DAFTAR ISI

TABLE OF CONTENTS

Halaman/ Page

1. PENDAHULUAN/ INTRODUCTION 7
1.1. TUJUAN/ Purpose 7
1.2. RUANG LINGKUP/ Scope 7
1.3. PENERAPAN/ Application 7
1.4. DEFINISI/ Defenition 8

2. KOMITMEN DAN KEPEMIMPINAN MANAJEMEN/

MANAGEMENT COMMITMENT AND LEADERSHIP 8

3. ORGANISASI/ ORGANIZATION 10
3.1 Struktur Organisasi/ Management Structure 10

4. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB/ ROLES AND RESPONSIBILITIES 10

4.1 Manager Proyek/Project Manager 10
4.2 Construction Area/Site Superintendent 11
4.3 Construction Equipment Superintendent 12
4.4 HES Superintendent 12
4.5 HES Supervisor 13
4.6 HES Inspector 14
4.7 Seluruh Karyawan/ All Employees 14

5. PELAKSANAAN RENCANA KERJA YANG TERPADU DENGAN PROGRAM FSWP DAN BBS /
IMPLEMENTATION WORK PLAN INTEGRATED WITH FSWP AND BBS PROGRAM 15

5.1 ATURAN UMUM PROYEK/ GENERAL PROJECT RULES 16

5.1.1 Alat Pelindung Diri/ Personal Protection Equipment 17
5.1.2 Rambu-rambu, Sinyal, Barikade dan Pencahayaan/
Signs, Signals, Barricades and Lighting 20

5.2 PROSEDUR KERJA/ WORK PROCEDURES 21

5.2.1 Prosedur Penggalian dan Ijin untuk Menggali/Excavation Procedure
and Permit to Dig 21
5.2.2 Prosedur Pelabelan tanda bahaya/Isolation and Danger Tag Procedure 22
5.2.3 Prosedur memasuki ruang terbatas/Confined Space Entry Procedure 23
5.2.4 Pencegahan Jatuh/Fall Prevention / Working from Heights Procedure 26
5.2.5 Ijin Kerja Umum/General Work Permit 26
5.2.6 Ijin Keselamatan/Safety Permit (Working Near Power Line) 27
5.2.7 Prosedur Ijin Pekerjaan Panas/ Hot Work Permit Procedure 27
5.2.8 Peralatan Listrik/Electrical Equipment - Inspection, Testing and Tagging
Procedure 28
5.2.9 Ijin Memasuki Area Voltase Tinggi/ High Voltage Access Permit 29
5.2.10 Traffic Management 29
5.2.11 Prosedur Radiasi/Radiation Procedures 30
5.2.12 Perlindungan Kebakaran/Fire Protection 32
5.2.13 Penegakan Tiang/Steel Erection 33
5.2.14 Rencana tindakan darurat proyek/Project Emergency Action Plan 34

5.3 STANDAR HES AREA KERJA/WORK AREA HES STANDARDS 35

5.3.1 Tangga-tetap dan yg mudah dibawa/Ladders - Fixed and Portable 35
 5.3.2 Permukaan dan Lantai/Surfaces and Floors 36
5.3.3 Belisting dan Penopang/Formwork and Shoring 36
5.3.4 Pengamana/Guards, Handrails and Platform Hole Covers 37
5.3.5 Perancah/Scaffolding 38
5.3.5.1 Tangga Gantung/Suspended scaffolds 39
5.3.5.2 Pelabelan Tangga/Scaffold Tagging 40
5.3.6 Kotak kerja/Work Boxes, Lift Boxes and Rigging Equipment 40
5.3.7 Peralatan Slinging dan Rigging/Rigging and Slinging Equipment 42
5.3.8 Peralatan Tangan tenaga Mesin/Hand and Power Tools 43
5.3.9 Tabung Gas/Gas Cylinders 44
5.3.10 Pembongkaran lantai/Floor and Wall Openings and Stairways 45

5.4 STANDAR KESELAMATAN PERALATAN/EQUIPMENT SAFETY STANDARDS 46

5.4.1 Pengangkatan Peralatan dan Lokasi tetap/Conveying Equipment
and Fixed Plant 46
5.4.2 Crane Tiang dan Monarail/Fixed, Davit, Pillar and Monorail Cranes
47
5.4.3 Mobile Cranes 48
5.4.4 Penyanggah dan Gerinda/Pedestal Drills, Grinders and Buffers 49
5.4.5 Kipas Angin dan blower portable/Fans and Blowers - Portable 49
5.4.6 Pompa Portable/Pumps - Portable 50
5.4.7 Alat Angkat dan Mesin Derek/Lifting Equipment and Winches 50
5.4.8 Pengelasan dan Pemotongan dgn Gas/Welding and Gas Cutting 51
5.4.9 Penyimpanan dan Penangan Tabung Gas/Gas Cylinder Handling Storage 53
5.4.10 Selang-Udara, air, hidrolik dan Gas/Hoses - Air, Water, Hydraulic and Gas 55
5.4.11 Peralatan bertenaga Mesin/Portable Power Equipment 55
5.4.12 Equipment penghancur beton dan tembok/Concrete and Brick Cutting
Equipment 56
5.4.13 Equipment air bertekanan tinggi/Equipment air bertekanan tinggi/
High Pressure Water Equipment 57
5.4.14 Peralatan Portable/Portable Tools 58
5.5 KESELAMATAN KENDARAAN BERMOTOR/MOTOR VEHICLE SAFETY 59
5.5.1 Standar Perlindungan benda terguling dan jatuh/Roll-Over
Protection and Falling Object Protection Standards (ROPS/FOPS) 60
5. 5.2 Kebijakan untuk alat berat/Heavy Mobile Equipment/Light
Vehicle/Pedestrian Interface Policy
60

5.6. STANDAR KESELAMATAN LISTRIK/ELECTRICAL SAFETY STANDARDS 61

5.6.1 Proyek Pemasangan ListrikElectrical Installation on Construction Projects 61
5.6.2 Kabel Ektensi/Flexible Cords/Extension Leads 62
5.6.3 Mesin generator dan Las/Generators and Welding Machines 62
5.6.4 Pekerjaan dibawah Jalur Kabel Listrik/Overhead Power lines 64

5.7 INSPEKSI DAN PENGAWASAN KESEHATAN/INSPECTIONS & HEALTH SURVEILLANCE

(PROJECT MEDICAL) 64
5.7.1 Inspeksi/Inspections 64
5.7.2 Pengawasan Kesehatan/Health Surveillance 65
5.7.3 Kebisingan/Noise 65
5.7.4 Debu, Busa, Kabut, Gas dan Asap/Dust, Fumes, Mists, Gases and Vapors 66

5.8 STANDAR KESELAMATAN MATERIAL BERBAHAYA/

HAZARDOUS MATERIALS SAFETY STANDARDS 67

5.9 AKSES UNTUK KARYAWAN PROYEK/EMPLOYEES PROJECT ACCESS 68

5.9.1 Data Rincian Karyawan/MW Employee Details 68

 5.9.2 Induksi HES dan Ijin Akses /HES Induction and Issue of Access Passes 69
5.9.3 Pass Karyawan Employees Passes 70
5.9.4 Penanganan data Karyawan Maintenance of Employees Records 71
5.9.5 Ringkasan HES induction dan Pass Akses Project/Summary of HES
Induction and Project Access Passes 71

5.10 KENDARAAN KECIL PROYEK/ LIGHT VEHICLE PROJECT ACCESS 72

5.10.1 Pembatasan Proyek /Project Restrictions 72
5.10.2 Batas Kecepatan /Speed Limits 73
5.10.3 Kendaraan untuk Transportasi Karyawan /
Vehicles for Transport of Employees 73
5.10.4 Inspeksi Kendaraan /Vehicle Inspections 74
5.10.5 Alat Berat dan Kendaraan bermotor/ Equipment and Motor Vehicles 75
5.10.6 Pass Kendaraan/Vehicle Passes 76
5.10.7 Izin Pengemudi/Drivers Licenses 77
5.10.8 Transportasi Project – Beban yang tidak standard Project Transportation
- Non Standard Loads 77

5.11 AKSES LOKASI DAN PROJECT EQUIPMENT/ PLANT AND EQUIPMENT PROJECT
ACCESS 77
5.11.1 Lokasi yang diklasifikasikan /Classified Plant 77
5.11.2 Crane dan Derek/ Cranes and Derricks 78
5.11.3 Sertifikat, Permit dan Ijin Mengemudi/Mengoperasi /Licenses, Permits and
Certificates 79
5.11.4 Operator Alat Berat /Plant and Equipment Operators 80
5.11.5 Penempatan Kembali Plant yang diklasifikasikan/Relocation of
Mobile Classified Plant 80
5.11.6 Identifikasi Alat dan Peralatan /Identification of Tools and Equipment 81

5.12 Akses Perpindahan Alat Berat/Heavy Mobile Equipment Access 81

6. LINGKUNGAN/ ENVIRONMENTAL 81

6.1 Tanggung Jawab/Responsibilities 81

6.2 standar dan prosedur kerja/Standards And Work Procedures 82
6.2.1 Pelaporan Insiden Lingkungan/Environmental Incident Reporting 82
6.2.2 Kebocoran dan Pembersihan/Spill Control and Clean-Up 82
6.2.3 Kebersihan dan Manajemen Limbah/Waste Management and Housekeeping 83
6.2.4 Perlindungan Hewan dan Tumbuh-tumbuhan/Flora and Fauna Protection 87
6.2.5 Perlindungan Hewan Liar/Wildlife Protection 87
6.2.6 Manajemen Kualitas Udara/Air Quality Management 87
6.2.7 Material Berbahaya/Hazardous Materials 87
6.2.8 Program Pencegahan Penyalahgunaan Zat-Zat Terlarang/Substance
Abuse Prevention Program 88

7. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KONTRAK/

CONTRACT MANAGEMENT AND ADMINISTRATION 88

7.1 Umum/General 88
7.2 Prosedur Penyimpanan/Stores Procedures 88
7.2.1 Umum/General 88
7.2.2 Material yg disediakan/MW Supplied Materials 89
7.2.3 Material yg dikeluarkan/Material Removed from Project 89
7.3 Pertemuan dan Laporan/Meeting and Reports 90
7.3.1 Umum/General 90
7.3.2 Laporan Jumlah Tenaga Kerja/Manpower Report 90
7.3.3 Pertemuan Keselamatan/HES Meetings 91

8. PENCEGAHAN INSIDEN HES/HES INCIDENT PREVENTION 91

8.1 Umum/General 91
8.2 Laporan dan Pemantauan HES/HES Monitoring and Reporting 92
8.3 Komunikasi/Communications 93
8.4 Perubahan Manajemen/Management of Change 93
8.5 Audits 94
8.5.1 Inspeksi Terencana/Planned Inspections 94
8.5.2 Pengauditan Proyek/Project Audits 94

8.6 Manajemen Insiden/ Incident Management to Manage Lagging Indicator 95

8.6.1 Laporan Insiden/Accident and Incident Reporting 95
8.6.2 Pengurusan Insiden Kritikal/Critical Incident Management 97

8.7 Indikator Unjuk Kerja/Performance Indicators 97

8.8 Program Penghargaan/Recognition and Awards Programs 98

9. PERENCANAAN PELATIHAN /TRAINING PLAN 99

9.1 Orientasi karyawan/Employee Orientation 99

9.2 Pelatihan Mengemudi yg aman/Defensive Driving Course 100
9.3 Fundamental Safe Work Practices (FSWP) 100
9.4 Pelatihan Supervisor/Supervisor Training 101
9.5 Pelatihan Tugas Khusus/Specific Task of Training 101

10. PEKERJAAN KANTOR TUJUAN/OFFICE PRACTICE 102

10.1 Keikutsertaan Karyawan/Employee Involvement 102
10.2 Lingkungan Kantor yg Tertata/Sustainable Office Environment 102
10.3 PERALATAN ELEKTRONIK PORTABLE, PEMANTIK API/KOREK API DAN ROKOK/
Smoking, Matches and Lighters and Portable Electronic Equipment 103
10.4 MODIFIKASI, PENGUJIAN, INSPEKSI DAN PERAWATAN/Maintenance, Inspection,
Testing and Modification 103
10.5 Panduan HES/Office HES Manual 104
10.6 Prosedur Kerja HES Kantor/Office HES Work Procedures 104

11. PROGRAM PENGELOLAAN INDIKATOR LEADING/PROGRAM TO MANAGE LEADING INDICATOR 104

11.1 Management Involvement 105
11.2 Keikutsertaan Karyawan/Employment Involvement 105
11.3 Komunikasi HES/HES Communication 106
11.3.1 Data Pertemuan/Record of Meetings 106
11.3.2 Laporan dan Penyelesaian Masalah HES/Reporting and Resolving HES Issues 106
11.3.3 Tindakan Disiplin HES/HES Disciplinary Actions 107
11.3.4 Vehicles of HES Communication 107
11.3.5 Toolbox Meetings 107

11.5 Identifikasi Bahaya/Hazard/Risk Identification 108

11.5.1 Metode Identifikasi Bahaya/Methods of Hazard Identification 110
11.5.2 Kembangkan Solusi dan Sistem Kendali/Develop Solutions / Controls 111
11.5.3 Sistem Pendekatan Pengelolahan Resiko dan bahaya/Systems Approach to
Managing Hazards and Risks 111

11.5.4 Job Safety Analysis (JSA) 112

11.5.5 Perencanaan Kegiatan/Planning of Activities 113
11.5.6 Pengurusan dan Penilaian Resiko/Risk Management and Assessment 113
11.6 Penanganan Keadaan Darurat/Emergency Response 123
11.7 Pengurusan Kesehatan dan Cidera Kerja/
Occupational Health and Injury Management 125
 11.8 Bekerja Sendiri/Working Alone 126
11.9 Pengurusan Kelelahan/Fatigue Management 126
11.10 Serah Terima HES/HES Hand Over 126

12. BEBAS INSIDEN DAN CIDERA/INCIDENT AND INJURY FREE 127

1. PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
Tujuan dari perencanaan kerja HES ini adalah
untuk merumuskan persyaratan dan ketentuan
Kesehatan, Lingkungan, dan Keselamtan (HES)
umum untuk kegiatan konstruksi.
1.2. RUANG LINGKUP
Perencanaan kerja ini menyediakan persyaratan
HES minimum untuk:
• Pemenuhan Tanggung Jawab
• Pelaksanaan Rencana Kerja
• Memasuki Fasilitas
• Keselamatan Kendaraan Bermotor
• Merokok
• Izin kerja
• Pengujian Tekanan
• Bahan Peledak dan Material Berbahaya
• Perlindungan Kebakaran dan Penanganan
Darurat
• Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan/ P3K
• Alat Pelindung Diri
• Kebersihan
• Laporan Insiden dan Keselamatan
• Keselamatan Berdasarkan Perilaku
• Perlindungan Lingkungan
• Program Pelatihan Karyawan Jangka Pendek
• wewenang Penghentian Kerja dan Penundaan
Pekerjaan
• Pelatihan
• Lain - Lain
• Ketentuan Khusus lainnya
1.3. PENERAPAN
Rencana kerja ini di terapkan untuk pekerjaan
Package No.3B Cikande-Bitung Distribution dan
aktifitas pelaksanaan.
1. INTRODUCTION
1.1. PURPOSE
The purpose of this HES Work Plan is to define
the Health, Environmental, and Safety (HES)
requirements and guidelines that are common
to Construction Execution activities.
1.2. SCOPE
This Work Plan provides the minimum HES
company requirements for:
• Responsibility for Compliance
• Implementation of Work Plan,
• Entrance to Property,
• Motor Vehicle Safety,
• Smoking,
• Permit To Work,
• Pressure Testing,
• Explosives and Hazardous Materials,
• Fire Protection and Emergency Response
• Medical Aid
• Personal Protective Equipment,
• Housekeeping,
• Incident and Safety Reporting,
• Behavior-Based Safety,
• Environmental Protection,
• Short Service Employee Program,
• Stop Work Authority and Suspension of
Work,
• Training,
• Miscellaneous,
• Other Specific Provisions.
1.3. APPLICATION
This Work Plan applies to Construction Services
Contract of Package No.3B Cikande-Bitung
Distribution and execution activities.
1.4. DEFINISI 1.4. DEFENITION

Keunggulan Operasi (OE) adalah manajemen Operational Excellence (OE): is the

sistematis untuk keselamatan, kesehatan, systematic management of safety, health,
lingkungan, terjamin dan efesien untuk mencapai environment, reliability and efficiency to
prestasi kelas dunia. achieve world-class performance.

Visi dan Nilai-nilai OE: OE Vision and Value:

Agar dikenal dan dikagumi oleh industri dan To be recognized and admired by industry and
komunitas bertaraf kelas dunia dalam the communities as world class in safety,
keselamatan, kesehatan, lingkungan, terjamin dan health, environment, reliability and efficiency.
efisien.

Sasaran OE OE Objectives
• Mendapatkan tempat kerja yang bebas cidera • Achieve an injury-free workplace
• Mengurangi tumpahan dan insiden lingkungan. • Eliminate spills and environmental
• Mengidentifikasi dan memperkecil resiko incidents. Identify and mitigate key
lingkungan yang tinggi environmental risks
• Mengupayakan tempat kerja yang sehat dan • Promote a healthy workplace and mitigate
memperkecil resiko kerja significant health risks
• Mengantisipasi kecelakaan dengan penjaminan • Operate incident-free with industry-
asset penting industri. leading asset reliability
• Memaksimalkan efesiensi penggunaan sumber • Maximize efficient use of resources and
daya dan asset assets
PGN,PT : Perusahaan Gas Negara,PT
Multi Structure-Waskita : Contractors (MW)
ANSI : American National Standards Institute
PMT : Project Management Team, consisting Project
Manager Area/ Site Superintendent, HES
Superintendent and Construction Equipment
Superintendent
Employee : any person working directly for Multi Structure-
Waskita,
including temporary, seasonal, and full time
MSDS : Material Safety Data Sheet
PPE : Personal Protective Equipment

2. KOMITMEN DAN KEPEMIMPINAN MANAJEMEN 2. MANAGEMENT COMMITMENT AND

Merupakan komitmen MW untuk menyelesaikan
proyek dengan tanggung jawab dan cara etika yang
melindungi keselamtan dan kesehatan
karyawannya. MW akan bekerja sebagaimana
disyaratkan untuk memepertahankan lingkungan
LEADERSHIP
It is MW commitment to complete the Project
in a socially responsible and ethical manner
that protects the safety and health of its
employees. MW will work within
dan memaintain kepatuhan terhadap kebijakan the requirements to safeguard environment and
PGN,aturan dan peraturan. maintain compliance with PGN HES Policy, rules
and regulation
MW menegaskan bahwa:
MW affirms that:
• Kami menjadikan kesehatan dan keselamatan ƒ We hold health and safety among our
sebagai prioritas utama (nilai tertinggi)) highest values
• Kesehatan dan keselamatan adalah tanggung ƒ Health and safety are everyone’s
jawab setiap orang responsibility
• Kecelakaan dan Cedera dapat dicegah ƒ All accident and injuries are preventable
• Seluruh karyawan memahami nilai aktif, gaya ƒ All employees understand the value of
hidup yang sehat. active, healthy lifestyles
• Matrik Kesehatan dan Keselamatan adalah ƒ Health and safety metric are key indicator of
indikator kunci untuk meraih keunggulan organizational excellence
organisasi.

MW menganggap bahwa kecelakaan dan MW feel that accident and loss prevention is
pencegahan kerugian merupakan fungsi a line management function and that
manajemen dan bahwa setiap manager, every manager, supervisor, and crew
supervisor dan crew leader memiliki tanggung leader bears direct responsibility for the
jawab secara langsung untuk keselamatan setiap safety of every employee under his/her
karyawan dibawah pimpinannya. direction.

MW menimbang bahwa kesehatan dan MW must consider health and safety in

keselamatan pada setiap keputusan yang dibuat
dan didalam aktifitas yang dilakukan. Kami peduli
tentang kesehatan dan keselamatan dan
keselamatan sebagai rekan kerja, keluarga
mereka, komunitas, klien kami dan pengunjung.
every decision we make and in every
activity we perform. We care about the
health and safety of fellow employees, their
families, their communities, our client and
visitors.

MW harus memastikan kondisi yang sehat dan
aman untuk masing-masing
karyawannya,sebaliknya kami berharap dan
menekan bahwa masing-masing karyawan
mengingat kewajiban mereka untuk melakukannya
sendiri yang bukan hanya untuk keselamatan
mereka sendiri tapi juga rekan-rekan sekerja
mereka.
Konsistensi terhadap kewajiban ini merupakan
tugas masing-masing karyawan untuk memastikan
semua kebijakan keselamatan dapat diterapkan,
aturan dan peraturan, dan untuk melaporkan
kondisi yang tidak aman kepada Supervisor tanpa
keragu-raguan.
MW must provide safe and
healthful conditions for each of its
employees, in return we expect and insist
that each employee recognize their
obligation to conduct themselves with due
regard not only for their own safety but for
the safety of their fellow employees as well.
Consistent with this obligation is the duty of
each employee to conform to all applicable
safety policies, rules and regulations, and to
report any unsafe conditions to their
supervisor without hesitation.
3. ORGANISASI 3. ORGANIZATION

3.1 STRUKTUR MANAJEMEN 3.1 MANAGEMENT STRUCTURE

Tanggung jawab organisasi untuk mencapai Organizational responsibility for achieving MW

sasaran HES MW dipegang oleh Project Manager.
Tanggung jawab itu secara berurutan dimulai
dari Proyek Manager kepada Manajemen dan
karyawan secara umum. Seluruh karyawan
diharapkan untuk berkonsultasi dan secara luas
seutuhnya menggunakan otoritas mereka untuk
menilai, dan mengontrol resiko yang berhubungan
dengan kegiatan MW.
HES objectives rest ultimately with Project
Manager. However, that responsibility passes
successively from Project Manager to line
management and to employees generally. All
employees are required to work in consultation
and to the full extent of their respective
authorities to proactively identify, assess, and
control risk associated with MW activities.

Stuktur Organisasi dapat digambar sebagai The Organization Structure is as depicted in

berikut: the following Organizational Chart;

Project Manager
PROJECT MANAGER

HES SUPERINTENDENT
HES Superintendent

SR.SUPERVISOR

SUPERVISOR

SUPERVISOR
4. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 4. ROLES AND RESPONSIBILITIES

4.1. MANAJER PROYEK 4.1 PROJECT MANAGER

Tanggung Jawab Responsibilities:

• Menyediakan lingkungan yang melindungi
seluruh karayawan dan umum dengan kebijakan
HES MW;
• Memberikan pengarahan dan dukungan untuk
pelaksanaan kebijakan HES MW dan system
Manajemen
• Menyediakan Sumber daya yang cukup untuk
mendukung inisiatif HES MW yang disetujui
• Provide an environment that protects all
employees and the general public using the
implementation of MW HES Policy;
• Provide overall direction and support for the
implementation of MW HES Policy and
Management System; and
• Provide sufficient resources to support
approved MW HES initiatives.

Tugas Tasks:
• Mereview pengajuan dan menyetujui alokasi • Review proposals and approve the allocation
sumber daya untuk inisiatif HES yang efektif dan of resources for practical and effective HES
praktis. dan, initiatives and,

• Memastikan bahwa Prosedur-prosedur HES • Verify that specific HES Procedures are in
tersedia untuk kegiatan lapangan yang place for site activities required by the
dibutuhkan oleh klien. client.

4.2 AREA/ SITE SUPERINTENDENT KONSTRUKSI 4.2. CONSTRUCTION AREA/ SITE

SUPERINTENDENT
Tanggung Jawab: Responsibilities:
• Bertanggung jawab untuk meninjau hal-hal • Accountable for critical review of
khusus yang bersifat kritikal pada engineering engineering specifications in terms of
dengan standar HES pada bagian HES standards at the design stage;
pendesainan; • Encourage the proactive involvement of
• Menganjurkan keterlibatan seluruh karyawan all employees in managing the HES
secara proactive dalam mengurus program program;
HES; • Accountable for the suitability of MW to
• Bertanggung jawab pada kesesuaian work safely on the project;
MWuntuk bekerzja dengan selamat pada • Accountable for overall HES performance
proyek. on the project
• Bertanggung jawab untuk seluruh
pelaksanaan HES di Proyek. Tasks:
Tugas • Continuously monitor MW HES
• Secara berkelanjutan memonitor indicator performance indicators and project
pelaksanaan dan laporan penginspeksian inspection reports;
proyek;
 • Memonitor kelengkapan pembelajaran bahaya
terhadap jadwal project; dan
• Mempercepat solusi atau hasil rekomenadasi
yang diidentifikasi tinjauan yang berhubungan
dengan HES.
• Monitor the completion of hazard studies
against the project schedule; and
• Expedite the final solution or outcome of
recommendations that are identified in
the HES-related reviews

4.3 SUPERINTENDENT ALAT KONSTRUKSI 4.3 CONSTRUCTION EQUIPMENT

SUPERINTENDENT

Tanggung Jawab: Responsibilities:

• Memastikan penggunaan heavy equipment • Provide safe heavy equipment usage, and
yang selamat, dan penugasan untuk masing- assignment to each project or
masing proyek dan konstruksi; construction;
• Melakukan kunjungan diluar area • Visit outlying areas improving safety
meningkatkan keselamatan supir/ operator amongst drivers/operators and shall
dan harus memiliki seluruh izin yang possess all necessary licenses,
diperlukan, pendaftaran dan sertifikat yang registrations and certificates in
berhubungan dengan persyaratan accordance with statutory requirements
perundang-undangan yang mensyaratkan which qualify them as competent
mereka sebagai driver competent; driver/operators;
• Bertanggung jawab terhadap seluruh • Accountable for overall HES performance
pelaksanaan HES di Proyek. on the project

Tugas Tasks:
• Secara berkelanjutan memonitor • Continuously monitor MW HES
pelaksanaan indicator HES MW dan laporan performance indicators and project
inspeksi equipment. equipment inspection reports
• Memonitor kelengkapan pembelajaran • Monitor the completion of hazard studies
bahaya pada terhadap pengoperasian against equipment operation and
equipment dan pemeliharaan; dan maintenance; and
• Mempercepat hasil rekomendasi yang • Expedite the final solution or outcome of
mengidentifikasikan hal-hal yang berkaitan recommendations that are identified in
dengan HES. the HES-related reviews

4.4 SUPERINTENDENT HES 4.4 HES SUPERINTENDENT

Tanggung Jawab Responsibilities:

• Memastikan program HES memenuhi permintaan • Ensure the HES program fulfills project
proyek. requirements.
• Memastikan HES memiliki karyawan-karyawan • Ensure HES team consist of competence
yang berkompeten. employees
• Memastikan program HES terlaksana diseluruh • Ensure the HES program is implemented in
area proyek. whole project area
Tugas
• Menyusun, meninjau ulang dan mengembangkan
program HES
• Menyusun, berkoordinasi dan berpatisipasi
dalam program pelatihan training dilapangan.
• Berkoordinasi dan mengevaluasi keeffektifan
seluruh elemen program (seperti: auditing,
rencana, dan lain-lain)
• Mengkoordinasikan penginvestigasian kecelakaan
dan kejadian.
• Meninjau ulang seluruh elemen dan penilaian
resiko
• Memelihara komunikasi dengan perwakilan HES
Klien berkaitan dengan Kesehatan, Lingkungan
dan Keselamatan.
• Berpartisipasi pada kegiatan yang dilaksanakan
oleh PGN dalam hal-hal terkait masalah
Kesehatan, Lingkungan dan Keselamatan.
4.5 SUPERVISOR HES
Tanggung Jawab:
• Memastikan program HES terlaksana
dibawah area tanggung jawabnya.
• Memastikan bahwa seluruh laporan/temuan
kondisi yang tidak selamat/ pelaksanaan
kerja yang tidak selamat menjadi perhatian
terhadap pengurusan lapangan dan segera
diperbaiki.
Tugas
• Menyusun, berkoordinasi dan berpartisipasi
dalam program pelatihan keselamatan
didalam area pengontrolannya.
• Meninjau ulang seluruh metode dan
penialain resiko.
• Membuat job deskripsi untuk HES Inspector
agar memastikan bahwa area pengontrolan
diberikan pada tingkat yang diinginkan
untuk pendukungan keselamatan dan
perhatian.
• Berpartisipasi secara aktif dalam investigasi
kecelakaan/ kejadian.
Tasks:
• Manage, review and develop HES Program
• Arrange, coordinate and participate in the
site safety-training program.
• Coordinate and evaluate the effectiveness of
all program elements (such as auditing,
incentive schemes, training, toolbox talk
programs, etc.)
• Coordinate accident/incident investigations
• Review all method statements and risk
assessments.
• Maintain communication with client HES
Representatives in dealing with all Health,
Environment and Safety.
• Participate in the activities performed by
PGN related to Health, Environment and
Safety issues
4.5 HES SUPERVISOR
Responsibilities :
• Ensure the HES program is implemented
under his responsibilities area.
• Ensure that all safety reports/findings of any
unsafe conditions/practices are brought to
the attention of field management and those
are immediately corrected.
Tasks:
• Arrange, coordinate and participate in the
safety-training program in his control areas.
• Review all method statements and risk
assessments.
• Issue job description to HES Inspector to
ensure that the respective control areas are
given in the required level of safety support
and attention.
• Actively participate in accident/incident
investigations.
 • Membantu dalam pengembangan • Assist in developing Job Safety Analyses.
penganalisaan Keselamatan Kerja. • Maintain communication with PGN HES and
• Memelihara komunikasi dengan perwakilan Project Representatives in dealing with all
project dan HES PGN dalam melaksanaan HES issues.
kegiataj-kegiatan HES.

4.6 INSPEKTUR HES 4.6 HES INSPECTOR

Tanggung Jawab: Responsibilities:

• Memastikan pekerjaan konstruksi diruang • Ensure construction works’ in his area scope
lingkup kerja memenuhi prosedur HES compliance to Project HES Procedures and
Proyek dan prektek kerja selamat. safe working practices.
• Secara aktif mempromosikan dan • Actively promote and participate in the
berpartisipasi dalam program keselamatan project safety program.
kerja.

Tugas:
• HES Inspector harus menilai tempat kerja
perhari untuk memastikan pekerjaan
konstruksi memenuhi prosedur keselamatan
dan praktek kerja selamat.
• HES Inspector harus mengingatkan atau
mengarahkan supervisor untuk memperbaiki
kondisi kerja yang tidak selamat atau
pelanggaran yang ditemukan. HES Inspector
akan melakukan follow up untuk
memastikan tindakan perbaikan segera
dilakukan.
• Hasil dari penilainnya mencakup masukan
atau tindakan perbaikan yang dilakukan
harus didata pada formulir inspeksi dan
dilaporkan kepada Supervisor HES.
• Membantu HES Supervisor dan HES
Superindent dalam melakukan investigasi
kecelakaan/ kejadian.
Tasks:
• HES Inspector shall assess the job site daily
to ensure construction works’ compliance to
Project Safety Procedures and safe working
practices.
• HES Inspector shall advise or direct the work
supervisors to correct any unsafe work
conditions or any violations detected. HES
Inspector will conduct a ‘follow-up’ to make
sure the corrective action has been taken
immediately.
• Result of his assessment including advice or
corrective action taken shall be recorded on
inspection form and reported to HES
supervisor.
• Helping HES Supervisor and HES
Superintendent in conducting
accident/incident investigations.

4.7 SELURUH KARYAWAN 4.7 ALL EMPLOYEES

Responsibilities: Responsibilities:
• Bekerjasama dengan Inspektur HES MW • Co-operate with MW HES
saat dibutuhkan dan secara konstruktif Inspectorwhere appropriate and
berpartisipasi dalam program pengurusan HES; constructively participate in the HES
Management program;
• Memenuhi persyaratan HES MW yang
diterapkan untuk setiap pekerjaan individu.
• Bekerja dalam kompetensi yang dimiliki;
• Mematuhi prosedur untuk melindungi
keselamatan seluruh karyawan, dan umum;
• Secara proaktif terlibat dalam program
keselamatan; keterlibatan ini bisa mencakup
beberapa aspek dari perencanaan, penyelesaian
masalah, penyusunan prioritas, pelatihan, dan
umum;
• Menganalisa ruang lingkup kerja (i.e.,
melakukan dan berpartisipasi dalam JSA) untuk
mengindentifikasi dan menilai bahaya demi
terciptanya pengembangan metode kerja yang
selamat.
Dalam memenuhi kepedulian individu, seluruh
karyawan akan:
• Waspada dan bekerja untuk kesehatan dan
keselamatan mereka sendiri dan rekan kerja
yang lain ditempat kerja;
• Mentaati seluruh pengarahan pekerjaan yang
selemat yang di berikan ditempat kerja;
• Tidak menyalahgunakan dan merusak peralatan
kerja; dan
• Memakai semua pakaian dan alat pelindung yang
tepat dan benar.
Tugas
• Menjaga area kerja rapi dan sesuai dengan
ketentuan peraturan yang diberikan oleh MW;
• Melaporkan setiap cedera personil, kejadian,
nearmiss, dan bahaya sesegera mungkin;
• Menggunakan APD yang tepat dan peralatan
sebagaimana yang ditetapkan didalam
persyaratan proyek dan kerja;
• Melaporkan semua pelanggaran terhadap
praktek kerja selamat.
• Comply with MW HES
requirements that apply to an individual’s
work;
• Work within competencies held;
• Adhere to procedures to protect the safety of
all employees, and the general public;
• Proactively be involved in the HES program;
this involvement may include some aspects of
planning, problem solving, priority setting,
training, and improving work practices and
• Analyze the work scope (i.e., conduct and or
participate with JSAs) to identify and assess
HES hazards and to provide for the
development of safe work methods.
In compliance with an individual’s “duty of
care”, all employees will:
• Be aware of and work for the health and
safety of themselves and others in the
workplace;
• Comply with all safe-working directions given
in the workplace;
• Not misuse or damage any equipment; and
• Wear all appropriate protective clothing and
equipment.
Tasks:
• Keep work area in an orderly condition and
comply immediately with any lawful directive
given by MW;
• Report all personal injuries, incidents, near
misses, and hazards immediately;
• Use correct PPE and equipment as stated by
the project and work requirements;
• Report all breaches of safe working
practices.
5. PELAKSANAAN RENCANA KERJA YANG
TERPADU DENGAN PROGRAM FSWP DAN BBS.
Bagian ini menyediakan referensi yang
berhubungan dengan prosedur HES yang dapat
diterapkan untuk pekerjaan MW diproyek.
MW bertanggung jawab untuk memastikan
standarddan prosedur ini berhubungan
dengan standar ketentuan proyek dan prosedur
terpenuhi selama pelaksanaan kontrak kerja.
Kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
spesifikasi proyek yang dapat diterapkan akan
secara umum dikomunikasikan kepada seluruh
karyawan pada saat Orientasi HES awal dan
perubahan prosedur yang ada akan diinformasikan
melalu bulletin HES proyek dan pertemuan-
pertemuan HES yang ada.
5.1. PERATURAN PROYEK SECARA UMUM
MW harus memperhatikan peraturan project
sebagai berikut:
a) Masing-masing orang yang bertanggung jawab
diproyek harus memastikan bahwa pekerjaan
konstruksi dikerjakan oleh orang yang tepat
b) Minuman atau obat-obatan yang memabukkan
(kecuali dengan resep dokter) tidak
dibenarkan berada dilokasi proyek. Orang-
orang dibawah pengaruh obat-obat terlarang
atau alkohol tidak dibenarkan memasuki
proyek.
c) Membawa senjata api/ senjata tajam tidak
diizinkan dilokasi kerja.
d) Perjudian, permainan kasar, dan perkelahian
tidak dibenarkan
e) Penyalah gunaan, pencurian harta orang lain
atau pembinasaan merupakan sebuah
pelanggaran hukum dan dapat dikenakan
sanksi hukum yang berlaku
5. IMPLEMENTATION WORK PLAN
INTEGRATED WITH FUNDAMENTAL SAFE
WORK PRACTICES (FSWP) & BEHAVIOR BASED
SAFETY (BBS) PROGRAM
This section provides reference information
related to HES procedures applicable to MW
working on projects. MW is responsible for
ensuring that these standards and procedures
in conjunction with ‘project specific’
standards and procedures are complied with
during the execution of contracted work.
Applicable project-specific policies and
procedures will be generally communicated to
all employees during the initial HES Induction/
Orientation course and any changes to existing
procedures will be notified via project HES
bulletins and on-going HES meetings.
5.1 GENERAL PROJECT RULES
MW shall observe the following project
rules:
a) a) Each responsible person at a project must
ensure that construction work at the project
is carried out by competent persons.
b) Intoxicating liquor or drugs (other than
prescribed by a medical doctor) shall not be
allowed on the project. Persons under the
apparent influence of drugs or alcohol shall
not be permitted entry to the project.
c) Firearms/offensive weapons shall not be
permitted.
d) Gambling, horseplay and fighting shall not be
permitted.
e) Abuse, theft or destruction of another
person’s property, is an unlawful offence and
is liable to be treated by the State
Authorities as such.
f) Bagi pengunjung yang perlu memasuki proyek
MW harus diberikan oreintasi dan access
control. Seluruh pengunjung diproyek harus
ditemani dan diawasi setiap saat, saat
dilokasi
g) Ini juga perlu bagi orang-orang yang ingin
mengunjungi proyek MW termasuk juga yang
berkunjung ke kantor Project MW.
h) Karyawan MW tidak boleh
membawa benda lain, selain dari peralatan
kerja penting seperti tool box, ke lokasi
proyek. Seluruh item-item tersebut merupakan
subjek untuk penginspeksian oleh anggota
Pengaman MW baik saat masuk ataupun
keluar dari proyek.
5.1.1 Alat Pelindung Diri
MW harus memastikan bahwa,
seminimum mungkin, alat pelindung diri berikut
disediakan, dirawat dan digunakan,oleh seluruh
karyawan di proyek.
a) Karyawan harus memakai pelindung kepala
dalam kondisi baik dan memenuhi standard
peraturan yang dapat diterapkan (i.e., ANSI
[American National Standard Institute] Z89.1-
1981 dan ANSI Z89.2-1971) dan diakui oleh
pabrik.
b) Karyawan harus memakai kacamata ANSI Z87.1-
1989 yang disetujui (yang diakui oleh Pabrik)
dengan perisai samping diseluruh tempat kerja
kecuali kantor. Pelindung tambahan untuk
mata dan wajah, seperti goggles, perisai
wajah, dan perisai pengelasan, akan diperlukan
jika di minta untuk pengoperasian seperti
pengelesan, pembakaran, gerinda,
pemotongan, penanganan kimia, (i.e., cairan
yang bersifa merusak atau material yang
mencair), pengeboran diatas tanah,
menggunakan alat penggerak tepung, dan
penumpahan beton. Perlindungan mata mono
goggles dibeberapa bagian lokasi) – Kacamata
keselamatan dengan perisai samping diperlukan
di area konstruksi setiap saat.
f) MS’s employees shall not take items, other
than essentials such as toolboxes, onto
the Plant project. All such items may be
subject to inspection by MS’s Security
employees, both upon entering and leaving the
project.
g) It is essential that persons wishing to visit
MW do so at MW project office. If it
becomes necessary for a visitor to enter the
project MW shall apply to MW for a Project
orientation and access control. All visitors to
the project shall be accompanied and
Supervised by their host at all times whilst on
the site.
5.1.1 Personal Protection Equipment
MW shall ensure that, as a minimum, the
following personal protective equipment is
provided, maintained and worn by all employees
working on the project.
a) a) Employees shall wear hard hats that are
in good condition and meet applicable
regulatory standards (i.e., ANSI [American
National Standard Institute] Z89.1-1981 and
ANSI Z89.2-1971) and certify by
manufacturing.
b) Employees shall wear approved ANSI Z87.1-
1989 (Certify from manufacturing) safety
glasses with side shields in all work areas
except offices. Additional eye and/or face
protection, such as goggles, face shields,
and welding shields, shall be required when
engaged in operations such as welding,
burning, grinding, chipping, handling
chemicals, (i.e., corrosive liquids or molten
materials), drilling overhead, using powder-
actuated tools, and pouring concrete. Eye
protection (mono goggles in some parts of
the plant) - Safety glasses with side shields
are required in plant and construction areas
at all times.
c) Perlindungan Pendengaran – Alat pendengaran
dan respirator yang disetujui harus digunakan
jika dibutuhkan. Pemilihan, pencocokan dan
pemeliharaan harus sesuai dengan standard.
Biaya akan ditanggung oleh MW.
d) Kemeja lengan panjang dan celana panjang.
e) Tali penyandang untuk safety harness harus
minimal 1 cm nilon atau yang setara. Dengan
panjang maksimum untuk menghindari
kejatuhan dari jarak lebih tinggi dari 1.8 meter
(ANSI Z359.1-1999). Tali harus memiliki
kekuatan minimum breaking 2250 kg, untuk
system fall arrest /Safety harness – Safety
Harness yang disesuaikan dengan double
lanyards harus dipakai oleh semua kayawan
saat bekerja pada ketinggian enam kaki atau
lebih diatas tanah atau di lokasi beresiko
cidera. Tali penyandang harus secara aman
terpasang pada karyawan setiap waktu dan
harus memenuhi untuk jarak jatuh maksimum
enam kaki (2 meter). Safety Harnesses harus
juga dipakai dan dipasang pada rail saat kerja
di luar landasan boom yang bisa diperluas dan
untuk line jatuh yang vertical saat bekerja di
Scaffolding gantung. Safety net (jaring
keselamatan) perlu disediakan jika tempat
kerja lebih dari 25 kaki (8 meter) diatas tanah
dimana penggunaan alat pelindung jatuh lain
tidak dapat digunakan. Safety net tidak harus
menggantikan safety harness
sebagai perlindungan utama terhadap bahaya
jatuh.
f) Seat Belts (sabuk pengaman) – harus dipakai
oleh semua karyawan yang mengopeasikan
kendaraan bermotor dan peralatan dengan
struktur pelindung bahaya berguling selama
pelaksanaan kerja
c) Hearing Protection - approved hearing and
respiratory equipment shall be worn when
required. The selection, fitting and
maintenance requirements shall meet the
relevant Standards. Subsequent costs shall be
met by MW.
d) Long sleeve shirt and long trousers.
e) Safety harness lanyards should be a
minimum of 1 cm nylon or equivalent, with
a maximum length to provide for a fall no
greater than 1.8 meters (ANSI Z359.1-1999).
The rope should have a minimum breaking
strength of 2250 kg, fall arrest
system/Safety harness – Safety Harnesses
fitted with double lanyards shall be worn by
all employees when working six feet (one
point eight meters) or more above the
ground or exposed to a risk of injury. The
lanyard shall be securely attached to the
employee 100% of the time and shall allow
a maximum fall distance of six feet (two
meters). Safety Harnesses shall also be
worn and attached to the tie-off rail when
working out of extensible and articulating
boom platforms and to vertical drop lines
when working from suspended scaffolding.
Safety nets shall be provided when work
places are more than 25 feet (8 meters)
above the ground where the use of other
fall protection devices is impractical. The
safety net shall not replace the safety
harness as the primary protection against a
fall.
f) Seat Belts - shall be worn by all employees
operating any motor vehicle and any
equipment with rollover protection
structures during performance of the Work.
g) Sepatu Keselamatan – harus digunakan setiap
saat oleh seluruh karyawan saat dilokasi kerja.
Semua sepatu pelindung harus memenuhi
standard ANSI Z41-1991 atau Standard Nasional
Indonesia.
g) Safety footwear – shall be worn at all times
by all employees when on the project. All
protective foot wear shall comply with ANSI
Z41-1991 or National Indonesia Standard
(Standard National Indonesia).

h) Menggunakan bee net (pelindung serangan h) Wearing bee net when working for
lebah) saat bekerja untuk clearing/grubbing/surveying for protection
clearing/grubbing/surveying untuk of bees or other insect attack that may
perlindungan dari serangga lebah atau serangga injured employees.
lain yang dapat melukai karyawan.

Catatan: Notes:
1. Pelindung wajah akan diharapkan agar 1. Face shields will be required to be properly
digunakan secara benar setiap saat saat worn at all times when in the area of
berada area pengoperasian, seperti operations, such as when welding, burning,
pengelassan, pembakaran, grinda, grinding, chipping, chemical handling,
pemotongan, pengangan bahan kimia, corrosive liquids or molten materials,
cairan yang bersifat merusak, atau material drilling, sawing, driving nails, power-
yang mencair, pengeboran, penggergajian, actuated tools, concrete pouring, tampers
pemakuan, peralatan yang menggunakan and gas-fueled hand-operated equipment
power, penumpahan beton, mencangkul, (i.e., chain saws).
pengoperasian alat dengan tangan(i.e.,
gergaji mesin).

2. Bagian ini juga diterapkan bagi karyawan 2. This section also applies to those employees
MW yang membantu pekerja of MW who are assisting any worker as
sebagaihelper. Kacamata resep harus an apprentice or helper.
kacamata yang disetuju yang dilengkapi Prescription glasses must be approved
dengan perisai samping. SAFETY glasses with side shields or
approved eye protection shall be worn.

Peralatan khusus lain, seperti sarung tangan, apron Other specific equipment, eg gloves, leather
kulit, pelindung matahari, dan lain-lain harus aprons, sun protection, etc shall be provided as
disediakan seperti disyaratkan untuk menjalankan required to safely undertake the work being
pekerjaan yang dilakukan. done.

Persyaratan Pakaian tambahan: Additional Clothing Requirements

a) Kemeja dengan lengan panjang harus digunakan a) Shirts with long sleeves shall be worn at all
setiap saat. Lengan harus selalu dikancing. times. The sleeves shall be buttoned at all
b) Kemeja tanpa lengan dan tank top tidak times
diizinkan. b) Sleeveless shirts and tank tops are not
c) Harus mengenakan celana panjang. permitted.
c) Long pants are required.
d) Sepatu keselamatan dengan kepala besi. d)
(Sandal, sepatu tenis, atau sepatu jenis street
type tidak diperbolehkan)
e) Pakaian longgar atau ketat atau perhiasan tidak e)
boleh digunakan disekitar mesin yang bergerak,
operasi penggerindaan, dan lain-lain.
f) Pelindung kepala atau jaring pelindung rambut f)
(hair net), harus sesuai dan melindungi rambut
dari object yang bisa merusak, atau terjepit
mesin.
Catatan:
1. Kemeja tangan pendek dan celana panjang
dapat dijpakai diarea-area tertentu dimana
tidak ada kegiatan konstruksi (kantor) atas
persetujuan MW.
2. Masing-masing proyek telah mendesain area
beresiko renda (secara umum didalam dan
sekitar ruang administrasi) yang dibebaskan
dari kewajiban memakai helm dan
pelindung mata, jika konstruksi tidak
sedang dilaksanakan didalam atau disekitar
gedung ini.
3. Penilaian resiko harus dilakukan oleh MW
untuk menentukan PPE yang sesuai untuk
pekerjaan.
5.1.2 Rambu-rambu, sinyal, barikade dan 5.1.2 Signs, Signals, Barricades and Lighting
pencahayaan
Rambu-rambu
Area mempunyai rambu-rambu yang cukup
sebagaimana yang diperlukan didalam kontrak atau
yang dirumuskan oleh PGN. Rambu harus
dapat dilihat setiap saat ditempat-tempat bahaya.
Penghalang/ Barikade
Semua jalan, batang jalan, jalan raya, dan semua
jalan umum yang lain, yang ditutup untuk lalu
lintas, harus di lindungi dengan menggunakan
barikade yang efektif pada tempat yang tepat dan
mudah dilihat. Barikade harus berada pada
persimpangan terdekat jalan raya atau jalan pada
Steel capped SAFETY Boots. (Sandals,
tennis shoes, or any other street type shoes
are not permitted.)
Loose-fitting clothes or jewellery shall not
be worn around moving machinery, grinding
operations, etc.
A hard hat or hair net, as appropriate shall
protect hair, which could come in contact
with, or be, caught in machinery.
Notes:
1. Short sleeve shirts and long trousers are
acceptable in selected areas where no
physical construction activities are
occurring (Office buildings) on approval
by MW.
2. Each project has designated low risk areas
(Generally in and around administration
buildings) which are exempted from the
compulsory wearing of helmets and eye
SAFETY protection, unless construction
work is being performed in or around
these buildings.
3. A risk assessment shall be carried out by
MW to determine appropriate PPE for the
works.
Signs
The areas have sufficient signage as required by
their contract or as defined by the PGN.
Signage shall be visible at all times where a
hazard exists.
Barricades
All streets, roads, highways, and other public
thoroughfares, which are closed to traffic, shall
be protected by effective barricades on which
shall be placed acceptable and highly visible
warning signs. Barricades shall be located at
the nearest intersecting public highway or
masing sisi bagian yang diblok. Semua parit yang
terbuka dan penggalian yang lain harus disertakan
dengan pembatas , tanda, dan penerangan untuk
lebih memastikan bahwa penjagaan yang sesuai
telah tersedia untuk umum. penghalang seperti
material pondasi dan equipment harus tersedia
dengan tanda peringatan dan penerangan.
street on each side of the blocked section. All
open trenches and other excavations shall be
provided with suitable barriers, signs, and lights
to the extent that adequate protection is
provided to the public. Obstructions, such as
material piles and equipment, shall be provided
with similar warning signs and lights.

Pencahayaaan. Lights
Saat pekerjaan dilaksanakan pada malam hari atau When any work is performed at night or where
saat penglihatan disiang hari tidak jelas, MW daylight is shut off or obscured, MW shall, at
harus menyediakan pencahayaan yang its expense, provide artificial light sufficient
memungkinkan pekerjaan untuk dilanjutkan secara to permit work to becarried on efficiently,
efisien, memuaskan dan aman serta lulus inspeksi. satisfactorily and safely, and to permit
thorough inspection.

Para karyawan yang bekerja di sebuah area yang
berpotensi bahaya lalu lintas harus menggunakan
rompi dengan warna memantul. Selama masa itu
area yang berpotensi bahaya harus juga diterangi
secara jelas.
Employees working in an area of potential
traffic hazard shall wear approved reflective-
type vests. During such time periods the access
to the place of work shall also be clearly
illuminated.

5.2 PROSEDUR KERJA 5.2 WORK PROCEDURES

Artikel 5.2.1 s/d 5.2.14 dalam prosedur ini
diklasifikasikan sebagai rata-rata bahaya
berpotensi tinggi, untuk itu MW harus memiliki
sistem manajemen untuk memastikan pemenuhan
yang efektif oleh karyawan setiap saat.
Article 5.2.1 through 5.2.14 in this procedure is
classed as of the potential high hazard rating, as
such MW shall have management systems in
place to ensure effective compliance by
employees at all times.

5.2.1 Prosedur Penggalian dan Izin untuk 5.2.1 Excavation Procedure and Permit to
Menggali Dig

Prosedur Penggalian dibuat untuk mengontrol The Excavation Procedure is designed to

kegiatan penggaliann yang memiliki potensi control excavation and digging activities that
merusak fasilitas penting. Seperti: have the potential to damage essential service
facilities, eg:
a) Kabel power bawah tanah a) Underground power cables
b) Kabel telepon b) Communications cables
c) Riol dan saluran c) Sewers and drains
d) Pipa dan fasilitas. d) Process piping and facilities
e) Gas alam dan saluran bahan bakar lain.. e) Natural gas & other fuel lines
f) Pondasi dan pijakan. f) Foundations and footings
g) Jaringan tanah. g) Earthing networks
h) Saluran air h) Portable wter lines
Penggalian tidak diijinkan sebelum mendapat ”Izin
Penggalian”, Harus ada seseorang yang
berkompeten dan terlatih dalam pengklasifikasian
tanah dan mengenali perparitan dan bahaya
penggalian. Dokumen yang sesuai harus memenuhi
relevansi standard MW dan PGN , Appropriate documentation to meet the
standard pembuatan parit dan penggalian disimpan
ditempat kerja.
Sebelum melakukan pekerjaan penggalian,
MWharus memberitahukan kepada PGN .
Sebagai tambahan, MW harus menghubungi
karyawan-karyawan yang lain untuk memastikan
instalasi bawah tanah, seperti: riol, telepon,
bahan bakar, saluran listrik, dan lain-lain
mungkinakan terganggu dan dimana mereka
ditempatkan. Berikut ini adalah beberapa hal yang
terus diterap untuk semua proyek:
a) Penggalian dan pembuatan parit harus diinpeksi
orang yang tepat perharinya dan setiap setelah
hujan untuk menentukan bahwa mereka
selamat.
b) Semua pinggiran berketinggian 5 kaki (1.5
meter) atau lebih harus dibuatkan lereng
hingga 34 derajat jika tanah tidak dianalisa
oleh orang yang tepat yang mengizinkan
pembuatan sudut lereng yang lebih besar, atau
harus ditopang secara baik.
c) Tangga dan pijakan harus tersedia dan aman
disemua parit sedalam 4 kaki (1.5 meter) atau
lebih. Tangga atau pijakan diletakkan untuk
memenuhi tidak lebih dari 25 kaki (8 meter)
dari samping jalan sebelum mendapatkan jalur
masuk atau jalur keluar dan harus diperpanjang
3 kaki (1 meter) di bagian atas tepi parit.
Tangga buatan rumah tidak boleh digunakan.
d) Material yang digali harus ditumpuk paling
sedikit 2 kaki (0.6 meter) dari tepi penggalian
atau parit atau parit harus ditopang untuk
mencegah jatuh material kedalam penggalian.
No excavation shall be commenced before
obtaining a fully authorized “Permit to Dig”. A
competent person must be designated and
trained in soil classification and the recognition
of trenching and excavation hazards.
relevant MW and PGN Standards, trenching
and excavation standards are to be kept on
site.
Prior to opening any excavation or trench, MW
must notify PGN Project. In addition, MWe
shall contact any other necessary employees
to determine whether underground
installations, i.e., sewer, telephone, fuel,
electric lines, etc., may be encountered and
where they are located. The following
shall apply on all projects:
a) Excavations and trenches shall be inspected
by a competent person daily and after
every rainfall to determine if they are safe.
b) All banks 5 feet (1.5 meters) high or more
shall be sloped to 34 degrees unless soil is
analysed by a competent person allowing a
greater slope angle, or shall be adequately
shored.
c) Ladders or steps shall be provided and
secured in all trenches 4 feet (1.5 meters)
or more in depth. Ladders or steps shall be
located to require no more than 25 feet (8
meters) of lateral travel before having
access or egress and shall extend 3 feet (1
meter) above the top of the trench bank.
Home made and improvised ladders are not
permitted.
d) Material excavated shall be stored at least
2 feet (0.6 meters) from the edge of the
excavation or trench shall be shored to
prevent material from falling into the
excavation.
e) Semua parit dan penggalian harus dibarikade
(diberi pembatas) secara baik untuk
mencegah orang yang berjalan memasuki area
tersebut.
f) Semua jalan atau tepi yang tepian penggalian
harus secara aman diikat dan lengkapi dengan
pagar standard.
g) Izin penggalian diperlukan untuk pekerjaan
penggalian lebih dalam 0.5 meter diseluruh
area pengoperasian PGN dimana terdapat
penginstalasian bawah tanah.
e) All trenches and excavations shall be
properly barricaded to prevent persons
from walking into them.
f) All walkways or ramps crossing over
excavations shall be securely fastened and
equipped with standard guardrails.
g) An Excavation Permit is required for any
excavation work deeper than 0.5 m in all
areas of PGN operations where underground
installation exists.

5.2.2 Prosedur pelabelan tanda bahaya dan 5.2.2 Isolation and Danger Tag Procedure
Isolasi
Prosedur pengisolasian dan pelabelan didesain The Isolation and Danger Tag Procedure is
untuk memenuhi peraturan dan ketentuan yang designed to achieve two outcomes in
ada di MW dan PGN. accordance with MW HES regulations and PGN
HES Guideline;

a. Untuk mencegah orang dan peralatan a. To protect people and equipment from the
mengoperasikan peralatan isolasi primary tanpa unauthorised operation of primary isolation
izin yang sah. devices.
b. Untuk memastikan bahwa hanya alat-alat b. To ensure that only specific equipment so
spesifik yang terisolasi dan diberi label yang isolated and tagged is worked upon.
pergunakan.

Prosedur dasar untuk pengisolasian alat pengisolasi The basic procedure of isolating primary
utaman bersama dengan system dua label adalah isolation devices together with the two-tag
sama untuk masing-masing lokasi. Secara singkat, system is the same for each location. In short,
ada 5 peraturan mendasar: there are five fundamental rules.

a) Karyawan tidak dibenarkan mengisolasi alat
isolasi utama apapun jika mereka belum
mendapat pelatihan dan wewenang untuk
melakukannya.
b) Karyawan tidak boleh menempatkan tanda
bahaya equipment sebelum mendapatkan
pelatihan dan kewenangan untuk
melakukannya.
c) Tanda bahaya untuk personil tidak boleh
ditempatkan hingga tanda kuning dipasang dan
hanya boleh ditempatkan bila ada pengawasan.
d) Dimana dibutuhkan tanda bahaya berwarna
putih, individu harus menempatkan tanda pada
awal pekerjaan dan harus melepaskannya saat
selesai pekerjaan atau diakhiri jam kerja/shift
e) Penghilangan tanda bahaya secara illegal dinilai
sebagai pelanggaran yang serius dan dapat
mengakibatkan pemberhentian dari proyek.
a) No person shall isolate any primary isolation
device unless they are trained and
authorised to do so.
b) No person shall place a yellow equipment
danger tag unless they are trained and
authorised to do so by MW.
c) Personal Danger Tags must not be placed
until yellow tag is attached and only then
under supervision may it be placed.
d) Where white personal danger tags are
required, individuals shall place tag at the
start of a job and shall remove the tag at
the finish of the job or at the end of the
work period/shift
Catat
an:
Dalam kondisi darurat, setiap orang dapat
melabel equipment yang tidak
sedang berproses yang dianggap
berbahaya seperti:( tangga rusak, kabel rusak).
Jika equipment yang berproses dalam keadaan
berbahaya, beritahukan Supervisor anda.
5.2.3 Prosedur Memasuki Ruang Terbatas
Prosedur memasuki ruang terbatas menjelaskan
tentang ukuran pencegahan yang mendasar, perlu
bagi karyawan yang memasuki tempat yang
terkurung/ terbatas untuk melakukan pekerjaan.
Pengertian istilah “Confined Space” mencakup:
a) Tanki, kapal, tempat penyimpanan, ketel,
penggilingan dan tempat pembakaran.
b) Lubang, parit, selokan, sumur.
c) Terowongan, pekerjaan pada saluran dan
loteng
d) Alat pengangkat/pengantar terturup, parasut
dan titik pemindahan.
e) Mobil tank dan tank trailer
f) Panel pengontrolan listrik dan papan switch
g) Lemari, cabinet dan lemari besi
h) Penggalian kedalaman lebih dari 1,5 pada
keadaan tertentu khususnya didekat zat kimia
Prosedure Ruang Terbatas mensyaratkan bahwa
setiap tempat terkurung/ terbatas harus diperiksa
untuk pontensi bahayanya, dengan pertimbangan
dan penilaian dari beberapa kriteria sebagai
berikut:
a) Uap mengandung racun
b) Gas mudah terbakar
c) Sesak Napas karena kurang zat asam di darah
d) Debu ledakan
e) Illegal removal of a danger tag is regarded
as a serious breach of HES regulations and
may result in dismissal from the project.
Note:
In an emergency, anyone can tag out non
process equipment that is considered to be in a
dangerous state (i.e. broken ladder, damaged
portable tool cords). If process equipment is
found to be in a dangerous state, then advise
your supervisor.
5.2.3 Confined Space Entry Procedure
The Confined Space Entry Procedure establishes
the essential precautionary measures, necessary
for persons to enter confined spaces to perform
any work. The term “Confined Space” is meant
to mean and shall include:
a) All tanks, vessels, bins, boilers, mills and
kilns
b) Pits, trenches, sewers and wells
c) Lift shafts, duct work and ceilings
d) Covered conveyors, feed chutes and
transfer points
e) Tank cars and tank trailers
f) Electrical control panels and switchboards
g) Cupboards, cabinets and safes.
h) Excavations over 1.5 metres deep in certain
circumstances especially near chemicals
The Confined Space Entry Procedure requires
that each and every confined space shall be
assessed for hazard potential, by consideration
and assessment of the following hazard
criteria:
a) Toxic vapours
b) Flammable gases
c) Asphyxiants
d) Explosive dusts
e) Zat kimia/ material berbahaya
f) Kondisi yang berhubungan dengan panas.
g) Jalan masuk dan keluar vertikal dan sulit
h) Benda padat yang tidak stabil dan skala yang
berlebihan
i) Debu
MW harus menyiapkanprosedur termasuk
persiapan JSA untuk digunakan saat karyawan
MW diminta untuk memasuki area ruang
terbatas. Area tersebut mencakup tangki
penyimpanan, kapal angkutan/ proses,
tempat penyimpanan, ketel, saluran tempat
pembuangan uap, riol, terowongan bawah tanah,
saluran pipa, lubang, ruangan bawah tanah dan
bingkai kayu yang ditutup plastic. Semua karyawa
MW yang ditugas untuk memasuki ruang terbatas
harus diberi penyuluhan tentang bahaya alami
yang ada, tindakan-tindak pencegahan yang
diperlukan harus dilakukan dan didalam dan
menggunakan alat pelindung yang diperlukan
Sebelum karyawan MW mendapatkan izin masuk
ruang terbatas, perlu dilakukan
pengujian atmosfir didalam ruangan untuk
menentukan kadar oksigen dan tingkat konsentrasi
bahan yang mudah terbakar, gas, kandungan
racun. MW saat memerlukan jalur masuk untuk
ruang terbatas perlu melengkapi alat penguji dan
orang yang berkompeten dalam
penggunaan alat pengujian tersebut. Saat
pengelasan, memotong atau membakar pada area
atau ruang sempit, harus ada ventilasi.
Jika ventilasi tidak bisa disediakan tanpa menutup
jalan masuk, karyawan MW harus dilindungi
dengan menggunakan respirator saluran udara.
Pada semua kasus memasuki ruang terbatas
space), seorang karyawan harus berada diluar area
berkumpul untuk memudahkan komunikasi dengan
para pekerja didalam dan untuk menolong mereka
didalam keadaan darurat.
e) Hazardous chemicals/materials
f) Thermal stress conditions
g) Vertical and maze access and egress
h) Unstable solids and overhead scale
i) Dusts
MW shall develop an entry procedure which
includes the preparation of a Job Safety Analysis
(JSA) to be used when MW's employees are
required to enter confined areas or spaces.
Such areas include storage tanks,
process vessels, bins, boilers, ventilation or
exhaust ducts, sewers, underground utility
vaults tunnels, pipelines, open-topped pits,
basements and temporary wood framing
covered with plastic. All of MW's employees
who are required to enter confined areas or
spaces shall be instructed as to the nature
of hazards involved, necessary
precautions to be taken and in the use of
protective and emergency equipment required.
Before MW's employees are
permitted entry into any confined area or
spaces, the atmosphere within the space shall
be tested to determine the oxygen level and
concentrations of flammable vapours, gases,
toxic contaminants. MW needing access to
the confined area shall furnish the testing
equipment and a person competent in the
use of the testing equipment. When
welding, cutting or heating in confined areas or
spaces, ventilation shall be provided.
When sufficient ventilation cannot be provided
without blocking the means of access, MW's
employees shall be protected by air line
respirators.
In all cases of confined space entry, an
employee of MW shall be stationed outside
the confined area to maintain
communication with those working within and
to aid them in an emergency.
Setelah penilaian masing-masing resiko
bahaya,prosedur berikut harus diterapkan untuk
memasuki ruang terbatas yaitu:
a) HES yang relevan dan peraturan penginspeksian.
b) Peraturan Kesehatan, Lingkungan dan
Keselamatan.
c) Kode keselamatan pemotongan dan pengelasan
d) Prosedur pencegahan jatuh
e) Prosedur izin kerja Hot Work
f) Prosedur pembarikade-an dan bekerja
diketinggian
g) Prosedur isolasi dan pelabelan.
h) Prosedur pekerjaan Listrik didalam tanki
i) Penerangan dengan tenaga 12 volt tombol power
dilengkapi dengan sistem GFCI (ground fault
circuit interrupter)
5.2.4 Pencegahan Jatuh/ Prosedur Bekerja
Diketinggian
Standar rekayasa keselamatan pencegahan jatuh
untuk semua operasi proyek MW harus diterapkan
untuk masing-masing dan setiap tugas dimana
kemungkinan bahaya jatuh ditemukan.
Dalam setiap situasi dimana alat pengaman jatuh
perlu untuk digunakan, SAFETY harness yang
disetujui harus dipakai diproyek MW:
a) Jaring keselamatan tidak harus digunakan
untuk pelindung kejatuhan seseorang.
b) Pasang barikade dan rambu-rambu keselamatan
pada pekerjaan pengangkatan
c) Pastikan tangga masuk aman dan condong
sekurang-kurangnya 1 berbanding 4
d) Tangga masuk yang vertikal harus sekurang-
kurangnya memiliki landasan setiap 6 meter.
e) Gunakan kotak kerja untuk menghindari
pemanjatan pada bagian rigger/ pemasang
baja. Ini tidak boleh digunakan sebagai alat
utama untk jalur masuk
After each hazard risk assessment, the
following procedures shall beapplied in
conjunction with Confined Space Entry
procedures namely:
a) Relevant HES and Inspection Regulations
b) Health Environment and Safety regulations
c) Cutting and Welding SAFETY Codes
d) Falls Prevention procedure
e) Hot Work Permit Procedure
f) Barricade and Overhead Work Procedures
g) Isolation and Tag Out Procedure
h) Electricity Inside Tanks Procedure
- Lighting with low voltage 12 Volt
- Power with GFCI (ground fault circuit
interrupter) system
i) Safe working in a Confined Space codes.
5.2.4 Fall Prevention / Working from Heights
Procedure
The safety Engineering Standard Fall Prevention
for all MW Project Operations shall be applied
for each and every task where a potential
exists to fall.
In every situation where a fall arrest device is
required to be used, an approved ‘SAFETY
harness” will be the fall arrest device to be
worn on MW’s projects.
a) SAFETY nets shall not be used as a means of
personal fall protection.
b) Install barricades and SAFETY signs below
elevated work.
c) Ensure access ladders are secured and
inclined at less than I in 4.
d) Vertical access ladders shall have landings
at least every 6 metres.
e) Use workboxes to eliminate climbing of
columns by riggers/steel fixers. This must
not be used as a primary means of access
f) 100% terikat/tercantol pada alat penahan
jatuh. Perlu penggunaan lanyard/ tali ganda,
g) Pastikan bahwa perlatan sudah di inspeksi oleh
orang yang tepat dan di rawat sesuai spesifikasi
pabrik dan standard yang tepat.
5.2.5 Ijin Kerja Umum
General Work Permit merupakan dasar bagi
Pemilik Fasilitas untuk memberkan izin kerja
kepada karyawan untuk melakukan pekerja yang
tidak rutin di sebuah area, untuk memberitahukan
kepada karyawan tentang potensi bahaya yang ada
pada penugasan pekerjaan yang tidak rutin, dan
untuk memastikan bahaya pekerjaan tersebut
aman untuk dilakukan. Izin pekerjaan tambahan
diperlukan oleh FO untuk pekerjaan spesifik
tertentu (hot work, confined space entry,
excavation, dan lain-lain).
Tujuan Utama dari Ijin Kerja Umum ini adalah
untuk membangun komunikasi antara group
pelaksana pekerjaan diarea umum.
5.2.6 Izin Keselamatan (Bekerja didekat Jalur
Listrik)
Jarak aman minimum antara energi penghasil
listrik diketinggian dan bagian dari crane atau alat
pengangkat yang disesuaikan dengan ketentuan
OSHA untuk operasi PGN. Untuk yang membutuhkan
Crane, atau alat pengangkat yang lain atau alat
boom yang panjang bekerja dekat/ dibawah power
line bertegangan tinggi harus mendapat izin CP.21-
167 yang disetujui oleh PG&T-TD&E
5.2.7 Hot Work Permit Procedure
Prosedur Hot Work Permit (juga dikenal sebagai
Prosedur Izin pemotongan dan pengelasan) di
desain untuk memperkecil potensi api dan/atau
bahan yang bisa meledak, kapanpun hot work
f) 100% tie off at all times with fall arrest
equipment. This may require the use of a
double lanyard.
g) Ensure that fall arrest equipment is
inspected by a competent person and is
serviced in accordance with manufacturer’s
specifications and Relevant Standards
5.2.5 General Work Permit
A “General Work Permit” is the means by which
the Facility Owner grants employees permission
to perform non-routine work in an area, to
alert employees to hazards potentially
encounter in non-routine work tasks, and to
ensure that it is safe to do so. Additional work
permits will also be required by the Facility
Owner for certain specific jobs (hot work,
confined space entry, excavation, etc).
The main purpose for the General Work Permit
is to formalize communications between cross-
functional work groups in a common work area.
5.2.6 Safety Permit (Working Near Power
Line)
The minimum safe clearances between
overhead energized electric conductors and any
part of the crane or other lifting device is
adopted from OSHA requirements for PGN
operation. For those who requires Crane, or
other lifting or long boom equipment working
near Hi-voltage over head power line should
complete the Safety Permit CP.21-167 which is
approved by PG&T-TD&E
5.2.7 Hot Work Permit Procedure
The Hot Work Permit Procedure (sometimes
known as a Cutting and Welding Permit
Procedure) is designed to minimise the
dilakukan. Lihat detail untuk persyaratan
perundang-undangan yang diperlukan.
Istilah “Hot Work” yang dimaksud mencakup:
a. Semua atau pekerjaan apapun yang
melibatkan penggunaan peralatan pengelasan
listrik, oxygen/ acetylene – alat potong dan
pembakar yang menggunakan gas, gerinda
dan pemakaian alat pemotong gesek juga
pekerjaan lain, yang melibatkan pemakaian
atau api yang menyala, percikan atau sumber
pengapian, pada area spesifik, lokasi, atau
lokasi proyek.
b. Izin pemotongan dan pengelasan harus
dimiliki untuk semua area dengan resiko
kebakaran yang tinggi dan bahaya ledakan.
c. MW yang ikut dalam pekerjaan “Hot
Work” harus mengenal Prosedur Izin
Pengelasan dan Pemotongan pada tiap lokasi.
d. Merupakan tanggung jawab MW untuk
menentukan dan melengkapi kebutuhan
seorang fire watcher yang berkompeten.
5.2.8 Peralatan Listrik – Prosedur Inspeksi,
Pengujian dan Pelabelan
Seluruh Pengguna alat listrik, peralatan dan kabel
ekstensi bertanggung jawab untuk memeriksa
peralatan listrik mereka secara visual untuk
penandaan jika ada kerusakan dan penggunaan
yang tidak wajar pada pemakain peralatan. Seluruh
peralatan listrik yang digunakan seperti kabel,
alat-alat dan perkakas seperti alat-alat kantor dan
ruang penyimpanan, harus menjalani pemeriksaan
sebelum pemakaian/koneksi dan penggunaan di
proyek.
potential for fire and/or explosion, whenever
“Hot Work” is undertaken. See relevant
standard for statutory requirement details.
The term “Hot Work” is meant to mean and
shall include:
a) All or any work involving the use of electric
welding equipment, oxygen/acetylene - gas
cutting or heating equipment, grinding and
use of friction cutting equipment as well as
any other work, which involves the use of,
or introduces an open flame, spark or any
such other ignition source, to specific
areas, locations, or equipment projects.
b) A Cutting and Welding Permit shall be
obtained for all high risk fire and explosion
hazard areas.
c) MW involved with “Hot Work” shall
acquaint themselves with the “Cutting and
Welding Permit Procedure” at each
location.
d) It shall be MW’s responsibility to
determineand cover the need for a
competent fire watch person.
5.2.8 Electrical Equipment - Inspection,
Testing and Tagging Procedure
All users of electrical tools, appliances and
extension leads are responsible for visually
inspecting their electrical equipment for signs
of damage and unusual wear prior to using the
equipment. This is in addition to the quarterly
appliance checks carried out by qualified
electrical workers. All electrical equipment
used on a construction project such as leads,
appliances and tools including office and crib
appliances shall undergo inspection and testing
prior to initial connection and use on project.
Alat listrik portable, alat-alat yang mudah dibawa
kabel ekstensi, generator, pengelas, dan lain-lain Portable electrical equipment, portable tools,
yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi, selain extension leads, generators, welders, etc used
dari kantor dan ruang penyimpanan, harus diuji on construction work, other than offices and
dan diinspeksi per kuartal dan di beri label crib rooms, shall be tested and inspected
sebagaimana mestinya. quarterly and appropriately tagged.

Warna label per-kuartal yaitu: Tag colours for quarterly tests are:

a) Januari s/d Maret – PUTIH a) January to March - PUTIH

b) April s/d Juni –HIJAU b) April to June - GREEN
c) Juli s/d September –BIRU c) July to September - BLUE
d) Oktober s/d Desember –KUNING d) October to December- YELLOW

Izin listrik yang disetujui oleh MW harus mencakup A licensed electrical approved by MW
seluruh pengujian listrik. Pengujian mencakup: shall carry out all electrical testing. The tests
shall include:
a) Pentanahan dimana dapat diterapkan
b) Pengujian insulation aktif dan netral. a) Earth continuity where applicable
c) Alat pengujian arus sisa (earth leakage unit) b) Insulation magger test of active and
d) Memeriksa secara visual untuk kerusakan luar neutral leads
yang jelas atau kerusakan komponen didalam c) Testing of Residual Current Devices (Earth
aksesoris, penyambung, penutup atau socket. Leakage units)
e) Memeiksa kabel bagian dalam flexible supply d) Check visually for obvious external damage
cord tidak terbuka dan bahwa pembungkus luar or component defects in accessories,
tidak terpotong, mengelupas atau rusak sekecil connectors, plugs or sockets
apapun. Juga, memeriksa bahwa tape e) Check that inner cores of flexible supply
pengahantar atauisolasi terpasang dan cords are not exposed and that external
terlindungi. sheaths are not cut, abraded or damaged
in any way. Also, check that unprotected
conductors or insulation tape are not in
evidence.

5.2.9 Ijin Memasuki lokasi bertegangan listrik 5.2.9 High Voltage Access Permit
Tinggi

Semua orang yang terlibat dalam pendesainan, All persons engaged on design, construction,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan alat listrik operation and maintenance of electrical high
bertegangan tinggi harus memenuhi persyaratan voltage equipment shall comply with the
kelistrikan Klien. requirements of the Client.

Izin memasuki daerah listrik bertegangan tinggi High Voltage Access Permits shall be used when
harus digunakan saat memasuki system distribusi access is required to power distribution systems
power yang biasanya manangani listrik lebih dari that normally carry voltages in excess of 1000
1000 volts AC atau 1500 DC. volts AC or 1500 volts DC.
5.2.10 Manajemen Lalu Lintas 5.2.10 Traffic Management

PENERAPAN APPLICATION
Diterapkan untuk seluruh kendaraan dan alat dan It applies to all vehicles and mobile equipment
karyawan yang menggunakannya di proyek ini, and employees who use them on the Project
jalan, infrastruktur atau fasilitas. land, road, infrastructure or facility.

PENGEMUDI/ OPERATOR DRIVER/ OPERATOR

Karyawan harus telah menjalani pelatihan DDC, The employee shall have completed an
commentary drive dan dinilai mampu oleh orang- approved DDC and commentary driving course
orang yang talh dilatih dan berwenang melakukan and be assessed as being competent by a
penilaian commentary drive. suitably authorized person.

RENCANA PERJALANAN JOURNEY PLAN

Sebuah dokumen yang berisikan data tentang jenis
perjalanan, kendaraan, durasi, karyawan yang
ikut, rute dan lain-lain. Keterangan lebih rinci
mengacu pada Kebijkan Mengemudi Di Malam Hari
yang ditandatangani Manajer Proyek tanggal 18
Januari 2010 dan Prosedur Rencana Manajemen
Perjalanan No. P-HES-01-07-00.
A document detailing the journey type,
purpose, vehicle, duration, employees involved
and routes etc. Detail information is referring to
Night Driving Police signed by Project Manager
dated January 18, 2010 and Journey
Management Plan Procedure No. P-HES-01-07-00

PRE-TRIP INSPECTION PRE-TRIP INSPECTION

Sebuah form yang mensyaratkan operator A form, which requires vehicle operator to
kendaraan untuk memeriksa kendaraanya sebelum inspect a vehicle prior to operation
beroperasi

IDENTIFIKASI BAHAYA IDENTIFIED HAZARDS

Bahaya-bahaya yang teridentifikasi untuk Identified hazards to employees traveling on
perjalanan karyawan pada system infrastruktur infrastructure roads system include:
jalan mencakup: • Vehicle speed;
• Kecepatan kendaraan • DDC & Commentary Drive
• DDC & Commentary Drive • Communications;
• Komunikasi • Road conditions;
• Kondisi jalan • Signage;
• Rambu-rambu • Restricted areas and escort vehicles;
• Area terbatas dan pengawalan kendaraan

RENCANA MANAJEMEN LALU-LINTAS (TMP) TRAFFIC MANAJEMEN PLAN (TMP)

Batas kecepatan untuk project adalah 40km/jam
untuk kendaraan kecil dan kendaraan besar. Jalan
yang sedang dikerjakan dan berpotensi bahaya
(seperti: culver/parit dibawah jalan raya, dimana
karyawan berdekatan dengan jalur masuk jalan),
harus mengikuti kecepatan sesuai Rencana
The speed limit for the project is to be limited
to a maximum of 40 Km/hr for light vehicle and
heavy vehicles. Roads which have conditions
where potentially hazardous work is being
undertaken (e.g., culverts, where employees
are close to the access road), shall have a speed
Manajemen Trafik (TMP) di area tersebut. restriction as per Traffic Management Plan
Keterangan lebih rinci mengacu pada HES TMP (TMP) applied around that area. Detail
yang dikeluarkan oleh Klien: information is referring to HES TMP issued by
Client:
1. Di Jalan Pengendalian Akses Penuh PGN 1. PGN Full Access Control
2. Bekerja di sepanjang Jalan Umum 2. Work Along Public Roads
3. Bekerja di Bahu Jalan 3. Work Along Shoulder Roads
4. Alat atau Pekerjaan di Tinggal di Jalan – 4. Equipment or Work Left on the Roads –
Jalan Umum Public Roads
5. Alat atau Pekerjaan di Tinggal di Jalan – 5. Equipment or Work Left on the Roads –
Jalan Pengendalian Penuh PGN. PGN Full Access Control.

5.2.11. Prosedur Radiasi 5.2.11Radiation Procedures

Penggunaan zat radio aktif di Indonesia di atur The use of radioactive substances in Indonesia
oleh: is governed by the following:

a) Pelaksana Keselamatan Radiasi a) Radiation SAFETY Act

b) Peraturan Keselamatan Radiasi (umum). b) The Radiation SAFETY (General)
c) Keselamatan Radiasi (transport) dari zat Regulations
radioaktif c) The Radiation SAFETY (Transport of
d) Peraturan HES MW Radioactive Substances
e) Serta berbagai kondisi yang diadakan oleh d) MW HES Regulations
dewan radiology termasuk kode praktis e) As well as various conditions imposed by
untuk penggunaan yang aman untuk the Radiological Council including the Code
peralatan radiology industri. of Practice for the Safe Use of Industrial
Radiography Equipment.

Sebelum pelepasan, alat radiasi perlu di isolasi. Before removal, radiation devices are required
Tidak dibenarkan melakukan perawatan/ to be isolated. No maintenance/construction
konstruksi tanpa izin dari petugas keselamatan work shall be done on or adjacent to
Radiasi MW atau utusannya. Jika itu radioactive instruments without permission
meragukan,periksa sumber radiasi portable, from MW Radiation SAFETY Officer or
seperti: welding, x-ray testing equipment, amati delegate. If in doubt, check portable
prosedur yang sesuai dan persyaratan radiation sources, eg welding, x-ray testing
pembersihan. Bagi yang tidak memiliki wewenang equipment, observe the appropriate procedures
yang seseuai atau qualifikasi tidak boleh mencoba and clearance requirements. Under no
memindahkan, atau mencampuri sumber radio circumstances shall untrained or
aktif, atau melakukan perawatan, menyetel atau inappropriately qualified employees or
memodifikasi pengukur radiasi atau menghilangkan unauthorised persons attempt to remove, or in
pekerjaan pipa yang menggunakan pengukur any way interfere with, the radioactive sources
radiasi terpasang. Karyawan MW harus melaporkan or carry out any maintenance, adjustment or
semua kerusakan pada equipment yang mereka modifications to radiation gauges or remove
terima dimana mereka percaya bahwa any pipe work which has a radiation gauge
mounted or attached.
sepertinya mengakibatkan tekanan radiasi atau
mengakibatkan satu pemunculan. Karyawan
MWharus memperkenalkan sendiri dengan dan
mematuhi semua ketentuan yang ada ditempat
yang mereka tempati dan semua instruksi yang
dikeluarkan untuk melindungi keselamatan mereka
dan keselamatan yang lain. Siapapun yang
mungkin terkontaminasi harus di arahkan ke
rumah sakit.
Jika terdapat kecelakaan radiasi atau ada
kejadian, petugas keselamatan radiasi MW
harus melaporkan secepatnya. Karyawa MW harus
menggunakan, dengan cara yang di anjur
didalam perundang-undangan, peralatan
atau equipment yang diberikan kepada mereka
untuk menilai tekanan radiasi personil mereka.
Petugas
HES proyek harus diberitahu sebelum equipment
radiasi dibawa ke proyek, bersamaan dengan
dokumentasi.
5.2.12 Perlindungan Kebakaran
MW bertanggung jawabterhadap
perlindungan api dan program pencegahan, yang
disesuaikan dengna standar PGN, MW juga harus
memenuhi semua aturan dan peraturan kebakaran
dan KESELAMATAN yang dikeluarkan diproyek.
Perlindungan kebakaran dan pencegahan adalah
program yang berkelanjutan, yang harus
diintegrasikan dengan semua bagian dari pekerjaan
konstruksi. Saat pekerjaan dilakukan pada area-
area yang rawan bahaya kebakaran yang telah
ditandai oleh PGN, MW harus melakukan JSA yang
sesuai dengan peraturan yang harus
selaras dengan prosedur Hot Work Permit sebagai
yang disampaikan dalam bagian 5.2.7
MW’s employees shall report all defects in
equipment that come to their notice which
they believe are likely to cause a radiation
exposure or contribute to one arising. MW’s
employees shall acquaint themselves with
and obey all notices displayed in places they
occupy and all instructions issued to them to
protect their SAFETY and the SAFETY of
others. Any person possibly
contaminated shall be referred to the Medical
Centre.
If any radiation accident or incident occurs
MW’s Radiation Safety Officer shall be
informed immediately. MW employees
shall use, in a manner required by the
statutory authority, devices or equipment
furnished to them to assess their personal
radiation exposure.
The Project HES must be informed prior to any
radiation equipment being brought onto the
Project, together with all required
documentation.
5.2.12 Fire Protection
MW are responsible for the Development of a
fire protection and prevention program,
which conforms to the Relevant PGN
Standards, MW shall also comply with all fire
and SAFETY rules and regulations established
on the project. Fire protection and prevention
is an on-going program, which shall be
integrated with all phases of construction work.
When work is carried out in critical fire hazard
areas designated by the PGN, MW shall
carry out a job SAFETY analysis in
accordance with the Regulations and shall
conform to the Hot Work Permit Procedure as
outlined in Section 5.2.7.
MW harus bertanggung jawab untuk perlindungan
kebakaran dalam pekerjaannya dan area-area
pengoperasiannya, termasuk kantor,
gudang, area penyimpanan 24 jam perhari, tujuh
hari dalam seminggu hingga durasi kontrak.
Peralatan pemadam kebakaran yang disetujui,
dalam jumlah yang cukup, harus disediakan dan
dipelihara oleh MW, dan karyawannya harus
dilatih dalam penggunaan equipment
tersebut. Penyediaan dan Perawatan racun api
harus sesuai menurut standard:
a) Jenis air
b) Jenis busa
c) Jenis zat kimia kering
d) jenis karbon dioxida
e) Pengujian dan penilaian
f) Perawatan
MW harus melengkapi, memasang dan merawat
racun api portable di area bengkel kerja, proyek,
kantor dan equipment (lube, truck, crane,
refueling truck, dan lain-lain) sebagaimana diatur
dalam peraturan pemerintah.
5.2.13. Penegakkan Tiang
Penegakkan tiang baja merupakan komponen
penting di berbagai proyek. Selanjutnya,
peraturan-peraturan dan prosedur berikut harus
diterpakan semua bagian dari MW:
a) Tidak dibenarkan adanya lebih dari 4 lantai
atau 15 meter pembautan atau pengelasan
yang belum selesai diatas pondasi atau
lantai paling atas.
b) Lantai sementara dan/ atau permanen
harus di rawat dalam 2 tingkat atau 10
meter, yang jika kurang, dibawah dan
langsung dibawah bagian itu dari masing-
masing pengikat beam dimana pekerjaan
sedang dilaksanakan.
MW shall be responsible for fire protection
in its work and operational areas, including
offices, tool rooms, and storage areas
24 hours per day, seven days per week through
the duration of this Contract. Approved fire-
fighting equipment, in adequate quantities,
must be provided and maintained by MW,
and its employees must be trained in the
usage of such equipment Supply and
maintenance of fire extinguishers shall conform
to the following relevant Standards:
a) Water Type
b) Foam Type
c) Dry Chemical Type
d) Carbon Dioxide Type
e) Testing and Rating
f) Maintenance
MW shall furnish, install, and
maintain portable fire extinguishers in
workshops, project offices and equipment (lube
trucks, cranes, refuelling trucks, etc) as
required by statutory regulations.
5.2.13 Steel Erection
Steel erection is an integral component to
many projects. Subsequently, the following
regulations and procedures shall be used by all
MW:
a) At no time shall there be more than four
floors or 15 meters of unfinished bolting or
welding above the foundation or uppermost
permanently secured floors.
b) A temporary and/or permanent floor shall
be maintained within 2 stories or 10
meters, whichever is less, below and
directly under that portion of each tier of
beams on which any workis being
performed.
c) Pemasangan papan atau pijakan pada lantai
sementara harus kokoh dan tebal untuk
menampung beban pekerjaan. Pijakan
harus aman untuk mencegah pergeseran.
d) Pagar dan papan tumpuan yang standar
harus terpasang disekitar bagian terbuka
dari lantai permanent. Selama perakitan
baja, safety railing (seperti: kawat, tali,
kabel) dengan diameter minimum 10mm
harus terpasang dan dirawat oleh rigger
yang berkompeten, kira-kira 1.1 meter,
kedalam interior disekitar lantai
sementara.
e) Dimana jarak jatuh mencapai 2 meter,
scaffolds, tangga, landasan atau safety
harness dengan lanyard dipasang untuk
jalur atau objek-objek penting lainnya
harus digunakan. Safety net harus juga
tersedia dimana area pekerjaan mencapai
lebih dari 25 kaki (8 meter).
f) Container harus tersedia untuk
penyimpanan atau membawa baut atau
paku. Jika bagian atas baut, atau paku
dilepaskan, peralatan yang harus disediakan
untuk menghindari pemindahan tiba-tiba.
Alat yang disediakan adalah lanyard untuk
mencegah bahaya jatuh.
g) Selama penempatan terakhir komponen
jaringan solid, muatan tidak boleh
dilepaskan dari hoist hingga komponen
aman tanpa kurang dari 2 bolt, atau
sepadan, pada masing-masing koneksi.
h) MW tidak boleh mengizinkan karyawan
untuk berjalan diatas steel
(baja).Karyawan MW harus
terikat100% hingga kabel keselamatan
tersedia. Dua tali/ lanyard harus diperlukan
untuk memastikan benar-benar terikat.
c) Planking or metal decking in temporary
floors shall be of proper strength and
thickness to carry the working load.
Decking shall be secured to prevent
movement.
d) Standard guardrails and toe boards shall be
installed around open sides of permanent
floors. During structural steel assembly, a
SAFETY railing (wire rope cable) of a
minimum diameter of 10mm shall be
installed and maintained by a competent
rigger, approximately 1.1 meter, high
recessed into interior of floor around all
temporary floors.
e) Where fall distance exceeds 2 meters,
scaffolds, ladders, catch platforms or
SAFETY harnesses with lanyards attached to
lifelines or other substantial objects shall
be used. SAFETY nets shall also be provided
where a work area is more than 25 feet (8
meters).
f) Containers shall be provided for storing or
carrying bolts or rivets. When bolts drift
pins, or rivet heads are being removed, a
means shall be provided to prevent
accidental displacement. Tools shall be
provided lanyards to prevent falling.
g) During the final placing of solid web
structural members, the load shall not be
released from the hoisting line until the
members are secured with not less than two
bolts, or equivalent, at each connection.
h) MW shall not allow any
employees to walk the steel. MW's
employees must be tied off until SAFETY
cables are provided to which
employees shall tie off. Two lanyards may
be needed to ensure 100% tie-off.
 i) Peralatan yang aman untuk jalan masuk ke
tingkat yang sedang dikerjakan harus
terawat. Bagian untuk memanjat dan
meluncur dan penggunaan landasan kerja
yang ditinggikan termasuk work box tidak
dianggap sebagai access yang aman.
(Kegiatan tidak akan ditolerir diproyek ini).
5.2.14 Rencana tindakan Darurat Project
Project bangunan MW akan
menyediakan rencana tindakan darurat proyek
untuk pengevakuasian area kerja jika terjadi
bencana alam/ atau keadaan darurat pada project.
MW akan bertanggun jawab untuk
memberitahukan karyawannya tentang tanda-
tanda darurat dan rute utama untuk evakuasi.
5.3 STANDAR HES AREA KERJA
Standard HES untuk area kerja 5.3.1 sampai 5.3.11
dapat diterapkan pada semua lokasi proyek yang
terdapat dalam kontrak kerja.
5.3.1 Tangga – Tetap dan yang Mudah Dibawa.
Tangga yang aktif harus memenuhi persyaratan
standar untuk Landansan, Tempat jalan, Jenjang
dan tangga. Tangga yang mudah dibawa (timber)
harus memenui standard an AS 1892-4. Tangga
kayu yang bisa dibawa (portable timber ladder)
termasuk tangga untuk berjalan dan tangga
jembatan harus memenuhi standard tangga besi
portable.
a) Tangga aluminium tidak boleh dibawa atau
digunakan pada project kilang minyak sebelum
mendapatkan izin dari department MW.
b) Tangga harus terletak diarea project plant
untuk sewaktu-waktu dapat digunakan.
c) Tiap-tiap situasi pekerjaan dimana sebutah
tangga digunakan harus dinilai untuk langkah-
langkah pencegahan kerja di ketinggian
i) A safe means of access to the level being
worked shall be maintained. Climbing,
sliding columns and the use of elevated
work platforms including work boxes are
not considered safe access. ( This practice
will not be tolerated on this project)
5.2.14 Project Emergency Action Plan
MW Building Project will provide MW with a
Project Emergency Action plan for evacuation
of the work area in the event of a natural
disaster and/or project emergency. MW will
be responsible for advising its employees of
the emergency signals and primary evacuation
route.
5.3 WORK AREA HES STANDARDS
Work Area HES Standards 5.3.1 through to
5.3.11 are applicable to all project locations
affected by contracted work.
5.3.1 Ladders - Fixed and Portable
Fixed Ladders shall comply with the
requirements of Standards ‘Fixed Platforms,
Walkways, Stairways and Ladders’. Portable
ladders (timber) shall comply with Standard
and AS 1892-4 ‘Portable Timber Ladders
(including step ladders and trestle ladders)’.
Portable ladders (metal) shall comply with
Standards Portable Ladders Metal’.
a) Aluminium ladders whether of whole or part
construction shall not be brought on to, or
used at any refinery project without prior
approval from MW HES
Department.
b) Ladders shall only be located in Plant
Project areas for such time as is reasonable
to affect work.
d) Safety harness dan tali harus diterapkan
kapanpun tangga portable digunakan sesuai
dengan peraturan HES MW.
e) Semua tangga portable harus diinspeksi untuk
kerusakan dan integritas penggunaan untuk
kerja spesifik.
f) Tangga portable saat digunakan harus
terkondisi aman, dan harus dipegang oleh
karyawan lain selama digunakan.
g) Tangga tidak boleh dibiarkan berdiri jika tidak
digunakan (free standing) kapanpun.
h) Tangga harus selalu mempunyai pijakan tetap
untuk mencegah pergeseran kaki tangga yang
tidak diharapkan. Blok kayu, potongan-
potongan, tembok, dan lain-lain tidak boleh
digunakan untuk menyeimbangkan kaki
tangga.
i) Tangga portable harus ditempatkan pada
posisi yang kokoh pada 4:1, mempunyai access
yang dibagian atas dan bawah dan
memperpanjang minimal 1 meter atas tanah.
j) Semua tangga harus dilengkapi dengan kaki-
kaki yang disetujui oleh SAFETY
k) Tangga besi portable dan tangga diperkuat
kawat tidak boleh digunakan untuk pekerjaan
listrik atau dimana terjadi kontak dengan
penghantar listrik bisa diduga.
5.3.2. Permukaan dan Lantai
Permukaan dan Lantai yang standard harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Peraturan, Kesehatan, Lingkungan dan
Keselamatan.
b) Lantai sementara harus diinspeksi untuk
integritas oleh orang yang tepat sebelum
permulaan kerja dari tiap-tiap hari kerja.
c) Memproses dan mengoperasikan area: Multi
c) Each overhead work situation wherein a
ladder is used shall be assessed for
Overhead Work Precautions.
d) SAFETY harness and ropes’ shall apply
whenever any portable ladder is used in
accordance with MW HES
Regulations.
e) All portable ladders shall be inspected for
damage and integrity prior to use on any
specific job.
f) Portable ladders when in use shall be
secured, by a competent person, with rope
or ladder clamps to prevent slipping or
overbalancing. When not secured, they
shall be footed by another employee whilst
in use.
g) No ladder shall be left freestanding at any
time.
h) Ladders shall always have a firm footing to
prevent the ladder feet from moving
unexpectedly. Wooden blocks, off cuts,
bricks, etc shall not be used to level the
feet of any ladder.
i) Portable ladders shall be placed on a
substantial base at a 4:1 pitch, have a clear
access top and bottom and extend a
minimum of one (1) metre above the egress
landing.
j) All ladders shall be equipped with approved
SAFETY feet.
k) Portable metal ladders and wire reinforced
ladders shall not be used for any electrical
work or where contact with electrical
conductors is foreseeable.
5.3.2 Surfaces and Floors
Standards governing surfaces and floors shall
meet the requirements of:
a) Health, Environment and Safety
regulations.
b) Temporary flooring shall be inspected for
integrity by a competent person prior to
the commencement of work, on each
working day.
 Structure harus melengkapi JSA sebelum
pemasangan lantai sementara (temporary
floor) untuk memastikan bahwa proses dan
peogoperasian karyawan tidak beresiko
cidera dikarenakan susunan lantai
sementara.
d) Setiap sisi lantai yang terbuka (sementara
atau dibawah proses konstruksi) dimana
terdapat resiko cidera terhadap karyawan
dari jatuh harus di dilindungi oleh pagar
yang terbuat dari pipa besi, kayu 75 x 50
mm atau yang sejenisnya disekeliling pagar.
c) Process and Operating areas: MW
shall complete a “job SAFETY analysis”
prior to installation of temporary flooring
to ensure that process and
operating employees are not put at risk of
injury by the temporary flooring
configuration.
d) Every open-sided floor (temporary or under
construction) where there is a risk of
injury to employees from falling shall be
protected by a guard rail constructed of
metal tubing, hardwood timber 75 x 50mm
or equivalent around its perimeter.

5.3.3 Bekisting (Formwork) dan Penopang 5.3.3 Formwork and Shoring

Desain dan konstruksi dari landasan harus sesuai Design and construction of formwork shall be in
dengan peraturan standar untuk desain dan accordance with Standard ‘Rules for design and
konstruksi dari landasan (metric unit) dan construction of formwork’ (metric units) and
peraturan HES. Health, Environment and Safety regulations

a) Orang tidak diizinkan untuk bekerja diatas
atau berdekatan dengan (dimana terdapat
kemungkinan mereka jatuh atau tersandung)
besi yang tebal menonjol secara vertical,
keculai jika besi tersebut telah diamankan
untuk menghilangkan petensi pelaksanaan.
b) Hal yang disetujui untuk penggambaran atau
perencanaan untuk formwork dan penopang
harus tersedia ditempat kerja (proyek)
a) Persons shall not be permitted to work
above or adjacent to (where there is a
likelihood of them falling or stumbling)
vertically protruding reinforcing steel,
unless such steel has been adequately
guarded to eliminate the potential of
impalement.
b) Approved “Issue for Construction” drawings
or plans for formwork and shoring shall be
available at the job project.

5.3.4 Pengaman, Pegangan Tangan dan Tutup 5.3.4 Guards, Handrails and Platform Hole
lobang landasan Covers
Standar yang mencakup penutup lobang landasan, Standards covering platform hole covers,
pengaman dan susunan tangga untuk langkah, guards and handrails on steps, stairs, elevated
jenjang, tempat jalan yang tinggikan, dan walkways, and elevated platforms shall
landasan yang ditinggikan harus memenuhi aturan conform to the requirements of the Relevant
dengan pagar , yang terbuat dari besi pipa, kayu Standards Every open sided platform, where
ukuran 75 x 50 mm atau sejenisnya disekitar pagar: there is a risk of injury to employees from
a) Tidak ada yang boleh melepaskan susuran falling, shall be provided with a guardrail,
tangan, rail tengah, landasan, jalan tangga constructed of metal tubing, hardwood timber
dari pemasangan tetap diproject tanpa 75 x 50mm or equivalent around its
persetujuan lebih dahulu dari MW perimeters.
 b) Tali atau rantai harus digunakan sebagai
susuran tangan sementara. Kable baja
(diameter minimum 10mm) dan ditegakkan
oleh rigger yang berkompeten boleh
digunakan dimana MW telah mengeluarkan
persetujuan khusus.
c) Landasan 300mm atau lebih diatas tanah
harus dinilai sesuai dengan Proyek MW.
d) Standard HES proyek untuk “Bekerja di
ketinggian”
e) Pemagaran sementara harus terdiri dari
pemagaran top, pada ketinggian tidak
kurang dari 800 mm dan tidak kurang dari
1 meter diatas permukaan yang dilindungi,
dengan tonggak support yang berjarak
pada interval tidak lebih dari 3 meter.
f) Pemagaran bagian tengah mungkin
diperlukan. Material berukuran minimum
yang digunakan untuk pemagaran
sementara harus setara dengan kayu
ukuran 100 x 50 mm.
g) Kayu keras harus lurus dan jenis mutu no.1
h) Platform dan jalan tangga harus tetap
bersih dari equipment, gear, sampah, dan
sebagainya yang bisa menyebabkan
seseorang jatuh atau tersandung.
i) Kapan saja lead las listrik dan/ atau selang
oxy-acetylene atau selang udara platform
melintang atau jalan tangga, mereka harus
ditempatkan dan diamankan pada mid rail
platform atau jalan tangga dengan alat
yang cocok.
j) Landasan jalan tangga tidak boleh
digunakan untuk menyimpan material atau
equipment.
k) Orang tidak boleh berlari naik atau turun
tangga
5.3.5 Perancah
Standar mencakup tangga dan perancah harus
memenuhi persyaratan standard:
a) Semua tangga dan perancah harus tegak
a) No person shall remove any part of any
permanent handrail, mid rail, platform,
kick plate or stairway from any project
fixed installation without specific prior
approval from MW.
b) Rope or chain shall not be used as a
temporary handrail. Steel cable (minimum
diameter of 10mm) and erected by a
competent rigger may be used where MW
has granted specific approval.
c) Runways 300mm or more above ground
level shall be assessed in accordance with
MW Project.
d) Project’s HES Standard “Working from
Heights”.
e) A standard temporary railing shall consist of
a top rail, at a height of not less than
800mm and not more than 1 metre above
the surface being protected, with vertical
support posts spaced at intervals not
exceeding 3 metres.
f) Intermediate railing may also be required.
Minimum size material used for temporary
railing shall be equivalent to 100 x 50mm
hardwood timber.
g) Hardwood timber shall be “first class
straight grain”.
h) Platforms and stairways shall be kept clear
of equipment, gear, rubbish, etc that may
cause a person to fall, trip or stumble.
i) Whenever electric welding leads and/or
Oxy-Acetylene hoses or air hoses traverse
platforms or stairways, they shall be
located and secured on the mid rail of the
platform or stairway by suitable means.
j) Stairway landings shall not be used to store
material or equipment.
k) No person shall run up or down a stairway.
5.3.5 Scaffolding
Standards covering scaffolds and scaffolding
shall comply with the requirements relevant
Standard. Subsequently:
a) All scaffolds and scaffolding shall only be
 lurus, dimodifikasi dan di bongkar sesuai
dengan sistem SCAFFTAG dan oleh orang
yang berkompeten dengan sertifikasi
persetujuan pelaksanaan tugas
b) Seluruh landasan pekerjaan harus diletakan
berdekatan dan terikat secara aman pada
kedua ujung dengan 8 mm tali fiber atau 4
mm tali kawat.
c) Tangga tidak boleh tegak lurus pada situasi
tertentu yang ini akan menghalangi access
kendaraan emergency.
d) Tangga tidak boleh tegak lurus dijalan raya
dan jalan masuk tanpa pertimbangan.
e) Perancah/ tangga tidak boleh tegak lurus
tanpa pertimbangan dan penerapan
prosedur barikade yang sesuai dan prosedur
kerja diketinggian.
f) Tangga, ditempat terbuka untuk cuaca
ekstrim, kondisi lokasi yang tidak nyaman
atau ketika secara struktur terjadi
perubahan, tidak boleh ditinggalkan pada
posisi untuk tempo lebih dari 3 bulan tanpa
penginspeksian komponen.
g) Apabila tangga rusak atau tercabut secara
tiba-tiba harus dipindahkan ke titik dimana
komponen-komponen rusak bisa hilangkan
atau diganti.
h) Komponen perancah, yang rusak
dikarenakan kecelakaan harud dihancurkan
(setelah dilakukan investigasi penyeba
kerusakan)
i) Komponen rusak tidak boleh dimodifikasi
atau digunkan pada penegakkan scaffold.
j) Sebuah rekayasa desain termasuk kalkulasi
harus disetujui sebelum semua scaffold non
standard ditegakkan atau digunakan.
k) Perancah pipa dan penjempit sebagaimana
direkomendasikan harus mempunyai
standar material pipa yang sesuai dengan
ketentuan berikut:
Baja:
tahanan tekanan minimum 200 Mpa
erected, modified or dismantled in
conjunction with the SCAFFTAG system and
by a competent person with duly approval
certification.
b) All working platform planks shall be closely
laid and securely lashed at both ends with
either 8 mm fibre rope or 4 mm wire rope.
c) Scaffolds shall not be erected in such a
situation that it will impede the access of
emergency vehicles.
d) Scaffolds shall not be erected on roadways
and access ways without the consideration
and application of collision protection from
vehicles and mobile equipment.
e) Scaffolds shall not be erected without
consideration and application of the
relevant Barricade Procedure, and
Overhead Work Procedure.
f) Scaffolds, where exposed to extremes of
weather, adverse location conditions or
when structurally changed shall not be left
in positions for a period in excess of three
(3) months without a thorough inspection
of the components.
g) Whenever a scaffold is damaged or
dislodged by accident it shall be
dismantled to a point where any damaged
components can be removed and replaced.
h) Any scaffold component, which is damaged
as a result of an accident, shall be
destroyed (after investigation of cause of
damage).
i) No damaged or modified component shall
be used in the erection of any scaffold.
j) An engineer design including calculations
must be approved prior to all non standard
scaffolds being erected or used.
k) Tube and clamp Scaffolding as
recommended scaffolding should have tube
material standard meets the following
standard :
Steel:
Minimum yield stress 200 MPa
diameter 48mm Diameter 48mm
kedalaman dinding dalam 4mm Inner wall thickness 4mm
Aluminum:
tekanan minimum 241 MPa Minimum yield stress 241 MPa
diameter 48.4mm Diameter 48.4mm
ketebalan dinding dalam 4.5 mm Inner wall thickness 4.5mm

Pijakan atau pangkalan untuk tangga harus padu,
rigid dan dapat mengangkut beban maksimum
tanpa harus disetel atau di pindahkan, sesuai
dengan standard scaffolding.
Footings or anchorage for any scaffold shall be
sound, rigid and capable of carrying the
maximum intended load without settling or
displacement, in accordance with scaffolding
Standards.

5.3.5.1 Perancah Gantung 5.3.5.1 Suspended Scaffolds

Standard desain, pemasangan dan penggunaan The standard of design, installation and usage
untuk perancah gantung harus memenuhi of suspended scaffolds shall conform to
peraturan Kesehatan, Lingkungan dan Health, Environment and Safety regulations
Keselamatan.

Umum
a) Perhatian khusus harus diberikan terhadap
penempatan rambu “Bahaya-Pekerja
Diatas” dan perlu melakukan inspeksi serta
pengujian oleh orang yang berkompeten
sebelum pemakaian.
b) Titian boatswain chair tidak boleh
digunakan sebagai jalan masuk atau keluar
ke level/tempat yang lain.
c) Setiap orang yang bekerja dari atas papan
gantung ringan harus duduk atau berdiri
ditengah bagian atas pagar.
d) Papan tangga atau material yang lain harus d) Scaffold planks or other such material
ditempatkan pada papan material atau
pagar pengaman dalam mendapatkan
pekerjaan atau jalan masuk diketinggian
dari panggung.
e) Orang yang menggunakan atau bekerja
pada papan gantung kecil harus tetap
berada panggung yang tertutup.
General
a) Particular attention shall be given to the
implementation of the ‘Danger - Workers
Above’ signage and the requirement to
carry out inspection and testing by a
competent person prior to use.
b) No person shall use a boatswain chair or
light duty suspended stage as a means of
access/egress to another level or place.
c) Any person who works from a light duty
suspended stage shall not sit or stand on
the mid or top rail of a stage.
shall not be placed on fender boards or
guardrails in an endeavour to gain extra
working or access height from the stage.
e) Persons using or working from a light duty
suspended stage shall remain within the
confines of the stage.

5.3.5.2 Pelabelan Perancah 5.3.5.2 Scaffold Tagging

Pelabelan perancah adalah system keselamatan Scaffold tag is an internationally used scaffold
tangga yang digunakan secara internasional dan SAFETY system and through its simplicity,
mengacu kepada kesederhanaanya, anjuran dan encourages and controls the SAFETY of
pengontrolan keselamatan scaffolding, dan dari scaffolding, and of those who erect/dismantle
yang menegakkan/membongkar dan
menggunakannya. Sistem Scafftag/pelabelan harus
digunakan sebagai system peringatan visual untuk
memunculkan status warna merah dan hijau
(seperti: selamat vs. tidak selamat) dari
scaffolding.
5.3.6 Kotak kerja, Kotak Pengangkat dan
Peralatan Rigging
Peregistrasian untuk kotak kerja (work boxes)
harus sesuai dengan HES MW untuk “Izin untuk
laporan Work Box”. Work boxes hanya digunakan
untuk mendapatkan sebuah izin work box
disetujui.
Box pengangkatan digambarkan sebagai “lampiran
pengangkatan beban yang tidak tetap” dan
digunakan untuk mengangkat equipment dan/ atau
beban material (bukan karyawan)
a) Work boxes digunakan untuk pemakaian
karyawan dan harus digunakan sebagai
material utama atau hoist equipment
b) Selama pengangkatan dan penurunan work
box dengan orang, tidak boleh ada bagian
dari orang harus meluas melebihi batas
work box, dan karyawan tidak dizinkan
untuk mengeluarkan work box saat sedang
diangkat.
c) Orang tidak boleh mengendarai diatas, atau
didalam, sebuah lift box.
d) Saat equipment atau material diangkat or
diturunkan in didalam sebuah lift box,
material atau equipment tersebut tidak
boleh menonjol keluar dari batas lift box.
e) Penyangga, saat digunakan, harus
termonitor.
f) Safe Working Load (S.W.L) dari tiap-tiap
crane dan elemen pengangkatan harus
dtempatkan secara jelas.
g) Saat perawatan/ perbaikan diperlukan,
pusat power supply harus dikunci dan
diberi label dengan posisi OFF sesuai
dengan prosedur pelabelan dan isolasi.
and use it. The ‘Scafftag System’ shall be used
as a visual warning system to display the status
red and green color (i.e. safe versus unsafe) of
scaffolding.
5.3.6 Work Boxes, Lift Boxes and Rigging
Equipment
The registration of Work Boxes shall be in
accordance with MW Health,
Environment and Safety regulations, for
“Permission for Work Box Sheet”. Work boxes
shall only be used after obtaining an approved
Work Box Permission Sheet.
Lift Boxes are best described as “non-fixed
load-lifting attachments” and are intended to
lift equipment and/or material loads (not
employees).
a) Work Boxes are intended for employees
use and shall not be used as General-
purpose material or equipment hoists.
b) During raising and lowering of work boxes
with persons therein, no part of the
person(s) shall extend beyond the confines
of the work box, and employees are not
permitted to exit the work box whilst it is
elevated.
c) No person shall ride on, or in, a lift box.
d) Whenever equipment or material is raised
or lowered in a lift box, such material or
equipment shall not protrude from the
confines of the lift box.
e) Shackles, when used, shall be moused.
f) The safe working load (S.W.L.) of each
crane and its lifting elements shall be
clearly posted.
g) When maintenance/repair work is
necessary, the main power supply shall be
locked and tagged in the OFF position in
accordance with the project isolation and
tagging procedures.
h) All guards and Safety devices shall be in
 h) Seluruh pengaman dan alat keselamatan position before the cranes are brought into
harus tersedia sebelum crane di service. service.
i) Operator Crane tidak boleh meninggalkan i) Crane operators shall not leave their
posisi mereka pada pengontrol sementara position at the controls while the load is
beban masih tergantung. Sebelum suspended. Before leaving the crane
meninggalkan crane tanpa perawatan, unattended, the operator shall land any
operator harus mendaratkan beban yang attached load and place the pendant
tergantung dan menempatkan label control control in the OFF position.
dalam posisi OFF. j) In the event of failure of the crane
j) Jika terjadi kerusakan pada fungsi Crane functions whilst a load is suspended, the
saat beban masih tergantung, operator crane operator shall barricade off the load
crane harus membarikade tempat landing area to ensure no other person
pendaratan beban untuk memastikan tidak enters that area and notify his/her
ada yang memasuki area tersebut dan Supervisor. The barricade shall remain in
melaporkannya kepada Supervisor. Barikade place until repairs are complete.
harus tetap berada ditempat hingga k) Monorails onto which a hoist is attached or
perbaikan selesai. other lifting device trolley can be attached
k) Monorail (rail tunggal) dimana hoist shall have a SAFETY factor of not less than
terpasang atau trolley alat pengangkat yang five, i.e. five (5) times the S.W.L. of the
lain yang bisa dipasangkan harus crane or lifting device.
mempunyai factor keselamatan tidak l) Where monorails are used and the
kurang dari 5 kali S.W.L dari crane atau alat pendant operator is required to walk with
pengangkat. the pendant, the aisles or access ways
l) Dimana monorail digunakan dan operator shall be kept clear to avoid tripping
diperlukan untuk berjalan dengan hazards.
penggantung, jalur atau jalan masuk harus m) All lifting methods shall facilitate true
tetap clear untuk menghindari bahaya vertical lifts only. Stationary or mobile
tergelincir/ tersandung. cranes shall not be used as a ‘Come-a-
m) Semua metode pengangkatan harus hanya long” to drift loads away from or to a
mempasilitasi pengangkatan vertical. vertical lift position.
Stationary atau mobile crane harus n) Where a suspended load on a monorail
digunakan “come-a-long” untuk crane can swing as a result of travel, a tag
mengangkat beban dari atau ke posisi line shall be used to control the load
pengangkatan vertical. swing.
n) Dimana sebuah bebang yang digantung pada
sebuah crane monorail dapat mengayun
saat perjalanan, pelabalen harusi digunakan
untuk mengontrol ayunan.

5.3.7 Peralatan Sling dan Rigging 5.3.7 Rigging and Slinging Equipment

Inspeksi visual akan dilakukan sebelum setiap
penggunaan alat rigging dan pengikatan, dengan
semua peralatan yang menampilkan rambu-rambu
pemakaian yang berlebih dan kerusakan yang
segera dibuang
A visual inspection will be conducted prior to
every use of rigging and slinging equipment,
with all equipment displaying signs of excessive
wear or damage being discarded.
Semua peralatan riggin dan sling harus diinspeksi
dan diberi kode warna setiap tiga bulan.
Pengodean warna yang digunakan untuk inspeksi
peralatan rigging adalah:
Januari s/d Maret – Putih
April s/d Juni – Hijau
Juli s/d September – Biru
Oktober s/d Desember – Kuning
Masing-masing proyek menggunakan sebuah
system, baik local ataupun yang diatas, pada
program pengujiannya. Tiap bagian dari equipment
akan secara unik diberi nomor dan secara jelas
menunjukkan nilai SWL. Penginspeksian akan
dilakukan oleh rigger yang kompeten. Supplier
perlu menyediakan sebuah “Sertifikat load yang
terbukti” untuk semua equipment pengangkat
beban (sling, blok rantai, dan lain-lain) dengan
penyambungan mechanical “tidak penyambungan
tangan”. Peralatan rigging, termasuk cantolan dan
hook, akan diangkat melebihi berat yang
direkomendasikan pabrik dan standar internasional
yang dapat diterapkan.
Penyambungan kawat sling dengan tangan tidak
dibenarkan diproject ini. Grab, hook, clamp, dan
lain-lain dengan special desain harus ditandai
untuk menunjukkan pengangkatan kerja yang aman
dan harus dibuktikan pengujian sebelum
menggunakan hingga 125% dari nilai bebannya. Tali
kawat tidak boleh digunakan jiak ada 6 kawat yang
distribusikan secara random pada 1 penempatan
tali; 3 (tiga) kawat rusak didalam satu untai
didalam 1 penempatan tali., atau jika tali
menunjukkan tanda penggunaan yang berlebih,
kekusutan, kerusakan, atau kecacatan yang lain.
Tali kawat yang telah disambung tidak boleh
mempunyai kurang dari 3 (tiga) kedutan. Klip tali
kawat berbentu ”U” boleh dipakai sehingga section
”U” memiliki hubungan dengan bagian ujung tali.
All rigging and slinging equipment must be
inspected and color coded every three months.
The color-coding used for the inspection of
rigging equipment is:
January to March White
April to June Green
July to September Blue
October to December Yellow
Each project will use a system, either local or
the above, in its testing program.
Each piece of equipment will be uniquely
numbered and clearly exhibit the safe working
load (SWL) rating. The inspections will be
conducted by a competent rigger.
Suppliers are required to provide a “Proof
Load Certificate” for all loads bearing
equipment (slings, chain blocks, etc.) with
mechanical spliced “Not hand spliced”. Rigging
equipment, including shackles and hooks, will
not be loaded in excess of its manufacturer’s
recommended safe working load and applicable
international standards. No hand spliced wire
slings are allowed in this project.
Special custom designed grabs, hooks, clamps,
etc., shall be marked to indicate safe working
loads and shall be proof-tested prior to use to
one hundred twenty-five percent (125%) of
their rated loads.
Wire rope should not be used if there are six
(6) randomly distributed broken wires in one
rope lay; three (3) broken wires in one strand
in one (1) rope lay; or if the rope shows signs of
excessive wear, kinks, corrosion, or other
defect. Wire ropes that have splices should not
have less than three (3) tucks. “U” bolt wire
rope clips will be applied so that the “U”
section is in contact with the “dead end” of the
rope.
Catatan!!! Hooks yang dibuat dari baut, rod, rebar, Note!!! Job shop hooks formed from
dan lain-lain tidak boleh digunakan. bolts, rods, rebar, etc., are not to be used.

5.3.8. Peralatan Tangan Tenaga Mesin. 5.3.8 Hand and Power Tools

Semua peralatan tangan dan tenaga mesin, yang
dilengkapi oleh MW, harus diperlihara dalam
kondisi yang aman. MWtidak boleh mengeluarkan
permit untuk menggunakan peralatan tangan dan
tenaga mesin yang tidak aman.
Peralatan power listrik harus memilik system
grounding atau double isolasi dengan
penginspeksian grounding equipment yang akurat
atau perlindungan GFCI (ground fault circuit
interruptor) tersedia. Pneumatic power tools harus
aman pada selang atau di whip dengan alat-alat
positif.
Hanya karyawan yang terlatih boleh
mengoperasikan power actuated tools. Data
sertifikasi, kartu sertifikasi karyawan, atau
dokumentasi sejenisnya harus disediakan oleh MW
pada masing-masing karyawannya yang
menggunakan power actuated tools selama
pelaksanaan pekerjaan dengan mesin grinda yang
harus memenuhi standard, dan persyaratan
termasuk kode warna. Kabel, lead dan selang harus
terjaga sedikitnya 7 feet (2 meter) diatas tanah
atau ketinggian berapa saja sesuai keperluan agar
terlindung dari lalu lintas, air, mechanical,
kerusakan dan bahaya tersandung.
All hand and power tools, whether furnished
by MW, shall be maintained in a safe
condition. MW shall not issue nor permit the
use of unsafe hand or power tools. Electrical
power tools shall be
grounded or double insulated with proper
assured equipment grounding inspections or
Ground Fault Interrupter circuit protection
provided. Pneumatic power tools shall be
secured to the hose or whip by some positive
means.
Only properly trained employees shall operate
power-actuated tools. Certification records,
employee certification cards, or equivalent
certification documentation shall be
maintained by MW on each of its employees
using power-actuated tools during
performance of the Work. All grinding
machines shall conform to Relevant Standards,
requirements
including color coding. Cords, leads and
hoses shall be kept at least seven feet (two
meters) off the ground or whatever height is
necessary to be protected from traffic, water,
mechanical damage and creating tripping
hazards.

5.3.9. Tabung Gas 5.3.9 Gas Cylinders

Tabung gas harus digunakan sesuai dengan
standard dan sesuai dengan arahan secara prinsip.
Hal ini mencakup, tetapi tidak menjabarkan secara
mendalam:
a) Tabung gas padat harus aman pada posisi
tegak lurus setiap saat.
b) MW harus menyetujui lokasi
penyimpanan Tabung gas.
c) Saat pentransportasian, pemindahan dan
penyimpanan tabung gas, kepala valve
harus tersedia dan aman
d) Tabung tidak boleh diangkat menggunakan
hoist dengan magnet atau sling penjepit.
Kepala pelindung valve tidka boleh
digunakan untuk pengangkatan cylinder.
Gas Cylinders shall be used in accordance with
the Standard and in accordance with the
Principles directions. This includes, but is not
exhaustive of:
a) Compressed gas cylinders shall be secured
in an upright position at all times.
b) MW Project shall approve the
Location of cylinder storage areas.
c) When transporting, moving and storing
cylinders, valve protection caps shall be in
place and secured
e) Tabung harus terjaga dari percikan api,
biji panas dan api, atau
secara aman terlindung.
f) Tabung tidak boleh ditempatkan
dimana mereka akan menjadi bagian
 sumber listrik
g) Tabung harus diberi label dan/ atau yang
sesuai dengan yang ada pada contennya.
h) Penyimpanan Tabung oksigen harus terpisah
dari tabung gas bahan bakar atau zat yang
mudah terbakar sedikitnya 20 kaki (6
meter) atau dengan pengangkat yang tidak
mudah terbakar tinggi paling sedikit 5 kaki
(2 meter) dengan nilai pertahanan api
paling sedikit 1,5 jam dan tabung kosong
harus terpisah diatas tabung yang penuh
dan tersimpan dengan rapi.
i) Rambu “Tidak boleh merokok” dan “Tidak
boleh membuka api” harus terpasang pada
area penyimpanan bersamaan dengna
tanda-tanda yang harus secara
menunjukkan adanya penempatan tabung.
j) Panangkal arus flash back harus terpasang
pada semua tabung pada ujung tabung dan
periksa valve pada lampu pemotong.
k) Trolley yang disetujui akan digunakan untuk
gas yang disimpan dilapangan.
l) Semua lampu potong oxygen/ acetylene
harus memiliki sebuah penangkal arus flash
back pada masing-masing regulator dan
check valve terpasang pada masing torch/
penyambungan salah.
m) Kode warna untuk botol gas.
d) Cylinders shall not be hoisted by magnets
or choker slings. Valve protection caps
shall not be used for hoisting cylinders.
e) Cylinders shall be kept away from sparks,
hot slag and flames, or be adequately
protect.
f) Cylinders shall not be placed where they
can become part of an electrical circuit.
g) Cylinders shall be labeled and/or as to the
nature of their contents.
h) Oxygen cylinders in storage shall be
separated from fuel gas cylinders or
combustible materials a minimum of 20
feet (six meters) or by a non-combustible
barrier at least five feet (two meters) high
having a fire-resistant rating of at least
one-half hour and empty cylinders shall be
separated as above from full cylinders and
stored with like cylinders.
i) "No Smoking" and “No Naked Flames” signs
shall be posted at storage areas together
with signs shall clearly indicate contents of
cylinders.
j) Anti-flashback arrestors shall be installed
on all cylinders at the cylinder end and
check valve at cutting torches.
k) The Approval trolley will be used for gas
cylinders stored in the field
l) All oxygen / acetylene cutting torches
shall have a flashback arrester installed in
each regulator and a check valve installed
on each torch / hose connection
m) Gas bottle Color code
5.3.10. Pembongkaran Lantai dan Dinding dan 5.3.10 Floor and Wall Openings and Stairways
Tangga
Pembongkaran lantai dan dinding harus diamankan Floor and wall openings shall be guarded by a
dengan pagar yang standar, mid-rail, dan papan standard guardrail, mid-rail, and toe board, or
pijakan, atau ditutup sebagaimana mestinya. adequately covered. The following shall apply
Berikut hal-hal yang harus diterap disemua proyek: on all projects:

a) Pagar harus cukup kuat untuk menyangga 200
pound tekanan saat digunakan pada bagian
tengah dari pagar yang parallel dengan lantai
dan gas tegak lurus ke pagar dengan kecacata
minimal 3 inci penyebrangan (76 milimeter).
b) Tutup harus aman untuk mencegah pembuangan
dan dilengkapi dengan tanda “Bahaya/ Danger”
yang mengidentifikasikan bahaya.
c) Setiap tingkat dari tangga yang mempunyai
empat atau lebih anak tangga harus dilengkapi
degan pegangan/pagar yang standar. Tangga
tidak boleh digunakan hingga anak tangga dan
pegangan benar-benar terpasang. Tapak akan di
tuang sesegera mungkin dimana tapak yang
dituangi digunakan.
d) Runtuhan atau material longgar yang lain tidak
boleh digunakan pada tangga atau access
menuju tangga. Runtuhan tidak dibenarkan
menumpuk di tangga.
a) Guardrails must be sufficient strength to
support 200 pounds of pressure when
applied at mid-span of the guardrail
parallel with the floor and perpendicular
to the guardrail with a minimum defection
of 3 inches (76 millimeters).
b) Covers must be adequately secured to
prevent displacement and have "Danger"
signs attached identifying the hazard.
c) Every flight of stairs having four or more
risers shall be equipped with standard stair
railings. Stairs are not to be used until
risers and railings are securely installed.
Treads will be poured as soon as possible
where poured treads apply.
d) Debris and other loose materials shall not
be allowed on stairways or at access point
to stairway. Debris shall not be allowed to
accumulate in stairwells.

5.4 STANDAR KESELAMATAN PERALATAN 5.4 EQUIPMENT SAFETY STANDARDS

5.4.1 Pengangkat Peralatan dan Lokasi tetap. 5.4.1 Conveying Equipment and Fixed Plant

Equipment pengangkat dan mesin industri besar
seperti pusat pompa dan loader pengiriman
merupakan alat vital bagi MW, kilang minyak dan
operasi export dan keamanan dari pemasangan
untuk memastikan pentingnya operasi
berkelanjutan. Peraturan perundang-undangan
yang berhubungan pengoperasian yang aman dari
mesin ini dan equipment dicakup dalam Peraturan
HES MW.
Conveying equipment and large industrial
machines such pumping stations and ship
loaders are vital to MW’s, refinery and
exports operations and the safeguard of these
installations to ensure continued operation is
essential. Statutory regulations related to
the safe operations of these machines and
equipment is covered by MW HES Regulations.
UMUM
Alat pembawa, pompa dan loader (pengangkut)
merupakan jenis pekerjaan yang dapat dimulai
secara otomatis atau dengan menggunakan remot
control. Orang tidak boleh mengakses atau
memanjat keatas atau ke bagian apapun dari
equipment kapan saja tanpa pertimbangan-
pertimbangan berikut:
a) Bekerja pada mesin dan equipment tidak
boleh dimulai hingga sistem yang sesuai
telah terisolasi dengan semestinya,
penguncian (lock out) dan pelabelan
menurut ketentuan MW.
b) Pengaman Keselamatan, susuran tangan/
tangga atau alat penguncian tidak boleh
dihilangkan atau diabaikan kecuali jika
secara khusus mendapat izin dari MW.
c) System pengangkat on-line tidak boleh
dihentikan oleh siapapun kecuali telah
mendapatkan untuk melakukannya, diluar
kondisi darurat.
d) Material tidak boleh buang atau dikeluarkan
ke pengangkat yang bergerak, kecuali
pemasangan yang didesain secara sesuai
telah disediakan secara khusus untuk
keperluan itu.
e) Hot work (memotong, mengelas atau
memanaskan) tidak boleh dilakukan diatas
pengikat yang terbuat dari karet atau
peralatan tanpa prosedur izin pemotongan
dan pengelasan yang sesuai dengan langkah
pencegahan.
f) Jalan access disamping semua sabuk alat
angkat (conveyor belt) dan pipa harus tetap
clear dari semua material.
g) Alat angkat tidak boleh digunakan untuk
mengangkat tool, equipment atau karyawan
h) Alat angkat portable harus mempunyai
papan alas untuk menghindari terjadinya
jatuh kesamping dan material ringan atau
longgar meledak.
i) Semua alat angkat termasuk pengangkat
GENERAL
Conveyors, pumps and loaders are typical of
plant that can start up automatically or by
remote control. No person shall access or climb
onto or over any part of this equipment at any
time without due consideration of the following:
a) Work on machines and equipment shall not
be commenced until the relevant system
has been appropriately isolated, locked
out and tagged in accordance from MW.
b) SAFETY guards, handrails or SAFETY
interlock devices shall not be removed or
overridden unless specifically approved by
MW for testing purposes.
c) An on-line conveyor system shall not be
stopped by any person unless specifically
authorized to do so, outside an emergency
situation.
d) Material shall not be thrown or shoveled
onto a moving conveyor, unless a suitably
designed installation has been provided
specifically for that purpose.
e) Hot work (cutting, welding or heating)
shall not take place over a rubber conveyor
belt or rubber lined piping or equipment
without a cutting and welding permit,
obtained under the ‘Cutting and Welding
Permit Procedure’ and appropriate fire
precautions complied with.
f) Access ways beside all conveyor belts and
piping shall be kept clear of all material.
g) Conveyors shall not be used to convey
tools, equipment or employees.
h) Portable conveyors shall have skirt boards
to keep heavy material from falling over
the sides and light or loose material from
blowing off.
i) All conveyors including bucket elevators
shall be fitted with a locking or anti-
rollback device to hold the conveying unit
at various locations.
 bucket harus sesuai dengan penguncian
tau alat antisipasi terguling untuk
menahan alat pengangkat pada lokasi yang
berbeda-beda.
5.4.2 Crane Tiang Tetap dan Monarail
Seluruh crane termasuk mesin Derek dan hoist
yang terpasang dengan posisi tetap pada rail
tunggal, layer topang, dan tiang harus didesain,
dipasang dan diuji sesuai dengan persyaratan
standard dan proyek.
Umum
a) Davit, Tiang, Crane tidak boleh
dioperasikan oleh orang-orang belum
mendapat izin dan memiliki kompetensi
sesuai dengan peraturan GOI.
b) Semua power pengoperasian crane yang
dipasang harus sesuai dengan tombol stop
hoist darurat.
c) SWL dari masing-masing crane dan elemen
pengangkatnya harus terpasang secara
jelas.
d) Saat pekerjaan perawatan/ perbaikan
diperlukan, supply power utama harus
terkunci dan dilabel dalam posisi OFF sesuai
dengan pengisolasian lokasi dan pelabelan.
e) Semua alat pengaman dan keselamatan
harus tersedia sebelum crane dibawa untuk
service.
f) Operator Crane harus meninggalkan posisi
mereka pada posisi control saat beban
tergantung. Sebelum meninggalkan crane,
operator harus menurunkan beban dan
menempatkan control pada posisi OFF.
g) Jika terjadi kesalahan pada fungsi crane
saat load sedang tergantung, operator
crane harus membarikade dan
menempatkan rambu pada area penurunan
beban untuk memastikan tidak ada orang
memasuki area dan memberitahukannya
kepada Supervisor. Barikade harus tetap
5.4.2 Fixed, Davit, Pillar and Monorail Cranes
All cranes including winches and hoists installed
in fixed positions on monorails, jibs and pillars
shall be designed, installed and tested in
accordance with the Standards and Project
requirements.
General
a) No person shall be permitted to operate
fixed, davit or pillar cranes unless
competent to do so as GOI regulation.
b) All power-operated cranes so installed
shall be fitted with an emergency hoist
stop limit switch.
c) The safe working load (S.W.L.) of each
crane and its lifting elements shall be
clearly posted.
d) When maintenance/repair work is
necessary, the main power supply shall be
locked and tagged in the OFF position
accordance with the site isolation and
tagging
e) All guards and SAFETY devices shall be in
position before the cranes are brought into
service.
f) Crane operators shall not leave their
position at the controls while the load is
suspended. Before leaving the crane
unattended, the operator shall land any
attached load and place the pendant
control in the OFF position.
g) In the event of failure of the crane
functions whilst a load is suspended, the
crane operator shall barricade and signpost
the load landing area to ensure no other
person enters the area and notifies his/her
supervisor. The barricade shall remain in
place until repairs are complete.
h) Monorails onto which a hoist is attached or
 berada ditempat hingga perbaikan selesai.
h) Monorail dimana hoist dipasangkan atau
alat trolley angkatyang lain harus
mempunyai faktor KESELAMATAN tidak
kurang dari lima, seperti lima (5) kali S.W.L
dari crane alat angkat crane.
i) Dimana monorail digunakan dan operator
diperlukan untuk berjalan dengan
penggantung, jalur atau jalan masuk harus
tetap clear untuk menghindari bahaya
tergelincir/ tersandung.
j) Semua metode pengangkatan harus hanya
memfasilitasi pengangkatan vertical.
Stationary atau mobile crane tidak boleh
digunakan sebagai ”Come-a-long” untuk
mengangkat beban dari atau ke posisi
pengangkatan vertical.
k) Dimana beban tergantung pada sebuah
crane monorail dapat mengayun saat
berjalan, sebuah label atau tali yang sesuai
harus mengontrol ayunan beban.
5.4.3 Mobile Cranes
Mobile crane milik MW atau yang disewa oleh
MW harus memiliki log book dan operasi
pabrik yang masih berlaku. Petunjuk
perawatan/ setiap saat dan sertifikasi yang
disetujui sebagaimanamestinya dari
pemerintah Indonesia. Sebuah inspeksi pre-
mobilisasi akan dilengkapi oleh departemen
Equipment dan HES dengan semua pendaftaran dan
dokumentasi perundang-undangan sebelum crane
digunakan pada Proyek.
5.4.4 Penyanggah & Gerinda
Pemasangan pedestal drill, grinda dan penyangga
(buffer) harus disesuaikan dengan standard.
Pemilihan, pemasangan, konstuksi, pengaman,
pengendalian dan pemakaian batu grinda dan
penyanggah harus sesuai dengan peraturan HES
MW. Alat pengaman keselamatan tidak boleh
dilepaskan dari mesin grinda atau mesin bor
kecuali jika ada perbaikan dengan memasang label
other lifting device trolley shall have a
SAFETY factor of not less than five, i.e.
five (5) times the S.W.L. of the crane of
lifting device.
i) Where monorails are used and the pendant
operator is required to walk with the
pendant, the aisles or access ways shall be
kept clear to avoid tripping hazards.
j) All lifting methods shall facilitate true
vertical lifts only. Stationary or mobile
cranes shall not be used as a ‘Cum-a-long”
to drift loads away from or to a vertical lift
position.
k) Where a suspended load on a monorail
crane can swing as a result of travel, a tag
line or similar rope shall control the load
swing.
5.4.3 Mobile Cranes
Mobile Cranes owned by MW or leased by
MW shall carry the current Log Book and
crane manufacturer’s Operation, Maintenance
Manual/s at all times and duly valid
approval certificate from Government of
Indonesia. A pre-mobilisation inspection will be
completed by Construction Equipment and HES
Department with all
registration and statutory documentation prior
to the crane being used on the Project.
5.4.4 Pedestal Drills, Grinders and Buffers
Installation of Electric Pedestal Drills, Grinders
and Buffers shall be in accordance with
Relevant Standards. The selection, installation,
construction, safe guarding, care and use of
grinding wheels and buffers shall be in
accordance with MW HES Regulations.
No person shall remove any SAFETY guard
device from a grinding or drilling machine
”out of service”
a) Operasi Penyanggahan, penggrindaan dan
pengeboran menyebabkan proyektil yang
beterbangan. Operator mesin-mesin ini
harus melindungi diri mereka dan yang lain
disekitar tempat kerja dengan
menggunakan PPE, pelindung telinga
minimum dan kacamata.
b) Tidak boleh mengoperasikan pengeboran,
penggerindaan atau penyanggahan dalam
situasi kerja sementara hingga equpment
benar lengkap dan tersedia secara aman.
c) Grinda atau buffer harus cocok dengan
cutting wheel yang lain, seperti: saw blade,
polishing disc atau pad, dan lain-lain yang
telah mendapat rekomendasi pabrik.
5.4.5 Kipas Angin dan Blower portable
Semua kipas dan blower portable untuk industri
harus menjalani pengujian dibawah Fan Test Code,
untuk menentukan kapasitas dan ditandai
sebagaimana mestinya. Kawat listrik dan pengujian
harus memenuhi persyaratan keselamatan listrik
MW.
Umum General
a) Semua kipas dan blower listrik harus a)
dilindung oleh Earth Leakage Circuit
Breaker (E.L.C.B)
b) Tidak boleh melanjutkan menggunakan fan b) No person shall continue to use a portable
atau blower portable jika tidak dilengkapi
dengan alat mesh dan grill untuk mencegah
kontak secara dengan piringan kipas.
c) Saat digunakan sebagai kipas untuk sebuah
kapal atau ruang tertutup, material c)
tersebut ditempatkan hingga kapasitas
kipas yang dikurangi tidak boleh
menghalangi tempat masuk atau keluar
pada kipas/ blower
d) Alat-alat, yang dapat menghasilkan busa d) Devices, which may produce noxious
berbahaya (seperti: mesin las, tangki
penyimpanan bahan bakar, atau compressor
unless the equipment is tagged out of service.
a) Buffing, grinding and drilling operations
produce airborne projectiles. Operators of
such machines shall protect themselves
and others in the work vicinity by the use
of personal protective equipment, the
minimum being hearing and double eye
protection.
b) No person shall operate a bench or
pedestal drill; grinder or buffer in a
temporary work situation until the
equipment has been levelled and securely
anchored.
c) No grinder or buffer shall be fitted with
any other cutting wheel, eg saw blade,
polishing disc or pad, etc than those
recommended by the manufacturer.
5.4.5 Fans and Blowers - Portable
All portable fans and blowers for industrial
purposes shall be performance tested under a
Fan Test Code, to determine capacity and
appropriately marked. Electrical wiring and
testing shall conform to MW SAFETY
electrical requirements.
All electric powered fans and blowers
shall be protected by an Earth Leakage
Circuit Breaker. (E.L.C.B.)
fan or blower that is not equipped with a
protective mesh or grill device designed
to prevent accidental personal contact
with the fan blade therein.
When used as a forced ventilator for a
vessel or confined space, any material so
placed that the capacity of the fan is
reduced shall not obstruct the intake or
exhaust to the fan/blower.
fumes (eg mobile welder, fuel storage
tank or an air compressor), shall be kept
 udara), harus tetap bersih dari area masuk
kipas.
e) Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan debu
(seperti: grinda) harus tetap clear dari area
penghisapan kipas.
5.4.6 Pompa Portable
Pompa portable harus memenuhi peraturan
KESELAMATAN MW.
Umum
a) Pompa portable, termasuk selang
pengiriman, tidak boleh mengganggu access
untuk pengoperasian equipment.
b) Pemasangan barikade dan sign untuk
pemasangan pompa portable harus
dilakukan untuk standar project dimana
jalan, access maupun jalan kecil terhalangi
oleh penginstalasian.
5.4.7 Alat Angkat dan Mesin Derek
Pemakaian alat derek angkat (lifting gear winches)
diatur dialam peraturan HES MW bagian
5. Lifting gear mencakup, rantai, tali, pengikatan,
coupling, fitting, hoist block, stay, katrol, hanger,
sling, brace atau alat yang bisa digerakkan dari
jenis yang sama, digunakan pada atau hubungan
dengan pekerjaan konstruksi harus memenuhi
standard yang ada,
a) Semua gir pengangkat harus dapat diberi
tanda secara jelas sesuai dengan standar
yang ada. Penandaan tersebut harus dapat
dibaca untuk kapasitas kemampuan
equipment tersebut.
b) Semua sling harus diinspeksi secara
beraturan orang yang berkompeten agar
dapat menentukan kecocokan alat untuk
penggunaan yang aman. Beberapa item
yang perlu inspeksi antara lain:
i. pemakaian atau kerusakan
ii. perpanjangan atau perubahan bentuk
clear of the fan intake area.
e) Dust producing activities (eg grinding)
shall be kept clear of the fan intake area.
5.4.6 Pumps - Portable
Portable pumps shall conform to MW
SAFETY Regulations
General
a) Portable pumps, including their delivery
hoses, shall not be positioned in such a
way to restrict access to operating
equipment.
b) Barricading and signage of portable
pumping installations shall be performed
to the relevant project standard where
normal roadway, access way or path is
restricted by such installation.
5.4.7 Lifting Equipment and Winches
The use of lifting gear winches is governed by
MW HES Regulations part 5. Lifting gear
includes, chain, rope, fastening, coupling,
fitting, hoist block, stay, pulley, hanger,
sling, brace, or movable contrivance of a
similar kind, used or intended for use on or in
connection with construction work shall meet
the Relevant Standards,
a) All lifting gear shall be visibly marked in
accordance with the Relevant Standards.
Such markings shall be legible throughout
the working life of the equipment (i.e.
showing load capacity).
b) All slings shall be inspected regularly by a
competent person for the purposes of
determining their suitability for safe use.
Some items to be considered in the
inspection are:
i. Wear or deterioration,
ii. Elongation or deformation,
iii. Cuts, nicks, breaks or chafing,
 iii. potongan, penorehan, kerusakan atau iv. Legibility of markings including safe
penggosokan. working loads,
iv. kejelasan tanda termasuk beban angkat v. Chemical attack,
yang aman vi. Unauthorised use of the equipment
v. bahaya zat kimia vii. Modification of the equipment
vi. penggunaan equipment yang tidak
berwenang
vii. pemodifikasian equipment

5.4.8 Pengelasan dan Pemotongan dengan Gas 5.4.8 Welding and Gas Cutting
Semua pekerjaan gas las dan pemotongan harus All welding and gas cutting work shall be carried
dilakukan sesuai dengan standard yang syaratkan. out in accordance with the required standards.

Umum General
a) Semua orang yang mengerjakan pengelasan a) All persons carrying out welding shall be
harus berkulifikasi untuk melakukannya. suitably qualified to do so. Welder’s
Kualifikasi seorang Welder harus dibuktikan qualifications shall be held on file at the
dalam bentuk file pada tempat kerja dan work site and will be audited by MW.
akan di audit oleh MW. b) Electrical welding shall be carried out in
b) Pengelasan listrik harus dilakukan sesuai accordance with relevant standard
dengan standar yang berlaku. c) MW shall instruct employees in the safe
c) MW harus menginstruksikan use of welding and gas cutting
karyawan agar menggunakan equipment gas equipment.
pemotong dan pengelasan dengan aman d) All employees involved in welding or gas
d) Semua karyawan yang terlibat dalam cutting shall wear protective equipment as
pengelasan atau pemotogan harus defined in the relevant standards.
menggunakan alat pelindung yang telah e) Flash back arrestors and check valve are to
dirumuskan dalam standard yang berlaku. be fitted as applicable to the Project HES
e) Penahan arus balik dan check valve harus regulations.
sesuai dengan yang diterapkan untuk f) Fuel gas hose and oxygen hose shall be of
peraturan HES proyek. an approved type being easily
f) Selang gas baban bakar dan selang oxygen distinguishable and shall not be inter-
harus merupakan jenis yang disetujui yang changeable. Hoses shall be inspected at
dengan mudah dapat dibedakan dan tidak the beginning of each workday and shall be
berubah-ubah. repaired or replaced if defective.
g) Gas yang merupakan dapat dibuang saat g) Harmful gases can be given off when
melakukan jenis-jenis tertentu dari carrying out certain types, of cutting and
pekerjaan pemotongan dan pengelasan, dan welding work, and MW shall provide a
MW harus menyediakan proper atmosphere or
perlindung respirator yang sesuai saat appropriate respiratory protection when
pengelasan, pemotongan, atau pemanasan. welding, cutting or heating. Examples of
Berikut ini adalah beberapa contoh tapi these include but are not limited to:
dibatasi pada: i. zinc
i. seng
 ii. timah
iii. kadmium
iv. air raksa
v. ‘beryllium bearing based’ atau
material berlapis didalam ruang
terbatas
vi. stainless steel dengan peralatan gas
lembam di dalam ruang terbatas vii.
vii. Dimana kondisi yang tidak biasa bisa
menyebabkan penumpukan zat-zat
pencemar
h) Langkah-langkah pencegahan kebakaran
harus dilakukan diarea dimana pengelasan h)
atau pekerjaan hot work sedang dilakukan.
i) Perisai/penutup wajah tahan api untuk area
kerja ketinggian untuk melinduni orang dari i)
penyinaran langsung harus melindungi
opeasi pengelasan dan pemotongan
j) Tidak boleh menggunakan korek api, tali,
sumbu atau material menyala yang lain j)
untuk penyalaan api gas. Batu api/ geretan
yang disetujui harus digunakan untuk
pekerjaan ini.
k) Untuk mengurangi potensi kebakaran atau k)
ledakan, sebuah sistem perizinan untuk
pemotongan dan pengelasan diterapkan
pada area kerja tertentu.
l) Pengelasan atau pembakaran tidak boleh l)
dilakukan pada tempat dimana besi panas
bisa jatuh mengenai tangga kabel yang
tidak tertutup atau keatas kabel listrik.
Sebelum pekerjaan pemotongan atau
pembakaran dimulai, semua kabel harus
tertutup dengan cara yang standar,
menggunakan lembar besi atau selimut
pelindung api. MW harus menginspeksi
secara internal sebelum
pekerjaan dimulai.
m) Area kerja yang membutuhkan prosedur izin
pemotongan dan pengelasan adalah area m) Plant site areas requiring cutting and
kerja yang berpotensi bahaya kebakaran
dan ledakan, khususnya yang berhubungan
dengan gas alam. Detail khusus dari
prosedur izin pemotongan dan pengelasan
disusun didalam “Prosedur Permit
ii. lead
iii. cadmium
iv. mercury
v. beryllium bearing based or coated
materials in confined spaces
vi. stainless steel with inert gas equipment
in confined spaces
Where an unusual condition can cause
an unsafe accumulation of
contaminants.
Precautions for fire prevention shall be
taken in areas where welding or other ‘hot
work’ is being done.
Incombustible or flameproof shields in high
activity areas to protect persons from
direct rays shall shield cutting or welding
operations.
No person shall use matches, rope, wicks
or other smoldering materials for the
lighting of gas torches. An approved type
flint gun shall be used for this purpose.
In order to reduce the chances of fire and
explosion, a system of permits for cutting
and welding is in force in certain areas of
the plant sites.
No welding or burning shall be undertaken
where hot metal can fall into an uncovered
cable ladder or onto electrical cables.
Before cutting or burning work is started,
all cable shall be covered in an approved
manner, using sheet metal or fire
protection blankets. MW shall request
inspection by MW before starting
work.
welding permits are high risk fire and
explosion hazard areas, particularly those
serviced by natural gas. The specific
details of the cutting and welding permits
procedure are set out in the ‘Cutting and
 Pemotongan dan Pengelasan yang bisa
dikeluar dari MW. Semua pekerjaan
pengelasan dan pemotongan
yang membutuhkan izin harus menyertakan
petugas pemantau potensi kebakaran (fire
watcher).
n) Pemotongan gas drum tidak diizinkan di
lokasi kerja MW.
o) Tidak dibenarkan membersihkan pakaian
atau kulit saat berada dibawah situasi
tekanan gas botol yang tinggi
p) Penggunaan solven yang mudah terbakar,
oli atau pelumas dilarang keras untuk
pembersihan atau lubrikasi gas atau selang,
fitting atau peralatan yang lain karena
resiko peledakan pada atmosphere oxygen.
q) Saat oxy/ acetylene pemotong diperlukan
pada ruang tertutup, cylinder tidak boleh
diposisikan dalam ruang tersebut. Ruang
harus memiliki ventilasi yang dan kipas
angin jika diperlukan.
r) Oxy/ Acetylene pemotongan atau api
pemanas tidak boleh dinyalakan didalam
tank dan ruangan atau tempat lain dimana
yang bisa menyebabkan penumpukan gas.
5.4.9. Penyimpanan dan Penanganan Tabung Gas
Penggunaan yang aman, penanganan dan
penyimpanan tabung gas di lokasi MW harus
sesuai dengan peraturan supplier gas.
Identifikasi tabung gas harus memenuhi standar
yang berlaku.
Umum
a) Semua alat pengangkat harus didesain
untuk keperluan khusus dan mempunyai
tanda SWL yang jelas.
b) Area penyimpanan tabung gas harus
terpisah dengan jarak minimal 8 meter dari
cairan mudah terbakar, material yang
mudah terbakar, atau sumber panas. Jika
area penyimpanan merupakan ruang
terbatas, area penyimpanan oxygen harus
terisolasi oleh pembatas yang tidak mudah
Welding Permit Procedure’ obtainable
from MW. All welding and cutting
work that requires a permit shall require
a fire watch
n) Gas cutting of drums is not permitted on
MW’s work site.
o) Under no circumstances shall any person
use high pressure bottled gas to dust down
clothing or one’s skin.
p) The use of flammable solvents, oil or
grease is strictly forbidden for the cleaning
or lubrication of gas or oxygen hoses,
fittings or other apparatus because the risk
of explosion in the oxygen atmosphere.
q) Whenever Oxy/Acetylene cutting is
necessary in an enclosed space, the
cylinders shall not be positioned in that
space. The vessel or space shall be well
ventilated by forced fan, if necessary.
r) Oxy/acetylene cutting/heating torches
shall not be ignited inside tanks and
vessels or any other place where gases can
accumulate.
5.4.9 Gas Cylinder Handling Storage
The safe use, handling and storage of gas
cylinders on MW’s site shall be in accordance
with the gas suppliers’ rules. Identification of
gas cylinders shall comply with relevant
standards
General
a) All lifting devices shall be designed for the
specific purpose and have SWL clearly
marked.
b) Gas cylinder storage areas shall be
separated by at least 8 meters from
combustible liquids, flammable materials
or heat sources. If a storage area is space
restricted, the oxygen storage area shall
be isolated by a non-combustible fire
barrier, with a half-hour fire retardant
 terbakar, dengan setengah jam rentang
waktu terbakar
c) Bahan bakar, gas, seperti acetylene, karbon
monoksida, LPG, dan lain-lain harus
disimpan secara terpisah dari gas
pengoskidasian, seperti: oxygen dan nitrous
oxide. Area penempatan oxygen memiliki
ventilasi yang cukup.
d) Tabung Gas diberi kode warna dan
teridentifikasi menurut standar yang
berlaku, dan tabung tidak boleh di cat
ulang atau diganti tanda identifikasi isinya.
e) Valve tabung harus tertutup saat pekerjaan
selesai dan jika tabung kosong. Kepala
valve harus terpasang saat tabung
transportasikan atau dipindahkan.
f) Tabung gas yang dicompress harus aman
dalam posisi tegak lurus saat digunakan,
didalam tempat penyimpanan selama
pengantaran.
g) Tabung Gas tidak boleh ditransportasikan
atau diangkat atau diturunkan ke level
pekerjaan yang lain kecuali tempat yang
disetujui atau pengangkut yang telah
didesain untuk transportasi gas.
h) Tabung harus tetap berada pada jarak yang
aman dan tertutup dari pengoperasing
pengelasan dan pemotongan. tabung tidak
boleh menghadap circuit listrik atau panas.
i) Regulator gas bahan bakar dan oxygen
harus bekerja dengan baik selama
pemakaian dan disesuaikan dengan penahan
percikan.
j) Gunakan kunci pembuka yang tepat. Kunci
pembuka tidak boleh dimodifikasi atau
diperpanjang. Biarkan kunci terpasang pada
cyliner saat pemakaian.
k) Acetylene dan gas bahan bakar lain harus
tersimpan diruang tertutup sepanjang
malam, mobil gerbong, ruang kapal atau
container.
l) Peraturan-peraturan benda berbahaya
untuk penyimpanan, rambu-rambu, lokasi
dan sebagainya harus diterapkan oleh MW
sebagai referensi atau acuan.
rating
c) Fuel, gases, e.g. acetylene, carbon
monoxide, LPG, etc, shall be stored
separately from oxidizing gases, e.g. air,
oxygen and nitrous oxide. Oxygen storage
areas shall be properly ventilated.
d) Gas cylinders are color coded and
identified according to Relevant Standards,
and no cylinder shall be repainted or its
content identification marker changed.
e) Cylinder valves shall be closed when work
is finished and when cylinders are empty.
Valve caps shall be in place when cylinders
are transported or moved.
f) Compressed gas cylinders shall be secured
in an upright position when in use, in
storage and during transportation.
g) Gas cylinders shall not be transported or
raised or lowered to another work level
unless an approved holder or carrier
designed for the transport of gas cylinders
is used.
h) Cylinders shall be kept at a safe distance
and shielded from welding or cutting
operations. Cylinders shall not be exposed
to electrical circuits or heat.
i) Oxygen and fuel gas regulators shall be in
proper working order whilst in use and
spark arresters fitted.
j) Use only the correct opening key. Opening
keys should not be modified nor extended.
Leave key connected to the cylinder when
in use.
k) Acetylene and other fuel gases shall not be
stored in enclosed spaces overnight, egg
panel vans, vessels or containers.
l) Dangerous Good Regulations for storage of
gases, signage, locations etc shall be use
by MW as a reference.
m) Only use the proper trolley when gas
cylinders in used in the field
 m) Gunakan trolley yang tepat saat silinder gas
digunakan di lokasi.
5.4.10 Selang- Udara, Air, Hidrolik dan Gas.
Semua selang harus memenuhi standar yang
berlaku untuk udara dan semua selang. Fitting dan
koneksi harus terpasang dengan baik untuk
mengeliminasi resiko terpisahnya selang dari
kopling atau sambngan sebagai berikut:
a) Jepitan keselamatan dan penahan
terpasang dengan aman dan dipelihara pada
alat yang berisi udara (pneumatic) untuk
menghindari resiko terlepas secara tiba-
tiba.
b) Pada tempat dimana dua selang udara atau
lebih dipadukan, mereka tidak boleh
digunakan kecuali jika kopling/ sambungan
sesuai dengan pin/ klip dan penjepit selang
keselamatan spesifikasi yang
diperbolehkan.
c) Kopling selang aluminium, clamp dan fitting
yang lain tidak boleh digunakan pada
tempat yang terdapat resiko apasaja yang
menyebabkan kontak dengan bahan soda
atau sejenisnya.
d) Selang yang digunakan untuk alat air
tekanan tinggi harus merupakan jenis yang
perbolehkan menurut yang ditetapkan
dalam prinsiple.
e) LPG, butane (sejenis hidrocarbon
berwarna), selang-selang harus merupakan
jenis yang diperboleh, memenuhi standar
yang ditentukan, tidak mengandung racun
dan tidak berubah-ubah.
5.4.11. Peralatan Bertenaga Mesin - Portable
Penggunaan equipment hidrolik tekanan tinggi
pada unit jenis ‘Porta Power’ (secara eletrikal,
udara, bensin atau secara manual) harus
dioperasikan secara terbatas menurut petunjuk
pabrik. Selang hidrolik harus memenuhi standar.
5.4.10 Hoses - Air, Water, Hydraulic and Gas
All hoses shall comply with the relevant
Standards for Air and all hoses. Fittings and
connections shall be installed in such a manner
to eliminate any risk of a hose parting from the
coupling or connections as follows:
a) SAFETY clips and retainers shall be
securely installed and maintained on
pneumatic impact tools to prevent them
from being accidentally expelled
b) Where two or more air hoses are joined,
they shall not be used unless
couplings/connections are fitted with
approved as specification SAFETY
pins/clips and hose clamps
c) Aluminium hose couplings, clamps and
other fittings shall not be used where
there is any risk whatsoever of these
coming into contact with caustic soda or
its derivatives (i.e.. hose water, liquor
and slurry).
d) Hoses used for high pressure water
equipment shall be of an approved type as
outlined in the by the Principle.
e) LPG, butane, Acetylene and Oxygen,
hoses shall be of an approved type,
complying with required standards, easily
distinguishable and shall not be
interchangeable.
5.4.11 Portable Power Equipment
The use of high pressure hydraulic equipment
in the form of ‘Porta Power’ type units
(electrically, air, petrol or manually powered)
shall be operated in strict accordance with the
manufacturer’s instructions. Hydraulic hosing
shall comply with Standards
a) Semua panduan pemeliharaan pabrik harus a) All manufacturer maintenance instructions
terpenuhi patuhi. must be adhered to.
b) Hanya oli hidrolik yang direkomendasikan b) Only manufacturer recommended hydraulic
pabrik yang boleh digunakan pada oil shall be used in ‘Porta Power’ hydraulic
equipment hidrolik ’Porta Power’ equipment.
c) Tekanan hanya boleh diterapkan pada c) Pressure shall only be applied to loads
beban jika posisi cylinder telah center dan once the cylinder has been centred and
mempunyai pondasi yang pada. has a solid firm foundation.
d) Penyegaran tambahan yang cukup untuk d) Adequate supplementary bracing for loads
beban sewaktu-waktu diperlukan. may be necessary.
e) Tekanan hidrolik tidak boleh diterapkan e) Hydraulic pressure must not be applied
pada selang yang kusut. through kinked hoses.
f) Packer harus terletak diantara equipment f) Packers shall not be placed between the
porta power dan beban; jika packer porta power equipment and the load; if
diperlukan mereka harus di desain sesuai packers are required they shall be
kebutuhan dan ditempat diantara designed for the purpose and be placed
equipment porta power dan supporting between the porta power equipment and
floor. the supporting floor.

5.4.12 Equipment penghancur Beton dan 5.4.12 Concrete and Brick Cutting
tembok Equipment
Penggunaan equipment pembongkar bangunan Use of any masonry cutting equipment on the
di project harus mematuhi peraturan HES MW. project shall conform to MW HES Regulations.
a) Any electric concrete cutting device
a) Alat-alat penghancur beton listrik yang brought on project must comply with
digunakan diproyek harus memenuhi Standard AS 3000.
standard AS 3000. b) Cutting machines shall be used in
b) Mesin pemotong harus digunakan menurut accordance with manufacturer
panduan pabrik. instructions.
c) Operator harus terlatih dalam penggunaan, c) Operators shall be trained in the use, care
merawat dan memelihara mesin sebelum and maintenance of cutting machinery
pengoperasian diproyek. before operating such machinery on
d) Saat pengoperasian alat pemotong beton project.
dan tembok di proyek MW harus melakukan d) When operating a concrete/brick-cutting
pengukuran yang tepat untuk menahan device on project MW shall take effective
dan/atau mengontrol abu yang disebabkan measures to suppress and/or control
operasi pemotongan. Langkah penahanan dust generated by the cutting operation.
dan/ atau pengontrolan ini bisa meliputi: This suppression and/or control may be in
i. Sistem ventilasi the form of:
ii. Prosedur pemotongan dalam kondisi i. Ventilation system
basah ii. Wet cutting procedure
iii. Perlindungan respiratory iii. Respiratory protection
5.4.13. Equipment air bertekanan tinggi.
Operasi penonjolan air bertekanan tinggi hanya
boleh dikerjakan oleh karyawan yang berkompeten
yang berpengalaman penanganan equipment yang
digunakan. MW yang menggunakan
equipment high pressure jetting harus mematuhi
peraturan pada”guideline untuk penggunaan
peralatan air bertekenanan tinggi di Kwinana,
Pinjarra dan Proyek pengerjaan Wagerup”
prosedur no.2.45
Istilah “High Pressure Jetting” mencakup semua
sistem water jetting termasuk penggunaan additif
atau abrasif dengan kemampuan out put 800 bar
liter per menit dan kurang dari 5600 bar liter per
menit teridentifikasi sebagai sistem class A, system
jetting dengan kemampuan melebihi 5600 bar liter
per menit diidentifikasikan sebagai sistem class B.
a) Area blasting bertekanan tinggi harus
dibarikade (merah dan putih) tanda bahaya
dengan peringatan “Bahaya-Jangan masuk-
Air bertekanan tinggi” harus dipasangkan.
b) Alat pelindung diri yang cocok untuk
pekerjaan yang sedang dilakukan harus
dipakai harus terdiri dari:
i. Pelindung mata – gabungan dari visor
dan kacamata kimia.
ii. Pelindung kaki – Wellington atau sepatu
boot keselamatan dengan bahan besi
dibagian jari kaki.
iii. Pelindung kepala – Helm keselamatan
iv. Pelindung tubuh – Sarung tangan dan
pakaian tahan air yang sesuai dengan
pekerjaan sedang dilakukan.
v. Pelindung telinga – Ear plug dan/ atau
ear muffs
c) Pengopeasian equpment high pressure
water jetting harus dilakukan orang satu
operator dependent atau lebih
berdasarkan Class A atau B.
d) Sebelum mengerjakan jetting air
bertekanan tinggi, MW harus melakukan
penilaian resiko sesuai panduan
5.4.13 High Pressure Water Equipment
High pressure water jetting operations shall
only be carried out by competent employees
experienced in the handling of the equipment
being used. MW using high pressure jetting
equipment shall conform to the
“Guidelines for the Use of High Pressure Water
Equipment on the Kwinana, Pinjarra and
Wagerup Plant Projects” procedure No 2.45.
The term “High Pressure Water Jetting”
covers all water jetting systems including the
use of additives or abrasives with an output
capability greater than 800 bar litres per
minute. Jetting systems with an output
capability greater than 800 bar litres per
minute and less than 5600 bar litres per
minute are identified as Class A systems.
Jetting systems with a capability in excess of
5600 bar litres per minute are identified as
Class B systems.
a) High pressure blasting areas shall be
barricaded (red & white) and danger signs
with wording “Danger Do Not Enter - High
Pressure Water in Use” shall be erected.
b) Personal protection equipment suitable to
the work being done shall be worn and
shall include:
i. Eye Protection - Combination of visor
and chemical goggles
ii. Foot Protection - Wellington or SAFETY
boots with steel toecap
iii. Head Protection - SAFETY helmet
iv. Body protection - Gloves and
waterproof clothing having regard to
the nature of work being done.
v. Hearing Protection - Ear plugs and/or
ear muffs
c) Operation of high pressure water jetting
equipment shall be undertaken by one or
more operators dependent upon whether
the work is Class A or Class B.
 untuk equipment air bertekanan tinggi di
Kwinana, Pinjarra and Wagerup Plant
Projects procedure 2.45.
d) Prior to performing any High Pressure
Water jetting work, MW shall carry out a
risk assessment as detailed in the
Guidelines for high Pressure Water
Equipment on the Kwinana, Pinjarra and
Wagerup Plant Projects procedure 2.45.

5.4.14. Peralatan Portable 5.4.14 Portable Tools

Definisi Definition
Portable tool dirumuskan sebagai peralatan tangan A portable tool is defined as any hand tool or
atau power tool (listrik, pneumatic, hidrolik, atau power tool (electric, pneumatic, hydraulic or
fuel driven) yang dapat dipindahkan secara manual fuel driven) that can be manually transported
oleh satu orang. by one person.
a) Semua peralatan portable harus memenuhi
standard yang berlaku, peraturan HES MW. a) All portable tools shall conform to
b) Peralatan portable merupakan salah satu appropriate Relevant Standards, MW
subject untuk penginspeksian MW HES Regulations.
selama pengerjaan project. b) Portable tools may be subject to
c) Tools yang dipakai secara berlebihan dan inspection by MW during on- project
tool yang memerlukan pemeliharaan harus work.
dikeluar dari project. c) Excessively worn tools and tools requiring
d) Peralatan yang dioperasikan dengan listrik maintenance shall be removed from the
harus merupakan desain double isolasi atau job project.
sesuai yang diperbolehkan dengan alat d) Electric power operated tools shall be of
sistem grounding yang tepat. (earthed an approved double insulated design or be
residual current device). fitted with a correctly earthed Residual
e) Semua alat portable harus dalam kondisi Current Device (Earth Leakage).
baik dari perbaikan dan aman untuk e) All portable tools shall be in good state of
pengguna dan orang lain diarea yang sama. repair and intrinsically safe for the user
and other people in the same area.
f) Peralatan harus hanya digunakan untuk f) Tools shall be used only for the job they
pekerjaan berdasarkan pendesainnya were designed for and in accordance with
menurut panduan pabrik. the manufacturer’s instructions and
g) Semua peralatan harus mempunyai manual.
pengaman dan handel yang sesuai, g) All tools shall have all guards and handles
beroperasi dalam kondisi baik setiap saat. fitted, operating and in good condition at
h) Mengacu kepada bagian 4.3.8 untuk detail all times.
pengujian dan pelabelan peralatan h) Refer to Section 4.3.8 for details on testing
portable. and tagging of portable tools

5.5 KESELAMATAN KENDARAAN BERMOTOR

Keselamatan kendaraan proyek di tinjau dengan 5.5 MOTOR VEHICLE SAFETY
On-project vehicle safety is controlled by
membatasi jumlah kendaran yang diizinkan access
proyek dan dengan penginspeksian mekanikal
seluruh kendaraan. Semua equipment mobile kecil
harus diinspeksi sesuai dengan laporan access light
vehicle proyek.
Semua alat berat yang digunakan untuk pekerjaan
diproyek harus diinspeksi menurut laporan inspeksi
equipment. Ini akan memastikan adanya sertifikasi
tertulis dimana masing-masing equipment untuk
penggunaan diproyek terdaftar, mendapatkan izin
aman secara mekanikal dan dalam kondisi baik,
semua sesuai dengan kebutuhan.
Daftar berikut berisikan list equipment dan
kendaraan project konstruksi:
restricting the number of light vehicles
permitted project access andby regular
mechanical inspection of all vehicles. All light
mobile equipment shall be inspected in
accordance with the Light Vehicle Project
Access Report. The inspection report shall be
used to obtain a project access pass and for
logging inspection of light vehicles.
All heavy mobile equipment used for on-
project contract work shall be inspected in
accordance with the Mobile Equipment
Inspection Report. This will ensure there is
written certification that each piece of
equipment for use on the project is registered,
licensed and in a mechanically safe and sound
condition, all in accordance with the
requirements
The following table contains a list of project
construction equipment and vehicle:
Umum General
Equipment MW Structure harus dimaintain MW equipment shall be maintained
menurut kondisi yang syaratkan selama diproject. in the required condition whilst on project.
Inspeksi equipment berkala diproject harus pada Periodic inspection of equipment on project
interval yang tidak lebih dari satu bulan shall be at intervals not greater than one
menggunakan dokumentasi yang disebut diatas month using the above mentioned
untuk memastikan kelanjutannya. documentation to ensure continued
acceptability.

MW berhak mengaudit prosedur yang di ambil dari MW reserves the right to audit any procedures
MW untuk mensertifikasi equipment. MW akan adopted by MW to certify
mengaudit penginspeksian dari equipment. MW will audit inspections from
waktu ke waktu, MW harus time to time, and MW shall make available,
mempersiapkan, atas permintaan, kendaraan dan on request, the vehicles and related
dokument yang berhubungan untuk keperluan document for that purpose.
tersebut. MW bertanggung jawab untuk However, this shall not absolve MW of
memastikan perawatan kendaraan yang benar, responsibilities for ensuring
juga memastikan bahwa tidak ada kendaraan acceptable vehicle maintenance, nor will the
yang tidak memenuhi standar didalam MW. failure of MW to detect defects in MW’s
vehicle be taken as acceptance
of the vehicle.

5.5.1. Standar Perlindungan Objek Terguling dan

Jatuh (ROPS/FOPS) 5.5.1 Roll-Over Protection and Falling Object
Protection Standards (ROPS/FOPS)
ROPS/ FOPS harus memenuhi peraturan
KESELAMATAN MW, clause 5.15 dan Standar
yang berlaku. Dimana bukan merupakan perintah ROPS/FOPS shall conform to MW SAFETY
untuk mencocokkan ROPS dan/atau FOPS dibawah Regulations, clause 5.15 and Relevant
HES MW. Standards. Where it is not mandatory to fit
Peraturan-peraturan, mobile equipment yang ROPS and/or FOPS under MW HES Regulations,
digunakan diproject MW harus memiliki penilaian mobile equipment that is used at MW’s
resiko yang dilakukan untuk menentukan projects shall have a risk assessment
kebutuhan atau dengan kata lain untuk undertaken to determine the need or
penggunaan ROPS dan/atau FOPS otherwise for the use of ROPS and/or FOPS.

5.5.2 Kebijakan untuk Alat berat/ Kendaraan

Kecil/ Pejalan kaki 5.5.2 Heavy Mobile Equipment/Light
Untuk semua project pekerjaan tanah MW, Vehicle/Pedestrian Interface Policy
ada <5OM wilayah keluar antara heavy equipment On all of MW Project earthworks projects
dan kendaraan kecil/ pejalan kaki. Mengacu there is <5OM exclusion zone between heavy
kepada prosedur pengoperasian lokasi untuk mobile equipment and light
permintaan khusus. Vehicles/pedestrians. Refer to the location
Operating Procedures for specific
Semua karyawan yang bertugas untuk bekerja
disekitar mobile equipment harus menggunakan
rompi reflective dan mudah terlihat.
5.6. STANDAR KESELAMATAN LISTRIK
5.6.1 Project Pemasangan Listrik pada Project
Konstruksi.
Pemasangan sumber tenaga listrik untuk kebutuhan
konstruksi harus disesuaikan dengan peraturan HES
MW.
Tenaga Listrik dan Pencahayaan Sementara.
Detail tentang fasilitas tenaga listrik konstruksi
harus dikirimkan kepada Supervisor electrical MW
atau calon untuk persetujuan sebelum
pemasangan. Semua pencahayaan sementara harus
disesuaikan untuk struktur dengan menggunakan
rantai KESELAMATAN. Lampu harus terlindungi
dengan menggunakan pembungkus wire yang
aman.
a) Lampu portable tidak boleh melebihi
potensi 32 volts AC atau 12 volt DC
b) Semua sirkuit diatas 32 volt untuk
pencahayaan harus terlindungi dengan alat
pengatur arus sisa (RCD) yang terletak
diluar tank atau area kerja.
c) Sirkuit lampu harus bertenaga memiliki
energi hingga pemasangan selesai, diuji
dan,
d) Area kerja harus menjadi menjadi area
kelas A (expolosive atmoshphere),
kemudian semua peralatan dan fitting harus
sesuai dengan Klasifikasi kelas A, seperti:
fitting Chalmette 487 dan cable joint
didalam area.
e) Sejauh dapat dipraktekkan, lead power
harus masuk ke dalam ruangan melalui titik
masuk untuk karyawan. Jika ini tidak
memungkinkan, maka penambahan
pelindung mekanikal harus tersedia.
requirements. All employees who are required
to work in the vicinity of mobile equipment
shall wear a high visibility, reflective vest.
5.6. ELECTRICAL SAFETY STANDARDS
5.6.1 Electrical Installation on Construction
Projects
Installation of electrical power supplies for
construction purposes shall conform to MW
HES Regulations
Temporary Power and Lighting
Details of construction power facilities shall be
submitted to MW’s Contract Supervisor
Electrical or nominee for approval prior to
installation. All temporary lighting shall be
fixed to the structure by the use of SAFETY
chains. Lamps shall be protected by the use
of a fine wire mesh guard.
a) Hand held/portable lighting shall not
exceed a potential of 32 volts AC or 12
Volt DC.
b) All power circuits above 32 volts for
lighting shall be protected by a Residual
Current Device (RCD) located external to
the tank or work area.
c) The lighting circuit shall not be energised
until the installation is complete, tested
and
d) Should the work area be, or become, a
Class A (explosive atmosphere) area, then
all equipment and fittings shall conform to
Class A classification, eg Chalmette 487
fitting and no cable joints in the area.
e) As far as practicable, power leads shall not
enter a vessel through the employee’s
entry point. If this is not possible, then
additional mechanical protection shall be
provided.
f) No person shall remove or interfere with
 f) Tidak ada yang boleh mencampuri lampu
permanen atau pemasangan listrik tanpa
izin dari MW dan PGN . Use of the single phase power outlets
Penggunaan outlet power pase tunggal atau
outlet pengelasa 3 pase tidak diizin jika
tidak memiliki izin tertulis yang diberikan
oleh MW.
g) Pemasangan lampu permanen atau fitting
yang dilepaskan atau diputuskan sementara
untuk proses tie-in atau relokasi harus
digantikan dengan pemasangan sementara
(dengan pekerja yang mendapat izin
kelistrikan), untuk memenuhi permintaan
operasi 24 jam.
5.6.2 Kabel Ekstensi
Kawat flexible, kable extension, kabel flexible dan
aksesoris, digunakan untuk menyambung alat dan
equiment ke power supply, harus memiliki area
bagian penyebrangan minimum 1.5 mm. Ini tidak
untuk kawat yang secara dipasangkan untuk alat
atau fitting lampu. Panjang maksimum kawat
flexible harus 32 meter.
Kawat tidak boleh disambung yang panjangnya
melebihi 32 meter. Kawat extension tidak boleh
memanjang dari level kerja ke lebih dari 1 level
diatas atau dibawah, kecuali pada tempat dimana
kawat digunakan untuk pekerjaan pengangkatan
atau pemasangan dinding tangga. Mengacu kepada
bagian 5.2.8 untuk detail tentang pengujian dan
pelabelan kawat flexible/ extension lead.
Catatan: hand spliced tidak perbolehkan.
5.6.3 Mesin Las dan Generator
5.6.3.1 Generators
Bagian ini membahas tentang mobile generator
yang dapat dipindahkan, mudah dibawa termasuk
mesin las dengan outlet power pelengkap atau
any permanent light or power installation
without permission from MW and PGN.
or 3 phase welding outlets is not
permitted unless written permission is
given by MW.
g) Any permanent lightinginstallation or
fitting removed or temporarily
disconnected for construction tie-in or
relocation shall be replaced with a
temporary installation (by a licensed
electrical worker), to satisfy 24 hour
operation requirements.
5.6.2 Flexible Cords/Extension Leads
Flexible cords, cord extension sets, flexible
cables and accessories, used to connect
appliances and equipment to a power supply,
shall have a minimum cross sectional area of
1.5 mm. This shall not include the cord that is
permanently attached to the appliance or light
fitting. Maximum length of a flexible cord shall
be 32 metres.
The cord shall not be joined in lengths in which
the total length exceeds 32 metres. Extension
cords shall not extend from a work level to
more than one level above or below it, except
where the cords are used for work in lift shafts
or stairwells. Refer to Section 5.2.8 for details
on testing and tagging of flexible
cords/extension leads.
Note: No hand spliced join is permitted.
5.6.3 Generators and Welding Machines
5.6.3.1 Generators
This section covers portable, transportable or
mobile generators including welding machines
with auxiliary power outlets or terminals. Self
terminal. Pembangkitan isi yang dibisa
transportasikan dikendalikan oleh mesin
pembakaran internal yang digunakan untuk
menyediakan supply 50 Hz A/C diatas 32 V A/C.,
phase tunggal atau 3 phase , harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) Semua bagian yang hidup termasuk bagian
netral harus diamankan dan isolasi,
termasuk termasuk pada bagian belakang
outlet.
b) Gulungan pase tunggal harus mempunyai
terminal netral tersambung pada terminal
grounding dari alat. Unit 3 pase harus
mempunyai titik pemulaian netral yang
tersambung secara similar.
c) Semua outlet soket yang menyediakan
power yang bukan las harus merupakan
polycarbonate yang tahan cuaca konstruksi
dengan tombol isolasi, yang beroperasi
disemua, penghantar.
d) Semua outlet pase tunggal yang tertera
diatas, harus dilindungi dengan sirkuit yang
breaker menggunakan residual current
untuk trip maksimum kebocoran tanah 30
ma.
Generator harus di inspeksi dan diuji oleh ahli
listrik yang memiliki izin dan dilabel sesuai dengan
prosedur pelabelan yang dibahas pada bagian
9.2.8. Generator harus dilindungi dari cuaca setiap
saat.
contained transportable generating sets driven
by internal combustion engines which are
intended to provide an independent 50 Hz A/C.
supply at above 32V A/C., single phase or three
phases, shall meet the following requirements:
a) All live parts, including ‘neutral’ parts
shall be guarded and insulated, including
terminals at the back of the outlet.
b) Single phase windings shall have the
neutral terminal connected to the earth
terminal of the device. Three phase units
shall have the star point of neutral
connected similarly.
c) All socket outlets providing non-welding
power shall be weatherproof hi-impact
polycarbonate or similar construction,
with an isolating switch, which operates
in all, live conductors.
d) All the single-phase outlets listed above,
shall be protected by a residual current
operated circuit breaker set to trip at a
maximum earth leakage of 30 ma.
Generators shall be inspected and tested by a
licensed electrician and tagged in accordance
with the tagging procedure cover by Section
9.2.8. Generators shall be protected from
weather at all times.

5.6.3.2 Mesin Las 5.6.3.2 Welding Machines

Tempat dimana welding mesin dipasang saling Where welding machines are installed adjacent
berdekatan atau dimana diperlukan untuk bekerja to one another or where required to work in
berdekatan antara satu dengan yang lainnya, close proximity to one another, MW shall
MWharus memastikan bahwa mereka telah ensure that they are installed in
terpasang menurut ketentuan standar. MW accordance with relevant standards. MW
harus juga memastikan bahwa perbedaan potensi must also ensure that the open circuit
sirkuit yang terbuka antara tempat potential difference between the
elektroda dari mesin yang dekat tidak melebihi 115 electrode holders of adjacent machines does
volt DC atau 80 volts AC. not exceed 115 volts DC or 80 volts AC.

Outlet power pelengkap dan terminal pada mesin Auxiliary power outlets and terminals on
las harus diblok dengan penutup yang sesuai untuk welding machines shall be blocked off with a
mencegah pemakaian. Langkah pencegahan
SAFETY ini berhubungan dengan getar didalam
mesin las, yang dapat membuat alat pelindung
kebocoran tanah tidak berfungsi.
Mesin las harus dimatikan sebelum penyambungan
atau pemutusan lead pada terminal mesin. Semua
terminal yang terbuka harus diisolasi atau ditutup.
Catatan: Semua mesin las harus diamankan
kedalam tanah menurut prosedur kelistrikan.
5.6.4 Pekerjaan dibawah Jalur Kabel Listrik
Pekerjaan yang perlu dilakukan didekat/ dibawah
powerline harus ditinjau dengan izin memesuki
lokasi bertegangan tinggi yang dikeluarkan sesuai
dengan ketentuan pada bagian 5.2.6. dan
memenuhi standard PGN. Istilah adjacent to
overhead powerline harus diartikan sebagai
equipment atau karyawan yang masuk dalam jarak
4 meter diluar wilayah. Catatan penting harus
dilakukan untuk boom crane atau hook yang
mungkin akan digunakan diluar area.
5.7 INSPEKSI DAN PENGAWASAN KESEHATAN
5.7.1. Inspeksi
Penginspeksian beraturan dan berkesinambungan
diproject harus dilakukan oleh perwakilan HES
yang berkompetn yang ditentukan oleh MW
dan kita menggunakan program HES
manajemen MW. Tindakan yang tidak aman
dan/atau kondisi yang tercatat selama
penginspeksian harus diperiksa segera. Nama
perwakilan HES project MW akan disediakan
untuk PGN sebelum pemulain kerja diproyek.
MW harus menginstruksikan tiap-tiap karyawan
diproject untuk mengingat dan
menghindari tindakan-tindakan yang tidak aman
suitable cover to prevent use. This SAFETY
precaution is related to the inherent vibration
in welding machines, which can make earth
leakage protection equipment malfunction.
Welding machines shall be stopped or switched
off before the connection or disconnection of
leads to the machine terminals. All exposed
terminals shall be insulated or covered.
Note: All welding machines must guard into
earth as per electrical procedure.
5.6.4 Overhead Power lines
Any work required to be performed on
adjacent to overhead powerlines shall be
controlled by a High Voltage Access Permit
issued in accordance with Section 5.2.6. And
comply with the PGN standards.
The term ‘adjacent to overhead powerlines’
shall be interpreted as equipment or
employees entering within the distance of a
4 metre radius exclusion zone. Particular note
shall be taken with crane booms or hooks
which may luff or slew into the area of
exclusion.
5.7 INSPECTIONS & HEALTH SURVEILLANCE
5.7.1 Inspections
Frequent and regular inspections of the project
shall be made by a competent HES
representative designated by MW and we
use MW HES Management Program. Unsafe
acts and/or conditions noted during
inspections shall be corrected
immediately. The name of MW's project HES
representative will be provided to PGN Project
prior to the starting work at the project.
MW shall instruct each employee on the project
in the recognition and avoidance of unsafe acts
and/or conditions applicable to its
dan/atau kondisi yang dapat diterapkan dan work environment to control or eliminate injury
lingkungannya untuk memantau atau or illness. MW shall enforce the project
mengeliminasi cidera dan penyakit. MW harus and statutory HES rules on its
menekankan proyek dan peraturan HES pada employees.
karyawannya.

5.7.2 Pengawasan Kesehatan. 5.7.2 Health Surveillance

MW bertanggung jawab dalam
menyediakan dan mensyaratkan penggunaan alat
pelindung diri yang sesuai untuk semua
pengoperasian dimana terdapat kondisi berbahaya
yang terjadi. Semua data harus dijaga dilokasi
yang dapat dimasuki ke proyek MW.
MW is responsible for providing and requiring
the use of appropriate personal
protective equipment in all operations where
there is an exposure to hazardous conditions.
All records shall be maintained at a location
accessible to MW Project.

5.7.3 Noise/ Kebisingan 5.7.3 Noise

Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan
atau merusak. Kebisingan yang menyebabkan
kehilangan pendengaran adalah akibat yang fatal
dari kebisingan yang berlebihan, dan sangat
berhubungan dengan jumlah rata-rata kebisingan
yang diterima oleh seseorang pada saat bekerja.
Kebisingan ditempat kerja harus diurus menurut
standar.
Noise is any unwanted or damaging sound.
Noise induced hearing loss is the main
consequence of exposure to excessive noise,
and is closely related to the average amount of
noise received by a person over a working day.
A persons’ exposure to noise in the workplace
shall be managed in accordance with required
standards

MW harus melakukan pengawasan kebisingan MW shall carry out a noise survey and develop
dan mengembangkan rencana a noise control plan.
pengontrolan kebisingan. Kebisingan harus dapat Noise exposure shall be reduced as far as
dikurangi dengan mengontrol kebisingan pada practical by controlling noise at the source or
sumber atau membatasi panjangnya waktu by limiting the length of the time the person
seseorang menerima kebisingan. receives that noise.
a) Pelindung telinga harus digunakan diarea a) Hearing protection shall be worn in areas
dimana rambu peringatan kebisingan terpasang. where noise warning signs are posted.
b) Pelindung pendengaran harus digunakan saat b) Hearing protection shall be worn when
mengunakan alat portable: using portable tools such as:
i. Jack hammers i. Jack hammers
ii. Rivet busters ii. Rivet busters
iii. Grinding and friction cutting tools iii. Grinding and friction cutting tools
iv. Air operated chisels iv. Air operated chisels
v. Impact wrenches v. Impact wrenches
vi. Circular saws vi. Circular saws
vii. Power drills vii. Power drills viii.
viii. Re-tubing tools Re-tubing tools
ix. Air arc gougers. ix. Air arc gougers.
c) Dimana seseorang perlu mengenakan pelindung
telinga, mereka harus terlatih pertahunnya dalam
ketentuan perlindungan pendengaran dan
penerapannya.
5.7.4. Debu, Busa, Kabut, Gas dan Asap.
Pekerjaan yang berdekatan dengan material ini
harus memenuhi peraturan HES MW. Pelindung
respiratory harus memenuhi penggunaan pemilihan
dan perawatan alat pelindung
pernafasan menurut standar HES yang berlaku.
Orang yang perlu menggunakan pelindung
pernafasan harus terlatih dalam penggunaannya
dan uji kecocokan pertahun.
a) Peralatan ventilasi harus digunakan saat
pengelasan di workshop, ruang tertutup dan
selama pengelasan stainless steel dan
material galvanis.
b) Jangan melas pada permukan yang bercat
atau yang dirawat menggunakan zat kimia.
c) Penggerindaan sisi sudut tidak boleh
dilakukan pada material yang mengandung
asbes, fiber mineral sintatis (glass fiber,
fiber keramik, dan sebagainya) dan
polyurethane harus berada pada piping atau
ruang kapal, karet atau material sintetis
yang lain.
d) Pelindung pernafasan harus digunakan pada
area yang ditandai oleh MW dan
saat debu beterbangan secara jelas
terlihat. Area dimana memungkinkan, grit
blasting, jack hammering dan penggrindaan
sudut dan pemotongan.
e) Saat penumpahan/ pembongkaran beton
atau aspal yang menggunakan pembongkar
tembok (brick cutter), air harus digunakan
untuk mengurangi debu dan pelindung
pernafasan harus dipakai
f) Udara dari compressor tidak boleh
diarahkan ke orang atau digunakan untuk
memblow equipment.
c) Where a person is required to wear
hearing protection, they shall be trained
annually in the Principles of hearing
conservation and in their application.
5.7.4 Dust, Fumes, Mists, Gases and Vapors
Workers exposure to these materials shall
comply with MW HES Regulations. Respiratory
protection shall comply with
Relevant HES Standards Selection Use and
Maintenance of Respiratory Protective Devices.
Persons required to wear respiratory protection
shall be trained in its use and be fit tested
annually.
a) Ventilation equipment shall be used when
welding in workshops, confined spaces and
during welding of stainless steel and
galvanised materials. In addition respiratory
protection for the protection against
welding fumes shall be used in confined
spaces.
b) Do not weld on painted or chemically
treated surfaces.
c) No angle grinding shall be carried out on
materials which contain asbestos, synthetic
mineral fibres (glass fibre, ceramic fibres,
etc) and polyurethane or on any piping or
vessel lagging, plastic, rubber or any other
synthetic material.
d) Respiratory protection shall be worn in
those areas designated by MW and when
airborne dust is clearly visible. Areas
where this may be necessary include, grit
blasting, jack hammering and angle
grinding & cutting.
e) When chasing/cutting concrete or bitumen
using brick cutters, water shall be used to
suppress dust and respiratory protection
shall be worn.
f) Compressed air shall not be directed upon a
person or used to blow down equipment.
 g) Material mudah terbakar harus ditempatkan
pada ruang tertutup sesuai dengan prosedur
memasuki ruang tertutup.
h) Saat belt splicing chemical digunakan,
pelindung pernafasan untuk uap organik
dan sarung tangan nitrile harus digunakan.
Pada ruang tertutup, ventilasi harus
disediakan sesuai dengan pengarahan
secara prinsip dan standar.
5.8 STANDAR KESELAMATAN MATERIAL
BERBAHAYA
MW harus mengurus salinan isi
pendaftara material berbahaya dari MSDS untuk
semua material berbahaya yang digunakan
diproject.
Salinan pendaftaran dan update untuk material
berbahaya baru harus dikirimkan kepada
department yang yang bersangkutan (seperti;
Department KESELAMATAN dan Lingkungan).
Departemen HES harus menyediakan MSDS
(Material Safety Data Sheet) zat-zat kimia atau zat
yang akan digunakan dilapangan. M.S.D.S
harus dibuat menurut kebutuhan semua pengguna
untuk material berbahaya dan mereka harus
diarahkan tentang pemakaian yang aman.
Lemari buku tersedia, dan akan diberikan untuk
informasi ini. MW bertanggung jawab untuk
menjaga informasi ini tetap tersedia.
MWbertanggung jawab untuk memaintain salinan
program komunikasi tentang potensi
bahaya di MW dan MSDS dilapangan untuk
menjadi referensi tersendiri MW dan pelatihan
karyawan. Penyimpanan yang resmi, pemakaian
dan pendataan sampah kimia
g) Flammable materials shall only be taken
into a confined space in accordance with
the Confined Space Entry Procedures.
h) When belt splicing chemicals are being
used, organic vapour cartridge respirators
and nitrile gloves shall be used. In confined
spaces, ventilation shall be provided in
accordance with the Principles directives
and standards.
5.8 HAZARDOUS MATERIALS SAFETY
STANDARDS
MW shall maintain hazardous
materials register containing copies of MSDS’s
for all hazardous materials used on project.
A copy of this register and updates for new
hazardous materials shall be submitted to the
correct department (i.e. SAFETY and
Environmental Department) prior to using these
hazardous materials. MW is responsible for
notifying MW Project of any hazardous
chemicals or substances that are brought on
the project.
HES department shall provide MW Project
with a copy of MW’s Hazard Communication
Program and the Material
SAFETY Data Sheet(s) (MSDS) for the
chemical(s) or substance(s) intended for use on
the site). The M.S.D.S shall be made available
to all end users of hazardous materials and
they shall be instructed on their safe use.
A bookcase, centrally located, will be
dedicated for this information. MW is
responsible for keeping this information
current. MW is responsible for maintaining
a copy of MW's Hazard Communication Program
and Material SAFETY Data Sheet(s) on site for
MW's own reference and employee training.
The legal storage, use and disposal of
wastes of any
berbahaya tersedia.
Material berbahaya harus ditata menurut standar
HES MW dan kebijakan serta prosedur material
berbahaya ditempat kerja.
MW harus memastikan bahwa semua material
berbahaya yang digunakan diproject
ditangani meurut M.S.D.S pabrik. Sampah material
berbahaya harus dipindahkan dengan cara yang
disetujui oleh MW.
a) Asbes atau zat yang mengandung asbes
tidak boleh dibawa kedalam project tanpa
izin tertulis dari MW.
b) Material yang berisi asbes harus hanya
ditangani sesuai dengan kebijakan project
dan prosedur.
c) Tanah krikil tidak boleh digunakan untuk
abrasive blasting (pengamplasan). Jika
memungkinkan pengamplasan harus
menggunakan wet garnet sesuai dengan
peraturan.
d) Cat dan polyurethane yang mengandung
isocynida tidak boleh digunakan, kecuali
jika ada izin tertulis dari MW.
e) Fiber mineral sintetik (fiber glasa, rock
wool dan fiber keramik) harus ditangani
berdasarkan kebijakan dan standar project,
dan sesuai dengan standar nasional
‘Synthetic Mineral Fiber’.
f) Fiber keramik atau zat yang mengandung
fiber keramik tidak boleh dibawa kedalam
project kecuali jika mendapat persetujuan
dari MW.
g) PCB atau kandungan PCB tidak boleh
dibawa ke project tanpa izin tertulis dari
MW.
hazardous chemicals or substances are the
responsibility of MW. MW shall have a copy of
the Hazardous Materials Register available on
project at all times when he is on project.
Hazardous materials shall be managed in
accordance with MW HES Standards and
Project Hazardous Materials Policy and
Procedures.
MW shall ensure that all hazardous materials
used on project are handled in accordance
with the Manufacturer’s SAFETY Data
Sheet (M.S.D.S). Waste hazardous
materials shall be disposed of in a manner
approved by MW.
a) No asbestos or asbestos containing
substance shall be brought onto project
without written approval from MW.
b) Existing asbestos containing materials shall
only be handled in accordance with project
Asbestos Policies and Procedures.
c) Silica shall not be used for abrasive
blasting. Where possible abrasive blasting
shall be wet garnet blasting in accordance
with the Regulations.
d) Paints and polyurethane containing
isocyanides shall not be used, unless
written approval is obtained from MW.
e) Synthetic mineral fibres (glass fibre, rock
wool and ceramic fibres) shall be handled
in accordance with project policies and
procedures, and in accordance with the
National Standard ‘Synthetic Mineral
Fibres’.
f) No ceramic fibre or ceramic fibre
containing substance shall be brought onto
project without approval from MW.
g) No PCB or PCB containing substances shall
be brought onto project without written
approval by WM
5.9 AKSES UNTUK KARYAWAN PROYEK
5.9.1 Data Rincian Karyawan MW
MW akan menyerahkan detail yang
berhubungan dengan (manajemen staff ,
Manajemen konstruksi, HES, Engineering, dan
Procurement, etc) kepada PGN sebelum
pemulaian pekerjaan diproject.
a. Karyawan dengan posisi staff menghandle
pekerjaan project.
b. Nama lengkap karyawan staff
c. Alamat tempat tinggal
d. Tanggal lahir
e. Tanggal karyawan mulai bekerja.
5.9.2 Induksi HES dan Ijin Akses (Access Pass).
Sebelum pemulaian pekerjaa diproject, semua
karyawan MW harus mengikuti HES Induction/
Orientasion course yang dilakukan oleh HES MW.
Materi HES Induction akan disusun menurut jenis
pekerjaan dan lingkungan kerja yang dikerjakan
oleh karyawan.
HES induction untuk hal-hal emergency khusus atau
pengunjung akan dilakukan sesuai dengan
peraturan HES. Sebuah access project akan dibuat
untuk pemenuhan permintaan. Induction lebih
lanjut diarea mungkin diperlukan jika karyawan
MW diminta untuk memasuki area-area tertentu
seperti: resiko tinggi dan pre-
commissioning.
Semua karyawa diproject ini, termasuk karyawan
MW yang perlu memenuhi panduan project ini.
MW harus memastikan dan menunjukkan bahwa
semua karyawannya telah
5.9 EMPLOYEES PROJECT ACCESS
5.9.1 MW Employee Details
MW will provide PGN with the
following details related to staff (Project
Management, Construction
Management, HES, Engineering, and
Procurement, etc) prior to the
commencement of work on the project.
a) Position staff employee will hold on the
work project.
b) Full name of staff employee.
c) Residential address.
d) Date of birth.
e) Date staff employee is to start on the work
project.
5.9.2 HES Induction and Issue of Access
Passes
Prior to commencement of work on project, all
MW employees shall be required to attend a
project HES Induction/ Orientation course
conducted by HES MW.
HES Induction course will be structured to suit
the type of work and the work environment the
employee will encounter.
‘Full’, ‘specific’, ‘emergency’ or ‘visitor’s’ HES
induction courses will be conducted in
accordance HES regulations. A project access
pass will be issued on completion of the
instructions. Further Area Specific induction
may be required if MW employees are
required to enter certain areas such as, high
risk and Pre-Commissioning.
All employees on this project, including the
employees of MW are required to comply with
these project guidelines. MW must ensure and
indicate that all its
membaca panduan ini dan memahami isinya
Karyawan harus menandatangani pendeklarasian
yang harus disimpan oleh MW dengan file
karyawan.
Jenis informasi Berikut ini adalah contoh untuk
permintaan untuk semua karyawan untuk
diinduksikan untuk tiap-tiap project.
a) Peninduksian project: karyawan baru, yang
dipromosikan dan/atau dipindahkan harus
secara lisan dipandu dalam praktek sesuai
penugas kerja mereka.
b) Penugasan kerja: Semua penugasan harus
mencakup perhatian khusus terhadap
KESELAMATAN. Memfollow up pemantauan
diperlukan untuk mencegah terjadi
kecelakaan.
c) Pertemuan: Perlu melakukan dan mendata
kegiatan pertemuan mingguan (craft tool
box safety meeting). Sebagai tambahan,
pertemuan staff juga diperlukan dialam
agenda untuk pencegahan kecelakaan.
d) Panduan khusus: Standard yang berlaku
memerlukan bahwa karyawan yang
melakukan pekerjaan spesifik atau
mengoperasikan equipment khusus dilatih
dalam penggunaannya.
5.9.3 Pass Karyawan
Akses karyawan untuk project pengoperasian akan
dikeluarkan dalam bentuk kartu pengenal yang
disetujui, yang harus dibawa setiap saat ketika
berada diproject, dan dikeluarkan jika diminta
oleh MW, atau pewakilannya.
Pada penyelesaian pekerjaan, MW harus
bertanggung untuk mengembali semua pasas
kepada MW.
employees have read these guidelines and
understood its contents.
The employee must sign a declaration, which
shall then be retained by MW with the
employee’s file.
The following types of information sessions are
an example of the requirement for all
employees to be inducted for each project.
a) Project Induction: Newly employed,
promoted and/or transferred employees
shall be verbally instructed in the HES
practices required by their work
assignments.
b) Work Assignments: All work assignments
must include specific attention to
SAFETY. Follow-up monitoring is required
in order to prevent accidents.
c) Meetings: Properly conducted and
recorded weekly craft tool box SAFETY
meetings are required. Additionally, staff
meetings will have a portion of the
agenda devoted to accident prevention.
d) Specific Instructions: The Relevant
Standards require that employees
performing specific tasks or operating
specific equipment be trained in its
usage.
5.9.3 Employees Passes
Employee’s access to the operating projects
will be issued in the form of authorised
identification cards, which must be carried at
all times when on the project, and produced
when requested by MW, or
Representative.
Upon completion of the contracted work, MW
shall be responsible for the return of all passes
to MW.
Pass Pengunjung
Pass ini harus dimiliki oleh semua orang yang
berhubungan dengan MW, tidak bermaksud
untuk bekerja diproject, tetapi
memerlukan access dalam jangka waktu singkat ke
project. Pengunjung yang belum mendapatkan
pelatihan HES Induction harus dikawal oleh
perwakilan MW.
5.9.4 Penanganan data Karyawan
Merupakan tanggung jawab MW untuk memelihara
semua data yang diperlukan dialam standar
yang berlaku, jaminan compensasi
karyawan atau peraturan yang serupa. Hal ini
mencakup pemeliharaan catatan kecelakaan,
summary tahunan dan penempatan semua
pemosteran yang telah ditentukan. Sebuah laporan
kegiatan HES, investigasi kecelakaan, penyuluhan
karyawan, pelatihan, tool box meeting, dan
sebagainya, harus dipelihara pada project dan
salinan harus segera disediakan untuk MW
berdasarkan permintaan.
Penghentian kerja karyawan atau pemindahan dari
project, pada penyelesaian dari semua bagian
pekerjaan kontrak. MW harus segera
memberitahukan penghentian kerja orang
bersangkutan dan alasan dari penghentian tersebut
kepada MW. Dalam kasus pemecatan karyawan
ini, MW harus diberitahu melalui telepon
(dengan konfirmasi via fax) segera tentang
terjadinya pemecatan. Semua pass yang dimiliki
oleh orang tersebut harus dikembalikan kepada
MW dalam waktu 7 (tujuh) hari.
5.9.5 Ringkasan HES induction dan Pass Akses
Project.
Pelatihan HES induction secara menyeluruh
termasuk prosedur tag out (kira-kira 3 jam)
Visitor’s Pass
This pass shall be obtained for all persons
associated with MW, not intending to work on
project, but requiring short term access to
the project. Visitors who have not attended
an appropriate project HES induction course
shall be escorted by MW Representative
5.9.4 Maintenance of Employees Records
It MW’s responsibility to maintain all records
required by the Relevant Standards, Workers'
Compensation Insurance or similar regulations.
This includes the maintenance of an accident
log, annual summary and the posting of all
prescribed posters. A log of HES activities,
accident investigations, employee instruction,
training, "tool box" meetings, etc., shall be
maintained on the project and copies shall be
promptly provided to MW Project upon
request.
Upon termination of employment or transfer
from the project, at completion of all or part
of the contracted work, MW shall immediately
notify MW of the
cessation of employment of those persons so
affected and the reason for that cessation. In
the case of summary dismissal of an employee,
MW shall be notified by telephone (with
confirmation by facsimile) immediately the
dismissal occurs. All passes held by the
dismissed person are to be returned to
MWwithin seven (7) days.
5.9.5 Summary of HES Induction and Project
Access Passes
Full HES Induction Course including tag out
procedures (approximately three (3) hours).
MW Pass issued on completion of
HES Induction khusus yang berhubungan dengan
area pengoperasian dan bahaya-bahaya khusus
yang dapat terjadi atau sebuah induction darurat.
HES induction spesifik mencakup alat pelindung
diri yang diperlukan dan bahaya mendasar. Pass
MW sementara atau pemberian
wewenang yang sama, akan dikeluarkan setelah
HES induksi dilakukan, seperti: sebagaimana yang
diringkas pada bagian belakang pass sementara
MW.
Pass visitor akan dikeluarkan setelah uraian singkat
HES diringkas dibagian belakang pass.
Visitor pass akan dikeluarkan setelah dipastikan
bahwa visitor telah mengikuti HES induction yang
sesuai atau pengawalan penuh.
5.10 KENDARAAN KECIL PROJECT
Bagian ini berisi informasi yang berhubungan
dengan penggunaan kendaraan kecil. Istilah ligt
vehicle mencakup kendaraan seperti mobil, pick
up, van, bus dan truk yang mendapat izin untuk
melakukan perjalanan dijalan raya tanpa permit
khusus.
Semua kendaraan untuk penumpang harus
menjalani proses pre-mobilisasi MW dan peraturan
kontrak.
5.10.1 Pembatasan Proyek
MW akan mengontrol jumlah kendaraan yang
diizinkan diseluruh project dan pembatasan akan
dibagi menurut lokasi. Sebelum pemulaian
pekerjaan di project, Multi Structure harus
mengirimkan izin Multi Structure, sebuah data
kendaraan yang memerlukan akses memasuki
project. Laporan akses project kendaraan kecil
atau yang sejenisnya harus digunakan untuk tujuan
ini.
the HES induction.
Full HES Induction Course with MW
Pass as per (1) above.
Specific HES Induction related to the operating
areas and specific hazards that may be
encountered. MW Pass as per (1) above.
Specific HES Induction covering personal
protection equipment required and basic
hazards. MW Pass issued on completion
of the HES induction. Specific Induction and
MW Pass as per (1) above.
Specific HES Induction related to the work area
and specific hazards that may be encountered
or a mini/emergency induction. Short Term
MW’s Pass or an equivalent
authorisation, will be issued after completion
of an appropriate HES induction, eg as
summarised on the rear of the Short Term MW’s
Pass.
Visitors Pass will be issued after a brief HES
induction summarised on the rear of the pass.
Visitor’s Pass will be issued after checking that
the visitor has attended an appropriate HES
induction or a full time escort is arranged
5.10 LIGHT VEHICLE PROJECT ACCESS
This section contains information relating to
the use of light vehicles. The term light
vehicles covers vehicles such as cars, pick ups
(utilities), vans, buses and trucks licensed to
travel on state highways without a special
permit. All light vehicles for passenger shall be
passed Multi Structure pre-mobilization
processes and contract regulations.
5.10.1 Project Restrictions
MW will control the number of light vehicles
permitted on all projects and
restrictions will vary between locations. Prior
to commencing work on project, MW
shall submit for Multi Structure’s approval,
a list of vehicles requiring project
Access project akan dipantau dengan sebuah
system pass kendaraan sebagaimana dijelaskan
pada bagian 4.12.5 dibawah ini.
Salinan dokumen pendaftaran yang berlaku untuk
semua kendaraan yang digunakan diproject harus
disimpan dikantor Multi Sturucture. MW berhak
menginspeksi kendaraan yang masuk atau
meninggalkan project.
5.10.2 Batas Kecepatan
Semua karyawan MW yang mengendarai kendaraan
di project yang sedang beroperasi harus
mengemudi didalam batas-batas kecepatan yang
dapat diterapkan dilokasi pekerjaan. Batas
kecepatan disesuaikan denga lokasi dan akan
disampaikan pada saat pelatihan HES Induction.
Crane yang membawa beban harus berjalan dengan
kecepatan rendah (walking speed), tidak kurang
dari 5km/jam sesui dengan batasan yang
dikeluarkan pabrik. Semua pengemudi harus
mengetahui dan memenuhi batas-batas kecepatan,
wilayah pengurangan kecepatan, dan larangan
kendaraan kecil memasuki area, tanda berhenti
dan rambu-rambu lalulintas lain.
5.10.3 Kendaraan untuk Transportasi Karyawan
Transport karyawan MW pada project yang
beroperasi harus disetujui oleh MW.
Contoh-contoh kendaraan yang disetujui antara
lain:
a) Bus
b) Kendaraan berkabin
Semua kendaraan untuk transport karyawan
diproject harus sesuai dengan jumlah seat belt,
access. The Light Vehicle Project Access
Report or equivalent shall be used for this
purpose. Project access will be controlled by
a system of vehicle passes as described in
Section 4.12.5 below.
A copy of current registration documents for
all light vehicles used on project shall be
maintained with Multi Structure Project
Office. MW reserves the right to inspect the
contents of any vehicle entering or leaving a
project.
5.10.2 Speed Limits
All MW employees driving vehicles on an
operating project shall drive within the speed
limits applicable in the location of the
contracted work. Speed limits vary between
locations and will be addressed during the HES
Induction course.
Cranes carrying loads shall travel at a walking
speed, not more than 5 km/hr or as per
manufacturer’s limits. All drivers shall
acknowledge and comply with speed limits,
reduced speed zones, and prohibited light
vehicle access areas, stop signs and other
traffic warning signs.
5.10.3 Vehicles for Transport of
Employees
Multi Structure transport of employees on
operating projects shall be as approved by
Multi Structure. Examples of approved
transport are:
a) Bus
b) Inside vehicle cab
All vehicles approved for the transport of
employees on project shall be fitted with seat
belts, which shall be worn by the occupants
yang harus dipakai harus diajar oleh penumpang
(tempat duduk penumpang bus kecuali yang telah
disesuaikan seperti equipment asli). Pengemudi
kendaraan harus terlatih untuk pertimbangan
exercise (latihan) serta mengamati batas-batas
kecepatan yang ditetapkan.
Kecepatan maksimum akan diatur oleh MW
dan PGN untuk masing-masing project. Peraturan
berikut adalah contoh untuk peraturan yang laku
di project:
a) Semua peralatan masuk dan keluar MW
akan secara ditandai secara
sesuai, karena karyawan mereka hanya
dapat berjalan dengan menggunakan rute
ini.
b) Pejalan kaki menggunakan jalur kanan dari
lalu lintas kendaraan.
c) Gunakan klakson anda untuk KESELAMATAN
pada sudut-sudut yang tidak tampak, saat
lewat, etc.
d) Sinyal yang dikeluarkan atau sinyal
pembelokan harus digunakan
e) Kunci kontak harus tetap didalam mobil
kapan saja setiap berada diarea
pengoperasian. (Mobil karyawan MW
harus terkunci didalam area
parkir pagar MW.
f) Pengemudi yang ugal-ugalan atau yang
tidak mentaati instruksi ini akan
mangakibatkan penghentian hak
mengemudi didalam project.
g) Kendaraan roda dua tidak perboleh
memasuki project.
h) Sepeda tidak diperbolehkan memasuki
tempat kerja kapan saja.
5.10.4 Inspeksi Kendaraan
Sebelum mobilisasi diproject, MW harus mengirim
laporan akses project Multi Structure atau
sejenisnya sebagaimana yang dilengkapi dan
ditandai oleh orang yang berkompeten. Ini
membuktikan sebagai sertifikasi tertulis bahwa
(bus passenger seats excluded unless fitted as
original equipment). Drivers of motor vehicles
shall be instructed to exercise judgment as
well as observe posted speed limits.
A maximum speed limit will be set by MW and
PGN- for each Project. The
following rules are an example of the rules
regulated on Project:
a) All MW’ means of ingress and egress
routes will be adequately marked as such,
since their employees are to travel these
routes only.
b) Pedestrians have right-of-way over
motorized traffic.
c) Use your horn for SAFETY at blind corners,
when passing, etc.
d) Established signals or turn signals are to be
used.
e) Ignition key is to be left in cars at all times
when within the plant. (MW's employee’s
cars may be locked within the designated
Multi Structure's perimeter
parking area.)
f) Reckless driving or other non-observance
of these instructions will be cause for
withdrawal of driving privileges on the
project.
g) No two-wheel motorized vehicles (i.e.
Motorcycles) shall be allowed on the
Project.
h) No bicycles are allowed any work site at
any time.
5.10.4 Vehicle Inspections
Prior to mobilisation to project, MW
shall submit a Light Vehicle Project Access
Report or equivalent, duly completed and
signed by a competent person. This
proves as written certification that each
tiap-tiap kendaraan yang akan digunakan diproject
terdaftar, memiliki izin, secara secara mekanikal
aman dan dalam kondisi baik, semua memenuhi
persyaratan standar HES MW.
Kendaraan Multi Structure harus dirawat dalam
kondisi yang inginkan selama didalam project.
Inspeksi equipment secara berkala diproject harus
mempunyai interval waktu tidak lebih dari 3 bulan
dengan menggunakan dokumentasi diatas untuk
memastikan kondisi yang dapat diterima secara
berkesinambungan.
MW berhak untuk memeriksa prosedur yang
digunakan oleh Multi Structure untuk
mensertifikasi equipment.
Multi Structure akan mengaudit penginspeksian
dari waktu ke waktu, dan Multi Structure akan
mengadakan, request, kendaraan dan dokumen
yang berhubungan untuk tujuan itu.
Bagaimanapun, hal ini tidak boleh membebaskan
tanggung jawab MW untuk memastikan perawatan
kendaraan yang dapat diterima, tidak juga
kegagalan Multi Structure untuk medeteksi
kecacatan pada kendaraan MW sebagai kendaraan
yang layak.
5.10.5 Alat Berat dan Kendaraan bermotor
Semua equipment harus diinspeksi perhari sebelum
digunakan oleh operator Multi Structure. MW
harus juga mengadakan inspeksi secara formal
dalam interval 30 hari dengan dokumentasi yang
baik yang dipelihara diproject oleh MW dan
salinan harus dibuat untuk project Multi
Structure berdasarkan request. MW
harus juga bertanggung jawab untuk beberapa
hal sebagai berikut:
a) Equipment yang rusak harus segera
diperbaiki atau dikeluarkan dari lokasi.
b) Semua ban karet, self-propelled scraper,
rubber-tired, front-end loader, dozer
rubbertired, tractor jenis industri dan
agricultur, crawler tractor, loader jenis
vehicle intended for use on the project is
registered, licensed and in a mechanically safe
and sound condition, all in accordance with
the requirements of Multi Structure HES
standards.
MW’s vehicle shall be maintained in the
required condition whilst on project.
Periodic inspection of equipment on project
shall be at intervals not greater than three
months using the above documentation to
ensure continued acceptability.
MW reserves the right to audit any procedures
adopted by Multi Structure to certify
equipment.
MW will audit inspections from time to time,
and Multi Structure shall make
available, on request, the vehicles and related
documents for that purpose. However, this shall
not absolve MW of responsibilities for
ensuring acceptable vehicle maintenance, nor
will the failure of MW to detect defects in MW
vehicle be taken as acceptance of the vehicle.
5.10.5 Equipment and Motor Vehicles
All equipment must be inspected daily before
use by Multi Structure's operator. MW
must also make formal inspections at 30-day
intervals with proper documentation
maintained at the project by MW and copies
shall be made available to MW
Project upon request. MW
shall also be responsible for the following:
a) Defective equipment shall be repaired or
removed from service immediately.
b) All rubber-tired, self-propelled scrapers,
rubber-tired, front-end loaders, rubber-
tired dozers, wheel-type agricultural and
industrial tractors, crawler tractors,
 crawler dan motor grader harus dilengkapi
dengan rollover protective, struktur dan
seat belts
c) Operator harus memiliki izin dan sertifikasi
dari pemerintah Indonesia serta memenuhi
perturan PGN. Salinan sertifikat harus
disimpan oleh MW dan tersedia jika
dibutuhkan.
d) Semua equipment dengan pandangan
terhalang pada bagian belakang harus
memiliki alarm sinyal yang dapat diaudit
diatas level kebisingan atau seorang
flagman.
e) Semua kacamata retak dan rusak (termasuk
cermin) harus diganti sebelum membawa
kendaraan ke project. Jika kaca rusak atau
hancur harus dihentikan hingga kerusakan
tersebut diperbaiki.
f) Kendaraan yang digunakan untuk
mengantar karyawan harus mempunyai
tempat duduk yang benar-benar aman dan
cukup sesuai jumlah karyawan yang akan
dibawa dan semua peumpang harus duduk
secara baik. Tidak dibenarkan berdiri
dibelakang kendaraan yang bergerak.
g) Penumpang tidak dibenarkan untuk duduk
dibagian belakang pick up atau truk yang
tidak secara spesifik terdesain dan
terlengkapi untuk membawa penumpang.
h) Lokasi penyimpanan bahan baker, lubrikasi,
zat cair gas, dan lain-lain harus ditinjau
ulang oleh project MW sebelum
penggunaan, penempatan secondary
dengan 120% untuk penyimpanan.
5.10.6 Pass Kendaraan
Akses kendaraan ke project harus mendapat
izin dari security PGN dengan pass berikut:
a) Penginspeksian pre-mobilisasi pass oleh
MW
crawler-type loaders and motor graders
shall be equipped with rollover protective
structures and seat belts.
c) All Multi Structure’ operators of
construction equipment should be properly
licensed and certified by a duly approval
Government of Indonesia and meet with
PGN regulations. Copies of the
certifications shall be maintained on the
project by Multi Structure and made
available to MW Project upon request.
d) All equipment with an obstructed view to
the rear must have a reverse signal alarm
audible above the surrounding noise level
or a flagman.
e) All cracked and broken glass (including
mirrors) shall be replaced before bringing
vehicles on the project. If glass is broken
or damaged on the project and if damage
is severe enough to cause a potential
SAFETY problem, the machine shall be
stopped until such damage has been
repaired.
f) Vehicles used to transport employees shall
have seats firmly secured and adequate for
the number of employees to be carried and
all passengers should be properly seated.
Standing on the back of moving vehicles is
prohibited. Passengers are not permitted
to ride in the back of pick ups (utilities) or
trucks that are not specifically designed
and equipped for the carrying of
passengers
g) Locations for storage of all fuels,
lubricants, starting fluids, etc., shall be
reviewed by MW Project prior to use
including secondary containment with 120
% for storage.
5.10.6 Vehicle Passes
Vehicle access to the Project shall be
authorised by PGN security with the
following passes:
a) Pass pre-mobilization inspection by Multi
 b) Mendapatkan persetujuan dari perwakilan
PGN dan mendapat pass security melalui
department Securit PGN.
Pass harus ditempelkan pada tempat yang cocok
dikendaraan agar mudah terlihat saat melewati
titik access control project.
Multi Structure perlu menerapkan kembali
persetujuan access project pada saat pass telah
habis masa berlaku. Kendaraan dengan Pass jangka
pendek yang memerlukan access untuk jangka
pendek, atau setiap hari, perlu mendapatkan pass
sementara, yang harus diserahkan saat
meninggalkan project.
Pass sementara secara umum didapat dari
departemen Security PGN. Pass berguna untuk
mendapat persetujuan kendaraan pada titik akses
control project.
5.10.7 Izin Pengemudi
MW harus memastikan bahwa seluruh yang
mendapat izin untuk mengemudi kendaraan pada
project memilik izin mengemudi yang masih
berlaku dari pemerinta Indonesia untuk kelas
kendaraan tersebut.
Semua karyawan yang mengemudikan kendaraan
project perlu memiliki permit pengemudi PGN dan
mendapatkan training mengemudi yang sesuai
(DDC)
5.10.8 Transportasi Project – Beban yang tidak
standard
Batas-batas jarak ruang beban yang berbeda-beda
untuk ketinggian, lebar dan panjang yang ada
dilokasi. Sebelum material/ equipment dibawa
keproject, Multi Stucture harus mencari informasi
diperlukan dari Multi Structure pada batas
pengantaran project khusus untuk mengembangkan
rute akses project yang aman. Semua persyaratan
beban dan beban oversize harus sesuai dengan
project dan persyaratan kepolisian Indonesia.
Structure
b) Get approval from P G N Representative
and obtain Security pass into PGN Security
Department.
Passes shall be displayed in a suitable location
on the vehicle to facilitate the sighting of the
passes at project access control points.
MW shall be required to re-apply for project
access approval at the end passes expired.
Short Term Vehicle Pass Vehicles requiring
project access on a short term, or daily
basis, will need to obtain a temporary pass,
which shall be surrendered when leaving the
project.
Temporary passes will generally take from PGN
Security department. The passes will be made
available to approved vehicles at project
access control points.
5.10.7 Drivers Licenses
MW shall ensure that all employees permitted
to drive a light vehicle on any project hold
a current driver’s license from Indonesian
Government for that class of
vehicle. All employees required to drive any
Project related vehicle is required to hold a
PGN driver’s permit and to have completed an
appropriate defensive driving course (DDC).
5.10.8 Project Transportation - Non
Standard Loads
Various load clearance restrictions for height,
width and length exist on each location. Prior
to any material/equipment being brought to
project, MW shall seek the relevant
information from MW on specific project
transport restrictions to develop an
appropriate safe project access route. All
loads and oversize load requirements shall
comply with project and Indonesian Police
requirements.
5.11 AKSES LOKASI DAN PROJECT EQUIPMENT
5.11.1 Lokasi yang diklasifikasikan
Lokasi dan equipment Multi Structure; seperti
boiler, pressure vessel, mobile compressor air
receivers, crane, elevating work platform, hoist,
dan sebagainya, dikategorikan sebagai ‘classified
plant’ sebagaimana dirumuskan didalam peraturan
HES MW, mereka harus didaftarkan dan
dioperasikan sesuai dengan peraturan tersebut dan
prosedur pengontrolan project akan diterapkan.
5.11.2 Crane dan Derek
Semua crane dan derek harus disertifikasi sebagai
kondisi yang aman oleh pemerintah Indonesia dan
Multi Strucure sebelum penggunaan crane atau
derek diproject. Sertifikasi ini harus disimpan oleh
Multi Structure dan tersedia untuk PGN
sebelum memasuki lokasi project. Semua
operator crane harus mendapat izin dan
disertifikasi oleh Pemerintah Indonesia.
Data sertifikasi harus dijaga diproject oleh MW dan
tersedia untuk request.
Berikut adalah contoh prosedur yang harus
digunakan saat pengoperasian di MW Project:
a) Radius swing crane harus diberi barikade
b) Hand signal yang disesuai dengan ANSI
harus tersedia disisi operator.
c) Multi Structure harus memperhatikan
spesifikas pabrik
d) Equipment tidak boleh dioperasikan pada
tempat dimana bagian dari equipment atau
beban akan menjangkau 15 feet (5 meter)
dari jalur transmisi atau sumber listrik.
e) Karyawan Multi Structure tidak boleh
mengendarai headache ball, hook, atau
beban yang sedang dihandle oleh crane
f) Equipment tidak boleh dilubrikasi selama
penggunaan.
5.11 PLANT AND EQUIPMENT PROJECT
ACCESS
5.11.1 Classified Plant
MW’s plant and equipment; such as boilers,
pressure vessels, mobile compressor air
receivers, mobile cranes, Elevating Work
Platforms, hoists etc, are categorised as
‘classified plant’ as defined by MW HES
Regulations Subsequently, they shall be
registered and operated in accordance with
those regulations and the following project
control procedures will be applied.
5.11.2 Cranes and Derricks
All cranes and derricks shall be certified as
being in safe operating condition by
Indonesian Government and Multi Structure
prior to using the crane or derrick on the
project. This certification shall be maintained
by Multi Structure and made available to
PGN Project prior to entry to the Project
site. All crane operators shall be properly
licensed and certified by Government of
Indonesia.
Certification records shall be maintained on
the project by Multi Structure and made
available to Multi Structure Project upon
request. The following are examples of
procedures which shall be used whilst
operating on MW Project:
a) The swing radius of cranes shall be
barricaded.
b) Hand signals prescribed by ANSI shall be
posted at an operator's station.
c) Multi Structure shall observe
manufacturer’s specifications.
d) Equipment shall not be operated where
any of the equipment or load will come
within 15 feet (5 meters) of electrical
distribution or transmission lines.
e) MW's employees shall not ride
 g) Kemampuan beban rata-rata, kecepatan
pengoperasian yang direkomedasikan,
peringatan bahaya khusus, diagram hand
signal yang khusus dan instruksi khusus yang
harus bisa dilihat oleh operator saat ia
berada pusat kontrol.
h) Karyawan tidak boleh diizinkan untuk
bekerja dibawah beban crane. Tag line
harus digunakan disemua beban.
i) Crane dan Derek harus diperiksa sebelum
penggunaan dan interval perbulan
j) Multi Structure harus menyimpan data
project penginspeksian dan memasang label
dan MW harus membuat salinan untuk
project Mulsti Structure berdasarkan
request.
k) Pembahasan pengangkatan yang diperlukan
untuk semua pengangkatan:
a. penaikan crane multi diperlukan
b. pengangkatan keranjang
c. pengangkatan didekat powerline.
d. pengangkatan didekat proses
pengenergian.
e. Semua pengangkatan yang lebih dari 50%
dan kurang dari 80% dari grafik kapasitas
crane untuk panjang boom dan radius
yang sedang digunakan atau kurang dari
50% dan lebih besar dari 90 % jika crane
mempunyai sebuah alat penunjuk berat
dengan pemotong alat overload.
f. Pengangkatan berat 20 ton
g. Semua alat pengangkat harus mempunyai
SWL termasuk tiang tripods/ goal
Flagmen atau ground men harus disediakan oleh
Multi Structure didepan dan belakang
pengangkatan beban yang bergerak untuk
memastikan gerakan yang aman pada equipment
ini, KESELAMATAN lalu lintas pekerjaan yang lain.
the headache ball, hook, or load being
handled by the crane.
f) Equipment shall not be lubricated while
in use.
g) Rated load capabilities, recommended
operating speeds, special hazard
warning, specific hand signal diagrams
and special instructions shall be visible
to the operator while he is at the control
station.
h) The employees shall not be allowed to
work under the load of cranes. Tag lines
shall be used on all loads. Special
caution should be used in concrete
bucket operations.
i) Cranes and derricks shall be inspected
prior to use and at monthly intervals.
j) MW shall maintain records on the
project of these inspections and put
tagging and MW shall make copies
available to Multi Structure
Project upon request.
k) Lift studies are required for all lifts
where:
a. multi crane hoisting is required
b. hoisting suspended man baskets
c. Lifts over energized power lines
d. Lifts over energized processes
e. All lifts greater than 50% and less
than eighty (80) percent of the
capacity chart of the crane for the
boom length and radius being used or
less than 50% and greater than ninety
(90) percent if the crane has an
operational load indication device
with an overload cut-off.
f. Lifts over 20 tons
g. All lifting devices must have SWL
including tripod/goal pole
Flagmen or grounds men shall be provided by
Multi Structure ahead of and behind heavy
moving loads to insure safe movement of this
equipment, the SAFETY of other plant traffic,
protection of plant power lines, pipe lines,
Pelindung power line, pipe line, support dan
equipment pengoperasian yang lain disepanjang
jalan. Peralatan ban karet untuk beban yang sesuai
harus digunakan untuk equipment jenis crawler
yang bergerak diluar lokasi. Semua crane harus
operasikan pada road pekerjaan dengan boom yang
dilepaskan.
5.11.3 Sertifikat, Permit dan Ijin
Mengemudi/Mengoperasi
Hanya lokasi dan equipment yang mempunyai log
book yang tepat, pengoperasian pabrik dan
petunjuk perawatan dan setifikasi yang masih
berlaku dari pemerintah Indonesia akan diizinkan
untuk beroperasi diproject.
Alat dua fungsi yang digunakan sebagai crane,
seperti front end loader, shovel, backhoe dan
forklift harus memenuhi kode crane yang sesuai
dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sertifikasi pemenuhan harus tersedia di MW
sebelum pemakaian.
5.11.4 Operator Alat Berat
Operator plan dan equipment MW harus memiliki
semua izin yang diperlukan, pendaftaran dan
sertifika yang sesuai dengan persyaratan
perundang-undangan yang menerangkan mereka
sebagai operator yang berkompeten untuk
pekerjaan atau equipment . Salinan dari yang
dijelaskan diatas harus ditunjukkan kepada MW
sebelum proses HES induction dan jika klasifikasi
yang diberikan.
Multi Structure bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa semua operator lokasi kerja
dan equipment berkompeten untuk menggunakan
equipment dan plant tertentu.
5.11.5 Penempatan Kembali Plant yang
diklasifikasikan.
Untuk memfasilitasi pengontrolan perundang-
undangan lokasi yang diklasifikasikan dari sebuah
supports and other operating equipment along
the roadways. Rubber tired equipment of
adequate load capacity is to be used for off
site movement of crawler type equipment. All
cranes are to be moved on plant roads with
booms detached of fully retracted.
5.11.3 Licenses, Permits and
Certificates
Only plant and equipment having the correct
log book, Manufacturers Operation and
Maintenance Manual and current certification
from Indonesian Government will be permitted
to operate on project.
Dual purpose plant that is used as a crane, eg
front end loaders, shovels, backhoes and fork
lifts shall comply with relevant Crane Code
and the appropriate statutory requirements.
Certification of compliance shall be provided
to MW prior to its use.
5.11.4 Plant and Equipment Operators
MW plant and equipment operators shall
possess all necessary licences,
registrations and certificates in accordance
with statutory requirements which qualify
them as competent operators of that plant or
equipment. Copies of that mentioned above
shall be provided to MW prior to the HES
induction and when other
classifications are granted.
MW is responsible for ensuring that all
plant and equipment operators are
competent in the use of such plant and
equipment.
5.11.5 Relocation of Mobile Classified Plant
In order to facilitate the statutory control of
registered classified plant of a mobile nature
(eg. cranes, elevating platforms, hoists and
mobilisasi (seperti: crane, elevating platform,
hoist dan compressor portabl) pemindahan alat-
alat ini pada atau keluar dari MW akan direcord
didalam sistem manajemen Mulati
Structure.
MW harus membantu dengan prosedur pendataan
ini untuk memastikan bahwa alat
mobilisasi yang memasuki project memiliki data
registrasi yang sesuai.
5.11.6 Identifikasi Alat dan Peralatan
Multi Structure bertanggung jawab untuk
memastikan semua tool dan equipment, yang
digunakan di MW teridentifikasi secara jelas dan
merupakan milik Multi Stucture. Onus of proof
akan menjadi bagian dari tanggun MW.
Peralatan-peralatan/ atau equipment yang tidak
mempunyai tanda pengenal tersebut akan ditahan
oleh Project MW hingga waktu tertentu dimana
Multi Structure mengeluar bukti
kepemilikannya.
5.12 Akses Perpindahan Alat Berat
Perpindahan alat berat mencakup, tetapi tidak
batasi untuk, kendaraan seperti truk, low loader,
traktor, scraper, dozer loader excavator dan
backhoe (lihat bagian 5.11 untuk detail)
Pengontrolan project heavy equipment akan
disesuaikan dengan prosedur yang ditetap pada
bagian 5.11
6. LINGKUNGAN
6.1 TANGGUNG JAWAB
Peminimalisiran sampah dan filosofi produksi yang
bersih disahkan dan diajukan untuk semua project.
Multi Structure harus mengambil semua langkah
portable compressor air receivers) the
movements of this type of plant on to and
away from MW’s projects will be recorded on
Multi Structure Management
System.
MW shall assist with this recording procedure
by ensuring that all mobile
classified plant entering the project has the
appropriate registration papers readily
available.
5.11.6 Identification of Tools and
Equipment
It is MW’s responsibility to ensure that all
tools and equipment, which are taken onto
Multi Structure Project projects, are
clearly identified as belonging to that MW.
The onus of proof will be MW’s
responsibility.
Any tools and/or equipment that do not have
such an identifying mark will be retained by
Multi Structure Project until such time that
MW can prove ownership.
5.12 Heavy Mobile Equipment Access
Heavy mobile equipment includes, but is not
limited to, vehicles such as - trucks, low
loaders, tractors, scrapers, dozers loaders
excavators and backhoes (See Section 5.11 for
more details). Project control of heavy mobile
equipment will be in accordance with
procedures covered in Section 5.11
6. ENVIRONMENTAL
6.1 RESPONSIBILITIES
Waste minimisation and the philosophy of
cleaner production is endorsed and promoted
on all projects. MW should take all
untuk mengurangi, menggunakan kembali dan reasonable steps to reduce, reuse and recycle
mendaur ulang sampah yang dihasilkan pada waste produced on to project.
project.
Each project operates under environmental
Masing-masing project beroperasi dibawah izin licenses issued by various statutory authorities
yang dikeluarkan oleh pihak berwenang yang who prescribe operational standards to
menuliskan standar pengoperasian untuk protect the environment eg discharge of waste
melindungi lingkungan seperti: pembuangan air water, noise, odour, dust or containment of
limbah, kebisingan, bau, debu atau zat pencemar solid waste etc. These licenses should be
dari sampah padat dan lain-lain. Izin ini harus consulted for relevancy prior to any works.
dikonsultasikan untuk kesesuaian sebelum
pemulaian suatu pekerjaan.

6.2 STANDAR DAN PROSEDUR KERJA 6.2 STANDARDS AND WORK PROCEDURES
Prosedur kerja penting berikut adalah penting dan The following key work procedures are
harus diperhatikan untuk semua lokasi. mandatory and shall be observed at all
Permasalahan lingkungan akan menjadi topic locations. Environmental matters will be a
standar pada setiap tool box meeting standard topic at all toolbox meetings.

6.2.1 Pelaporan Insiden Lingkungan 6.2.1 Environmental Incident Reporting

Multi Structure mempunyai sistem data dan MW has an Environmental Incident recording
laporan insiden lingkungan. Semua bagian dari and reporting system. All of MW is responsible
Multi Structure bertanggung jawab untuk for ensuring those environmental
memastikan insiden lingkungan tersebut yang incidents involving their
melibatkan karyawan-karyawan mereka dilaporkan employees are reported and recorded. MW
dan didata. Multi Structure harus membahas shall raise environmental incident reports
laporan insiden lingkungan dalam pemberitahuan on any issue noted where
dimana kerusakan lingkungan mungkin atau telah environmental damage may or has occurred,
terjadi, terlebih jika mereka terlibat didalam irrespective of whether they are involved in
insiden tersebut. Informasi tambahan dan detail the incident. Additional information and
disediakan didalam prosedur project MW detail is provided in MW Project Procedure
untuk pelaporan insiden lingkungan. Insiden ini for Environmental Incident
dapat melibatkan: Reporting. These incidents may involve:
a. Tumpahan a) Spillage
b. Kebakaran b) Fire
c. Kerusakan hewan dan tumbuhan c) Damaged Flora and Fauna
d. Pencemaran udara d) Air Pollution
e. Polusi kebisingan e) Noise Pollution
f. Pencemaran air f) Water pollution
g. Pembuangan air g) Waste Disposal
6.2.2 Kebocoran dan Pembersihan
Masing-masing project memiliki sebuah rencana
tanggap darurat yang berisikan:
a) Inventaris material berbahaya yang
disimpan diproject (termasuks MSDS)
yang dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan.
b) Prosedur penanganan pelepasan
c) Prosedur Pencegahan
d) Data kebersihan equipment tersedia dan
ditempatkan secara benar.
e) Data pemberitahuan.
Merupakan tanggung jawab MW untuk menjadi
lebih mengenali perencanaan project dan tindakan
apa yang perlu dilakukan pada kejadian tumpahan.
Catatan tumpahan >20 L harus
dilaporkan pada sistem laporan insiden lingkungan
(mengacu kepada bagian 10.2.1)
a. Semua langkah-langkah pencegahan yang
tepat harus diambil untuk mencegah
tumpahan hidrokarbon cairan tajam atau
zat kimia.
b. Pada kejadian tumpahan (spillage) segara
lakukan pengontrolan sementara untuk
menghentikan tumpahan dan penyebaran
seperti: penimbunan tanah untuk
membatasi penyebaran tumpahan
c. Mengatur pembuangan tanah yang tercemar
menurut arahan TF dan PGN.
d. Project Multi Structure secara terpisah
berlokasi didalam drinkin water catchment.
Selanjutnya, persyaratan legislative local
untuk penyimpanan dan penanganan kimia
dan hidrokarbon boleh mengadakan
langkah-langkah pencegahan tambahan.
Berhubungan dengan penasehat lingungan
untuk menentukan persyaratan dan mendapat
persetujuan ang disyaratkan.
6.2.2 Spill Control and Clean-Up
Each Project has an Emergency Response Plan
which contains:
a) Inventory of hazardous materials stored
on project (including MSDS's) that may
cause environmental damage.
b) Release response procedures.
c) prevention procedures
d) List of clean-up equipment available and
where to get it.
e) Notification list.
It is the responsibility of MW to become
familiar with the specific project plan and
what actions need to be done in the event of a
spill. Note spills of >20L shall be recorded on
the Environmental Incident Reporting
system (refer Section 10.2.1).
a) All reasonable precautions shall be taken
to prevent the spillage of caustic fluids
hydrocarbons or chemicals.
b) In the event of a spillage implement
immediate temporary control to stop the
spillage from spreading, eg earthen bund
walls.
c) Arrange the removal and disposal of
contaminated soil according to the TF and
PGN direction.
d) Multi Structure Project projects are
partially located within drinking water
catchments. Subsequently, local
legislative requirements for the storage
and handling of chemicals or
hydrocarbons may impose some additional
precautions. Liaise with the
Environmental Adviser to determine
requirements, and gain any required
approvals.
6.2.3 Kebersihan dan Manajemen Limbah
MW sangat menekankan hal pengurusan limbah.
Peminimalisiran limbah dan konsep
produksi yang bersih harus disampaikan didalam
setiap kontrak. MW bertanggung jawab untuk
pembuangan sampahnya sendiri.
Semua sampah harus dibagi menurut aturan dan
kode etika yang berlaku.
Project individu memiliki system yang tersedia
untuk memfasilitasi daur ulang material dan MW
harus berintegrasi dengan system untuk
kenyamanan. Multi Structure mempunyai
persyaratan untuk melakukan pengauditan
lingkungan untuk sampah Multi Structure. MW
yang menangani bahaya atau jumlah sampah
yang besar harus diperiksa ulang menurut
peraturan untuk memastikan bahwa mereka telah
memenuhi standard PGN. Jika perlu,
pengauditan harus diadakan dalam kalkulasi dengan
karyawan lingkungan project.
Project Multi Structure dioperasikan pada basis
‘around the clock’. Fungsi housekeeping diadakan
didalam semua proses, operasi, tugas dan
pekerjaan. House keeping bukan merupakan
tambahan dalam untuk proses ini, tetapi sebuah
bagian penting.
Standar house keeping (termasuk jalur masuk dan
keluar) disemua lokasi harus memenuhi
persyaratan HES. Project dengan alam dapat
berisikan pekerjaan, equipment, peralatan, mesin
yang harus tetap bersih dan bebas dari sampah
(seperti: debu, besi-besi sisa, cairan limbah dan
sebagainya). Dimana zat mudah terbakar dan
material berbahaya perlu dibawa ke proyek.
a. Mengacu kepada section 5 mengenai detail
6.2.3 Waste Management and Housekeeping
MW places significant emphasis on waste
management. Waste minimisation and the
concept of cleaner production shall be
entailed in every contract. MW is responsible
for the disposal of its own waste unless
otherwise agreed to with MW.
All waste must be disposed of in accordance
with the relevant Regulations and Codes and
Practices.
Individual projects have systems in place to
facilitate recycling of materials and MW
should integrate with these systems where
convenient. Multi Structure has a
requirement to conduct environmental audits
of waste Multi Structure. Multi Structure
handling hazardous or large volume waste
should be crosschecked with the regulation to
ensure that they meet PGN standards. If
required, audits should be organised in
consultation with the project environmental
employees.
MW projects are operated on an
‘around the clock’ basis. The housekeeping
function is incorporated into all processes,
operations, tasks and jobs. Housekeeping is
not a supplement to these processes, but an
integral part of them.
Housekeeping (including access and egress
ways) standards at all locations shall comply
with HES requirements.
Projects by their very nature may contain
plant, equipment, tools, machines that must
be kept clean and free of rubbish (eg. Dust,
scale, scrap metal and timber, waste liquids,
etc). Where flammable substances and
hazardous materials are required to be
brought on the project.
a) Refer to Section 5 regarding details on
 tentang DAUR ULANG RECYCLING.
b. Sisa material dan sampah harus dibuang dari b) Waste material and rubbish shall be
area pekerjaan, secara berkesinambungan, removed from job project areas, on a
sebagai pekerjaan atau pendahuluan tugas. continuous basis, as the job or task
c. Kaleng semprot ‘Pressure Pak’ tidak boleh proceeds.
ditempatkan kedalam tempat yang diberitanda c) ‘Pressure Pak’ spray cans shall not be
“Steel Only”. disposed into bins marked “Steel only”.
d. Kaleng semprot ‘Pressure Pak’ yang d) ‘Pressure Pak’ spray cans containing CFC’s
mengandung CFC’s tidak boleh digunakan shall not be used on any project.
diproject. e) Rubbish bins of any size or type shall not
e. Tempat sampah dengan size atau jenis apa be filled over and above the top lip, nor
saja tidak boleh diisi melewati bagian atas, shall any material protrude from the bin.
begitu juga untuk material yang menonjol dari f) Hazardous materials of any type shall not
tempat sampah. be deposited into rubbish bins at any
f. Material berbahaya jenis apa saja tidak boleh location without approval of MW.
digabungkan kedalam tempat sampah dilokasi g) Multi Structure shall, where practical,
tanpa persetujuan MW. maximise the use of refillable containers
g. Multi Structure harus memaksimalkan and minimise the use of drums.
penggunaan container isi ulang dan h) 200L drums shall not be brought on to
meminimalisir penggunaan drum ditempat- project without the HES approval and
tempat yang practical. shall not be used as waste containers.
h. Drum 200 L tidak boleh dibawa keproject i) Storage of fuel in the shall have secondary
tanpa persetujuan dari HES dimana ini tidak containment with 110% from total fuel
boleh digunakan sebagai penampung sampah. capacity and shall have approval design
i. Penyimpanan bahan bakar harus mempunyai from TF Engineering and HES
tempat pembuangan 110% dari total kapasitas
bahan bakar dan harus mempunyai izin dari TF
Engineering dan HES.
During the course of construction, all debris
Selama pelaksanaan konstruksi, semua sampah dan and scrap material shall be kept away from
scrap material harus berada jauh dari area kerja. the work area. Further Multi Structure
Kewajiban Multi Structure lebih jauh adalah obligations are as follows:
sebagai berikut:
a) Containers shall be provided by MW
a. Container harus disediakan oleh MW for the collection and
untuk pengumpulan dan separation of waste, trash, oily and used
pemisahan limbah, sampah, oli dan kain lap rags and other refuse.
bekas, dan sampah yang lainnya. b) Metal (Skip type) containers must be used
b. Container besi (skip type) harus digunakan and emptied promptly.
dan dikosongkan secepatnya. c) Garbage and other waste shall be
c. Sampah dan limbah-limbah yang lain harus disposed of at frequent and regular
di buang pada interval yang intervals in a manner approved by
berkesinambungan dan beraturan yang PGN Project.
disetujui oleh PGN. d) Multi Structure shall notify
d. Multi Stucture memeberitahukan
PGN
 tentang limbah berbahaya yang muncul
selama pelaksanaan pekerjaan.
e. MW bertanggung jawab langsung untuk
memelihara pengumpulan limbah ini saat
berada dilokasi dan akan
melaporkannya kepada PGN secara
tertulis bahwa limbah telah dibuang
secara baik dan memenuhi prosedur.
f. MW tidak boleh menumpahkan, mengubur,
dan membuang zat kimia
dengan cara apapun diproject.
g. MW harus membersihkan semua sampah
yang mudah terbakar ke project
pembuangan sampah padat secara baik dan
mendapat izin dari PGN serta hukum
wewenang setempat.
h. Material dan supply harus ditempatkan
pada lokasi yang tidak mengganggu jalan
masuk, dan mengatur mengizinkan
kebersihan yang mudah diarea.
i. Diarea dimana equipment dapat
meneteskan minyak atau menyebabkan
kerusakan pada permukaan lantai, penutup
pelindung dari pengukur berat, penahan
api, lambaran tahan minyak harus tersedia
antara equipment dan lembaran permukaan
lantai sehingga oli atau pelumas tidak
mengenai beton. Persyaratan ini dapat
diterapkan baik pada lantai sudah atau
belum selesai.
j. Semua selang, kabel, kawat extension, dan
material sejenisnya harus ditempatkan,
disusun dan dikelompokkan sehingga
mereka tidak mengganggu jalan masuk dan
akan memudahkan proses pembersihan dan
perawatan.
Project MW berhak mengatur merokok, api yang
terbuka, membawa korek api, dan izin
pengelasan saat dan dimana dianggap penting
untuk tujuan KESELAMATAN. MW harus
bertanggung jawab untuk dan menekankan kepada
karyawan MW, dan pengunjung untuk memenuhi
peraturan dan batasan seperti yang diarahkan.
Merokok, bahaya api dan peraturan
PGN of any hazardous waste it will
generate during performance of the Work.
e) Multi Structure has the direct
responsibility of maintaining proper
storage of these wastes while on site and
will verify to PGN Project in writing
that the wastes have been disposed of
in a legal manner.
f) MW shall not pour, bury, burn, nor in any
way dispose of a chemical on the
project.
g) MW shall clear all combustible debris to a
solid waste disposal project properly
licensed under PGN- and the laws of the
local authority.
h) Materials and supplies shall be stored in
locations which, will not block access
ways, and arranged to permit easy
cleaning of the area.
i) In areas where equipment might drip oil
or cause other damage to the floor
surface, a protective cover of heavy
gauge, flame resistant, oil proof sheeting
shall be provided between the equipment
and the floor surface sheeting so that no
oil or grease contacts the concrete. This
requirement is applicable to both finished
and unfinished floors.
j) All hoses, cables, extension cords, and
similar materials shall be located,
arranged and grouped so that they will
not block any access way and will permit
easy cleaning and maintenance.
MW Project reserves the right to regulate
smoking, open fires, carrying
matches, and welding permits when and
where deemed necessary in the interest of
SAFETY. MW shall be responsible for and so
enforce Multi Structure's
employees, and visitors to comply with the
regulations and restrictions as directed. These
yang dapat berubah selama pelaksanaan
konstruksi, atau selam pengujian, atau memulai
project pekerjaan dalam porsi apa saja.
Didalam area-area yang ditandai dengan “HOT
WORK PERMIT” MW dan PGN akan mengeluarkan
izin HOT WORK perhari yang akan mengizinkan
kegiatan api ditempat terbuka,
pembakara dan pengelasan secara beraturan yang
dijadwalkan pada jam kerja.
Merokok hanya diperbolehkan dilokasi yang telah
ditentukan; “AREA TERBUKA” harus diklasifikasi
kembali sebagai “AREA TERBATAS” jika telah
ditentukan oleh project MW. Tidak dibenarkan
menggunakan korek api kecuali korek yang telah
mendapatkan izin didalam project.
6.2.4 Perlindungan Hewan dan Tumbuh-
Tumbuhan
Kegiatan konstruksi perlu menanggung jawabi
perlindungan untuk hewan dan tumbuhan.
MW wajib memenuhi prosedur khusus untuk area
yang mereka kunjungi. MW harus beradaptasi
dengan prosedur untuk area yang harus
dikunjungi oleh MW sendiri. Penasehat
lingkungan project atau project
perwakilan mereka dapat memberikan penyuluhan
untuk MW. Informasi tambahan berguna bagi MW
untuk perlindungan flora dan fauna.
6.2.5 Perlindungan Hewan Liar
Untuk informasi lebih lanjut, kita akan
menghubungi PGN Pest Control
6.2.6 Manajemen Kualitas Udara
Penekanan yang mendalam dilakukan untuk
pengurusan kualitas udara. Prosedur manajemen
control penyaringan debu dan kualitas udara harus
digunakan saat Multi Structure melakukan
pekerjaan yang berpotensi debu atau tingkat polusi
smoking, open fires and similar regulations
may vary during the progress of construction,
or during the testing, or initial operation of
any portion of the plant.
Within certain areas designated as
"RESTRICTIVE AREAS" Multi Structure and
PGN project will issue a "HOT WORK PERMIT"
daily which will authorize open flames,
burning and welding activities during
regularly scheduled working hours. Smoking
will be permitted only in designated
compounds; "OPEN AREAS" shall be reclassified
as "RESTRICTED AREAS" whenever designated
by Multi Structure Project and upon
completion. No matches except SAFETY
matches are permitted on the project.
6.2.4 Flora and Fauna Protection
Construction activities need to take account of
the requirements for the protection of flora
and fauna.
MW is obligated to comply with the specific
procedures for the area they are visiting.
MW shall familiarise itself with the
procedures for the area MW
is to visit. The Project
Environmental Adviser or their representative
project is available to instruct MW. Additional
information is available in MW
Project Procedure for the
Protection of Flora and Fauna.
6.2.5 Wildlife Protection
For further information we will contact to PGN
Pest Control
6.2.6 Air Quality Management
Significant emphasis is placed on air quality
management. Dust suppression controls and
other air quality management procedures shall
be used when a MW is conducting work that
has the potential to generate dust
yang tidak diinginkan. Lihat section 4.9.3 ‘Debu,
Busa, Kabut, Gas dan Uap’. Pengeluaran polusi
udara yang mencolok yang disebabkan oleh MW
harus laporkan sebagai Environment
Incident Report. Detail tambahan yang ada pada
prosedur MW untuk manajemen kualitas udara.
6.2.7 Material berbahaya
Semua material berbahaya harus ditangani
berdasarkan prosedur project MW untuk
manajemen zat kimia dan hidrokarbon. Material
berbahaya limbah seperti PCB’s, asbes atau
material fiber harus dibuang dengan cara yang
disetujui oleh PGN-Zat yang menghabiskan ozon
(seperti: trchloromethane dari BCF fire
extinguisher) tidak diizinkan untuk digunakan pada
project mana saja.
6.2.8 Program Pencegahan Penyalahgunaan Zat-
Zat Terlarang
Project Multi Structure menanamkan komitmen
yang kuat bagi karyawannya untuk menyediakan
tempat kerja dan untuk mengeluarkan program
promosi excellent standard untuk keselamatan.
Perusahaan percaya bahwa lingkungan pekerja
lebih aman dan lebih produktif tanpa adanya zat
yang terkontrol. Itulah sebabnya, perusahaan
melarang pemilikan, penggunaan, fabrikasi, dan
disribusi, dispensasi atau keberadaan zat yang
terkontrol ditempat kerja tanpa resep dokter
untuk bekerja. Konsisten dengan semangat dan
tujuan dari kebijakan ini, perusahaan
mengharapkan karyawan-karyawannya melaporkan
untuk kondisi yang baik untuk pelakukan pekerjaan
mereka. Kebijakan/ prosedur ini dimaksud untuk
mencegah penggunaan dan adanya obat-obatan,
alkohol, atau barang-barang gelap lainnya
dilingkungan kerja.
or unacceptable levels of other air pollutants.
See Section 4.9.3 ‘Dust, Fumes, Mists, Gases
and Vapours’.
Significant air pollutant emissions regardless
of whether instigated by MW shall be raised
as an Environmental Incident Report.
Additional detail may be obtained from MW
Project Procedure for Air Quality Management.
6.2.7 Hazardous Materials
All hazardous materials shall be handled in
accordance with Multi Structure Project
Procedure for Chemical and Hydrocarbon
Management. Waste hazardous materials such
as PCB’s, asbestos or fibrous materials shall be
disposed of in a manner approved by the PGN-
. Ozone depleting substances (eg
trichloromethane of BCF fire extinguishers)
are not permitted to be used on any project.
6.2.8 Substance Abuse Prevention Program
MW Project maintains a strong commitment
to its employees to provide a safe
workplace and to establish programs
promoting excellent standards of safety. The
company believes the work environment is
safer and more productive without the
presence of controlled substances. Therefore,
the company prohibits the possession, use,
manufacture, distribution, dispensation or
presence of any controlled substance in the
workplace without a valid prescription from a
physician. Consistent with the spirit and intent
of this policy, the company expects employees
to report for work in proper condition to
perform their duties. This policy/procedure is
intended to prevent the use and presence of
drugs, alcohol, or other contraband in the
working environment.
7. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN KONTRAK
7.1 Umum
Pengurusan kontrak Multi Structure dan struktur
adminsitrasi berubah antara lokasi dan akan
bergantung pada ruang lingkup dan jenis pekerjaan
yang ada dialam kontrak. Struktur untuk semua
pekerjaan akan disesuaikan dengan peraturan HES
MW. MW boleh membentuk team konstruksi
sementara yang ada diproject untuk mengatur
dan membuat administrasi
kontrak.
7.2 Prosedur Penyimpanan
7.2.1 Umum
Material akan disediakan melalui jumlah dari
penyusunan yang berbeda tergantung ukuran dan
dasar kontrak. Tanggung jawab untuk biaya
material dirumuskan didalam kontrak. MW
bertanggung jawab untuk penyimpanan yang
sesuai, keamanan dan pengontrolan semua
material yang disediakan oleh Multi Structure.
Berikut ada penjelasan singkat dari proses
persediaan:
Hal-hal yang berkenaan dengan material harus
disampaikan dalam contoh pertama melalui
penyediaan coordinator MW dilokasi.
7.2.2 Material yang disediakan MW Jika kontrak
mensyaratkan MW untuk menyediakan material
tertentu, hal ini harus sesuai dengan standar
project Multi Structure. Pilihan dan kesamaan
harus disetujui oleh MW sebelum dibeli.
Penghantaran dan penurunan
merupakan tanggung jawab MW. Jika itu
material berbahaya, MSDS harus disetujui oleh
orang yang tepat sebelum
membawanya keproject.
7. CONTRACT MANAGEMENT AND
ADMINISTRATION
7.1 General
MW’s contract management and
administration structure will vary between
locations and will depend upon the scope
and the type of work being contracted. The
structure for all works will be in accordance
with MW HES Regulations. MW may
establish a temporary
construction team located on the project to
manage and administer contracts.
7.2 Stores Procedures
7.2.1 General
Materials will be supplied through a number of
different arrangements depending on the size
and nature of the contract. Responsibility for
cost of materials is defined in the contract.
Multi Structure is responsible for appropriate
storage, security and control of all material
supplied by MW. The following is a very brief
description of the various supply processes:
Any issues regarding materials should be
addressed in the first Instance through MW’s
Supply Coordinator at the location.
7.2.2 MW Supplied Materials Where the
contract requires MW to supply certain
materials, these must be in accordance
with Multi Structure Project
Standards. Alternatives and equivalents must
be approved by MW before being purchased.
Transport and unloading is the
responsibility of Multi Structure. If it is a
hazardous material, MSDS’s must be approved
by the Occupational. Hygienist prior to
7.2.3 Material yang dikeluarkan dari Project.
Semua material yang disediakan oleh Multi
Stucture yang perlu dikeluarkan dari project oleh
MW harus disertakan oleh:
a. Pass untuk gate material – untuk barang-
barang yang lebih kecil
b. Shipping advice - dimana material akan
dikembalikan keproject
c. Invoice pengiriman- dimana barang-barang
akan dikembalikan kepada supplier untuk
kredit (umumnya material besar)
Semua material yang dimiliki oleh MW akan
dikeluarkan dari project harus didampingi oleh
penasehat pengiriman, yang harus
ditandatangani oleh Supervisor Project MW
dan perwakilan PGN. Semua pass gate, shipping
advice’s dan invoice pengiriman harus ditunjukkan
kepada karyawan security MW sebagai
material yang dikeluar project dan perwakilan
security PGN.
7.3 Pertemuan dan Laporan
7.3.1 Umum
Multi Sturucture sebelum mulai bekerja diproject,
harus menghadiri pre-project meeting dengan
project MW untuk memahami kondisi project dan
persyaratan HES. Sebuah perjalanan project harus
dibuat (saat diperlukan) utuk memastikan
kewasdaan MW terhadap bahaya
KESELAMATAN. Metode yang sesuai,
equipment, peralatan dan material harus
disediakan oleh MW sebagai bagian dari tanggung
jawabnya untuk HES, peninjauan ulang harus
direview secara jelas. Merupakan tanggung jawab
MW untuk melakukan tindakan, yang mengkin
dipelukan untuk menegakkan dan memelihara
kondisi kerja yang selamat diproject.
bringing to project.
7.2.3 Material Removed from Project
All material supplied by MW which needs to
be removed from project by MW shall be
accompanied by either:
a) Material Gate Pass - for smaller items
or
b) Shipping Advice - where the materials
will be returned to project at some later
date or
c) Shipping Invoice - where the goods
are being returned to the supplier for
credit (Generally bulk materials)
All MW owned materials proposed to be
removed from project shall be
accompanied by a Shipping Advice, which shall
be signed by Multi Structure’s project
Supervisor and PGN representative. All Gate
Passes, Shipping Advice’s and Shipping Invoices
shall be presented to MW’s security employees
as the materials leave the project and PGN
Security representative.
7.3 Meeting and Reports
7.3.1 General
MW, before starting work at the project,
shall attend a pre-project meeting with MW
Project to understand the project conditions
and HES requirements. A project tour
shall be made (when required) to confirm
Multi Structure's awareness of potential
SAFETY hazards. Appropriate
methods, equipment, devices and material
shall not be provided by MW of its
responsibility for HES, nor shall such reviews
be construed as limiting in any manner. It is
Multi Structure's responsibility to undertake
any action, which may be necessary to
establish and maintain safe working conditions
on the project.
Merupakan tanggung jawab MW untuk membuat
semua laporan yang sesuai dengan
standar, jaminan kompensasi karyawan atau
peraturan yang serupa. Hal ini mencakup
perawatan dari laporan kecelakaan, laporan
tahunan dan pengadaan semua poster
pemberitahuan.
Laporan kegiatan HES, investigasi kecelakaan,
penyuluhan karyawan, pelatihan, tool box
meeting, dan sebagainya, harus dipelihara pada
project dan salinannya harus segera disediakan
untuk project MW berdasarkan request. Jumlah,
jenis dan gaya dari pertemua dan laporan yang
diperlukan untuk mengurus kontrak yang
berubah antara project kecuali secara spesifik
yang dilepaskan oleh Multi Structure, MW
harus mengadakan dan/atau menghadiri
pertemuan-pertemuan berikut dan harus
menyediakan laporan berikut:
7.3.2 Laporan Jumlah Tenaga Kerja
Laporan ini, dikirim perminggu, harus
menunjukkan jumlah karyawan yang bekerja
diproject dengan klasifikasi untuk masing kontrak.
7.3.3 Pertemuan Keselamatan
MW harus memastikan bahwa semua syarat
perundang-undagan untuk pertemuan HES telah
sesuai. Multi Structure harus melakukan
toolbox meeting per hari, per minggu, per bulan,
termasuk saat meeting manajemen project dengan
notulen diteruskan ke PGN – untuk informasi.
Hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan harus
merupakan item standar untuk notulen
8. PENCEGAHAN INSIDEN HES
8.1 UMUM
Pencegahan insiden HES merupakan tanggung
jawab utama bagi semua tingkat manajemen dan
karyawan. Masing-masing Manager diarahkan untuk
It is Multi Structure’s responsibility to
maintain all records required by the Relevant
Standards, Workers' Compensation Insurance
or similar regulations. This includes the
maintenance of an accident log, annual
summary and the posting of all prescribed
posters.
A log of HES activities, accident investigations,
employee instruction, training, "tool box"
meetings, etc., shall be maintained on the
project and copies shall be promptly provided
to MW Project upon request.
The number, type and style of meetings and
reports required to manage contracts will vary
between projects. Unless specifically waived
by Multi Structure, Multi Structure shall
organise and/or attend the following meetings
and shall provide the following reports.
7.3.2 Manpower Report
This report, submitted weekly, shall show the
number of employees working on the project
by classification, for each contract.
7.3.3 HES Meetings
MW shall ensure that all statutory
requirements for HES meetings are met. MW
shall conduct weekly and monthly, minutes
‘tool-box’ meetings, including during project
management meeting with minutes forwarded
to the PGN- for information.
Environmental matters are to be a standard
minute item within these minutes.
8. HES INCIDENT PREVENTION
8.1 GENERAL
HES incident prevention is a primary
responsibility of all levels of management and
employees. Each manager is directed to use
berinisiatif secara maksimal dalam berkomunikasi,
pelatihan, motivasi, dan memonitor tehnik untuk
menerapkan langkah-langkah pencegahan yang
tepat untuk mencegahkan insiden.
Manajemen MW memerlukan partisipasi HES
perindividu disemua level organisasi. HES,
sebagai fungsi profesional staff diproject/ lokasi,
akan secara langsung membantu manajemen dalam
pelaksanaan prosedur ini dijalur bisnis, Area
Project, dan Project/ lokasi. Tanggung jawab tiap-
tiap orang untuk fungsi HES harus menghasilkan
sebuat kompetensi profesioanl tingkat tinggi,
inisiatif perorangan, dan kemampuan komunikasi
efektif dalam melaksanakan tugas.
Perwakilan HES project/lokasi (HES Superintendent
dan Coordinator) akan bertanggung jawab untuk
berkonsultasi dengan manajemen dalam segala hal
yang mempengaruhi lingkungan dan kesehatan dan
keselamatan karyaan, client, dan komunitas.
Tanggung jawab pencegahan insiden Manager tidak
bisa didelegasikan. Dasar-dasar perilaku selamat
dan system manajemen HES Multi Stucture akan
menjadi bagian penting dari rencana pencegahan
insiden HES. Ini akan diimplementasikan pada
rencana kerja HES dengan penekanan khusus
didalam pelatihan dan implementasinya dalam
rencana kerja HES MW.
8.2 LAPORAN DAN PEMANTAUAN HES
Elemen terpenting dari pelaksanaan dan
penyuksesan program pencegahan insiden
merupakan kegiatan penginspeksian dan
penialaian. HES
Pemantauan HES akan dilakukan oleh HES
Inspector untuk masing-masing project dibawah
tanggung jawabnya
HES Superintendent dan jajaran Manager dibawah
dimana HES Inspector ditempatkan harus
menekankan bahwa standard HES MW telah
terlaksana secara baik dan dipertahankan
maximum initiative in communicating,
training, motivation, and monitoring
techniques to apply every reasonable
precaution to prevent incidents.
Multi Structure management demands
individual HES participation at all levels of the
organization.
HES, as a professional staff function at the
project/site level, will directly assist
management in the implementation of this
procedure at the business line, Project Area,
and project/site level. Each person
responsible for the HES function must exhibit a
high degree of professional competency,
personal initiative, and effective
communication skills in performing his/her
duties. Project/Site HES Representatives (HES
Compliance Superintendent and Compliance
Coordinator) will be responsible for consulting
with management in all matters affecting the
environmental and the health and safety of
employees, clients, and the community.
Incident prevention responsibilities of
managers cannot be delegated.
Safety Behavior Based and MW HES
Management system will be an important part
of HES Incident Prevention Plan. It will be
implemented across the board in the HES Work
Plan with special emphasize in Training and its
implementation in MW HES Work Plan
8.2 HES MONITORING AND REPORTING
A key element of the implementation and
success of the Incident Prevention Program is
ongoing HES assessment and inspection.
HES monitoring will be conducted by HES
Inspector for each project under his/her
responsibility.
HES Superintendent and Respective Line
Manager under which his/her HES Inspector is
working shall enforce that MW ’s HES
standards are properly implemented and
maintained and to verify compliance with
dan untuk memeriksa pemenuhan dengan
peraturan nasional dan HES local. Hal ini harus
mencakup pemantauan lagging dan leading
indicator, record dan analisa.
Bisnis MW dan team Manajemen Project
bertanggung jawab untuk melaksanakan tingkat
monitoring yang sesuai keberhasilan atau
kegagalan yang nyata didalam peganalisaan
laporan HES yang diperlukan.
Laporan HES yang ada untuk pengoperasian area
PGN direncanakan untuk diidentifikasi, ruang
lingkup yang dirumuskan, persyaratan yang
terdokumentasi dan sebagainya untuk
menyediakan suatu pengelompokan kerja untuk
secara optimal memenuhi persyaratan laporan PGN.
Sistem pelaporan diharapkan dapat memfasilitasi
data laporan HES Multi Structure, pemenuhan
standar HES. Laporan-laporan ini harus diterima
level Project Manager PGN atau yang lebih tinggi.
8.3 KOMUNIKASI
Untuk membantu pelaksanaan dan melanjutkan
pemeliharaan kebijakan, hal-hal berikut ini akan
dikeluarkan dan diperlukan:
• Kegiatan HES sebagai arahan yang
menginformasikan sasaran dan panduan
yang dikeluarkan dan prosedur yang
diperlukan untuk mendukung program
pencegahan insiden.
• Buletin HES dan Pemberitahuan berisikan
pengarahan peraturan yang sedang berlaku,
pengarahan perusahaan yang berhubungan
dengan pencegahan insiden, dan HES
panduan yang harus diketahui oleh Manager
dan karyawan mereka.
Pemberitahuan HES Multi Structure, buletin
pemenuhan peraturan, dan buletin khusus
dikeluarkan untuk semua operasi perusahaan
sebagai bahan pembelajaran dan pencegahan
insiden. Pemberitahuan dan Buletin ini sering
menggambarkan kejadian insiden secara actual.
national and local HES regulations. This shall
include both lagging and leading indicator
monitoring, recording and analysis.
MW business line and Project Management
Team are responsible for
conducting the appropriate level of self-
monitoring. HES monitoring by MW may be
conducted, without notice, on any project
regardless of apparent success or failure
as reflected in the analysis of required HES
reports.
Existing HES reports in PGN area of
operations is planned to be identified, its
scope defined, its requirement documented
etc. to provide a frame work on how to
come to an optimally fulfilling PGN reporting
requirement.
The reporting system is expected to facilitate
Multi Structure level HES report record, its
compliance to the agreed HES standard. These
reports are to roll up to PGN Project
Manager Level and higher.
8.3 COMMUNICATIONS
To aid in the implementation and continuing
maintenance of the policy, the following will
be issued as required:
• HES Practices as directives that
communicate objectives and establish
guidelines and procedures necessary to
maintain the Incident Prevention
Program.
• HES Bulletins and Alerts contain current
regulatory agency directives, company
directives related to incident prevention,
and HES guidelines that managers and
their employees should know.
Multi Structure HES Alerts, Regulatory
Compliance Bulletins, and Special Bulletins are
issued to all company operations as a learning
and incident prevention tool. These Alerts and
Bulletins often depict actual incident
occurrences.
8.4 PERUBAHAN MANAJEMEN 8.4 MANAGEMENT OF CHANGE
Perubahan pada hal khusus yang disetujui, desain, Changes to approved specifications, design,
atau metode kerja yang diperlukan untuk materials, or work methods are required to be
didokumentasi, dianalisa dan disetujui sebelum documented, analyzed, and approved before
perubahan tersebut dilakukan. Mengikut such changes are adopted. Following their
pelaksanaan mereka, semua proses manajemen implementation, all management processes are
merupakan subjet untuk pelanjutan dan subject to continuing monitoring and review.
pemantauan serta review. The responsibility for insuring the change
Tanggung jawab untuk memastikan pemulaian initiations are recorded lies with the
perubahan didata menjadi tanggung penegak Respective Discipline leader where the
disiplin dimana perubahan yang diajukan dimulai proposed changes are initiated and controlled
dan dikontrol didalam pelaksanaan. into implementation.
Permintaan pemulaian untuk perubahan harus Initial requests for changes shall be submitted
dikirimkan secara tertulis dan disetujui pada in writing and approved within the context of
konteks tempat kerja atau kontrak. Persetujuan the workplace or contract. Approval of such
dari perubahan ini harus juga diberikan secara changes shall subsequently also be given in
tertulis. writing. Resultant changes to “permanent”
Perubahan yang hasilkan untuk pekerjaan/ plant/equipment shall be recorded. Change
equipment “permanent”/ harus didata. requests shall be analyzed by the project
Permintaan perubahan harus dianalisa oleh management before the changes are approved.
manajemen project sebelum perubahan disetujui.

Penganalisaan akan meninjau ulang permintaan The analysis will review the proposed change
perubahan untuk dampak yang akan terjadi pada: for effects on:
• Integritas sistem • System integrity;
• Tingkat resiko • Level of risk exposure;
• Ruang lingkup kerja • Work scope;
• Pengaruh persyaratan HES. • Impact on HES requirements;
• Jadwal, dan • Schedule; and
• Biaya • Cost.

The status of approved changes is subject to

Status perubahan merupakan subject untuk regular review until completion of the
pemantauan beraturan hingga pelengkapan contract.
kontrak.
8.5 AUDITS
8.5 AUDITS
8.5.1 Planned Inspections
8.5.1 Inspeksi Terencana Daily HES inspections shall be conducted on all
Inspeksi HES harian harus dilakukan disemua lokasi, sites, by HES Inspector s assigned for the sites.
oleh Inspector HES yang ditugaskan untuk lokasi Planned inspections will be conducted by HES
tersebut. Penginspeksian yang direncanakan akan Auditor observation of the work activities and
dilakukan oleh pengamatan HES auditor tentang
kagiatan kerja yang dilakukan dilokasi.
Auditor tidak hanya mencatat noncompliance pada
masing-masing project tetapi juga menganalisa
masing-masing pelanggaran kepada MW dan juga
kemampuan, untuk membuat pengajuan untuk
meningkatkan pencapaian HES untuk semua MW.
Penginspeksian akan dilaporkan secara tertulis
sesuai dengan program manajemen pemenuhan
HES MW. Penginspeksian tempat kerja regular
yang lain mungkin diperlukan untuk
memenuhi peraturan local yang berlaku.
8.5.2 Project Audits/ Pengauditan Project
Manajemen project selama masa pekerjaan project
akan melakukan pengauditan project secara
beraturan. Audit per quarter (per tiga bulan) harus
dilakukan diseluruh lokasi oleh Project Manajemen
Team (PMT) MW.
Lingkup pengauditan akan mencakup semua
tempat keja (termasuk fasilitas kantor):
• Sistem manajemen HES project
• Ukuran pengontrolan untuk potensi bahaya
utama.
• data HES
• Metode kerja HES dan praktek, dan
• Penginspeksian tempat kerja.
• Menganjurkan pelaporan tindakan yang tidak
aman, lingkungan, keadaan atau kecelakaan
yang dapat menjadi pelajaran bagi semua
karyawan
Pengauditan akan menguji keserasian
berkelanjutan system manajemen HES project dan
prosedur project serta keefektifan
pelaksanaannya. Pengauditan akan dilakukan dan
dilaporkan secara tertulis sesuai dengan standar
project dan prosedur.
the actions of people in the workplace. The
Auditor not only noted the non compliances of
each Project but also analyzes each non
compliance subjective to each MW and also to
overall MW capabilities, to come to proposals
for improving the over all MW HES achievement
Inspections will be reported in writing in
accordance with Multi Structure HES
Compliance Management Program.
Other regular workplace inspections may be
required to comply with relevant local
legislation and/or regulations.
8.5.2 Project Audits
Project management during the term of the
project will conduct regular project audits.
Quarterly HES audits shall be conducted on all
sites by Multi Structure Project Management
Team (PMT).
The scope of the audits will include all work
sites (including site office facilities) and
cover:
• Project HES Management System;
• Control measures for potential major
hazards;
• HES records;
• HES work methods and practices; and
• Workplace inspections.
Audits will examine the continued suitability
of the project’s HES management system and
project procedures and the effectiveness of
their implementation. The audits will be
conducted and reported in writing in
accordance with the project standards and
procedures.
8.6 MANAJEMEN INSIDEN DALAM PENGELOLAHAN
INDIKATOR LAGGING
8.6.1 Laporan Insiden dan Kecelakaan
Multi Structure bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pendataan dan pelaporan
kecelakaan dan insiden yang melibatkan karyawan
mereka sesuai dengan standard dan referensinya
untuk mengontrol tempat dimana kecelakaan seriu
terjadi.
Tempat dimana kecelakaan serius terjadi tidak
boleh dicampuri, kecuali dengan pandangan untuk
keselamatan jiwa dan pencegahan cidera yang
lebih parah, tanpa izin dari Inspector Pemerintah,
dimana kecelakaan telah menyebabkan kefatalan,
hingga pihak berwenang telah menerima izin.
Peraturan HES Multi Structure memerlukan
pelaporan kecelakaan yang dicurigai
mengakibatkan kerusakan. Hal ini mencakup item
seperti: sling, rantai, dan chain block yang
dipasangkan untuk pekerjaan yang ada. Peraturan
listrik penghasil tenaga lokal mensyaratkan bahwa
semua kejadian gangguan listirk, meskipun dirasa
kecil, harus dilaporkan. Kejadian gangguan listrik
alam harus dilaporkan kepada supervisor listrik
project atau perwakilan tanpa penundaan, baik
dalam hitungan jam atau hari. Kecelakaan akan
diinvestigasi dan informasi yang mendukung
diteruskan ke bagian energi sesuai dengan
persyaratan perundang-undangan.
Semua kecelakaan dan insiden yang melibatkan
karyawan MW harus dilaporkan kepada PGN-.
Kejadian yang telah mengakibatkan atau
potensi yang menyebabkan kerusakan lingkungan
harus dilaporkan dalam Laporan insiden lingkungan
MW.
MW memiliki standar system worldwide untuk
pengukuran HES performance. Hal-hal
8.6 INCIDENT MANAGEMENT TO MANAGE
LAGGING INDICATOR
8.6.1 Accident and Incident Reporting
MW is responsible for ensuring that the
recording and reporting of applicable
accidents and incidents involving their
employees conforms to the standards and in
its reference to the control of places in which
a serious accident has occurred.
The place in which any serious accident has
occurred shall not be interfered with, except
with a view to saving life or preventing further
injury, without the permission of the
Government Inspector or, where the accident
has proved fatal, until the local authorities
have granted permission.
MW HES Regulations requires the reporting of
any incident suspected of causing breakage,
damage. This includes items such as slings,
chains, and chain blocks attached to the
registered plant. Local power suppliers
electricity (Licensing) regulations requires that
All electric shock incidents and accidents,
even if perceived to be of a minor nature, to
be reported. Electric shock incidents of any
nature must be reported to the project
electrical supervisor or representative without
delay, at any hour on any day. The incident
will be investigated and relevant information
forwarded to the Office of Energy in
accordance with the statutory requirements.
All accidents and incidents involving MW
employees shall be reported on to the PGN-.
Any incident that has caused or has the
potential to cause damage to the
environment shall be reported on MW’s
Environmental Incident Report.
Multi Structure has a standard worldwide
system of measuring HES performance. HES
berhubungan dengan HES dikatergorikan dan
jumlah kejadian pada masing-masing kategori
digunakan untuk menghitung statistic HES sebagai
berikut:
1. L.T.I: Lost Time Injurty. Jika karyawan
terluka karena pekerjaa, kehilangan jam
kerja.
2. R.W.D.C: Restricted Work Day Injury. Jika
seorang karyawan yang mengalami cidera
kerja kembali bekerja untuk pekerjaan
dibatasi.
3. M.T.I: Medical Treatment Injury. Jika
seorang karyawan mengalamai cidera yang
memerlukan perawatan khusus (seperti:
Doctor) kembali bekerja tanpa pembatasan
dan tanpa menyebabkan kehilang jam
kerja.
4. F.A.C: Firist Aid Case. Jika seorang
karyawan yang mengalami cidera kerja
tidak memerlukan perawatan lagi dan
perawatan yang rutin.
Semua kejadian dan bahaya akan dilaporkan dan
diinvestigasi. Semua karyawan bertanggung jawab
untuk segera melaporkan kejadian (temasuk
nearmiss) dan bahaya kepada Supervisor setelah
kejadian terjadi atau bahaya yang teridentifikasi.
Jika memungkin setiap individu perlu segera
meralat bahaya yang ditemukan agar tidak
membahayakan mereka.
Semua kejadian harus dilaporkan kepada HES
Superindent segera. HES Superintendent harus
diberitahukan segera kejadian yang menyebabkan
atau memerlukan claim untuk asuransi.
Semua kejadian akan menjadi subject pada
laporan investigasi. Laporan ini akan memenuhi
related events are categorised and the number
of events in each category is then used to
calculate HES statistics as follows:
a) L.T.I.: Lost Time Injury. When an injured
employee through that work injury, loses
a complete work shift.
b) R.W.D.C: Restricted Work Day Injury.
When an employee who suffered a work
injury returns to work on limited or
restricted duties.
c) M.T.I: Medical Treatment Injury. When
an employee suffered a work injury that
required professional treatment (eg.
doctor) returns to work without
restrictions and without incurring the
loss of a complete work shift.
d) F.A.C: First Aid Case. When an employee
who suffered a work injury requires no
more treatment than routine first aid.
All Incident and hazards will be reported and
investigated.
All employees are responsible for reporting
incidents (including near misses) and hazards
to their immediate supervisor as soon as
practicable after the incident occurs or the
hazard is identified. Whenever practicable
every individual is required to immediately
rectify identified hazards provided they do not
expose themselves to any danger.
All incidents must be reported to the HES
Superintendent immediately.
The HES Superintendent shall be notified
immediately of any incident that results in, or
which is likely to result in, a claim against
insurance.
All incidents will be subject to a detailed
investigation report. This report will meet
permintaan pelaporan client.
8.6.2 Pengurusan Insiden Kritikal
Semua Project dan Contract Management
bertanggung jawab untuk mengurus orang yang
mengalami atau terpengaruh oleh insiden dengan:
• Pelayanan konsultasi yang dibutuhkan
• Program pertolongan Karyawan
• Pemberitahuan segera dan menghubungi
keluarga mereka.
• Membuka akses untuk komunikasi setiap
saat (telepon, dan sebagainya).
• Aspek budaya yang dapat diterapkan harus
dipertimbangkan setiap waktu dan semua
informasi harus dijaga dengan sangat
rahasia.
8.7 INDIKATOR UNJUK KERJA
Sasaran Multi Structure dalam pelaksanaan
kebijakan HES kami dan system manajemen
adalah:
• Agar tiap orang bertanggung jawab dan
berkemampuan untuk pengurusan HES,
• Mengadakan standar HES yang paling efektif
untuk engineering kami, desain dan proses
pekerjaan terlaksana disemua lokasi kerja.
• Pengadopsian standar lain yang diadakan
dan ketentuan perundang-undangan,
sebagai dasar pengembangan MW
untuk peningkatan standarnya
sendiri.
• Ketentuan training efektif, komunikasi
efesien dan peninjauan performa
berkelanjutan didalam system manajemen
HES kami;
• Pengeluaran dan pemantauan target
performance HES untuk lokasi MW,
dengan menggunakan hal-hal
berikut, audit, toolbox meeting, JSA dan
target project.
client reporting requirements.
8.6.2 Critical Incident Management
All Project and Contract Management are
responsible to provide any person who is
affected by any critical incident with:
• Appropriate counseling services;
• Employee assistance program;
• Immediate notification and contact with
their family or next of kin; and
• Direct access to communications at all
times (phones, etc).
Any applicable cultural aspects must be
considered at all times and all information is
to be treated with the strictest
confidentiality.
8.7 PERFORMANCE INDICATORS
MW’s objectives in implementing our HES
Policy and Management System are:
• To have each person responsible and
accountable for HES management;
• Incorporating the most effective HES
standards into our engineering, design,
and work processes implemented at all of
our workplaces;
• Adoption of other recognized standards
and relevant statutory provisions, as the
basis upon which MW develops its own
high standards;
• Provision of effective training, efficient
communication and continuous
performance review within our HES
Management system;
• Establishment and monitoring of HES
performance targets for MW ’s
workplaces, by the use of the following,
audits, toolbox meetings, JSAs and set
project targets.
 8.8 PROGRAM PENGHARGAAN
Program ini bertujuan untuk membantu
pengembangan dan pengurusan suatu budaya
bebas insiden dan cidera antar semua pekerja.
Sasara utama dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Menganjur perilaku baru, yang akan
menjaga orang tetap selamat dari kerugian.
• Memberikan hadiah kepada pekerja yang
berperilaku selamat.
Rencana harus mempunya paling sedikit 2 sistem
pengingat yang memenuhi tujuan dari penjelasan
berikut:
• Pemberian bonus ZERO INCIDENTS
• Penghadiahan untuk ZERO INCIDENT
Hadiah ZERO INCIDENT harus menghargai Multi
Strucure secara keseluruhan performance HES
dengan ukuran elemen HES lanjutan terhadap level
pra-established performa yang diakui. Ini harus
mencakup elemen-elemen sebagai berikut,
• Elemen Pencegahan
• Elemen Performa
Penyerahana Penghargaan Keselamatan harus
memperkenankan individu untuk diberikan
penghargaan untuk performance safety yang bisa
didemonstrasikan sehari-hari dan waktu berkala ,
dengan pertimbangan pelaksanaan budaya bebas
insiden dan cidera dan pelaksanaan rencana HES
yang telah disetujui.
8.8 RECOGNITION AND AWARDS PROGRAMS
The Program is intended to help the
Development and maintenance of an incident
and injury free culture amongst the entire
workforce. The main objectives are as follows:
• Encourage new behaviors, which will keep
people safe from harm.
• Reward the workforce for safe behaviors
• Encourage the reporting of unsafe acts,
environments, circumstances or incidents
such that they act as a source from which
all project employees may learn from
them
• Encourage participation in the HES
Program and discretionary adherence to
the safety regulations and processes.
The Plan shall have at least two (2) systems of
Recognition which meet the intents of the
descriptions below:
• ZERO INCIDENTS Bonus Award
• ZERO INCIDENTS Milestone Award
The ZERO INCIDENTS Excellence Award shall
recognize MW for overall HES performance by
measurement of the following HES elements
against a pre-established level of acceptable
performance. It shall include
the following elements, explained further
below.
• Preventive Elements
• Performance Elements
The Safety Recognition Award shall allow for
individuals to be rewarded for demonstrable
safety performance on a day-to-day and
periodic basis, with regard to the
implementation of an incident and injury free
culture and execution of approved HES Plans.
9. PERENCANAAN PELATIHAN 9. TRAINING PLAN
Untuk memastikan semua personel yang terlibat For ensure all personnel involve to the specific
pada tugas-tugas khusus bekerja dengan tasks with well safety knowledge and capable to
pengetahua safety yang baik mampu mencegah prevent the hazards and reduce the risk
bahaya dan mengurangi resiko.

RUANG LINGKUP SCOPE

Pelatihan khusus diperlukan untuk The specific training is necessary to introduce to
memperkenalkan karyawan yang akan terlibat our employees who will involve with the specific
dengan tugas-tugas khusus. Dan memastikan semua tasks. And ensure all employees are competence
karyawan berkompeten untuk tugas tersebut. for the tasks.

PELAKSANAAN APPLICATION
MW akan menyusun pelatihan khusus untuk MW will arrange specific training to entire
semua karyawan dan mematikan semua employee, and ensure all employees are
karyawan berkompeten pekerjaan yang ditugaskan. competent for the assigned task.

9.1 ORIENTASI KARYAWAN 9.1 EMPLOYEE ORIENTATION

Mandor selama proses penyeleksian menilai
kompetensi yang diperlukan dan kebutuhan
training lanjutan. Semua karyawan akan menjalani
training orientasi permulaan untuk lokas dimana
mereka akan dipekerjakan atau untuk dimana yang
memerlukan regular access. Kebutuhan training
lanjutan akan ditentukan sesuai dengan perubahan
tanggung jawab, perubahan tugas, atau perubahan
lokasi oleh pimpinan mereka. Training akan
dilakukan dan didata sesuai dengan prosedur yang
disetujui.
The employer during the selection process
assesses required competencies and future
training needs.
All employees will receive initial orientation
training for the site(s) at which they are to be
employed or for which they require regular
access. Further training needs will be
determined in accordance with an individual’s
changed responsibilities, changed duties, or
changed location by their employer. Training
will be conducted and recorded in accordance
with approved procedures.

9.2 PELATIHAN MENGEMUDI YANG AMAN 9.2 DEFENSIVE DRIVING COURSE

Kecelakaan kendaraan (MVC) adalah salah satu Motor Vehicle Crash (MVC) is one of the largest
penyebab dari kefatalan didalam area causes of fatality in this area of operations,
pengoperasian ini, disamping truk dengan object besides struck by a moved object (a dropped
yang bergerak dan jatuh. Salah satu usaha untuk object) and falls. One of the efforts to minimize
meminimalisir kecelakaan karena MVC dengan the accident due to MVC is conducting DDC,
melakukan DDC, yang penting bagi semua which is mandatory for all employees who
kendaraan yang mengoperasikan kendaraan. operate vehicles. The intent of this training is
Sasaran training ini untuk mengupayakan to provide safe driving awareness for all vehicle
kewaspadaan mengemudi untuk semua operator operators.
kendaraan.

Teori pelatihan dan aspek-aspek berikut: The training covers theory and practical aspects
 1) resiko pengoperasian kendaraan
2) perilaku terbaik pengemudi dalam
mengoperasikan kendaraan.
3) Strategi dan tip untuk mengemudi dengan
selamat
4) Inspeksi kendaraan beraturan
5) Kebijakan dan peraturan kendaraan.
6) Ujian mengemudi dan sertifikasi serta
pengeluaran driving permit.
7) Daftar konstruksi untuk memeriksa kondisi
kendaraan sebelum beroperasi. Panduan ini
juga akan diletakkan didalam kabin
pengemudi untuk memungkinkan pengemudi
mengingat hal-hal yang dibutuhkan untuk
diperiksa sebelum beroperasi.
8) Semua pengemudi harus melakukan
Commentary Drive yang untuk mengingatkan
pengemudi bahwa dia harus memiliki
kebiasaan mengemudi yang baik dengan
mempraktekkan “5 kebiasaan untuk
meningkatkan kesiagaan saat mengemudi”
9.3 FUNDAMENTAL SAFE WORK PRACTICES
(FSWP)
Didalam FSWP, PGN mengidentifikasikan 7 elemen
mendasar yang perlu dipedomani didalam
pengoperasian di area PGN.
Bergantung pada prestasi MW HES ada
kemungkinan dibutuhkan fokus pada target yang
lebih spesifik dalam rencana peningkatan praktek
kerja HES, yang dapat disesuai dengan perubahan
waktu.
9.4 PELATIHAN SUPERVISOR
Supervisor merupakan karyawan penting dalam
lingkungan system kerja yang bertanggung jawab
untuk menyediakan panduang dan pengarahan
yang tepat dan juga bertanggung jawab untuk
mengontrol perilaku selamat karyawan dan
bawahan Multi Structure. Karena itulah training
harus memastikan semua Supervisor mengerti dan
mempunyai kemampuan yang cukup untuk
melakukan tugas supervisor.
of the following:
1. The risk of vehicle operation
2. The best driver attitude to operate the
vehicle
3. Strategy and tips for safe driving
4. Regular vehicles inspection
5. Vehicle Policy and regulation
6. Driving test/examination and certification
as well as Driving permit issuance
7. List of instruction to check vehicle
condition prior to operation. This
instruction also to be posted in the
driver’s cabin to enable the driver to
remember the items that are needed to
be checked prior to operation.
8. All the drivers should conduct
Commentary Drive that intends to remind
driver that he should have a good driving
habit by practicing “5 habits to improve
the alertness while driving”.
9.3 FUNDAMENTAL SAFE WORK PRACTICES
(FSWP)
In PGN’s Fundamental Safe Work Practices
(FSWP), PGN has identified 7 (Seven)
Fundamental Safe Work Practices which needs
to be enhanced in PGN area of operations.
Depending upon Multi Structure HES
achievement there is a possibility for a need
to focus on more specific target of HES work
practice improvement plan, which may even
vary with time.
9.4 SUPERVISOR TRAINING
Supervisor is key employees in the working
system environment that is responsible to
provide proper guideline or direction and also
responsible to control subordinate’s and MW
employees safety behavior.
Therefore the training to ensure all
supervisors understand and have adequate
capability to perform the supervisory job shall
be conducted adequately.
Materi pelatihan akan mencakup pokok bahasan The content of training will cover the
berikut: following subjects:

• Sumber daya manusia • Human resources

• Perilaku pekerja dan Movitivasi bawahan • Worker behavior and motivating
• Tanggung jawab Supervisor subordinates
• Access control • Supervisor Responsibility
• Komunikasi • Access control
• Pengembangan kemampuan • Communication
• Peraturan efektif • Competency Development
• Disiplin • Effective Regulations
• dll • Discipline
• Etc.

9.5 PELATIHAN TUGAS KHUSUS 9.5 SPECIFIC TASK OF TRAINING

Jenis pelatihan tugas spesifik yang dibutuh
menurut jenisnya akan mencakup:
• Peningkatan kemampuan dan pelatihan
penyegaran
• Prosedur tempat kerja dan metode kerja,
seperti: Standard Operating Procedure
(SOP) dan Job Safety Analysis (JSAs);
• Training kompetensi, seperti: Kualifikasi
crane dan operasi pengangkatan; bekerja
pada ketinggian, masuk confined space, hot
work, Job Safety Analysis dan hazar
identification.
• Prosedur Hot Work
• Izin kerja, Pelabelan, dan prosedur
pengisolasion (LOTO);
• Pertologan Pertama (P3K)
• Kesadaran keselamtan kebakaran dan/atau
pemakaian alat pemadam api.
• Program Keselamatan Dasar Perilaku.
Types of other specific task training required
typically will be of the following:
• Skills upgrading and refresher training;
• Workplace procedures and work methods,
e.g., Standard Operating Procedure (SOP)
and Job Safety Analysis (JSAs);
• Competency training, e.g., crane
qualification and lifting operations;
Working At Height, Confined Space Entry,
Hot Work, Job Safety Analysis and Hazards
Identification
• Hot work procedures;
• Work permit, tagging, and isolation
procedures (LOTO);
• First aid;
• Fire safety awareness and/or use of fire
fighting equipment.
• Behavioral Based Safety program

Semua karyawan project harus mengikuti system All project employees must follow MW’s
management HES Multi Structure; dimana HES Management System; therefore
karyawan harus mengikuti semua training pada project employees must receive training on
system yang disyaratkan untuk pelaksanaan the system as required in their work
pekerjaan mereka. execution.
10. PEKERJAAN KANTOR TUJUAN
Tujuan dari praktek ini untuk merumuskan
keperluan Kesehatan, Keselamatan, dan
Lingkungan kantor dan kerangka kerja untuk
pelaksanaan mereka.
RUANG LINGKUP
Praktek ini menyediakan persyaratan HES minimum This practice provides the minimum HES
untuk mengurus lingkungan kantor.
PENERAPAN
Praktek ini diterapkan untuk kantor, termasuk This practice applies to offices, including offices
kantor ditempat kerja.
10.1 KEIKUT SERTAAN KARYAWAN
Keikutsertaan individu didalam Manajemen HES
Multi Structure didasarkan pada prinsip tanggung
jawab. Keikutsertaan individu dilakukan dan
dianjurkan melalui:
• Penegakkan atau pembukaan dan
komunikasi yang jujur antar semua
tingkatan organisasi dan
• Pembentukan HES commitee
10.2 LINGKUNGAN KANTOR YANG TERTATA
Semua kantor harus mengembangkan, saat
dipraktekkan, prosedur dan kegiatan pekerjaan
sehari-hari yang meminimalis dampak terhadap
lingkungan dan komunitas.
• Tempat yang memungkinkan, menggunakan
mesin potokopi
• Mematikan lampu saat menginggalkan
kantor.
• mengembangkan prosedur untuk pemisahan
material sampah
• Mendaur ulang kertas dan material
ditempat yang memungkinkan.
10. OFFICE PRACTICEPURPOSE
The purpose of this practice is to define the
office Health, Safety, and Environmental (HES)
requirements and a framework for their
implementation.
SCOPE
company requirements for managing an office
environment.
APPLICATION
at job sites
10.1 EMPLOYEE INVOLVEMENT
Individual involvement in Multi Structure HES
Management is based on the principle of shared
responsibility.
Individual involvement is provided and
encouraged through:
• The establishment of open and honest
communication among all levels of the
organization and
• The establishment of HES committees.
10.2 SUSTAINABLE OFFICE ENVIRONMENT
All offices should develop, when practicable,
procedures and day-to-day work activities that
minimize impact to the environment and the
community.
• Where possible, use duplex copy
capabilities.
• Turn off lights when leaving offices.
• Develop procedures for segregation of
waste materials.
• Recycle paper and other materials,
where possible.
10.3 PERALATAN ELEKTRONIK PORTABLE, 10.3 SMOKING, MATCHES AND LIGHTERS AND
PEMANTIK API/KOREK API DAN ROKOK
Merokok tidak dibernarkan didalam semua area The following is Basic rule for smoking, matches
yang mengandung hidrokarbon dan/ atau yang and lighters and portable electronic equipment:
telah diberi tanda.
• Merokok dilarang diseluruh pesawat PGN,
gedung, gudang, kantro, kendaraan, dan
lain-lain.
• Korek dan mancis tidak boleh dibawa atau
digunakan pada area berbahaya dan/ atau
yang diberi tanda.
• Penggunaan alat elektronik yang lain harus
mengikuti peraturan masing-masing area.
Peraturan detail yang lain akan •
dikembangkan jika diperlukan dalam
pekerjaan.
• Berikut adalah peraturan dasar untuk
merokok, korek dan mancis dan alat listrik
jinjing.
10.4 MODIFIKASI, PENGUJIAN, INSPEKSI DAN
PERAWATAN
Prosedur untuk perawatan, inspeksi, pengujian,
dan modifikasi equipment akan dilaksanakan.
Prosedur-prosedur ini secara khusus diterapkan
untuk:
• Peralatan kantor (termasuk tangga dan
perabot)
• Alat listrik jinjing.
• Alat penguji
• Alat pemadam kebakaran dan
• Perobatan/ alat P3K
Sebuah data akan disimpan untuk semua
perawatan, inspeksi, pengujian dan kegiatan
modifikasi yang akan dilakukan.
Peralatan kantor dan portable serta alat
pengetesan tidak boleh dimodifikasi diluar dari
yang disetujui oleh pabrik.
PORTABLE ELECTRONIC EQUIPMENT
• Smoking is prohibited in all areas
containing hydrocarbons and/or where
posted.
• Smoking is prohibited in all PGN
aircraft, buildings, warehouses, offices,
vehicles, etc.
• Matches and lighters shall not be carried or
used in hazardous areas and/or where
posted.
The use of other electronic devices has to
follow each area regulations
Any other detail rule will be developed as
required by the work
10.4 MAINTENANCE, INSPECTION, TESTING
AND MODIFICATION
Procedures for the maintenance, inspection,
testing, and modification of equipment will be
implemented. These procedures typically are
applied to:
• Office equipment (including ladders and
furniture);
• Portable electrical equipment;
• Test equipment;
• Fire fighting equipment; and
• Medical/first aid equipment.
A record will be kept for all maintenance,
inspection, testing, and modification activities
conducted.
Office equipment and portable and test
equipment shall not be modified in any way
other than as approved in writing by the
manufacturer.
10.5 PANDUAN HES
Kegiatan dan Prosedur HES MW berguna untuk
semua karyawan. Biasanya, Menajemen
kantor dan fasilitas akan menyediakan informasi
untuk karyawan.
Sebagai sebuah pilihan, panduan HES kantor akan
dibuat untuk karyawan baik dengan media hard
copy maupun electronik.
10.5 OFFICE HES MANUAL
MW HES practices and procedures are
available to all of our employees.
Normally, the office/facility management will
make such informationavailable to the
employee.
As an alternative, the office HES manual will
be made available to the employee in either
hard copy or electronically.

10.6 PROSEDUR KERJA HES KANTOR
Masing-masing Manager/ Supervisor akan
mengembangkan prosedur pengembangan
pengoperasian dilokasi atau metode kerja untuk
ruang lingkup kerjanya. Prosedur/ Metode ini akan
dikembangkan dengan pertimbangan persyaratan
perundang-undangan HES yang berlaku dan harus
dikirimkan kepada HES Superintendent atau yang
mewakili untuk review sebelum pemulaian kerja.
Prosedur yang dapat dipraktekkan/ metode kerja
akan dikembangkan dengan berkonsultasi dengan
karyawan yang akan terlibat secara langsung
dengan pekerjaan-pekerjaan umum.
10.6 OFFICE HES WORK PROCEDURES
Each Manager/Supervisor will develop Site
Operation procedures or work methods for
his/her work scope. These
procedures/methods will be developed with
consideration for statutory and HES
requirements and must be submitted to the
HES Superintendent or nominated delegate for
review prior to commencement of work.
Practicable procedures/work methods will be
developed in consultation with employees who
will be involved directly with the particular
tasks.

11. PROGRAM UPENGELOLAHAN INDIKATOR 11. PROGRAM TO MANAGE LEADING

LEADING INDICATOR

TUJUAN PURPOSE
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merumuskan The purpose of this practice is to define the
pelaksanaan prosedur Kesehatan, Keselamatan, execution Health, Safety, and Environmental
dan Lingkungan (HES) dan sistem serta untuk (HES) procedures and systems and to provide
membuat kerangka kerja untuk pelaksanaan the framework for their implementation in
mereka pada aktifitas Project. Project activities.

RUANG LINGKUP SCOPE

Kegiatan ini menyediakan persyaratan HES This practice provides the minimum HES
minimum untuk kegiatan konstruksi oleh karyawan company requirements for construction
MW. activities by MW employees.

PENERAPAN APPLICATION
Kegiatan ini diterapkan untuk pelaksanaan pekerja This practice applies to execution work
di area pengoperasian PGN. throughout PGN Area of Operation.
11.1 KEIKUTSERTAAN MANAJEMEN
Tanggung jawab organisasi untuk mencapai sasaran
HES bersandar secara pada Project Manager.
Tanggung jawab itu mencakup garis manajemen
secara berturut dana manajemen pengerjaan
lapangan dan kepada karyawan secara umum.
Semua karyawan perlu bekerja dengan saling
berkonsultasi untuk tingkat kewenangan mereka
untuk secara proaktif mengindentifikasi, menilai,
dan mengontrol resiko berhubungan dengan
kegiatan pengerjaan lapangan.
Project Management Team (PMT) harus
bertanggung jawab untuk pengembangan operasi
khusus dan prosedur perawatan HES sesuai dengan
kebijakan MW, prinsip dan praktek.
11.2 KEIKUT SERTAAN KARYAWAN
Keikut sertaan individu dalam pengurusan HES
didasar pada prinsip mandor/ tanggung jawab
karyawan HES:
Keikut sertaan individu dibuat dan dianjurkan
melalui:
• Penegakkan komunikasi terbuka dan jujur
antar semua level organisasi;
• Penegakkan komite HES ditempat kerja;
• Partisipasi dalam toolbox, supervisor, dan
meeting HES yang lain;
• Partisipasi dalam pengamatan kerja yang
selamat
• Pemenuhan syarat dibawah kegiatan local
dan peraturan yang berlaku.
• Kewaspadaan dan bekerja untuk kesehtan
dan keselamatan mereka sendiri dan yang
lain didalam lokasi kerja;
11.1 MANAGEMENT INVOLVEMENT
Organizational responsibility for achieving HES
objectives rests ultimately with the Project
Manager. However, that responsibility passes
successively to the project line management
and field execution management and to
employees generally. All employees are
required to work in consultation with each
other to the full extent of their respective
authorities to proactively identify, assess, and
control risk associated with field execution
activities.
Project Management Team (PMT) shall be
responsible for the Development of the specific
operations and maintenance HES procedures
according to MW’s policy, principles and
practices.
11.2 EMPLOYMENT INVOLVEMENT
Individual involvement in HES management is
based on the principle of shared
employer/employee HES responsibility.
Individual involvement is provided and
encouraged through:
• The establishment of open and honest
communication among all levels of the
organization;
• The establishment of HES committees at
the work sites;
• The participation in toolbox, supervisor,
and other HES meetings;
• Participation in Safe Work Observations;
• Compliance with the requirements under
relevant local acts and regulations;
• Awareness of and work for the health and
safety of themselves and others in the

• Keikut sertaan didalam kegiatan
lingkungan;
• Pemenuhan terhadap pengarahan kerja
selamat yang diberikan ditempat kerja;
• Penghindaran salah guna atau kerusakan
pada equipment dan material, and
• Pemakaian dan penggunaan semua pakaian
pelindung yang sesuai dan equipment yang
sesuai dengan persyaratan manajemen HES
klien MW
11.3 KOMUNIKASI HES
11.3.1 Data Pertemuan
Data kehadiran dan pembahasan permasalahan
akan disimpan untuk semua meeting HES dilokasi.
Pimpinan tiap-tiap meeting bertanggung jawab
untuk mengurus data-data tersebut dan
mendistribusikan data kepada anggota komite dan
masing-masing grup serta memasang papan
pembertahuan dilokasi.
11.3.2 Laporan dan Penyelesaian Masalah HES
Semua masalah HES dan bahaya harus dilaporkan
sesegera mungkin saat bisa dipraktekkan untuk
supervisor yang bersangkutan. Jika masalah belum
ada pemecahan, ini akan disampaikan antar
perwakilan karyawan HES, supervisor, dan
manager. Jika masih belum terselesaikan, masalah
ini akan diajukan kepada HES Superintendent.
Kegiatan selanjutnya akan diajukan kepada komite
HES lapangan.
11.3.3 Tindakan Disiplin HES
Ketidak patuhan terhadap HES yang terjadi
berulang-ulang dilokasi dapat menyebabkan
tindakan disiplin. Pada kejadian dimana tindakan
disiplin diambil , MW akan mengikuti
workplace;
• Involvement in environmental activities;
• Compliance with all safe-working
directions given in the workplace;
• Avoidance of misuse or damage to any
equipment and materials; and
• The wear and use of all appropriate
protective clothing and equipment in
accordance with MW 's and the client HES
management systems' minimum
requirements.
11.3 HES COMMUNICATION
11.3.1 Record of Meetings
A record of attendees and of matters discussed
will be kept for all site HES meetings. The
chairman of each meeting is responsible for
maintaining such records and distributing
records to members of the Committee and each
work group and posting on site HES notice
boards.
11.3.2Reporting and Resolving HES Issues
All hazards and HES issues are to be reported as
soon as practicable to the relevant supervisor.
Should the matter remain unresolved, it will
then be addressed among the employee’s HES
representative, the supervisor, and the
applicable manager. If still unresolved, the
matter will be referred to the HES
Superintendent. Any further action will be
referred the site HES committee.
11.3.3 HES Disciplinary Actions
Repeated or blatant noncompliance of site HES
requirements may result in disciplinary action.
In the event of disciplinary action being taken,
Multi Structure will follow the Manpower
peraturan tenaga kerja pemerintah Indonesia.
11.3.4 Vehicles of HES Communication
Sebagai tambahanuntuk training yang
diidentifikasikan pada bagian 3.4 diatas, media
berikut akan digunakan untuk menginformasikan
kepada karyawan tentang permasalahan HES
berdasarkan individual’s “right to know”.
• Memo pada papan pemberitahuan atau
pengarahan untuk masing-masing karyawan.
• Posters;
• Buletin HES.
• HES Alerts
Project Management Team akan mengupayakan
prosedur HES yang berlaku dapat dimasuki semua
karyawan serta mengacu kepada program
komunikasi bahaya kimia dibawah (bagian 3.8).
11.3.5 Toolbox Meetings
Meeting toolbox mendiskusikan masalah tempat
kerja HES akan dilakukan oleh Supervisor untuk
group kerja individunya. Toolbox akan diadakan
sedikitnya perminggu dan akan dihadiri oleh semua
anggota kerja grup.
Agenda meeting toolbox akan diarahkan tentang
kegiatan dan tugas yang berhubungan dengan
kegiatan work group. Menurut jenisnya item
agenda dapat mancakup:
• Safety topic;
• Menindak lanjuti permasalahan yang
muncul pada meeting sebelumnya.
• Me-review insiden atau Nearmiss
• Menindak lanjuti diskusi inspeksi/ audit;
• Masalah kepentingan HES dilokasi
• Perhatian HES pada kelompok kerja.
• Kebijakan HES
• Inisiatif HES dan review
Regulation of Government of Indonesian
11.3.4 Vehicles of HES Communication
In addition to the training identified in Section
3.4 above, the following media will be used to
inform employees of HES issues based on an
individual’s “right to know”:
• Memos on notice boards or direct to each
employee
• Posters;
• HES Bulletins; and
• HES Alerts.
Project Management Team will make all
relevant HES procedures accessible to all
employees.
Also refer to the Chemical Hazard
Communication Program below (section 3.8).
11.3.5 Toolbox Meetings
Toolbox meetings to discuss workplace HES
issues will be conducted by the immediate
supervisor for his/her individual work groups.
Toolbox meetings will be held at least weekly
and will be attended by all members of the
work group.
The agenda for toolbox meetings will be
directed toward the activities and tasks
associated with the work group’s activities.
Typically such agenda items may include:
• Safety topic;
• Follow-up items raised at previous
Toolbox Meetings;
• Review of Incidents/Near misses;
• Follow-up discussion of
inspections/audits;
• Items of general HES importance to the
site;
• Items of HES interest to the work group;
 • HES performance; and
• Aspek Lingkungan
Supervisor lokasi akan membuat notulen
toolbox meeting dan data kehadiran.
11.5 IDENTIFIKASI BAHAYA/ RESIKO
Tanggung Jawab Responsibilities
Tanggung jawab terhadap pengurusan identifikasi
bahaya dan resiko ditugaskan untuk semua level
manajemen dan karyawan secara umum.
Pilosofi manajemen resiko didasarkan pada prinsip
mengurangi resiko hingga ke level serendah
mungkin (As Law As Reasonably Practicable/
ALARP) dan dengan kata lain ditentukan oleh
perbandingan dengan dan pertimbangan:
• Spesifikasi desain
• Praktek terbaik industri
• Pengetahuan tentang line/ lesson learned;
• Persyaratan perundang-undangan
• Codes of practice;
• Standard yang diakui
• Standard pengurusan klien.
Kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan akan
menggunakan pendekatan jiwa. Pendekatan
tersturktur ini mengidentifikasikan penganalisaan,
dan mengatur area beresiko atau berbahaya.
Sebagai tambahan, penilaian resiko spesifik yang
lain dan review dapat digunakan untuk
menganalisa area beresiko atau berbahaya khusus.
Multi Structure mempunyai komitmen untuk
mencapai identifikas bahaya dan resiko tertinggi.
Dalam mempertahankan komitmennya, MW
akan
berusaha untuk melebihi minimum standar
perundang-undangan lokal, dan kode praktek
sesuai dengan komitmen ini, MW akan
• HES Policy;
• HES initiatives and review of JSAs;
• HES performance; and
• Environmental aspects.
The site supervisor will maintain minutes of
toolbox meetings and lists of attendees.
11.5 HAZARD/RISK IDENTIFICATION
Responsibility for hazard and risk
identification and risk management is assigned
to all levels of management and to employees
generally.
Risk management philosophy is based on the
principle of reducing risk to a level that is “As
Low As Reasonably Practicable” (ALARP) and is
otherwise determined by comparison with and
in consideration of:
• Design specifications;
• Industry best practice;
• Knowledge on Line/lessons learned;
• Statutory requirements;
• Codes of practice;
• Recognized standards; and
• Client maintenance standards.
Operations and maintenance activities will
adopt a life cycle approach. This structured
approach identifies, analyzes, and manages
areas of risk or hazard. In addition, other
specific risk assessments and reviews may be
used to analyze specific areas of risk or hazard.
MW has a commitment to achieve the highest
possible level of hazard and risk identification.
Consistent with this
commitment, Multi Structure will strive to
exceed the minimum standard of local
legislation, standards, and codes of practice. In
accordance with this commitment, Multi
melakukan penilaian kegiatan seperti analisa Structure will conduct assessments of activities
resiko kerja, penanganan dengan tangan, hidung, such as construction risk analysis, manual
keselamatan pekerjaan, masuk confined space, handling, noise, plant safety, confined space
dan asbes. entry, and asbestos.

Multi Structure juga melakukan pengauditan
regular pada tempat pekerjaan dan akan
melnjutkan untuk mengidentifikasi bahaya, menilai
resiko ini, dan mengupayakan pengontrolan yang
sesuai. Pemantauan yang beraturan dan review
pelaksanaan prosedur yang memproses pekerjaan
secara efektif, bahwa resiko sedang diatur, dan
bahwa ukuran pengontrolan terlaksana.
MW also conducts regular audits of existing
workplaces and will continue to
identify hazards, assess these risks, and
instigate appropriate control measures.
Constant monitoring and review of the
procedures maintains that process working
effectively, that risks are being managed, and
that control measures are implemented.

Definitions Definitions
Bahaya – apa saja yang mempunyai potensi Hazard - Anything that has the potential to
menyebabkan cidera/ penyakit atau kerusakan. cause injury/ illness or damage.

Resiko – Mengukur hal yang dapat merugikan Risk - Measures the likelihood of harm arising
muncul dari sumber bahaya. from exposure to any hazard.

Prosedur Hot Work HES Work Procedures

Project Management Team akan Project Management Team will confirm that
mengkonfirmasikan bahwa system manajemen HES their HES management systems address as a
mereka sebagai bahaya minimum yang minimum the hazards identified. The risks
teridentifikasi. Resiko yang berhubungan dengan associated with each of these hazards are to be
masing-masing dari bahaya-bahaya ini harus addressed through the means of a HES work
disampaikan melalui prosedur kerja HES. procedure.

Masing-masing karyawan akan Each employer will develop HES procedures or

mengembangkan prosedur HES atau work methods for its work scope. These
metode kerja untuk ruang lingkupnya. Prosedur/ procedures/methods are to be developed with
metode ini harus dikembang dengan consideration of statutory and client/site
pertimbangan permintaan klien atau requirements and must be submitted to the site
peraturan dan harus dikirim kepada HES Superintendent or nominated delegate
Superintendent HES atau yang mewakili sebelum prior to commencement of work.
pemulaian pekerjaan.
Practicable procedures/work methods will be
developed in consultation with employees who
Prosedur yang dapat diprakekkan/ atau metode will be directly involved with the particular
kerja akan dikembangkan dalam konsultasi dengan tasks. Procedures may be developed from
karyawan yang akan secara langsung diikut hazard analysis processes, such as Hazard and
sertakan dengan tugas umum. Prosedur dapat Operability studies (HAZOP) or Job Safety
dikembangkan dari proses penganalisaan bahaya, Analysis (JSA).
seperti Hazard and Operability studies (HAZOP)
atau Job Safety Analysis (JSA).

Job Safety Analysis akan diterapkan untuk semua
tugas yang dikerjakan dilokasi. Perhatian umum
akan diberikan kepada tugas yang complex didalam
dasar atau yang memiliki level resiko yang lebih
tinggi (seperti: dual crane lift, pengangkatan crane
yang kritikal, bekerja pada equipment hidup, dan
pengujian tekanan). Analisa ini akan dilakukan
untuk menegakkan pengontrolan proaktif hal-hal
yang kurang baik mempengaruhi penyelesaian
tugas yang efisien dan aman.
11.5.1 Metode Identifikasi Bahaya.
Bahaya ditempat kerja dapat teridentifikasi dalam Hazards in the workplace can be identified in a
beberap cara:
Inspeksi
Penginspeksian tempat kerja menyediakan system
yang mengingatkan dan memperbaiki konidisi yang
berbahaya.
JSA untuk pekerjaan khusus.
Penilaian JSA dalam mengidentifikasikan bahaya
yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan atau
tugas khusus.
Experience
Pengalaman dikumpulkan dari karyawan
dipekerjaan dapat mengidentifikasi bahaya.
Analisa Statistic
Melalui statistic penganalisaan HES, penentuan
dibuat sesuai dengan jenis insiden yang di alami
dan penyebabnya.
11.5.2 Kembangkan Solusi dan Sistem Kendali
Hirarki pengontrolan identifikasi bahaya dapat
disebut sebagai berikut:
Job Safety Analysis will be applied to all tasks
that are undertaken on the site. Particular
attention will be paid to the tasks that are
complex in nature or that have a higher than
normal level of risk (e.g., dual crane lifts,
critical crane lifts, work on ‘live’ equipment,
and pressure testing). This analysis will be done
to establish proactive control of issues that
may adversely affect the efficient and safe
completion of the task.
11.5.1 Methods of Hazard Identification
number of ways.
Inspections
Workplace inspections provide a system of
recognizing and correcting hazardous
conditions.
Job Safety Analyses (JSA) of specific jobs or
tasks
JSAs assist in identifying particular hazards that
may occur during performance of a specific job
or task.
Experience
Collective experience of those employees on the
job can identify hazards.
Statistical Analysis
By analysis of HES statistics, determinations can
be made regarding what types of incidents that
are experienced and how they are caused
11.5.2 Develop Solutions / Controls
The hierarchy of control of identified hazards
is provided below:
Eliminasi
Ditempat dimana yang memungkinkan, hilangkan
bahaya atau tugas yang perlu dilengkapi pada
resiko (seperti: pengeluaran zat beracun atau
equipment berbahaya yang diperlukan).
Elimination
Where possible, remove the hazard or the need
to complete tasks at risk (e.g., eliminating toxic
substances or hazardous equipment or processes
that are not necessary).

Substitusi Substitution
Menyelesaikan tugas pada lokasi atau cara yang Complete the task in a less hazardous location
kurang berbahaya or manner (e.g., building as much of a structure
on the ground in preference to at height)

Solusi Rekayasa Engineered Solutions

Struktur atau equipment yang didesain kembali
untuk mengurangi bahaya yang terjadi didalam
tugas (seperti: mindahkan valve dari ketinggian
ketingkat yang rendah pengoperasian atau
pemasangan alat pengoperasian remote valve).
Engineer or redesign the structure or equipment
to reduce the hazard involved in the task (e.g.,
move valves from height to a lower level for
operation or install remote valve operation
devices).

Administration Administration
Mengeluarkan kebijakan-kebijakan, prosedur, dan Establish policies, procedures, and work
praktek kerja untuk mengurangi resiko bagi practices to reduce employees’ exposure to risk
karyawan (seperti: menyediakantraining, (e.g., provide training, use warning signs, and
menggunakan tanda-tanda peringatan, dan reduce time spent in noisy areas).
mengurangi pemborosan waktu di area bising)

Alat Pelindung Diri Personal Protective Equipment (PPE)

Ketentuan tentang alat pelindung diri tidak untuk
menghilangkan bahaya, tetapi melindungi individu
dari bahaya tersebut. Suatu tindakan harus
diterapkan dengan pelatihan untuk penggunaan
peralatan secara benar. APD harus digunakan pada
akhir pekerjaan.
The provision of personal protective equipment
does not eliminate the hazard, but only shields
the individual from it. Such action will have to
be coupled with training in the correct use of
the equipment. PPE should be used only as a
last resort.

11.5.3 Sistem Pendekatan Pengelolahan Resiko 11.5.3 Systems Approach to Managing

dan Bahaya Hazards and Risks
Untuk memungkinkan pendekatan sistematis untuk To allow a systematic approach to managing
menangani bahaya, proses berikut harus diikuti. hazards, the following process should be
followed.

Identifikasi Identification
Langkah pertama dalam proses penanganan The first step in the hazards / risk management
bahaya/ resiko adalah untuk mengidentifikasi process is to identify the hazards in the
bahaya pada tempat kerja.
Penilaian
Jika bahaya sudah teridentifikasi, perlu diadakan
penilaian untuk bahaya apa yang akan mereka
beritahukan kepada karyawan didalam tempat
kerja. Pada cara ini, pengukuran resiko dapat
ditegakkan untuk menentukan tindakan yang tepat
yang perlu dilakukan. Tingkat resiko bergantung
pada resiko dan kemungkinan serta konsekuensi
terjadinya suatu kejadian.
Pengendalian
Pengontrolan adalah proses untuk menentukan dan
melaksanakan pengukuran yang sesuai untuk
mengontrol resiko. Perundang-undangan dan
praktek memerlukan pengontrolan dari fakta yang
dinilai sebagai resiko yang terus bertambah
dilaksanakan agar serendah mungkin (ALARP).
Evaluation
Evaluasi bermaksud memeriksa untuk melihat
perubahan mengurangi resiko sebelumnya telah
dinilai. Hal ini dapat melibatkan pengulangan
proses pengidentifikasian bahaya, penilaian resiko,
dan
pengontrolan resiko untuk memastikan bahya
semua resiko HES dari sebuat bahaya telah
terkontrol sejauh bisa dipraktekkan. Dimana
pengukuran pengontrolan menunjukkan resiko yang
tersisa, proses diteruskan.
Monitor Monitor
Agar langkah pengontrolan terlaksana, langkah To maintain the control measures implemented,
tersebut harus dimonitor secara beraturan. the measures must be monitored on a regular
basis.
11.5.4 Job Safety Analysis (JSA)
Job Safety Analysis adalah sebuah prosedur yang
mengidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan
tiap langkah pekerjaan dan mengembangkan solusi
untuk masing-masing bahaya yang akan
menyingkirkan atau mengontrol bahaya. Sebuah
JSA memerlukan partisipasi dari semua karyawan
workplace.
Assessment
Once the hazards have been identified, it is
necessary to assess what risks they pose to
employees in the workplace. In this way, a
measure of the risk can be established and a
determination of priority for corrective action
can be made. The level of risk is dependent on
the exposure to the risk and the probability and
consequences of an event occurring.
Control
Control is the process of determining and
implementing appropriate measures to control
risk. Legislation and codes of practice require
that control of factors assessed as posing
increased risk be implemented as low as
reasonably practicable (ALARP).
Evaluation
Evaluation means checking to see whether the
introduced changes reduce the risk previously
assessed. It may involve repeating the process
of hazard identification, risk assessment, and
risk control to verify that all HES risks from a
particular hazard have been controlled as far as
is practicable. Where the evaluation of risk
control measures reveals some remaining risk,
the process continues.
11.5.4 Job Safety Analysis (JSA)
Job Safety Analysis (JSA) is a procedure that
identifies hazards associated with each step of
a job and develops solutions for each hazard
that will either eliminate or control the hazard.
A JSA requires the participation of all
employees in a work group. Before commencing
dalam kelompok kerja. Sebelum pemulaian JSA, the JSA, it is important to define the scope of
perlu ditentukan lingkup kerja, mencakup the job, including needed employees, tools,
karyawan yang dibutuhkan, peralatan, equipment, equipment, material, and work area.
material, dan area kerja.

11.5.5 Perencanaan Kegiatan 11.5.5 Planning of Activities

Pengidentifikasian bahaya/ resiko menentukan
strategi yang baik dari prosedur tertulis yang
dikembangkan untuk setiap bagian dilokasi.
Keruwetan dari masing prosedur kerja yang tertulis
akan berbedan dengan dasar skop kerja dari
masingn-masing pekerjaan.
Prosedur kerja tertulis akan ditujukan untuk
masalah-masalah berikut seminimum mungkin:
• Ruang lingkup dan tujuan/ Penerapan
• Sasaran dan target
• Penilaian resiko dan metode kerja yang
selamat
• Keikut sertaan karyawan
• Pengaruh lingkungan
• Kualifikasi karyawan
• Persyaratan perundang-undangan
• Pelatihan.
• Praktek pengerjaan lapangan (seperti:
inspeksi, pelaporan, investigasi, dan
komunikasi);
• tanggung jawab; dan
• Referensi
Hazard / risk identification will determine a
managed strategy of written procedures that
are developed for every phase of the site. The
complexity of each written work procedure
will vary with the nature of the work scope of
each job.
Written work procedures will address the
following matters as a minimum:
• Scope and Purpose/Application;
• Objectives and goals;
• Risk assessment and safe work methods;
• Employee involvement;
• Environmental impact;
• Employee qualification;
• Statutory requirements;
• Training;
• Field execution practices (e.g.,
inspection, reporting, investigation, and
communication);
• Responsibilities; and
• References.

11.5.6 Pengurusan dan penilaian resiko 11.5.6 Risk Management and

Assessment
Tujuan dari manajemen dan penilaian resiko The purpose of risk management and
adalah untuk merumuskan metode terstruktur assessment is to define structured methods of
untuk mengidentifikasikan bahaya dan menilai identifying hazards and assess risk, and then
resiko, dan mengembangkan prosedur kerja untuk develop work procedures to enable the work to
memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan cara be done in a safe and healthy manner with
yang selamat dan sehat untuk kebutuhan respect for the environment.
lingkungan. This procedure applies to all work places for all
Prosedur ini diterapkan untuk semua tempat kerja Multi Structure and MW employees at the site.
untuk semua MW dan karyawan MW dilokasi. The following details are the description of
Detail berikut ini adalah gambaran tentang General Risk Assessment to PT. MW scope of
penilaian resiko untuk lingkup work.
kerja PT. Mulati Structure.
No Task/Occurrence Hazard Identified Risk Effect Risk Score SAFETY MEASURES & Residual Remarks
PREVENTIONS Score
1 Land Surveying Unidentified depth Stuck & Drawn H - Stick depth checking -Swamp L
Pengecekan tanah swamp terpuruk & Type identification -Temporary
rawa yang tidak tenggelam walk way.
teridentifikasi Lakukan pengecekan kedalam -
identifikasi jenis rawa - jalan
sementara.

Wild Animal Attack & Bitten E - Early Identification of habitat - L

Hewan liar terserang & Maintain safe distance to animal
digigit Identifikasi awal habitat - membuat
jarak yang aman untuk
menghindari hewan liar

-Use appropriate PPE & First

Aid
Gunakan PPE dan P3K tersedia

2 Heavy Equipment Ground stability of Tipping H - Level and Solid -Identified Load L
Loading unloading loading unloading terbalik Capacity
area rata dan padat - Kapasitas beban
Stabilitas tanah yang teridentifikasi
untuk area loading
dan unloading

Heavy Equipment Fell down E - Moving in balance position to Low L

movement terjatuh Boy bed -Guided by Swamper at
Pergerakan alat safe position.
berat Bergerak pada posisi yang
seimbang dilow boy bed, dipandu
oleh swamper pada posisi yang
aman
3 Land Clearing, Ground Surface tipped E - Use ground material support - L
Grubbing stability Stabilitas terbalik Maintain Equipment level stability -
Pembersihan lahan, permukaan tanah Safe distance to identified
pencangkulan unstable ground
Gunakan material panyangga
untuk menjaga equipment untuk
keseimbangan - jarak yang aman
kondisi tanah yang tidak seimbang.
Existing Facilities - Identified the position -Identified
Fasilitas yang Hit & struck H the character -Barricade and L
tersedia terpukul & Guidance
tertabrak Identifikasi posisi-identifikas
karater- pasang barikade dan
panduan
- Safe distance
Jarak yang aman

4 Dump Truck loading Ground stability area Tipped & stuck H - Level and Solid L
& Unloading Area stabilitas tanah terjatuh dan seimbang dan padat
terpuruk

Equipment traffic Collision E - Direction guidance - L

and movement tabrakan Panduan arah-
Lalulintas dan
gerakan equipment
- Safe distance
jarak yang aman
Load capacity tipped H - Proper dump box load capacity - L
stability terbalik Proportional load spread -Fully stop
Keseimbangan while loading & unloading kapasitas
kapasitas beban beban kotak sampah- pembagian
beban yang proporsional-Berhenti
sepenuhnya saat pemuatan dan
pembongkaran

5 Excavating/ Slope stability & Tipped & stuck H - L Excavation Permit For excavation
Penggalian depth terbalik dan more than 50 cm Izin untuk
Keseimbangan terpuruk penggalian lebih dari
lereng dan 50 cm
kedalaman
Area clearance Hit/ terbentur H - Safe distance equipment -Safe L
Jarak ruang area distance to facilities.
Equipment dengan jarak yang
aman - Jarak yang pada fasilitas

- Signalman Guidance
Pemandu
6 Soil spreading Equipment Collision H - Safe distance L
compacting movement and Tabrakan Jarak yang aman
Pemadatan tanah traffic.
Pergerakan alat dan
lalu lintas
- Control define traffic area L
Kontrol area lalu lintas yang
ditentukan
- Signing and barricading L
Rambu-rambu dan barikade
Existing Facilities Hit H - Identified the position L
Fasilitas yang ada Terbentur menentukan posisi
- Identified the character L
Mengidentifikasi karakter
- Barricade and Guidance L
Barikade dan panduan
- Safe distance L
Jarak yang aman
7 Transporting and Equipment and Collision E - Safe speed and distance - L
hauling Pengangkatan Vehicle traffic Tabrakan Kecepatan dan jarak yang aman
dan penarikan Equipment dan lalu
lintas kendaraan
- Traffic sign obedience L
- Light and horn communication. L
Pemberitahuan lampu dan
klakson
- Journey & Route Assessment. L
Penilaian perjalan & rute
- Proper and safe equipment refer to L
purpose.
Peralatan yang aman untuk
digunakan
Limited vision area Collision H - Keep on left lane stop if L
Pandangan terbatas Tabrakan necessary
Tetap dijalur kiri
- Signing & Guidance -Head Light L
on
Load and Cargo Fell down H - Safe and proper load capacities L
stability Terjatuh Kapasitas muatan yang sesuai
Pemuatan dan dan aman
Keseimbangan
cargo
Passenger and Injured - Wearing safety belt L
driver. Cidera Memasang sabuk pengaman
Penumpang dan
supri
- Tied & lock properly L
Terikat dan terkunci dengan baik

- Load Coverage L
Muatan tertutup
- Fulfilled qualification & L
competency
Memenuhi kualifikasi dan
kompetensi
- Safe passenger capacity L
Kapasitas penumpang yang
aman

8 Lifting Lifting area Hit & injury E - Operator meet standard L Lifting plan if required Rencana
Pengangkatan Area pengangkatan Terbentur dan qualification & certification. pengangkatan jika diperlukan
cidera Operator memenuhi standar
kualifikasi & sertifikasi
- Clear and safe swing area L
Area ayunan yang aman dan
bersih
- Signalman guidance and L
Barricade
Paduan signal dan barikade Lifting plan if required Rencana
Existing facilities Hit the Facility H - Define safe distance L pengangkatan jika diperlukan
Fasilitas yang ada Membentur Menentukan jarak yang aman
fasilitas

- Signalman guidance L
Panduan signalman
9 Pipe Piling Pile Equipment Drop down H - Fixed attached EquipmentBoom Alat L
Penimbunan pipa stability Terjatuh equipment dipasang dengan baik
Keseimbangan alat
penimbun - Safety travel sling installed
Sling pengaman terpasang L
- Barricade and sign boar piling
Noise exposure Hearing injury H area L
Tekanan kebisingan Gangguan barkade dan sign board untuk
pendengaran area penimbunan
- Use ear Plug
Memakai ear plug. L
10 Welding Welding spark and Burning Injury H - Wear appropriate PPE for welding L Hot Work permit
heat exposure & fire Gunakan PPE yang tepat untuk bila diperlukan.
Percikan las dan Luka bakar dan pengelasan
bahaya panas kebakaran

- Safe and Appropriate welding area

Area pengelasan yang tepat dan
aman

- Fire extinguisher availability

Ketersediaan racun api

- Proper welding material and metal

thickness
Peralatan las yang baik dan
ketebalan besi

- Safe parameter Gas Monitoring

Pemantauan gas parameter yang
aman

- Safe Air circulation control

Pengontrolan sirkulasi udara yang
aman

- Wind direction control

Pengontrolan arah angin

- Ray filter glass of welding hood

Kaca penyaring cahaya pada
welding hood

Fume, Gas and ray Sickness & H - Safe Air circulation control L
exposure Injury Pengontrolan sirkulasi udara yang
Busa, Gas, dan Penyakit cidera aman
sinar
- Wind direction control
Pengontrolan arah angin

- Ray filter glass of welding hood

Kaca penyaring cahaya pada
welding hood

11 Grinding Welding spark and Burning Injury H - Grinding Guard function properly L Hot Work permit
heat exposure & fire Pemungsian pengaman grinda bila diperlukan.
Percikan las dan Luka bakar dan secara baik.
bahaya pana s kebakaran

- Safe and Appropriate grinding area

Area penggrindaan yang tepat dan
aman

- Double face protection (Face shield

and Glasses)
Pengaman wajah ganda (perisai
wajah dan kacamata)

- 20 lbs Fire extinguisher availability

Kelayakan racun api 20 lbs
 Electrical exposure Electric shock E - Safe electric cores and cords L
Bahaya listrik Bagian dan kawat listrik yang aman

- Dry ground area or

ground insulation
Area tanah kering atau insulasi
tanah

Vibration Injury E - Safe ergonomic L

Vibrasi/ Getar Cidera Ergonomi yang aman

- Strong grip to
equipment Pegangan yang
kuat pada equipment

12 Torch Heat & Ray Fire H - Safe and Appropriate cutting L Hot Work permit
cutting Exposure Kebakaran area Area pemotongan yang aman bila diperlukan.
Bahaya panas dan dan sesuai
sinar

- Safe and standard PPE

PPE yang aman dan standar

- 20 lbs Fire extinguisher availability

kelayakan racun api 20 lbs

- Follow MSDS guidance

Mengikuti panduan MSDS

- Safe parameter Gas

Monitoring Pemantauan gas
parameter yang aman

High Pressure Explosion E - Vertical position treatment of L

Cylinder and hose Ledakan cylinder when in use, storage, and
Silinder tekanan transport.
tinggi dan selang Perawatan posisi silinder vertikal
saat penggunaan, penyimpanan,
dan pemindahan

- Fix placement at Trolley or

cage Penempatan yang tepat pada
troli atau sarang.
- Applied protective cap when
not use.
Pemasangan tutup pelindung saat
tidak pakai

- Reverse flow check valves

and flashback arrestors fitted at
both ends of the hose
Valve pengecekan arus balik dan
penahan flashback terpasang secara
sesuai pada kedua ujung selang.

- Safe work pressure

Penekanan kerja selamat

13 Pipe High Pressure Explosion & E - Standard and safe L

Pigging exposure Injury Ledakan material application
Bahaya tekanan dan Pemakaian material yang standar
tinggi Cidera dan aman

- Safe limit pressure control

Pengontrolan batas tekanan yang
aman
- Barricading Identified pressurized
area
Pembarikadean area yang
bertekanan yang teridentifikasi

- Polly Pig receiver installed

Polly pig receiver terpasang
- Stop the pressure in time of Polly
pig received.
Hentikan pressure jika polly pig
diterima
14 Sand Blasting Blasting particle with Injury E - Operator must wear proper PPE L
pressure exposure Cidera Operator harus menggunakan
partikel letusan dan PPE
tekanan

- Operation are must be

completely covered.
Pengoperasian harus tertutup
secara keseluruahan
- Proper tools safe installation
Pemasangan tool yang aman dan
tepat
- Safe cover area Hot work Permit if necessary
Area tertutup yang aman Hot work permit jika diperlukan

Heat exposure Fire H - Fire extinguisher availability L

Panas Api Kelayakan racun api

- Safe parameter Gas Monitoring

Pemantauan pengaman gas

15 Pressurized Testing High Pressure Explosion & E - Standard and safe material/tools L
(hydro Testing) exposure Injury application
Tekanan tinggi Penggunakan material/alat yang
standar dan aman
- Safe limit pressure control
Pengontroan btas tekanan yang
aman

- Barricading and sign board

working pressurized area.
Barikade dan penempatan sign
board untuk area pekerjaan
- Close monitor of pressurized area
Pemantauan secara dekat untuk
area bertekanan

16 Coating High Pressure Explosion & E - Standard and safe material/tools L

exposure Injury application
Tekanan tinggi Penggunaan material/tool yang
aman dan standar
- Safe limit pressure control.
Pengontrolan batasan tekanan
yang aman
- Operation are must be completely
covered
Pengoperasian harus ditutup
secara keseluruhan.
Chemical Hazard Injury and H - MSDS guidance and L
exposure sickness application Panduan MSDS dan
Bahaya kimia penerapannya
- Safe covered area with air
circulation.
Area yang aman dengan sirkulasi
udara.
17 Painting Chemical exposure Injury and H - MSDS guidance and L
Kimia sickness application Panduan MSDS dan
penggunaannya
- Breathing apparatus or safe air
circulation area
Alat bantu pernafasan atau area
sirkulasi udara yang aman
18 Power Line Height exposure Injury E - Proper PPE application L
Installation Ketinggian Pemakaian PPE secara benar

- W ell trained lineman

Lineman yang terlatih

- Proper and safe Tools and

material.
Peralatan dan material yang baik
19 Road Maintaining Traffic Exposure Collision H - Flagman and road L
Lalu lintas sign placement.
Penempatan flagman dan road
sign
- Priority to traffic
Prioritas terhadap lalu lintas
- Clear and safe
equipment movement
Pergerakan kendaraan yang
aman dan jelas.
20 Radiography Radiation exposure Injury E - Safe work limit area L
Testing Radiasi with barricade and sign
Area kerja aman yang dibatasi
dengan barikade dan rambu
- Radiation hazard
parameter control
Pengontrolan parameter bahaya
radiasi
- Safe and Proper tools
application. Pemakaian alat yang
aman dan tepat.

21 Cementing & Cement particle Sickness H - Safe air circulation L

Concrete Pouring exposure Sirkulasi udara yang aman
Partikel sement

- Proper PPE usage

Pemakaian PPE yang benar

- Barricade and sign placement

Penempatan barikade dan rambu

Equipment Collision H - Direction guidance of equipment L

Movement Petunjuk panduan equipment
Pergerakan
equipment
- W ell trained operator
handling Penanganan
operator yang terlatih

- Safe distance to existing

facilities and personnel.
Jarak yang aman untuk fasilitas
dan personil
22 Hot Tapping Combustible & Fire H - Safe thickness of pipe line L Hot W ork Permit Required
Flammable material Ketebalan yang aman dari pipa
exposure and
pressure
tekanan material
mudah terbakar

- Maintain line safe flow

pressure Membuat tekanan
arus yang aman
- Safe parameter Gas Monitoring
Pemantauan gas parameter gas
yang aman

- Fire extinguisher availability

Kelayakan racun api
 Step 1 - Consider the Consequences Step 1 - Consider the Consequences Step 1 - Consider the Consequences
What are the consequences of this incident What is the likelihood of the Apakah kemiripan 1. Take step 1 rating and select the correct column/
occurring? Consider what could reasonablyconsequence identified in konsekwensi teridentifikasi Lakukan step 1 dan pilih kolom yang tepat
have happened as well as what actuallystep 1 happening? Consider dalam step 1 terjadi? 2. Take Step 2 rating and select the
happened. Look at the descriptions and choose the this without new or interim Pertimbangkan hal ini tanpa correct line./Lakukan langkah 2 dan pilih
most suitable Consequence. controls in place. Look at the pengontrolan baru atau garis yang benar
Apakah konsekwensinya jika insiden ini descriptions and choose the sementara tersedia. 3. Circle the risk score where the two
terjadi? Pertimbangkan apa yang bisa terjadi most suitable Likelihood. Lihat pada penjelasan dan ratings cross on the matrix below./
serta apa yang sebenarnya terjadi. Lihat piliha kemiripan yang paling lingkari nilai resiko dimana dua silang
penjelasan dan pilih konsekwensi yang paling cocok. silang rata pada metrik dibawah ini
cocok.
E = Extreme, = High, M =
Medium, L = Low
N = Negligible
Risk Score =
LIKELIHOOD
……………….
Consequence Description Likelihood Description CONSEQUENCES

Death or extensive injuries The event is expected to occur in most I

Major Kematian atau cidera yang A circumstances. Maj Mod Min n
panjang Kejadian ini terajadi sebagian besar keadaan s

Medical treatment The event could occure at some time

Moderate B A E E H M
Perawatan medis Kejadian ini terjadi kadang-kadang.
LIKELIHO
First aid treatment The event could occure ,but only rarely
Minor C B E H M M
Perawatan P3K Kejadian ini bisa terjadi, tetapi sangat jarang

No treatment The event may occur, but probably never will

Insignificant D C H M M L
Tidak ada perawatan Kejadian ini mungkin terjadi, tetapi tidak akan

D M M L N

11.6 PENANGANAN KEADAAN DARURAT 11.6 EMERGENCY RESPONSE

Penanganan darurat mengacu kepada prosedur Emergency response refers to the procedures to
untuk diikuti pada saat kejadian atau keadaan be followed in the event of an incident or
darurat, termasuk permintaan klien. Emergency emergency event, including client
adalah suatu kejadian yang mengikut sertakan atau requirements. An emergency is an incident
memiliki potensi yang mengakibatkan kerugian involving or having the potential to cause harm
pada orang, fasilitas, dan lingkungan. to people, facilities, and the environment.

Berikut adalah diagram catatan komunikasi darurat The following is the emergency communication
untuk project ini: notification diagram for this project;
Prosedur penanganan darurat akan tersedia untuk
penegakkan muster point dan penghitungan semua
karyawan. Sebagai tambahan pada prosedur
penanganan emergency klien, prosedur ini akan
membuat proses untuk diikuti pada saat kejadian
sehingga pengaruh pada orang, fasilitas, dan
lingkungan dapat perkecil.
Semua karyawan yang bekerja dilokasi akan
mematuhi prosedur penanganan darurat ini.
Project Management Team akan re-review dan
melaksanakan prosedur penanganan darurat dan
memastikan bahwa semua karyawan berpartisipasi
pelatihan emergency regular. Frekwensi pelatihan
dapat bergantung pada tingkat resiko yang ada
ditempat kerja individu; bagaimanapun, mereka
harus melakukannya pada interval yang beraturan.
Prosedur ini secara spesifik akan mengacu kepad
hal-hal berikut:
• Ancaman cuaca yang mencakup, topan, dan
banjir;
• Ancaman kebakaran dilokasi, sekitar semak
belukar, didalam kendaraan, dan mungkin
melibatkan material berbahaya
• Ancaman luar.
• Menanggapi insiden/ cidera dan evakuasi
perobatan darurat.
• Melepaskan material berbahaya.
• Hubungan dengan klien dan agen luar (seperti:
rumah sakit dan pelayanan darurat
pemerintah).
• Ancaman bom atau semua ancaman sabotase.
• Kejadian yang melibatkan karyawan lokasi atau
yang lain dilokasi.
• Kejadian yang mempengaruhi lingkungan alam;
dan
• Jumlah darurat;
The emergency response procedure will provide
for the establishment of muster points and the
accounting of all employees. In addition to the
client’s emergency response procedures, the
procedure will provide the process to be
followed in the even of an incident so that the
impact to people, facilities, and the
environment are minimized.
All employees working at a site will comply
with the emergency response procedure.
Project Management Team will review and
implement the emergency response procedure
and oversee that site employees participate in
regular emergency drills and exercises. The
frequency of such drills may be dependent on
the perceived level of risk at individual
workplaces; however, they should occur at a
regular interval.
The procedure will specifically address the
following items:
• Threat of severe weather that could include
cyclones, typhoons and flooding;
• Threat of fire at work sites, surrounding
bush/scrub, in vehicles, and possibly
involving hazardous materials (e.g., bulk
fuel);
• External threats;
• Response to incident/injury and emergency
medical evacuation;
• Release of hazardous materials;
• Liaison with client and outside agencies
(e.g., hospital and state emergency
services);
• Bomb threat or other threat of sabotage;
• Incidents involving site employees or others
at the site;
• Incidents that may impact on the natural
environment; and
• Emergency numbers.
11.7 PENGURUSAN KESEHATAN DAN CIDERA
KERJA
Prosedur manajemen kesehatan menyediakan
uraian tentang pengontrolan manajement resiko
yang akan di lakukan untuk mengurangi potensi
gangguan kesehatan selama kegiatan
pengoperasian dan perawatan.
Prosedur ini didesain untuk mengintegrasikan
pengontrolan kesehatan untuk kegiatan dilokasi
Project Management Team harus secara
keseluruhan bertanggung jawab untuk pelaksanaan
prosedur manajemen kesehatan kerja ini.
Pimpinan dilokasi perlu memasukkan pengontrolan
resiko kesehatan didalam metode mereka untuk
mengurangi potensi bahaya kesehatan dan
menyediakan equipment yang cukup dan sumber
yang ada untuk secara efektif melaksanakan
persyaratan prosedur manajemen kesehatan kerja
ini.
Project Management Team akan menyediakan
fasilitas pertolongan pertama untuk karyawan yang
ditugaskan ke lokasi. Peserta yang dilatih tentang
P3K akan bertanggung jawab untuk mendata
perawatan setiap waktu saat karyawan berada
dilokasi. Sebuah data P3K tempat bekerja/
perawatan medis akan dipelihara oleh orang
mendata perawatan .
Seseoran harus dipilih untuk mengawasi bahwa
semua karyawan yang terluka atau sakit
ditempatkan pada program rehabilitasi dan harus
mengirimkan laporan bulanan kepada Site Manager
untuk semua kegiatan. Site Manager akan
mengawasi kecendrungan pada cidera dan
kesehatan kerja melalui review data perawatan.
11.7 OCCUPATIONAL HEALTH AND INJURY
MANAGEMENT
The health management procedures provide an
outline of the health risk management controls
that will be employed to mitigate potential
health impacts during operations and
maintenance activities.
These procedures are designed to integrate
appropriate health risk controls into site
activities. They provide an outline of the
specific responsibilities and documentation to
be maintained to facilitate internal and
external auditing.
Project Management Team has overall
responsibility for the implementation of these
occupational health management procedures.
Site employers are required to include health
risks controls within their method statements
to mitigate against potential health hazards
and to provide that sufficient equipment and
resources are available to effectively
implement the requirements of these
occupational health management procedures.
Project Management Team will provide first aid
facilities for employees who are assigned to a
site. Trained First Aid attendants will be
available to administer treatment at all times
while employees are at a site. A record of all
workplace first aid/medical treatments will be
maintained by the person administering the
treatment.
A person shall be appointed to oversee that all
employees who are injured or ill are placed in a
rehabilitation program and shall submit a
monthly report to the site manager on all
activities. The site manager will monitor trends
in injuries and occupational health through
regular review of the treatment records.
11.8 BEKERJA SENDIRI
Semua Supervisor harus memastikan bahwa orang
yang bekerja sendiri harus mempunyai visual
contact atau radio komunikasi pada setiap saat.
JIka kontak pandangan berkelanjutan tidak
dilakukan, pemeriksaan komunikasi regular harus
tersedia. Orang tidak boleh ditinggalkan bekerja
sendiri tanpa pengecekan fisik paling sedikit sekali
dalam sejam. Sebelum pemulaian kerja untuk
tugas untuk bekerja sendiri pada lokasi terpencil,
pembahasan analisa bahaya harus diadakan, diikuti
dengan JSA.
Beberapa factor untuk mempertimbangkan bekerja
sendiri mencakup, tetapi tidak terbatasi pada:
• Persediaan air yang cukup.
• Komunikasi yang cukup (memeriksa
sebelum keberangkatan)
• PPE untuk mencakup perlindungan matahari
• ruang lingkup kerja; dan
• Jam masuk dan keluar dari lokasi (meliputi
pemeriksaan permulaan kerangka waktu)
11.9 PENGURUSAN KELELAHAN
Kelelahan merupakan kondisi fisik dan mental yang
lemah yang muncul dari individu pengerahan fisik
dan mental dan tidur yang tidak cukup. Prioritas
harus diberikan untuk mengurangi kelelahan
karena tidur yang terganggu/ atau tidur yang tidak
sesuai/ masa pemulihan
11.10 SERAH TERIMA HES
Semua karyawan saat penyelesaian aktifitas
hariannya harus melaporkan hal-hal HES yang
masih tertinggal kepada atasan langsung mereka,
jika tidak memungkinkan bagi mereka
menyelesaikannya sendiri.
Supervisor mempunyai tanggung jawab untuk
menyelesaikan masalah. Jika Supervisor tidak bisa
menyelesaikan masalah, maka akan dilanjut ke
11.8 WORKING ALONE
All supervisors must provide that any person
working on any task by him or herself has
either visual contact or radio communications
at all times.
If continuous visual contact is not maintained,
a regular communications check must be in
place. At no time is any person to be left
working alone without a physical check at least
once every hour. Prior to the commencement
of any task to work alone on a remote site, a
hazard analysis session shall be conducted,
followed by a JSA.
Some factors to consider when working alone
include, but are not limited to:
• Adequate water supply;
• Adequate communications (check prior to
departure);
• PPE to include sun protection;
• Scope of work; and
• Time in and out of work site (include
emergency search initiation time frame).
11.9 FATIGUE MANAGEMENT
Fatigue is defined as an impaired physical and
mental condition that arises from an
individual’s exposure to physical and mental
exertion and inadequate or disturbed sleep.
Priority must be given to reducing the exposure
of employees to disturbed sleep or
inappropriate sleep/recovery periods.
11.10 HES HAND OVER
All employees at completion of the day’s
activities shall report any unresolved or
outstanding HES issues to their direct
supervisor(s), if unable to rectify these issues
themselves.
Supervisors have the responsibility to resolve
the issues. If the supervisor is unable to resolve
any issue, the relevant manager has the
tingkat Manager. responsibility to resolve the issue.

12. BEBAS INSIDEN DAN CIDERA 12. INCIDENT AND INJURY FREE
Bebas celaka dan cidera merupakan komitmen, Incident and Injury Free is a commitment, both
perorangan dan organisasi, untuk menciptakan personnel and organizational, to create an
eksistensi dari bebas celaka dan cidera (Incident existence absent of incident and injury.
and Injury Free). Incident and Injury Free is not a goal, or a
result, or a trophy to seek and acquire. It is a
mindset intolerant of any level, frequency or
Bebas celaka dan cidera bukanlah target, atau
severity of incident or injury. With incident and
hasil atau teropi untuk dicari atau didapatkan. Ini
Injury Free, people go beyond learning how to
adalah hal yang tidak dapat ditolerir untuk tingkat
avoid what they do not want, and learn how to
apapun, frekwensi atau kepelikan dari kecelakaan
generate what they do want.
dan cedera. Dengan bebas celaka dan cedera,
orang-orang mendapatkan pelajaran bagaimana
In Incident and Injury Free culture, free
cara menghindar dari apa yang tidak mereka
culture, people have intrinsic worth. They are
inginkan, dan belajar bagaimana mendapatkan apa
valued not only for what they do, but for who
yang mereka inginkan.
they are. In this environment, when safety
performance is spoken about, it is done so in
Dalam budaya bebas celaka dan cidera, budaya
terms of relationship and people, not number
bebas, orang memiliki nilai hakikat. Mereka tidak
in statistic.
hanya berharga untuk apa yang mereka lakukan,
juga bernilai untuk diri mereka. Dalam lingkungan
ini, saat pelaksanaan safety dibicarakan, ini
dilakukan didalam hubungan dan orang-orang,
Incident and injury Free is about creating a
bukan jumlah didalam statistic.
feature from is what presently thought to be
Bebas celaka dan cidera yang membahas tentang
impossible. Because of this, a commitment to
menunjukkan keistimewaan adalah apa yang
incident and injury free requires personal stand-
difikirkan menjadi tidak mungkin. Dikarenakan hal
taking, great courage and trust. Incident and
ini, sebuah komitmen untuk bebes celaka dan
Injury Free is sourced out of personal
cidera memerulukan kepedulian perorangan,
commitment where individual hold themselves
keberanian dan kepercayaan yang besar. Bebas
responsible for not only their own safety and
celaka dan cidera bersumber dari komitmen
well-being, but for that of everyone else.
perorangan dimana individu memegang tanggung
jawab mereka sendiri bukan hanya keselamatan
mereka sendiri, tetapi juga untuk setiap orang
yang lain.