You are on page 1of 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PEKERJA PEMOTONG KAYU DI PT. X MRANGGEN JAWA TENGAH

Laili Maratus MS, Suroto, Ekawati


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email : lailimaratus.ms.hse.@gmail.com

Abstract: The work cutting work produces wood dust that cause respiratory
disorders. Theppurpose of thissstudy is to analyzeethe relationship of KVP to wood
cutting workers in PT. X Mranggen Central Java. Worker characteristics may be a
risk factor for impairment of pulmonary vital capacity ie working period, using of APD,
smoking habits, exercise habits, occupational history. Theppurposeeof this research
is to analyze theerelationshipoof wood dust exposureewith KVP and physical fitness
to wood cutting workers in PT. X Mranggen Demak. The typeeof research used was
observational withccross-sectional studyyapproach and quantitative analysis
method. The sample of this study is total sampling that is taken from the entrie
population of 30 workers. The univariate analysis of this study was based on the
characteristics of the workers, <5 years working period (70.0%), good use of APD
(63.3%), smoking (80.0%), no exercise (73.3%), and workers had a job history
(90.0%). The bivariateaanalysis using Rank Spearman Correlation (α=0.05) showed
a correlation between exposure toI wood dust and pulmonary vital capacity to wood
cutting workers (p value 0.012). This study is a recommendation this company and
other companiesI to conduct a health check at the beginning of work, separating the
wood powder storage space by the production room, providing standardized APD,
and install docting exhaust fan.

Keywords: Wood Dust, Pulmonary Vital Capacity

PENDAHULUAN gangguan pada kapasitas vital paru.


Menurut International Labour Office
Indonesia memperoleh urutan ke (ILO) disebutkan bahwa dari 100% yang
enam dengan luas hutan 120.640 ha menyebabkan kematian akibat
terbesar di Dunia pada tahun 2017 yang pekerjaan, terdapat sebesar 21% yang
memiliki banyak kekayaan alam, salah dikarenakan oleh penyakit saluran
satunya adalah kayu bulat.1 Di Pulai pernapasan.3
Jawa dipercaya sebagai industri Debu kayu yang berada di udara
penggergajian kayu bulat tertua yang dapat masuk dan mengedap didalam
berlokasi di Indonesia.2 Kemajuan saluran pernapasan dibagian atas,
dibidang industri penggergajian kayu tengah atau bawah, tergantung dari
yang semakin meningkat, berpotensi ukuran diameter dan bentuk partikel.
meningkatkan angka kecelakaan kerja Menurut World Health Organization
dan penyakit akibat kerja. Dampak (WHO) debu yang memiliki ukuran 0,1-5
merugikan terhadap kesehatan yaitu

330
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

atau 10 mikron sangat bahaya bagi terdapat hubungan antara masa kerja
saluran pernapasan. Berdasarkan dan kebiasaan merokok.8
Departemen Kesehatan Republik PT. X pemotongan kayu terdapat di
Indonesia yaitu debu yang berukuran Kecamatan Mranggen. Total
0,1-10 mikron sangat membahayakan keseluruhan pekerja pemotongan kayu
kesehatan. Menurut Peraturan Menteri yaitu 30 orang. Hampir semua pekerja
Ketenagakerjaan RI No. PER disana telah mencapai 2-5 tahun.
5/MEN/IV/2018 tentang Keselamatan Pekerjaan dilakukan selama 6 jam
dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja dengan beban kerja tinggi. Stasiun kerja
bahwa debu kayu di lingkungan kerja yang terdapat di PT. X yaitu mulai dari
tidak diperbolehkan melebihi 5,0 penurunan kayu, pengangkutan ke
mm/m3.4 mesin pertama dengan forklift, mesin
Kapasitas vital paru dapat pertama untuk membelah kayu, mesin
mengalami pernurunan sistem kerja. ke 2,3 dan 4 sebagai pemotong kayu
Salah satunya disebabkan oleh paparan sesuai ukuran, dan ruang penataan
debu yang sangat tinggi dan jangka untuk menyimpan kayu sesuai ukuran.
waktu lama. Gangguan pada KVP dapat Debu kayu berasal dari proses
ditentukan berdasarkan ukuran debu pembelahan dan pemotongan kayu oleh
yang masuk ke saluran pernapasan mesin 1,2,3, dan 4.
yang dapat menyebabkan retriksi, Diperoleh data dari hasil studi
obstruksi dan mixed. Gangguan paru pendahuluan sebelumnya dan hasil dari
bagi pekerja di Industri pengolahan kayu pengakuan 10 pekerja dan staff industry
dirasakan setelah terpapar selama 5-6 bahwa lokasi kerja masih beralas tanah,
tahun.5 Karakteristik pekerja yang dapat debu di ruang kerja sangat berkabut,
menjadi faktor risiko gangguan pada sudah terdapat ventilasi namun belum
saluran pernapasan yaitu riwayat terdapat exhause untuk menarik debu
penyakit, usia, kebiasaan merokok, keluar. Lokasi perusahaan dekat
kebiasaan penggunaan APD, masa dengan persawahan sehingga angin
kerja, status gizi, kebiasaan olahraga.6 sering masuk dan membuat debu kayu
Penelitian sebelumnya terkait menjadi berterbangan. APD yang
paparan debu kayu terhirup dengan disediakan oleh perusahaan belum
gangguannfungsi paru padaapekerja di sesuai standar. Pekerja tidak
industri mebel CV. Citra Jepara mendapatkan cek kesehatan pada saat
Furniture diperoleh hasil ukur kadar pertama masuk kerja dan terdapat
debu terhirup sebesar 2,506mg/m3 pekerja ijin tidak masuk kerja karena
diatas nilai ambang batas (NAB) sakit, dari 10 pekerja tidak memakai
diperolah data 19 orang yang terkena masker dengan benar dan kondisi
paparan debu terhirup.7 Penelitian lain masker kotor tetap dipakai untuk
terkait kebiasaan merokok, masa kerja menambah ketebalan masker. Pekerja
dengan gangguan fungsipparu. menyatakan sering membuka masker
Diperolah data Masa kerja dengan p saat menunggu kayu selanjutnya.
value 0,011, kebiasaan merokok dengan Pekerja yang baru masuk merasa sesak
p value 0,021 dan pengukuran kadar pada saluran pernapasan, batuk dan
debu kayu dibagian Wood Working Area bersin, namun sekarang sudah merasa
(WWA) melebihi NAB. Sehingga terbiasa. Dilihat dari kondisi lingkungan
dan kondisi pekerja diduga dapat

331
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

memicu masalah terhadap kesehatan VARIABEL KATEGORI F %


Perokok
yang dapat mempengaruhi 14 46.7
Sedang
Kebiasaan Merokok
terhadapdderajat Perokok Ringan 10 33.3
Bukan Perokok 6 20.0
kesehatanndanpproduktifitas. Kebiasaan Olahraga
Tidak Olahraga 22 73.3
Olahraga 8 26.7
Mebel 4 13.3
METODE PENELITIAN Pemotong Kayu 15 50.0
Penelitian ini tergolong jenis Riwayat Pekerjaan
Petani 1 3.3
Proyek 5 16.7
observasional dengan pendekatan cross Sales 1 3.3
sectional. Penelitian ini menggunakan Supir 1 3.3
Tidak Ada 3 10.0
total sampling diambil dari seluruh >NAB 10 33.3
Kadar Debu Kayu
populasi yaitu 30 pekerja. ≤NAB 20 66.7
Retriksi 14 46.7
Tahap pelaksanaan penelitian yaitu Kapasitas Vital Paru Obstruksi 1 3.3
dilakukan disaat jam istirahat dengan Normal 15 50.0

melakukan wawancara kepada pekerja


dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran debu di mesin 1
Kemudian mengukur kapasitas vital (3.1096 mg/Nm3), mesin 2 (2.3252
paru dengan spirometer yang didahului mg/Nm3), serta ruang penataan (2.3772
dengan mengukur IMT untuk mg/Nm3). Berdasarkan Peraturan
mengetahui berat badan sekaligus tinggi Menteri Ketenagakerjaan RI No. PER
badan pekerja. Kemudian pengukuran 5/MEN/IV/2018, berarti pengukuran
kadar debu kayu total di 5 titik yang debu kayu di mesin 1, 2 dan ruang
berpotensi dapat terpapar kepada penataan yaitu dibawah nilai ambang
pekerja, ditempatkan dekat dengan batas (NAB).4 Berbeda dengan hasil
mesin 1,2,3,4 dan ruang penataan pengukuran debu di mesin 3 (5.1091
dengan menggunakan HVAS yang mg/Nm3), dan mesin 4 (5.0820
diawali dan diakhiri dengan mengukur mg/Nm3). berarti pengukuran debu kayu
suhu dan kelembaban. di mesin 3 dan 4 yaitu diatas (NAB).4
Data yang diperolah dari hasil Pengukuran KVP responden
penelitian, akan dianalisis dengan diperoleh hasil KVP yang memiliki dan
menggunakan uji normalitas Shapiro yang tidak memiliki gangguan sebanyak
Wilk, dan uji hubungan dengan skala 50%. Distribusi responden menurut
data ordinal memakai uji Korelasi Rank masa kerja terbanyak pada rentang <5
Spearman dengan p value 0.05. tahun 70%. Pekerja menggunakan APD
dengan baik sebanyak 63.3%. pekerja
HASIL PENELITIAN memiliki kebiasaan merokok sebanyak
Tabel 1. Analisis Deskriptif Variabel 80%. Pekerja yang tidak memiliki
VARIABEL KATEGORI F % kebiasaan olahraga lebih banyak 73.3%
<5 Tahun 21 70.0
Masa Kerja
≥5 Tahun 9 30.0 dibanding yang berolahraga. Pekerja
Penggunaan APD
Kurang Baik 11 36.7 yang memiliki riwayat pekerjaan
Baik 19 63.3
sebanyak 90%.

332
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 2. Hubungan paparan debu kayu terhadap KVP

KVP
Total ρ Value
Kadar Debu Kayu Ada Gangguan Normal
F % F % F %
>NAB 8 80 2 20 10 100 0.012
≤NAB 7 35 13 65 20 100
Total 15 50 15 50 30 100

Berdasarkan tabel 1. diketahui gangguan kapasitas vital paru pada


bahwa pekerja PT. X yang memiliki pekerja yang disebabkan paparan debu
gangguan pada kapasitas vital paru kayu diatas NAB sebanyak (80%),
pekerja akibat paparan debu kayu >NAB pekerja yang terpapar debu kayu namun
sebanyak (80%), sedangkan kondisi dibawah NAB sebanyak (35%). Hasil
kapasitas vilat paru normal pada pekerja dari pengukuran %FVC kepada 30
disebabkan oleh paparan debu kayu responden, diperoleh data
≤NAB sebnyak (65%). Hasil uji statistik sebagiannresponden memiliki kondisi
menggunakan uji Korelasi Rank %FVC yaitu <80. Klasifikasi pengukuran
Spearman antara variabel kadarddebu tersebut digolongkan kedalam kondisi
kayu dengan variabel kapasitas vital retriksi. Hasil yang diperoleh
paru menunjukkan nilai p value sebesar menunjukkan bahwa responden dapat
0.012. Karena p value <0.05 maka ada mengalami gangguan pada organ dan
hubunganppantara paparan debu kayu fungsi bagian pengembangan paru,
terhadap kapasitas vital paru pada sangat mempengaruhi udara yang
pekerja pemotongan kayu di PT. X. masuk kedalam paru dibawah ukuran
normal.
PEMBAHASAN Berdasarkan Peraturan Menteri
PT. X di Mranggen Jawa Tengah Ketenagakerjaan RI No. PER
sebagai tempat penelitian ditentukan 5 5/MEN/IV/2018 tentang Keselamatan
titik berbeda. Penentuan tersebut dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
berdasarkan sumber debu kayu yang bahwa debu kayu di lingkungan kerja
mampu masuk ke saluran pernapasan. tidak diijinkan melebihi 5,0 mm/m3.4
pada saat bekerja. Pengukuran Paparan debu kayu total diatas
dilakukan pada saat jam kerja dengan NAB dapat terpapar ke pekerja,
lama pengukuran yang sama yaitu 1 memungkinkan dapat terhirup oleh
jam. Berdasarkan hasil pengukuran pekerja pada saat bekerja. Debu kayu
kadar debu kayu di mesin 3 dan 4 yang dapat masuk kesaluran
memiliki kadar debu diatas NAB dan pernapasan bersifat respirabel karena
kadar debu di mesin 1, 2 dan ruang timbul reaksi seperti mekanisme
penataan dibawah NAB. pertahanan non spesifik berupa
Hasil analisis univariat mengenai bersin,bbatuk, gangguan transport
kadar debu kayu menunjukkan sebesar mukosilier dan fagositosis oleh
33.3% pekerja terpapar debu kayu magrofag. Otot polos disekita jalan
diatas nilai ambang batas (NAB) yaitu 5 napas akan terangsang sehingga dapat
mg/m3. Kemudian berdasarkan analisis memicu timbulnya efek penyempitan.
bivariat pekerja yang mengalami Hal ini terjadi apabila lokasi kerja

333
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

memiliki kadar debu telah melebihi nilai combination dapat menyedot debu
ambang batas.9 Debu kayu yang dengan praktis di atas mesin di sumber
menumpuk pada saluran napas debu langsung. mesin ini sangat praktis
menyebabkan peradangan dan diterapkan oleh industri dengan harga
penyumbatan di jalan napas. Pekerja di terjangkau.
industrixpengolahan kayu mengalami Untuk menurunkan kadar debu,
gangguan dibagian paru biasanya tahap selanjutnya, lokasi penumpukan
terjadi setelahpterpapar 5-6 tahun.5 serbuk kayu yang berada di satu lokasi
Kadar debu kayu pada mesin 3 dan dengan tempat produksi pemotongan
4 diatas NAB dikarenakan lokasi kayu, sebaiknya dipisahkan di lokasi lain
pemotongan kayu dekat dengan yang mudah dijangkau.
tumpukan serbuk kayu, jauh dari Hasil penelitian ini sejalan dengan
ventilasi, tidak terdapat exhause, APD penelitian Ibnu Sri Fuqoha (2015)
yang disediakan tidak sesuai standar, terdapat hubunganddebu kayu dengan
serta dipengaruhi oleh perilaku pekerja kejadian (ISPA) pada pekerja mebel PT.
yang menggunakan masker yang sudah X Jepara dengan kadar debu kayu
kotor digunakan untuk merangkap (p=0.021), umur (p=0.038), status gizi
masker yang bersih pada saat bekerja. (p=0.004), masa kerja (p=0.031) dengan
Teori fisiologi menjelaskan bahwa kejadian infeksi pada saluran
semakin lama bekerja, dapat pernapasan akut (ISPA) pada pekerja
mempengaruhi tingkat gangguan paru mebel di PT. X Jepara dengan p<0.05.
akibat paparan jangka waktu lama di Didukung dengan penelitian Dwi
tempat yang sangat berisiko. Penyakit Prasetiani (2016) bahwa terdapat
paru obstruktif menahun muncul adanya pengaruhppaparan debu kayu dengan
penyumbatan yang menetap pada kapasitas vitalpparu pada pekerja di PT.
saluran pernapasan, biasanya UtamaaCoreeAlbasia Kecamatan
disebabkan oleh emfisema atau Cangkringan Tahun 2016 dengan nilai p
bronchitis kronis. Jangka waktu dalam value 0.026 dengan OR 14.091.
bekerja semakin lama di tempat yang penelitian lain yang mendukung adalah
sama atau paparan debu tinggi dapat Rr. Sarah Fadhillah Nafisa (2016)
mempengaruhi kondisi kapasitas vital bahwa ada hubunganddebu kayu
paru. Pekerja yang tidak memakai denganggangguan fungsi paru pada
masker dengan benar, debu di udara pekerja di PT. ArumbaiKKasembadan
dapat terhirup pada saat bekerja. Banyumas dengan nilai masa kerja
Masker di tempat kerja berdebu sudah (ρ=0.026, CI 95% 0.831-4.170),
diatur dan sudah ada, namun pekerja pemakaian APD (ρ=0.049, CI 95%
disana, mereka membantu monoton. 1.037-1.776), dan kadar debu (ρ=0.044,
selain itu kebiasaan merokok yang CI 95% 0.849-3.112)
cukup banyak, dapat membuat mbak denganpgangguanpfungsipparu pekerja
mut mencret, pusing. Analisis kebiasaan dengan p Value <0.05.
olahraga dan riwayat pekerjaan
merupakan data yang dapat disusun KESIMPULAN
sekarang. 1. Kadar debu kayu kerja pada saat
Tempat kerja berdebu berpotensi bekerja dari 5 titik pengukuran
terhirup oleh pekerja. Dengan diatas nilai ambang batas (NAB)
memasang dection exhause fan pada mesin 3 dan 4, kadar debu

334
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kayu dibawah (NAB) pada mesin 1, 2. Handikusumo, Sutjipto A.


mesin 2 dan ruang penataan. Penggergajian Kayuu(Bahan Ajar).
2. Karakteristik pekerja berdasarkan Yogyakarta. FK UMG. 2004.
masa kerja 5 tahun (30.0%),
memakai APD dengan baik 3. ILO.KKeselamatanddannKesehata
(63.3%), pekerja merokok (80.0%), n KerjanSarana
pekerjaxtidak biasa berolahraga UntuknProduktivitas. Jakarta:
(73.3%), dan (50.0%) pekerja InternationalnLabour office; 2013.
memiliki riwayat pekerjaan.
3. Kapasitas vital paru pekerja yang 4. Menteri Ketenagakerjaan RI.
mengalami gangguan sebanyak Peraturan Menteri
(50.0%). Kebugaran jasmani Ketenagakerjaan RI tentang
pekerja di dalam kondisi kurang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bugar sebanyak (76.7%). Lingkungan Kerja NOMOR PER.
4. Berdasarkan uji statistik diperoleh 5/MEN/IV/2018
hasil bahwa ada hubunganvantara
kadar debupkayu dengan kapasitas 5. Mengkidi, D. GangguanFFungsi
vitalpparu pada pekerja Paru dan Faktor-Faktor yang
pemotongan kayu di PT. X Mempengaruhinya
MranggennDemak (p = 0.012). padaKKaryawan PT. Semen
Tonasa Pangkep Sulawesi
SARAN Selatan. Jurnal Kesehatan
Bagi perusahaan sebaiknya, Lingkungan Indonesia,y5(2), 59–
memasang kombinasi dection exhauste 64. 2006.
fan, dan memisahkan tempat
penyimpanan serbuk kayu, dan 6. Sirait, Mardut. Hubungan
menyediakan masker sesuai dengan Karakteristik Pekerjaddengan Faal
standar yaitu jenis N95bbuntuk Paru diKKilang Padi Kecamatan
Respirator yang produksi oleh NIOSH PorseaTTahun 2010. Medan:
(The National Institute for Occupational Jurnal Universitas Sumatra Utara.
SafetyvandxHealth). 2010.
Bagi pekerja sebaiknya memakai
masker yang bersih, mengurangi 7. Putri, Risa Kartika. Hubungan
konsumsi rokok, dan membiasakan PaparanXDebuXKayu yang
untuk berolahraga. terhirup dengan Gangguan Fungsi
Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya Paru pada Pekerja didIndustri
mengukur debu kayu sesuai dengan Mebel CV. Citra Jepara Furniture
jenis kayu untuk melihat sebera besar Kabupaten Semarang. Jurnal
kadar debu kayu yang dihasilkan. Kesehatan Masyarakat Vol 5.5.
2017.
DAFTAR PUSTAKA
1. KementrianLLingkungan Hidup 8. Suryani, M., Setiani, O., &
dan Kehutanan.DdDataset Nurjazuli. Analisis Faktor
Lingkungan Hidup Dan RisikoxPaparan DebuxKayu
Kehutanan. 2016. Terhadap Gangguan Fungsi Paru
pada Pekerja Industri Pengolahan

335
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kayu PT. Surya Sindoro Sumbing


Wood Industry Wonosobo. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia,
4(1), 17–22. 2005.

9. Pope C.pRespiratoryxxHealthxand
PM 10 Pollution. AM. NewwYork:
Rev. Respiartory Desease; 2003.

10. Suma’mur. Higiene Perusahaan


dan Kesehatan kerja (HIPERKES).
Jakarta : Sagung Seto. 2009.

336

You might also like