You are on page 1of 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN ANTARA KADAR DEBU TOTAL DAN PERSONAL


HYGIENE DENGAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA
PENGOLAHAN KAYU DI CV INDO JATI UTAMA SEMARANG

Lisa Okta Permatasari,Mursid Raharjo,Tri Joko


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: permatasarioktalisa@gmail.com

ABSTRACT

The wood processing industry has the potential to cause air pollution in the
workplace in the form of wood dust. The purpose of this study was to analyze the
relationship between total dust content and personal hygiene with pulmonary
function disorder in wood processing workers in CV Indo Jati Utama Semarang
using cross sectional design. The population in this study is the air that exists in
the work environment of the company along with 65 workers from five parts in the
wood processing industry. The sample of this research is 5 point of air sample
location with 38 respondents who have fulfilled the inclusion criteria. Of the 38
workers it was found that 9 workers had normal function (23.7%), 2 workers had
severe restriction (5.3%), 10 workers had moderate restriction disorder (26.3%),
15 workers had mild restriction (39, 5%) and 2 workers had severe obstruction
(5.3%). The result of the research with fisher exact test showed that there was
correlation of total dust content (p = 0,040), respirable dust level (p = 0,036), and
use of Personal Protective Equipment (PPE) (p = 0,021). Inhaled dust levels are
risk factors for lung function impairment (RP = 2.714; RP> 1). The conclusion in
this research is there is correlation of total dust content, respirable dust level, and
usage of PPE in wood processing worker at CV Indo Jati Utama Semarang.

Keyword:Work Environment, Home Workers, Work Related Complaints

PENDAHULUAN Di dunia, angka kematian


Pencemaran udara dapat akibat indoor air pollution
bersumber dari kegiatan industri, diperkirakan mencapai sekitar 3 juta
gas buang kendaraan bermotor dan orang per tahun. Sedangkan
juga dapat bersumber dari buangan merujuk pada data penelitian Global
rumah tangga (domestik). Health Risk dalam halaman resmi
Pencemaran udara di Indonesia WHO, angka kematian dan beban
cenderung mengalami peningkatan yang ditimbulkan oleh risiko polusi di
dengan meningkatnya proses dalam ruangan mencapai 2,7% dari
industrialisasi. Pencemaran udara beban penyakit secara global.2
terjadi dapat terjadi di ambien Salah satu bidang pekerjaan
(outdoor air pollution) dan yang perlu mendapat perhatian
pencemaran udara dalam ruangan adalah penyakit akibat kerja paparan
(indoor air pollution). 1,2 debu pada pekerja industri kayu,
dimana pekerja lebih sering

717
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menghabiskan waktu kerjanya di Berdasarkan laporan


dalam ruangan untuk memproduksi penyakit yang diterima dari tingkat
kayu. absensi kerja bahwa pekerja
Industri pengolahan kayu mengajukan ijin kerja dikarenakan
merupakan salah satu industri yang terserang penyakit seperti gangguan
pertumbuhannya sangat pesat, hal saluran pernapasan, batuk, flu, pilek.
ini berkaitan dengan konsumsi hasil Tujuan dari penelitian ini
hutan yang mencapai 33 juta m3 per adalah untuk menganalisis
tahun. Industri tersebut berpotensi hubungan antara kadar debu total
untuk menghasilkan debu kayu yang dan personal hygiene dengan
dihasilkan selama proses gangguan fungsi paru pada pekerja
pengolahan. Dari kayu yang diolah, pengolahan kayu di CV Indo Jati
sekitar 10-13% akan menghasilkan Utama Semarang.
partikel debu yang berterbangan di
udara dan mencemari lingkungan METODE PENELITIAN
sekitar.3 Penelitian ini merupakan jenis
Penelitian yang dilakukan penelitian kuantitatif dengan metode
oleh Osman dan Pala tahun 2009, cross sectional. Populasi penelitian
menunjukkan bahwa paparan debu ini adalah seluruh pekerja tetap
kayu mempengaruhi fungsi diindustri pengolahan kayu CV Indo
pernapasan pekerja. Dilaporkan Jati Utama Semarang. Sampel
bahwa 176 pekerja (53,7%) penelitian ini menggunakan teknik
mengalami hidung tersumbat saat stratified random sampling dan
bekerja, 141 (43,0%) mengalami didapatkan sampel sebesar 38
mata merah, 135 (41,2%) pekerja pengolahan kayu.
mengalami gatal pada mata dan 78 Pengumpulan data dilakukan
(23,8%) mengalami pilek.4 mengunakan kuesioner dengan
CV Indo Jati Utama metodewawancara. Analisis data
Semarang merupakan perusahaan yang digunakanyaitu analisis
yang bergerak di bidang pengolahan univariat dan bivariat dengan
kayu yang terletak didaerah menggunakan uji chi square(derajat
kawasan Plamongansari Kota kemaknaan (α) 5%).
Semarang. Industri ini terdiri dari
beberapa unit produksi. Industri HASIL PENELITIAN
tersebut menyerap banyak pekerja. Gambaran Umum Lokasi
Jumlah pekerja terdiri dari 187 orang Penelitian
dengan rincian 102 pekerja tetap, 45 CV Indo Jati
pekerja pocokkan, dan 40 pekerja Utamamerupakan salah satu industri
borongan. yang bergerak dalam pengolahan
Hasil pengamatan yang kayu. Pada awalnya industri ini
dilakukan di CV Indo Jati Utama didirikan pada tahun 1994 oleh
Semarang menunjukkan bahwa area pengusaha asal Semarang. Seiring
kerja merupakan tempat yang dengan berkembangnya permintaan,
berdebu dan beresiko untuk produk yang dihasilkan berorientasi
menimbulkan keluhan pernapasan. pada skala ekspor. Industri ini
Dapat dilihat bahwa hampir semua terletak di wilayah kota Semarang,
pekerja tidak memiliki kesadaran Jawa Tengah. Berlokasi di Jalan
dalam pemakaian Alat Pelindung Diri Plamongansari KM 1 Kelurahan
(APD) seperti masker. Plamongansari Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang dengan

718
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

TDUP: 1796- dan tertua 47 tahun, tingkat


336/11.01/TDUP/II/2000. pendidikan pekerja paling banyak
Penelitian ini dilakukan di lima berada pada lulusan SMP, pekerja
bagian proses produksi industri dengan lama kerja lebih dari 8
pengolahan kayu, yaitu jam/hari sebanyak 5 orang, pekerja
sawmill(tahap penggergajian), dengan masa kerja lebih dari 5
crosscut(tahap pemotongan), tahun sebanyak 24 orang, pekerja
dry(tahap pengeringan), moulding dengan status gizi normal sebanyak
(tahap pengepresan), dan 17 orang, status gizi gemuk ada 13
sanding(tahap pengamplasan). orang dan kurus 4 orang dan pekerja
Secara keseluruhan ventilasi yang yang buruk dalam penggunaan APD
digunakan pada ruang produksi sebanyak 18 orang
(lokasi penelitian) hanya terdapat Berdasarkan hasil uji chi
ventilasi dari pintu masuk dan square (tabel 2.) diketahui terdapat
lubang-lubang yang terdapat pada variabel dengan nilai p ≤ 0,05
dinding atas bangunan. Secara (terdapat hubungan) yaitu kadar
kasat mata debu sangat terlihat jelas debu total, kadar debu terhirup, dan
berterbangan di area ruang penggunaan APD. Sedangkan
produksi, akan tetapi debu yang variabel dengan nilai p > 0,05 (tidak
berukuran besar dan langsung jatuh ada hubungan) yaitu status gizi,
ke lantai secara rutin di sapu oleh lama kerja, dan masa kerja.
pekerja setiap saat sehingga tidak
terjadi penumpukan debu di lantai PEMBAHASAN
dan tidak mengganggu kebersihan Keluhan akibat kerja
area produksi. merupakan keluhan-keluhan yang
disebabkan oleh kondisi dan
Karakteristik Responden lingkungan kerja yang tidak
Karakteristik responden di CV memenuhi persyaratan kesehatan
Indo Jati Utama Semarang paling yang berdampak pada kesehatan
banyak berada dalam rentang 31-49 pekerja.
tahun dengan usia termuda 21 tahun
Tabel 2. Hasil Bivariat menggunakan chi square
Gangguan Fungsi Paru
Ada Tidak Ada P-
Variabel Kategori n %
Gangguan Gangguan value
N % N %
Kadar Debu Di atas NAB 25 100 22 88 3 12
0,040
Total Di bawah NAB 13 100 7 53,8 6 46,2
Kadar Debu Di atas NAB 28 100 24 85,7 4 14,3
0,036
Terhirup Di bawah NAB 10 100 5 50 5 50
Lama Kerja Tidak memenuhi 4 80 1 20
5 100
syarat
1,000
25 75,8 8
Memenuhi syarat 33 100
24,2
Masa Kerja Resiko tinggi 24 100 20 83,3 4 16,7
0,245
Resiko rendah 14 100 9 64,3 5 35,7
Status Gizi Tidak normal 16 100 10 62,5 6 37,5
0,128
Normal 22 100 19 86,4 3 13,6
Penggunaan Tidak Lengkap 18 100 17 94,4 1 5,6
0,021
APD Lengkap 20 100 12 60 8 40

719
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

A. Kadar Debu Total pernapasan yang dialami oleh


Berdasarkan uji hubungan pekerja (p-value = 0,004).5
antara kadar debu total dengan
gangguan fungsi paru pada pekerja B. Kadar Debu Terhirup
industri pengolahan kayu diperoleh Berdasarkan uji hubungan
nilai p< 0,05 yaitu 0,040. Dengan antara kadar debu terhirup dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa gangguan fungsi paru pada pekerja
ada hubungan antara kadar debu industri pengolahan kayu diperoleh
total dengan gangguan fungsi paru nilai p < 0,05 yaitu 0,036. Dengan
pada pekerja pengolahan kayu di CV demikian dapat disimpulkan bahwa
Indo Jati Utama Semarang. ada hubungan antara kadar debu
Berdasarkan hasil dari terhirup dengan gangguan fungsi
penelitian dapat diketahui bahwa paru pada pekerja pengolahan kayu
responden yang bekerja di di CV Indo Jati Utama Semarang.
lingkungan dengan kadar debu total Hasil ini didukung oleh
maksimum yang tidak memenuhi penelitian yang dilakukan
NAB dan mengalami gangguan Deviandhoko tahun 2012
fungsi paru sebesar 88%, menyatakan bahwa paparan debu
sedangkan responden yang bekerja terhirup yang melebihi nilai ambang
di lingkungan dengan kadar debu batas akan meningkatkan risiko
total maksimum yang memenuhi terjadinya gangguan fungsi paru.68
NAB dan mengalami gangguan Selain itu, penelitian yang dilakukan
fungsi paru sebesar 53,8% oleh Yulaekha tahun 2007 juga
Hasil ini didukung oleh menunjukkan adanya hubungan
penelitian yang dilakukan oleh yang bermakna antara paparan
Sholikhah tahun 2015 responden debu dengan gangguan faal paru,
yang bekerja di lingkungan dengan sehingga dapat dikatakan bahwa
kadar debu total maksimum yang kadar partikel di udara merupakan
tidak memenuhi NAB dan salah satu faktor risiko terjadinya
mengalami keluhan pernapasan gangguan faal paru dengan nilai
sebesar 90,6%, sedangkan odds ratio(OR) 5,127 yang artinya
responden yang bekerja di pekerja terpapar debu memiliki
lingkungan dengan kadar debu total resiko mengalami gangguan faal
maksimum yang memenuhi NAB paru 5 kali lebih besar dibandingkan
dan mengalami keluhan pernapasan pekerja yang tidak terpapar debu.6
sebesar 9,4%. Responden yang
bekerja di lingkungan dengan kadar C. Lama Kerja
debu total maksimum tidak Berdasarkan penelitian dapat
memenuhi NAB dan tidak diketahui bahwa responden yang
mengalami keluhan pernapasan memiliki lama kerja tidak memenuhi
sebesar 55,6%, sedangkan syarat yaitu melebihi 8 jam dalam
responden yang bekerja di setiap harinya sebanyak 5
lingkungan dengan kadar debu total responden. Hubungan antara lama
maksimum memenuhi NAB dan kerja dengan dengan gangguan
tidak mengalami keluhan fungsi paru pada pekerja pekerja
pernapasan sebesar 44,4%. Hasil uji pengolahan kayu di CV Indo Jati
Chi Square menunjukkan adanya Utama Semarang dianalisa
hubungan yang signifikan antara menggunakan SPSS Chi-square
kadar debu total dengan keluhan yang memiliki nilai p> 0,05 yaitu
1,000. Dengan demikian dapat

720
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

diambil kesimpulan bahwa tidak ada responden yang masa kerjanya


hubungan antara lama kerja dengan dengan resiko rendah (≤ 5 tahun),
gangguan fungsi paru pada pekerja 64,3% diantaranya terjadi gangguan
pengolahan kayu di CV Indo Jati fungsi paru.
Utama Semarang. Berdasarkan uji Fisher Exact
Dari sampel 38 pekerja, 5 Test diperoleh p-value sebesar
pekerja yang lama kerjanya yang 0,245. Karena p-value > 0,05, maka
tidak memenuhi syarat (> 8 hasil analisis tersebut dapat
jam/hari), 80% diantaranya terjadi disimpulkan bahwa tidak ada
gangguan fungsi paru, sedangkan hubungan antara masa kerja dengan
33 pekerja yang lama kerjanya terjadinya gangguan fungsi paru
dalam kategori yang memenuhi pada pekerja pengolahan kayu di CV
syarat (≤ 8 jam/hari), 75,8% Indo Jati Utama Semarang.
diantaranya terjadi gangguan fungsi Hasil ini sejalan dengan
paru. Hal ini sejalan dengan penelitian Irjayanti tentang hubungan
penelitian yang dilakukan oleh Dwi masa kerja dengan kapasitas vital
(2011) pada operator SPBU paksa paru pada pekerja mebel di
Sokaraja Purwokerto bahwa tidak Kota Jayapura melalui hasil uji
terdapat korelasi yang bermakna korelasiKendall’s Tau menunjukkan
antara variabel lama bekerja dengan tidak ada hubungan (p >0,05) yaitu
variabel nilai Kapasitas Vital Paru.6 masa kerja (p-value = 0,991).
Selain itu, diperkuat dengan Penelitian ini bertentangan
penelitian Irjayanti (2011) yang dengan teori yangmenyebutkan
mengatakan bahwa lamanya jam bahwa semakin lama masa kerja
kerja tidak berarti bahwa seorang di lingkungan kerja yang
paparannya juga semakin besar. berdebu semakin besar pula
Hasil pengukuran di lapangan kemungkinan terjadi kerusakan pada
menunjukkan, meskipun jam organ paru dan masa paparan debu
kerjanya sama, antara satu pekerja kayu akan mengakibatkan terjadinya
dengan pekerja lainnya mempunyai gangguan paru.7Bertentangan juga
dosis paparan yang berbeda sesuai dengan hasil penelitian dari
letak pekerja tersebut bekerja dalam Mengkidi tahun 2006 yang
suatu ruang produksi.70 Dapat menyatakan bahwa masa kerja
disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan faktor risiko untuk terjadi
tidak berhubungan karena pekerja gangguan faal paru pada karyawan
yang bekerja > 8 jam/hari dengan dan menunjukkan adanya hubungan
lama paparan 45 jam/minggu hanya yang bermakna antara masa kerja
dibagian dry dan yang bekerja ≤ 8 dengan gangguan fungsi paru
jam/hari dengan lama paparan 40 dengan nilai p = 0,017.8
jam/minggu di bagian sawmill, Berdasarkan proporsi variabel
crosscut, moulding, dan sanding. masa kerja terhadap gangguan
fungsi paru pada pekerja di lokasi
D. Masa Kerja penelitian bahwa kategori masa
E. kerja ≤ 5 tahun dan > 5 tahun sama-
Berdasarkan hasil penelitian sama memiliki resiko terkena
menunjukan dari 38 responden, 24 gangguan fungsi paru. Sedangkan
responden yang masa kerjanya responden yang telah bekerja > 5
dengan resiko tinggi (> 5 tahun), tahun mayoritas mengalami
83,3% diantaranya terjadi gangguan gangguan fungsi paru.
fungsi paru, sedangkan 14

721
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

signifikan antara penggunaan


F. Status Indeks Massa Tubuh masker dengan gangguan fungsi
(IMT) paru dengan p value = 0,0001 pada
Berdasarkan hasil penelitian pekerja pembuat genteng di Desa
status gizi bahwa dari 38 responden, Singorojo Kabupaten Jepara.10
16 responden dengan status gizi Serupa dengan penelitian yang
tidak normal, 62,5% diantaranya dilakukan Hutama (2013) pada
memiliki gangguan fungsi paru, pekerja unit spinning I bagian ring
sedangkan 22 dengan status gizi frame PT. Pisma Putra Tekstil
normal, 86,4% diantaranya memiliki Pekalongan menunjukan adanya
gangguan fungsi paru. Berdasarkan hubungan antara penggunaan alat
hasil uji SPSSmenunjukkan bahwa pelindung diri dengan kapasitas vital
tidak ada hubungan antara status paru dengan p value = 0,028. Hal ini
gizi dengan gangguan fungsi paru menunjukkan bahwa penggunaan
dengan nilai signifikansi sebesar alat pelindung diri khususnya
0,128 (p-value > 0,05). Hal ini masker sangatlah diperlukan saat
diperkuat dengan penelitian Cecep bekerja untuk meminimalkan jumlah
Faturahman (2014) bahwa tidak ada paparan partikel debu yang dapat
hubungan antara status gizi dengan terhirup.11
gangguan fungsi paru pada pekerja
di Industri Garmen.9 KESIMPULAN
Penelitian ini tidak berhubungan Pada penelitian yang dilakukan
dikarenakan status gizi normal yang dapat disimpulkan bahwa:
mengalami gangguan fungsi paru 1. Berdasarkan hasil pengukuran
lebih banyak dibandingkan dengan yang udara telah dilakukan di lima
status gizi yang tidak normal.Artinya bagian ruang produksi yaitu
gangguan fungsi paru terjadi pada Sawmill, Crosscut, Dry, Moulding,
responden yang berada di setiap dan Sanding didapatkan hasil
rentang status gizi tidak disebabkan analisa pengukuran debu total
oleh IMT pekerja, melainkan faktor- sebesar 8,56 mg/m3 untuk bagian
faktor lainnya. Sawmill (pen ggergajian), 6,48
mg/m3 bagian Crosscut, 3,94
G. Penggunaan APD mg/m bagianDry, 3,47 mg/m3
3

Hasil analisa penggunaan APD bagian Moulding, dan 9,85 mg/m3


khususnya masker pada seluruh bagianSanding . Rata-rata hasil
responden didapatkan hasil bahwa ukur kadar debu di tiga bagian
pekerja yang tidak lengkap dalam ruang produksi sebesar 6,42
penggunaan APD sebesar 18 mg/m3.
responden (47,4%) sedangkan 2. Berdasarkan hasil pengukuran
pekerja yang lengkap dalam fungsi paru pekerja dengan
penggunaan APD sebesar 20 menggunkan spirometri,
responden (52,6%). Berdasarkan sebanyak 2 responden (5,3%)
hasil SPSS, menunjukkan bahwa mengalami gangguan fungsi paru
ada hubungan antara penggunaan yang terdiri atas restriksi berat,
APD dengan gangguan fungsi paru restriksi sedang sebanyak 10
dengan nilai signifikansi sebesar responden (26,3%), restriksi
0,021 (p-value < 0,05). ringan sebanyak 15 responden
Hal ini diperkuat dengan (39,5%) dan obstruksi ringan
penelitian oleh David (2012) sebanyak 1 responden (5,3%).
menyatakan adanya hubungan yang

722
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

3. Berdasarkan variabel yang diukur 6. Yulaekah, Siti. Paparan Debu


yaitu kadar debu total, kadar debu Terhirup Dan Gangguan Fungsi
terhirup, lama kerja, masa kerja, Paru Pada Pekerja Industri Batu
dan penggunaan APD. Variabel Kapur (Studi Di Desa Mrisi
yang memiliki hubungan dengan Kecamatan Tanggungharjo.
gangguan fungsi paru yaitu kadar 2007.
debu total, kadar debu terhirup, 7. Khumaidah. Analisis Faktor-
dan penggunaan APD. Faktor Yang Berhubungan
Sedangkan, lama kerja, masa Dengan GangguanFungsi Paru
kerja, dan status gizi tidak Pada Pekerja Mebel PT Kota
memiliki hubungan dengan Jati Furnindo Desa Suwawal
gangguan fungsi paru. Kecamatan Mlonggo Kabupaten
Jepara. Fakultas Kesehatan
SARAN Masyarakat Universitas
1. Sebaiknya perusahaan Diponegoro, Semarang (Tesis).
memantau dan mengendalikan 2010.
kadar debu kayu di ruang kerja, 8. Mengkidi, Dorce. Gangguan
serta melakukan upaya untuk Fungsi Paru dan Faktor-faktor
mengurangi kadar debu kayu Yang Mempengaruhinya Pada
dengan memberikan exhaust fan. Karyawan PT. Semen Tonasa
2. Sebaiknya pekerja selalu Pangkep Sulawesi Selatan.
menggunakan masker saat Fakultas Kesehatan Masyarakat
berada di lingkungan kerja juga Universitas Diponegoro,
secara rutin mengganti atau Semarang (Tesis). 2006.
mencuci masker yang digunakan 9. Faturahman, Cecep. Faktor-
untuk bekerja. Faktor yang Berhubungan
dengan Gangguan Fungsi Paru
DAFTAR PUSTAKA pada Pekerja di Industri
1. Soedomo M. Pencemaran Garmen. Undip; 2014.
Udara Kumpulan Karya Ilmiah. 10. Eko, David. Hubungan Praktik
Bandung : Penerbit ITB; 2001. Pemakaian Alat Perlindung
2. Candra, Asep. Polusi Dalam Pernapasan dengan Gangguan
Ruangan Juga Berbahaya. Fungsi Paru. Unnes; 2012.
Jakarta : Penerbit EGC;2012. 11. Hutama. Hubungan Antara
3. Sastrawijaya, AT. Pencemaran Masa Kerja dan Penggunaan
Lingkungan. Cetakan Ketiga. APD dengan Kapasitas Vital
Jakarta : Rineka Cipta; 2009. Paru pada Pekerja Unit
4. Irjayanti A, Nurjazuli, Suwondo Spinning 1 Bagian Ring Frame
A. Hubungan Kadar Debu PT. Risma Putra Tekstil
Terhirup (Respirable) Dengan Pekalongan. Unnes; 2013.
Kapasitas Vital Paksa Paru
Pada Pekerja Mebel Kayu di
Kota Jayapura. Jurnal
Kesehatan Lingkungan
Indonesia. 2012;11(2):182–6.
5. Fadillah, Sarah. Hubungan
Paparan Debu Kayu di Industri
Kayu Banyumas. Semarang.
Undip; 2016.

723

You might also like