibu duduk sedikit telungkup, lalu memeluk bantal.
c) Memasang handuk.
d) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil.
e) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke
depan.
f) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk
gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
g) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah
bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit.
h) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali.
i) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan
dingin secara bergantian.

Gambar 3.1
Pijat Oksitosin (Perinasia, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. 1995. Buku Ajar Keperawatan Maternitas
(Maternity Nursing) Edisi 4.
Cuningham. 2006. Obsietri Williams. Edisi 21.Volume 1. Jakarta: EGC.
Mardiansyih, dkk (2011) Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat
Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Sectio Cesarea di RS Wilayah
Jawa Tengah. http://lontar.ui.ac.id/file??/pdf/abstract20822666.pdf. diakses
pada tanggal 17 Oktober 2018.
Maria A Wijayarti dan Peter Anugerah (penterjemah). 2005. Jakarta: EGC
Pillitery. 2003. Maternal and Child Health Nursing. Buku I. Fourth Edition.
Philadelphia: Lippincott
Suhermi, Dkk. 2008 . Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya.

You might also like