You are on page 1of 18

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

H DENGAN
GGK DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

THE APPLICATION OF NURSING CARE IN PATIENTS Mr. H WITH CRF IN


THE FULFILLMENT OF FLUID AND ELECTROLYTE

Sri Wahyuni Sahang, Rahmawati


Diploma III Keperawatan, Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar
email: sriwahyuni15071@gmail.com
HP: 082259184073
email: rahmawatisaid75@gmail.com
HP: 085396944273

ABSTRACT

Chronic Renal Failure (CRF) is still a big problem in the world. According to WHO the
growth of patients with GGK in 2013 increased 50% from the previous year. Every year
200,000 people undergo hemodialysis. Indonesia is a country with high rates of CRF
sufferers. Pernefri survey results estimated 12.5% of the population or 25 million
Indonesian population has decreased kidney function. Monitoring of fluids and
electrolytes as well as the level of adherence to fluid and electrolyte restrictions
determines the quality of life of the patient. This study aims to describe nursing care in
patients. H with CRF in the fulfillment of fluid and electrolyte needs in Hemodialisa Room
RSUD Labuang Baji Makassar, using descriptive method with case study approach. The
results showed an imbalance of intertisial and intravascular fluid volume characterized
by lower extremity edema, positive edema pitting 4, thirst, dizziness, itching, weakness
and CRT> 3 seconds, oliguri. The application of nursing care is done to monitor intake
output and fluid restriction, resulting in fluid balance. It can be concluded that monitoring
of intake output and fluid restriction in patients with CRF undergoing Hemodialysis
effectively decreases the degree of edema and weight. It is advisable to the nurse to
involve the patient and family in monitoring the intake of fluid and electrolyte output for
24 hours and provide discharge planning for the management of home care in preventing
fluid overload.

Keywords: Chronic Kidney Failure, Liquids and Electrolytes, Hemodialysis, Nursing


Care

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) masih menjadi masalah besar di dunia. Menurut WHO
pertumbuhan penderita GGK tahun 2013 meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Setiap
tahun 200.000 orang menjalani hemodialisis. Indonesia merupakan negara dengan tingkat
penderita GGK yang cukup tinggi. Hasil survei Pernefri diperkirakan 12,5% dari populasi
atau sebesar 25 juta penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal. Pemantauan
cairan dan elektrolit serta tingkat kepatuhan terhadap pembatasan cairan dan elektrolit
menentukan kualitas hidup pasien.

21
Penelitian ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Tn. H
dengan GGK dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit di Ruang Hemodialisa
RSUD Labuang Baji Makassar, menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus.
Hasil penelitian menunjukkan ketidakseimbangan volume cairan intertisial dan
intravaskuler ditandai dengan edema ekstremitas bawah, pitting edema positif 4, haus,
pusing, gatal, lemas dan CRT > 3 detik, oliguri. Penerapan asuhan keperawatan dilakukan
untuk memantau intake output dan pembatasan cairan, sehingga terjadi keseimbangan
cairan.
Simpulan penelitian menunjukkan bahwa pemantauan intake output dan pembatasan
cairan pada pasien GGK yang menjalani HD efektif menurunkan derajat edema dan berat
badan. Disarankan kepada perawat agar melibatkan pasien dan keluarga dalam memantau
intake output cairan dan elektrolit selama 24 jam dan memberikan discharge planning
untuk penatalaksanaan perawatan di rumah dalam mencegah overload cairan.

Kata kunci : Askep, Cairan dan Elektrolit, Hemodialisa, Gagal Ginjal Kronis

Berdasarkan Riskedas tahun 2013,


PENDAHULUAN
prevalensi gagal ginjal kronis berdasar
Gagal ginjal kronik (GGK) diagnosis dokter di Indonesia sebesar
merupakan salah satu penyakit yang 0,2%. Prevalensi tertinggi di Sulawesi
menjadi masalah besar di dunia. Badan Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh,
kesehatan dunia menyebutkan Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-
pertumbuhan penderita gagal ginjal pada masing 0,4%. Sementara Nusa Tenggara
tahun 2013 telah meningkat 50% dari Timur, Sulawesi Selatan, Lampung,
tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, Jawa Barat Jawa Tengah, DI
prevalensi gagal ginjal meningkat di Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-
tahun 2014. Data menunjukkan setiap masing 0,3%, Sumatera Utara sebesar
tahun 200.000 orang menjalani 0,2%. (Hutagol, 2016)
hemodialysis karena gagal ginjal kronis. Hasil penelitian Lathifah (2016),
Indonesia merupakan negara dengan menunjukkan ada hubungan antara
tingkat penderita gagal ginjal yang diabetes mellitus, hipertensi dan
cukup tinggi. Hasil survei yang komsumsi minuman suplemen dengan
dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi kejadian GGK. Hasil penelitian lain
Indonesian (Pernefri) diperkirakan menunjukkan jumlah responden GGK
sekitar 12,5% dari populasi atau sebesar dengan comorbid hipertensi yang
25 juta penduduk Indonesia mengalami memiliki kualitas hidup baik sebanyak
penurunan fungsi ginjal. (Ali, Masi, & 96,7% dan 3,3% memiliki kualitas hidup
Kallo, 2017)
2

22
buruk dengan memberikan obat anti kecil terjadi overload cairan. (Meilanna
hipertensi. Sedangkan comorbid & Wiarsih, 2013)
diabetes mellitus yang memiliki kualitas Pembatasan asupan cairan dan
hidup baik sebanyak 43,4% dan 56,7% elektrolit sangat penting pada pasien
memiliki kualitas hidup buruk, akibat GGK. Kepatuhan klien dalam mentaati
banyaknya pembuluh darah kecil pada jumlah konsumsi cairan menentukan
ginjal yang rusak, sehingga kualitas hidup klien, semakin besar
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk presentase Intradyalitic Weight Gain
menyaring darah dengan baik. (Ali, (IDWG), maka akan menimbulkan
Masi, & Kallo, 2017) dampak buruk (Remela, Ismonah, &
Gagal ginjal merupakan penyakit Hendrajaya, 2016). Hasil penelitian
yang berbahaya jika tidak ditangani Lolyta (2011 dalam Ramelan, Ismonah,
dengan segera (Faruq, 2007). Untuk & Hedrajaya 2016) IDWG menunjukkan
mempertahankan kualitas hidupnya nilai koefisien positif. Hal ini dapat
diberikan tindakan hemodialisa dijelaskan karena control volume yang
(Ramela, Ismonah & Hendrajaya, buruk pada pasien GGK dapat
2016). Pemantauan intake output cairan mengakibatkan beberapa efek yang
dan elektrolit pasien GGK dengan merugikan sistem kardiovaskuler.
menggunakan fluid intake output chart, Ketidakpatuhan klien dalam pembatasan
terbukti efektif mengatasi overload cairan dan elektrolit mengakibatkan
cairan pada klien, dibuktikan dengan kerugian jangka panjang yaitu kerusakan
berkurangnya manifestasi overload kardiovaskuler, gagal jantung, hipertensi
cairan pada klien (Angaraini & Putri, dan edema paru serta kerugian jangka
2016). Hasil univariat menunjukkan, pendek yaitu edema, nyeri tulang dan
responden tidak patuh terhadap sesak napas (Budiyanto, 2001 dalam
pembatasan cairan dan elektrolit sebesar Savitri, Linggarjati, & Parmitasari,
76%, responden mengalami overload 2015)
sebesar 53,6%. Hasil bivariat didapatkan Tingginya angka kejadian dan
tidak ada hubungan yang bermakna dampak yang ditimbulkan memotivasi
antara kepatuhan pembatasan cairan dan penulis untuk melakukan studi kasus
dan elektrolit dengan overload. Semakin tentang “Penerapan Asuhan
besar klien patuh pada pembatasan Keperawatan pada Pasien Tn. H dengan
cairan dan elektrolit maka akan semakin Gagal Ginjal Kronik dalam Pemenuhan

23
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit DI c. Jumlah dan Cara Pengambilan
Ruang Hemodialisa RSUD Labuang Subjek
Baji Makassar”, dengan harapan Subjek studi kasus yang akan
masyarakat menyadari pentingnya dikaji terdiri dari satu orang pasien
pembatasan cairan pada penderita GGK, dengan gagal ginjal kronik stadium V,
agar mampu mencegah komplikasi mengalami gangguan kebutuhan
terutama terhadap resiko tinggi penyakit cairan, menjalani terapi hemodialisa
kardiovaskuler dan meningkatkan dengan frekuensi 2-3 kali dalam
kualitas hidup pasien. seminggu dan bersedia menjadi
responden
METODE PENELITIAN
a. Desain Penelitian HASIL
Penelitian menggunakan Pasien berinitial Tn. H usia 59
metode deskriptif dengan pendekatan tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan
studi kasus untuk mendeskripsikan wiraswasta, pendidikan terakhir S1,
asuhan keperawatan dalam dengan diagnosa medis gagal ginjal
pemenuhan kebutuhan cairan dan kronis stadium V on HD 2 kali seminggu
elektrolit. Data dikumpulkan dengan sejak tahun 2016. Hasil pengkajian
metode wawancara, observasi, diperoleh data edema, bengkak pada
pemeriksaan fisik dan dokumentasi, kedua kaki, selalu merasa kehausan,
menggunakan instrument pedoman tidak ada pantangan minuman kecuali
wawancara, lembar observasi dan yang beralkohol dan tidak mematuhi
lembar cek list. Data dianalisis sesuai yang dianjurkan, kadang-kadang
dengan pendekatan proses merasa pusing, lemas, dan gatal jika
keperawatan, mulai dari pengkajian, tidak patuh terhadap pembatasan cairan
diagnosa keperawatan, perencanaan, dan makanan yang mempengaruhi
implementasi dan evaluasi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Lokasi dan Waktu Penelitian Saat ini pasien masih belum mampu
Lokasi penelitian di Ruangan mematuhi pembatasan cairan dengan
Hemodialisa RSUD Labuang Baji alasan tidak mampu menahan rasa haus
Makassar dari tanggal 30 April-3 Mei karena alasan sibuk, sering keluar kota 2
2018 kali seminggu, serta masih aktif
menjalani usahanya sampai sekarang.

24
Namun dalam pembatasan makanan, pemeriksaan penunjang Tn. H yang
pasien masih mampu mengontrol terakhir dilakukan pada tanggal 11
meskipun belum sepenuhnya dipatuhi. Desember 2017 adalah ureum pre HD
Pasien memiliki riwayat hipertensi 185 mg/dl dan ureum post HD 84 mg/dl,
selama 3 bulan, lalu didiagnosa penyakit kreatinin pre 15,45 mg/dl dan kreatinin
jantung pada tahun 2015, sehingga post 7,27 mg/dl, serta Hb 7,2 gr/dl.
mengomsumsi obat jantung seperti obat Terapi yang didapatkan saat ini adalah
plapit, kardiospirin selama 9 bulan. Pada amblodipin 1 x 5 gr oral.
tahun 2015 pasien dilakukan Berdasarkan data tersebut
pemasangan ring. Sembilan bulan ditemukan diagnosa keperawatan
kemudian, komplikasi dari penyakit kelebihan volume cairan intertisial
sebelumnya mengarah ke organ ginjal berhubungan dengan gangguan
yang menyebabkan klien harus mekanisme regulasi dan peningkatan
menjalani terapi hemodialisa seumur intake cairan dan resiko kekurangan
hidup. Pola hidup pasien sebelum sakit volume cairan intravaskuler
adalah pola makan tidak teratur, karena berhubungan dengan kegagalan
kesibukannya dan tidak peduli, jarang mekanisme regulasi, sehingga disusun
minum, kurang istirahat, dan rencana keperawatan sesuai kondisi
menghabiskan rokok 3 bungkus per hari. pasien yang berfokus pada tindakan
Pengkajian pre hemodialisa, keadaan mandiri, observasi, health education dan
umum Tn. H baik, tingkat kesadaran medikasi. Perencanaan diagnosa
composmentis, Suhu 36 °C, TD: 140/80 keperawatan kelebihan volume cairan
mmHg, Nadi 80x/menit, Pernapasan intertisial berhubungan dengan
24x/menit), BB 57 kg dengan BB post kelebihan intake cairan, berfokus pada
hemodialisa sebelumnya 55 kg. Intake pemantauan uf goal, blood flow, uf rate
cairan selama 24 jam yaitu 1900 ml, tiap jam dan TTV tiap jam, status cairan
sedangkan keluaran urine sedikit hanya dan elektrolit, pembatasan cairan dan
± 90 cc setiap berkemih atau 360 ml/hari elektrolit, serta upaya untuk
dengan frekuensi 4x/hari. Pemeriksaan meningkatkan venous return dan
fisik, terdapat udem pada kedua kaki meningkatkan adekuasi urea reduction
dengan pitting edema positif 4, ration (URR). Rencana ini bertujuan
konjungtiva anemis, CRT > 3 detik, kulit untuk mempertahankan berat tubuh ideal
hiperpigmentasi dan kering. Hasil tanpa kelebihan cairan, dengan kriteria

25
hasil : tidak ada edema, seimbang antara pembatasan cairan dan
input dan output, elektrolit dalam batas ketidakmampuan ginjal
normal, turgor kulit baik, serta tidak ada mengekresikan urine. Hal ini
tanda-tanda dehidrasi. Sedangkan disebabkan oleh GGK, dimana terjadi
perencanaan diagnosa keperawatan penurunan fungsi renal, produksi
kekurangan volume cairan intravaskuler akhir metabolisme protein tertimbun
berhubungan dengan penurunan cairan di dalam darah dan terjadi uremia.
intravaskuler, berfokus pada Retensi natrium dan cairan
pemantauan status cairan dan tanda- mengakibatkan ginjal tidak mampu
tanda dehidrasi (turgor kulit, membrane dalam mengkonsentrasikan atau
mukosa, urine output, pemeriksaan mengencerkan urine secara normal,
CRT), dan membantu mengontrol rasa kelebihan volume cairan akan
haus. Rencana ini bertujuan agar terjadi menambah pemasukan cairan dalam
keseimbangan antara pemasukan dan tubuh, sehingga semakin memicu
pengeluaran, klien mampu mengontrol terjadinya edema (Smetzer & Bare,
rasa haus. Dengan kriteria hasil : turgor 2013 dalam Sari, 2016). Jika asupan
kulit normal, tidak kering, tidak ada cairan terlalu bebas dapat
tanda-tanda dehidrasi, TTV dalam batas menyebabkan kelebihan beban
normal, CRT > 3 detik. sirkulasi (Haryanti & Nisa, 2015
Semua rencana tindakan dalam Sari, 2016). Akibatnya terjadi
dilaksanakan dengan melibatkan pasien penimbunan cairan di jaringan
dan keluarga, serta melakukan evaluasi subkutis dan kenaikan tekanan
proses dan evaluasi akhir untuk menilai intravaskuler atau penurunan tekanan
efektivitas dari tindakan. Namun setelah intravaskuler yang menyebabkan
dilakukan evaluasi, pasien menunjukkan cairan merembes kedalam ruang
penurunan pitting edema dan berat badan intertisial. Akibat peningkatan
setelah hari ketiga dan keempat. tekanan hidrostatik dan penuruan
tekanan osmotik dapat menjadi
PEMBAHASAN edema, yang sering muncul pada
Hasil penelitian ditemukan data daerah mata, jari maupun pada kaki.
sebagai berikut: (Thomas & Tanya, 2012 dalam
a. Klien mengatakan bengkak pada Faruq, 2017)
kedua kaki, karena tidak patuh dalam

26
b. Klien mengatakan selalu merasa c. Klien mengatakan merasa pusing dan
kehausan jika beraktivitas. Menurut lemas setelah HD, kongjutiva nampak
Sari (2016) dalam melakukan anemis. Prosedur HD sangat
pembatasan cairan biasanya pasien bermanfaat bagi pasien penyakit
akan memiliki rasa haus atau gagagl ginjal kronis, namun bukan
keinginan yang disadari akan berarti tidak beresiko atau memiliki
kebutuhan cairan. Meningkatnya efek samping. Salah satu dari dampak
aktivitas fisik menyebabkan HD terhadap fisik menjadikan klien
peningkatan suhu inti yang secara lemas atau pusing (Sullivan, 2009
reflek memicu mekanisme dalam Farida, 2010). Kelemahan pada
pengeluaran panas. Produksi panas klien HD diakibatkan karena anemia
dapat meningkat dengan banyak yang disebabkan oleh menurunnya
beraktivitas, karena meningkatnya produksi eritropoietin akibat
proses metabolisme, aktivitas otot kerusakan fungsi ginjal. Anemia pada
dan sekresi kelenjar. Dan sebagai pasien HD dapat terjadi akibat
respon dari peningkatan suhu tubuh, tertinggalnya darah pada dialyzer atau
maka timbul rasa haus dan blood line meskipun jumlah tidak
pengeluaran keringat. Haus juga signifikan, dan banyaknya tarikan
dapat disebabkan oleh nefron yang darah ke dyalizer (Thomas, 2003
menerima kelebihan natrium yang dalam Farida, 2010).
menyebabkan GFR menurun dan d. Klien mengatakan kadang-kadang
dehidrasi, sehingga menimblukan merasa gatal (pruritus) jika tidak
rasa haus, dan tanda dari kehilangan patuh terhadap pembatasan cairan dan
cairan atau kekurangan cairan makanan yang mempengaruhi
didalam tubuh (dehidrasi) CRT > 3 ketidakseimbangan cairan dan
detik (Muttaqin, 2011). Dan apabila elektrolit. Uremia merupakan
terjadi penurunan cairan intravaskuler penyebab metabolik pruritus yang
muncul rangsangan pada paling sering, sehingga semakin klien
osmoreseptor di hypothalamus dan tidak patuh terhadap pembatasan
dihantarkan ke pusat haus di cairan dan makanan, maka semakin
hypothalamus sebagai bentuk banyak ureum yang tertimbun di
perilaku untuk mengatasi haus. dalam tubuh, sementara ginjal tidak
(Kuntarti , 2005) mampu membuang zat-zat sisa

27
metabolisme dan mengatur dilakukan pembatasan asupan cairan
keseimbangan cairan dan elektrolit dan elektrolit supaya tidak terjadi
didalam tubuh. Faktor yang kelebihan volume cairan. Tanpa
mengeksaserbasi pruritus termasuk adanya pembatasan asupan cairan,
panas, kulit kering, keringat, dan akan mengakibatkan cairan
dapat pula disebabkan oleh menumpuk dan menimbulkan edema,
multifaktorial (Roswati, 2013). secara tidak langsung BB klien juga
Faktor lain yang dapat menyebabkan akan mengalami peningkatan. oleh
gatal pada pasien GGK adalah kulit karena itu pasien GGK perlu
kering, karena kulit kering akan mengontrol dan membatasi jumlah
menyebabkan infeksi, apabila terluka asupan cairan yang masuk kedalam
akan membuat proses penyembuhan tubuh. Selain itu, perlu dilakukan
lebih lambat dan menjadi penyebab hemodialisa untuk mengeluarkan
gatal-gatal. (Suharti, 2014) sisa-sisa metabolisme dan kelebihan
e. Produksi urine sedikit (Oliguria). Hal cairan.
ini disebabkan karena pada pasien g. Kulit klien nampak kering,
GGK terjadi penurunan fungsi ginjal, hiperpigmentasi. Kulit kering sering
sehingga retensi natrium dan cairan terjadi pada uremia dan disebut
mengakibatkan ginjal tidak mampu senagai kulit uremik yaitu kulit
dalam mengkonsentrasikan at au kering, atrofi, berwarna kehitaman.
mengencerkan urine secara normal Kekeringan kulit terjadi karena
akibatnyan terjadi oliguria. (Smetzer karena uremia menyebabkan
& Bare, 2013 dalam Sari, 2016) perubahan pada maturasi korneosit.
f. Peningkatan berat badan, klien Ada dugaan bahwa serosis pada GGK
mengalami peningkatan berat badan disebabkan penurunan kandungan air
dari 55 kg yang didapatkan dari post epidermis, menurunnya volume
HD sebelumnya menjadi 57 kg pre kelenjar keringat dan atrofi kelenjar
HD saat dikaji. Menurut Budiyanto sebacea. (Harlim & Yogyartono,
(2001 dalam Savitri, Linggarjati dan 2012)
Parmitasari 2015), menyatakan h. Ureum kreatinin meningkat. Hasil
bahwa GGK mengganggu dari pemeriksaan laboratorium dari
keseimbangan cairan dan elektrolit, penyakit GGK yaitu didapatkan
sehingga pasien dianjurkan untuk peningkatan kadar ureum kratinin.

28
Menurut penelitian Rivalta dan Olife Putri (2016), yang menyatakan bahwa
(2015 dalam Faruq 2017) menyatakan pasien GGK rentang akan menimbulkan
bahwa ternyata kadar ureum darah komplikasi yaitu kondisi overload cairan
semua responden meningkat. (kelebihan volume cairan). Sejalan
Meningkatnya kadar ureum dinamai dengan penelitian Apriyaningsih (2016),
uremia. Keadaan ini disebabkan oleh yang menyatakan pasien GGK harus
eksresi ureum yang terhambat oleh dilakukan tindakan yang cepat karena
kegagalan fungsi ginjal. Sedangkan akan menyebabkan kelebihan volume
kreatinin dalam darah meningkat cairan. Selain itu ditemukan diagnosa
apabila fungsi renal berkurang. Jika resiko kekurangan volume cairan
penurunan fungsi ginjal lambat dan intravaskuler berhubungan dengan
massa otot juga menyusut secara kegagalan mekanisme regulasi. Hal ini
berangsur, maka ada kemungkinan didukung oleh penelitian Sari (2016),
kadar kreatinin dalam serum menyatakan bahwa GGK membutuhkan
meningkat. Hal ini sejalan dengan regulasi yang sangat hati-hati, dan
penelitian Alfonso, Mongan, dan pentingnya pencegahan kelebihan
Memah (2016) menyatakan, bahwa cairan, karena jika asupan terlalu bebas
sebagian besar kreatinin diekresi dapat menyebabkan kelebihan beban
lewat ginjal, kreatinin difiltrasi di sirkulasi, edema dan disisi lain
golmelurus dan direabsorbsi di mengalami kekurangan cairan
tubular serta di sintesis di otot skelet (intravaskuler). Kekurangan cairan dapat
sehingga kadarnya bergantung pada menyebabkan dehidrasi, hipotensi dan
massa otot dan berat badan. Jika semakin memburuknya fungsi ginjal,
terjadi disfungsi renal, maka sehingga penting untuk mengukur
kemampuan filtrasi kreatinin akan asupan cairan dan haluaran urine selama
berkurang dan kreatinin serum 24 jam untuk memantau keseimbangan
meningkat. volume cairan dalam tubuh.
Implementasi dilakukan sesuai
Diagnosa keperawatan yang
dengan perencanaan keperawatan dan
ditemukan adalah kelebihan volume
kondisi pasien dari pertama sampai hari
cairan intertisial berhubungan dengan
keempat. Implementasi kelebihan
kerusakan mekanisme regulasi. Hal ini
volume cairan intertisial berhubungan
didukung oleh penelitian Angraini dan
dengan kelebihan intake cairan, yaitu :

29
a. Mengkaji status cairan dan elektrolit : perhitungan masukan dan haluaran
1) Menimbang berat badan harian. cairan untuk mencegah terjadinya
Menurut Lewis, Heitkemper, overload.
Dirksen, O’Berian dan Bucher 3) Mengkaji turgor kulit dan adanya
(2007 dalam Agrainin dan Putri edema Mengkaji turgor
2016), menyatakan pada pasien kulit/kondisi kulit untuk
GGK harus dilakukan pemantauan mengetahui kerusakan integritas
berat badan karena perubahan kulit yaitu berupa keluhan klien
berat badan secara signifikan yang mengenani rasa gatal pada kulit
terjadi dalam 24 jam menjadi salah atau kerusakan lainnya karena
satu indikator perubahan status adanya peningkatan kadar ureum
cairan dalam tubuh. Kenaikan 1 kg (Angrainin & Putri, 2016). Hal ini
dalam 24 jam menunjukkan sejalan dengan penelitian Roswati
kemungkinan adanya tambahan (2013), yang menyatakan uremia
akumulasi cairan pada jaringan merupakan penyebab metabolik
tubuh sebanyak 1 liter. pruritus yang paling sering. Faktor
2) Menghitung keseimbangan yang mengekserbasi pruritus
masukan dan haluaran. Menurut termasuk panas, kulit kering,
Angraini dan Putri (2016), keringat, dan dapat pula
menyatakan pemantauan intake disebabkan oleh multifaktorial.
output cairan selama 24 jam untuk Faktor lain yang dapat
mencegah terjadinya overload menyebabkan gatal pada pasien
cairan pada klien, karena jumlah GGK adalah kulit kering, karena
asupan cairan klien bergantung kulit kering akan menyebabkan
kepada jumlah urine selama 24 infeksi, apabila terluka akan
jam. Sedangkan menurut membuat proses penyemmbuhan
Ambarwati (2014 dalam Faruq lebih lambat dan menjadi
2017), memonitor input dan output penyebab gatal-gatal (Suharti,
cairan dapat dilakukan dengan 2014). Pemantauan edema
menghitung kebutuhan cairan menunjukkan adanya akumulasi
pasien dengan menggunakan cara cairan di jarinan intertisial tubuh
perhitungan balance cairan, yang salah satu kemungkinan
sehingga penting dilakukan penyebabnya adalah peningkatan

30
volume cairan dalam pembuluh penting untuk memperkirakan
darah (Lewis, Heitkemper, kemungkinan terjadinya kelebihan
Driksen, O’Berian & Bucher, 2007 volume cairan.
dalam Angrainin & Putri, 2016) b. Membatasi masukan cairan dan
4) Memantau uf goal, blood flow, uf elektrolit. Menurut penelitian Istanti
rate dan TTV tiap jam. Hal ini (2013 dalam faruq 2017) pembatasan
didukung oleh Smeltzer (2001 cairan merupakan salah satu terapi
dalam Sarifuddin 2015) yang diberikan bagi pasien GGK
menyatakan penting dilakukan tahap akhir untuk pencegahan,
pemantauan uf goal, uf rate, blood penurunan dan terapi terhadap
flow setiap jam untuk mendeteksi kondisi komorbid yang dapat
berbagai komplikasi yang dapat memperburuk keadaan pasien.
terjadi (misalnya, emboli udara, Jumlah cairan yang ditentukan untuk
ultrafiltrasi yang tidak adekuat setiap harinya berbeda bagi setiap
atau berlebihan, hipotensi, kram, pasien tergantung fungsi ginjal,
muntah dll). Memantau TTV adanya edema dan haluaran urine. Hal
didukung oleh teori Black dan ini sejalan dengan penelitian
Hawk (2009 dalam Angraini dan Apriyaningsih (2016), menyatakan
Putri 2016), pemantauan tekanan bahwa pembatasan cairan pada pasien
darah menjadi salah satu intervensi GGK dengan hemodialisa merupakan
utama dalam penanganan klien hal yang sangat penting untuk
dengan kelebihan volume cairan, diperhatikan, karena asupan cairan
karena TD merupakan salah satu yang berlebih dapat mengakibatkan
indikator adanya peningkatan kenaikan berat badan
volume cairan intravaskuler. c. Mengidentifikasi sumber potensial
Peningkatan volume cairan cairan. Dengan mengidentifikasi
berlebih pada kompartemen potensial atau penyebab dari
intravaskuler lebih lanjut akan kelebihan volume cairan maka akan
menyebabkan perpindahan cairan memudahkan dalam melakukan
dari pembuluh darah menuju intervensi yang tepat untuk
jaringan intertisial tubuh. Oleh menurunkan volume cairan
karena itu, intervensi pemantauan berdasarkan penyebabnya.
TD pada pasien GGk sangat

31
d. Menjelaskan pada pasien dan Sulistyaningsih 2011), menyatakan
keluarga rasional dari pembatasan bahwa latihan fisik yang dilakukan
volume cairan. Menurut hasil pada saat hemodialisa dapat
penelitian Savitri, Linggarjati dan meningkatkan aliran darah pada otot,
Parmitasari (2015) menunjukkan ada memperbesar jumlah dan permukaan
hubungan positif yang signifikan kapiler serta meningkatkan adekuasi
antara dukungan sosial keluarga URR, sehingga meningkatkan
dengan kepatuhan pasien GGK dalam perpindahan urea dan toksin ke
melakukan diet. Dukungan sosial dialyzer atau mesin HD.
keluarga menyumbang manfaat
Sedangkan implementasi resiko
kesehatan mental dan fisik sebagai
kekurangan volume cairan intravaskuler
pendorong, penyemangat, serta
berhubungan dengan penurunan cairan
pemberi dukungan dan motivasi
intravaskuler, yaitu :
dalam menjalankan diet, sehingga
klien dapat lebih meningkatkan a. Memonitor status cairan:
kepatuhannya dalam pembatasan 1) Turgor kulit
cairan. Dehidrasi atau kekurangan volume
e. Menganjurkan pasien untuk cairan dalam tubuh salah satu
melakukan aktivitas horizontal manifestasi klinis yang
(meninggikan kaki) secara bergantian ditimbulkan adalah turgor kulit
dan hindari pengilangan kaki. Hal ini menurun. (Nurarif & Kusuma,
didukung oleh penelitian Siregar 2015);
(2010 dalam Setyaningrum 2016) 2) Membrane mukosa
yang menyatakan bahwa peninggian Selain selain turgor kulit menurun
posisi kaki 30 derajat di atas tempat dampak yang ditimbulkan dari
tidur untuk mengurangi edema kaki. kekurangan volume cairan dalam
Peninggian kaki melawan tarikan tubuh yaitu membrane mukosa
gravitasi, sehingga meningkatkan kering. (Nurarif & Kusuma, 2015);
aliran balik vena ke jantung dan 3) Urine output
mencegah timbulnya statis vena. Selain turgor kulit menurun dan
f. Mengajarkan klien tindakan ROM membrane mukosa kering
saat hemodialisa. Hal ini didukung kekurangan volume cairan juga
oleh Person, et al (20016 dalam akan mengakibatkan produksi

32
urine sedikit. Sehingga penting e. Membantu klien dalam mengontrol
dilakukan ketiga pemeriksaan rasa haus akibat pembatasan asupan
tersebut. (Nurarif & Kusuma, cairan.
2015) Dalam mlekakukan pembatasan
b. Mengkaji penyebab timbulnya rasa cairan biasanya pasien akan memiliki
haus rasa haus atau keinginan yang
Dengan mengkaji penyebab disadari akan kebutuhan cairan
timbulnya rasa haus maka akan (Faruq, 2017). Sehingga penulis
memudahkan dalam melakukan memberikan tips mengontrol rasa
intervensi yang tepat untuk haus kepada klien yakni minum
membantu klien jika timbul rasa haus sedikit tapi sering, membatasi jumlah
berdasarkan penyebabnya. natrium dan makanan yang pedas,
c. Memeriksa CRT kurangi komsumsi makanan
Pemeriksaan CRT dilakukan untuk berminyak, dan hindari aktivitas yang
memonitor dehidrasi dan jumlah berlebihan, serta modifikasi
aliran darah ke jaringan, dan juga lingkungan.
untuk mengetahui HB normal atau f. Menganjurkan klien untuk tidak
dibawa normal. (Nurarif & Kusuma, terlalu banyak beraktivitas. Hal ini
2015); didukung oleh penelitian Graha
d. Membantu klien dalam mengontrol (2010) menjelaskan bahwa aktivitas
rasa haus akibat pembatasan asupan yang berat akan menghasilkan suhu
cairan. Dalam melakukan pembatasan yang lebih tinggi menyebabkan
cairan biasanya pasien akan memiliki peningkatan kecepatan metabolisme
rasa haus atau keinginan yang pada saat aktivitas, efek pada sel
disadari akan kebutuhan cairan meningkat, peningkatan hormone
(Faruq, 2017), sehingga pasien norepinefrin, sehingga terjadi
diberikan tips mengontrol rasa haus pengeluaran panas melalui kulit, atau
yakni minum sedikit tapi sering, kehilangan air dan elektrolit dan akan
membatasi jumlah natrium dan menyebabkan dehidrasi. Oleh karena
makanan yang pedas, kurangi itu, pada pasien GGK harus dilakukan
komsumsi makanan berminyak, dan pembatasan aktivitas untuk
hindari aktivitas yang berlebihan, menghindari kehilangan cairan yang
serta modifikasi lingkungan.

33
berlebihan untuk mencegah rasa haus meskipun pasien sudah mulai
yang berlebihan. menerapkan tips mengontrol rasa haus
dengan minum sedikit tapi sering,
Setelah dilakukan perawatan
modifikasi linkungan, membatasi
selama 4 hari, pasien menunjukkan
aktivitas, CRT > 3 detik, kulit nampak
penurunan kelebihan volume cairan
hiperpigmentasi dan kering, membran
intertisial, dimana pitting edema pada
mukosa lembab. Menurut Sari (2016)
kaki positif 2, tidak pusing dan tidak
dalam melakukan pembatasan cairan
lemas, sudah mulai membatasi cairan
biasanya pasien akan memiliki rasa haus
yang dikomsumsi meskipun belum
atau keinginan yang disadari akan
optimal, sudah mulai mengurangi
kebutuhan cairan. Apabila terjadi
aktivitas, TD 140/80 mmHg, nadi 84
penurunan cairan intravaskuler muncul
x/menit, suhu 37 derajat celcius,
ransangan pada osmoreseptor di
pernapasan 24 x/menit, BB pre HD 56 kg
hypothalamus dan dihantarkan ke pusat
dan BB post HD 54 kg. Hal ini sejalan
haus di hypothalamus sebagai bentuk
dengan penelitian Angraini dan Putri
perilaku untuk mengatasi haus. (Kuntarti
(2016), menyatakan bahwa pemantauan
, 2005). Tanda dari kehilangan cairan
intake output cairan dan elektrolit pasien
atau kekurangan cairan didalam tubuh
GGK dengan menggunakan fluid intake
(dehidrasi) CRT > 3 detik (Muttaqin,
output chart, terbukti efektif mengatasi
2011
overload cairan pada klien, dibuktikan
dengan berkurangnya manifestasi
KESIMPULAN
overload cairan pada klien. Kepatuhan
1. Pada pengkajian didapatkan data
klien dalam mentaati jumlah konsumsi
ketidakseimbangan volume cairan
cairan menentukan kualitas hidup klien,
interstitial dan intravaskuler yaitu
semakin besar presentase Intradyalitic
edema ekstremitas bawah, pitting
Weight Gain (IDWG), maka akan
edema positif 4, haus, tidak ada
menimbulkan dampak buruk (Remela,
pantangan minuman kecuali yang
Ismonah, & Hendrajaya, 2016).
beralkohol dan tidak mematuhi
Sedangkan masalah resiko
pembatasan cairan, pusing, lemas,
kekurangan volume cairan intravaskuler
dan gatal, oliguria, intake cairan
masih ditemukan sering kehausan jika
berlebihan, konjungtiva anemis,
beraktivtas, haluaran urine sedikit
CRT > 3 detik, kulit hiperpigmentasi

34
dan kering. Peningkatan ureum dan pemantauan intake output dan
kreatinin serta penurunan Hb. pembatasan cairan pada penderita
2. Diagnosa keperawatan ditemukan GGK yang menjalani HD efektif
yaitu kelebihan volume cairan menurunkan derajat edema dan berat
intertisial berhubungan dengan badan.
kerusakan mekanisme regulasi dan
SARAN
resiko kekurangan volume cairan
Disarankan kepada perawat agar
intravaskuler berhubungan dengan
mengkaji input output cairan dan
kegagalan mekanisme regulasi.
elektrolit selama 24 jam dengan
3. Perencanaan keperawatan disusun
mengunakan fluid intake output chart
sesuai teori yang berfokus pada
dengan melibatkan pasien dan keluarga
pemantauan uf goal, blood flow, uf
dalam penatalaksanaan perawatan di
rate tiap jam dan TTV tiap jam,
rumah serta memberikan health
status cairan dan elektrolit,
education tentang manfaat tingkat
pembatasan cairan dan elektrolit,
kepatuhan terhadap pembatasan cairan
upaya untuk meningkatkan venous
dan elektrolit dalam meningkatkan
return dan meningkatkan adekuasi
kualitas hidup pasien.
urea reduction ration (URR) serta
Kepada peneliti selanjutnya agar
pemantauan status cairan dan tanda-
menggunakan subjek yang lebih banyak
tanda dehidrasi (turgor kulit,
sebagai pembanding serta melakukan
membrane mukosa, urine output,
pemeriksaan elektrolit sebelum dan
pemeriksaan CRT), dan membantu
sesudah HD.
mengontrol rasa haus.
4. Implementasi dilakukan sesuai
UCAPAN TERIMA KASIH
dengan rencana tindakan dengan
memodifikasi sesuai kondisi pasien. Terima kami ucapkan kepada

5. Pada evaluasi keperawatan, semua direktur RSUD Labuang Baji Makassar,

masalah belum teratasi, karena khususnya perawat di Ruangan

ketidakpatuhan pasien terhadap Hemodialisa atas bantuannya selama

pembatasan cairan secara optimal. pelaksanaan penelitian.

Tetapi pada hari ketiga dan keempat


terjadi penurunan derajat edema dan
berat badan. Dengan demikian,

35
DAFTAR PUSTAKA and Practice Vol 2. America:
Ali, A. B., Masi, G. N., & Kallo, V. Julie Levin Alexansder.
(2017). Perbandingan Kualitas
Hidup Pasien Gagag Ginjal Faruq, M. H. (2017). Upaya Penurunan
Kronik Dengan Comorbid Faktor Volume Cairan Pada Pasien
Diabetes Melitus dan Hipertensi. gagal Ginjal Kronis. 3-4. Diakses
2. Diakses dari jurnal.uinsu.ac.id dari eprints.ums.ac.id pada
pada Tanggal 26 Februari 2018 Tanggal 26 Februari 2018

Angraini, F., & Putri, A. F. (2016). Farida, A. (2010). Pengalaman Klien


Pemantauan Intake Output cairan Hemodialisa Terhadap Kualitas
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Hidup dalam Konteks Asuhan
Dapat Mencegah Overload Keperawatan . 1-3. Diakses dari
Cairan . 153. Doi: lib.ui.ac.id pada Tanggal 18 Mei
10.7454/jki.v19i3.475 pada 2018
Tanggal 26 Februari 2018
Graha, A. S. (2010). Adaptasi Suhu
Apriyaningsih, T. (2016). Asuhan Tubuh Terhadap Latihan dan
Keperawatan Pemenuhan Efek Cedera di Cuaca Panas dan
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Dingin. 125. Diakses dari
dengan Gagal Ginjal Kronik. 1. https://media.neliti.com pada
Diakses dari Tanggal 15 Mei 2018
elib.stikesmohgombong.ac.id
Harnanto, A. M., & Rahayu, S. (2016).
pada Tanggal 04 April 2018
Modul Kebutuhan Dasar
Berman, A., Erb, G., Kozier, B., & Manusia II. Jakarta: Pusdik SDM
Snyder, S. j. (2010). Buku Ajar Kesehatan. Diakses dari
Fundamental Keperawatan Edisi bppsdmk.kemkes.go.id pada
7 Volume 2. Jakarta: EGC. Tanggal 05 April 2018

Black, J. M., & Hawsk, J. H. (20014). Harlim, A., & Yogyartono, P. (2012).
Keperawatan Medikal Bedah: Pruritus uremik pada Penyakit
Manajemen Klinis Untuk Hasil Gagal Ginjal Kronik. 105.
yang Diharapkan . Singapore: Diakses dari https://anzdoc.com
Elsevier. pada Tanggal 18 mei 2018

Desnauli, E., & Efendi, F. (2011). Haryanti, I. P., & Nisa, K. (2014). Terapi
Indikator Kualitas Hidup Pasien Konservatif dan Terapi
Gagal Ginjal Kronik yang Pengganti Ginjal sebagai
Menjalani Hemodialisa Penatalaksanaan pada GGK. 3.
Berdasarkan Strategi Koping. 2- Diakses dari
4. Diakses dari http://e- juke.kedokteran.unila.ac.id pada
journal.unair.ac.id pada Tanggal Tanggal 04 April 2018
09 April 2018
Herdman, T. H. (2016). NANDA
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Internasional Inc. Diagnosis
Penelitian Keperawatan. Keperawatan Edisi 10. Jakarta:
Jakarta: Trans Info Media. EGC.

Erb's, & Kozier. (2012). Fundamentals Hutagol, E. V. (2016). Peningkatan


Of Nursing : concepts, Process Kualitas Hidup Penderita Gagal

36
Ginjal Kronik Yang Menjalani elib.stikesmohgombong.ac.id
Terapi Hemodialisa Melalui ada Tanggal 25 Maret
Psychological Intervension. 23.
Diakses dari ejurnaladkhkdr.com Meilanna, R., & Wiarsih, W. (2013).
pada Tanggal 28 Februari 2018 Hubungan Kepatuhan
Pembatasan Cairan Terhadap
Kozier, Barbara, Glenora, Audrey, Terjadinya Overload Pada Pasien
Snyder, & J, S. (2010). Buku Ajar Gagal Ginjal Kronik Post
Fundamental. Jakarta: Buku Hemodialisa . 1-12. Diakse dari
Kedokteran EGC. lib.ui.ac.id pada Tanggal 09
April 2018
Kozier, Barbara, Glenora, Berman,
Audrey, Snyder, et al. (Buku Muttaqin, A. (2009). Asuhan
Ajar Fundamental Keperawatan Klien dengan
Keperawatan). 2010. Jakarta: Gangguan Sistem
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kardiovaskuler. Jakarta:
Salemba Medika.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran
Pemenuhan Kebutuhan Cairan Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Asuhan
dan Elektrolit. 7. Diakses dari Keperawatan Gangguan Sistem
ners.unair.ac.id pada Tanggal 09 Perkemihan. Jakarta: Salemba
April Medika.
Kuntarti . (2005). Keseimbangan Cairan, Nurarif, H. A., & Kusuma, H. (2015).
Elektrolit, Asam dan Basa. 7. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Diakses dari staff.ui.ac.id pada Berdasarkan Diagnosa Medis &
Tanggal 18 Mei 2018 NANDA NIC-NOC . Jakarta:
Mediaction.
Lathifah J, A. U. (2016). Faktor Risiko
Kejadian Gagal Ginjal Kronik Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014).
Pada Usia Dewasa Muda. 1. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Diakses dari eprints.ums.ac.id Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
pada Tanggal 04 April 2018 Nuha Medika.
Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, Pranata, A. E. (2013). Manajemen
G. (2016). Buku Ajar Cairan dan Elektrolit.
Keperawatan Mwedikal Bedah Yogyakarta: Nuha Medika.
Vol 1 Edisi 5. Jakarta: EGC.
Putri, Y. M., & Wijaya, S. A. (2013).
Lestari , W. R. (2017). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Keperawatan Klien yang Yogyakarta: Nuha Medika.
Mengalami Gagal Ginjal Kronik
dengan Kelebihan Volume Ramela, M. I., Ismonah, & Hendrajaya.
Cairan . 81-94. Diakses dari (2016). Analisis Faktor-Faktor
elib.stikesmohgombong.ac.id yang Mempengaruhi Kepatuhan
pada Tanggal 21 April 2018 Pembatasan Asupan pada Klien
dengan Chronic Kidney Disease
Mardika, J. P. (2016). Asuhan yang Menjalani Hemodialisis. 1-
Keperawatan Kebutuhan 8. Diakses dari
Pemenuhan Cairan Elektrolit . 4. donwload.portalgaruda.org pada
Diakses dari Tanggal 05 April 2018

37
Roswati, E. (2013). Pruritus pada Pasien Suharti, N. (2014). Analisis Praktik
Hemodialisa. 1-3. Diakses dari Klinik Keperawatan Kesehatan
www.kalbemed.com pada masyarakat Perkotaan pada
Tanggal 18 Mei 2018 Pasien Gagal Ginjal kronis
dengan Intervensi pemberian
Saputra, L. (2013). Kebutuhan Dasar Coconut Oil pada Xerosis. 3.
Manusia. Jakarta: Bina Rupa Diakses dari lib.ui.ac.id pada
Aksara. Tanggal 19 Mei 2018
Savitri, Y. A., Linggarjati, D., & Sulistyaningsih , R. D. (2011).
Parmitasari, N. (2015). Efektivitas latihan Fisik Selama
Kepatuhan Paien Gagag Ginjal Hemodialisa terhadap
Kronis Dalam Melakukan Diet Peningkatan Kekuatan Otot
Ditinjau dari Dukungan Sosial Pasien Gagal Ginjal Kronis . 26-
Keluarga. 2. Diakses dari 27. Diakses dari
download.portalgaruda.org pada http://jurnal.unimus.ac.id pada
Tanggal 05 April 2018 Tanggal 19 mei 2018
Sari, L. R. (2016). Upaya Mencegah Tamsuri, A. (2009). Klien Gangguan
Kelebihan Volume Cairan pada Keimbangan Cairan dan
Pasien Chronic Kidney Disease . Elektrolit. Jakarta: Penerbit Buku
4. Diakses dari Kedokteran EGC.
http://jurnal.usu.ac.id pada
Tanggal 18 Mei 2015
Sarifuddin. (2015). Hubungan Tindakan
Hemodialisa dengan Perubahan
Tekanan Darah Pasien Pasca
Hemodialisa. 1-2. Diakses dari
download.portalgaruda.org pada
Tanggal 19 Mei 2018
Setyaningrum, S. (2016). Pemberian
Posisi kaki Ditinggikan 30
Derajat Diatas Tempat Tidur
Terhadap Penurunan Edema
Kaki . 17. Diakses dari
digilib.stikeskusumahusada.ac.id
pada Tanggal 19 Mei 2018
Sugianto, M. K. (2014). Analisa Praktik
Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dengan Intervensi Pemberian
Dukungan Untuk Persiapan Pre-
Hemodialisa. 33-34. Diakses dari
lib.ui.ac.id pada Tanggal 05 april
2018

38

You might also like