You are on page 1of 10

PRELIMINARY HAZARD ANALYSIS PADA PEKERJAAN

SEKTOR PANDAI BESI DI DESA TANJUNG LAUT


TAHUN 2019

MANUSKRIP

OLEH
NAMA : SYARIAH OMPU ANGGANATA
NIM : 10011181520013

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
PRELIMINARY HAZARD ANALYSIS PADA PEKERJAAN SEKTOR PANDAI BESI DI DESA
TANJUNG LAUT TAHUN 2019

Syariah Ompu Angganata1, Anita Camelia 2


1
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
2
Bagian K3KL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
Email: 1Syariahoangganata@gmail.com, 2 Anita.camelia@gmail.com
HP: 1 082269495826, 2 081367909602
Jl. Palembang Prabumulih KM. 32, Indralaya Indah Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan

PRELIMINARY HAZARD ANALYSIS ON FORGER OF TANJUNG LAUT VILLAGE IN 2019


ABSTRACT
Background: The blacksmith is an informal business that do not have operational standards in the process of the
work separated from the presence risk of work accidents. Production process that uses the machinery, manual work
equipments and contact with the various hazards. The information about the dangers on the blacksmith is very
minimal. For that, there is an imminent need of the safety risk analysis to identify the potential hazard. This research
aims to to do the preliminary hazard analysis on the blacksmith sector in Tanjung Laut village.
Method : The method of this research was descriptive research with qualitative approach. Data collection
instruments in this study use interview guideliness, hazard checklist and PHA worksheet. The research was conducted
in Tanjung Laut Village, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sources of information in this study amounted to
four key informants that business owner and six informants that blacksmith worker .
Result: The results show based on the identification of work stages, the hazards are the heat, sparks, sharp objects,
iron beater, noise, dust material as well as the dangers of ergonomics. Risk analysis conducted indicates 24 hazards
were found,then rank of risks show there were 3 high risks category, 8 serious hazards category, 8 medium risks
category and 5 low hazards category.
Conclusion : The danger with high risk incudes falling into the musculoskeletal Disorder hazard and noise hazard.
The forgers were advised to stretch muscles before and after work. Advisable also to used personal protective
equipment (PPE) to reduce the impact of noise when working for all of the forgers. The government is advised to pay
attention more to the informal industry. The government also recommended to establish work safety effort post (UKK
post) in Tanjung Laut village working area of Tanjung Batu Health Center.
Keywords : Preliminary Hazard Analysis, Blacksmith, Risk Management

ABSTRAK

Latar Belakang: Usaha pandai besi adalah usaha informal yang tidak memiliki standar operasional dalam proses
pekerjaan yang harus diikuti, sehingga pandai besi tidak terlepas dari risiko kecelakaan kerja. Proses produksi yang
menggunakan mesin, peralatan kerja manual serta kontak dengan berbagai hazard. Informasi-informasi yang ada
tentang bahaya di pandai besi masih sangat minim. Untuk itu perlu dilakukan analisis risiko keselamatan dan
kesehatan kerja untuk mengetahui hazard yang berpotensi timbul. Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan
preliminary hazard analysis pada pekerjaan sektor pandai besi di desa Tanjung Laut.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Instrumen pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, hazard checklist dan PHA worksheet. Penelitian dilakukan di
desa Tanjung Laut, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sumber informan dalam penelitian ini berjumlah empat
informan kunci yaitu pemilik usaha pandai besi dan enam informan yaitu pekerja pandai besi.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahaya teridentifikasi berdasarkan tahapan pekerjaan adalah suhu panas,
percikan api, benda tajam, besi pemukul, kebisingan, debu material serta bahaya ergonomi. Analisis risiko yang
dilakukan menunjukkan ada 24 hazard yang ditemukan, lalu perangkingan risiko yang dilakukan menunjukkan
terdapat 3 risiko golongan tinggi, 8 hazard golongan serius, 8 risiko golongan medium dan 5 hazard golongan rendah.
Kesimpulan: Bahaya dengan risiko tinggi adalah bahaya musculoskeletal disorder dan bahaya kebisingan.
Disarankan pekerja untuk melakukan peregangan otot sebelum dan setelah bekerja. Pekerja juga disarankan
menggunakan APD untuk mengurangi dampak dari kebisingan. Pemerintah disarankan untuk lebih memperhatikan
industri informal dan membentuk Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) di desa Tanjung Laut wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Batu.
Kata Kunci: Preliminary Hazard Analysis, Pandai Besi, Manajemen Risiko
PENDAHULUAN
Sektor informal menurut pengertian Badan Pusat Statistik adalah perusahaan non direktori (PND)
dan rumah tangga (RT) dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang. Sektor informal mempunyai ciri-
ciri khusus antara lain bekerja pada diri sendiri, bersifat usaha keluarga, jam kerja dan gaji tidak teratur,
pekerjaan sering dilakukan di rumah, tidak ada bantuan pemerintah dan sering tidak berbadan hukum.
Kelompok pekerja informal ada yang terorganisir dan ada yang tidak terorganisir.1 Jumlah tenaga kerja
Indonesia di sektor informal pada tahun 2014 menurut artikel yang diterbitkan ILO mencapai 53,6% dari
seluruh angkatan kerja. Pekerja tersebut bekerja tanpa perlindungan sosial seperti asuransi kecelakan kerja,
kesehatan, perlindungan keluarga, dan jaminan hari tua. Padahal setiap pekerjaan baik formal maupun
informal sama-sama memiliki bahaya dan risiko kerja masing-masing. Kecelakaan kerja dan penyakit
akibat dapat terjadi pada pekerjaan informal karena sektor informal umumnya masing kurang pengawasan
dari pihak pemerintah dan kurangnya kesadaran dari pihak pekerja sektor informal itu sendiri.2
Salah satu industri kecil yang berkembang saat ini adalah usaha industri pandai besi. Industri ini
merupakan industri informal (home industri) yang pada umumnya dilaksanakan disekitar rumah dan
merupakan industri keluarga.Industri tersebut merupakan salah satu industri yang mempunyai potensi
terpapar berbagai jenis bahaya yang ada ditempat kerja.3 Pekerja pandai besi merupakan kegiatan rumah
tangga yang sampai saat ini merupakan produsen utama alat-alat pertanian seperti cangkul, sabit, parang,
sendok dodol, egrek, gancu, pisau, dan lain-lain, yang pada saat proses produksinya banyak menghasilkan
barang jadi. Kegiatan ini pada umumnya dilaksanakan berada di sekitar rumah dan merupakan kegiatan
keluarga.4 Usaha pandai besi merupakan salah satu sektor pekerjaan informal yang ada di Sumatera Selatan.
Desa Tanjung laut, Ogan Ilir merupakan salah satu desa dengan sektor usaha pandai besi yang
penduduknya 80% bekerja sebagai pengrajin pandai besi. Pandai besi ini merupakan salah satu bentuk
kegiatan perindustrian infromal yang banyak melibatkan aktivitas manual handling untuk menciptakan
produk-produk rumah tangga seperti pisau, cangkul, sabit dan benda lainnya yang terbuat dari besi.
Usaha informal khususnya pandai besi bukanlah usaha yang memiliki standar operasional dalam
proses pekerjaan yang harus diikuti. Pekerja hanya berorientasi pada hasil produksi yang akan dihasilkan
agar sesuai dengan yang diharapkan tanpa mementingkan keselamatan saat bekerja. Sektor pandai besi
merupakan suatu usaha yang tidak terlepas dari potensi bahaya dalam setiap tahap produksinya. Berbagai
bahaya tersebut berpotensial untuk menyebabkan kecelakaan dan kesehatan kerja seperti percikan besi
panas, gangguan pendengaran akibat kebisingan, kelelahan, dehidrasi, gangguan pernapasan dan awkward
postur.
Analisis disetiap tahapan pekerjaan sektor pandai besi dilakukan dengan menggunakan metode
Preliminary Hazard Analysis (PHA) sebagai analisis awal pada bahaya yang hanya memiliki sedikit
informasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melaksanakan PHA pada pekerjaan sektor pandai besi di desa
Tanjung Laut. Preliminary Hazard Analysis adalah suatu metode yang tepat digunakan sebagai analisis
awal pada suatu sistem yang baru.5

METODE
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian dengan
wawancara mendalam, observasi dengan menggunakan hazard checklist dan PHA worksheet. Sumber
informasi dalam penelitian ini berjumlah empat informan kunci yaitu pemilik usaha pandai besi dan enam
informan yaitu pekerja pandai besi. Validitas data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber,
metode dan analisis. Data diolah kemudian dianalisis sesuai dengan Preliminary hazard analysis pada
pekerjaan sektor pandai besi di lokasi penelitian.
HASIL PENELITIAN
Identifikasi Bahaya
Setiap mesin dan peralatan kerja yang digunakan memiliki potensi bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan saat bekerja. Selain dari mesin dan peralatan kerja, potensi bahaya juga berasal
dari material yang digunakan dalam proses produksi, kecerobohan pekerja dan kondisi lingkungan kerja.
Potensi bahaya dari mesin dan peralatan antara lain suhu panas, percikan api, kesetrum, bahaya benda
tajam, terluka akibat besi pemukul. Potensi bahaya yang berasal dari material adalah debu partikel besi
yang dihasilkan saat memukul besi untuk dibentuk. Sedangkan potensi bahaya yang berasal dari kondisi
lingkungan kerja adalah kebisingan.
Analisis Risiko
Dari hasil informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam terhadap informan kunci dan
informan dan observasi kemudian dilakukan analisis risiko. Hasil analisis risiko pada Analisis risiko dari
setiap tahap pada pekerjaan pandai besi dalam penelitian ini menggunakan standar MIL-STD-882D dengan
menentukan nilai probability dan severity.6
Peringkat Risiko
Setelah dilakukan analisis risiko, maka tahap selanjutnya adalah pemeringkatan risiko dimana
masing - masing risiko dikelompokkan berdasarkan jenis risiko dan tindakan yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan kategori yang ditentukan. Perangkingan risiko dilakukan dengan menggunakan tabel risk
matriks menurut MIL-STD- 882D.6 Hasil peringkat risiko didapatkan risiko yang termasuk ke dalam
kategori High Risk yaitu Awkward Postur saat pemotongan dan pembentukan besi dan kebisingan saat
pembentukan besi, yang termasuk kedalam Serious Risk yaitu terkena pemukul besi, terkena percikan kulit
besi saat pembentukan besi, material panas, tersengat listrik, terpapar gas CO, kebisingan akibat
menggerinda mesin dan percikan api saat menggerinda. Untuk yang termasuk ke dalam Medium Risk yaitu
pisau pembelah besi saat memotong dan membentuk besi, kebisingan saat memotong besi, debu partikel
besi, terpercik batu gerinda besi, postur janggal (Awkward Postur) saat menggerinda, air penyepuh yang
kotor dan terluka akibat pisau kikir, yang masuk ke dalam Low Risk yaitu tersengat listrik saat menghidup-
matikan mesin blower, penjepit besi, besi tajam yang digerinda dan diolesi minyak.
Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil perankingan risiko diketahui bahwa dari total 24 hazard yang terdapat pada
pekerjaan di sektor pandai besi desa Tanjung Laut, terdapat 3 hazard yang termasuk dalam golongan tinggi
(high risk), 8 hazard yang termasuk dalam golongan serius (serious risk), 8 hazard yang termasuk dalam
golongan medium (medium risk), dan 5 hazard yang termasuk dalam golongan rendah (low risk). Hal ini
mengindikasikan bahwa untuk hazard yang tergolong high risk dan serious risk membutuhkan
pengendalian lebih lanjut dengan menetapkan tindakan pengendalian bahaya. Untuk hazard yang tergolong
medium risk merupakan hazard yang dapat diterima dengan terus melakukan pemantauan berkala dalam
aktivitasnya dan hazard yang tergolong low risk tidak membutuhkan adanya pengendalian lebih lanjut.

PEMBAHASAN
Identifikasi Bahaya
Setiap mesin dan peralatan yang digunakan pada pekerjaan sektor pandai besi memiliki potensi
bahaya, dimulai dari tahap pemotongan besi, pembentukan besi, gerinda, penyepuhan, pengikiran, dan
pengolesan minyak. Perkembangan teknologi mengakibatkan interaksi antara manusia dengan mesin
semakin meningkat dimana hal tersebut dapat mengakibatkan potensi bahaya yang sangat besar pada lantai
produksi, karena mesin memiliki kemampuan berbeda-beda dalam setiap operasi dan keterbatasan operator
saat bekerja.7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahap pekerjaan pandai besi di desa Tanjung Laut
memiliki potensi bahaya, dimulai dari tahap pemotongan besi, pembentukan besi menjadi prosuksi yang
diinginkan, penggerindaan besi hasil produksi, pengikiran dan pengolesan minyak. Potensi bahaya itu
sendiri dapat berasal dari tahap pekerjaan maupun mesin dan peralatan yang digunakan seperti pemukul
besi, kikir besi, mesin gerinda dan mesin blower

Analisis Risiko
Risiko yang termasuk golongan High adalah Noise Induced Hearing Loss (NIHL) dan postur
janggal (Awkward Postur) saat memukul besi. Berdasarkan estimasi probability dan severity, Noise
Induced Hearing Loss (NIHL) ini termasuk ke dalam kategori risiko golongan tinggi (High), yaitu dengan
nilai probability A karena paparan terjadi setiap saat dan angka 2 untuk nilai severity karena dampaknya
dapat menyebabkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) atau cacat dikemudian hari. Paparan kebisingan yang
berintensitas tinggi pada pekerja dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pendengaran. Pada kasus
kronis, dengan paparan terus menerus selama bertahun-tahun, dapat menyebabkan ketulian. Pengaruh
paparan kebisingan pada pendengaran dapat menyebabkan perubahan ambang dengar yang tergantung pada
frekuensi bunyi, intensitas dan lama waktu paparan. Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran
dapat menimbulkan reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara (temporary threshold shift),
dan peningkatan ambang dengar menetap (permanent threshold shift).8
Risiko lain yaitu risiko postur janggal (Awkward Postur) memiliki nilai probability A karena
paparan terjadi setiap saat dan angka 2 untuk nilai severity karena dampaknya dapat menyebabkan Penyakit
Akibat Kerja (PAK) atau cacat dikemudian hari. Pada penelitian tentang postur kerja pada pekerja pandai
besi di desa Tanjung Pinang II yang mengatakan penyebab banyaknya pekerja yang memiliki postur kerja
dengan risiko tinggi disebabkan karena stasiun pekerja yang tidak sesuai dengan prinsip ergonomi, terlihat
pekerja pandai besi yang terlalu membungkuk saat melakukan pekerjaan serta gerakan repetitif yang cukup
sering dilakukan terutama pada tubuh bagian atas seperti lengan.9

Peringkat Risiko
Ranking risiko dapat ditentukan setelah melakukan analisis risiko dengan mengestimasi nilai
probability dan severity sehingga didapatkan nilai risiko. Pada pekerjaan pandai besi desa Tanjung Laut,
peringkat risiko ditentukan berdasarkan standar MIL-STD-882D. Hasil dari perankingan risiko adalah
sebagai berikut:

a. High Risk
Berdasarkan matriks risiko, hazard dengan tingkat risiko high adalah hazard dengan
kategori 1 sampai 5 dan merupakan hazard yang tidak dapat diterima sehingga diperlukan
pengendalian lebih lanjut yang segera untuk menekan risiko dengan menetapkan tindakan
alternatif pengendalian bahaya. Risiko yang termasuk ke dalam kategori golongan tinggi (high
risk) adalah bahaya ergonomi yaitu postur janggal (Awkward Postur) pada tahap pemotongan
besi dan pembentukan besi dan kebisingan saat memukul besi.
b. Serious Risk
Berdasarkan matriks risiko, hazard dengan tingkat risiko serius adalah hazard dengan
kategori 6 sampai 9 dan merupakan hazard yang tidak tidak diinginkan sehingga dibutuhkan
pengendalian dengan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas sedemikian rupa. Risiko yang
termasuk ke dalam kategori golongan serius adalah terkena pemukul besi, terkena percikan
kulit besi saat pembentukan besi, material panas, tersengat listrik, terpapar gas CO, kebisingan
akibat menggerinda mesin dan percikan api saat menggerinda.
c. Medium Risk
Berdasarkan matriks risiko, hazard dengan tingkat risiko medium adalah hazard dengan
kategori 10 sampai 17 dan merupakan hazard yang dapat diterima namun harus terus dilakukan
pemantauan secara berkala dalam aktivitasnya. Risiko yang termasuk ke dalam kategori
golongan medium adalah pisau pembelah besi saat memotong dan membentuk besi, kebisingan
saat memotong besi, debu partikel besi, terpercik batu gerinda besi, postur janggal (Awkward
Postur) saat menggerinda, air penyepuh yang kotor dan terluka akibat pisau kikir.
d. Low Risk
Berdasarkan matriks risiko, hazard dengan tingkat risiko low adalah hazard dengan
kategori 18 sampai 20 dan merupakan hazard yang tidak membutuhkan adanya pengendalian
lebih lanjut. Risiko yang termasuk ke dalam kategori golongan low adalah tersengat listrik saat
menghidup-matikan mesin blower, penjepit besi, besi tajam yang digerinda dan diolesi minyak.

Tindak Lanjut
a. High Risk
Berdasarkan hasil penelitian, risiko yang termasuk ke dalam kategori risiko golongan
tinggi (high risk) adalah Bahaya ergonomi yang mengakibatkan Awkward Postur pada tahap
pemotongan besi dan pembentukan besi dan kebisingan sehingga diperlukan pengendalian
lebih lanjut untuk menekan risiko dengan menetapkan tindakan alternatif pengendalian bahaya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari bahaya ergonomi adalah mengadakan kegiatan
pelatihan manual handling yang benar dan tepat serta melakukan peregangan otot sebelum dan
sesudah bekerja untuk menghindari nyeri pada anggota tubuh.
Risiko lainnya adalah kebisingan yang ditimbulkan berasal dari palu pemukul yang
digunakan untuk memukul besi saat dibentuk. Belum ada pekerja yang menggunakan APD
seperti penutup telinga. Penelitian lain menunjukkan untuk meningkatkan produktivitas kerja
melalui pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dengan melaksanakan program
konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur pendengaran. Program konservasi
pendengaran meliputi kegiatan pengukuran tingkat intensitas kebisingan pada lokasi kerja
sesuai karakteristik pekerjaan, meningkatkan upaya pencegahan ketulian akibat bising melalui
upaya mengurangi paparan terhadap pekerja, baik secara teknis maupun administratif, deteksi
dini adanya kasus Noise Hearing Induced Loss dan mencegah Temporary Threshold Shift
(TTS) yang timbul menjadi permanen serta meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai
kebisingan dan pengaruh terhadap kesehatan. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah
konservasi pendengaran oleh pemerintah dan menggunakan penutup telinga untuk menghindari
efek kebisingan.10
b. Serious Risk
Berdasarkan hasil penelitian, risiko yang termasuk ke dalam kategori risiko golongan
serius (serious) adalah terkena pemukul besi, terkena percikan kulit besi saat pembentukan
besi, terpapar gas CO, kebisingan akibat menggerinda mesin dan percikan api saat
menggerinda. Untuk risiko golongan serius diperlukan pengendalian dengan melakukan
pengelolaan terhadap aktivitas produksi sedemikian rupa.
Risiko selanjutnya tersengat listrik oleh mesin gerinda, risiko ini juga termasuk ke dalam
kategori risiko tinggi. Pengendalian risiko akibat listrik adalah memakai topi plastik atau karet,
sarung tangan karet, dan sepatu karet. Pengendalian ini bisa dilakukan dengan mengatur ulang
ruang kerja khususnya aliran listrik ke tempat yang agak jauh dari tubuh pekerja namun masih
bisa dijangkau. Penelitian menunjukkan tersengat arus listrik berisiko terhadap kesehatan
pekerja karena dapat menyebabkan shock, pingsan dan meninggal dunia. Risiko ini dapat
diakibatkan oleh mesin gerinda yang tidak dilindungi oleh pelindung mesin dan pekerja yang
tidak memeriksa mesin gerinda dalam keadaan aman sebelum bekerja.11
Percikan kulit besi juga dapat menimbulkan risiko pada pekerja, setiap pekerja memukul
besi panas yang akan dibentuk percikan kulit besi dapat mencipratkan kulit besi yang panas
dan melukai anggota tubuh terutama tangan dan kaki. Upaya yang dapat dilakukan adalah
mengurangi kecepatan memukul besi dan menggunakan APD.
Risiko lainnya terpapar gas CO yang menurut hasil observasi begitu dekat paparannya
dengan pekerja saat membakar besi yang akan dibentuk. Tingkat afinitas gas CO 300 kali lipat
dari tingkat afinitas oksigen dalam tubuh manusia. Untuk mencegah paparan asap pekerja
membuat gazebo yang terbuka dan cerobong asap untuk mengeluarkan gas CO saat
pembakaran, namun masih ada tempat yang tidak memiliki cerobong asap untuk
mengerluarkan gas CO. Adapun upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah memasang
cerobong asap di dekat pemanas api yang digunakan. Saat menggerinda mesin juga memiliki
risiko terkena percikan api dan kebisingan saat menggerinda. Adapun upaya pengendalian
yang dapat dilakukan adalah menggunakan APD berupa Safety googles, sarung tangan dan
juga penutup telinga
c. Medium Risk
Berdasarkan hasil penelitian, risiko yang termasuk ke dalam kategori risiko golongan
medium adalah pisau pembelah besi saat memotong dan membentuk besi, kebisingan saat
memotong besi, debu partikel besi, terpercik batu gerinda besi, Musculoskeletal Disorder saat
menggerinda, air penyepuh yang kotor dan terluka akibat pisau kikir. Risiko golongan medium
tidak diperlukan langkah pengendalian lebih lanjut, cukup dengan melakukan pemantauan dan
monitoring berkala dalam pelaksanaan operasi.
d. Low Risk
Berdasarkan hasil penelitian, risiko yang termasuk ke dalam kategori risiko golongan
rendah (low risk) adalah tersengat listrik saat menghidup-matikan mesin blower, penjepit besi,
besi tajam yang digerinda dan diolesi minyak. Bahaya dengan tingkat risiko rendah artinya
pengurangan risiko tidak diperlukan lebih lanjut karena sumber daya yang dikeluarkan tidak
sebanding dengan penurunan risiko.12
Terlepas dari upaya pengendalian yang dapat dilakukan, pemerintah perlu membentuk kader Pos
UKK (Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja) mengingat mayoritas warga desa Tanjung Laut yang
bermatapencarian sebagai pengrajin pandai besi. Penerapan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
saat ini tidak hanya berpusat pada industri formal, namun juga pada industri informal, karena layaknya
industri formal tempat kerja di industri atau kegiatan informal juga memiliki elemen yang sama yaitu
terdapat tenaga kerja, alat dan lingkungan kerja yang saling berinteraksi.13 Menurut hasil dari penelitian
yang telah dilakukan terdapat potensi bahaya yang besar dan apabila interaksi tersebut berjalan tidak sesuai
dengan standar maka dapat mengakibatkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja.
Maka dari itu solusi yang ditawarkan adalah dibentuknya pos UKK (Upaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) yang nantinya akan menjadi wilayah kerja dari Puskesmas Tanjung Batu, dimana di kecamatan
Tanjung Batu tersebut terdapat banyak industri informal.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai preliminary hazard analysis pada
pekerjaan sektor pandai besi di desa Tanjung Laut Ogan Ilir, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahap identifikasi bahaya, hazard teridentifikasi menjadi beberapa klasifikasi hazard
berdasarkan tahapan pekerjaan yang dilakukan, yaitu pemotongan besi, pembentukan besi,
gerinda, penyepuhan besi dan pengolesan minyak. Dari kelima tahapan pekerjaan tersebut,
sumber bahaya yang dimiliki diantaranya adalah suhu panas, percikan api, bahaya benda tajam,
besi pemukul, debu partikel besi, kebisingan dan bahaya ergonomi.
2. Pada tahap analisis risiko, tingkat risiko tertinggi adalah pada kategori risiko golongan high
yaitu Awkward Postur pada tahap pemotongan besi dan pembentukan besi dan kebisingan.
3. Pada tahap perangkingan risiko, risiko terbanyak termasuk kategori risiko serius (serious risk)
yaitu sebanyak 8 hazard dan risiko golongan medium (medium risk) sebanyak 8 hazard,
kemudian untuk hazard yang termasuk kategori risiko golongan tinggi (high risk) sebanyak 3
hazard, serta 5 hazard yang termasuk kategori risiko golongan rendah (low risk).
4. Upaya tindak lanjut yang telah dilakukan untuk setiap risiko oleh pemilik sektor pandai besi
sejauh ini belum terlihat. Hanya ada beberapa pekerja yang sadar akan keselamatan dirinya saat
bekerja dan menggunakan APD saat bekerja.

Saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah perlu mengadakan Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja) di desa tanjung laut dibawah
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Batu.
2. Perlunya pemilik sektor dan pekerja memeriksa peralatan kerja dan mesin sebelum bekerja.
3. Perlunya pemilik sektor membuat cerobong untuk gas CO akibat perapian suhu yang digunakan
saat bekerja.
4. Pemilik sektor melakukan rotasi kerja agar pekerja mengerjakan tiap proses pekerjaan dengan
bergantian agar mengurangi kelelahan pada pekerja
5. Melakukan pemanasan atau peregangan otot sebelum dan setelah melakukan pekerjaan pada
bagian lengan dan pinggang yang merupakan bagian tubuh dominan digunakan saat bekerja.
6. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, safety glass, gloves, sarung tangan, ear
plug dan safety shoes secara lengkap sesuai kebutuhan pekerja, serta mensosialisasikan
pentingnya penggunaan APD pada pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
1. Yusida, H., Suwandi, T., Yusuf, A. and Solihah, Q. Kepedulian Aktif untuk K3 Sektor Informal.
Universitas Airlangga. 2017.
2. ILO., Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2014-2015, [online].2014.
3. Telan, A.B., 2012. Pengaruh Tekanan Panas terhadap Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi
pada Tenaga Kerja Industri Pandai Besi di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
Jawa Tengah (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Undip).
4. Silaban, B. H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Pekerja Pandai Besi di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborongborong, Kab. Tapanuli Utara Tahun
2016.Universitas Sumatera Utara. 2016.
5. Budiono, A.M.S., Jusuf, R.M.S dan Pusparini, A. Manajemen Risiko dalam Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Bunga Rampai Hiperkes & KK edisi kedua. Semarang: Universitas Diponegoro.
2009.
6. MIL-STD-882D. Military Standard System Safety Program Requierments. Departemen of Defense,
United State of America. 2000.
7. Pitasari, G.P.,Wahyuning, C.S.,Destrianty,A. Analisis Kecelakaan Kerja Untuk Meminimalisasi
Potensi Bahaya Menggunakan Metode Hazard and Operability dan Fault Tree Analysis. REKA
INTEGRA. 2014.
8. Soepardi, E.A., et.al. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher
Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
9. Hadi, R.S, Hubungan Postur Kerja Dan Faktor Individu Dengan Keluhan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Pandai Besi Konvensional Di Desa Tanjung Pinang II Tahun 2017. Universitas Sriwijaya.
2017.
10. Buchari. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program. Universitas Sumatera Utara,
Medan. 2007.
11. Daryanto. Teknik Las. Alfabeta, CV Bandung: 127–146. 2012.
12. Alkadafi, T. Penilaian Risiko Keselamatan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP)
pada Kapal Feri Tujuan Palembang-Mentok, [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya, Palembang. 2013.
13. Baksh, et,al. Farmers Knnowledge, Attitudes and Perceptions of Occupational Health and Safety
Hazard in Trinidad: Journal of Agricultural Extension and Rural Development. Vol.7, No.7:221-228.
2015.

You might also like