You are on page 1of 8

Arc. Com. Health • Desember 2016 Vol. 3 No.

2 : 14 - 21
ISSN: 2527-3620

IDENTIFIKASI KELUHAN KESEHATAN


AKIBAT PAPARAN BAHAN PENCEMAR BELERANG
(STUDI KASUS PADA PEKERJA DI KAWASAN PEGUNUNGAN IJEN
KABUPATEN BANYUWANGI)

Isa Ma’rufi*, Anita Dewi PS., Ragil Ismi Hartanti, Reny Indrayani
Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
email: masrizal_khaidir@yahoo.com
*)

ABSTRACT

Sulfur mining employment activity in the mountainous region traditionally run Ijen, while the occupational
safety and health which does not obtain a maximum protection. The purpose of this research was to identify
health complaints of sulfur miners in the area of Mount Ijen Banyuwangi Regency. This type of research is
descriptive, where researchers carried out observations, interviews and questionnaires as well as performed
measurements on several variables studied, that is, the source of danger and health complaints. The samples
were 50 respondents, using simple random sampling. Data analysis technique of this research was descriptive
analysis. The first result showed that, first, for respiratory complaints, most of the sulfur miners complained of
cough with phlegm as many as 37 respondents (74%); second, based on the eye complaints, most of the workers
complained of watery eyes while mining, covering 94% of the respondents; third, based on the skin complaints,
the biggest complaint the miners felt on the skin was blistered skin as many as 8% of respondents; fourth, based
on the teeth complaints, most of the workers complained of tooth ache by 68%. It is suggested that sulfur miners
while mining be more disciplined in wearing personal protective equipment (PPE) and that PPE conforms with
the standards.

Keywords: health complaints, sulfur, respiratory complaints.

ABSTRAK

Kegiatan pekerjaan penambangan belerang di kawasan pegunungan ijen dijalankan secara tradisional,
sedangkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak mendapatkan perlindungan secara maksimal. Tujuan
penelitian ini adalah mengidentifikasi keluhan kesehatan penambang belerang di kawasan pegunungan ijen di
Kabupaten Banyuwangi. Jenis penelitian adalah deskriptif, dimana peneliti malakukan pengamatan, wawancara
dan pengisian kuesioner serta melakukan pengukuran pada beberapa variabel yang sedang diteliti, yaitu
sumber bahaya dan keluhan kesehatan. Sampel penelitian adalah 50 responden, dengan teknik pengambilan
sampel adalah simple random sampling. Teknik analisis data dari penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan pertama, untuk keluhan pernafasan, sebagian besar penambang belerang mengeluh
batuk berdahak yaitu sebanyak 37 responden (74%). Kedua, berdasarkan keluhan pada mata, sebagaian besar
pekerja mengeluh mata mereka berair ketika menambang, yaitu 94%. Ketiga, berdasarkan keluhan pada kulit,
keluhan terbesar yang dirasakan penambang pada kulit adalah kulit melepuh sebanyak 8%. Keempat,
berdasarkan keluhan pada gigi, sebagian besar pekerja mengeluh gigi mereka linu yaitu 68%. Disarankan agar
penambang belerang ketika menambang lebih disiplin memakai alat pelindung diri (APD) dan APD tersebut
harus sesuai dengan standar.
Kata kunci: keluhan kesehatan, belerang, keluhan pernafasan.

14
Arc. Com. Health • Desember 2016 Vol. 3 No. 2 : 14 - 21
ISSN: 2527-3620

PENDAHULUAN fungsi organ dalam seperti ginjal, hati dan


Gunung Ijen merupakan gunung aktif jantung.
yang berada di wilayah Kabupaten Permasalahan kedua yang dihadapi
Banyuwangi dan Bondowoso. Gunung ini para penambang belerang adalah kondisi
mempunyai ketinggian 2.443 m dan telah geografis lingkungan kerja yang sangat tidak
empat kali meletus (1796, 1817, 1913, dan mendukung. Pekerja setiap harinya berjalan
1936). Pintu gerbang utama ke Cagar Alam kaki ke tempat pertambangan dari Paltuding
Taman Wisata Kawah Ijen terletak di dengan jarak sekitar 3 km. Lintasan awal
Paltuding, yang juga merupakan Pos PHPA sejauh 1,5 km cukup berat karena menanjak.
(Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Sebagian besar jalur dengan kemiringan 25-
Selain menjadi obyek wisata, Gunung Ijen 35 derajat. Kondisi jalan yang menanjak ini
juga memiliki potensi sumber daya alam, diperberat dengan struktur tanah berpasir
yaitu belerang. Sejak tahun 1968, belerang sehingga membuat langkah kaki pekerja
ijen telah digunakan pada berbagai industri, semakin berat karena harus menahan berat
seperti gula, pestisida dan kosmetik. Sampai badan agar tidak merosot ke belakang.
saat ini, kegiatan penambangan belerang Sesampainya di Pos Bunder, jalur
yang dijalankan secara tradisional ini telah selanjutnya relatif agak landai, meskipun
menjadi tumpuan hidup warga sekitar ijen. begitu untuk turun menuju ke kawah harus
Masalah utama pada pekerja melintasi medan berbatu-batu sejauh 250
penambangan belerang ijen adalah masalah meter dengan kondisi yang terjal.
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang Ketiga, masalah beratnya beban kerja.
tidak mendapatkan perlindungan secara Setiap harinya pekerja harus mengangkut
maksimal, baik dari perusahaan maupun belerang dua kali dari atas ke bawah dengan
dari pemerintah. Dari hasil observasi awal, beban 40-50 kg . Pekerja ini mengangkut
setidaknya ada 5 (lima) masalah belerang di keranjang bambu dan pikulan
keselamatan dan kesehatan pekerja dengan jalan yang menurun serta jalan
penambangan belerang. Pertama, para tanjakan berbatu. Bahaya yang bisa muncul
pekerja terpapar langsung dengan bahan antara lain masalah ergonomi, terpeleset,
kimia yang keluar dari kawa gunung Ijen. jatuh, bahkan bisa pula tertimpa belerang
Beberapa bahan kimia yang dikeluarkan yang mereka angkut.
adalah gas sulfatara (S, SO2, SO3, H2S), uap Keempat, tidak lengkap dan tidak
fumarol (Uap air panas (H2O), gas nitrogen), standarnya alat pelindung diri (APD) yang
mofet (gas asam arang, CO), serta bahan dipakai. Tanpa perlengkapan dan pelindung
kimia lain, seperti hidrogenklorida, yang seharusnya melindungi mereka,
hidrogenfluorida mengancam para pekerja pekerja tambang selalu menghirup dan
setiap saat. Uap belerang yang sehari-hari bernafas dalam udara yang mengandung
dihirup oleh pekerja dapat mengakibatkan gas beracun setiap hari. Sebut saja masker,
gangguan pernafasan, kerusakan gigi, nyeri mereka hanya menggunakan kain untuk
sendi, mata, kulit, bahkan dapat menganggu menutup hidung. Sedangkan pelindung
mata, hanya digunakan oleh beberapa orang

15
Mangguang Vol. 3 No. 2 : 14 - 21

saja sehingga lebih banyak pekerja yang yang diawali dengan penyusunan proposal,
mengeluhkan mata merah dan berair. seminar, pengumpulan data primer dan
Kelengkapan seperti baju dan sepatu yang sekunder melalui pengukuran dan
digunakan hanya sekadarnya dan kuesioner, wawancara dan observasi, serta
kondisinya terkadang kurang layak. penulisan laporan. Populasi penelitian
Masalah yang kelima adalah perihal jaminan adalah seluruh pekerja penambangan
sosial tenaga kerja yang buruk. Masalah belerang kawasan Gunung Ijen, yaitu 478
kesehatan yang diderita penambang pekerja dengan jumlah sampel 50 pekerja.
umumnya adalah tulang keropos, batuk, Teknik pengambilan sampel penelitian
sakit gigi, nyeri persendian, dan sesak napas. yaitu dengan teknik simple random
Para pekerja tambang belerang ini ketika sampling, dimana peneliti mengacak secara
sakit tidak kunjung mendapatkan sederhana. Teknik analisis data dari
pengobatan, dan kalaupun berobat, penelitian ini adalah teknik analisis
maksimal hanya sampai puskesmas, dan deskriptif, yaitu untuk mengetahui frekuensi
itupun harus dengan biaya sendiri. karakteristik pekerja dan frekuensi keluhan
Dari beberapa masalah yang kesehatan kemudian dianalisis dengan
ditemukan peneliti dari hasil observasi awal kajian teori dan peraturan perundangan
tersebut, maka penelitian mengenai yang berlaku.
identifikasi sumber bahaya dan keluhan
kesehatan pekerja penambangan belerang di HASIL PENELITIAN
kawasan pegunungan Ijen Kabupaten Karakteristik Responden Penelitian
Banyuwangi ini perlu dilakukan. Tujuan Karakteristik responden dapat dilihat
penelitian ini adalah mempelajari keluhan berdasarkan usia, jenis kelamin, area kerja
kesehatan yang dirasa pekerja penambangan dan masa kerja. Berdasarkan hasil survei
belerang di kawasan pegunungan Ijen yang dilakukan dengan bantuan kuesioner,
Kabupaten Banyuwangi, baik keluhan dari 50 responden diperoleh sebanyak 4
pernafasan, mata, kulit, gigi, dan keluhan responden (8%) berusia antara <25 tahun, 19
psikologi kerja. responden (38%) berusia 26-40 tahun, dan 27
responden (54%) berusia > 40 tahun.
METODE PENELITIAN Berdasarkan jenis kelamin, semua
Bila ditinjau dari jenis penelitiannya, responden berjenis kelamin laki-laki.
penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, Berdasarkan area kerja responden yaitu
dimana peneliti malakukan pengamatan, sebanyak 26 responden (52%) dengan area
wawancara dan pengisian kuesioner serta kerja sebagai penambang, 1 responden (2%)
melakukan pengukuran pada beberapa dengan area kerja sebagai pengawas, dan 23
variabel yang sedang diteliti namun tidak responden (46%) dengan area kerja sebagai
melakukan analisis statistik. proses. Berdasarkan masa kerja responden
Lokasi penelitian adalah di kawasan yaitu sebanyak 20 responden (40%) dengan
gunung Ijen, yaitu di kecamatan Licin masa kerja 0-5 tahun, 6 responden (12%)
Kabupaten Banyuwangi. Waktu penelitian dengan masa kerja 6-10 tahun, dan 24
yaitu bulan Oktober 2011-Desember 2011, responden (48%) dengan masa kerja >10.

16
Arc. Com. Health • Desember 2016 Vol. 3 No. 2 : 14 - 21
ISSN: 2527-3620

Keluhan pernapasan merupakan


Tabel 1 Karakteristik Responden Penelitian keluhan pernafasan responden yang pernah
Frekuensi Persentase di alami pekerja tambang belerang. Keluhan
Karakteristik
(n) (%) pernafasan respoden dapat dilihat pada
Umur tabel 3. Pada tabel tersebut dapat dilihat
< 25 tahun 4 8
bahwa sebagian responden yaitu sebanyak
26-40 tahun 19 38
37 responden (74%) mengeluh batuk
> 40 tahun 27 54
Jenis Kelamin berdahak, kemudian 34 responden (68%)
Laki-laki 50 100 pernah mengalami keluhan pernapasan
Perempuan 0 0 bersin, disusul 25 responden (50%) pernah
Area Kerja mengalami keluhan pernapasan keluar
Penambang 26 52 ingus yang banyak, 12 responden (24%)
Pengawas 1 2
pernah mengalami keluhan pernapasan
Proses 23 46
iritasi saluran pernafasan, 37 responden
Masa Kerja
0-5 tahun 20 40 (74%) pernah mengalami keluhan
6-10 tahun 6 12 pernapasan batuk berdahak, 14 responden
>10 tahun 24 48 (28%) pernah mengalami keluhan
pernapasan dahak berlebih, 14 responden
Gangguan Faal Paru pernah mengalami keluhan pernapasan
Berdasarkan pemeriksaan gangguan sesak nafas, 12 responden (24%) pernah
faal paru, diketahui bahwa sebagian besar mengalami keluhan pernapasan batuk
penambang yaitu sebanyak 25 responden persisten, 4 responden (8%) pernah
(50%) mengalami restriksi ringan, mengalami keluhan pernapasan batuk
sedangkan kelainan berupa restriksi berat darah, dan 1 responden (2%) pernah
dan obtruksi berat tidak ditemukan pada mengalami keluhan pernapasan bronchitis.
responden penelitian. Tabel 3. Jenis Keluhan Pernapasan
Tabel 2. Gangguan Faal Paru Jenis Keluhan Frekuensi Persentase
Gangguan Faal Frekuensi Persentase Pernapasan (n) (%)
Paru (n) (%) Iritasi Saluran
12 24
Normal 5 10 Pernafasan
Restriksi Bersin 34 68
Ringan 25 50 Batuk Berdahak 37 74
Sedang 8 16 Keluar Ingus 25 50
Berat 0 0 Batuk Persisten 12 24
Obtruksi Dahak Berlebih 14 28
Ringan Sesak Nafas 14 28
7 14
Sedang Hidung
5 10 0 0
Berat Berdarah
0 0
Batuk Darah 4 8
Bronchitis 1 2
Keluhan pada Pernapasan Pneumonia 0 0

17
Mangguang Vol. 3 No. 2 : 14 - 21

Keluhan pada Mata Keluhan pada Kulit


Berdasarkan tabel 4 tersebut, dapat Keluhan kulit yang dialami para
dilihat bahwa keluhan pada mata yang penambang belerang relatif kecil. Keluhan
dialami sebagaian besar pekerja yaitu 47 terbesar yang dirasakan penambang pada
responden (94%) adalah berupa mata berair kulitnya adalah kulit melepuh sebanyak 6
ketika menambang, disusul kemudian responden (8%), kulit pecah-pecah sebanyak
keluhan mata perih ketika menambang 3 responden (6%), keluhan gatal pada kulit
sebanyak 46 responden (92%), mengeluh sebanyak 2 responden (2%), dan keluhan
mata kemerahan 42 responden (84%), kemerahan pada kulit serta kulit bernanah
mengeluh mata gatal 34 responden (68%), masing-masing sebanyak 1 responden (2%)
mengeluh hiperlakrimasi 32 responden seperti yang tercantum pada tabel 5.
(64%), dan terakhir keluhan pekerja adalah Tabel 6. Keluhan pada Kulit
gangguan penglihatan ketika menambang Jenis Keluhan
Frekuensi Persentase
sebanyak 25 responden (50%). Kulit
Tabel 4. Jenis Keluhan pada Mata Gatal 2 4
Kemerahan
Jenis Keluhan Frekuensi Persentase 1 2
pada kelit
Mata (n) (%)
Perih 0 0
Gatal 34 68
Bentol-bentol 0 0
Perih 46 92
Bernanah 1 2
Hiperlakrimasi 32 64
Bersisik 0 0
Kemerahan 42 84
Pecah-Pecah 3 6
Berair 47 94
Melepuh 4 8
Gangguan
25 50
penglihatan
PEMBAHASAN
Keluhan pada Gigi Belerang adalah senyawa multivalensi
Berdasarkan keluhan pada gigi, non-logam dan banyak terdapat di alam,
sebagian besar pekerja mengeluh gigi terutama daerah sekitar gunung merapi.
mereka linu yaitu sebanyak 34 responden Bentuk asli belerang adalah kristal padat
(68%), kemudian mengeluh ulkus pada berwarna kuning, namun keberadaannya di
mulut sebanyak 31 responden (62%), alam dapat berupa elemen murni atau
mengeluh radang gusi 25 responden (50%), sebagai sulfida dan mineral sulfat. Dalam
dan keluhan caries dentis sebanyak 22 bentuk elemen murninya belerang tidak
responden (44%). bersifat toksik, tetapi yang bersifat toksik
Tabel 5. Jenis Keluhan pada Gigi adalah senyawa gas turunan dari belerang
Jenis Keluhan Frekuensi Persentase seperti hidrogen sulfida (H2S) dan SOx. Sifat
Gigi (n) (%) H2S adalah asam, tidak berwarna, mudah
Caries Dentis 22 44 terbakar dan merupakan bentuk belerang
Ulkus pada Mulut 31 62 paling umum di alam (Komala, 2006).
Radang Gusi 25 50 Gas belerang oksida atau sering ditulis
Linu 34 68 dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3
yang keduanya mempunyai sifat berbeda.

18
Arc. Com. Health • Desember 2016 Vol. 3 No. 2 : 14 - 21
ISSN: 2527-3620

Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah sulfur cair bisa mengakibatkan kulit terasa
terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat panas dan terbakar (Siswanto, 2002).
reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan Uap belerang yang keluar dari
uap air yang ada diudara untuk membentuk Gunung Ijen akan mudah terpapar oleh
asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini mata pekerja, hal ini terjadi karena cukup
sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) banyak pekerja yang tidak memakai
benda-benda lain yang mengakibatkan pelindung mata ketika bekerja yaitu sebesar
kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) 42%. Uap belerang ketika terpapar dengan
dan proses kimiawi lainnya (Amin et al., mata akan mengakibatkan iritasi pada mata.
2001). Kombinasi dari panas dan sulfur padat atau
Inhalasi uap belerang dapat sulfur kering bisa mengakibatkan
menyebabkan iritasi pada mukosa hidung terbentuknya gas SO2. Gas ini bisa
dan paru-paru. Pada kasus yang berat dapat mengakibatkan iritasi pada mata dan sesak
terjadi udem pulmo (ATSDR, 2007). Uap nafas pada pekerja (Siswanto, 2002).
belerang mudah diserap oleh selaput lendir Uap dan kabut asam sulfit ataupun
saluran pernafasan bagian atas, dan pada asam sulfat bersifat korosif dan pada kontak
kadar rendah dapat menimbulkan spasme jangka panjang pada pekerja penambangan
tergores otot-otot polos pada bronchioli, belerang gunung ijen, dan dapat
spasme ini dapat menjadi hebat pada menyebabkan kerusakan gigi. Apalagi, uap
keadaan dingin dan pada konsentrasi yang belerang yang dihirup pekerja sebagian
lebih besar terjadi produksi lendir di saluran besar melalui mulut dan mereka bekerja
pernafasan bagian atas, dan apabila setiap hari dalam jangka waktu yang cukup
kadarnya bertambah besar maka akan lama yaitu lebih dari 5 tahun, dan ini dapat
terjadi reaksi peradangan yang hebat pada menyebabkan melunaknya enamel dan
selaput lendir disertai dengan paralycis cilia, selanjutnya gigi akan mengalami erosi.
dan apabila pemaparan ini terjadi berulang Pekerja sehari-harinya tidak memakai
kali, maka iritasi yang berulang-ulang dapat APD sehingga memungkinkan uap belerang
menyebabkan terjadi hyper plasia dan meta masuk lewat mulut pekerja, disamping itu
plasia sel-sel epitel dan dicurigai dapat dalam keadaan diam secara fisiologis mulut
menjadi kanker (Fardiaz, 1992; Sumirat, sedikit terbuka atau sewaktu bercakap-
2002). cakap secara tidak terduga akan menghirup
Kulit pekerja sangat rentan terpapar uap asam sulfat melalui mulut yang
oleh belerang, baik uap belerang maupun selanjutnya dapat menyebabkan gangguan
belerang kering. Ketika pekerja mengambil kesehatan yang mengakibatkan uap asam
atau mendongkel belerang, mengumpulkan sulfat tersebut dapat menempel ke
belerang, sampai memikul belerang, para permukaan labial/bibir dan buka/pipi
pekerja akan terpapar langsung dengan sehingga permukaan gigi menjadi asam
belerang. Kontak dengan sulfur kering bisa yang dapat menyebabkan erosi gigi.
mengakibatkan iritasi sedangkan kontak Senyawa yang berperan pada erosi
gigi adalah H2S yang dapat menyebabkan

19
Mangguang Vol. 3 No. 2 : 14 - 21

penurunan pH di dalam rongga mulut. menggunakan pemeriksaan faal paru, darah,


Senyawa tersebut mempunyai gugus tiol (- serta histopatologi pada penambang
SH) reaktif yang akan berikatan secara belerang ijen.
kovalen dengan komponen-komponen epitel
dan bereaksi secara kimiawi dengan protein
di dalam sedimen saliva (Mustaqimah,
2002). Ketika H2S kontak dengan gigi, maka UCAPAN TERIMA KASIH
lapisan enamel akan menjadi lebih lunak Kami mengucapkan terima kasih
untuk jangka waktu yang tidak lama sebab kepada Dekan Fakultas Kesehatan
pada pH kurang dari 5,5 kristal Masyarakat Universitas Jember yang telah
hidroksiapatit di dalam enamel akan larut memberikan ijin dan pembiayaan penelitian
dan gigi akan kehilangan bahan-bahan ini melalui progran DIPA Fakultas.
mineral yang terkandung didalamnya. Pada
lesi di sekeliling erosi tidak terdapat cukup DAFTAR PUSTAKA
kalsium dan fosfat untuk remineralisasi dan Agency for Toxic Substances and Disease
yang penting adalah bahwa enamel yang Registry (ATSDR). (2007).
lunak karena asam akan lebih peka terhadap Toxicologicalprofile for sulphur trioxide
and sulphuric acid [Online]. June [cited
keausan dibandingkan dengan enamel yang
2007 Dec 15]; Available from URL:
tidak lunak (Rafiah, 1992; Komala, 2006).
http://www.atsdr.cdc.gov
Amin WM, Al-Omoush SA, Hattab FN.
SIMPULAN DAN SARAN (2001). Oral health status of worker
Adapun keluhan kesehatan yang exposed to acid fumes in phosphate
dialami sebagian besar penambang belerang and battery industries in Jordan. J Int
yaitu mengeluh batuk berdahak yaitu Dent; 51(3):169-74.
Anderson, JW. (1975). The Function of
sebanyak 37 responden (74%), mengeluh
Sulphur. Sydney: Sydney University
matanya berair ketika menambang, yaitu 47 Press.
responden (94%), kulit melepuh sebanyak 6 Andrew R, Autry JW, Fitzgerald, and
responden (8%), dan mengeluh giginya linu Penny RC. (1989). Sulfur fractions and
yaitu sebanyak 34 responden (68%). retention mechanisms in forest soils.
Disarankan agar penambang belerang Department of Microbiology and
Institute of Ecology, University of
ketika menambang lebih disiplin memakai
Georgia, Athens, GA 30602, U.S.A.
alat pelindung diri (APD) dan harus sesuai
Glass Packaging Industry. Kiat : penanganan
dengan standar untuk meminimalisir uap bahan kimia berbahaya [Online]. (2002)
belerang yang terhirup pada saat bekerja. [cited 2008 Feb 1]; Available from:URL:
Selain itu, perlu penyediaan APD yang http://members.bumn.go.id/iglas/index
gratis dan penyuluhan tentang keselamatan .html.
dan kesehatan oleh pemerintah, serta Komala, A. (2006). Paparan Uap Belerang
sebagai Faktor Risiko terjadinya Erosi
perlunya peningkatan jaminan sosial tenaga
Gigi. Artikel Karya Tulis Ilmiah.
kerja bagi penambang. Bagi penelitian
Semarang: Fakultas Kedokteran
selanjutnya agar dilakukan penelitian secara Universitas Diponegoro.
mendalam terkait riwayat penyakit, dengan

20
Arc. Com. Health • Desember 2016 Vol. 3 No. 2 : 14 - 21
ISSN: 2527-3620

Lussi, A. (1991). Dental erosion in a Siswanto A. (2002). Toksikologi industri. Balai


population of Swiss adults. Com. Dent. Hyperkes Departemen Tenaga Kerja
Oral Epidemiol, 191-8. Provinsi Jawa Timur.
Mustaqimah, DN. (2002). Zat kimia Soemirat J. (2002). Epidemiologi lingkungan.
berbentuk uap yang dapat mengawali Yogyakarta: Gadjah Mada University
pengrusakan jaringan periodonsium. Press.
JKGUI;9 (2):38-41
Rafiah, A. (1992). Patologi gigi-geligi kelainan-
kelainan jaringan keras gigi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

21

You might also like