You are on page 1of 9

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH

Oleh: Maria Montessori

ABSTRAK

Various efforts to fight corruption in Indonesia, including the formation of


Corruption Eradication Commission (KPK) in 2002 who has reveal many
corruption cases, has not help in improving Indonesia’s ranking in Transparency
International; number 100 from 183 countries in the world in 2011. Another way
to fight corruption is by implementing the anti-corruption education formally in
schools, which has several advantages such as the low budget needed and the
continuity and systematization of the program. The anti-corruption education is in
fact part of the curriculum of Civic Education study (PKn). However, the
implementation has not met the expected outcome, particularly in developing
students’ anti-corruption attitudes and characters. The lessons are limited to the
delivery of verbal information, without giving the students chance to develop
knowledge and logical reasoning on the immoral dimension of corruption. This
article explains that formal anti-corruption education is an important education
policy that can no longer be postponed. It is an investment to prevent corruption
in the long term. The essential characteristic of anti-corruption education is the
synergy between the utilization of information and knowledge with the ability to
make moral consideration, in order to develop students’ cognition, affection, and
conation fully and continuously.

Key words: anti-corruption education, civic education, corruption in Indonesia

PENDAHULUAN sebagaimana dilansir oleh Transparansi


Korupsi merupakan masalah paling Internasional (TI) tetaplah rendah. Bahkan
krusial yang dihadapi negara dan bangsa untuk tahun 2010 Indonesia berada pada
Indonesia saat ini. Tindak pidana korupsi peringkat Negara terkorup di Asia Pasifik,
yang terjadi terentang mulai dari korupsi dan tahun 2011 indek persepsi korupsi
kecil-kecilan seperti pemberian uang pelicin (IPK) Indonesia adalah 3.0 peringkat 100
ketika berurusan di kelurahan sampai ke dari 183 negara di dunia (Transparansi
korupsi besar-besaran seperti Internasional, 2011)
penyelewengan dana bantuan likuiditas Menyikapi fenomena tersebut
Bank Indonesia (BLBI) yang bernilai diperlukan suatu upaya yang holistik dalam
triliunan rupiah. Kejadian ini makin pemberantasan korupsi baik dari segi aparat
mempertegas anggapan bahwa korupsi penegak hukum, kebijakan pengelolaan
sudah membudaya dalam kehidupan Negara sampai ke pendidikan formal di
masyarakat Indonesia. sekolah. (Aditjondro, 2002) Beberapa
Berbagai upaya telah dilakukan Negara telah melaksanakan pendidikan
untuk memberantas korupsi di bumi antikorupsi di sekolah dan telah
Indonesia antara lain dengan membentuk menunjukan hasil yang signifikan.
badan Negara yang diberikan kewenangan Hongkong yang melaksanakan semenjak
luar biasa seperti Komisi Pemberantasan tahun 1974 dan menunjukan hasil yang luar
Korupsi (KPK). Semenjak didirikan tahun biasa. Jika tahun 1974 Hongkong adalah
2002 sampai sekarang KPK telah menindak Negara yang sangat korup dan korupsi
berbagai kasus korupsi. Akan tetapi Indeks dideskripsikan dengan kalimat “from the
Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia womb to tomb”, maka saat ini Hongkong
293
adalah salah satu Negara di Asia dengan bertujuan untuk membangun dan
IPK yang sangat tinggi yaitu 8,3 dan meningkatkan kepedulian warganegara
menjadi negara terbersih ke 15 dari 158 terhadap bahaya dan akibat dari tindakan
negara di dunia (Harahap, 2009). korupsi. Target utama Pendidikan anti
Keberhasilan ini merupakan efek simultan korupsi adalah memperkenalkan fenomena
dari upaya pemberantasan korupsi dari korupsi yang mencakup kriteria, penyebab
segala segi termasuk pendidikan anti dan akibatnya, meningkatkan sikap tidak
korupsi yang dilaksanakan di sekolah secara toleran terhadap tindakan korupsi,
formal.( Tony Kwok Man-wai, 2002) menunjukan berbagai kemungkinan usaha
Jika dibandingkan dengan strategi untuk melawan korupsi serta berkontribusi
pemberantasan korupsi lainnya pelaksanaan terhadap standar yang ditetapkan
pendidikan anti korupsi di sekolah secara sebelumnya seperti mewujudkan nilai-nilai
formal akan memberikan berberapa dan kapasitas untuk menentang korupsi
keuntungan kepada negara baik secara dikalangan generasi muda. Disamping itu
pragmatis maupun secara teoritis dan siswa juga dibawa untuk menganalisis nilai-
filosofis. Pertama, lembaga pendidikan nilai standar yang berkontribusi terhadap
formal merupakan lembaga yang sudah terjadinya korupsi serta nilai-nilai yang
stabil. Kedua, tidak menambah budget menolak atau tidak setuju dengan tindakan
pemerintah secara besar-besaran. Ketiga, korupsi. Karena itu pendidikan antikorupsi
dapat dilaksanakan secara sistematis dan pada dasarnya adalah penanaman dan
berkesinambungan, dan terakhir merupakan penguatan nilai-nilai dasar yang diharapkan
investasi bangsa dalam jangka penajang. mampu membentuk sikap antikorupsi pada
Perlunya pendidikan antikorupsi diri peserta didik.
sebenarnya sudah menjadi bagian dari Departemen pendidikan Lithuania
pendidikan nasional sebagaimana yang telah mengimplementasikan
dinyatakan dalam peraturan menteri pendidikan antikorupsi di negaranya sejak
pendidikan nasional (Permendiknas) No.22 2005 mengatakan bahwa tugas utama dari
dan No. 23 Th.2006 tentang standar isi dan pendidikan anti korupsi di sekolah adalah
Standar kompetensi lulusan untuk satuan untuk memberikan pemahaman kepada
pendidikan dasar dan menengah. Dalam siswa bagaimana siswa bisa membedakan
permendiknas tersebut dinyatakan bahwa antara kejahatan korupsi dengan bentuk
pengembangan sikap dan perilaku kejahatan lainnya, memberikan argumen
antikorupsi merupakan bagian dari yang logis dan rasional kenapa korupsi
kurikulum bidang studi Pendidikan dianggap sebagai suatu kejahatan, serta
Kewarganegaraan (PKn) menunjukan cara-cara yang bisa ditempuh
Fenomena yang ditemui di lapangan dalam mengurangi terjadinya tindakan
menunjukan bahwa pembelajaran tentang korupsi. (Ministry of Education Lithuania,
korupsi yang dilaksanakan dalam mata 2006)
pelajaran PKn belum sesuai dengan sasaran Hal yang sama dinyatakan oleh
yang dikehendaki, terutama menyangkut Dharma (2003) secara umum tujuan
penanaman sikap dan perilaku antikorupsi pendidikan anti-korupsi adalah : (1)
pada siswa. Pembelajaran masih pembentukan pengetahuan dan pemahaman
terkonsentrasi pada pembentukan kognisi mengenai bentuk korupsi dan aspek-
melalui pemberian informasi secara verbal, aspeknya; (2) pengubahan persepsi dan
tanpa memberi kesempatan kepada siswa sikap terhadap korupsi; dan (3)
untuk mengembangkan wawasan dan nalar pembentukan keterampilan dan kecakapan
akan dimensi moral dari korupsi. baru yang ditujukan untuk melawan korupsi.
Dengan ketiga tujuan itu dapat dilihat
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI bahwa pendidikan antikorupsi meskipun
Pendidikan anti korupsi adalah mempunyai sasaran utama sebagai
program pendidikan tentang korupsi yang pendidikan nilai akan tetapi tetap meliputi
294
ketiga ranah pendidikan sebagaimana atau pembentukan sikap dan karakter
dikemukakan oleh Bloom yaitu antikorupsi.
pengembangan ranah kognitif, afektif dan Berdasarkan pengetahuan yang
psikomotor siswa. dimiliki tersebut diharapkan siswa mampu
Berdasarkan rumusan yang untuk menilai adanya perilaku korup dalam
ditentukan oleh komisi pemberantasan masyarakat atau institusi disekitarnya.
korupsi (KPK), ada sembilan nilai dasar Karena itu pemberian informasi tentang
yang perlu ditanamkan dan diperkuat korupsi bukanlah untuk memberikan
melalui pelaksanaan pendidikan antikorupsi informasi sebanyak mungkin kepada siswa,
di sekolah, yaitu nilai kejujuran, adil, melainkan informasi itu diperlukan agar
berani, hidup sederhana, tanggung jawab, siswa mampu membuat pertimbangan
disiplin, kerja keras, hemat dan mandiri. pertimbangan tertentu dalam menilai.
Nilai-nilai ini sebenarnya ada di masyarakat Dengan kata lain berdasarkan informasi dan
sejak zaman dahulu, dan termuat secara pengetahuannnya tentang korupsi siswa
jelas dalam dasar falsafah negara Pancasila, mampu menilai apakah suatu perbuatan itu
namun mulai tergerus oleh budaya termasuk korupsi atau tidak, dan apakah
konsumerisme yang dibawa oleh arus perbuatan tersebut dikategorikan baik atau
modernisasi dan globalisasi. buruk. Dengan pertimbangan tersebut
Sesuai dengan tujuan yang hendak selanjutnya siswa dapat menentukan
dicapai, maka pelaksanaan pendidikan perilaku yang akan diperbuatnya.
antikorupsi di sekolah perlu
memperhatiakan beberapa hal terkait 2. Pengembangan sikap
(Modern Didactic Center, 2006) diantaranya Sebagai pendidikan nilai dan
adalah : karakter, pendidikan antikorupsi memberi
perhatian yang besar pada pengembangan
1. Pengetahuan tentang korupsi. aspek sikap siswa. Sikap adalah disposisi
Untuk memiliki pengetahuan yang penilaian yang diberikan terhadap suatu
benar dan tepat tentang korupsi, siswa perlu objek yang didasarkan atas pengetahuan,
mendapatkan berbagai informasi yang, reaksi afektif, kemauan dan perilaku
terutama informasi yang memungkinkan sebelumnya akan objek tersebut (Fishbean,
mereka dapat mengenal tindakan korupsi & Ajzen 1973).). Kesemua elemen diatas
dan juga dapat membedakan antara tindakan saling berhubungan dan saling bertukar
kejahatan korupsi dengan tindakan tempat misalnya reaksi afektif dibayangi
kejahatan lainnya. Untuk itu pembahasan oleh perilaku yang biasa dilakukan. Karena
tentang kriteria, penyebab dan akibat itu sikap yang pro pada korupsi bukanlah
korupsi merupakan materi pokok yang harus sebuah kategori saja melainkan juga
diinformasikan pada siswa. mengandung hal lainnya .
Disamping itu siswa juga memiliki Perubahan pada satu elemen akan
argumen yang jelas mengapa perbuatan merubah pula elemen yang lainnya.
korupsi dianggap sebagai perbuatan yang Misalnya menghilangkan intensi dan
buruk dan harus dihindari. Analisis perilaku mungkin akan merubah kognisi,
penyebab dan akibat dari tindakan korupsi sikap dan reaksi afektif. Oleh karena itu
pada berbegai aspek kehidupan manusia, ketika memberikan informasi tentang
termasuk aspek moralitas akan memberi korupsi, guru berusaha mengembangkan
siswa wawasan tentang korupsi yang lebih sikap berdasarkan kognisi. Untuk itu siswa
luas. Pada akhirnya berbagai alternatif yang harus memiliki kognisi atau pengetahuan
dapat ditempuh untuk menghindari korupsi yang benar dan dipahami secara baik,
dapat menjadi inpirasi bagi siswa tentang sehingga pengetahuan itu bisa bertahan
banyak cara yang dapat dilakukan dalam lama dalam memorinya dan dapat
memberantas korupsi. Kesemua ini dipergunakan setiap kali mereka akan
merupakan modal dasar dalam penanaman membuat pertimbangan tertentu.
295
Disamping itu keterlibatan yang intens informasi tidak akan dipercayai tapi
dalam aktifitas yang mengandung nilai-nilai kemudian pengetahuan yang benar akan
antikorupsi juga akan mengembangkan mengatasi reaksi afektif.
sikap yang sesuai dengan nilai tersebut.
4. Perspektif Moral dan Konvensional
3. Perubahan sikap Pendidikan anti korupsi didasarkan
Merubah sikap yang telah dimiliki pada pendidikan nilai yang tidak begitu
sebelumnya merupakan pekerjaan dan tugas membedakan secara tegas antara dua
yang tidak gampang dan terkadang regulasi sosial yaitu moralitas dan konvensi.
menimbulkan rasa frustasi. Apalagi jika Dalam perspektif moral, perilaku yang baik
sikap yang telah dimiliki tersebut dikatakan baik karena diterima secara
berlawanan dengan sikap yang dikehendaki universal dan merupakan kewajiban semua
guru atau pendidik, misalnya sikap yang orang tanpa melihat apa yang dipikirkan
menganggap curang dalam ujian adalah hal orang secara individual. Selanjutnya dari
yang biasa dikalangan siswa, atau perspektif moral suatu tindakan dinilai
mencontoh tugas kawan untuk diakui sebagai baik atau buruk dengan melihat
sebagai tugas sendiri merupakan hal yang pada konsekuensinya, apakan tindakan itu
lumrah. Hal ini akan berlanjut terus dengan menyakitkan bagi orang laian, atau
sikap terhadap fenomena dalam masyarakat membawa kerusakan, atau melanggar rasa
seperti menyogok polisi karena melanggar keadilan bagi semua orang. Selanjutnya
peraturan lalu lintas, dan lain sebagainnya. kualitas suatu tindakan mungkin ditentukan
Pendidikan antikorupsi menghendaki sikap- oleh niat seseorang. Suatu tindakan tidak
sikap seperti ini perlu untuk dirubah agar dapat diterima jika niat atau maksud
sesuai dengan nilai-nilai dasar antikorupsi. pelakunya itu buruk, meskipun pada suatu
Untuk itu diperlukan pola dan strategi situasi hasilnya tidak jelek atau buruk, dan
perubahan sikap yang bisa dipakai dari sebaliknya dapat dipertimbangkan jika
berbagai sumber misalnya untuk niatnya baik meskipun hasilnya gagal.
membentuk persepsi tentang korupsi yang Konvensi adalah norma yang
berlawanan dengan persepsi yang dimiliki didasarkan pada kesepakatan bersama yang
siswa dapat dilakukan dengan menyajikan ada pada suatu masyarakat pada suatu waktu
informasi secara tak terduga melaui tertentu, jadi tidak menjadi wajib bagi
permainan atau parodi. komunitas lain karena itu tidak universal.
Strategi lain dalam merubah sikap Dalam kehidupan nyata moralitas dan
adalah dengan didasarkan pada fakta bahwa konvensi saling terkait. Prinsip moral yang
pengetahuan dan sikap disimpan dalam umum turun menjadi norma seperti jangan
tempat atau memori yang berbeda, karena mencuri, jangan berbohong, bertindak adil
itu diperlukan waktu untuk mencapai pada orang lain. Sedangkan pelanggaran
keduanya, artinya proses pengetahuan terhadap konvensi yang dianggap sangat
berubah menjadi sikap memerlukan waktu penting oleh suatu komunitas seperti
yang cukup panjang. Karena itu jika ada menghormati orang yang telah mati, bisa
sikap yang pro pada korupsi sebaiknya tidak juga menjadi pelanggaran moral karena itu
diserang secara langsung atau diatasi menyakiti perasaan orang lain. Dengan kata
dengan cara persuasif. Dalam waktu lain moralitas dan konvensi berada pada
panjang sikap tersebut akan berganti dengan konsep yang berbeda dan juga punya logika
sendirinya jika informasi yang yang berbeda pula.
mendiskreditkan korupsi disajikan dalam Pendidikan antikorupsi sebaiknya
cara yang bermakna dan memancing siswa memperhatikan perbedaan antara moralitas
untuk berpikir secara kritis tentang dengan konvensi. Dari perspektif
fenomena tersebut. Karena disinilah reaksi konfensional apapun boleh dilakukan
yang disebut postponement effect, selama tidak dilarang, sedangkan dari
(Innerney, 2006), dimana pada awalnya perspektif moral suatu tindakan dilihat
296
apakah itu ada dalam norma atau tidak. Pendidikan antikorupsi bukanlah
Perspektif moral lebih sensitif melihat seperangkat aturan perilaku yang dibuat
kerusakan yang ditimbulkan atas seseorang oleh seseorang dan harus diikuti oleh orang
sedangkan perspektif konvensi lebih melihat lain. Sebagaimana halnya dengan kejahatan
pada pelanggaran kesepakaran, konsistensi lainnya, korupsi juga merupakan sebuah
dan ekspektasi dari pemilik otoritas. pilihan yang bisa dilakukan atau dihindari.
Pelanggaran terhadap prinsip moralitas Karena itu pendidikan pada dasarnya adalah
menimbulkan rekasi afektif yang lebih kuat. mengkondisikan agar perilaku siswa sesuai
Perilaku manusia dalam menanggapi dengan tuntutan masyarakat. Agar perilaku
pelanggaran moral atau konvensi juga tersebut dapat menjadi karakter siswa, maka
berbeda. Jika mereka melanggar prinsip beberapa langkah bisa dilakukan dalam
moral mereka minta maaf atau mencoba pendidikan antikorupsi, diantaranya adalah:
mencari pembenaran atau alasan dari
tindakan mereka itu, tetapi prinsip moral itu a. Melatih siswa untuk menentukan pilihan
sendiri tidaklah dipertanyakan. Sementara perilakunya. Untuk itu siswa harus
kalau mereka melanggar konvensi maka diberi tahu tentang hak, kewajiban dan
mereka akan mengkritisi sumber norma konsekuensi dari tindakan yang
tersebut. Karena itu manusia tahu secara dilakukannya. Jika dalam diskusi siswa
instingtif mana yang moralitas dan mana mengemukakan pilihannya terhadap
yang konfensi. sesuatu maka guru bisa memberikan
Berdasarkan pandangan Kohlberg beberapa alternatif lain, misalnya untuk
(dalam Slavin, 2004) tentang tahap-tahap mendapatkan nilai bagus banyak cara
perkembangam moral siswa dan yang bisa dilakukan. Berdasarkan
penerimaannya atas konvensi, maka alternatif pilihan tersebut siswa bisa
pendidikan antikorupsi, sebaiknya menentukan mana yang baik atau yang
dilaksanakan sesuai dengan kematangan buruk. Jika siswa mampu memutuskan
perkembangan moral yang dimiliki siswa. sendiri berdasarkan pilihan yang
Siswa sekolah menegah atas yang telah dibuatnya, maka mereka juga berani
berusia antara 14 sampai dengan 17 tahun mengatakan tidak atau ya terhadap
dapat diberi penjelasan bahwa standar sesuatu.
perilaku antikorupsi adalah wajib bagi b. Memberi siswa kesempatan untuk
setiap orang dalam posisi apapun untuk mengembangkan pemahaman yang luas
mempertahankan sistem sosial yang ada. dengan menciptakan situasi yang
Satu hal yang paling penting adalah korupsi fleksibel dimana siswa bisa
itu dinilai jahat dilihat dari perspektif moral berkerjasama, berbagi, dan memperoleh
dan konvensi. bimbingan yang diperlukan dari guru.
Lebih lanjut Aspin (2007) juga Karena itu kegiatan dalam menganalisis
mengemukakan bahwa apapun juga nilai kasus, diskusi, bermain peran atau
yang ingin dimasukan dalam pendidikan, wawancara siswa merupakan situasi
maka pendidikan menyangkut moral adalah yang akan mengembangkan karakter
hal yang utama, karena itu merupakan antikorupsi pada diri siswa.
bagian dari kewajiban untuk c. Tidak begitu terfokus pada temuan fakta
mempersiapkan generasi muda memasuki seperti, berapa persen PNS yang terlibat
dunia yang menghendaki perilaku lebih baik korupsi, berapa banyak uang Negara
dari yang pernah ada. Oleh karena itu yang hilang dikorupsi pertahun atau
pendidikan yang memperkuat moralitas berapa hukuman yang tepat untuk
peserta didik haruslah ditangani oleh pelaku korupsi dsb. Hal itu juga penting
institusi pendidikan secara serius. tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana membantu siswa
5. Pengembangan Karakter Antikorupsi menemukan sumber informasi, seperti
bagaimana dan dengan cara apa
297
informasi bisa dikumpulkan, seberapa maka pembentukan pengetahuan yang tepat
penting informasi yang didapat, tentang korupsi merupakan langkah pertama
pengetahuan apa yang bisa diandalkan, dalam pendidikan antikorupsi. Untuk itu
dan posisi apa yang harus dipilih dsb. pembelajaran harus memberi perhatian pada
Siswa diminta untuk menganalisis posisi proses bagaimana pengetahuan itu bisa
yang diambilnya, menyatakan pilihanya dimiliki siswa. Pengetahuan mungkin bisa
dan mengapa posisi lain tidak diambil. diperoleh melalui berbagai sumber,
Dengan melatih siswa menggunakan terakumulasi dan disimpan dalam bentuk
tehnik berpikir kritis pertanyaan tersebut sebagaimana dia diterima, tetapi
akan dapat dijawabnya. pengetahuan yang kuat dan mendalam
d. Melibatkan siswa dalam berbagai berasal dari keaktifan individu dalam
aktifitas sosial disekolah dan di membangun makna akan sesuatu seiring
lingkungannya. Ini ditujukan untuk dengan interaksinya dengan lingkungan
menanamkan rasa tanggung jawab dan fisik dan lingkungan sosialnya (Kozulin,
respek pada orang lain dalam rangka 2003). Karena itu belajar adalah proses
melatih mereka untuk berbagi tanggung aktif dalam membangun pengetahuan dan
jawab sosial dimana mereka tinggal. makna, dan membangun pengetahuan akan
Bukan berarti karakter lain tidak penting memberi jalan untuk membangun
tetapi dengan mengemukakan rasa pemahaman konseptual yang merupakan
tanggung jawab dan respek pada orang faktor penting dalam memecahkan suatu
lain akan mengurangi rasa egoisme dan masalah.
mementingkan diri sendiri yang pada Dengan demikian pembelajaran
umumnya banyak dimiliki para antikorupsi haruslah melibatkan siswa
koruptor. secara aktif dalam membangun
pengetahuan yang bermakna. Belajar secara
aktif memerlukan aktifitas belajar dimana
siswa diberikan otonomi yang cukup untuk
Implikasi Terhadap Pembelajaran mengontrol arah aktifitas belajar seperti
Mengacu pada tujuan dan target menginvestigasi, memecahkan masalah,
pendidikan antikorupsi di atas, maka belajar dalam kelompok kecil, dan
pembelajaran antikorupsi hendaklah sebagainya. Dengan kata lain pembelajaran
didisain secara moderat dan tidak antikorupsi dapat menggunakan berbagai
indoktrinatif. Pembelajaran yang dialami cara atau strategi, asalkan cara atau strategi
siswa merupakan pembelajaran yang tersebut melibatkan siswa secara aktif baik
memberi makna bahwa mereka merupakan fisik maupun mental.
pihak atau warganegara yang turut serta Proses belajar secara aktif
memikirkan masa depan bangsa dan Negara melibatkan dua aspek yaitu pengalaman dan
ini ke depan, terutama dalam upaya dialog (Dee Fink, L 2002). Dua hal yang
memberantas korupsi sampai ke akarnya terkait dengan pengalaman adalah
dari bumi Indonesia. Hanya dengan melakukan dan mengamati. Melakukan
menempatkan siswa pada posisi inilah dalam belajar secara aktif meliputi aktifitas
pendidikan antikorupsi akan mempunyai dimana siswa benar-benar melakukan
makna penting bagi siswa, jika tidak mereka sesuatu seperti menganalisa suatu tulisan
akan cenderung beranggapan bahwa atau artikel tentang korupsi disuatu
pendidikan antikorupsi hanyalah urusan departemen, menginvestigasi factor-faktor
politik semata sebab mereka bukanlah penyebab korupsi melalui internet, atau
orang-orang yang melakukan korupsi dan mempresentasikan prosedur pengadilan
belum tentu juga akan berbuat korup dimasa perkara korupsi di pengadilan tipikor, dan
depannya. lain sebagainya. Dengan kata lain suatu
Mengingat peran kognisi dalam proses belajar secara aktif menempatkan
pembentukan sikap dan perilaku manusia, siswa dalam suatu situasi yang membuat
298
mereka terlibat dalam aktifitas yang telah langsung, melalui tulisan atau melalui
dirancang oleh guru untuk tujuan tertentu. email.
Oleh karena itu aktifitas tersebut terencana Proses belajar secara aktif adalah
dan teragenda dengan baik. belajar yang berpusat pada siswa, karena itu
Disisi lain mengamati dalam proses guru harus memiliki tujuan yang jelas dan
belajar secara aktif terjadi ketika siswa persiapan yang matang sebelum proses
mengamati atau mendengarkan seseorang belajar dimulai. Tujuan yang jelas
ketika melakukan sesuatu yang terkait merupakan hal yang penting dalam
dengan topic yang dipelajari. Misalnya menyususn perencanaan pembelajaran aktif
mengamati ketika guru menunjukan table karena itu akan membantu guru dalam
indeks persepsi korupsi Negara-negara di menentukan materi dan cara penyampaian
dunia, mendengarkan dialog tentang korupsi materi itu serta jenis pertanyaan-pertanyaan
melalui audio, atau menonton potret yang akan diajukannya (Eggen and
kemiskinan masyarakat yang tidak Kauchack, 2001)
terselesaikan oleh Negara. Proses Pengetahuan yang dalam dan
mengamati ini bisa dilakukan secara bermakna tentang antikorupsi akan
langsung maupun tidak langsung. mempengaruhi pembentukan sikap
Dialog yang terjadi dalam proses antikorupsi pada siswa. Untuk itu
belajar aktif bisa dengan diri sendiri dan pembelajaran haruslah betul-betul
juga bisa dengan orang lain. Dialog dengan memastikan bahwa siswa mengerti dan
diri sendiri terjadi apabila siswa berfikir paham akan kriteria, sebab dan akibat dari
reflektif tentang korupsi yang terjadi. korupsi. Guru dapat mengulang pemberian
Misalnya siswa bertanya pada dirinya informasi tersebut dengan berbagai cara
sendiri tentang bagaimana seharusnya dia yang berbeda agar siswa betul mengerti dan
berpikir dan berpendapat tentang korupsi. menangkap makna. Eksplorasi berbegai
Pada saat ini siswa berpikir tentang sumber belajar seperti modul, LKS, internet,
pikirannya sendiri dan ini menyangkut Koran dan sebagainnya akan membantu
berbagai pertanyaan yang tidak hanya guru dan siswa dalam membangun
berada pada aspek kognitif saja. Guru bisa pemahaman yang kuat akan segala aspek
meminta siswa untuk menulis catatan di korupsi.
buku harian pada skala kecil atau membuat Aspek penting lain dari pendidikan
portofolio belajar pada skala yang lebih antikorupsi adalah kemampuan siswa untuk
besar. Pada kesempatan lain siswa bisa membuat pertimbangan moral terkait
menulis tentang apa yang dia pelajari dari perbuatan korupsi, dan ini juga sangat
topic tersebut, bagaimana peranan ditentukan oleh kognisi yang dimiliki.
pengetahuan itu dalam kehidupannya, Berdasarkan klasifikasi Kohlberg siswa
bagaimana hal ini bisa membuat dia merasa yang sudah berada pada usia remaja sudah
seperti itu dan lain sebagainnya. mampu melihat sesuatu diluar dirinya,
Sementara dialog dengan orang lain karena itu mereka sudah dapat dilatih untuk
dapat dilakukan dan muncul dalam berbagai membuat pertimbangan moral tertentu,
bentuk. Dialog yang dinamis dan aktif apakah suatu perbuatan tersebut dapat
adalah ketika guru menempatkan siswa dikategorikan baik atau buruk dari sisi
dalam kelompok kecil untuk mendiskusikan moralitas. Untuk itu pembelajaran melalui
suatu topik. Kadang kadang guru juga bisa pengelaborasian alasan-alasan moral tentang
menciptakan cara kreatif untuk terjadinya suatu perbuatan akan membantu siswa
dialog dengan orang lain, seperti dalam membuat pertimbangan, dan
mengundang nara sumber yang akan selanjutnya akan meningkatkan
berbicara tentang pemberantasan korupsi perkembangan moralnya.
yang bisa dilakukan di kelas atau diluar Melalui diskusi kelas tentang aspek
kelas. Dialog bisa dilakukan secara moral dari suatu kasus korupsi, siswa dapat
melihat lebih jauh akan alasan-alasan moral
299
terkait korupsi, sekaligus mengemukakan Pendidikan antikorupsi merupakan
pendapatnya, dan ini akan meningkatkan kebijakan pendidikan yang tidak bisa lagi
kemampuan penalaran moral siswa, dan ditunda pelaksanaanya di sekolah secara
selanjutnya akan membantu siswa untuk formal. Jika dilaksanakan sebagaimana
membuat pertimbangan moral terhadap mestinya maka dalam jangka panjang
kasus tersebut. Dengan bermain peran pendidikan antikorupsi akan mampu
tentang kasus korupsi, siswa juga bisa berkontribusi terhadap upaya pencegahan
menempatkan dirinya jika berada pada terjadinya tindakan korupsi, sebagaimana
posisi koruptor dan bagaimana tanggapan pengalaman negara lain. Melalui pendidikan
siswa yang lain kepadanya. Hal seperti ini antikorupsi diharapkan generasi masa depan
jika di elaborasi dengan perencanaan yang memiliki karakter antikorupsi sekaligus
baik akan memberikan makna dan pesan membebaskan negara Indonesia sebagai
kepada siswa bahwa korupsi merupakan negara dengan angka korupsi yang tinggi.
perbuatan yang buruk dan harus di hindari. Karakteristik dari pendidikan
Selanjutnya kreatifitas guru dalam antikorupsi adalah perlunya sinergi yang
merancang pembelajaran akan sangat tepat antara pemanfaatan informasi dan
menentukan bagaimana pembelajaran pengetahuan yang dimiliki dengan
antikorupsi dapat mencapai sasarannya. kemampuan untuk membuat pertimbangan-
Implikasi lainnya terhadap pertimbangan moral. Oleh karena itu
pembelajaran adalah menjadikan aktifitas di pembelajaran antikorupsi tidak dapat
kelas sebagai tempat bagi siswa untuk dilaksanakan secara konvensional,
melatihkan dan membiasakan melainkan harus didisain sedemikian rupa
teraplikaskannya nilai-nilai dasar sehingga aspek kognisi, afeksi dan konasi
antikorupsi. Melalui pengerjaan tugas yang siswa mampu dikembangkan secara
benar dan sesuai tuntutan yang diharapkan, maksimal dan berkelanjutan.
siswa dilatih untuk menilai tinggi kerja
keras. Melalui pelaksanaan yang ujian tanpa
mencontek berarti menanamkan nilai
kejujuran, melalui keterbukaan hasil
penilaian guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk memaknai keuntungan dari
suatu keterbukaan. Untuk itu pembelajaran
pendidikan antikorupsi dapat dikemas sesuai
dengan sasaran dan tujuan pendidikan
antikorupsi.
Kerangka dasar filosofis sementara
untuk mengembangkan moralitas peserta
didik dalam pendidikan antikorupsi di
sekolah, maka beberapa pendekatan perlu
dipertimbangkan: (1). Pembentukan
kebiasaan, (2). Pembelajaran, (3).
Pemodelan (social learning). Semua
pendekatan ini cukup relevan dicermati dan
diformulasikan ulang agar target transfer of
learning, transfer of values, dan transfer of
principles dapat berinteraksi dengan
persoalan dan realitas sosial di kalangan
siswa. Ghofur (2009)

KESIMPULAN

300
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Aditjondro, George Junus (2002) Bukan Persoalan Telur dan Ayam. Membangun suatu
kerangka Analisis yang lebih Holistik bagi gerakan Anti Korupsi di Indonesia. Jurnal
Wacana Edisi 14 Tahun 2002
Aspin, David N & Chapman, Judith D. (2007). Values Education and Lifelong Learning.
Springer : Netherland
Dharma, Budi. (2004). Korupsi dan Budaya. dalam Kompas, 25/10/2003
Dee Fink, L. (2002). Active learning. Kertas kerja. Tidak diterbitkan
Fishbean, Martin & Icek Ajzen. (1973). Belief, Attitude, Intention and Behafior: An Introduction
to Theory and Research.Addison Wesley Publishing : USA
Ghofur, Syaiful Amin (2009) Merancang Kurikulum Pendidikan Antikorupsi. Jurnal Pendidikan
Islam. Vol. 01, No.01, Juni 2009 ISSN 2085-3033
Harahap, Krisna (2009) Pemberantasan Korupsi pada masa Reformasi. Jurnal of Historical
Studies X Juni 2009.
Kauchack, Donald P & Eggen, Paul D. 2008. Learning and Teaching Research Based- Methods.
Pearson Education : Boston
Kozulin, Alex (Ed). (2007) Vygotsky”s Educational Theory in Cultural Contect. Cambridge
University Press : USA
Lickona, Thomas. 2004. Character Matters. Touchstone : New York
McInerney, Denis M (2006). Developmental Psychology For Teacher. Allen & Unwin :
Australia.
Modern Didactic Center (2006) Anti Corruption Education At School. Garnelish Publishing :
Vilnius. Lithuania
Pope. J (2003) Strategi Memberantas Korupsi. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta
Slavin, Robert E. (1994). Educational Psychology: Theory and Practice. Allyn and Bacon :
Boston
Tony Kwok Man-wai, (2002) Formulating an Effective Anti-corruption Strategy: The
Experience of Hongkong ICAC

301

You might also like