Professional Documents
Culture Documents
Abstact
Furniture industry workers have risk accumulation of dust in respiratory system
which could cause impaired lung function. The purpose of this research was to
analyze the correlation of respirable dust exposure with impaired lung function in
furniture industry workers of CV. Citra Jepara Furniture Semarang Regency. This
was an observational research with cross sectional design. Population of this
research were 30 workers in sanding section and were taken as the research
samples because it met the inclusion criteria. Data was analyzed using Chi
Square test with α=0,05 to find out the correlation of independent variable and
dependent variable. The results showed that there were 19 respondents (63,3%)
who had respirable dust exposure above the NAB with average of respirable dust
exposure was 2,506 mg/m3 and total of the lowest and highest dust exposure,
respectively 0,775 and 5,426 mg/m3 . Result of lung function examination, 17
respondents (56,7%) had impaired lung function, with 10 people had obstruction,
4 people had restriction and 3 people had obstruction-restriction. Chi square test
result showed a correlation of respirable dust exposure (p=0,023) with impaired
lung function in furniture industry workers. It can be concluded
the higher the exposure to respirable dust the greater the risk of impaired lung
function.
832
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
833
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
dengan gangguan fungsi paru yang terendah yaitu 0,775 mg/m3, nilai
ialami pekerja di unit pengamplasan. rata-rata 2,506 mg/m3. Pengukuran
fungsi paru diketahui ada sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN 17 responden (56,7%) dengan
Karakteristik Responden gangguan fungsi paru dan sebanyak
Tabel 1. Distribusi Frekuensi 13 responden (43,3%) dengan tidak
Karakteristik Responden ada gangguan fungsi paru dari 17
responden yang mengalami
gangguan fungsi paru, sebagian
besar responden mengalami
obstruksi sebanyak 10 orang (20%),
sebanyak 4 responden (13,3%)
mengalami restriksi, sebanyak 3
responden (10,0%) mengalami
mixed. Responden dengan gangguan
obstruksi diantaranya 6 orang
obstruksi ringan dan 4 orang
obstruksi sedang. Responden
dengan gangguan restriksi, 2 orang
restriksi ringan, 1 orang restriksi
sedang dan 1 orang restriksi berat.
Masa kerja 5 tahun diketahui
sebanyak 17 responden (56,7 %) dan
yang memiliki masa kerja < 5 tahun
Dari penelitian diketahui bahwa sebanyak 13 responden (43,3%).
sebagian besar responden sebanyak Rata-rata masa kerja responden
22 orang (70,5%) berjenis kelamin dalam penelitian ini adalah. Semua
perempuan dengan kelompok umur pekerja bekerja selama lebih dari 40
terbanyak pada rentang umur 41-50 jam/minggu. Berdasarkan observasi
tahun 13 responden (43,3%). dan wawancara kepada pekerja
Segaian besar responden dalam dapat diketahui bahwa semua
penelitian ini memiliki status gizi pekerja sudah memiliki kesadaran
kurus normal dan gemuk. Rata – rata untuk memakai APD berupa masker
responden memiliki IMT sebesar 24.3 namun dalam penerapannya masker
(normal). Responden yang kebiasaan tidak selalu bersih karena sebagian
merokok diketahui hanya sebanyak 7 besar pekerja malas membersihkan
responden (23,3%). Dari 7 orang masker. Sedangkan dari perusahaan
responden yang merokok, semuanya hanya membagikan masker setiap
memilih rokok putih yang sudah satu bulan sekali.
berfilter. Terdapat 14 responden
(53,3%) yang memiliki kebiasaan Karakteristik Lingkungan
berolahraga. Dari 14 responden yang Hasil pengukuran diketahui bahwa
berolahraga, sebagian besar memilih kadar debu total di bagian sanding
olahraga lari dan senam aerobic. titik 1 adalah sebesar 19 mg/m3 dan
Penelitian menunjukkan kadar sanding titik 2 sebesar 24 mg/m3.
debu terhirup yang melebihi NAB (>1 Angka tersebut melebih nilai ambang
mg/m3 ) sebanyak 19 responden batas sebesar 10 mg/m3 dalam
(63,3%) dengan kadar debu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
perseorangan dibawah NAB. kadar Transmigrasi Republik Indonesia
debu tertinggi yaitu 5,426 mg/m3 dan Nomor PER 13/MEN/X/2011 tentang
834
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan kelembapan di kedua titik juga
Faktor Kimia di Tempat Kerja. melebihi nilai kelembaban ideal
Pengukuran suhu dan kelembapan Kelembaban di titik 1 dan 2 adalah
dilakukan sebagai data penunjang 60,7 – 64,3%. Selain suhu dan
kadar debu di unit pengamplasan CV. kelembaban, ventilasi mempengaruhi
Citra Jepara. selain itu suhu dan kualitas udara dalam ruang kerja.
kelembaban digunakan untuk Dari hasil pengamatan diketahui
mendeskripsikan kondisi lingkungan bahwa sudah ada beberapa upaya
kerja. Berdasarkan pengukuran suhu pengendalian ruang dengan ventilasi.
di ruang pengamplasan pada titik 1 Terdapat 6 buah exhaust fan dan 6
dan 2 sama yaitu 31,3oC – 32,4oC . cyclone yang semuanya berfungsi
Hasil ini melebihi nilai ambang batas dengan baik. Namun penempatan
sesuai yang ditetapkan dalam exhaust fan kurang tepat.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Seharusnya exhaust fan dipasangkan
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang pada dinding yang berbatas dengan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan lingkungan luar. Sehingga akan
Kerja Perkantoran dan Industri. dapat memungkinkan pertukaran
Sedangan hasil pengukuran terhadap udara dari dalam dan luar ruang.
835
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
836
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DAFTAR PUSTAKA
1. Meo A. Effects Of Duration Of
Exposure To Wood Dust On Peak
Expiratory Flow Rate Among
Workers In Small Scale Wood
Industrie,. International Journal
Occup Med Environ Health.
2004;17(4):451–5.
2. Mukono H. Prinsip Dasar
Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press; 2000.
3. Anes NI, Kawatu PAT, Umboh
JML. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Gangguan
Fungsi Paru Pada Pekerja di PT.
Tonasa Line Kota Bitung. JIKMU.
2015;5(3):600–7.
4. Epler G. Environmental and
Occupational Lung Disease. In :
Clinical Overview Of Occupational
Diseases. Columbia: Return to
Epler; 2000.
5. Ikhsan M. Penatalaksanaan
Penyakit Paru Akibat Kerja.
Jakarta: UI Press; 2002.
6. Irjayanti A, Nurjazuli, Suwondo A.
Hubungan Kadar Debu Terhirup (
Respirable ) Dengan Kapasitas
Vital Paksa Paru Pada Pekerja
Mebel Kayu di Kota Jayapura.
Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia. 2012;11(2):182–6.
837