You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 12-48


BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Gombong II
Kabupaten Kebumen Tahun 2017)

Ratnaningtyas Ayu Mardani, Siti Fatimah Pradigdo, Atik Mawarni


Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas
Diponegoro
Email: ratnaningtyasam@gmail.com

ABSTRACT

The findings of pneumonia cases in Kebumen in 2016 as many as 764 cases per
10,000 children under five, where the highest incidence of cases in Puskesmas
Gombong II, which is 508 cases. The purpose of this study was to determines the
risk factors of pneumonia in children aged 12-48 months in Puskesmas Gombong
II in 2017. This study is a descriptive study analitic using case control approach.
The research subject as many as 80 children aged 12-48 months consisting of 40
cases and 40 controls taken through criteria inclusion, were analyzed by chi-
square test and yates correction. The data were obtained from a questionnaire
related to gender, a history of low birth weight, immunization history, nutritional
status, history of exclusive breastfeeding, family smoking, and the density of
residential living. The results showed the seven risk factors were examined three
of them are risk factors for pneumonia, sex (p=0,014; CI=1,234-7,706;
OR=3,095), history of exclusive breastfeeding (p=0,014; CI=1,247-7,781;
OR=3,115), and the population density (p=0,003; CI=1,598-11,093; OR=4,210),
whereas the other four is not a risk factor such a history of low birth weight
(p=0,356; CI=0,462-40,608; OR=4,333), history of immunization (p=0,671;
CI=0,364-12,240; OR=2,111), nutrition status (p=0,176; CI=0,625-10,950;
OR=2,616), and family smoking (p=0,098; CI=0,856-5,742; OR=2,217). Despite
smoking inside the house (p=0,012; CI=1,291-11,057; OR=3,778) and near by
children (p=0,002; CI=1,787-20,147; OR=6,000) are counted as risk factors of
pneumonia. This study recommends to be more intense for Puskesmas
Gombong II in educating the citizens related to what is meant of pneumonia and
the risk factors.

Keywords : Pneumonia, Children, Risk Factor, Kebumen


Bibliography : 70 (2002-2016)

PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Riset tinggi dibeberapa daerah.1Persentse
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pneumonia di Indonesia tahun 2013
tahun 2013, insiden pneumonia sebesar 24,46%, pada tahun 2014
paling tinggi menjangkiti balita yang mengalami peningkatan menjadi
berusia antara 12-23 bulan. 29,47%, dan kembali mengalami
Persentase mereka mencapai angka peningkatan hingga dua kali lipat
21,7%. Meskipun prevalesinya pada tahun 2015 dengan ditemukan
menurun dari hasil RISKESDAS pneumonia sebesar 63,45%.2Dari
tahun 2007, tetapi masih saja tetap laporan UNICEF tahun 2015

581
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Indonesia merupakan 10 negara Sedangkan faktor ekstrinsik


dengan kematian balita terbesar merupakan faktor yang tidak ada
akibat pneumonia. Dalam data pada balita meliputi kepadatan
tersebut, disebutkan bahwa pada tempat tinggal, tipe rumah, ventilasi,
2015, Indonesia memiliki angka jenis lantai, pencahayaan,
kematian 147 ribu balita. kepadatan hunian, kelembaban,
Propinsi Jawa Tengah sendiri jenis bahan bakar, penghasilan
menemukan dan menangani keluarga, serta faktor ibu baik
penderita pneumonia pada balita pendidikan, umur ibu juga
tahun 2015 sebesar 53,31%, pegetahuan ibu dan keberadaan
meningkat cukup signifikan keluarga yang merokok. 8
dibandingkan capaian tahun 2014 Berdasarkan uraian di atas
yaitu 26,11% dan tahun 2013 maka pertanyaan penelitian yang
sebesar 25,85%.3 didapatkan adalah “Faktor apa saja
Data Dinas Kesehatan yang merupakan faktor risiko
Kabupaten Kebumen sejak tahun kejadian pneumonia pada anak usia
2013 hingga 2015 penemuan dan 12-48 bulan di Wilayah Kerja
penangganan kasus balita Puskesmas Gombong II, Kabupaten
pneumonia terus mengalami Kebumen Tahun 2017?”
fluktuasi. Pada tahun 2013
ditemukan kasus sebanyak 864 per METODE PENELITIAN
10.000 balita, kemudan pada turun Jenis penelitian ini termasuk
menjadi 772 per 10.000 balita pada penelitian kuantitatif dengan
tahun 2014 dan 636 per 10.000 pendekatan case control.
balita pada tahun 2015, akan tetapi Pengumpulan data dilakukan melalui
kembali mengalami peningkatan wawancara dengan alat bantu
pada tahun 2016 dengan kuesioner. Sampel penelitian ini
ditemukannya kasus balita menggunakan simple random
pneumona sebanyak 764 per 10.000 sampling didapatkan sampel
balita. berjumlah 80respondenkasus dan
Puskesmas Gombong II kontrol. Analisis data yang dilakukan
merupakan 10 besar Puskemas yaitu analisis univariat danbivariat
dengan temuan pneumonia balita dengan uji Chi-Square (taraf
terbanyak di Kabupaten Kebumen di signifikansi 5%). Penelitian ini
tahun 2016. Pada tahun 2016 sendiri menguji faktor risiko jenis kelamin,
telah diemukan 508 kasus balita riwayat BBLR, riwayat imunisasi,
pneumonia di wilayah kerja status gizi, pemberian ASI Eksklusif,
Puskesmas Gombong II, ini anggota keluarga merokok dan
merupakan temuan kasus terbanyak kepadatan hunian dengan kejadian
diantara seluruh Puskesmas yang pneumonia pada anak usia 12-48
ada.4567 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Ada dua faktor yang Gombong II.
berhubungan dengan kejadian
pneumonia yatu faktor instrinsik dan HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik 1. Jenis Kelamin
merupakan faktor yang ada pada
balita, meliputi umur balita, jenis
kelamin, berat badan lahir rendah,
status imuniasi, pemberian ASI,
pemberian vitamin A, dan status gizi.

582
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kelompok Kelompok
Kasus Kasus
90
[P [P %
Laki-laki
E… ER 10Lengkap
Tidak
Perempuan
C… %
Lengkap

Kelompok Kelompok
Kontrol
62 Kontrol
37 95
.5
Laki-laki %
.5
%
%
Perempuan Tidak5Lengkap
%
Lengkap
Gambar 1 Dsitribusi Jenis Kelamin
Kelompok Kasus dan Kontrol Gambar 3 Distribusi Status
Hasil univariat (Gambar 1) Imunisasi Kelompok Kasus dan
diketahui bahwa responden Kontrol
berjenis kelamin laki-laki pada Hasil univariat (Gambar 3)
kelompok kasus sebanyak 65%, diketahui bahwa responden
sedangkan pada kelompok dengan riwayat imunisasi tidak
kontrol anak dengan jenis kelamin lengkap pada kelompok kasus
laki-laki hanya sebanyak 37,5%. sebesar 10%, sedangkan pada
2. Riwayat BBLR kelompok kontrol hanya sebesar
Kelompok 5%.
Kelompok 4. Status Gizi
[V
Kontrol
Kasus
90 [V
AL
% AL
U… Kelompok
10 U… Kasus
[V
% AL [V
Ya Tidak Ya Tidak
U…AL
Gizi Kurang
U…
Gambar 2 Distribusi Riwayat
BBLR Kelompok Kasus dan Gizi Baik
Kontrol
Hasil univariat (Gambar 2) Kelompok
diketahui bahwa responden Kontrol
[V
dengan riwayat BBLR pada AL
[V
U…
kelompok kasus sebesar 10%, AL
Gizi Kurang
sedangkan pada kelompok U…
Gizi Baik
kontrol hanya sebesar 2,5%. Gambar 4
3. Riwayat Imunisasi Distribusi Status Gizi Kelompok
Kasus dan Kontrol
Hasil univariat (Gambar 4)
diketahui bahwa responden
dengan status gizi kurang pada
kelompok kasus sebesar 17,5%,
sedangkan pada kelompok
kontrol hanya sebesar 7,5%.
5. Riwayat ASI Eksklusif

583
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
2356
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kelompok
Kasus
60
40
% Eksklusif
Tidak %
Eksklusif

Kelompok
Kontrol
[V [V
AL
AL Eksklusif
Tidak
U… U…
U
Eksklusif

Gambar 5 Distribusi Riwayat ASI Gambar 7 Distribusi Tempat


Eksklusif pada Kelompok Kasus Anggota Keluarga Merokok pada
Hasil univariat (Gambar 5) Kelompok Kasus
diketahui bahwa responden Hasil univariat (Gambar 7)
dengan ASI tidak eksklusif pada diketahui bahwa responden yang
kelompok kasus sebesar 60%, anggota keluarganya merokok di
sedangkan pada kelompok dalam rumah pada kasus sebesar
kontrol sebesar 32,5%. 40%, sedangkan pada kelompok
6. Anggota Keluarga Merokok kontrol sebesar 15%.
8. Sikap
Kelompok
Kasus
75
%
25
Ada %Tidak

Kelompok
Kontrol
[V [V
AL AL
U… U…
U
Ada Tidak

Gambar 6 Distribusi Anggota


Keluarga Merokok pada
Kelompok Kasus
Hasil univariat (Gambar 6) Gambar 4.8 Distribusi Merokok
diketahui bahwa responden yang Dekat Anak pada Kelompok Kasus
memilki anggota keluarga Hasil univariat (Gambar 7)
merokok kelompok kasus sebesar diketahui bahwa responden
75%, sedangkan pada
pa kelompok dengan anggota keluarga
kontrol sebesar 52,5%. merokok dekat anak pada kasus
7. Pengetahuan sebesar 40%, sedangkan pada
kelompok kontroll sebesar 10%.
9. Kepadatan Hunian

584
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
2356
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

umum dalam ukuran tertentu


saluran pernapasan anak laki –
laki lebih kecilil dibandingkan
dengan anak perempuan. Hal
ini dapat meningkatkan
frekuensi penyakit saluran
pernapas. 10
Hal ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan
Hananto dimana anak laki-laki
laki
berpeluang menderita
pneumonia 1,46 kali
dibandingkan anak perempuan,
serta penelitian
Gambar 4. 9 Distribusi Kepadatan
Sunyataningkamto menyatakan
Hunian pada Kelompok Kasus
juga menyelaskan bahwa anak
Hasil univariat (Gambar 9)
laki-laki
laki mempu
mempunyai risiko
diketahui bahwa responden
pneumonia sebesar 1,5 kali
yang tinggal di hunian
hunia padat
dibandingkan dengan anak
pada kelompok kasus sebesar
perempuan.1112
55%, sedangkan pada
11. Hubungan antara Riwayat
kelompok kontrol sebesar
BBLR dengan Kejadian
22,5%.
Pneumoni
10. Hubungan antara Jenis
Tidak ada hubungan
Kelamin dengan Kejadian
bermakna antara riwayat BBLR
Pneumonia
dengan kejadian pneumonia
Ada hubungan bermakna
pada anak usia 12-48 12 bulan
antara jenis kelamin dengan
(p=0,356),, serta riwayat BBLR
kejadian pneumonia pada anak
bukan merupakan faktor risiko
usia 12-48
48 bulan
kejadian pneumonia pada anak
(p=0,014),serta
,serta jenis kelamin
usia 12-4848 bulan di Wilayah
laki-laki
laki merupakan faktor risiko
Kerja Puseksmas Gombong II.
kejadian pneumonia pada anak
Hal tersebut sejalan dengan
susia 12-48
48 bulan (OR=3,095).
penelitian yang dilakukan oleh
Walaupun tidak selalu namun
Susi Hartanti dimana riwayat
anak dengan jenis kelamin laki-
laki
BBLR secara statistik tidak
laki lebih rentan terkenan
memilki hubungan bermakna
pneumonia dibandingkan anak
dengan kejadian pneumonia
jenis kelamin perempuan. Hal
=0,68).13 Hal senada
(p-value=0,68).
tersebut juga sesuai dengan
juga dikemukakan oleh
teori yang dikemukakan oleh
penelitian yang dilakukan
Depkes RI yang menyebutkan
Herman dimana balita dengan
laki – laki adalah salah satu
riwayat BBLR secara statistik
resiko kejadian pneumonia
tidak
idak memilki hubungan yang
pada balita.9 Beberapa
berkmaka a dengan kejadian
penelitian menemukan sejumlah
=0,175).14
pneumonia (p=0,175
penyakit saluran pernapasan
12. Hubungan antara Riwayat
yang dipengaruhi oleh adanya
Imunisasi dengan Kejadian
perbedaan fisik anatomi saluran
Pneumonia
pernapasan pada anak laki –
laki dan perempuan. Secara

585
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tidak ada hubungan penenlitian yang dilakukan di


bermakna antara riwayat Maros.16
imunisasi dengan kejadian 13. Hubungan antara Status Gizi
pneumonia (p=0,671), serta dengan Kejadian Pneumonia
riwayat imunisasi tidak lengkap Tidak terdapat hubungan antara
bukan merupakan faktor risiko status gizi dengan kejadian
kejadian pneumonia pada anak pneumonia pada anak usia 12-
usia 12-48 bulan di Wilayah 48 bulan (p=0,176), serta gizi
Kerja Gombong II. kurang bukan merupakan faktor
Imunisasi mampu risiko kejadian pneumonia pada
mengurangi kematian anak dari anak usia 12-48 bulan di
pneumonia dengan dua acara. Wilayah Kerja Puskesmas
Pertama vaksinasi membantu Gombong II.
mencegah anak-anak dari Kondisi tubuh dengan gizi
infeksi yang berkembang kurang, akan menyebabkan
lansgusng yang menyebabkan seorang anak mudah terserang
pneumonia, misalnya penyakit. Bakteri atau virus
Haeophilus influenza tipe b mudah masuk dalam tubuh
(Hib). Kedua, imunisasi dapat individu dengan ketahanan tubuh
mencegaah infeksi yang dapat atau imunitas yang kurang.
menyebabkan pneumonia Kondisi kurang gizi dapat
sebagai komplikasi dari melemahkan sistem kekebalan
penyekait (misalnya, campak tubuh dan pada anak-anak
dan pertussis). Terdapat tiga dengan kodisi tersebut dapat
vaksin yang memliki potensi melemahkan otot-otot
mengurangi kematian anak dari pernafasan sehingga balita
pneumonia balita. dengan gizi kurang akan mudah
Hal ini sama halnya dengan terserang pneumonia
penelitian yang pernah dibandingkan balita dengan gizi
dilakukan oleh Andri Widayat normal.
bahwa imunisasi dalam hal ini Penenlitian yang dilakukan
DPT dan Campak tidak ada oleh Andri Widayat juga
hubungan yang signifikan menyatakan bahwa status gizi
dengan kejadian pneumonia (p- tidak memilki hubungan yang
value=0,999 dan 0,613).15 signifikan dengan kejadian
Dalam penelitian yang pneumonia menurut statistik
dilakukan Susi Hartanti, anak yang dilakukan dengan hasil p-
yang belum mendapatkan value=0,999.15 Sedangkan dari
imunisasi DPT dan Campak hasil uji statistik yang dilakukan
berisiko terkena pneumonia oleh Susi Hartanti menyebutkan
sebanyak 2,34 kali dan 3,21 kali status gizi kurang berpeluang
dibandingkan dengan anak untuk terjadinya pneumonia
yang sudah mendapatkan sebesar 6,52 kali jika
imunisasi lengkap termasuk dibandingakan dengan yang
keduanya. 13Risiko anak yang berstatus gizi baik.13
memiliki status imunisasi yang 14. Hubungan antara Riwayat ASI
tidak lengkap yaitu sebesar 2,39 Eksklusif dengan Kejadian
kali lebih besar daripada anak Pneumonia
yang mendapatkan status Ada hubungan bermakna
imunisasi lengkap menurut antara riwayat pemberian ASI

586
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Eksklusif (p=0,014)., serta kejadian pneumonia pada anak


riwayat ASI tidak eksklusif usia 12-48 bulan di Wilayah
merupakan faktor risiko kerjaidan Kerja Puskesmas Gombong II.
pneumonia pada anak usia 12- Efek asap rokok dapat
48 bulan di Wilayah Kerja meningkatkan kefatalan bagi
Puskesmas Gombong II penderita pneumonia dan gagal
(OR=3,115). ginjal serta tekanan darah tinggi,
Balita yang tidak bahkan bahan berbahaya dan
mengkonsumsi ASI eksklusif racun dalam rokok tidak hanya
sampai usia 6 bulan dan mengakibatkan gangguan
pemberian ASI kurang dari 24 kesehatan kepada perokok juga
bulan lebih beresiko terkena kepada orang-orang disekitarnya
pneumonia, dibandingkan yang tidak merokok yang
Pemberian ASI selama 6 bulan sebagian besar adalah bayi,
pertama. Pemberian ASI selama anak-anak, dan ibu yang
2 tahun juga akan menambah terpaksa menjadi perokok pasif
ketahanan anak dalam melawan karena ada anggota mereka
gangguan penyakit infeksi salah yang merokok didalam rumah.
satunya adalah Pneumonia. Hasil penelitian ini sejalan
Hal yang sama juga dengan penelitian yang
ditunjukkan oleh staistik dari dilakukan oleh Dhefika dimana
penelitian yang dilakukan di kebiasaan merokok tidak ada
Jakarta, Karanganyar yang hubungan yang signifikan
menyatakan bahwa riwayat terhadap kejadian pneumonia,
pemberian ASI tidak eksklusif sama halnya dengan penelitian
ada hubungan dengan kejadian yang dilakukan Rahmin yang
pneumonia dengan hasil p-value menyimpulkan bahwa tidak ada
masing-masing 0,03 juga mampu hubungan antara kebiasaan
meningkatkan faktor risiko merokok dengan kejadian
terkena pneumonia sebanyak suspek pneumonia pada balita di
3,44 kali lebih besar di Jakarta kota Payakumbuh.1819
dan 4,126 kali lebih besar di Akan tetapi jika dilihat dari
Karanganyar dibandingkan yang tempat dimana anggota keluarga
mendapatkan ASI Eksklusif.1315 merokok (di dalam dan di luar
Pada penelitian yang dilakuka rumah) dan kedekatan anggota
Itma Annah anak yang tidak keluarga merokok dengan anak,
mendapatkan ASI eksklusif menurut hasil uji statistik yang
mempunyai risiko 2,49 kali lebih telah dilakukan meunjukkan
besar untuk menderita bahwa keduanya memilki
pneumonia, begitu juga yang hubungan bermakna dengan
dilakukan Fanada di Puskesmas kejadian pneumonia pada anak
Kenten Kabupaten Palembang usia 12-48 bulan di Wilayah
tahun 2012 mendapatkan hasil Kerja Puskesmas Gombong II (p-
OR=5,184.17 value =0,012, CI=1,291-11,057,
15. Hubungan antara Anggota OR=3,778 dan p-value =0,002,
Keluarga Merokok dengan CI=1,787-20,147, OR=6,000).
Kejadian Pneumonia 16. Hubungan antara Kepadatan
Tidak ada hubungan bermakna Hunian dengan Kejadian
antara keberadaan anggota Pneumonia
keluarga yang merokok dengan

587
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Ada hubungan kepadatan cukup kuat dijadikan dasar untuk


hunian dengan kejadian menentukan kecukupan udara
pneumonia pada anak usia 12- dalam rumah. Oleh karena itu
48 bulan (p=0,003), serta hunian volume udara ruangan menjadi
yang padat akan lebih berisiko penting untuk dipertimbangkan
sebanyak 4,210 kali untuk anak dalam rangka menjamin
menderita pneumonia kecukupan udara dalam ruang.20
dibandingan dengan anak yang Hal yang sama ditunjukkan
tinggal di hunian yang tidak oleh hasil statistik dari penelitian
padat. Susi Hartati yang menunjukkan
Banyaknya orang yang ada hubungan antara kepadatan
tinggal dalam satu rumah hunian rumah anak dengan
mempunyai peranan penting kejadian pneumonia (p-
dalam kecepatan transmisi value=0,037) dan anak yang
mikroorganisme di dalam tinggal di kepadatan hunian
lingkungan. Sehingga kepadatan tinggi mempunya peluang
hunian rumah perlu menjadi mengalami pneumonia sebanyak
perhatian semua anggota 2,20 kali disbanding dengan
keluarga, terutama dikaitkan anak yang tidak tinggal di
dengan penyebaran penyakit kepadatan hunian tinggi.13
menular. Luas ruangan tidak
Tabel Hubungan antara Variabel Peneltian dengan Kejadian Pneumonia
pada Anak Usia 12-48 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gombong II
Kabupaten Kebumen Tahun 2017
Variabel Pneumonia p- IK 95% CI OR
Kasus Kontrol value
f % f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 65,0 15 37,5 0,014 1,234-7,706 3,095
Perempuan 14 35,0 25 62,5
Riwayat BBLR
Ya 4 10,0 1 2,5 0,356 0,462-40,608 4,333
Tidak 36 90,0 39 10
Riwayat Imunisasi
Tidak Lengkap 4 10,0 2 5,0 0,671 0,364-12,240 2,111
Lengkap 36 90,0 38 95,5
Status Gizi
Gizi Kurang 7 17,5 3 7,5 0,176 0,625-10,950 2,616
Gizi Baik 33 82,5 37 92,5
Riwayat ASI Eksklusif
Tidak Eksklusif 24 60,0 13 32,5 0,014 1,247-7,787 3,115
Eksklusif 16 40,0 27 67,5
Anggota Keluarga Merokok
Ada 30 75,0 23 57,5 0,098 0,0856-5,742 2,217
Tidak 10 25,0 17 42,5
Tempat Merokok
Di dalam rumah 16 40,0 6 15,0 0,012 1,219-11,057 3,778
Di luar rumah 24 60,0 34 85,0
Merokok Dekat Anak
Iya 16 40,0 4 10,0 0,002 1,787-20,147 6,000

588
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tidak 24 60,0 36 90,0


Kepadatan Hunian
Padat 22 55,0 9 22,5 0,003 1,598-11,093 4,210
Tidak Padat 18 45,0 31 77,5

KESIMPULAN suplai sinar matahari dan


Ada hubungan bermakna antara pertukaran udara di dalam rumah
jenis kelamin, riwayat pemberian ASI agar rumah tidak lembab dan
Eksklusif, dan kepadatan hunian memudahkan bakteri juga virus
dengan kejadian pneumonia dimana berkembang biak di dalam
ketiganya merupakan faktor risiko rumah, pemberian ASI saja
kejadian pneumonia pada anak usia selama 6 bulan pertama
12-48 bulan di Wilayah Kerja kehidupan harus terlaksana.
Puskesmas Gombong II Kabupaten 3. Bagi Peneliti Lain
Kebumen. Meskipun anggota Diharapkan mampu meneliti
keluarga metokok tidak memilki faktor risiko lain yang
hubungan berkna denganan berhubungan dengan kejadian
kejadian pneumonia, merokok di pneumonia dengan metode dan
dalam rumah dan di dekat anak teknik yang berbeda
merupakan faktor risiko kejadian
pneumonia pada anak usia 12-48 DAFTAR PUSTAKA
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas 1. Kementerian Kesehatan RI.
Gombong II. Riset Kesehatan Dasar Tahun
SARAN 2013.; 2013.
1. Bagi Institusi Puskesmas 2. Kementerian Kesehatan RI.
Gombong II Riset Kesehatan Dasar Tahun
Lebih menekankan terkait 2015.; 2015.
pentingnya pemberian ASI 3. Dinas Kesehatan Provinsi
Eksklusif kepada bayi yang baru Jawa Tengah. Profil
lahir dimana bayi hanya diberi Kesehatan Jawa Tengah
ASI selama 6 bulan pertama Tahun 2015.; 2015.
kehidupan, edukasi terhadap 4. Dinas Kesehatan Kabupaten
keluarga yang merokok juga Kebumen. Profil Kesehatan
diperlukan, karena sebagian Kabupaten Kebumen Tahun
besar ayah ataupun anggota 2013.; 2013.
keluarga yang lain merokok di 5. Dinas Kesehatan Kabupaten
dekat anak dan menganggap itu Kebumen. Profil Kesehatan
bukan hal yang berbahaya, Kabupaten Kebumen Tahun
penekanan pentingnya Perilaku 2014.; 2014.
Hidup Bersih Sehat (PHBS) 6. Dinas Kesehatan Kabupaten
dengan memperhatikan Kebumen. Profil Kesehatan
lingkungan tempat tinggal. Kabupaten Kebumen Tahun
2. Bagi Keluarga Responden 2015.; 2015.
Sebaiknya lebih waspada jika 7. Dinas Kesehatan Kabupaten
anak menderita batuk dan pilek, Kebumen. Profil Kesehatan
sebagian besar responden masih Kabupaten Kebumen Tahun
mengganggap jika anak sakit 2016.; 2016.
batuk dan pilek merupakan hal 8. Departemen Kesehatan RI.
yang biasa, menjaga kebersihan Pedoman Tatalaksana
rumah dengan memperhatikan Pneumonia Balita.; 2009.

589
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

9. Departemen Kesehatan RI. Fak Kesehat Masy Univ


Pedoman Program Indones Depok. 2002.
Pemberantasan Penyakit. 15. Widayat A. Faktor-Faktor
ISPA Untuk Penanggulangan yang Berhubungan dengan
Pneumonia Pada Balita. Pneumonia pada Balita di
Jakarta; 2004. Wilayah Kerja Puskesmas
10. Hartati S, Nurhaeni N, Gayatri Mojogedang II Kabupaten
D. Faktor risiko terjadinya Karanganyar. Skripsi Fak Ilmu
pneumonia pada anak balita. Kesehat Univ Muhammadiyah
J Keperawatan Indones. Surakarta. 2014.
2012;15(1):13-20. 16. Annah I. Faktor Risiko
11. Hananto M. Analisis Faktor Kejadian Pneumonia Anak
Risiko yang Berhubungan Umur 6-59 Bulan di RSUD
dengan Kejadian Pneumonia Salewangan Maros. Skripsi
pada Balita di 4 Provinsi di Fak Kesehat Masy Univ
Indonesia. Fak Kesehat Hasanuddin Makasar. 2012.
Msyarakat Indones Depok. 17. Fanada M. Faktor-Faktor yang
2004. Berhubungan dengan
12. Sunyataningkamto, Iskandar Kejadian PenyakitPneumonia
Z, Alan RT, Budiman I, pada Balita di Wilayah Kerja
Surjono A WT et al. The role Puskesmas Kenten
of indoor air pollution and Palembang. Skripsi Fak
other factors in the incidence Kesehat Masy Univ
of pneumonia in children Diponegoro. 2012.
under-five. role indoor air 18. Mokogonita D. Faktor Risiko
Pollut other factors Incid Kejadian Pneumonia pada
pneumonia Child under-five Anak Balita di Wilayah Kerja
Pediatr Indones. 2004. Puskesmas Sudiang Kota
13. Hartati S. Analisis Faktor Makasar. Skripsi Fak Kesehat
Risiko yang Berhubungan Masy Univ Hasanuddin
dengan Kejadian Pneumonia Makasar. 2013.
pada Anak Balita di RSUD 19. Rahmin R. Faktor yang
Pasar Rebo Jakarta. Tesis Berhubungan dengan Suspek
Progr Magister Fak Fak Ilmu Pneumonia di Wilayah Kota
Keperawatan Univ Indones Payakumbuh. Skripsi Univ
Depok. 2011. Andalas. 2011.
14. Herman. Faktor-Faktor yang 20. Nurjazuli & Widyaningtyas R.
Berhubungan dengan Faktor Risiko Dominan
Kejadian Pneumonia pada Kejadian Pnumonia Pada
Anak Balitadi Kab. Ogan Balita. Univ Diponegoro.
Komering Ilir Sumatera 2006.
Selatan. Tesis Progr Magister

590

You might also like