You are on page 1of 10

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENCEGAHAN RISIKO JATUH DI


RUANG RAWAT INAP

Ahsan1, Niko Dima2, Ni Luh Putu Ayu Prasiska3


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
E-mail : ahsanfkub@yahoo.com

Abstract : Falling is a serious problem and makes high costs for patients and all health facilities. One
of the factors that influenced the compliance of the Nurses in the implementation of the SPO
(Operational Procedure Standard) is the motivation and perception of the Nurse toward their
profession. The aim of the research is to find out the relationship between Nurses motivation and
compliance with the implementation of the prevention risk proedure. This study was used a cross-
sectional design. The population used is all nursing staff in the inpatient ward of Kanjuruhan Hospital
with purposivei sampling technique with a sample of 109. The study was conducted in February -
March 2018. Data collection used questionnaires about the characteristics of respondents, nurses'
motivation and compliance with risk prevention procedure of fall down. Statistical analysis uses Ranki
Spearman test. Presentation of data in the form of frequency tables distribution and narration. The
results of the study were found that is significant relationship between motivation and compliance with
the implementation of preventive SPO at risk of falling. The correlation (r) value is 0.424 which means
that the relationship between the two variables are in the same direction, the higher the motivation, the
compliance with the implementation of the preventive SPO become higher too. From the results of this
study, a continuous socialization of SPO prevention is needed, and make motivated nurses to comply
with the implementation of the SPO.

Keywords : Risk of falling, Standard Operating Procedure, Compliance, Motivation

Abstrak : Jatuh merupakan suatu masalah yang serius dan memerlukan biaya yang tinggi bagi
pasien dan semua fasilitas kesehatan. Salah satu faktori yang mempengaruhi kepatuhani perawat
dalam pelaksanaan SPO (Standar Prosedur Operasional) yaitu motivasi dan persepsi perawat
terhadap pekerjaannya. Tujuan penelitian yaitu mengetahui adanya hubungan antara motivasi
perawat dengan kepatuhan pelaksanaan SPO pencegahan risiko jatuh di ruang rawat inap. Penelitian
ini menggunakan desain crossi sectional. Populasi yang digunakan yaitu seluruh tenaga keperawatan
di ruang rawat inap RSUD Kanjuruhan dengan tehnik pengambilan sampel yaitu purposive sampling
dengan jumlah sampel 109. Penelitian dilakukan pada bulan februari - maret 2018. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner tentang karakteristik responden, motivasi perawat dan kepatuhan
pelaksanaan SPO pencegahan risiko jatuh. Analisis statistik menggunakani uji Rank Spearman.
Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. Hasil penelitian yaitu terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi perawat dengan kepatuhan pelaksanaan SPO pencegahan
risiko jatuh. Besar korelasi (r) yaitu 0,424 yangi artinya bentuk hubungan kedua variabel adalah
searah yaitu semakin tinggi motivasi maka kepatuhan pelaksanaan SPO pencegahani risiko jatuh juga
semakin tinggi. Dari hasil penelitian ini diperlukan sosialisasi secara terus menerus tentang SPO
pencegahan resiko jatuh di ruang rawat inap dan memotivasi perawat terhadap kepatuhan
pelaksanaan SPO.

Kata Kunci : Risiko jatuh, Standar Prosedur Operasional, Kepatuhan, Motivasi

PENDAHULUAN

Jatuh merupakan suatu masalah yang Rumah Sakit Indonesia) XII di Jakarta pada
serius dan memerlukan biaya yang tinggi bagi tanggal 8 November 2012 melaporkan
pasien dan juga untuk semua fasilitas kejadian pasien jatuh di rumah sakit Indonesia
kesehatan (Rowe, 2012). World Health pada bulan Januari sampai September 2012
organization (WHO) menyatakan bahwa sebanyak 14%.
peluang terjadinya kecelakaan rumah sakit Hal tersebut membuat persentase
adalah 1 : 300 (WHO, 2005), sehingga pasien jatuh termasuk ke dalam lima insiden
menuntut pelayanan kesehatan, khususnya medis selain medicine error (Komariah, 2012).
rumah sakit agar mengurangi masalah risiko Laporan tahunan pada tahun 2012 yang
cedera yang dialami pasien selaku pengguna disampaikan oleh Rumah Sakit Islam Malang
jasa layanan. Kongres PERSI (Persatuan diperoleh data bahwa kejadian jatuh masih

47
48 | J.K.Mesencephalon, Vol.4 No.2, Oktober 2018, hlm 47-56

menempati urutan keempat dari seluruh KTD didapat 0 pasien jatuh. Setelah adanya
(Unisma, 2012). program pencegahan pasien risiko jatuh yang
Kerugian yang diakibatkan dari insiden diterbitkan pada tahun 2015, masih didapatkan
jatuh yaitu dapat menyebabkan kejadian yang angka kejadian jatuh pada tahun 2015
tidak diharapkan, seperti kerusakan fisik dan sebanyak 3 orang, pada tahun 2016 sebanyak
psikologis dan juga berdampak bagi rumah 2 orang, dan pada tahun 2017 sebanyak 2
sakit sendiri. Morse Fall Score (MFS) orang. Data pasien yang jatuh berasal dari
merupakan salah satu penilaian upaya pasien dewasa, selain itu dilakukan
pencegahan risiko jatuh yang merupakan wawancara bersama kepala ruang di ruang
salah satu prinsip dari kemampuan serta Airlanga dan ruang Diponegoro didapatkan
tingkah laku perawat dalam melakukan hasil di RSUD sudah adanya format asesmen
pekerjaan sesuai tugasnya yang berhubungan dan intervensi pencegahan risiko jatuh dan
dengan kepatuhan pelaksanaan SPO sudah mempunyai SPO terkait pencegahan
(Setyarini & Herlina, 2013). jatuh, namun dari 10 indikator penerapan SPO
Kepatuhan merupakan suatu bentuk pencegahan risiko jatuh pasien, perawat di
perilaku. Beberapa faktor yang mempengaruhi ruang Airlangga tidak merendahkan tempat
kepatuhan perawat dalam melakukan SPO tidur pasien yang berisiko jatuh, sedangkan di
yaitu sikap seseorang, motivasi dan persepsi ruang Diponegoro perawat merendahkan
terhadap pekerjaannya (Natasia, Loekqijana & tempat tidur pasien yang berisiko jatuh. Upaya-
Kurniawati, 2014). Motivasi merupakan salah upaya tersebut digambarkan perawat
satu hal penting untuk seseorang dalam mempunyai kemampuan yang baik terkait
melakukan perkerjaan dimana semakin pencegahan risiko jatuh, namun faktanya
motivasi seseorang meningkat maka insiden jatuh di rumah sakit masih terjadi.
kinerjanya semakin meningkat (Nur, Noor, & Berdasarkan uraian di atas,
Irwandi, 2013). Faktor yang membuat seorang didapatkan bahwa belum sejalannya hasil
perawat kurang memiliki motivasi kerja yaitu penelitian mengenai motivasi perawat dalam
kurang puas terhadap pekerjaannya dan pekerjaannya dan juga kurangnya kepatuhan
kurangnya insentif yang didapatkan. perawat dalam pelaksanaan SPO pecegahan
Penelitian yang dilakukan oleh risiko pasien jatuh, oleh karena itu, peneliti
Natasia, Loekqijana dani Kurniawati (2014) tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
menunjukan bahwa ada pengaruh yang hubungan motivasi perawat dengan kepatuhan
signifikan antara motivasi dan persepsi pelaksanaan standar prosedur operasional
terhadap kepatuhan perawat dalam pencegahan risiko jatuh di ruang rawat inap.
pelaksanaan SPO. Namun, penelitian yang
dilakukan oleh Mulyono Hamzah dan Abdullah METODE PENELITIAN
(2013) menunjukan hal yang berbeda dengan
menyatakan tidak ada pengaruh yang Metode yang digunakan yakni
signifikan antara motivasi kerja dengan deskriptif analitik dengan pendekatan cross
kinerjai. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh sectional. Pengambilan data dilakukan pada
beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi Februari - Maret 2018 di RSUD Kanjuruhan.
antara lain karakteristik seseorang dan juga Tempat yang digunakan dalam penelitian yaitu
karakteristik pekerjaan. di ruang Airlanga, Brawijaya, Diponegoro,
Hasil laporan dari target dan realisasi Imam Bonjol, Fatahillah, Gajah Mada dan
penilaian akreditasi Rumah Sakit Umum Hasanudin. Populasi yang digunakan yaitu
Daerah (RSUD) Kanjuruhan Kabupaten seluruh tenaga keperawatan di ruang rawat
Malang Tahun 2012 menyatakan bahwa inap RSUD Kanjuruhan, dengan jumlah
penilaian standar keselamatan pasien sampel 109 perawat dengan teknik sampling
pengurangan risiko pasien jatuh masih rendah, purposive sampling. Instrumen pengumpulan
yaitu 27% dari target pencapaian ≥ 80% data terdiri dari 3 kuesioner antara laian
(RSUD Kanjuruhan, 2012). Hasil studi karaktersitik responden, motivasi perawat dan
pendahuluan pada tanggal 3-8 Januari 2018 di kepatuhan pelaksaaan standar prosedur
RSUD Kanjuruhan dilaporkan bahwa pernah operasional pencegahan risiko jatuh. Untuk
ada kejadian pasien jatuh salah satunya di menganalisis hubungan antar variabel yaitu
ruang Diponegoro. Data yang di dapat dari tim menggunakan uji Rank Spearman. Penyajian
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) data hasil penelitian dalam bentuk tabel
RSUD Kanjuruhan, pada tahun 2013 tercatat 8 distribusi frekuensi dan narasi.
orang pasien jatuh dan pada tahun 2014
Ahsan, Hubungan Motivasi Perawat...| 49

HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian diuraikan dalam tabel distribusi frekuensi yaitu:


1. Usia Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Responden


Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase (%)
Usia 21-35 tahun 58 53,2
36-45 tahun 38 34,9
> 45 tahun 13 11,9
Total 109 100
Jenis Kelamin Perempuan 73 67,0
Laki-Laki 36 33,0
Total 109 100
Pendidikan Terakhir D3 95 87,2
D4 /S1 14 12,8
Total 109 100
Masa Kerja 1-5 tahuni 29 26,6
6-10 tahuni 24 22,0
> 10 tahuni 56 51,4
Total 109 100

Tabel 1 menunjukan bahwa dari 109 orang yang menjadi responden pada penelitian ini, sebagian
besar yaitu 58 responden (52,2%) berusia 21-35 tahun, 73 responden (67,0%) adalah perempuan,
95 responden (87,2%) memiliki pendidikan terakhir Diploma-III, dan 56 responden (51,4%) memiliki
masa kerja > 10 tahun.

2. Motivasi Perawat

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat


Motivasi Perawat Frekuensi Persentase (%)
Baik 63 57,8
Cukup 46 42,2
Kurang 0 0i
Total 109 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 109 orang yang menjadi sampel pada penelitian
ini, sebagian besar yaitu 63 responden (57,8%) memiliki motivasi yang baik dalam bekerja.

3. Kepatuhan Pelaksanaan SPO Pencegahan Risiko Jatuh

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pelaksanaan SPO Pencegahan Risiko Jatuh


Kepatuhan Pelaksanaan SPO
No Frekuensi Persentase (%)
Pencegahan Risiko Jatuh
1. Patuh 59 54,1
2. Cukup patuh 50 45,9
3. Kurang patuh 0 0
Total 109 100

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa dari 109 orang yang menjadi sampel pada
penelitian ini, sebagian besar yaitu 59 responden (54,1%) diantaranya patuh dengan pelaksanaan
standar prosedur operasional pencegahan risiko jatuh di ruang rawat inap RSUD Kanjuruhan.
50 | J.K.Mesencephalon, Vol.4 No.2, Oktober 2018, hlm 47-56

4. Analisisi Bivariat

Tabel 4. Hasil Cros tab antara motivasi perawat dengan kepatuhan pelaksanaan Standar Prosedur
Operasional pencegahani risiko jatuh
Tingkat Kepatuhan Jumlah
Kurang
Motivasi Cukup Patuh Patuh Frekuensi %
Patuh
(F) (Persentase)
F % F % F %
Baik 0 0 21 19,3 42 38,5 63 57,8
Cukup 0 0 29 26,6 17 15,6 46 42,2
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 0 0,0 50 45,9 59 54,1 109 100%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa terdapat 42 responden (38,5%) memiliki motivasi
yang baik dan sudah patuh dengan pelaksanaan SPO pencegahan risiko jatuh di ruang rawat inap.
Makna dari hasil penelitian ini yaitu perawat dengan motivasi yang baik memiliki kepatuhan
pelaksanaan SPO pencegahan risiko jatuh yang baik pula.

5. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman

Tabel 5. Pengujian Hubungan Antara Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Pelaksanaan SPO
Pencegahan Risiko Jatuh
Rxy Signifikasi (p-value) Keputusan Arah hubungan

0,424 0,000 Tolak H0 + (searah)

Pengujian hipotesis pada tabel di atas dengan antara motivasi perawat dengan kepatuhan
menggunakan uji korelasi Rank Spearman pelaksanaan SPO pencegahan risiko jatuh di
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ruang rawat inap. Besar korelasi (r) adalah
motivasi perawat dengan kepatuhan 0,424 yang artinya besarnya kontribusi
pelaksanaan standar prosedur operasional motivasi perawat dengan kepatuhan
pencegahan risiko jatuh di ruang rawat inap pelaksanaan SPO pencegahan risiko jatuh
yang bertempat di RSUD Kanjuruhan. Hasil uji sebesar 0,424 serta bentuk hubungan kedua
korelasi rank spearman diketahui bahwa variabel adalah searah yaitu semakin tinggi
dengan nilai signifikansi 0,000 (p-value < motivasi maka kepatuhan pelaksanaan SPO
0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima yang pencegahan risiko jatuh juga semakin tinggi.
artinya terdapat hubungan yang signifikan

PEMBAHASAN

1. Motivasi perawat perawat dengan pelaksanaan Standar


Hasil penelitian dan analisis data yang Prosedur Operasional (SPO) assesmen nyeri
telah dilakukan, didapatkan bahwa sebagian ulang di ruang rawat inap dewasa rumah sakit
besar responden memiliki motivasi yang baik. Panti Waluya Sawahan Malang menunjukan
Motivasi yang baik ini kemungkinan bahwa hampir seluruh perawat mempunyai
disebabkan karena perawat di RSUD motivasi yang baik dalam melaksanakan SPO
Kanjuruhan bekerja sesuai dengan prosedur assesmen nyeri ulang, dan hanya sebagian
yang ada. Hal ini sejalan dengan penelitian kecil yang mempunyai motivasi kurang.
yang pernah dilakukan oleh Budiono, Motivasi yang dilihat dalam penelitian
Alamsyah dan Wahyu (2014) mengenai ini memiliki 3 indikator motivasi yaitu
penerapan instrumen dan Standar Prosedur kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi
Operasional manajemen risiko pasien Jatuh dan kebutuhan berkuasa. Berdasarkan
menyatakan bahwa perawat di ruang rawat indikator tersebut, maka terdapat beberapa
inap telah melaksanakan manajemen risiko analisa yang dapat dilihat. Sesuai dengan
pasien jatuh sesuai dengan pedoman dan indikator motivasi perawat, motivasi yang
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang diterima responden dalam kategori baik
ditetapkan. Penelitian ini diperkuat dengan terutama pada indikator kebutuhan
penelitian yang dilakukan Handayani, Ariani, berprestasi. Kebutuhan prestasi tertinggi yang
dan Maemunah (2017) mengenai motivasi dimiliki responden mayoritas dalam bentuk
Ahsan, Hubungan Motivasi Perawat...| 51

tanggung jawab dan merasa puas dan bangga tingkah laku seseorang atau kelompok lain
atas prestasi yang telah dicapai namun hal itu sesuai dengan keinginan individu tersebut,
berbanding terbalik dengan parameter dimana seseorang yang memiliki tingkat
menerima saran dan kritikan orang lain yang kebutuhan kekuasaan tinggi cenderung
memiliki kebutuhan prestasi terendah. Hal ini berperilaku lebih tegas (Mangkunegara, 2009).
sesuai dengan teori yang diungkapkan MC. Motivasi yang dimiliki perawat pada
Chelland yang menyatakan jika seseorang penelitian ini dapat dihubungkan dengan
memiliki need for achievement tinggi akan beberapa karakteristik. Karakteristik yang
mempunyai performance yang lebih baik dari pertama adalah usia. Dari hasil penelitian
pada orang yang mempunyai need for didapatkan sebagian besar responden berusia
achievement rendah. 21-35 tahun. Sebanyak 58 responden berusia
Kebutuhan berprestasi berfokus pada 21-35 tahun yang merupakan usia dewasa
keberhasilan penyelesaian tugas dan muda dimana usia dewasa muda dimulai dari
menyukai umpan balik dari pekerjaannya dari usia 18 tahun dan berakhir pada usia 35
pada hubungan kekerabatan serta mencari sampai 40 tahun yang ditandai dengan adanya
pengaruh (Suarli dan Bahtiar, 2008). kemandirian secara finansial dan orang tua
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang serta adanya rasa tanggung jawab terhadap
dilakukan oleh Inayah, Keliat & Gayatri (2011) tindakan-tindakan yang dilakukan (Lemme,
menyatakan bahwa perawat pelaksana rawat 1985). Usia dewasa muda tergolong usia
inap di rumah sakit di daerah Bogor lebih dari produktif untuk memilih dan mempersiapkan
setengah memiliki kebutuhan prestasi, potensi karir yang optimal sehingga dapat menjadi
tinggi untuk mencapai yang terbaik, mencapai modal yang baik untuk pengembangan sumber
keberhasilan sesuai standar, dan berjuang daya perawat di rumah sakit yang lebih baik
untuk kesuksesan. Perawat pelaksanan (Atwater & Duffy, 2005).
berkebutuhan berprestasi lebih menyukai Selain usia dapat dilihat dari jenis
adanya tantangan dalam bekerja dan kelamin dimana pada penelitian ini sebagian
menerima tanggung jawab pribadi atas besar responden dengan jenis kelamin
kesuksesan dan kegagalannya. Dapat perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian
disimpulkan bahwa motivasi yang baik Robbins (2006) bahwa perempuan lebih patuh
kemungkinan berasal dari kebutuhan prestasi dalam menjalankan wewenangnya dari pada
yang tinggi. laki-laki, dikarenakan laki-laki memiliki sifat
Selain kebutuhan berprestasi, terdapat agresif dan sebuah pengharapan untuk
kebutuhan berafiliasi yang dimiliki respoden, sukses, namun perbedaan tersebut sangat
dimana kebutuhan berafiliasi tertinggi terlihat kecil dimana laki-laki dan perempuan tidak ada
pada parameter menghindari konflik yang perbedaan dalam melakukan pemecahan
mengarah pada selalu berusaha masalah, keterampilan analitis, motivasi,
menggunakan musyawarah untuk sosialitas, dan lain sebagainya. Hal ini
menyelesaikan masalah dan kebutuhan afiliasi diperkuat dengan penelitian Yanti dan Warsito
terendah terdapat pada parameter lebih suka (2013) dimana pekerjaan perawat lebih
dengan orang lain yang mengarah pada diminati oleh perempuan karena keperawatan
menyukai apa yang dikerjakan oleh orang lain. masih identik dengan pekerjaan yang sesuai
Hal ini sesuai dengan teori MC. Chellan yang dengan sifat perempuan yang lebih sabar,
menyatakan bahwa seseorang yang memiliki lemah lembut, dan peduli kepada pasien yang
kebutuhan afiliasi tinggi akan selalu mencari dirawat.
orang lain dan mempertahankan hubungan Dalam penelitian ini karakteristik
yang telah dibina dengan orang lain, pendidikan terakhir, hampir semua responden
sedangkan seseorang yang memiliki afiliasi memiliki pendidikan D3 keperawatan.
rendah akan canggung mencari hubungan Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dengan orang lain dan tidak bisa dilakukan Sanjaya, Rosa dan Ulfa (2017) yang
mempertahankan hubungan dengan orang lain menyatakan bahwa perawat ruang rawat inap
(Nursalam, 2014). dan IGD di RS Pupuk Kaltim mayoritas
Pada penelitian ini didapatkan dari 3 berpendidikan Diploma III keperawatan,
indikator motivasi berprestasi yang dengan demikian diharapkan bahwa perawat
diungkapkan MC. Chelland kebutuhan akan memberikan asuhan keperawatan
kekuasaan menempati urutan yang paling dengan baik untuk keselamatan pasien.
bawah. Kebutuhan kekuasaan yang masih Dalam penelitian ini dilihat dari
kurang dimiiki responden yaitu kurang karakteristik masa kerja perawat, sebagian
memiliki kontrol. Menurut teori MC. Chelland besar responden lama bekerja diatas 10 tahun.
seseorang yang memiliki kebutuhan salah satunya adalah masa kerja. Hal ini
kekuasaan akan mengontrol, mengendalikan, sejalan dengan penelitian Habibi (2005) yang
atau memerintah orang lain (Nursalam, 2014). menyebutkan bahwa ada karyawan dengan
Kebutuhan kekuasaan dapat mempengaruhi masa kerja yang relatif masih baru tetapi
52 | J.K.Mesencephalon, Vol.4 No.2, Oktober 2018, hlm 47-56

memiliki motivasi yang sangat tinggi sebagai pencegahan pasien jatuh menjawab bahwa
ajang pembuktian kemampuan kerja, ada pula sering membiarkan pagar penyangga tempat
karyawan dengan masa kerja yang sangat tidur pasien terbuka dan tidak melakukan
lama bahkan menjelang berakhir juga memiliki penutupan pagar penyangga ketika
motivasi yang tinggi pula, karena ingin melakukan pengecekan rutin di kamar tidur
mengakhiri kariernya dengan penuh kesan pasien.
yang baik ataupun alasan lainnya. Kepatuhan yang dimiliki perawat pada
Penelitian ini sesuai dengan teori dari penelitian ini dapat dihubungkan dengan
Eswin yang mengemukakan bahwa motivasi karakteristik. Karakteristik yang pertama
merupakan suatu keahlian dalam adalah usia. Hasil penelitian menunjukan
mengarahkan pegawai dan organisasi agar sebagian responden berusia 21-35 dimana
dapat bekerja secara maksimal, sehingga usia tersebut tergolong usia dewasa muda (18-
sesuai dengan keinginan para pegawai dan 40 tahun). Penelitian yang dilakukan oleh
dapat mencapai tujuan organisasi. Motivasi Ariastuti, Margawati, dan Wahyu Hidayati
yang baik dalam suatu perusahaan dapat (2013) kategori umur usia muda ini mampu
mempengaruhi produksi kerja, dimana menyesuaikan di lingkungan pekerjaan yang
motivasi yang baik mengarah pada seorang baru, bersemangat dan berpeluang
perawat yang bekerja harus menghadapi mengembangkan kinerja secara optimal dalam
seorang pasien manusia. Pekerjaan dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
motivasi yang baik diharapkan dapat keterampilan. Dilihat dari karakteristik jenis
mengubah kebiasaan kerja di lingkungan kerja kelamin hampir semua respoden dengan jenis
yang kurang baik dan dapat dilakukan menurut kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan
prosedur yang ada (Hasibuan, 2005). penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo &
Hartanti (2017) yang hampir semua perawat di
2. Kepatuhan Perawat RSUD Kanjuruhan berjenis kelamin
Hasil penelitian diketahui bahwa perempuan, dimana perempuan dapat lebih
sebagian besar responden memiliki kepatuhan baik dalam mengupayakan keselamatan
patuh dalam pelaksanaan standar prosedur pasien dibanding dengan laki-laki.
operasional pencegahan risiko jatuh di ruang Dilihat dari pendidikan terakhir, hampir
rawat inap yang bertempat di RSUD semua pendidikan responden Diploma-III.
Kanjuruhan. Hal ini disebabkan karena Perawat dengan pendidikan Diploma-III
perawat telah melakukan penanda keperawatan yang cukup baik akan melakukan
kewaspadaan pasien jatuh. Penelitian ini praktik keperawatan yang efektif dan efisien
didukung oleh penelitian yang dilakukan yang selanjutnya akan menghasilkan
Setryarini dan Herlina (2013) yang meneliti pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi.
tentang kepatuhan perawat melaksanakan Tingkat pendidikan yang cukup akan
Standar Prosedur Operasional pencegahan memberikan kontribusi terhadap praktik
risiko jatuh, hasil penelitian menyebutkan keperawatan, dimana tingkat pendidikan
bahwa kepatuhan perawat melaksanakan seorang perawat akan mempengaruhi dasar
pencegahan pasien jatuh dengan hasil rata- pemikiran dibalik penerapan standar
rata 75% patuh melaksanakan, 25% tidak keperawatan (Suparna, 2015).
patuh melaksanakan dimana hampir seluruh Dilihat dari masa kerja sebagian besar
responden patuh terkait pengkajian MFS, perawat memiliki masa kerja lebih dari 10
sebagian besar perawat patuh memasang tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
gelang di pergelangan tangan, sebagian besar Suparna (2015) mengatakan lama masa
responden patuh meletakan tanda perngkajian bekerja seseorang dapat meningkatkan
jatuh, sebagian responden patuh melakukan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulisan pada white board, sebagian besar seorang perawat, hal ini dapat membantu
responden patuh megatur posisi tempat tidur, dalam meningkatkan kinerja seseorang.
dan hampir seluruh responden patuh Pada penelitian ini perawat di RSUD
memasang pagar pengaman. Kanjuruhan dapat dikategorikan sebagian
Perawat di beberapa ruang rawat inap besar patuh terhadap standar prosedur
RSUD Kanjuruhan menyatakan bahwa di operasional pencegahan risiko jatuh salah
ruang Imam Bonjol dan Erlangga atas tidak satunya dengan menggunakan penanda
terdapat bel di ruangan. Hal ini tidak sesuai kewaspadaan jatuh. Hal ini dibuktikan dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh sebagian besar perawat yang telah melakukan
Nugraheni, Widjanesa, Kurniawan dan Ekawati standar prosedur operasional pencegahan
(2017) yang dilakukan di Ruang Nusa Indah risiko jatuh menggunakan pemasangan
RSUD Tugorejo Semarang menyatakan bahwa penanda kewaspadaan jatuh di ruangan ketika
kondisi sarana tidak berpengaruh terhadap terdapat pasien yang bersiko untuk jatuh di
pencegahan pasien jatuh, hal tersebut ruang rawat inap dewasa. Hal ini sesuai
dikarenakan perawat yang melakukan dengan teori compliance yang dikembangkan
Ahsan, Hubungan Motivasi Perawat...| 53

oleh Green dan Kreuters (1991) yang oleh penelitian yang dilakukan oleh Natasia,
menyatakan kepatuhan merupakan ketaatan Loekqijana, dan Kurniawati (2014) yang
melakukan sesuatu yang dianjurkan atau menyatakan bahwa faktor motivasi dan
respon yang diberikan terhadap sesuatu di luar persepsi mempengaruhi kepatuhan perawat
subjek. Penelitian sejalan dengan penelitian dalam pelaksanan asuhan keperawatan yang
yang dilakukan Setyarini dan Herlina (2013), sesuai dengan SOP.
menjelaskan bahwa perawat sebagian besar Pada penelitian ini motivasi dengan
responden patuh untuk melakukan kepatuhan pelaksanaan standar prosedur
pemasangan label segitiga, namun menurut operasional pencegahan risiko jatuh memiliki
analisa peneliti beberapa perawat masih hubungan yang signifikan. Hasil analisis
kurang memilki kesadaran tentang pentingnya peneliti hal tersebut disebabkan karena
pemasangan label segitiga dan terdapat mayoritas perawat di RSUD Kanjuruhan sudah
beberapa faktor yang menyebabkan adanya memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi dan
perawat belum melakukan pemasangan sudah melakukan pemasangan penanda risiko
segitiga dengan baik yaitu faktor kesibukan pasien jatuh yang digunakan untuk
atau mobilitas yang tinggi. mengurangi pasien jatuh.
Dalam penelitian ini didapatkan juga Perawat sudah memiiki motivasi yang
hasil bahwa beberapa indikator seperti baik mengenai pengurangan pasien jatuh,
penilaian assesmen risiko jatuh di ruang rawat namun masih didapatkan perawat yang
inap, assesmen ulang pasien yang berisiko memiliki motivasi yang cukup, sehingga pada
jatuh dan pelepasan gelang terkait dengan pelaksanaan pengkajian risiko jatuh masih ada
pasien yang sudah tidak berisiko jatuh masih beberapa yang belum dilaksanakan. Penelitian
berada pada posisi yang paling bawah serupa juga dilakukan oleh Badi’ah (2009)
dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini didapatkan hasil bahwa secara umum faktor
sesuai dengan faktor pemungkin (enabling motivasi mempunyai hubungan yang kuat
factors) kepatuhan di mana faktor pemungkin dengan kinerja, sehingga dapat diprediksikan
dapat diartikan faktor pencetus terhadap bahwa bahwa bila motivasi meningkat maka
perilaku yang dapat memungkinkan harapan kinerja perawat akan meningkat.
dan tujuan terlaksana termasuk kemampuan Adanya hubungan antara motivasi
dan sumber daya yang diperlukan untuk suatu dengan kepatuhan perawat dalam
perilaku. pelaksanaan standar prosedur operasional
Penelitian ini tidak sesuai dengan pencegahan risiko jatuh pasien dapat
penelitian yang dilakukan oleh Setyarini dan diasumsikan bahwa seseorang yang memiliki
Herlina (2013), menjelaskan bahwa perawat motivasi yang baik cenderung lebih baik dalam
yang sudah mendapatkan sosialisasi atau mengurangi pasien jatuh yang lebih baik
memahami terkait dengan pengkajian risiko dibandingkan dengan perawat yang memiliki
jatuh berdasarkan skala Morse cenderung motivasi cukup atau rendah. Motivasi perawat
lebih baik dalam melakukan pengkajian risiko yang baik akan mempengaruhi tingkat
jatuh dibandingkan dengan perawat yang kepatuhan perawat sehingga mengurangi
belum memahami dan mendapat sosialisasi risiko jatuh pada pasien. Pengkajian risiko
standar prosedur operasional pencegahan jatuh ini telah dapat dilaksanakan sejak pasien
risiko jatuh, selain itu usia juga mempengaruhi masuk ke dalam ruangan, yaitu dengan
kepatuhan perawat dalam menerapkan skala menggunakan skala jatuh. Pengalaman,
morse. Seseorang yang dikatakan senior lebih Pengetahuan dan sumber informasi
cenderung memiliki sikap yang kurang dalam merupakan hal yang mempengaruhi kejelian
pengkajian risiko jatuh menggunakan skala perawat dalam melakukan pengkajian risiko
morse. Mereka lebih sering menggunakan jatuh, sumber informasi disini dapat dalam
penilaian berdasarkan ketergantungan pasien. pelatihan-pelatihan, seminar ataupun
workshop mengenai risiko pasien jatuh. Dalam
3. Hubungan Motivasi Perawat dengan pelatihan-pelatihan perawat dibekali ilmu, skil
Kepatuhan Pelaksanaan Standar dan pengalaman terkait Patient Safety (Anwar,
Prosedur Operasional Pencegahan Irwandy dan Noor 2012).
Risiko Jatuh di Ruang Rawat Inap Kepatuhan muncul sebagai bentuk dari
Hasil crosstab diketahui bahwa sikap. Apabila perawat memiliki sifat yang baik
sebagian responden mempunyai motivasi yang maka akan termotivasi untuk mematuhi
baik dengan kepatuhan yang sudah patuh. tindakan yang berkaitan dengan tindakan
Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang pencegahan risiko jatuh (Sarwono, 2011).
signifikan antara motivasi perawat dengan Hariandja (2009) juga berpendapat bahwa
kepatuhan pelaksanaan standar prosedur motivasi merupakan kekuatan yang
operasional pencegahan risiko jatuh di ruang mendorong perawat untuk melakukan
rawat inap yang bertempat di RSUD pekerjaan. Terdapat dua faktor yang
Kanjuruhan. Hasil penelitian ini juga diperkuat
54 | J.K.Mesencephalon, Vol.4 No.2, Oktober 2018, hlm 47-56

mempengaruhi adanya motivasi perawat yaitu saling melengkapi. Hubungan dengan atasan
faktor ekstrinsik dan intrinsik. timbul ketika pimpinan memberikan
Faktor intrinsik muncul dalam diri yang pengarahan, bimbingan, memotivasi, dan
dapat membangkitkan motivasi perawat, memberikan dukungan (Hasibuan, 2008). Hal
sebagai contoh kesadaran diri perawat dalam ini didukung dengan penelitian yang dilakukan
melaksanakan assesmen risiko jatuh. oleh Febrianti, Musadieq dan Prasetya (2014)
Sedangkan motivasi ekstrinsik berkaitan yang menyatakan bahwa pemberian reward
dengan faktor di luar individu seperti hubungan dan punishment lebih dominan berpengaruh
antar rekan kerja, hubungan dengan atasan, secara langsung terhadap kinerja karyawan
serta reward dan punishment (Markuis & dari pada motivasi kerja. Adanya motivasi,
Huston, 2010). reward dan punishment yang diberikan oleh
Hubungan antar rekan kerja pimpinan diharapkan dapat merubah perilaku
didapatkan apabila adanya kerjasama tim yang perawat untuk lebih mematuhi pekerjaannya.
baik, saling mendukung satu sama lain dan

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan pelaksanaan standar prosedur operasional


Terdapat hubungan yang signifikan antara pencegahan risiko jatuh agar nantinya perawat
motivasi perawat dengan kepatuhan dapat mengurangi angka kejadian jatuh,
pelaksanaan SPO pencegahan risiko jatuh di sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
ruang rawat inap yang bertempat di RSUD keperawatan yang nantinya berkaitan dengan
Kanjuruhan. meningkatnya akreditasi rumah sakit.

2. Saran b. Bagi institusi pendidikan


DiharapkanIhasil dari penelitian ini sebagaii
a. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah bahani acuani dalami menentukani
Kanjuruhan kebijakanidalamimelakukan penyusunan
Diharapkan Rumah sakit untuk melakukan panduan perkuliahan utamanya berkaitan
sosialisasi kepada seluruh perawat yang dengan motivasii perawatii dengan kepatuhan
berkaitan dengan pengkajian risiko jatuh salah pelaksanaan SPOipencegahani risikoii jatuh,
satunya dengan skala Morse beserta agari ketika mahasiswa praktek dii lapangan
bagaimana cara pengisian menggunakan form dapat imengetahui teorii motivasi dan ijuga
pengkajian risiko jatuh skala morse serta pelaksanaani interpretasi pencegahan risiko
menentukan interpretasi secara benar dan jatuh dii rumah sakit agari perawat yang telahi
mensosialisasikan standar prosedur lulus dari institusii dapat meningkatkani dan
operasional pencegahan risiko jatuh yang ada engutamakan pelayanan dani pengabdian
di rumah sakit tersebut yang berkaitan dengan terbaik untuk pasien.
penilaian risiko jatuh, assesmen ulang pasien
yang berisiko jatuh, dan pelepasan gelang c. Bagi peneliti
terkait pasien yang sudah tidak berisiko untuk Bagi peneliti selanjutnyai dapati
jatuh. Sarana pendukung dalam mendukung menerapkani teorii ke dalami kegiatanii nyatai
kepatuhan perawat juga perlu diperhatian agar dilapangani terutamai penerapani metode
perawat dapat menjalankan standar prosedur menggunakan metode observasi maupun
operasional pencegahan risiko jatuh dengan wawancara agar peneliti melihat langsung
maksimal salah satunya adanya bel disetiap kegiatan perawati pada saat memberikan
ruangan. Selain itu bagi perawat di RSUD pelayanan keselamatan pada pasien
Kanjuruhan hendaknya dapat lebih utamanya berkaitan dengan motivasi perawat
meningkatkan dan mempertahankan motivasi yang hubungannyai dengan kepatuhan
dalam bekerja sehingga dapat memberikan pelaksanaan standar prosedur operasional
pelayanan yang terbaik dan dapat pencegahan risikoi jatuh dan mendapatkan
berpengaruh pada kepatuhan perawat dalam data peneliani yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A. Irwandy, dan Noor N.B. Hubungan Skripsi tidak diketahui. Bagian
Pengetahuan, Motivasi dan Supervisi Manajemen Rumah Sakit Fakultas
dengan Kinerja Perawat dalam Kesehatan Masyarakat : Universitass
Melaksanakan Patient Safety di RSUP Hasanuddin.
Dr. Wahidin Sudiruhusodo tahun 2012.
Ahsan, Hubungan Motivasi Perawat... | 55

Ariastuti, Ni Luh Putu, Margawati A., Hidayati Keselamatan Pasien. Kongres XII
W. (2013). Analisis Faktor-Faktor PERSI: Jakarta.
yang Mempengaruhi Perawat dalam Markuis & Huston. 2010. Kepeminpinan dan
Melaksanakan Patient Safety di Kamar Manajemen Keperawatan : Teori dan
Bedah RS Telogorejo Semarang. Aplikasi Edisi 4. Jakarta : Grasindo.
Atwater, E. & Duffy, K.G. (2005). Psychology Mulyono, M.H., Hamzah A., Abdullah Z.
for Living : Adjustment, Growth, and (2013). Faktor-Faktor yang
Behavior Today. (8th Ed). New Jersey : Berpengaruh Terhadap Kinerja
Prentice Hall. Perawat di Rumah Sakit Tingkat III
Badi’ah A., Mendri N.K., Ratna W., Hendarsih 16.06.01 Ambon. Jurnal AKK 2 (1):
S. (2009). Hubungan Motivasi Perawat Hal. 10-26.
dengan Kinerja Perawat di ruang Inap Natasia Nazvia, Loekqijana Ahas, Kurniawari
Rumah Sakit Daerah Panembahan Janik. (2014). Faktor yang
Senopati Bantul Tahun 2008. Jurnal Mempengaruhi Kepatuhan
Manajemen Pelayanan Kesehatan Pelaksanaan SOP Asuhan
Volume12, No. 2, Halaman 74-82. Keperawatan di ICU- ICCU RSUD
Budiono, S., Alamsyah, A., Wahyu Tri, S. Gambiran Kota Kediri. Jurnal
(2014). Pelaksanaan Program Kedokteran Brawijaya, Vol.28,
Manajemen Pasien dengan Risiko Suplemen No. 1, 2014.
Jatuh di Rumah Sakit. Jurnal Nugraheni, M., Widjasena B., Kurniawan B.
Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Ekawati. (2017). Faktor – Faktor yang
Suplemen No.1, 2014. Program Studi Berhubungan dengan Pencegahan
Magister Manajemen Rumah Sakit Jatuh pada Pasien Risiko Jatuh Oleh
Fakultas Kedokteran Unversitas Perawat di Ruang Nusa Indah RSUD
Brawijaya Malang. Tugurejo Semarang. Jurnal Kesehatan
Habibi, B. (2005) Faktor-faktor yang Masyarakat (e-Journal) Volume 5,
Mempengaruhi Motivasi Kerja Nomor 2, April 2017. ISSN: 2356-
Karyawan di PT.Askes Regional VI 3346.
Jawa Tengah dan D.I.Y bagian Nur, Qalbia Muhammad, Noor H.N.B., Irwandi.
Sumber Daya Manusia dan Umum (2013). Hubungan Motivasi dan
Semarang. Diakses pada web Supervisi Terhadap Kinerja Perawat
Lib.unnes.ac.id.http:lib.unenes.ac.id/40 Pelaksana dalam Menerapkan Patient
8/1/1102.pdf. Diakses pada 4 April Safety di Rawat Inap RS Universitas
2018. Hasanuddin Tahun 2013. Jurnal
Handayani, S.U., Ariani N.L., Maemunah Neni. Manajemen Rumah Sakit: Unhas
( 2017). Hubungan Antara Makasar.
Pengetahuan dan Motivasi perawat Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan
dengan Pelaksanaan Standar Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Prosedur Operasionak (SPO) Profesional, Ed. 4 . Jakarta: Salemba
Assesment Nyeri Ulang di Ruang Medika.
Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Oktaviani, H., Sulisetyawati S. Dwi, Fitriana
Panti Waluya Sawahan Malang. R.Nur. 2015. Hubungan Pengetahuan
Nursing News Volume 2, Nomor 3, dengan Kepatuhan Perawat dalam
2017. Pelaksanaan Standar Prosedur
Hariandja M. (2009).Manajemen Sumber Daya Operasional Pencegahan Risiko Jatuh
Manusia. Jakarta: Grasindo Pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo
Hasibuan, M.S.P. (2006). Manajemen Sumber Surakarta. Skripsi di
Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi publikasikan.Program Srudi S1
Aksara Keperawatan : Stikes Kusuma Husada
Hasibuan, M.S.P. (2008). Organisasi dan Surakarta.
Motivasi Dasar Peningkatan Robbins, S.P. (2006). Perilaku Organisasi.
Produktivitas. Jakarta : PT. Bumi Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Aksara Gramedia
Inayah,I., Keliat, B.A. & Gayatri, D. (2011). Rowe, Jimmi. (2012). Preventing Patient Falls:
Motivasi Kerja Meningkatkan What Are The Factors in Hospital
Manajeman Waktu Perawat. Jurnal Setting That Help Reduce and Prevent
Keperawatan Indonesia, Volume14, Inpatient Falls ?. Home Health Care
No.2, Juli 2011. Management & Practice, 25 (3), Hal.
Komariah, Siti. (2012). Peran Keperawatan 98-103.
dalam Menurunkan Insiden RSUD, Kanjuruhan. (2012). Target dan
Realisasi Penilaian Akreditasi Rumah
56 | J.K.Mesencephalon, Vol.4 No.2, Oktober 2018, hlm 47-56

Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Suparna. (2015). Evaluasi Penerapan Patient


Kabupaten Malang Tahun 2012. Safety Risiko Jatuh Unit Gawat
Diakses pada web. http: http://rsud- Darurat di Rumah Sakit Panti Rini
kanjuruhan.malangkab.go.id/konten- Kalasan Sleman. Naskah Publikasi.
61.html. Program Studi Ilmu Keperawatan :
Sanjaya, P.D., Rosa, E.M., Ulfa Maria. (2017). Sekolah TInggi Kesehatan ‘Aisyiyah
Evaluasi Penerapan Pencegahan Yogyakarta.
Pasien Berisiko Jatuh di Rumah Sakit. Unisma, Rumah Sakit Islam Malang. (2012).
Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Laporan Tahunan Rumah Sakit Islam
Masyarakat, Volume 11, Issue 2, Unisma Malang Tahun 2012. Malang:
September 2017, pp. 107-115. ISSN: Rumah Sakit Islam Unisma Malang.
1978-0575 WHO, World Health Organization. (2005).
Sarwono. (2011). Manajemen Sumber Daya World Allance for Patient Safety and
Manusia di Rumah Sakit Suatu WHO Guidelines on Hand Hygiene in
Pendekatan Sistem. Jakarta : EGC Health Care ( adcanced draft): A
Setyarini E.A, dan Herlina Lusiana Lina. Summary Cleans hands. Diakses pada
(2013). Kepatuhan Perawat web. www.who.int/patientsafety.
Melaksanakan Standar Prosedur Yanti, R.I & Warsito, B.E. (2013). Hubungan
Operasional : Pencegahan Pasien Karakteristik Perawat, Motivasi, dan
Risiko Jatuh di Gedung Yosef 3 Dago Supervisi dengan Kualitas
dan Surya Kencana Rumah Sakit Dokumentasi Proses Asuhan
Boorromeus. Jurnal Kesehatan Keperawatan. Jurnal Managemen
STIKES Santo Boorromeus: Bandung. Jurusan Keperawatan Fakultas
Suarli S., dan Bahtiar, Y. (2008). Manajemen Kedokteran Universitas Diponegoro:
Keperawatan: dengan pendekatan Semarang.
praktis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

You might also like