You are on page 1of 9

PENGARUH KEMAMPUAN KERJA DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI BADAN KESATUAN BANGSA DAN


POLITIK KOTA SEMARANG

Oleh:
Shabrina Anita Sari, Tri Yuniningsih

Jurusan Administrasi Publik Fakultas


Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email: fisip@undip.ac.id

ABSTRACT
Problems in this study were less than optimal performance of employees at the Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Semarang. The purpose of this study was to determine how
much influence the work ability and work motivation on employee performance. This study uses
a quantitative research with respondents a number of 33 employees are all employees of Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Semarang. The sampling technique used is the technique of
the census. The analytical tool used in this study is the Rank Correlation Coefficient Kendall,
Kendall Konkordasi coefficient, and the coefficient of determination. Results from this study
indicate that there is a positive and significant influence between the variables of work ability (X1)
with employee performance (Y) with correlation coefficient 0.335 amounting to KD 2.741 at
11.22%; there is a positive and significant influence between the variables of work motivation (X2)
with employee performance (Y) with correlation coefficient 0,331 and with a KD of
10.95%; and there are two variables influence work ability and work motivation on employee
performance amounted to KD 69.12 by 29.16%. The conclusion from this study is that the
performance of employees in the Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Semarang has been
good, the ability to work in the Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Semarang has been good,
and motivation to work in the Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Semarang is good.
The advice given is conducting training to all employees, inculcate discipline, reward and
punishment, inculcate cooperation, and more diffuse leaders to subordinates.

Key Words : Performance, Ability, Motivation


ABSTRAKSI

Permasalahan dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai yang kurang optimal di Badan
Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh kemampuan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai. Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan responden sejumlah 33 pegawai yaitu
seluruh pegawai Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Semarang. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah teknik sensus. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Koefisien Korelasi Rank Kendall, Koefisien Konkordasi Kendall, dan Koefisien Determinasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
kemampuan kerja (X1) dengan kinerja pegawai (Y) dengan koefisien korelasi sebesar 0,335 dengan
KD sebesar 11,22%; ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja (X2) dengan
kinerja pegawai (Y) dengan koefisien korelasi sebesar 0,331 dengan KD sebesar 10,95%; dan ada
pengaruh kedua variabel kemampuan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai sebesar
69,12 dengan KD sebesar 29,16%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kinerja pegawai di Badan Kesatuan Bangsa
Dan Politik Kota Semarang sudah baik, kemampuan kerja di Badan Kesatuan Bangsa Dan
Politik Kota Semarang sudah baik, dan motivasi kerja di Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota
Semarang sudah baik. Saran yang diberikan adalah menyelenggarakan diklat kepada seluruh
pegawai, menanamkan jiwa disiplin, memberikan reward dan punishment, menanamkan jiwa
kerjasama, dan pemimpin lebih membaur kepada bawahan.

Kata Kunci : Kinerja, Kemampuan, Motivasi

PENDAHULUAN kemasyarakatan secara efektif dan efisien.


Untuk melakukan pembenahan terhadap
A. LATAR BELAKANG kinerja pegawai, khususnya Pegawai Negeri
Pegawai negeri sipil (PNS) Sipil, di Indonesia memang sangat sulit
mempunyai peranan penting karena masalah ini bukan hanya
dalam penyelenggaran pemerintahan dan menyangkut tentang kemampuan dalam
pembangunan. Hal ini disebabkan melaksanakan pekerjaan akan tetapi juga
karena Pegawai Negeri Sipil (PNS) menyangkut mental, etos dan budaya kerja
merupakan unsur aparatur negara yang dari aparatur pemerintah.
melaksanakan pemerintahan dan
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
pembangunan dalam usaha mencapai tujuan
Kota Semarang adalah sebuah organisasi
nasional. Manusia adalah perencana, pelaku
atau institusi yang bergerak dalam sektor
sekaligus penentu terwujudnya tujuan
publik berperan dalam memperkokoh
organisasi. Dengan demikian pegawai negeri
persatuan dan kesatuan bangsa, ketahanan
sipil dituntut untuk memiliki kemampuan
nasional dalam menjaga, memelihara, serta
dalam menjalankan tugas dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan
tanggungjawabnya untuk berpartisipasi
bangsa di Kota Semarang. Sebagai pelayan
dalam pemerintahan, pembangunan dan
masyarakat, Badan Kesatuan Bangsa dan beberapa pegawai masih belum mahir
Politik Kota Semarang mempunyai kinerja mengoperasikan peralatan seperti komputer.
yang kurang baik. Badan Kesatuan Bangsa Walaupun sudah ada kursus komputer
dan Politik Kota Semarang mempunyai dengan mendatangkan orang dari lembaga
beberapa masalah berkaitan dengan kinerja tertentu, namun pegawai masih belum mahir
pegawai. Hal ini dapat dilihat dari fenomena mengoperasikannya. Hanya terdapat 2 orang
di lapangan seperti pegawai mengalami saja dari lembaga komputer yang
kesalahan dalam menyelesaikan pekerjaan. mengajarkan 33 orang pegawai
Kesalahan pegawai akan mengakibatkan menggunakan komputer. Kurangnya
pekerjaan yang seharusnya sudah dapat koordinasi antar pegawai dalam bekerja
diselesaikan akan diulangi ataupun diteliti sering menyebabkan kesalahpahaman. Ada
kembali sehingga dapat membuang-buang pegawai A yang menyelesaikan pekerjaan A
waktu dalam bekerja. Pekerjaan yang tetapi harus berhubungan dengan pekerjaan
diselesaikan tidak sesuai dengan target dan B yang diselesaikan pegawai B, namun
hasil yang telah ditentukan akan menambah pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan
beban pegawai dalam bekerja sehingga pegawai B inginkan yang berakibat pegawai
pekerjaan akan semakin berat. Pada saat jam A mengulangi pekerjaannya. Beberapa
kerja, masih terdapat pegawai yang masih pegawai yang baru bekerja di Badan
membuang jam kerja mereka. Beberapa Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang
pegawai telah absen di pagi hari tidak juga belum dapat memahami kompleksitas
langsung bekerja namun mereka mengobrol organisasinya. Dalam meningkatkan dan
dan merokok dahulu di ruang tertentu. mengembangkan kemampuan pegawai maka
Selain itu pegawai juga masih belum paham diperlukan pendidikan dan pelatihan. Para
terhadap tugas yang diberikan sehingga manajer berusaha untuk menemukan cara
pegawai merasa bingung dalam terbaik untuk memanfaatkan orang-orang,
mengerjakan. Kriteria sumber daya manusia agar mencapai tujuan organisasi dan
minimum dalam sebuah badan adalah 50 meningkatkan kinerja organisasi
pegawai, namun dalam Badan Kesatuan Selain kemampuan pegawai, faktor
Bangsa dan Politik Kota Semarang hanya lain yang menjadi kendala adalah motivasi
memiliki 33 pegawai sehingga belum kerja. Beberapa permasalahan yang
memenuhi kriteria yang ditunjukkan dengan berkaitan dengan motivasi seperti pegawai
Kepala Badan terdapat 1 pegawai, dalam bekerja kurang mempunyai tanggung
Sekretariat terdapat 11 pegawai, Bidang jawab sehingga untuk menyelesaikan
Ideologi dan Kewaspadaan Nasional pekerjaan pegawai terlalu santai dan tidak
terdapat 7 pegawai, Bidang Ketahanan sesuai denga hasil yang diinginkan. Pegawai
Bangsa terdapat 7 pegawai, dan Bidang merasa bahwa pegawai kurang mendapat
Politik Dalam Negeri terdapat 7 pegawai. kesempatan dalam mencoba tugas-tugas
Suatu organisasi dapat berkembang baru yang sebenarnya mereka ingin lakukan,
dan bertahan, apabila didukung oleh pegawai sebenarnya ingin mencoba tugas-
pegawai yang mempunyai kemampuan di tugas yang baru dan lebih menantang
bidangnya. Kemampuan pegawai yang sehingga pegawai tidak bosan dengan tugas
disesuaikan dengan bidang pekerjaan yang yang sama dan ada motivasi yang lebih
dibutuhkan oleh organisasi akan dapat besar untuk mengerjakan tugas baru. Selain
menghasilkan kinerja pegawai yang itu pemimpin kurang memberikan reward
berprestasi. Beberapa permasalahan kepada pegawai yang berprestasi sehingga
kemampuan yang dialami pegawai adalah motivasi dalam bekerja menjadi rendah.
Pegawai akan cenderung termotivasi apabila (Y) di Badan Kesatuan Bangsa dan
prestasi yang mereka berikan diharga oleh Politik Kota Semarang?
pemimpin seperti pemberian penghargaan. 2. Untuk mendeskripsikan kinerja
pegawai (Y), kemampuan kerja (X1),
Oleh karena itu, peneliti tertarik dan motivasi kerja (X2) di Badan
meneliti dan membuktikan adanya hubungan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
serta adanya pengaruh antara kemampuan Semarang.
kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja 3. Untuk menganalisis hubungan dan
pegawai dengan judul penelitian pengaruh kemampuan kerja (X1)
“PENGARUH KEMAMPUAN KERJA terhadap kinerja pegawai (Y) di
DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
KINERJA PEGAWAI DIBADAN Kota Semarang.
KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 4. Untuk menganalisis hubungan dan
KOTA SEMARANG”. pengaruh motivasi kerja (X2)
B. RUMUSAN MASALAH terhadap kinerja pegawai (Y) di
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Berdasarkan uraian yang telah Kota Semarang.
disebutkan pada latar belakang, maka 5. Untuk menganalisis hubungan dan
rumusan masalah dalam penelitian ini pengaruh kemampuan kerja (X1) dan
adalah : motivasi kerja (X2) terhadap kinerja
1. Bagaimana kinerja pegawai (Y), pegawai (Y) di Badan Kesatuan
kemampuan kerja (X1), dan Bangsa dan Politik Kota Semarang.
motivasi kerja (X2) di Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota D. KERANGKA TEORI
Semarang?
Lijan Poltak Sinambela, dkk
2. Bagaimana hubungan dan pengaruh (2011:136), mengemukakan bahwa kinerja
kemampuan kerja (X1) terhadap pegawai didefinisikan sebagai kemampuan
kinerja pegawai (Y) di Badan pegawai dalam melakukan suatu keahlian
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota tertentu. Kinerja pegawai sangatlah perlu,
Semarang? sebab dengan kinerja ini akan diketahui
seberapa jauh kemampuan pegawai dalam
3. Bagaimana hubungan dan pengaruh melaksanakan tugas yang dibebankan
motivasi kerja (X2) terhadap kepadanya. Pengertian kinerja menurut
kinerja pegawai (Y) di Badan Prawirosentono (dalam Sinambela, 2012:5)
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota didefinisikan sebagai hasil kerja yang dapat
Semarang? dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
C. TUJUAN
wewenang dan tanggung jawab masing-
Tujuan penelitian ini adalah untuk masing, dalam rangka upaya mencapai
mengetahui faktor-faktor yang tujuan organisasi bersangkutan secara legal,
mempengaruhi kinerja antara lain : tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral dan etika.
1. Bagaimana hubungan dan pengaruh
kemampuan kerja (X1) dan motivasi Dari beberapa pendapat para ahli
kerja (X2) terhadap kinerja pegawai tersebut, maka dapat disimpulkan pengertian
kinerja pegawai dalam penelitian ini adalah
pencapaian prestasi kerja yang dicapai oleh melaksanakan tugas/pekerjaan (Gibson,
pegawai dalam pelaksanaan tugas guna 2007:215). Menurut Winardi (2004:201)
mencapai tujuan organisasi. kemampuan merupakan sebuah sifat (yang
melekat pada manusia atau yang dipelajari)
Menurut Robbins (2008), kinerja yang memungkinkan seseorang
adalah sebagai fungsi dari interaksi antara melaksanakan suatu tindakan atau pekerjaan
kemampuan (ability), motivasi (motivasion) mental atau fisikal. Menurut Miftah Toha
dan keinginan (obsetion). Menurut Mitchell (2007:74) kemampuan kerja merupakan
(dalam Sinambela, 2012:9), kinerja yang salah satu unsur dalam kematangan
baik akan dipengaruhi oleh dua hal yaitu berkaitan dengan pengetahuan atau
tingkat kemampuan dan motivasi kerja yang ketrampilan yang dapat diperoleh dari
baik. Kemampuan seseorang dipengaruhi pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman.
pemahamannya atas jenis pekerjaan dan
ketrampilan melakukannya, oleh karenanya Menurut Robbins dan Judge
seseorang harus dapat meningkatkan (2008:58) terdapat dua kemampuan kerja
kemampuan dan ketrampilannya. Selain itu yaitu (1) Kemampuan intelektual adalah
kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja kemampuan yang dibutuhkan untuk
tidaklah dapat diabaikan. Meskipun melakukan berbagai aktivitas mental,
kemampuan pegawai sangatlah baik apabila berpikir, menalar, dan memecahkan suatu
motivasi kerjanya rendah, tentu kinerjanya masalah. (2) Kemampuan Fisik adalah
akan rendah. Dengan demikian Mitchel kemampuan melakukan tugas-tugas yang
memformulasikan kinerja adalah fungsi dari menuntut stamina, ketrampilan, kekuatan
kemampuan dikali motivasi. dan karakteristik serupa.

Gibson (2007) menyatakan terdapat Berkaitan dengan konsep


tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kemampuan, ketrampilan atau keahlian
kinerja dan perilaku yaitu : (1) variabel pegawai, Paul Hersey dan Blanchard (dalam
individu, yang meliputi kemampuan dan Herlani, 2011:27) mengemukakan ada tiga
ketrampilan, fisik maupun mental, latar jenis kemampuan dasar yang harus dimiliki
belakang, pengalaman dan demografi, umur yaitu (1) Kemampuan teknis (Technical
dan jenis kelamin, asal usul, dan sebagainya, skill) meliputi kemampuan untuk
(2) variabel organisasi yaitu sumber daya, menggunakan pengetahuan, metode, teknis
kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain dan peralatan yang diperlukan, (2)
pekerjaan, (3) variabel psikologis yaitu Kemampuan sosial (Social skill) meliputi
persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kemampuan dalam bekerja dengan melalui
kepuasan kerja dan motivasi. Menurut motivasi orang lain yang mencakup
Hersey & Blancard (dalam Sinambela, pemahaman tentang motivasi dan penerapan
2012:7) kinerja merupakan suatu fungsi dari kepemimpinan yang efektif, (3)
motivasi dan kemampuan. Untuk Kemampuan konseptual (Conceptual skill)
menyelesaikan tugas dan pekerjaan, merupakan kemampuan memahami
seseorang harus memiliki derajat kesediaan kompleksitas organisasi secara menyeluruh.
dan tingkat kemampuan tertentu Terdapat banyak pengertian tentang
Kemampuan adalah sifat yang motivasi. Di antaranya adalah Nawawi
dibawa sejak lahir/dipelajari yang (2005:351) yang menyatakan bahwa
memungkinkan seseorang menyelesaikan motivasi adalah motiv yang berarti
tugasnya (Gibson, 2007:54). Kemampuan dorongan, sebab atau alasan seseorang
menunjukkan potensi orang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian
motivasi berarti suatu kondisi yang E. METODE PENELITIAN
mendorong atau menjadi sebab sadar. Tipe penelitian yang digunakan
Sedangkan Stephen P. Robbins (2003:156) dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
menyatakan motivasi sebagai proses yang eksplanatori (penjelasan) dengan analisis
menyebabkan intensitas (intensity), arah data kuantitatif. Populasi dan sampel yang
(direction), dan usaha terus-menerus digunakan adala keseluruhan pegawai Badan
(persistence) individu menuju pencapaian Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang
tujuan. Hani Handoko (2003:252) berjumlah 33 orang pegawai. Pengujian
mendefinisikan motivasi sebagai keadaan hipotesis yang digunakan dalam penelitian
pribadi seseorang yang mendorong ini adalah koefisien korelasi rank kendall
keinginan individu untuk melakukan digunakan untuk mengukur tingkat
kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
hubungan antara variabel X dan variabel Y.
Motivasi bukanlah suatu yang dapat diamati,
Koefisien Konkordasi Kendall (W)
tetapi disimpulkan adanya karena sesuatu
digunakan untuk mengukur derajat asosiasi
perilaku yang tampak kebutuhan dan
antara variabel X1, X2, dan Y secara
keinginan yang ada dalam diri seseorang
bersama-sama. Koefisien Determinasi
akan menimbulkan motivasi internalnya.
digunakan untuk mengetahui berapa persen
Kekuatan ini mempengaruhi pikirannya
pengaruh variabel kemampuan kerja (X1)
yang selanjutnya mengarahkan perilaku.
serta variabel motivasi kerja (X2)
Ada beberapa teori motivasi dan mempengaruhi variabel kinerja pegawai (Y).
hasil riset yang berusaha memberikan Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%
penjelasan tentang hubungan perilaku dan maka ketentuan mengenai pengujian
hasilnya. Teori Hierarki Kebutuhan menurut hubungan antar variabel diindikasikan
Abraham Maslow (dalam Sutrisno, 2009). dengan:
Inti dari teori Maslow adalah bahwa • Nilai signifikansi atau probabilitas
kebutuhan itu tersusun dalam bentuk lebih kecil dari 0,05 (sig. < 0,05)
hierarki. Kebutuhan-kebutuhan tersebut yang artinya terdapat hubungan
adalah fisiologis, rasa aman, social, positif yang signifikan sehingga Ho
penghargaan, dan aktualisasi diri. ditolak dan Ha diterima.
• Nilai signifikansi atau probabilitas
Teori Kebutuhan menurut
lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05) yang
McClelland (dalam Sutrisno, 2009)
artinya tidak ada hubungan yang
mengemukakan bahwa motivasi erat
signifikan sehingga Ho diterima dan
hubungannya dengan konsep belajar.
Ha ditolak.
McClelland mengemukakan, apabila
seseorang yang sangat mendesak untuk
HASIL PEMBAHASAN
memenuhi kebutuhan itu, maka akan
memotivasi orang tersebut untuk berusaha 1. Kinerja Pegawai (Y), Kemampuan
keras memenuhi kebutuhannya. Teori ini Kerja (X1), Motivasi Kerja (X2)
berfokus pada tiga kebutuhan yaitu
Kebutuhan untuk prestasi (need for Dapat diketahui bahwa penilaian
achievement), kebutuhan untuk kekuasaan sebagian besar pegawai mengenai variabel
(need for power), kebutuhan untuk kinerja pegawai tergolong baik dengan rata-
berafiliasi / bersahabat (need for affiliation). rata sebesar 2,78 yang berada pada interval
2,52 – 3,27. Sebanyak 11 pegawai (33,3%)
menyatakan bahwa variabel kinerja pegawai
baik, dan 9 pegawai (27,3%) menyatakan disimpulkan bahwa nilai KD yang diperoleh
kinerja pegawai sangat baik. Sedangkan 10 menunjukkan variabel kinerja pegawai (Y)
pegawai (30,3%) menyatakan bahwa terjadi perubahan sebesar 11,22% yang
variabel kinerja pegawai dianggap kurang disebabkan oleh variabel kemampuan kerja
baik, dan 3 pegawai (9,1%) beranggapan (X1), sedangkan sisanya sebesar 88,78%
tidak baik. Dapat diketahui bahwa penilaian dipengaruhi faktor lain.
sebagian besar pegawai mengenai variabel
kemampuan kerja pegawai tergolong baik 3. Pengaruh Variabel Kemampuan
dengan rata-rata sebesar 2,57 yang berada Kerja (X1) terhadap Variabel Kinerja
pada interval 2,52 – 3,27. Sebanyak 13 Pegawai (Y)
pegawai (39,4%) menyatakan bahwa Dalam analisis yang menggunakan
variabel kemampuan kerja pegawai baik, program SPSS diperoleh koefisien korelasi
dan 5 pegawai (15,2%) menyatakan antara motivasi kerja (X2) terhadap kinerja
kemampuan kerja pegawai sangat baik. pegawai (Y) sebesar 0,331, apabila taraf
Sedangkan 11 pegawai (33,3%) menyatakan signifikansi < 0,05 maka hubungan yang
bahwa variabel kemampuan kerja pegawai dimiliki oleh motivasi kerja dengan kinerja
dianggap kurang baik, dan 4 pegawai pegawai adalah positif. Koefisien korelasi
(12,1%) beranggapan tidak baik. Dapat yang dihasilkan sebesar 0,331 yang artinya
diketahui bahwa penilaian sebagian besar berada di antara 0,20 – 0,399 maka
pegawai mengenai variabel motivasi kerja hubungan yang dimiliki motivasi kerja
tergolong baik dengan rata-rata sebesar 2,66 dengan kinerja pegawai adalah positif
yang berada pada interval 2,52 – 3,27. rendah. Berdasarkan hasil perhitungan
Sebanyak 14 pegawai (42,4%) menyatakan Koefisien Determinasi (KD) tersebut dapat
bahwa variabel motivasi kerja baik, dan 5 disimpulkan bahwa besarnya nilai KD yang
pegawai (36,3%) menyatakan motivasi kerja diperoleh menunjukkan bahwa pada variabel
sangat baik. Sedangkan 12 pegawai (15,2%) kinerja pegawai (Y) terjadi perubahan
menyatakan bahwa variabel motivasi kerja sebesar 10,95% yang disebabkan oleh
dianggap kurang baik, dan 2 pegawai (6,1%) variabel motivasi kerja (X2), sedangkan
beranggapan tidak baik. 11,22% dipengaruhi oleh kemampuan kerja
2. Pengaruh Variabel Kemampuan dan sisanya sebesar 77,83% dipengaruhi
Kerja (X1) terhadap Variabel Kinerja faktor lain.
Pegawai (Y)
4. Pengaruh Variabel Kemampuan
Dalam analisis yang menggunakan Kerja (X1) dan Motivasi Kerja (X2)
program SPSS diperoleh koefisien korelasi terhadap Variabel Kinerja Pegawai
antara kemampuan kerja (X1) terhadap (Y)
kinerja pegawai (Y) sebesar 0,335, apabila
taraf signifikansi < 0,05 maka hubungan Dalam analisis dengan perhitungan
program SPSS diketahui bahwa W = 0,540
yang dimiliki oleh kemampuan kerja dengan
sebagai koefisien konkordasi kendall dan
kinerja pegawai adalah positif. Koefisien diperoleh X2 sebesar 69,12. Dengan taraf
korelasi yang dihasilkan sebesar 0,335 yang signifikansi 5% dan dengan hasil X2 tabel =
artinya berada di antara 0,20 – 0,399 maka 46,194. Jika X2 hitung > X2 tabel maka
hubungan yang dimiliki kemampuan kerja hipotesis diterima yang artinya ada pengaruh
dengan kinerja pegawai adalah positif antara kemampuan kerja dan motivasi kerja
rendah. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap kinerja pegawai. Sebaliknya jika
Koefisien Determinasi (KD) tersebut dapat
X2 hitung < X2 tabel maka hipotesis ditolak organisasi, tingkat menjaga
yang artinya tidak ada pengaruh antara kekompakan tim. Dari uji signifikansi
kemampuan kerja dan motivasi kerja Rank Kendall 5% bahwa ada pengaruh
terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan hasil positif antara variabel kemampuan kerja
perhitungan di aats dapat kita ketahui bahwa (X1) terhadap variabel kinerja pegawai
X2 hitung > X2 tabel yaitu 69,12 > 46,194 (Y) sehingga hipotesis diterima.
yang artinya hipotesis diterima sehingga ada Sedangkan Koefisien Determinasi (KD)
pengaruh positif antara kemampuan kerja sebesar 11,22% sisanya sebesar 88,78%
dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai dipengaruhi oleh variabel lain.
di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Semarang. Nilai keofisien determinasi 3. Dari hasil penelitian variabel motivasi
kemampuan kerja dan motivasi kerja kerja (X2) di Badan Kesatuan Bangsa
terhadap kinerja pegawai adalah sebesar dan Politik dapat dikategorikan baik
29,16%. Hal ini mengandung arti bahwa walaupun belum optimal. Hal tersebut
besarnya pengaruh yang diberikan
dapat dibuktikan dengan masih ada hal-
kemampuan kerja dan motivasi kerja
hal yang masih kurang baik sebanyak
terhadap kinerja pegawai adalah sebesar
29,16%. Sedangkan sisanya sebesar 70,84% 15,2% dan tidak baik sebanyak 6,1%.
merupakan pengaruh faktor lain tidak hanya Hal ini nampak pada tingkat kesempatan
kemampuan kerja dan motivasi kerja saja mencoba tugas baru, tingkat antusiasme
yang mendeterminasikan kinerja pegawai. mencoba tugas baru, tingkat antusias
mendapat penghargaan, tingkat
keinginan untuk menjabat lebih tinggi,
KESIMPULAN DAN SARAN tingkat kompetisi dengan teman. Dari uji
signifikansi Rank Kendall 5% bahwa
Kesimpulan ada pengaruh positif antara variabel
1. Dari hasil penelitian variabel kinerja motivasi kerja (X2) terhadap variabel
pegawai (Y) di Badan Kesatuan Bangsa kinerja pegawai (Y) sehingga hipotesis
dan Politik dapat dikategorikan baik diterima. Sedangkan Koefisien
walaupun belum optimal. Hal tersebut Determinasi (KD) sebesar 10,95% dan
dapat dibuktikan dengan masih ada hal- sisanya sebesar 89,05% dipengaruhi oleh
hal yang masih kurang baik sebanyak variabel lain.
30,3% dan tidak baik sebanyak 9,1%. 4. Berdasarkan analisis Konkordasi
Hal ini nampak pada tingkat Kendall dengan taraf signifikansi 5%
keterlambatan dan tingkat kehilangan antara variabel kemampuan kerja (X1)
jam kerja. dan motivasi kerja (X2) terhadap kinerja
2. Dari hasil penelitian variabel pegawai (Y) pada Badan Kesatuan
kemampuan kerja (X1) di Badan Bangsa dan Politik Kota Semarang
Kesatuan Bangsa dan Politik dapat menyatakan ada pengaruh positif antara
dikategorikan baik walaupun belum kemampuan kerja dan motivasi kerja
terhadap kinerja pegawai sebesar 0,540
dengan X2 sebesar 69,12 artinya X2
optimal. Hal tersebut dapat dibuktikan 2
hitung > X tabel (69,12 > 46,194).
dengan masih ada hal-hal yang masih

kurang baik sebanyak 33,3% dan tidak Sedangkan Koefisien Determinasi (KD)
sebesar 29,16% sisanya sebesar 70,84%
baik sebanyak 12,1%. Hal ini nampak
dipengaruhi oleh variabel lain seperti
pada tingkat mengoperasikan peralatan,
kepemimpinan, disiplin.
tingkat mengetahui kompleksitas
Saran Handoko, T Hani. 2012. Pengantar
Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Berdasarkan hasil penelitian ini

maka dapat disampaikan beberapa saran Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen
untuk sebagai berikut: Sumber Daya Manusia (Edisi
Revisi). Jakarta : Bumi Aksara.
1. Kinerja pegawai di Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik Kota Semarang perlu Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Sumber
ditingkatkan dalam hal tingkat Daya Manusia, untuk bisnis yang
keterlambatan dan tingkat kehilangan kompetitif. Yogyakarta : UGM-Pers.
jam kerja dengan cara, menanamkan
jiwa disiplin kepada setiap pegawai Paul, Hersey dan Kenneth H Blanchard.
dengan pemberian teladan dari pimpinan 1986. Manajemen Perilaku
atau apabila perlu diberikan reward dan Organisasi Pendayagunaan Sumber
punishment dari pimpinan. Daya Manusia. Jakarta : Erlangga.
2. Kemampuan kerja di Badan Kesatuan Reksohadiprojo, Sukanto dan Handoko, T.
Bangsa dan Politik Kota Semarang perlu Hani. 2002. Organisasi Perusahaan
ditingkatkan dalam hal mengoperasikan Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE
peralatan, tingkat mengetahui
kompleksitas organisasi, tingkat menjaga Robbins, Stephen. 2008. Perilaku
kekompakan tim dengan cara Organisasi. Jakarta : Salemba
mengikutsertakan dalam diklat untuk Empat.
semakin meningkatkan softskill pegawai,
perlunya menanamkan jiwa kerjasama Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja
tim melalui outbond Pegawai Teori Pengukuran dan
3. Motivasi kerja di Badan Kesatuan Implikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Bangsa dan Politik Kota Semarang perlu
Sudarmanto. 2009. Kinerja dan
ditingkatkan dalam hal tingkat
Pengembangan Kompetensi SDM.
kesempatan mencoba tugas baru, tingkat
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
antusiasme mencoba tugas baru, tingkat
antusias mendapat penghargaan, tingkat Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
keinginan untuk menjabat lebih tinggi, Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
tingkat kompetisi dengan teman dengan Bandung : Alfabeta.
cara memberikan kesempatan yang sama
kepada semua pegawai untuk Thoha, Miftah. 2001. Perilaku Organisasi
melaksanakan/mencoba tugas baru Konsep Dasar dan Aplikasinya.
sehingga pegawai merasa dihargai, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
memberikan reward kepada pegawai
yang berprestasi seperti kenaikan jabatan Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta
atau penambahan intensif, menanamkan : RajaGrafindo Persada.
jiwa kerjasama kepada setiap pegawai. Winardi. 2004. Manajemen Perilaku
Organisasi. Jakarta : Prenada Media
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber
Gibson, James L. 2007. Organisasi Daya Manusia. Jakarta : Salemba
Perilaku, Struktur Dan Proses. Empat.
Jakarta: Erlangga

You might also like