You are on page 1of 8

M.

Agung Prasetya Adyana Yoga | The Association Between Intake of Energy, Protein and Physical Activity
with Nutritional Status of Elderly People Living in Nursing House
[ ARTIKEL REVIEW ]

THE ASSOCIATION BETWEEN INTAKE OF ENERGY,


PROTEINANDPHYSICAL ACTIVITYWITH NUTRITIONAL
STATUS OF ELDERLY PEOPLE
M. Agung Prasetya Adyana Yoga
Faculty of Medicine,Lampung University

Abstract
Becoming old is a natural processthat will be experienced by every individual. Adequate food intake and
good physical activity are required pearson to maintain stable nutritional status. Factor that affect to
nutritional status are energy intake, protein and physical activity. Oral health status and dietary intake
contribute to nutritional status in elderly. Missing teeth cause chewing disorder that reduces quality and
quantity of food intake, which finally makes the elderly have underweight nutritional status. The eldederly
who live in elderly home-care usually has worse economic condition because there is no family who can take
care of them anymore. The elderly often experience malnutrition that will influence their health status.
Malnutrition in the elderly needs to be detected as early as possible, thus improvement can also be done as
soon as possible. One way that is able to measure elderly nutritional status, nutritional food intake and
physical activity in quick and eficient way is antropometri, semiquantitative food frequency questionaire and
24 hours physical activity.

Keyword : elderly, energy, nutritional status, protein

Abstrak
Proses menua merupakanproses alamiah yang akan dialami oleh setiap individu.Asupan makanan yang
cukup dan aktivitas fisik yang baik dibutuhkan seseorang untuk menjaga status gizi yang baik.Beberapa
faktor yang mempengaruhi status gizi diantaranya asupan energi, protein dan aktivitas fisik.Status
kesehatan mulut dan asupan makanan berkontribusi terhadap status gizi lansia.Kehilangan gigi
menyebabkan gangguan pengunyahan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas asupan makanan yang
pada akhirnya menyebabkan lansia berstatus gizi rendah. Lansia yang tinggal di panti biasanya memiliki
kondisi ekonomi yang kurang baik karena sudah tidak ada keluarga yang mengurus mereka. Pada masa
lansia sering terjadi kurang gizi yang dapat berpengaruh terhadap status kesehatan mereka. Lansia perlu
dideteksi status gizi secara dini agar dapat dilakukan perbaikan secepat mungkin. Alat yang dapat digunakan
untuk mengukur status gizi lansia, asupan makanan dan aktivitas fisik lansia yaitu dengan antropometri,
kuesioner semikuantitatif frekuensi makanan, dan 24 jam recall aktivitas fisik.

Kata Kunci : energi, kuesioner, lanjut usia, protein, status gizi

...
Korespondensi : M. Agung Prasetya Adyana Yoga | alamatemailAgung_paypay@yahoo.com

Pendahuluan
Masalah gizi yang terjadi pada Berdasarkan data tersebut, masalah
lansiadapat berupa gizi kurang atau gizi yang sering terjadi pada lansia
gizi lebih. Persentase penduduk lansia adalah gizi kurang dan berat badan
di indonesia yang berada di perkotaan kurang. Hal ini terlihat dari persentase
dalam keadaan kurang gizi adalah masalah gizi kurang dan berat badan
3,4% dan berat badan kurang 28,3%, kurang lebih besar dari pada masalah
berat badan lebih 6,7%, obesitas 3,4% obesitas dan berat badan lebih pada
dan berat badan ideal 42,4%. lansia23. Masalah kurang gizi pada

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 52


M. Agung Prasetya Adyana Yoga | The Association Between Intake of Energy, Protein and Physical Activity
with Nutritional Status of Elderly People Living in Nursing House

lansia dapat dilihat dengan mudah Keterbatasan fisik akibat


melalui penampilan umum, yakni pertambahan usia dan perubahan
rendahnya berat badan lansia serta penurunan fungsi fisiologis
dibandingkan dengan standar atau sehingga lansia memerlukan beberapa
berat badan ideal seseorang. penyesuaian dalam melakukan
Berdasarkan penelitian Widyastuti aktivitas fisik sehari–hari1.
pada tahun 2004 terhadap 55 orang Berdasarkan latar belakang tersebut
lansia di Klub Jantung Sehat Semarang diperlukan adanya kajian untuk
terdapat hubungan antara asupan melihat hubungan asupan energi,
energi dengan status gizi lansia protein dan aktivitas fisik terhadap
dengan nila ir : 0,792 dan terdapat status gizi lansia.
hubungan yang bermakna antara
asupan protein dengan status gizi. r : DISKUSI
0,64113. Hasil penelitian Widyastuti
sejalan dengan penelitian Oktariyani Berdasarkan penelitian yang dilakukan
tahun 2012 bahwa status gizi lansia di di panti tresna werdha budhi pertiwi
panti budi mulya cipayung Jakarta bandung menunjukan asupan energy
masalah gizi yang lebih besar dan protein lansia yang berada di
didapatkan adalah masalah gizi panti kurang karena asupan makanan
kurang (33,6%) dibandingkan dengan sampel yang sedikit didapatkan rata –
masalah gizi lebih (16,3%) dengan nilai rata asupan energy lansia 423,8 kkal
p : 0,00032. Hal tersebut dapat dan asupan protein 19,75 gram21.
disebabkan karena menurunnya Asupan makanan yang sedikit
fisiologis pencernaan makanan yang disebakan karena faktor rasa
berimplikasi terhadap status gizi makanan yang kurang enak, pemilihan
seperti berkurangnya indera bahan makanan, tekstur yang tidak
pengecap karena atrofi papil lidah dan disesuaikan dengan kondisi lansia dan
hilangnya gigi geligi untuk pencernaan teknik pengolahan makanan yang
makanan pada fase oral yang tidak disesuaikan dengan kondisi
mengakibatkan berkurangnya rasa lansia menyebabkan lansia sulit untuk
untuk menikmati makanan26. memakan makanan27. Penelitian yang
Penelitian yang dilakukan Rusilanti dilakukan rohmawati tahun 2013
dan Clara pada tahun 2006 di terdapat hubungan yang bermakna
Community Dwelling Budi Agung dan antara asupan makanan dengan
Situ Gede Bogor mendapatkan hasil status gizil ansia di kecamatan sumber
hubungan yang bermakna antara sari kabupaten jember (p=0,001)33.
aktivitas fisik dengan status gizi lansia Lansia yang memiliki asupan makan
dengan nilai r (korelasi) 0,0421. Hasil lebih dan kurang cenderung memiliki
penelitian yang dilakukan Clara dan status gizi lebih dan kurang.
Rusilanti mendukung hasil penelitian Kekurangan asupan gizi pada lansia
Khoirun Nisa bahwa terdapat dapat disebabkan oleh beberapa
perbedaan yang bermakna antara faktor, antara lain berkuranganya
rerata aktivitas fisik di panti ( indera pengecap mengakibatkan
1385±307,3 Kal) dan non panti penurunan terhadap cita rasa manis,
(1933±324,8 Kal) dengan nilai (p = asin, asam dan pahit, lalu
0,000)20. berkurangnya kemampuan mencerna
makanan akibat kerusakan gigi,

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 53


M. Agung Prasetya Adyana Yoga | The Association Between Intake of Energy, Protein and Physical Activity
with Nutritional Status of Elderly People Living in Nursing House

organesofagus mengalami pelebaran, yang tidak terpasang dengan baik


dangerakan peristaltik serta yang dapat berakibat serius pada
penyerapan makanan di usus kualitas dan kuantitas asupan
menurun merupakan factor resiko makanan. Beberapa kelompok
yang juga dapat menyebabkan makanan mungkin tidak dikonsumsi
konstipasi 15. Faktor – faktor tersebut sama sekali2. Perubahan fungsi
dapat menyebabkan penurunan pengunyahan karena kehilangan gigi
status gizi dan menjadi pendorong akan mendorong lansia untuk
tingkat kekurangan gizi pada lansia. mengubah asupan makanannya
Lansia yang umumnya menderita sebagai kompensasi kesulitan dalam
kekurangan gizi makro dan mikro akan mengkonsumsi makanan tersebut.
memiliki respon sistem dan fungsi Lansia akan lebih memilih makanan
imun yang rendah12. Hasil penelitian yang lunak dan mudah dikunyah,
sipayung berbeda dengan penelitian diantaranya adalah makanan siap saji
rohmawati tidak ada hubungan antara dengan rasa yang enak, tinggi kalori,
tingkat konsumsi energi dengan status dan tinggi lemak tetapi rendah
gizil ansia di panti werdha harapan ibu kandungan zat gizi lainnya6. Teori
bringin semarang dengan nilai r = tersebut sesuai dengan penelitian
0,103 dan tidak ada hubungan asupan yang dilakukan Nissa tahun 2006
protein dengan status gizi lansia di terdapat perbedaan rerata asupan
panti werdha harapan ibu bringin energy dipanti (101±8,6% AKE) dan
semarang dengan nilai r 0,26733. non panti (103±10,6% AKE) sedangkan
Kesegaranjasmani cenderung terdapat perbedaan rerata status gizi
mengalami penurunan seiring dengan menurut IMT di panti (19 ± 3,4kg/m2)
bertambahnya usia seseorang. dan non panti (22 ± 3,7 kg/m2)20.
Penurunan terjadi setelah seseorang Kelenjar saliva juga mulai sukar
berusia 40 tahun dan akan menurun disekresi yang mempengaruhi proses
30% - 50% pada usia lanjut. Salah satu perubahan karbohidrat kompleks
faktor predisposisi penurunan menjadi disakarida karena enzim
kesegaran jasmani adalah kurangnya ptialin menurun. Fungsi lidah sebagai
aktivitas fisik10. pelicin pun berkurang sehingga proses
Semiquantitative food frequency menelan menjadi terganggu, fungsi
questionaire merupakan metode pengecapan mengalami penurunan
kualitatif- kuantitif untuk menghitung karena papila pada ujung lidah
asupan makanan yang dikonsumsi berkurang terutama rasa asin
dalam waktu tertentu. Kuesioner ini sehingga lansia cenderung memakan
terdiri dari dua komponen dasar yaitu makanan asin dan cita rasa dalam
daftar makanan dan frekuensi merasakan makanan menurun
konsumsi untuk menilai seberap sehingga lansia cenderung nafsu
sering makanan dikonsumsi, metode makannya berkurang16.
ini sangat tepat dalam menilai asupan Sebaliknya asupan zat gizi juga
zat gizi lansia pada masa lampau8,16. berpengaruh pada penurunan fungsi
Salah satu perubahan fisiologis pada fisiologis di rongga mulut. Kekurangan
lansia adalah keadaan mulut berupa protein berkaitan dengan degenerasi
mulut kering karena berkurangnya jaringan ikat gingiva dan periodontal.
saliva, gigi ompong atau gigi palsu Ukuran lambung pada lansia juga

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 54


M. Agung Prasetya Adyana Yoga | The Association Between Intake of Energy, Protein and Physical Activity
with Nutritional Status of Elderly People Living in Nursing House

mengecil sehingga daya tampung menyebakan para lansia untuk


makanan berkurang, selain itu proses membatasi asupan makanan atau
perubahan protein menjadi pepton porsi makanan dan menerapkan diet
terganggu16. yang monoton. Keluhan tersebut
Penurunan asupan kalori total dan zat dapat disebakan oleh karena
gizi esensial lainnya pada lansia dapat meningkatnya satiety hormon
meningkatkan risiko penyakit dan (cholecystokinin) sehingga lansia
infeksi. Infeksi dapat menyebabkan berisiko mengalami malnutrisi3.
hipermetabolik dan meningkatkan Samaha et al menunjukan bahwa diet
kebutuhan gizi, yang apabila tidak rendah karbohidrat menyebabkan
terpenuhi akan menurunkan berat terjadinya kehilangan berat badan
badan dan status gizi lansia27. daripada diet rendah lemak selama
Teori tersebut mendukung hasil lebih dari 6 bulan16.
penelitian yang dilakukan oleh Rianto Penelitian yang telah dilakukan oleh
dan Muis bahwa lansia yang berada di Nissa tahun 2006 menunjukan bahwa
panti kota Semarang 87,5% wanita terdapat perbedaan rerata aktivitas
dan 82,4% pria mengkonsumsi energi fisik di panti (1385±307,3 kal) dan di
dibawah angka kecukupan gizi. Untuk non panti (1933±324,8 kal) (p=0,000).
protein proporsi tersebut adalah Perbedaan tersebut disebabkan lansia
52,5% dan 55,9%12. Asupan protein yang tinggal di panti dipengaruhi oleh
yang kurang menyebabkan factor psikologis dan lingkungan di
penyusutan massa otot sehingga panti yang menyebabkan penurunan
terjadi penurunan berat badan yang aktivitas fisik20.
pada akhirnya underweight. Aktivitas fisik merupakan salah satu
Dengan bertambahnya umur akan faktor yang mempengaruhi status gizi
terjadi perubahan metabolisme atau secara langsung. Rutin melakukan
fungsi fisiologi tubuh, selain itu aktivitas fisik akan mengurangi lemak
perubahan dalam pemilihan makanan tubuh dan diganti dengan otot
dan kebiasaan makan akan sehingga dapat mencegah terjadinya
berpengaruh terhadap berkurangnya kegemukan dan kemampuan tubuh
energi yang berdampak pada untuk menggunakan kalori menjadi
penurunan aktivitas fisik7. lebih baik14. Lansia akan terjadi
Morley mengatakan bahwa penuaan pengurangan aktivitas fisik sebanyak
dapat mengakibatkan perubahan 10% per dekade sehingga
sensasi rasa haus, lapar, dan rasa berpengaruh pada status gizi10.
kenyang sehingga menyebabkan Dengan menurunnya aktivitas fisik
gangguan dalam mengkonsumsi dan penurunan asupan protein akan
makanan untuk sehari – hari2. mempercepat proses atrofi otot
Pada lansia terjadi penurunan dalam tubuh27.
merasakan makanan dan bau Penuaan merupakan faktor resiko
makanan akibat berkurangnya fungsi penurunan aktivitas fisik dan
sensoris penciuman makanan dalam penyebab terbatasnya untuk
menikmati makanan. Pada lansia melakukan aktivitas fisik.behavioral
cenderung terjadi anoreksia yang risk factor survey menunjukan bahwa
dapat menyebabkan penurunan lebih dari 40% wanita di Amerika yang
asupan makanan, anoreksia berumur lebih dari 65 menunjukan

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 55


M. Agung Prasetya Adyana Yoga | The Association Between Intake of Energy, Protein and Physical Activity
with Nutritional Status of Elderly People Living in Nursing House

tidak ada waktu luang untuk lansia energi yang dibutuhkan untuk
melakukan aktivitas pada tahun 1992. beraktivitas menurun dari pada
Berjalan adalah aktivitas fisik yang metabolisme basal. Berdasarkan
sering dilakukan oleh lansia. Lansia penelitian yang dilakukan di Panti
lebih menyukai aktivitas fisik dengan Wredha Pucang Gading Semarang
intensitas rendah seperti berjalan, Selatan pada tahun 2004, asupan
berkebun dan aerobik1. energi lansia yang tinggal di panti
Lansia wanita khususnya menghindari lebih rendah dibandingkan lansia yang
inaktivitas fisik karena lebih tinggi tinggal di rumah karena di panti para
terjadi kehilangan massa otot dan lansia memilikiaktivitas fisik yang
kekuatan otot daripada pria serta terbatas12.
lansia wanita memiliki kemampuan IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan
yang kurang dalam meningkatkan salah satu indeks penilaian status gizi
massa otot setelah latihan21. Pada sederhana yang berkaitan dengan
lansia yang sehat, inaktivitas fisik kekurangan dan kelebihan berat
meningkatkan risiko berkembangnya badan16.Semakin besar nilai IMT
penyakit kardiovas-kular, seseorang maka semakin tinggi
osteoporosis, kehilangan massa otot, tingkat kelebihan berat badannya.
dan meningkatnya risiko terjadinya Teori tersebut mendukung hasil
diabetes mellitus tipe 215.Peningkatan penelitian yang dilakukan Hilda
lemak tubuh meningkatkan beban menunjukan terdapat perbedaan IMT
massa otot yang berkontribusi yang bermakna antara kedua
terhadap resistensi insulin dan kelompok subjek dengan (p=0,004).
kegagalan perbaikan protein otot5. Rerata IMT yang tidak mengikuti
Kedua nutrisi tersebut dan latihan senam bugar lansia lebih besar 3,27
berperan penting dalam menjaga dari pada kelompok yang mengikuti
keseimbangan massa otot dan fungsi senam bugar lansia31. Penelitian yang
otot pada semua kelompk umur, dilakukan Oktariyani tahun 2012
kedua jenis kelamin.Aktivitas fisik mendukung hasil penelitian yang
umumnya memerlukan asupan energi dilakukan Hilda bahwa masalah gizi
yang cukup dalam bentuk yang lebih besar ditemukan di Panti
makronutrien yang disesuaikan Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 01
dengan derajat aktivitas fisik22. dan 03 Jakarta Timur adalah masalah
Asupan diet rendah protein dengan gizi kurang (33,6%) dibandingkan
asupan energi yang adekuat dengan masalah gizi lebih (16,1%). Hal
menyebabkan kehilangan massa otot3 ini menunjukan bahwa sebagian besar
dan kebutuhan protein yang tinggi kelompok yang tidak mengikuti senam
dianjurkan untuk lansia yang sehat4. bugar lansia memiliki status gizi
Beberapa asam amino esensial gemuk32.
memberikan manfaat yang penting Penilaian status gizi lansia diukur
untuk sintesis protein dan dengan antropometri atau ukuran
3
menurunkan risiko kerusakan otot . tubuh yaitu tinggi badan dan berat
Metode yang digunakan untuk badan. Antropometri merupakan
mengukur aktivitas fisik lansia dalam serangkaian teknik pengukuran
penelitian dengan menggunakan dimensi kerangka tubuh manusia
recalldan pemberian kuesioner.Pada secara kuantitatif. Pengukuran tinggi

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 56


M. Agung Prasetya Adyana Yoga | The Association Between Intake of Energy, Protein and Physical Activity
with Nutritional Status of Elderly People Living in Nursing House

badan dapat dilakukan dengan posisi Beberapa faktor yang mempengaruhi


tegak lurus, dengan kedua tumit salit perubahan selera makan lansia yang
dirapatkan, bahu dalam posisi santai, berakibat terhadap masalah gizi pada
tulang belakang dan bokong lansia antara lain usia tua merusak gigi
menempel di dinding. Pengukurang dan gusi sehingga menimbulkan
tinggi badan lansia tidak dapat kurangnya kenyamanan atau
dilakukan jika terdapat masalah munculnya rasa sakit saat mengunyah
postur tubuh karena terjadi kifosis makanan, hilangnya indera perasa dan
atau pembengkokan tulang sehingga penciuman akan menurunkan nafsu
lansia tidak dapat berdiri tegak1. makan yaitu sensitivitas rasa manis
Panjang depa cenderung tidak banyak dan asin berkurang27.
berubah seiring pertambahan usia. Berkurangnya cairan saluran cerna
Panjang depa direkomendasikan (sekresi pepsin), dan enzim – enzim
sebagai parameter prediksi tinggi pencernaan proteolitik yang
badan, tetapi tidak seluruh populasi mengakibatkan penyerapan protein
memiliki hubungan 1:1 antara panjang tidak berjalan efiisen, kurangnya
depa dan tinggi badan9. Studi yang saliva dapat menimbulkan kesulitan
dilakukan pada 279 lansia di India dalam menelan dan dapat
menunjukan bahwa penurunan tinggi mempercepat terjadinya proses
badan dan tinggi duduk berhubungan kerusakan pada gigi dan terjadinya
dengan usia, penurunan tinggi badan penurunan motilitas usus yang
dapat dipengaruhi oleh berkurangnya memperpanjang waktu singgah
tinggi duduk ketika potongan tulang (transit time) dalam saluran
rawan antara tulang belakang gastrointestinal mengakibatkan
mengalami kemunduran seiring pembesaran perut dan kosntipasi26.
peningkatan usia10. Perubahan – perubahan fungsi
Pengukuran antropometri untuk fisiologis pada lansia dapat
prediktor tinggi badan dapat menyebabkan penurunan asupan
disimpulkan dengan menggunakan makanan yang berakibat pada
panjang depa karena memiliki tingkat penurunan status gizi. Penurunan
keakuratan yang tinggi sebagai fungsi fisiologis pada lansia yang
prediktor tinggi badan lansia. masalah memiliki kaitan yang erat dengan
gizi kurang yang yang ditemukan penurunan status gizi adalah
dalam penelitian Samaptaningtyas menurunnya kemampuan mengunyah
pada tahun 2006 yaitu makanan, berkurangnya sekresi enzim
membandingkan status gizi lansia di pencernaan dan menurunnya indera
panti dengan lansia yang tinggal pengecap yang berfungsi dalam
mandiri. Dari penelitian tersebut merasakan cita rasa makanan.
didapatkan bahwa masalah gizi paling Menurunnya aktivitas fisik pada lansia
banyak di panti, hasil penelitian merupakan resiko terjadinya gizi
tersebut menunjukan bahwa dari 30 berlebih dan meningkatkan risiko
responden lansia di PSTW Budi Luhur terkena penyakit degeneratif yang
di Yogyakarta didapatkan 20% lansia beriimplikasi pada buruknya status
memiliki gizi normal dan 43,3% gizi26.
memiliki status gizi kurang19.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 57


M. Agung Prasetya Adyana Yoga | The Association Between Intake of Energy, Protein and Physical Activity
with Nutritional Status of Elderly People Living in Nursing House

SIMPULAN 8. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002.


Penilaian status gizi. Jakarta: EGC
Pada lansia yang berada di panti 9. Tayie FAK et al. 2003. Arm span and half-
span as alternatives for height in adults:a
terdapat hubungan yang bermakna sample from Ghana. Afircan Journal of
antara asupan energi, protein dan Food, Agriculture, Nutrition and
aktivitas fisik terhadap status gizi Development 3:1-6.
lansia. Pada lansia sudah terjadi 10. Tyagie R., Satwanti Kapoor, Anup Kumar
penurunan fisiologis sehingga lansia K. 2003. Body composition and fat
distribution pattern of urban elderly
yang berada dipanti tresna werdha females, delhi, india. Coll. Anthropology
melakukan penyesuaian terhadap 29 (2): 493-498.
asupan makanan agar mengkonsumsi 11. Kathleen M, Silvya ES. 2004. Nutrittion in
makanan sesuai dengan kebutuhan aging . krause food, nutrition and drug
sehingga dapat mencegah terjadinya therpy. 11th ed. Philadelphia: Saunder.
12. Rianto EY. Perbedaan Konsumsi Energi –
masalah gizi dan aktivitas fisik Protein dan Status Gizi Pada Lansia yang
sehingga terhindar dari status gizi Tinggal di Panti dan Non Panti [artikel
berlebih dan kurang. Lansia yang penelitian]. Semarang: Universitas
berada dipanti cenderung terjadi Diponegoro:2004.
penurunan aktivitas fisik sehingga 13. Widyastuti. 2004. Hubungan Antara
Status Gizi, Status Kesehatan, dan Latihan
berdampak terhadap masalah status Fisik dengan Kesegaran Jasmani Lansia di
gizi. Klub Jantung Sehat Semarang. (artikel
penelitian). Semarang: Universitas
DAFTAR PUSTAKA Diponegoro.
1. Chumlea WC, Roche AF, Steinbaugh ML. 14. Gibson RS. 2005. Principles of nutritional
Anthropometric approach to the assesment. 2nd ed. NewYork: Oxford
nutritional assesment of the elderly. In: University Press.
Munro HN, Danford DE, editors. Nutriton, 15. Borodulin K. 2006. Physical activity,
Aging, and the Elderly. New York: Plenum fitness, abdominal obesity, and
Press, 1989:335-61. cardiovascular risk factor in finnish men
2. Morley JE, Silver AJ. Nutritional issues in and women [disertation].
nursing home care. Ann Intern Med 1995; Helsinki(Finland): University of Helsinki
1995;123(11):850-9 16. Fatmah. Respon imunitas yang rendah
3. Castaneda, C., et al., Marginal protein pada tubuh manusia usia lanjut. Makara
intake results in reduced plasma IGF-I Kesehatan 2006;10(1):47-53.
levels and skeletal muscle fiber atrophy 17. Hui, E.K. and L.Z. Rubenstein, Promoting
in elderly women. J Nutr Health Aging, physical activity and exercise in older
2000. 4(2): p. 85-90 adults. J Am Med Dir Assoc, 2006. 7(5): p.
4. Kurpad, A.V. and M. Vaz, Protein and 310-4
amino acid requirements in the elderly. 18. James W Krieger1, Harry S Sitren1,
Eur J Clin Nutr, 2000. 54 Suppl 3: p. S131- Michael J Daniels1, and Bobbi Langkamp-
42 Henken. Effects of variation in protein
5. Adam Drewnowski and William J. Evans. and carbohydrate intake on body mass
Nutrition, Physical Activity, and Quality of and composition during energy
Life in Older Adults.Journals of restriction: a meta-regression. The
Gerontology: SERIES A.2001; Vol. 56A: American Journal of Clinical
89–94 Nutrition.2006; vol. 83 no. 2: 260-274
6. Hutton B, Feine J, Morais J. Is there an 19. Samaptaningtyas, Ravi. 2006.
association between eduntulism and Perbandingan status gizi antara lansia
nutritional state?. J Can Dent Assoc yang tinggal di panti tresna werdha budi
2002;68(3):182-7 luhur dengan lansia yang tinggal mandiri.
7. Castaneda, C., Muscle wasting and [artikel penelitian]. Yogyakarta: Fakultas
protein metabolism. J Anim Sci, 2002. 80: Kedokteran Universitas Muhamadiyah
p. E98-E105. Yogyakarta.

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 58


M. Agung Prasetya Adyana Yoga | The Association Between Intake of Energy, Protein and Physical Activity
with Nutritional Status of Elderly People Living in Nursing House

20. Nisa K. 2006. Perbedaanasupan energy, kabupaten jember.[executive summary].


protein, aktivitasfisikdan status gizi pada Jember. Universitas Jember.
lansia di panti dan non panti [artikel
penelitian]. Semarang: Universitas
Diponegoro.
21. Rusilanti dan Klara. 2006. Aspek
Psikososial, aktivitasfisik, dan konsumsi
makanan lansia di masyarakat. Jurnal gizi
dan pangan. Bogor. 1(2) : 1-7
22. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2009.
23. Boedhi B. 2009. Buku ajar boedhi
darmojo geriatri. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
24. Chodzko-Zajko, W., Exercise and Physical
Activity for Older Adults. Medicine &
Science in Sports & Exercise, 2009. 41(7):
p. 1510-1530
25. Burton, L.A. and D. Sumukadas, Optimal
management of sarcopenia. Clin Interv
Aging, 2010. 5: p. 217-28
26. Arisman. 2010. Buku ajar ilmu gizi : gizi
dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC.
27. Fatmah. 2010. Gizi usia lanjut. Jakarta:
Erlangga
28. Funderberg KM, Mathews MK. Special
topics in age-related risks:unique
nutrition issues in the older adult. In:
Sharlin J, Edelstein S. Essentials of life
cycle nutrition. USA:Jones and Barlett
Publisher;2011.
29. Senam vitalisasi otak lebih meningkatkan
fungsi kognitif kelompok lansia daripada
senam lansia di Balai Perlindungan Sosial
Provinsi Banten [internet]. Bali: Unud;
2011 [disitasi 2011 November 29].
Tersedia dari :
http://pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/u
nud-680-tesisfinalhjstrohanaoke.pdf.
30. Sanni M. 2011. Hubungan antara
penampilan dan rasa makanan di panti
tresna werdha budhi pertiwi bandung.
[skripsi]. Bandung.
31. Akmal HF. 2012. Perbedaan asupan
energi, protein, aktivitas fisik, dan status
gizi antara lansia yang mengikuti dan
tidak mengikuti senam bugar lansia.
[artikel penelitian]. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
32. Oktariyani. 2012. Gambaran status gizi
pada lanjut usia di panti sosial tresna
werdha budi mulya 01 dan 03 jakarta
timur.[skripsi]. Depok. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
33. Rohmawati N. 2013. Anxiety, asupan
makanan, dan status gizi pada lansia di

J MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 | 59

You might also like