You are on page 1of 6

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAYU TERHIRUP DENGAN


GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA DI INDUSTRI MEBEL
CV. CITRA JEPARA FURNITURE KABUPATEN SEMARANG

Risa Kartika Putri, Yusniar Hanani Darundiati, Nikie Astorina Yunita


Dewanti
Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: risakartikap@gmail.com

Abstact
Furniture industry workers have risk accumulation of dust in respiratory system
which could cause impaired lung function. The purpose of this research was to
analyze the correlation of respirable dust exposure with impaired lung function in
furniture industry workers of CV. Citra Jepara Furniture Semarang Regency. This
was an observational research with cross sectional design. Population of this
research were 30 workers in sanding section and were taken as the research
samples because it met the inclusion criteria. Data was analyzed using Chi
Square test with α=0,05 to find out the correlation of independent variable and
dependent variable. The results showed that there were 19 respondents (63,3%)
who had respirable dust exposure above the NAB with average of respirable dust
exposure was 2,506 mg/m3 and total of the lowest and highest dust exposure,
respectively 0,775 and 5,426 mg/m3 . Result of lung function examination, 17
respondents (56,7%) had impaired lung function, with 10 people had obstruction,
4 people had restriction and 3 people had obstruction-restriction. Chi square test
result showed a correlation of respirable dust exposure (p=0,023) with impaired
lung function in furniture industry workers. It can be concluded
the higher the exposure to respirable dust the greater the risk of impaired lung
function.

Keywords : respirable dust exposure, impaired lung function, furniture industry


worker

PENDAHULUAN pernafasan. Penumpukan debu pada


Industri mebel berpotensi saluran napas dapat menyebabkan
menimbulkan pencemaran udara di peradangan jalan napas, dan dapat
tempat kerja berupa debu kayu yang mengakibatkan penyumbatan jalan
berasal dari proses fisik pengolahan napas, sehingga menurunkan
bahan baku untuk dijadikan mebel. kapasitas paru. Dampak paparan
Pekerja industri mebel kayu debu yang terus menerus dapat
mempunyai resiko untuk mengalami menurunkan faal paru berupa
penimbunan debu pada saluran obstruktif.(2)
pernapasan. Absorpsi dari partikel- Selain itu faktor individual
partikel debu terjadi lewat paru-paru meliputi mekanisme pertahanan paru,
melalui mekanisme pernapasan.(1) anatomi dan fisiologi saluran nafas
Debu kayu di udara dapat serta faktor imunologis juga
terhirup dan mengendap dalam organ mempengaruhi gangguan fungsi

832
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

paru. Penilaian paparan pada pengamplasan. Debu bertebangan di


manusia perlu dipertimbangkan udara ruangan dan menumpuk di
antara lain sumber paparan, lamanya lantai, yang dapat terhirup oleh
paparan, paparan dari sumber lain, pekerja dan meningkatkan risiko
pola aktivitas sehari-hari dan faktor terjadi gangguan fungsi paru akibat
penyerta yang potensial seperti umur, debu industri mebel. Oleh sebab itu
jenis kelamin, kebiasaan tujuan dari penelitian ini adalah
(3)(4)
merokok. menganalisis hubungan antara
International Agency for paparan debu kayu terhirup dengan
Research on Cancer (IARC) dengan gangguan fungsi paru pada
melaporkan bahwa debu kayu pekerja.
menyebabkan kanker dan pada
tahun 1995 termasuk dalam METODE PENELITIAN
kelompok 1 sebagai karsinogen pada Penelitian ini merupakan
manusia. Di Indonesia angka sakit penelitian observasional dengan
mencapai 70% dari pekerja yang pendekatan cross sectional yang
terpapar debu tinggi. Sebagian besar dilakukan pada bulan Juni 2017.
penyakit paru akibat kerja Populasi dalam penelitian ini adalah
mempunyai akibat yang serius yaitu seluruh pekerja di bagian
terjadinya penurunan fungsi paru, pengamplasan di CV. Citra Jepara
dengan gejala utama yaitu sesak Kabupaten Semarang sebanyak 30
napas.(5) orang. Sampel subjek dalam
Penelitian yang dilakukan oleh penelitian ini mengambil semua dari
Irjayanti tahun 2012 menunjukkan jumlah populasi studi sebagai sampel
ada hubungan antara kadar debu yang memenuhi semua kriteria inklusi
terhirup (p-value = 0,050) dengan di antaranya bersedia menjadi
kapasitas vital paksa paru. Sebanyak responden, usia kerja produktif (15-
3 responden (7,5 %) yang memiliki 65 tahun) dan tidak memiliki riwayat
kadar debu terhirup melebihi NAB penyakit penapasan. Sedangkan
yaitu 1,075 mg/m3; 1,201 mg/m3 dan sampel objek yaitu udara dalam
1,220 mg/m3 masing-masing bekerja ruang kerja unit sanding.
di bagian pengamplasan sebanyak 2 Pengambilan sampel udara dilakukan
responden dan 1 responden di 2 titik yang telah ditentukan.
finishing.(6) Kadar debu terhirup diukur
CV. Citra Jepara adalah menggunakan Personal Dust
sebuah perusahaan yang bergerak Sampler dengan pengambilan
dalam bidang manufaktur dengan sampel debu selama 1 jam kerja.
menghasilkan produk mebelmulai Prosedur pengambilan sampel udara
dari bahan baku kayu hingga menjadi ruang berdasarkan SNI 19-7119.3-
produk mebel siap pakai. Hasil 2005 menggunakan alat High Volume
pengujian terhadap konsentrasi debu Air Sampler (HVAS) dengan metode
total DI bagian sanding gravimetri. Dan pengukuran fungsi
(pengamplasan) yaitu sebesar 3,953 paru dengan Spirometri. Data lainnya
mg/m3, angka ini paling tinggi diperoleh melalui wawancara dengan
disbanding dengan unit lain. Studi menggunakan kuesioner.
pendahuluan yang telah dilakukan, di Data yang terkumpul dianalisis
lingkungan kerja CV. Citra Jepara secara univariat dan bivariat. Analisis
Furniture menunjukkan adanya debu bivariat menggunakan uji Chi Square
kayu hasil samping dari proses (α = 0,05) untuk mengetahui
produksi terutama di bagian hubungan antara kadar debu terhirup

833
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan gangguan fungsi paru yang terendah yaitu 0,775 mg/m3, nilai
ialami pekerja di unit pengamplasan. rata-rata 2,506 mg/m3. Pengukuran
fungsi paru diketahui ada sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN 17 responden (56,7%) dengan
Karakteristik Responden gangguan fungsi paru dan sebanyak
Tabel 1. Distribusi Frekuensi 13 responden (43,3%) dengan tidak
Karakteristik Responden ada gangguan fungsi paru dari 17
responden yang mengalami
gangguan fungsi paru, sebagian
besar responden mengalami
obstruksi sebanyak 10 orang (20%),
sebanyak 4 responden (13,3%)
mengalami restriksi, sebanyak 3
responden (10,0%) mengalami
mixed. Responden dengan gangguan
obstruksi diantaranya 6 orang
obstruksi ringan dan 4 orang
obstruksi sedang. Responden
dengan gangguan restriksi, 2 orang
restriksi ringan, 1 orang restriksi
sedang dan 1 orang restriksi berat.
Masa kerja 5 tahun diketahui
sebanyak 17 responden (56,7 %) dan
yang memiliki masa kerja < 5 tahun
Dari penelitian diketahui bahwa sebanyak 13 responden (43,3%).
sebagian besar responden sebanyak Rata-rata masa kerja responden
22 orang (70,5%) berjenis kelamin dalam penelitian ini adalah. Semua
perempuan dengan kelompok umur pekerja bekerja selama lebih dari 40
terbanyak pada rentang umur 41-50 jam/minggu. Berdasarkan observasi
tahun 13 responden (43,3%). dan wawancara kepada pekerja
Segaian besar responden dalam dapat diketahui bahwa semua
penelitian ini memiliki status gizi pekerja sudah memiliki kesadaran
kurus normal dan gemuk. Rata – rata untuk memakai APD berupa masker
responden memiliki IMT sebesar 24.3 namun dalam penerapannya masker
(normal). Responden yang kebiasaan tidak selalu bersih karena sebagian
merokok diketahui hanya sebanyak 7 besar pekerja malas membersihkan
responden (23,3%). Dari 7 orang masker. Sedangkan dari perusahaan
responden yang merokok, semuanya hanya membagikan masker setiap
memilih rokok putih yang sudah satu bulan sekali.
berfilter. Terdapat 14 responden
(53,3%) yang memiliki kebiasaan Karakteristik Lingkungan
berolahraga. Dari 14 responden yang Hasil pengukuran diketahui bahwa
berolahraga, sebagian besar memilih kadar debu total di bagian sanding
olahraga lari dan senam aerobic. titik 1 adalah sebesar 19 mg/m3 dan
Penelitian menunjukkan kadar sanding titik 2 sebesar 24 mg/m3.
debu terhirup yang melebihi NAB (>1 Angka tersebut melebih nilai ambang
mg/m3 ) sebanyak 19 responden batas sebesar 10 mg/m3 dalam
(63,3%) dengan kadar debu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
perseorangan dibawah NAB. kadar Transmigrasi Republik Indonesia
debu tertinggi yaitu 5,426 mg/m3 dan Nomor PER 13/MEN/X/2011 tentang

834
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan kelembapan di kedua titik juga
Faktor Kimia di Tempat Kerja. melebihi nilai kelembaban ideal
Pengukuran suhu dan kelembapan Kelembaban di titik 1 dan 2 adalah
dilakukan sebagai data penunjang 60,7 – 64,3%. Selain suhu dan
kadar debu di unit pengamplasan CV. kelembaban, ventilasi mempengaruhi
Citra Jepara. selain itu suhu dan kualitas udara dalam ruang kerja.
kelembaban digunakan untuk Dari hasil pengamatan diketahui
mendeskripsikan kondisi lingkungan bahwa sudah ada beberapa upaya
kerja. Berdasarkan pengukuran suhu pengendalian ruang dengan ventilasi.
di ruang pengamplasan pada titik 1 Terdapat 6 buah exhaust fan dan 6
dan 2 sama yaitu 31,3oC – 32,4oC . cyclone yang semuanya berfungsi
Hasil ini melebihi nilai ambang batas dengan baik. Namun penempatan
sesuai yang ditetapkan dalam exhaust fan kurang tepat.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Seharusnya exhaust fan dipasangkan
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang pada dinding yang berbatas dengan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan lingkungan luar. Sehingga akan
Kerja Perkantoran dan Industri. dapat memungkinkan pertukaran
Sedangan hasil pengukuran terhadap udara dari dalam dan luar ruang.

Hubungan Kadar Debu Terhirup dengan Gangguan Fungsi Paru


Tabel 2. Hubungan Paparan Debu Terhirup dengan Ganggaun Fungsi Paru
Responden di CV. Citra Jepara Furniture Kabupaten Semarang
Ada
Debu Normal Total OR
Gangguan P value
Terhirup (95% CI)
f % f % f %
Di atas NAB 14 73,7 5 26,3 19 100
2,702
Di bawah
3 27,3 8 72,7 11 100 0,023 (0,992 –
NAB
7,357)
Total 17 56,7 13 43,3 30 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Semarang. Berdasarkan


sebanyak 14 responden (73,7%) nilai RP menunjukkan bahwa pekerja
yang terpapar debu di atas NAB yang terpapar debu terhirup di atas
mengalami gangguan fungsi paru, NAB berisiko 2,7 kali lebih besar
jumlah ini lebih tinggi jika untuk mengalami gangguan fungsi
dibandingkan dengan dengan pekerja paru dibanding pekerja yang terpapar
yang terpapar debu di bawah NAB terhirup di bawah NAB).
yang mengalami gangguan fungsi Paparan debu perseorangan
paru hanya sebanyak 3 orang pada pekerja di bagian
responden (27,3%). Jadi semakin pengamplasan yang di atas NAB
tinggi pekerja terpapar debu terhirup cukup banyak hal ini disebabkan
maka semakin besar risiko kadar konsentrasi debu total dibagian
mengalami gangguan fungsi paru. pengamplasan pada kedua titik
Hasil pengujian statisktik adalah 19 mg/m3 dan 24 mg/m3.
dengan uji Chi Square diperoleh nilai Kadar debu total di bagian
p value sebesar 0,023 (p < 0,05), pengamplasan yang diatas NAB yang
maka ada hubungan yang signifikan akan terhirup oleh pekerja. Debu
antara kadar debu terhirup dengan kayu dari hasil samping
gangguan fungsi paru pada pekerja pengamplasan ini bersifat respirabel
di CV. Citra Jepara Furniture karena ukurannya Debu yang masuk

835
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

saluran nafas menyebabkan Jepara Furniture Kabupaten


timbulnya reaksi mekanisme Semarang.
pertahanan non spesifik berupa Hasil ini sejalan dengan
batuk, bersin, gangguan transport penelitian Irjayanti tentang hubungan
mukosilier dan fagositosis oleh masa kerja dengan kapasitas vital
makrofag. Otot polos disekitar jalan paksa paru pada pekerja mebel di
nafas dapat terangsang sehingga Kota Jayapura menunjukkan tidak
menimbulkan penyempitan. Keadaan ada hubungan (p > 0,05) yaitu masa
ini biasanya terjadi bila kadar debu kerja (p-value = 0,991). Namun, hal
melebihi nilai ambang batas.(7) ini bertentangan dengan teori yang
Penumpukan debu pada saluran menyebutkan bahwa semakin lama
napas dapat menyebabkan masa kerja seorang di lingkungan
peradangan jalan napas yang dapat kerja yang berdebu semakin besar
mengakibatkan penyumbatan jalan pula kemungkinan terjadi kerusakan
napas, sehingga menurunkan pada organ paru dan masa paparan
kapasitas paru. debu kayu dengan jangka waktu >5
Hasil penelitian ini sejalan tahun akan mengakibatkan terjadinya
dengan penelitian yang dilakukan gangguan paru.
Choridah tahun 2008 disebutkan Ada 9 responden yang memiliki
adanya hubungan antara konsentrasi masa kerja yang kurang dari 5 tahun
debu respirabel dengan gangguan mengalami gangguan fungsi paru ini
fungsi paru pada pekerja industri bisa disebabkan karena beberapa
mebel di wilayah Cakung. Selain itu pekerjaan sebelumnya juga bekerja
didukung oleh hasil penenitian yang di lingkungan kerja yang berdebu
dilakukan oleh Triatmo tahun 2006 tinggi. Pengaruh masa kerja terhadap
menunjukkan bahwa pekerja yang gangguan fungsi paru juga tidak
terpajan oleh debu kayu dengan dapat dipisahkan dengan kepatuhan
konsentrasi > 1 mg/m3 berisiko untuk penggunaan APD. Seperti halnya
mengalami gangguan fungsi paru 14 dalam penelitian ini walaupun masa
kali lebih besar dibandingkan dengan kerja responden lebih dari 5 tahun
pekerja yang terpajan debu kayu namun karena kepatuhan mereka
dengan konsentrasi < 1 mg/m3.(8) dalam memakai APD menunjukkan
Selain itu hasil tabulasi silang bahwa penggunaan bisa menjadi
antara masa kerja dengan gangguan salah satu upaya pencegahan
fungsi paru dapat diketahui bahwa gangguan fungsi paru. Pekerja yang
kejadian gangguan fungsi paru pada taat menggunakan masker pada saat
pekerja di bagian pengamplasan di bekerja pada area yang berdebu
industri mebel CV. Citra Jepara akan meminimalkan jumlah paparan
Furniture Kabupaten Semarang lebih partikel debu yang dapat terhirup.
banyak dijumpai pada kelompok
responden dengan masa kerja SIMPULAN
kurang dari 5 tahun (69,2%)., 1. Hasil pengukuran paparan debu
dibandingkan dengan responden terhirup sebanyak 19 responden
dengan masa kerja kurang dari sama (63,3%) dengan paparan debu
dengan 5 tahun (47,1%). Hasil uji Chi terhirup diatas NAB, rata-rata
Square diperoleh nilai p value = paparan debu terhirup sebanyak
0,339 maka tidak ada hubungan 2,506 mg/m3 dan jumlah kadar
antara masa kerja dengan gangguan debu terendah dan tertinggi yaitu
fungsi paru pada pekerja di CV. Citra 0,775 dan 5,426 mg/m3

836
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

2. Hasil pengukuran fungsi paru 7. Pope C. Respiratory Health and


ada sebanyak 17 responden PM 10 Pollution. AM. New York:
(56,7%) dengan gangguan fungsi Rev. Respiartory Desease; 2003.
paru. 8. Triatmo W, Adi S, Hanani Y.
3. Ada hubungan antara paparan Paparan Debu Kayu dan
debu terhirup dengan gangguan Gangguan Fungsi Paru Pada
fungsi paru pada pekerja di CV. Pekerja Mebel (Studi di PT Alis
Citra Jepara Furniture Jaya Ciptatama). Jurnal
Kabupaten Semarang dengan p Kesehatan Lingkungan Indonesia.
value sebesar 0,023 (p < 0,05). 2006;5(2).
Peningkatan upaya pengendalian
kadar debu pelu dilakukan dengan
memaksimalkan pengaturan ventilasi
seperti penambahan exhaust blower
di area produksi. Perusahaan juga
disarankan untuk dimenyediakan
masker N95 secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Meo A. Effects Of Duration Of
Exposure To Wood Dust On Peak
Expiratory Flow Rate Among
Workers In Small Scale Wood
Industrie,. International Journal
Occup Med Environ Health.
2004;17(4):451–5.
2. Mukono H. Prinsip Dasar
Kesehatan Lingkungan. Surabaya:
Airlangga University Press; 2000.
3. Anes NI, Kawatu PAT, Umboh
JML. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Gangguan
Fungsi Paru Pada Pekerja di PT.
Tonasa Line Kota Bitung. JIKMU.
2015;5(3):600–7.
4. Epler G. Environmental and
Occupational Lung Disease. In :
Clinical Overview Of Occupational
Diseases. Columbia: Return to
Epler; 2000.
5. Ikhsan M. Penatalaksanaan
Penyakit Paru Akibat Kerja.
Jakarta: UI Press; 2002.
6. Irjayanti A, Nurjazuli, Suwondo A.
Hubungan Kadar Debu Terhirup (
Respirable ) Dengan Kapasitas
Vital Paksa Paru Pada Pekerja
Mebel Kayu di Kota Jayapura.
Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia. 2012;11(2):182–6.

837

You might also like