You are on page 1of 111

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DENGAN

TINGKAT KOGNITIF LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL


TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

NUR NAFIDAH
NIM: 1110104000033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduated Thesis, July 2014

Nur Nafidah, NIM: 1110104000033


Relationship between Physical Activity with the Level of Cognitive in Elderly in
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

xix + 62 pages, 8 tables, 2 charts, 8 attachments

ABSTRACT

Process of getting older is a natural process because it is the final stage in a journey of
life. The elderly population is increasing, both in other countries or in Indonesia. The
elderly generally suffer some changes, including changes in the function of biological,
social and cognitive. Cognitive function plays an important role in memory and most of
the daily activities, especially physical activity. The decresing physical activity has been
expressed as a form to trigger the decreasing cognitive function in the elderly.

This study was to determine the relation ship between physical activity with level of
cognitive in the elderly. Respondents were taken from elderly aged over 60 years who
living in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. This
research is aquantitative analytical cross-sectional design. The sampling technique using
total sampling with 118 elderly as sample size. The data was taken by instruments such
as Mini Mental State Examination (MMSE) and Physical Activity Scale for the Elderly
(PASE) questionnaires. Data was analyzed by univariate and bivariate chi square test.
The results of the analysis showed that there is a relation ship between physical activity
with level of cognitive in elderly (p-value = 0.000).

Key Word: Physical Actity, Cognitive Level, Elderly

Bibliography: 81 (1992 - 2013)

iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014

Nur Nafidah, NIM: 1110104000033


Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

xix + 62 halaman, 8 tabel, 2 bagan, 8 lampiran

ABSTRAK

Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami karena hal ini merupakan
tahap akhir dalam sebuah perjalanan hidup. Populasi lanjut usia semakin meningkat,
baik di negara lain maupun di Indonesia. Lanjut usia pada umumnya mengalami
beberapa perubahan, diantaranya perubahan fungsi biologis, sosial dan kognitif. Fungsi
kognitif memegang peranan penting dalam memori dan sebagian besar aktivitas sehari -
hari khususnya aktivitas fisik. Penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan sebagai suatu
bentuk untuk memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik
dengan tingkat kognitif lanjut usia. Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia
yang berusia di atas 60 tahun yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan desain
cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 118 lanjut usia. Pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) dan Physical
Activity Scale for the Elderly (PASE). Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat berupa distribusi frekuensi dan analisis bivariat berupa uji chi square.Hasil
analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif
lanjut usia (p-value = 0,000).
Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Tingkat Kognitif, Lanjut Usia

Referensi: 81 (1992 - 2013)

iv
PERI\TYATAA}I PERSETUJUAI\I

Skripsi dengnn Judul

IIUBT]NGAN AITTARA AKTfYITAS FISIK DENGAI\I


TINGKAT KOGnIIIIT LANJUT USIA DI PANTI
SOSIAL TNESNA WERDIIA BT]I}I MULIA 4
MARGAGI]NA JAKARTA SELATAIY

Telah Disetujui dan Diperiksa oleh Pembimbing Skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:
I\TUR NAIIDAII
IIIIM: 11r0r04fi)0033

Pembimbi$g I

fu/t
Tien ca#Leh. nrt{. Yenita Asus. M.Kcqr. So.Mat. P,hI)
It[P:19720608 200604 2 001

PROGRAM STUDI ILMU KE.PERAWATANI


TAKULTAS KEDOICTERAN DAIY ILMU KESAHATAI\T
T]NTVERSITAS ISLAM NIGERI SYARIF HIDAYATI]LLAII
JAKA,RTA.

201410{ fi435lc
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

HUBT'NGAI\I AIT{TARA AKTTVTIAS MSIK I}ENGANI


TINGKAT KOGnttflT LANJUT USIA DI PAI\TTI
SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MI'LIA 4
MARGAGT'NA JAKARTA SELATAI\I

Telah disusrm dan dipertahaakan dihad.*o penguji oleh:

NgrlJtArrpAH
ffi
Pe,mbimbing I

r)
ltut
ti"o cZL"n nm.{. Yenita Aqu* MJ(en.. Sn.M*L. PhI)
ITIP: 19720608 2fi)fM 2 001

Penguji I

-.tt-?
--'--<
Krlvadi. PhI) Yenitr Atug. MJ(ep.. Sn Mrt . PhI)
I\iIP: 1971D03 200fl)l I Uf, It[P: 1972m08 2m6M 2 001

Penguji III

vt
l
LEMBAR PENGE,SAHAN

Skripsi dengan Judul

HUBI]NGAI\I ANTARA AKTTVITAS tr.ISIK I}ENGAN


TINGKAT KOGNITIF LANJUT USIA DI PAI\ITI
SOSIAL TRESNA WERI}IIA BUI}I MULIA 4
MARGAGUNA JAI(ARTA SELATANT

Telah disrsun dan dipertahaokaa dihadapan penguji oleh:

ryIlBNArIp,,{,H
lllMr 1110l04mm33

Mengetatrui,

Kefira hogram Studi Ihnu Keperawatan

IilP; 19790520 2m90r 1012

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

vll
RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Nafidah

Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 31 Maret 1992

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Dsn. Kapringan Ds. Dukuh Klopo RT 006 RW 003

Peterongan Jombang

Telepon : 089604328510

E-mail : nersnurnafidah@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. 1997-1998 : TK Kenanga Dukuh Klopo


2. 1998-2004 : SDN III Dukuh Klopo
3. 2004-2007 : SMPN II Peterongan
4. 2007-2010 : MA Al-Bairuny Jombang
5. 2010-2014 : S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta

viii
Cinta tanpa Syarat
Setelah ribuan tahun menyinari bumi, matahari tidak pernah berkata,
“Kamu hutang sama Saya”. Lihatlah dampak dari cinta tanpa syarat semacam ini.
Memberi kehidupan pada seluruh makhluk di dunia (Jalaluddin Rumi).

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya sederhana ini


untuk orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta


Ibu, Ayah tercinta, engkaulah motivator terbesar dalam hidupku.
Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan
karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang,
mendoakanku, menasehatiku, segala dukungan dan atas semua pengorbanan dan
kesabaran sampai kini cinta kasih yang tiada terhingga.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia.
Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...

Adikku
Untuk adikku, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersamamu, walaupun
sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan,
terima kasih atas doa dan motivasi selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat aku
persembahkan.

Sahabat Seperjuanganku
Buat sahabat - sahabatku, terima kasih atas bantuan, doa, nasihat, hiburan, traktiran,
motivasi dan semangat selama ini.

Para Pahlawan tanda Tanda Jasaku


Terima kasih para guru dan para dosenku untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman
yang sangat berarti. Semoga menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat. Aamiin
Aamiin Ya Robbal’alamin.

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, pencipta alam

semesta, penguasa isi jagat raya, pemberi kebahagiaan serta tidak pernah berhenti

memberikan limpahan taufiq, nikmat, hidayah dan karuniaNya. Shalawat dan salam

selalu terlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta

pengikut ajaran beliau hingga akhir jaman. Atas nikmat dan rahmat Allah SWT, penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan

Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha 4 Margaguna Jakarta

Selatan”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha untuk menyajikan

suatu karya ilmiah yang rapih dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca.

Penulis menyadari bahwa penyajian skripsi ini jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan

masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis dalam melihat

fakta, memecahkan masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran -

saran. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan

skripsi ini akan penulis terima dengan hati terbuka dan rasa terima kasih.

Telah banyak pihak yang memberikan dorongan, bantuan serta doa yang tak

terhingga nilainya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

x
1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And., selaku Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan dan selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih untuk

beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama masa

perkuliahan ini.

3. Ibu Tien Gartinah, MN. dan Ibu Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., PhD selaku

dosen pembimbing skripsi, terima kasih untuk beliau yang telah meluangkan

waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis

selama proses pembuatan skripsi ini.

4. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama masa

perkuliahan ini.

5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan Fakultas

yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi - referensi sebagai

bahan rujukan.

6. Seluruh staf Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan

penelitian.

7. Kedua orang tua, Bapak Muhammad Waras dan Ibu Munawaroh yang telah

mendidik, mencurahkan cinta kasih dan sayang serta mendoakan

keberhasilan penulis. Tak lupa adikku tersayang, Umi Fadilah dan seluruh

keluarga besar yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.

xi
8. Seluruh staf dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Mimbar Jombang yang

telah membimbing penulis.

9. Kementerian Agama RI yang telah memberikan beasiswa penuh selama

proses perkuliahan ini.

10. Sahabat - sahabat “Pelangi“ (Desy, Fitri, Naila, Nina) dan sahabat - sahabat

terbaik Adelina dan Alif yang berjalan dan berjuang bersama, memberi

motivasi, menghibur, memberi inspirasi serta mengundang canda dan tawa

di setiap hari - hari penulis.

11. Teman - teman, kakak - kakak dan adik - adik Program Studi Ilmu

Keperawatan, CSS MoRA serta semua pihak yang telah mendoakan dan

membantu selama proses penyusunan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis ini masih jauh dari

sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang

memerlukan.

Jakarta, Juli 2014

Penulis

xii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................ii

ABSTRACT ..........................................................................................................iii

ABSTRAK ...........................................................................................................iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN …...............................................v

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................vi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ..............................................................................ix

KATA PENGANTAR ..........................................................................................x

DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xvi

DAFTAR TABEL .............................................................................................xvii

DAFTAR BAGAN ...........................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................7
C. Pertanyaan Penelitian .........................................................................7
D. Tujuan Penelitian ...............................................................................8
1. Tujuan Umum ...............................................................................8
2. Tujuan Khusus ..............................................................................8
E. Manfaat Penelitian .............................................................................8

xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................10

A. Lanjut Usia .......................................................................................10


1. Pengertian Lanjut Usia ...............................................................10
2. Perubahan Fisik pada Lanjut Usia .............................................11
B. Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia ......................................................12
1. Pengertian Aktivitas Fisik ..........................................................12
2. Manfaat Aktivitas Fisik .............................................................13
3. Jenis Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia ......................................13
C. Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia ....................................................16
1. Pengertian Kognitif ....................................................................16
2. Struktur dan Fungsi Otak Lanjut Usia .......................................17
3. Aspek - Aspek Fungsi Kognitif .................................................19
4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ...............23
D. Penelitian Terkait .............................................................................27
E. Kerangka Teori ................................................................................29

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS


.........................................................................................30

A. Kerangka Konsep .............................................................................30


B. Definisi Operasional ........................................................................31
C. Hipotesis Penelitian..........................................................................33

BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................34

A. Desain Penelitian .............................................................................34


B. Waktu dan Lokasi Penelitian ...........................................................34
C. Populasi dan Sampel ........................................................................34
D. Instrumen Penelitian ........................................................................35
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ...........................................................37
F. Metode Pengumpulan Data ..............................................................40
G. Pengolahan Data ..............................................................................41
H. Metode Analisis Data .......................................................................42
I. Etika Penelitian ................................................................................43

xiv
BAB V HASIL PENELITIAN ...........................................................................45

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................45


B. Hasil Analisis Univariat ..................................................................48
C. Hasil Analisis Bivariat .....................................................................50

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................53

A. Analisis Variabel Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif...................53


B. Analisis Data Demografi ..................................................................55
C. Analisis Korelasi antara Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif ........58
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................60

A. Kesimpulan ......................................................................................60
B. Saran ................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR SINGKATAN
ACE-R : Addenbrooke’s Cognitive Examination Revision
BDNF : Brain Derived Neurotrophic Factor
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Depkes : Departemen Kesehatan
FITT : Frequency, Intensity, Time, Type
GPPAQ : The General Practice Physical Activity Questionnaire
IGF-1 : Insuline Like Growth Factor
IL : Interleukin
KESBANGPOL : Kesatuan, Kebangsaan dan Politik
Lansia : Lanjut Usia
MENKOKESRA : Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat
MMSE : Mini Mental State Kognitif
PAI : Physical Activity Index
PASE : Phycical Activity for the Elderly
pH : Potential of Hydrogen
PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
PT : Perguruan Tinggi
ROM : Range of Motion
SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TNF-α : Tumor Necrosis Factor Alpha
UPT : Unit Pelaksanaan Teknis
WHO :World Heath Organization

xvi
DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Definisi Operasional Penelitian 31

5.1 Klasifikasi Ruangan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna 47

Jakarta Selatan

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSTW 48

Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di 48

PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan 49

Terakhir di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan

5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik 50

di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

5.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat 50

Kognitif di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan

5.7 Korelasi Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif Lanjut Usia 51

di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

xvii
DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori 29

3.1 Kerangka Konsep 30

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Perizinan Penelitian

2. Informed Consent

3. Kuesioner Penelitian

4. Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas

5. Rekapitulasi Jawaban Penelitian

6. Hasil Analisis Univariat

7. Hasil Analisis Bivariat

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami dan setiap

orang akan mengalaminya, karena hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah

perjalanan hidup (Papilia, 2008). Manusia berupaya memenuhi kebutuhan

hidup yang layak, baik dalam aspek fisik, materi, mental dan emosional.

Semakin terpenuhi kebutuhan tersebut semakin sejahtera dan berpengaruh

terhadap bertambahnya usia harapan hidup (Soeroer & Muchtar, 2008 dalam

Nurhidayati dkk., 2012).

Masa dewasa akhir atau lanjut usia adalah periode perkembangan yang

bermula pada usia 60 tahun yang berakhir dengan kematian. Masa ini adalah

masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap

kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran - peran

sosial (Santrock, 2006). Menurut Martono & Pranarka (2009) menua adalah

suatu proses menurunnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti diri, mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita.

Menurut Undang - Undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahtaraan

Lanjut Usia, seseorang dikatakan lanjut usia apabila telah mencapai usia 60

tahun. Penetapan batas usia seperti itu terkait erat dengan usia harapan hidup

(UHH) penduduk Indonesia. Berdasarkan data bahwa pada tahun 1980 UHH

masih 52,2 tahun, tahun 1990 UHH 59,8 tahun, tahun 1995 UHH 63,6 tahun,

1
2

tahun 2000 UHH 64,5 tahun, tahun 2010 UHH 67,4 tahun dan tahun 2020

UHH sekitar 71,1 tahun.

Seiring dengan peningkatan harapan hidup, jumlah penduduk dunia

bertambah dari sekitar 6,5 milyar di tahun 2006 menjadi 7 milyar di tahun

2012. Penambahan tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk

berusia 60 tahun ke atas, yaitu sebesar 694 juta jiwa (WHO, 2002). Di Asia,

beberapa negara yang mempunyai populasi lanjut usia terbesar adalah Jepang

21,5%, Hongkong 14,0%, Singapura 10,8% dan Cina 9,8% (Soejono, 2000

dalam Narulita, 2009).

Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia dari hasil sensus penduduk

yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada tahun

2000 UHH mencapai 67 tahun dari populasi lanjut usia yang diperkirakan 17

juta orang. Pada tahun 2006 kurang lebih sebesar 19 juta orang (8,90%), tahun

2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta orang (9,97%) dan tahun 2020

diperkirakan sebesar 28,8 juta orang (11,34%) (Menteri Koordinator Bidang

Ekonomi, Kesejahteraan Rakyat (MENKOKESRA), 2009). Di Indonesia,

proporsi lanjut usia meningkat dari 4,7% (tahun 2002) menjadi 5,1% (tahun

2008) dan akan terus meningkat mencapai 11,34% di tahun 2020 dari jumlah

seluruh penduduk yang diperkirakan sebesar 234.181.400 jiwa (BPS, 2009).

Lanjut usia adalah orang yang mengalaami perubahan struktur dan fungsi

serta sistem biologisnya dikarenakan usia yang sudah lanjut. Perubahan ini

dapat berlangsung mulus jika mengalami perubahan yang normal atau

semestinya, sehingga tidak menimbulkan gangguan sistem atau fungsi baik

sebagian bahkan total. Menua dalam proses biologis adalah proses terkait
3

waktu yang berkesinambungan, sangat bervariasi dan bersifat individual

(Aswin, 2003).

Banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia, diantaranya perubahan

komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular serta respirasi.

Pada lanjut usia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot,

penurunan potential of Hydrogen (pH) dalam sel otot, otot menjadi lebih kaku

dan ada penurunan kekuatan otot. Dengan melakukan aktivitas fisik atau

olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, massa otot, perfusi otot dan

kecepatan konduksi saraf ke otot (Wojtek, 2000).

Bagian yang tidak terlepas dari status kesehatan yaitu status fungsional.

Status fungsional merupakan kemampuan seseorang dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari secara sehat. Konsep ini terintegrasi dalam tiga domain

utama, yaitu fungsi biologis, psikologis (kognitif dan afektif) serta sosial. Salah

satu komponen psikologis dalam diri individu yaitu fungsi kognitif yang

meliputi perhatian, persepsi, berpikir, pengetahuan dan daya ingat (Saladin,

2007). Penuaan menyebabkan penurunan sensorik dan motorik pada susunan

saraf pusat, termasuk juga otak mengalami perubahan struktur dan biokimia

(Depkes RI, 2004).

Selain perubahan fisik, lanjut usia juga mengalami penurunan fungsi

kerja otak. Berat otak pada lanjut usia umumnya menurun 10 - 20%. Penurunan

ini terjadi pada usia 30 - 70 tahun (Fatmah, 2010). Diperkirakan juga bahwa

sepertiga orang dewasa akan mengalami penurunan fungsi kognitif secara

bertahap yang dikenal sebagai gangguan kognitif ringan seiring dengan

bertambahnya usia (Rendah, 2004).


4

Fungsi kognitif merupakan bagian terbesar dalam otak. Pada umumnya,

fungsi kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti merokok, konsumsi

alkohol, kurangnya aktivitas fisik, depresi, gangguan fungsi fisik dan

kurangnya dukungan sosial berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif

(McGuire et al., 2007). Salah satu faktornya adalah aktivitas fisik yang dapat

menstimulasi faktor tropik dan neuronal growth yang memungkinkan

faktor - faktor ini yang menghambat penurunan fungsi kognitif dan dimensia

(Yaffe dkk., 2001).

Penurunan fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan pada sistem

saraf pusat, yaitu pengurangan massa otak dan pengurangan aliran darah otak.

Selanjutnya akan menyebabkan astrosit berploriferasi sehingga

neurotransmitter (dopamin dan serotonin) akan berubah. Perubahan pada

neurotransmitter ini akan meningkatkan aktivitas enzim monoaminoksidase

(Pranarka, 2006). Hal ini akan membawa dampak pada melambatnya proses

sentral dan waktu reaksi sehingga fungsi sosial dan okupasional akan

mengalami penurunan yang signifikan pada kemampuan sebelumnya. Hal

inilah yang membuat lanjut usia menjadi kehilangan minat pada aktivitas hidup

sehari - hari mereka. Lanjut usia menjadi memerlukan beberapa bantuan untuk

melakukan beberapa aktivitas yang semula mereka mampu untuk

melakukannya sendiri (McGilton, 2007).

Fungsi kognitif memegang peranan penting dalam memori dan sebagian

besar aktivitas sehari - hari. Dampaknya, fungsi fisik dan psikis lanjut usia

akan terganggu. Pada tahun 2008 rasio ketergantungan lanjut usia yang bisa

digolongkan dalam penurunan kemandirian adalah 13,72% (Survei Sosial


5

Ekonomi Nasional, 2009). Gangguan yang terjadi pada fungsi fisik meliputi

menurunnya fungsi panca indera, minat dan fungsi organ seksual serta

kemampuan motorik. Gangguan yang terjadi pada fungsi psikis meliputi lanjut

usia menjadi sering mengalami perasaan rendah diri, bersalah atau merasa

tidak berguna lagi, apalagi bila mereka telah ditinggal mati oleh pasangan

hidupnya (Pieter & Lubis, 2010).

Penelitian selama satu tahun tentang kaitan latihan fisik terhadap fungsi

kognitif pada kelompok usia berisiko (70 - 89) oleh Williamson dkk. (2008) di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kognitif yang

berasosiasi dengan peningkatan fungsi fisik. Secara spesifik, penelitian

Matthew dkk. (2004) dengan latihan Taichi pada usia 68 - 84 tahun

menunjukkan adanya hubungan yang positif. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Undang - Undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yaitu

kesehatan lanjut usia diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

dan kemampuan lanjut usia agar tetap produktif dan juga lanjut usia yang

sehat, mandiri, sejahtera lahir dan batin (Depkes RI, 2006), dimanapun lanjut

usia berada seperti tinggal dengan keluarga atau berada di panti sosial.

Setiap panti sosial memiliki berbagai macam aktivitas yang

diperuntukkan bagi para lanjut usia agar dapat mengurangi berbagai

permasalahan yang diderita. Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4

Margaguna Jakarta Selatan terdapat berbagai macam kegiatan, salah satunya

adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi kesehatan mental

bernilai positif bagi daya tahan tubuh seorang lanjut usia. Contoh aktivitas fisik
6

lanjut usia adalah berbelanja, melakukan aktivitas ringan, membersihkan

rumah, mencuci pakaian, dan lain - lain (Mathuranath, 2004). Menurut Barnes

(2004) penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan sebagai suatu bentuk untuk

memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia.

Hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4

Margaguna Jakarta Selatan terdapat sebanyak 203 lanjut usia. Peneliti

melakukan pengkajian fungsi kognitif kepada 5 lanjut usia dengan

menggunakan kuesioner baku Mini Mental State Examination (MMSE).

Didapatkan hasil bahwa 3 diantaranya lanjut usia yang aktif (mampu

melakukan aktivitas fisik secara mandiri) didapatkan skor fungsi kognitif yang

baik, sedangkan 2 lanjut usia lainnya yang renta (hanya bisa beraktivitas di atas

tempat tidur dan aktivitas sehari - hari dibantu teman sekamar atau petugas

panti) didapatkan skor fungsi kognitif di bawah rata - rata normal yang

diartikan bahwa lanjut usia tersebut mengalami gangguan fungsi kognitif

ringan.

Disimpulkan bahwa lanjut usia yang mengalami penurunan aktivitas dan

masih ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan sehari - hari cenderung

mengalami penurunan fungsi kognitif. Dari penjelasan tersebut, peneliti ingin

melakukan penelitian tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat

kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan.
7

B. Rumusan Masalah

Secara individu proses penuaan dapat menimbulkan berbagai masalah

fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi, oleh karena itu dengan

meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia harus diupayakan agar kelompok

lanjut usia ini tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima (Depkes

RI, 2003). Menurut Barnes (2004) penurunan aktivitas fisik telah dinyatakan

sebagai suatu bentuk untuk memicu terjadinya penurunan fungsi kognitif pada

lanjut usia. Berdasarkan uraian tersebut, bagaimana “Hubungan antara

Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana demografi lanjut usia (usia, jenis kelamin dan pendidikan

terakhir) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan?

2. Bagaimana gambaran aktivitas fisik lanjut usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan?

3. Bagaimana gambaran tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan?

4. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut

usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan?
8

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif

lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui demografi lanjut usia (usia, jenis kelamin dan pendidikan

terakhir) di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan.

b. Mengetahui gambaran aktivitas fisik lanjut usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

c. Mengetahui gambaran tingkat kognitif lanjut usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

d. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif

lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

a. Hasil penelitian ini dapat menambah literatur mengenai hubungan

aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia.

b. Memberikan informasi mengenai aktivitas fisik dengan tingkat kognitif

lanjut usia.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan

tambahan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.


9

2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan

Meningkatkan peran panti werdha dalam memberikan motivasi

kepada lanjut usia untuk melakukan dan mengikuti berbagai kegiatan serta

meningkatkan kualitas program kegiatan di panti sosial.

3. Bagi Praktisi Kesehatan

Meningkatkan pelayaan kesehatan atau keperawatan dengan

memotivasi lanjut usia dalam melakukan aktivitas fisik untuk

mempertahankan fungsi kognitif lanjut usia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, menambah

informasi dan sebagai rujukan bagi peneliti lain untuk kepentingan

pengembangan ilmu yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan tingkat

kognitif pada lanjut usia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia (lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.

Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan - lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Dharmojo, 2009). Menurut Undang - Undang

No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahtaraan Lanjut usia, seseorang dikatakan

lanjut usia apabila telah mencapai usia 60 tahun.

Menurut World Heath Organization (WHO, 2006) lanjut usia meliputi

usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 - 59 tahun, usia

lanjut (elderly) ialah 60 - 74 tahun, usia tua (old) ialah 75 - 90 tahun dan

usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun, sedangkan menurut

Notoatmodjo (2007), lanjut usia dibagi menjadi empat kelompok,

kelompok usia dalam masa virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang

menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45 - 54 tahun),

kelompok lanjut usia dini yaitu kelompok yang baru memasuki lanjut usia

(55 - 64 tahun), kelompok lanjut usia (65 tahun ke atas), kelompok lanjut

usia risiko tinggi yaitu lanjut usia yang berusia lebih dari 70 tahun.

10
11

2. Perubahan Fisik pada Lanjut Usia

Banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia, diantaranya

perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular

serta respirasi. Pada lanjut usia, ada penurunan massa otot, perubahan

distribusi darah ke otot, penurunan potential of Hydrogen (pH) dalam sel

otot, otot menjadi lebih kaku dan ada penurunan kekuatan otot. Dengan

melakukan aktivitas fisik atau olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot,

massa otot, perfusi otot dan kecepatan konduksi saraf ke otot (Wojtek,

2000).

Massa tulang menurun 10% dari massa puncak tulang pada usia 65

tahun dan 20% pada usia 80 tahun. Pada wanita, kehilangan massa tulang

lebih tinggi, kira-kira 15 - 20% pada usia 65 tahun dan 30% pada usia 80

tahun. Laki - laki kehilangan massa tulang sekitar 1% per tahun sesudah

usia 50 tahun, sedangkan wanita mulai kehilangan massa tulang pada usia

30-an dengan laju penurunan 2 - 3% per tahun sesudah menopause

(Ambardini, 2009).

Tulang, sendi dan otot saling terkait, jika sendi tidak dapat digerakkan

sesuai dengan Range of Motion (ROM) maka gerakan menjadi terbatas

sehingga fleksibilitas menjadi komponen esensial dari program latihan bagi

lanjut usia. Jika suatu sendi tidak digunakan, maka otot yang melintasi

sendi akan memendek dan mengurangi ROM. Latihan fleksibilitas dapat

meningkatkan kekuatan tendon dan ligamen, mempertahankan kekuatan

otot yang melintasi sendi, mengurangi nyeri pada kasus osteoartritis

sehingga ROM bisa dipertahankan (Ambardini, 2009).


12

B. Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia

1. Pengertian Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan energi. Penurunan aktivitas fisik merupakan

faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan

diperkirakan menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010). Menurut

Fatmah (2010) aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap

sehat dan bugar sepanjang hari. Jadi, aktivitas fisik adalah gerakan tubuh

yang dihasilkan oleh otot rangka yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik dan mental.

Aktivitas fisik termasuk mobilitas merupakan salah satu faktor yang

ada hubungannya dengan fungsi kognitif. Beberapa studi melaporkan

bahwa usia lanjut yang mengalami kesulitan melakukan pergerakan fisik

atau gangguan gerak, akan terjadi perbedaan dalam jumlah skor fungsi

kognitifnya. Efek aktivitas fisik termasuk mobilitas ada hubungannya

dengan menurunnya risiko penyakit kardiovaskular dan efek secara

langsung juga kepada saraf, sehingga berdampak pada fungsi kognitif,

sehingga apabila terdapat gangguan gerak,maka dapat mengakibatkan

penurunan gangguan fungsi kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan

yang tidak mengalami gangguan (Yaffe et al., 2001).


13

2. Manfaat Aktivitas Fisik

Menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (2006), aktivitas fisik secara teratur memiliki efek yang

menguntungkan terhadap kesehatan yaitu :

a) Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis, kanker, tekanan

darah tinggi, kencing manis dan lain - lain.

b) Berat badan terkendali.

c) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat.

d) Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional.

e) Lebih percaya diri.

f) Lebih bertenaga dan bugar.

g) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik.

h) Dapat mempengaruhi kesehatan otak dan fungsi kognitif.

Karena hubungan antar kedua hal tersebut terkait dengan

beberapa faktor yang semuanya terkait dengan kapasitas beraktivitas

fisik dalam peningkatan fungsi otak, meningkatkan pertumbuhan

pembuluh kapiler di sekitar neuron yang memberi oksigen dan gizi dari

darah, meningkatkan kerapatan sinapsis dan meningkatkan efek

kolinergis positif (Nelson, 2006).

3. Jenis Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia

Aktivitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan lanjut usia sebaiknya

memenuhi kriteria FITT (frequency, intensity, time, type). Frekuensi adalah

seberapa sering aktivitas dilakukan dan berapa hari dalam seminggu.

Intensitas adalah seberapa keras suatu aktivitas dilakukan. Biasanya


14

diklasifikasikan menjadi intensitas rendah, sedang dan tinggi. Waktu

mengacu pada durasi, seberapa lama suatu aktivitas dilakukan dalam satu

pertemuan, sedangkan jenis aktivitas adalah jenis - jenis aktivitas fisik yang

dilakukan (Ambardini, 2009).

Ada 3 macam aktivitas fisik lanjut usia menurut Pusat Promosi

Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006), yaitu:

a. Ketahanan (Endurance)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan yang dapat

membantu kesehatan jantung, paru - paru, otot dan sistem sirkulasi

darah tetap sehat serta membuat kita lebih bertenaga. Untuk

mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30

menit setiap hari (4 - 7 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:

1) Berjalan kaki

2) Lari ringan

3) Berenang

4) Senam

5) Bermain tenis

6) Aktivitas duduk (membaca, menonton televisi dan lain - lain)

7) Berkebun dan kerja di taman.

b. Kelenturan (Flexibility)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu

pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas

(lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan


15

kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit setiap

hari (4 - 7 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:

1) Peregangan kaki atau tangan

2) Beribadah (shalat)

3) Senam Taichi dan yoga

4) Mencuci pakaian atau piring

5) Mengepel lantai.

c. Kekuatan Otot (Strength Muscle)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu

kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang

tetap kuat dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu

meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis.

Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan

selama 30 menit setiap hari (2 - 4 hari per minggu).

Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti:

1) Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan

sendi dari kecelakaan

2) Naik turun tangga

3) Angkat beban/berat

4) Membawa belanjaan

5) Mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness).


16

C. Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia

1. Pengertian Kognitif

Kognitif berasal dari bahasa Latin, yaitu cognitio yang artinya adalah

berpikir. Hal ini merujuk kepada kemampuan seseorang dan mengerti

dunianya, yang dicapai dari sejumlah fungsi yang kompleks termasuk

orientasi terhadap waktu, tempat dan individu, kemampuan aritmatika,

berfikir abstrak, kemampuan fokus untuk berpikir logis (Pincus dkk.,

2003).

Menurut Ramdhani (2008), kognitif adalah kepercayaan seseorang

tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir. Proses yang dilakukan

adalah memperoleh pengetahuan dan manipulasi pengetahuan melalui

aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, membayangkan

dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai

kecerdasan atau inteligensia.

Pengertian lain dari kognitif menurut Sulianti (2000) adalah

kemampuan pengenalan dan penafsiran seseorang terhadap lingkungannya

berupa perhatian, bahasa, memori, visuospasial dan fungsi memutuskan.

Penurunan dari fungsi kognitif biasanya berhubungan dengan penurunan

fungsi belahan otak kanan yang berlangsungnya lebih cepat daripada yang

kiri. Tidak heran bila pada para lanjut usia terjadi penurunan berupa

kemunduran daya ingat visual, sulit berkonsentrasi dan cepat beralih

perhatian. Juga terjadi kelambanan pada tugas motorik sederhana seperti

berlari, mengetuk jari, kelambanan dalam persepsi sensoris serta dalam

reaksi tugas kompleks. Sifat gangguan ini sangat individual, tidak sama
17

tingkatnya satu orang dengan orang lain. Kemunduran yang paling

dominan ditemui adalah menurunnya kemampuan memori atau daya ingat.

Fungsi kognitif merupakan satu proses mental manusia yang meliputi

perhatian persepsi, proses berpikir, pengetahuan dan memori. Sebanyak

75% dari bagian otak besar merupakan area kognitif (Saladin, 2007).

Kemampuan kognitif seseorang berbeda dengan orang lain. Dari hasil

penelitian diketahui, bahwa kemunduran subsistem yang membangun

proses memori dan belajar mengalami tingkat kemunduran yang tidak

sama. Memori merupakan proses yang rumit karena menghubungkan masa

lalu dengan masa sekarang (Lumbantobing, 2006).

2. Struktur dan Fungsi Otak Lanjut Usia

Di dalam otak manusia, diperkirakan terdapat 1 trilyun sel otak.

Sebanyak 100 milliar sel otak tersebut adalah sel otak aktif sementara

sisanya adalah sel pendukung. Perkembangan otak menjadi tua terbukti

dapat berlanjut terus sampai usia berapapun jika saja otak memperoleh

stimulus yang terus menerus, baik fisik maupun mental. Hal ini disebut

juga kemampuan plastisitas otak yang terjadi juga pada lanjut usia

(Kusumoputro, 2003).

Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologis juga terjadi

kemunduran fungsi kognitif seperti kemunduran daya ingat (memori)

terutama memori kerja (working memory) yang amat berperan dalam

aktivitas hidup sehari - hari. Selain itu fungsi belahan otak sisi kanan

sebagai pusat intelegensi dasar akan mengalami kemunduran lebih cepat

daripada belahan otak sisi kiri sebagai pusat inteligensi kristal yang
18

memantau pengetahuan. Dampak dari kemunduran belahan otak sisi kanan

pada lanjut usia antara lain adalah kemunduran fungsi kewaspadaan dan

perhatian. Kedua belah hemisfer berbeda fungsi, namun setiap individu

mempunyai kecenderungan untuk lebih banyak menggunakan salah satu

belah hemisfer dalam menyelesaikan masalah hidup dan pekerjaan.

Perkembangan otak menjadi tua sehingga terjadi kemunduran fungsi

hemisfer kanan lebih cepat daripada hemisfer kiri maka mereka akan

mengalami hambatan kemampuan fungsional (Katzman, 1992).

Diantara fungsi otak yang menurun secara linier seiring dengan

bertambahnya usia adalah fungsi memori berupa kemunduran dalam

kemampuan penamaan dan kecepatan mencari kembali informasi yang

telah tersimpan dalam pusat memori. Penurunan ini terjadi pada

kemampuan kognitif dan tidak mempengaruhi rentang hidup yang normal

(Strub & Black, 1992).

Perubahan atau gangguan memori pada penuaan otak hanya terjadi

pada aspek tertentu, sebagai contoh memori primer (memori jangka

pendek) relatif tidak mengalami perubahan pada penambahan usia,

sedangkan pada memori sekunder (memori jangka panjang) mengalami

perubahan yang bermakna. Artinya, kemampuan untuk mengirimkan

informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang mengalami

kemunduran dengan penambahan usia (Petersen et al., 1992).


19

3. Aspek - Aspek Fungsi Kognitif

a. Orientasi

Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan

waktu. Orientasi terhadap personal merupakan kemampuan seseorang

dalam menyebutkan namanya sendiri ketika ditanya. Orientasi tempat

dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota, gedung dan lokasi

dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai dengan menanyakan

tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena perubahan waktu lebih

sering daripada tempat, maka waktu dijadikan indeks paling sensitif

untuk disorientasi (Goldman, 2000).

b. Atensi

Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau

memperhatikan suatu stimulus tertentu (spesifik) dengan mampu

mengabaikan stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak

perlu atau tidak dibutuhkan. Atensi dan konsentrasi sangat penting

dalam mempertahankan fungsi kognitif, terutama dalam proses belajar.

(Plassman dkk., 2010).

1) Mengingat Segera

Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk

mengingat sejumlah kecil informasi selama ≤ 30 detik dan mampu

untuk mengeluarkannya kembali.

2) Konsentrasi

Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang

untuk memusatkan perhatiannya pada satu hal (Goldman, 2000).


20

c. Bahasa

Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi empat

parameter, yaitu :

1) Kelancaran

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan

kalimat dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu

metode yang dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah

dengan meminta pasien menulis atau berbicara spontan.

2) Pemahaman

Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami

suatu perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya

seseorang untuk melakukan perintah tersebut.

3) Pengulangan

Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan

atau kalimat yang diucapkan seseorang.

4) Penamaan

Penamaan merujuk pada kemampuan seseorang untuk

menamai atau objek beserta bagian - bagiannya (Goldman, 2000).

d. Memori

Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali

harus dicatat dalam area korteks sensorik kemudian diproses melalui

sistem limbik untuk terjadinya pembelajaran baru. Secara klinik

memori dibagi menjadi tiga tipe dasar, yaitu:


21

1) Immediate memory, merupakan kemampuan untuk merecall

stimulus dalam interval waktu beberapa detik.

2) Recent memory, merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian

sehari - hari (misalnya tanggal, nama dokter, apa yang dimakan saat

sarapan atau kejadian - kejadian baru) dan mempelajari materi baru

serta mencari materi tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari,

bulan dan tahun.

3) Remote memory, merupakan rekoleksi atau mengingat kembali

kejadian yang terjadi bertahun tahun yang lalu (tanggal lahir,

sejarah, nama teman dan lain - lain).

e. Visuospasial

Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan

konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam

gambar (lingkaran, kubus dan lain - lain) dan menyusun balok - balok.

Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi ini tetapi lobus

parietal terutama hemisfer kanan mempunyai peran yang paling

dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk skrining

kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan

gangguan di lobus frontal dan parietal.

Pasien diminta untuk menggambar jam berbentuk lingkaran

kemudian ditulis dengan angka yang lengkap, jika gambar jam

digambar terlalu kecil sehingga angka - angkanya tidak muat, hal ini

mencerminkan gangguan pada perencanaan. Selanjutnya pasien diminta

untuk menggambar jarum pukul 11.10 pasien dengan gangguan fungsi


22

eksekutif akan menunjuk jarum pada angka 10 dan 11 (Plassman dkk.,

2010).

f. Fungsi Eksekutif

Fungsi eksekutif adalah kemampuan seseorang dalam pemecahan

masalah. Kemampuan eksekutif diperankan oleh lobus frontal, tetapi

pengalaman klinis menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait

dengan lobus frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal,

diperlukan atensi, bahasa, memori dan visuospasial sebagai dasar untuk

menyusun kemampuan kognitif (Plassman dkk., 2010).

Istilah penurunan kognitif sebenarnya menggambarkan perubahan

kognitif yang berkelanjutan, beberapa dianggap masih dalam spektrum

penuaan normal, sementara yang lainnya dimasukkan dalam kategori

gangguan ringan. Untuk menentukan gangguan fungsi kognitif,

biasanya dilakukan penilaian terhadap satu domain atau lebih seperti

memori, orientasi, bahasa dan fungsi eksekutif. Temuan dari berbagai

penelitian klinis dan epidemiologis menunjukkan bahwa faktor

biologis, perilaku, sosial dan lingkungan dapat berkontribusi terhadap

risiko penurunan fungsi kognitif (Plassman dkk., 2010).

g. Kalkulasi

Kemampuan seseorang untuk menghitung angka (Goldman, 2000).


23

4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif

a. Status Kesehatan

Salah satu faktor penyakit yang mempengaruhi penurunan

kognitif lanjut usia adalah hipertensi. Peningkatan tekanan darah kronis

dapat meningkatkan efek penuaan pada struktur otak, meliputi reduksi

substansia alba dan grisea di lobus prefrontal, penurunan hipokampus,

meningkatkan hiperintensitas substansia alba di lobus frontalis. Angina

pektoris, infarkmiocard, penyakit jantung koroner dan penyakit

vaskular lainnya juga dikaitkan dengan memburuknya fungsi kognitif

(Briton & Marmot, 2003 dalam Myres, 2008).

b. Usia

Faktor usia dapat berhubungan dengan fungsi kognitif. Sesuai

dengan penelitain Lumbantobing (2006) yang menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada otak akibat bertambahnya usia antara lain

fungsi penyimpanan informasi hanya mengalami sedikit perubahan.

Suatu penelitian yang mengukur kognitif pada lanjut usia menunjukkan

skor di bawah cut off skrining adalah sebesar 16% pada kelompok usia

65 - 69 tahun, 21% kelompok usia 70 - 74 tahun, 30% pada kelompok

usia 75 - 79 tahun dan 44% pada usia di atas 80 tahun. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan

penurunan fungsi kognitif (Scanlan et al., 2007).

c. Status Pendidikan

Kelompok dengan pendidikan rendah tidak pernah lebih baik

dibandingkan kelompok dengan pendidikan lebih tinggi (Scanlan et al.,


24

2007). Pengaruh pendidikan yang telah dicapai seseorang atau lanjut

usia dapat mempengaruhi secara tidak langsung terhadap fungsi

kognitif seseorang termasuk pelatihan. Berdasarkan teori reorganisasi

anatomis menyatakan bahwa stimulus eksternal yang

berkesinambungan akan mempermudah reorganisasi internal dari otak.

Tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap

penurunan fungsi kognitif (Sidiarto, 2003).

d. Jenis Kelamin

Wanita lebih berisiko mengalami penurunan kognitif. Hal ini

disebabkan adanya peranan level hormon seks endogen dalam

perubahan fungsi kognitif. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam

area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti

hipokampus. Rendahnya level estradiol dalam tubuh telah dikaitkan

dengan penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal. Ekstradiol

diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan

akibat stres oksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari

toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Yaffe dkk., 2007 dalam

Myers, 2008).

e. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat mempertahankan aliran darah otak dan

mungkin juga meningkatkan persediaan nutrisi otak (Yaffe dkk., 2001).

Pada latihan atau aktivitas fisik beberapa sistem molekul yang dapat

berperan dalam hal yang bermanfaat pada otak. Faktor - faktor

neurotrofik kebanyakan yang berperan dalam efek yang bermanfaat


25

tersebut. Faktor neurotrofik itu terutama Brain Derived Neurotrophic

Factor (BDNF), karena dapat meningkatkan ketahanan dan

pertumbuhan beberapa tipe dari neuron, meliputi neuron glutamanergik.

BDNF berperan sebagai mediator utama dari efikasi sinaptik,

penghubungan sel saraf dan plastisitas sel saraf (Cotman dkk., 2002).

Aktivitas fisik memungkinkan mempertahankan kesehatan

vaskular otak dengan menurunkan tekanan darah, meningkatkan profil

lipoprotein, mendukung produksi endotel nitrat oksidasi dan

memastikan perfusi otak cukup. Demikian pula, muncul bukti

hubungan antara insulin dan amimoid menunjukkan bahwa manfaat

aktivitas aerobik pada resistensi insulin dan glukosa intolerance,

mungkin ini merupakan mekanisme yang lain dimana aktivitas fisik

dapat mencegah atau menunda penurunan fungsi kognitif (Weuve dkk.,

2004).

Power (2006) menjelaskan bahwa ada 3 mekanisme yang dapat

menjelaskan manfaat pendidikan, latihan atau aktivitas fisik dan

lingkungan yaitu angiogenesesis pada otak, perubahan synaptic reverse

dan menghilangkan penumpukan amiloid. Suatu studi menjelaskan

bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi latihan atau aktivitas

fisik terhadap fungsi kognitif. Latihan atau aktivitas fisik menyebabkan

hipertropi hipokampus yang nantinya akan memiliki fungsi prevenif

terhadap degenerasi neuronal. Latihan atau aktivitas fisik juga dapat

menyebabkan produksi faktor pertumbuhan seperti BDNF yang telah

diketahui untuk memperbesar neurogenesis dan efek positif terhadap


26

kognitif. Latihan atau aktivitas fisik dapat menyebabkan respon

terhadap BDNF, neurogenesis dan fungsi kognitif melalui Insuline Like

Growth Factor-1(IGF-1).

Latihan atau aktivitas fisik tersebut juga berhubungan dengan

inflamasi dimana kontraksi otak memproduksi Interleukin-6 (IL6),

Interleukin-8 (IL8), Interleukin-15 (IL15) dan Tumor Necrosis Factor

Alpha (TNF-α) yang selanjutnya mempengaruhi fungsi kognitif. Klotho

protein atau gen dapat dipengaruhi aktivitas fisik melalui faktor

pertumbuhan seperti IGF-1 dimana efek klotho pada otak tampak

seperti neuroprotektif dan mencegah kehilangan neuro dopaminergik

dalam substansia nigra. Terakhir, aktivitas fisik yang diperantai oleh

produksi IGF-1 meregulasi kadar β amiloid melalui peningkatan

clearance plexus cloroideus (Foster dkk., 2011).

Seseorang yang melakukan olahraga dan aktivitas fisik dapat

meningkatkan jumlah endorphin dalam tubuh. Endorphin sebagai

neurotransmitter yang dibutuhkan untuk menghindari stres dan mental

yang lebih baik. Selain meningkatkan jumlah endorphin, juga dapat

meningkatkan kadar norepinefrin dan serotonine, dimana mekanisme

ini berguna untuk meningkatkan suasana hati atau mood. Hal ini juga

didukung dengan penelitian sebelumnya, lanjut usia yang melakukan

aktivitas fisik termasuk berjalan kaki secara teratur dalam jangka waktu

lama dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan mengurangi

penurunan gangguan kognitif (Arisman, 2004).


27

D. Penelitian Terkait

1. Totok Budi Santoso dan Alfina Shofia Nur Rohmah (2011) dalam

“Gangguan Gerak dan Fungsi Kognitif pada Wanita Lanjut Usia”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gangguan gerak

dan fungsi kognitif pada wanita lanjut usia di Panti Werdha Surakarta.

Menggunakan desain penelitian cross sectional kuantitatif dengan

menggunakan instrumen Katz Indeks untuk menilai gangguan gerak dan

Mini Mental State Examination (MMSE) untuk menilai tingkat kognitif

lanjut usia. Sampel penelitian berjumlah 36 lanjut usia. Hasil perhitungan

uji chi square diperoleh nilai signifikan (p-value = 0,001). Perbandingan

nilai probabilitas aktual lebih kecil dari probabilitas yang diisyaratkan

(0,000 < 0,05). Berdasarkan kriteria tersebut menunjukkan bahwa ada

hubungan antara gangguan gerak dengan fungsi kognitif lanjut usia.

2. Maulina Sri Rizky (2011) dalam thesis “ Hubungan Tingkat Pendidikan dan

Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif Lansia di Kelurahan Darat”.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pengumpulan

sampel dengan metode purposive sampling non probability di Kelurahan

Darat Kota Medan. Fungsi kognitif dinilai dengan menggunakan Mini

Mental State Examination (MMSE) dan Addenbrooke’s Cognitive

Examination Revision (ACE-R), sedangkan untuk aktivitas fisik dinilai

dengan menggunakan The General Practice Physical Activity Questionaire

(GPPAQ). Berdasarkan hasil skor MMSE dijumpai hubungan yang

signifikan dengan usia (p = 0,0001), tingkat pendidikan (p = 0,0001) dan

aktivitas fisik (p = 0,0001). Sedangkan untuk skor ACE-R dijumpai


28

hubungan yang signifikan dengan usia (p = 0,0001), tingkat pendidikan

(p = 0,0001) dan aktivitas fisik (p = 0,0001). Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan aktivitas fisik

dengan fungsi kognitif lanjut usia.


29

E. Kerangka Teori

Lanjut Usia

Penurunan / Perubahan Fisik pada Lanjut Usia

Aspek - Aspek Fungsi


Fungsi Fisik
Kognitif:

1. Orientasi (personal,
Fungsi Kognitif waktu dan tempat)
2. Atensi (mengingat
dan konsentrasi)
Faktor - Faktor yang
3. Bahasa (kelancaran,
Mempengaruhi Fungsi
pemahanan,
Kognitif:
pengulangan dan
Jenis - Jenis Aktivitas Fisik 1. Status Kesehatan naming)
Lanjut Usia: 2. Usia 4. Memory (immediate,
3. Status Pendidikan recent dan
1. Ketahanan (Endurance)
4. Jenis Kelamin remotecontrol)
2. Kelenturan (Flexibility)
5. Aktivitas Fisik 5. Visuospasial
3. Kekuatan Otot (Strength
6. Eksekutif
Muscle) (Myres, 2008; Scanlan et
7. Kalkulasi
al., 2007; Fortes, 2011)
(Pusat Promosi Kesehatan
(Goldman (2000);
Depkes RI, 2006)
Plassman dkk. (2011))

Bagan 2.6: Kerangka Teori Penelitian

Kombinasi Teori Goldman (2000); PPK Depkes RI (2006); Scanlan et al.,(2007); Myres
(2008); Fortes (2011); Plassman dkk. (2011).
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel

(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini mengkaji dua variabel yang terdiri dari

satu variabel bebas (independen) yaitu aktivitas fisik lanjut usia dan satu

variabel terikat (dependen) yaitu tingkat kognitif lanjut usia. Di bawah ini

digambarkan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.

Tingkat Kognitif Lanjut


Aktivitas Fisik Lanjut
Usia
Usia

1. Orientasi
1. Ketahanan
2. Atensi
2. Kelenturan
3. Bahasa
3. Kekuatan Otot
4. Memori
5. Visuospasial
6. Eksekutif
7. Kalkulasi

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

30
B. Definisi Operasional Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Usia Lamanya masa hidup Wawancara Kuesioner 1 = 60 – 74 tahun Ordinal
responden yang 2 = 75 – 90 tahun
dihitung berdasarkan 3 = > 90 tahun
tanggal lahir sampai
dengan ulang tahun
terakhir.
2 Jenis Identitas responden Wawancara Kuesioner 1 = Laki - Laki Nominal
Kelamin penelitian sesuai 2 = Perempuan
dengan kondisi
biologis dan fisik.
3 Pendidikan Jenjang pendidikan Wawancara Kuesioner 1 = SD Ordinal
Terakhir formal terakhir 2 = SMP
responden. 3 = SMA
4 = PT

31
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
4 Aktivitas Pergerakan anggota Mengajukan - Modifikasi Penentuan aktivitas fisik Ordinal
Fisik Lanjut tubuh lanjut usia yang pertanyaan melalui kuesioner Physical lanjut usia menggunakan
Usia meliputi ketahanan, kuesioner. Activities Scale for nilai mean sebagai cut of
kelenturan dan the Elderly (PASE). point dengan kategori:
kekuatan otot. - Kuesioner ini terdiri 1. < Mean = Aktivitas
dari 8 item Fisik Kurang.
pertanyaan. 2. ≥ Mean = Aktivitas
Fisik Baik.

5 Tingkat Kemampuan Mengajukan - Kuesioner paten 1. SD  ≥ 23 = Ordinal


Kognitif seseorang yang terdiri pertanyaan melalui MMSE (Mini Kognitif Baik atau
dari aspek orientasi, kuesioner. Mental State < 23 = Kognitif
atensi, bahasa, Examination). Buruk.
memori, visuospasial, - Kuesioner ini terdiri 2. SMP  ≥ 25 =
eksekutif dan dari 30 item Kognitif Baik dan
kalkulasi. pertanyaan. <25 = Kognitif
Buruk.
3. SMA ke atas  ≥ 26
= Kognitif Baik atau
< 26 Kognitif Buruk.

32
C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian (Nursalam, 2008). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif pada lanjut

usia.

2. H1 = Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif pada lanjut usia.

33
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data variabel independen

(aktivitas fisik lanjut usia) dan variabel dependen (tingkat kognitif) yang

dilakukan pada satu waktu atau bersamaan (Setiadi, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014 di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Alasan

peneliti memilih Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan sebagai lokasi penelitian karena terdapat cukup banyak jumlah lanjut

usia, letaknya yang terjangkau dan belum dilakukan penelitian tentang

hubungan aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di Panti tersebut.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi,

2007).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang tercatat

di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

dengan jumlah 205 lanjut usia.

34
35

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

2007). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel

sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Jadi, total sampel berdasarkan

kriteria inklusi yang digunakan adalah 118 orang dari 205 lanjut usia.

Adapun sampel yang diambil harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a) Lanjut usia yang berusia ≥ 60 tahun.

b) Lanjut usia yang sudah menetap di panti lebih dari 30 hari.

c) Lanjut usia yang mampu berkomunikasi verbal dengan baik.

d) Lanjut usia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

e) Lanjut usia yang berpendidikan minimal sekolah dasar (SD) atau

sederajat.

f) Lanjut usia yang tidak mengalami gangguan kejiwaan.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data atau informasi dari responden, peneliti

menggunakan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner. Kuesioner adalah

suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila


36

peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa

diharapkan dari responden (Sugiyono, 2007).

Instrumen dalam penelitian ini merupakan data primer yang diambil

melalui dua kuesioner, yaitu:

1. Instrumen pertama berupa pertanyaan mengenai data demografi responden

yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

2. Mini Mental State Examinatian (MMSE)

Mini Mental State Examinatian (MMSE) adalah metode pemeriksaan

untuk menilai fungsi kognitif yang telah digunakan secara luas oleh para

praktisi untuk praktik klinik maupun penelitian. MMSE diperkenalkan oleh

Folstein pada tahun 1975. MMSE digunakan sebagai alat untuk mendeteksi

adanya gangguan kognitif pada seseorang atau individu, mengevaluasi

perjalanan suatu penyakit yang berhubungan dengan proses penurunan

kognitif dan memonitor respon terhadap pengobatan (Turana, 2004).

MMSE sangat reliabel untuk menilai gangguan fungsi kognitif dan

dapat digunakan secara luas sebagai pemeriksaan yang sederhana untuk

mendiagnosis adanya gangguan fungsi kognitif. MMSE terdiri dari 30

pertanyaan, terbagi menjadi 11 domain dengan rincian, orientasi waktu,

tempat, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat, menamai, pengulangan,

pemahaman, membaca, menulis serta menggambar (Folstein, 1993 dalam

Setyopranoto dkk., 2000). Penilaian baik buruknya fungsi kognitif

didasarkan atas nilai potong yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan

terakhir responden. Dinilai baik jika nilainya ≥ 23 untuk sekolah dasar (SD),

≥ 25 untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan ≥ 26 untuk sekolah


37

menengah atas (SMA) ke atas, sedangkan dinilai buruk jika nilainya < 23

untuk sekolah dasar (SD), < 25 untuk sekolah menengah pertama (SMP)

dan < 26 untuk sekolah menengah atas (SMA) ke atas (Turana, 2011).

3. Physical Activities Scale for the Elderly (PASE)

Physical Activities Scale for Elderly (PASE) merupakan kuesioner

untuk menilai aktivitas fisik lanjut usia. PASE terdiri dari tiga macam

aktivitas, yaitu leisure time activity (aktivitas waktu luang) yang terdiri dari

6 pertanyaan, house hold activity (aktivitas rumah tangga) yang terdiri dari 3

pertanyaan dan work related activity (aktivitas relawan) yang terdiri dari 1

pertanyaan. Peneliti memodivikasi kuesioner PASE, dikarenakan kuesioner

PASE kurang relevan dengan kegiatan atau aktivitas fisik yang ada di

PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Peneliti mengambil 8

pertanyaan dari kategori aktivitas waktu luang dan aktivitas rumah tangga.

Penentuan jawaban kuesioner menggunakan skala Likert, dimana jawaban

responden menggunakan rentang skala 0 sampai 3 yaitu tidak pernah (0),

jarang (1), kadang-kadang (2) dan sering (3).

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah ketepatan dan kecermatan instrumen dalam

menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2012). Uji validitas merupakan suatu

indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang

diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Dalam hal ini, beberapa item pertanyaan dapat digunakan untuk
38

mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan

menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari setiap

variabel dengan total skor variabel tersebut (Hidayat, 2007). Perhitungan

dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil perhitungan t

hitung. Apabila t hitung > t tabel, maka pertanyaan tersebut valid,

sedangkan apabila t hitung < t tabel, maka petanyaan tidak valid. Uji

validitas ini juga bisa dilakukan dengan pengujian validitas konstruksi

dengan analisis faktor dan mengkorelasikan skor item instrumen dalam satu

faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan

besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstruksi yang kuat

(Sugiyono, 2010).

Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 15 Mei

2014. Uji coba dilakukan terhadap 30 lanjut usia di Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur dengan hasil tiap - tiap item

pertanyaan pada variabel aktivitas fisik yang menggunakan kuesioner

PASE, berkisar antara 0,365 sampai 0,645. Nilai t hitung ini kemudian

dibandingkan dengan t tabel Pearson Product Moment pada signifikan 5%

dengan uji 2 ekor (two tailed) dan n = 30, yaitu sebesar 0,361. Dari uji ini,

item 5 dan 8 dinyatakan tidak valid karena nilai t hitung kurang dari 0,361

sehingga item - item ini tidak bisa digunakan. Selanjutnya, dilakukan uji

validitas yang kedua tanpa menggunakan item 5 dan 8 didapatkan suatu

hasil t hitung tiap-tiap item pertanyaan yang berkisar antara 0,365 sampai

0,645 dan semua item pertanyaan dinyatakan valid karena nilai t hitung
39

lebih besar dari 0,361. Jadi, kesimpulannya item pertanyaan 5 dan 8

dihilangkan dari kuesioner karena dianggap tidak valid sehingga total

keseluruhan pertanyaan tentang aktivitas fisik lanjut usia sebanyak 8

pertanyaan.

2. Uji Reliabilitas

Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur reabilitas data

apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas merupakan indeks

yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau

dapat diandalkan. Uji reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

pada tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Hal ini

berarti sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan dua kali

atau lebih dengan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas

menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat,

2007).

Pada penelitian ini, uji reliabilitas pada variabel aktivitas fisik lanjut

usia menghasilkan nilai α = 0,707. Selanjutnya, dilakukan uji reliabilitas

ulang tanpa menggunakan item pertanyaan 5 dan 8 menghasilkan nilai

α = 0,723. Nilai Alpha Cronbach > 0,60. Sedangkan, uji reliabilitas pada

variabel tingkat kognitif lanjut usia yang menggunakan rumus KR-20

menghasilkan nilai α = 0,821282. Jadi, kedua instrumen ini dianggap

reliabel, dapat dipercaya dan dapat diandalkan.


40

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2014. Data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

dengan menggunakan kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam

pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu :

1. Tahap pertama, peneliti menentukan permasalahan, subjek penelitian,

tempat penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan judul

penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas untuk diberikan

kepada pihak KESBANGPOL (Kesatuan, Kebangsaan dan Politik)

Walikota Jakarta Selatan dan pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia

4 Margaguna Jakarta Selatan.

2. Setelah perizinan penelitian disetujui oleh pihak KESBANGPOL (Kesatuan,

Kebangsaan dan Politik) Walikota Jakarta Selatan dan pihak Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan, peneliti terlebih

dahulu melakukan studi pendahuluan terkait penelitian yang akan dilakukan.

3. Selanjutnya peneliti menyusun proposal skripsi dan melakukan ujian

seminar proposal skripsi.

4. Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen pada

30 lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung.

5. Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid dan reliabel, peneliti

melakukan koordinasi dengan Kepala di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan untuk mendapatkan calon responden

sesuai dengan kriteria inklusi.


41

6. Setelah peneliti mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon

responden.

7. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden diberikan

penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner dan dianjurkan bertanya

apabila ada pertanyaan atau pernyataan yang kurang jelas.

8. Waktu pengisian kuesioner kurang lebih selama 15 menit untuk masing -

masing responden. Responden diharapkan menjawab seluruh pertanyaan di

dalam kuesioner.

9. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti.

G. Pengolahan Data

Hidayat (2007) mengungkapkan bahwa dalam penelitian terdapat

langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh. Adapun tahap-tahap

pengolahan data meliputi :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang dilakukan

dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan, relevansi dan

konsistensi jawaban. Kelengkapan data diperiksa dengan cara memastikan

bahwa jumlah kuesioner yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel

minimal yang ditentukan dan memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam

kuesioner sudah terjawab dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban


42

diperiksa dengan cara melihat apakah ada data yang bertentangan dengan

data lain.

2. Coding

Coding merupakan pemberian kode numerik terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

suatu variabel.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data dari kuesioner ke dalam

paket program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.

4. Cleaning Data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih

dari kesalahan sehingga data siap dianalisis.

H. Metode Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang dinyatakan

dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam

bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel pada penelitian ini

meliputi data demografi (usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir),


43

variabel independen (bebas) yaitu aktivitas fisik lanjut usia dan variabel

dependen (terikat) yaitu tingkat kognitif lanjut usia.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan dua variabel (Umar,

2003) yaitu untuk melihat hubungan variabel aktivitas fisik lanjut usia dan

variabel tingkat kognitif lanjut usia. Analisis bivariat yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu uji chi square. Uji chi square digunakan untuk

mengadakan pendekatan dari beberapa faktor atau mengevalusi frekuensi

yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi frekuensi yang diharapkan dari

sampel apakah terhadap hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak

(Ridwan, 2007).

Peneliti menggunakan derajat kepercayaan 95% sehingga jika nilai p ≤

0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau

menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen dan apabila nilai p > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak

bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak boleh

bertentangan dengan etik (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, peneliti

meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal - hal yang

merugikan selama penelitian dengan memperhatikan aspek - aspek self

determination, privacy, anonymity, confidentially dan protection from


44

discomfort (Polit, 2006). Berikut ini adalah beberapa prinsip etik yang

digunakan peneliti selama penelitian berlangsung:

1. Self Determination (Penentuan Diri Sendiri)

Responden diberikebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau

tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela setelah semua

informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan

menandatangani lembar informed consent yang telah disediakan.

2. Privacy (Pribadi)

Peneliti menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden

untuk kepentingan penelitian.

3. Anonymity (Tanpa Nama)

Selama kegiatan penelitian, nama responden dirahasiakan, sebagai

gantinya digunakan inisial dan nomor responden.

4. Confidentially (Kerahasiaan)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang

diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi

penelitian.

5. Protection from Discomfort (Perlindungan dari Ketidaknyamanan)

Kenyamaan responden selama penelitian dijamin. Peneliti

menekankan kenyamanan responden selama mengikuti penelitian. Jika

responden merasa tidak nyaman, peneliti mempersilahkan responden untuk

menghentikan partisipasinya.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) bidang kesejahteraan

sosial lanjut usia Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Sebagai lembaga

pelayanan kesehatan masyarakat, PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan adalah lembaga pemerintah yang memberikan pelayaan kepada

masyarakat, khususnya lanjut usia yang tidak mampu atau kurang beruntung

dengan sumber dana Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN) provinsi

DKI Jakarta. PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan merupakan

salah satu panti sosial milik pemerintah yang berada di wilayah Jakarta

Selatan tepatnya di Jl. Margaguna No. 1 Radio Dalam, Kelurahan Gandaria

Selatan, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

Tujuan dari PSTW adalah agar terbinanya tata kehidupan dan

penghidupan lanjut usia terlantar sehingga dapat mempertahankan identitas

kepribadian dan memberikan jaminan kehidupannya secara lahir dan batin.

1. Visi dan Misi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan:

a. Visi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

Penyandang masalah kesejahteraan sosial khususnya lanjut

usia terlantar di DKI Jakarta terantas dalam kehidupan yang layak

dan berguna.

45
46

b. Misi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

1) Mencegah, mengurangi tumbuh kembang dan meluasnya

masalah kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar.

2) Mengentaskan penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut

usia terlantar dalam kehidupan yang layak dan berguna.

3) Membina dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam

melaksanakan kesejahteraan sosial.

4) Meningkatkan kualitas pelayanan lanjut usia terlantar yang

meliputi kesehatan fisik, sosial, mental dan agama.

2. Program Kegiatan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

a. Bimbingan rohani untuk agama islam sebanyak 4 kali dalam

seminggu dan untuk agama kristen sekali dalam seminggu.

b. Olahraga, senam lanjut usia sebanyak 2 kali dalam seminggu (hari

selasa dan hari jumat).

c. Bimbingan keterampilan seperti menjahit, membuat keset,

membuat bunga dan menyulam taplak meja.

d. Pelayanan kesehatan.

e. Kesenian seperti qosidah, angklung dan karaoke.

f. Rekreasi.

g. Penyaluran kembali lanjut usia ke keluarga dan pemakaman atau

pemulasaran.

PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan memiliki sepuluh

ruangan untuk lanjut usiayang terdiri dari tiga ruangan khusus laki - laki,
47

lima ruangan khusus perempuan, satu ruang observasi dan satu ruang

khusus lanjut usia yang mengalami gangguan kejiwaan.

Tabel 5.1
Klasifisikasi Ruangan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan
No Nama Ruangan N Keterangan
1 Ruangan WBS Laki - laki
a. Cendrawasih 18 Setengah Renta
b. Merpati 11 Mandiri
c. Kutilang 22 Renta
d. Rajawali 13 Mandiri
2 Ruangan WBS Perempuan
a. Melati 14 Mandiri
b. Mawar 16 Mandiri
c. Cempaka 21 Setengah Renta
d. Kenanga 24 Renta
e. Anggrek 21 Renta
f. Lili 11 Mandiri
g. Tulip 10 Mandiri
3 Ruang Observasi 15 Lanjut usia
yang baru
datang sampai
mampu
beradaptasi
4 Ruang Gardena 9 Lanjut Usia
Psikotik
Jumlah Lanjut Usia 205

Jumlah populasi lanjut usia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 4

Margaguna Jakarta Selatan sebanyak 205 orang. Lanjut usia yang

dijadikan responden dalam adalah responden yang memenuhi kriteria

inklusi yang dibuat oleh peneliti, yaitu sebanyak 118 orang. Banyak

lanjut usia yang tidak diambil untuk dijadikan responden karena

sebagian besar lanjut usia tidak sekolah, lanjut usia yang tidak bersedia

menjadi responden, lanjut usia yang mengalami gangguan jiwa dan

lanjut usia yang kurang komunikatif serta kooperatif.


48

B. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel - variabel

karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan

distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis univariat pada penelitian ini

meliputi: data demografi lanjut usia yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan

pendidikan terakhir, aktivitas fisik serta tingkat kognitif lanjut usia.

1. Data Demografi Lanjut Usia

a. Usia

Rata - rata usia responden antara 60 - 74 tahun yaitu sebanyak 87

orang (73,7%), responden yang berusia antara 75 - 90 tahun sebanyak 29

orang (24,6%) dan responden yang berusia lebih dari 90 tahun sebanyak

2 orang (1,7%). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Usia N %
60 - 74 tahun 87 73,7
75 - 90 tahun 29 24,6
> 90 tahun 2 1,7
Total 118 100

b. Jenis Kelamin

Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin

digambarkan pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Jenis Kelamin N %
Laki - Laki 47 39,8
Perempuan 71 60,2
Total 118 100
49

Tabel di atas menunjukkan hasil bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 71 orang (60,2%),

sedangkan responden berjenis kelamin laki - laki sebanyak 47 orang

(39,8%).

c. Pendidikan Terakhir

Sebagian besar lanjut usia yang tinggal di PSTW Budi Mulia 4

Margaguna berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau

sederajat, yakni sebanyak 95 orang (80,5%). Hal ini dapat dilihat pada

tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Pendidikan Terakhir N %
Sekolah Dasar (SD) 95 80,5
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 14 11,9
Sekolah Menengah Atas (SMA) 5 4,2
Perguruan Tinggi (PT) 4 3,4
Total 118 100

2. Variabel Dependen dan Independen

a. Aktivitas Fisik Lanjut Usia

Aktivitas fisik lanjut usia dikategorikan menjadi 2, yaitu aktivitas

fisik baik dan aktivitas fisik kurang. Aktivitas fisik dikategorikan baik

jika ≥ 15 dan aktivitas fisik dikategorikan buruk jika < 15. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang

signifikan antara aktivitas fisik baik dan aktivitas fisik kurang.

Responden yang mempunyai aktivitas fisik baik sebanyak 62 orang

(52,5%), sedangkan yang termasuk dalam aktivitas fisik kurang


50

sebanyak 56 orang (47,5%). Hal ini bisa dilihat pada tabel 5.5 berikut

ini:

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Aktivitas Fisik N %
Baik 62 52,5
Kurang 56 47,5
Total 118 100

b. Tingkat Kognitif Lanjut Usia

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori tingkat kognitif

dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Kognitif
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)
Tingkat Kognitif N %
Baik 50 42,4
Buruk 68 57,6
Total 118 100

Dari seluruh lanjut usia yang menjadi responden dalam penelitian ini,

50 orang diantaranya berkognitif baik (42,4%) dan 68 orang dinyatakan

berkognitif buruk (57,6%).

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel

yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan

aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4

Margaguna. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut:


51

Tabel 5.7

Korelasi Data Demografi (Usia, Jenis Kelamin dan Pendidikan Terakhir)


dan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia
di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna (n=118)

Tingkat Kognitif
Variabel p-value
Baik Buruk
N % N %
Usia 60 – 74 41 34,7 46 39,0
(tahun) 75 – 90 9 7,6 20 16,9 0,149
>90 0 0,0 2 1,7

Jenis Laki - Laki 22 18,6 25 21,2


0,452
Kelamin Perempuan 28 23,7 43 36,4

Pendidikan SD 37 31,4 58 49,2


Terakhir SMP 8 6,8 6 5,1
0,486
SMA 3 2,5 2 1,7
PT 2 1,7 2 1,7

Aktivitas Baik 44 37,3 18 15,3


Fisik Kurang 6 5,1 50 42,4 0,000

Dari tabel 5.7 di atas, hasil uji statistik antara usia dan tingkat

kognitif lanjut usia didapatkan bahwa rata – rata lanjut usia yang berusia

antara 60 – 74 tahun memiliki tingkat kognitif yang buruk, yaitu sebanyak

46 orang (39,0%). Hasil uji statistik antara jenis kelamin dengan tingkat

kognitif didapatkan perbedaan yang signifikan, yaitu lanjut usia berjenis

kelamin perempuan yang memiliki tingkat kognitif buruk sebanyak 43

orang (36,4%). Hasil uji statistik antara pendidikan terakhir dengan tingkat

kognitif didapatkan hasil bahwa sebagian besar lanjut usia yang berlatar

pendidikan SD memiliki tingkat kognitif buruk, yaitu sebanyak 58 orang

(49,2%). Hasil uji statistik antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif
52

didapatkan bahwa sebagian besar lanjut usia yang beraktivitas kurang

memiliki tingkat kognitif buruk, yaitu sebanyak 50 orang (42,4%).

Hasil uji korelasi didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara usia (p-value = 0,149), jenis kelamin (p-value = 0,452)

dan pendidikan terakhir (p-value = 0,486) dengan tingkat kognitif lanjut

usia. Uji korelasi antara aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia

didapatkan p-value = 0,000, hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara variabel aktivitas fisik dengan variabel tingkat

kognitif lanjut usia (p ≤ 0,05). Dari hasil koefisien korelasi diketahui

r = 0,609. Hal itu menunjukkan bahwa dua variabel mempunyai hubungan

yang kuat, karena berada pada rentang koefisien korelasi antara 0,50 - 0,69.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Variabel Aktivitas Fisik dan Tingkat Kognitif

1. Gambaran Aktivitas Fisik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata - rata lanjut usia

memiliki aktivitas fisik yang baik, yaitu sebanyak 62 orang (52,5%) dari

118 responden. Dari hasil pengamatanpeneliti saat wawancara didapatkan

bahwa beberapa lanjut usiamasih sangat aktif dalam kegiatan yang ada di

panti, seperti senam, membuat kerajinan tangan, bermain angklung dan lain

sebagainya.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Utami (2013), hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar lanjut usia masih aktif dalam

melakukan aktivitas fisik, yaitu sebesar 55,6%. Berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Wreksoatmodjo (2013) menunjukkan bahwa rata - rata

lanjut usia yang tinggal di panti memiliki aktivitas fisik yang buruk.

Menurut Yamada (2009) para lanjut usia penghuni panti memiliki aktivitas

fisik yang kurang dibanding lanjut usia yang tinggal bersama keluarga

masing - masing. Kurangnya aktivitas fisik memperbesar risiko penurunan

fungsi kognitif.

Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan

antara lanjut usia yang memiliki aktivitas fisik baik dan aktivitas fisik

kurang, karena di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan sudah

terdapat jadwal tetap untuk melakukan kegiatan yang sudah ditetapkan oleh

pihak atau petugas panti. Lanjut usia yang memiliki aktivitas kurang

53
54

kemungkinan disebabkan karena ada keterbatan lanjut usia dalam

melakukan aktivitas sehari - hari serta ketidaktertarikan lanjut usia dalam

kegiatan yang sudah dijadwalkan di panti (seperti: senam, membuat

kerajinan tangan dan lain sebagainya).

2. Gambaran Tingkat Kognitif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata - rata lanjut usia

berkognitif buruk, yaitu sebanyak 68 orang (57,6%) dari 118 responden.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa

lanjut usia yang tinggal di panti cenderung lebih berisiko mengalami

gangguan kognitif dibandingkan lanjut usia yang tinggal di keluarga

masing - masing (Wilson, 2002). Penelitian Alvarado dkk. (2004) di

Mexico City mendapatkan dari 155 lanjut usia yang tinggal di panti, 102

orang (65,8%) nilai MMSEnya rendah dibanding dengan 30 orang (24,0%)

di antara 125 lanjut usia yang tinggal di keluarga. Alvarado dkk. (2004)

menyebutkan bahwa setelah 6 bulan, kondisi para lanjut usia yang tinggal

di panti memburuk, terutama di kalangan perempuan dengan angka

mortalitas mencapai 33%. Penelitian Guerrerro dkk. (2007) di Filipina juga

menunjukkan bahwa lanjut usia di masyarakat rata - rata nilai MMSEnya

lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di panti.

Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan

antara lanjut usia yang berkognitif baik dan lanjut usia yang berkognitif

buruk. Lima puluh tujuh koma enam persen lanjut usia berkognitif buruk,

hal ini disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat
55

kognitif lanjut usia, seperti status kesehatan, interaksi sosial dan lain

sebagainya.

B. Analisis Data Demografi

1. Gambaran Usia terhadap Tingkat Kognitif

Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar responden

merupakan lanjut usia yang berumur 60 - 74 tahun, yaitu sebanyak 87

orang (73,7%). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Wreksoatmodjo (2013) yang dilakukan di PSTW Jakarta Barat, jumlah

responden yang berusia 60 - 70 tahun, yaitu sebanyak 163 orang

(62,9%)dari jumlah responden sebanyak 260 lanjut usia. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Triantari (2011) di Posyandu Lansia Wilayah Kerja

Puskesmas Sedayu didapatkan lanjut usia yang berusia 60 - 74 tahun

sebanyak 18 orang (78,2%) dari 23 responden yang ada. Hal ini serupa

dengan penelitian yang dilakukan oleh Tombaugh (2003) yang menyatakan

bahwa semakin meningkatnya usia maka semakin menurun pula hasil

pemeriksaan. Scanlan et al. (2007) mengatakan bahwa ada hubungan yang

positif antara usia dengan fungsi kognitif, didapatkan data lanjut usia yang

berusia 65 – 79 tahun menunjukkan skor MMSE yang rendah.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin

menurun tingkat kognitifnya, dikarenakan terjadi perubahan pada struktur

otak, pengurangan massa otak dan pengurangan aliran darah ke otak.


56

2. Gambaran Jenis Kelamin terhadap Tingkat Kognitif

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa jenis

kelamin termasuk predisposing factor terjadinya perubahan perilaku

seseorang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin bisa

mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan

sehingga perlu diukur.

Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang sesuai

dengan kriteria inklusi. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini

berjumlah 118 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah

responden perempuan lebih banyak daripada jumlah responden laki - laki,

karena sebagian besar populasi di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan adalah perempuan, yaitu sebesar 69% dari populasi yang ada.

Jumlah responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 71 orang (60,2%),

sedangkan responden laki - laki sebanyak 47 orang (39,8%).

Berdasarkan data Susenas (2012), penduduk lanjut usia yang paling

banyak adalah perempuan yaitu sebesar 8,2% dan laki - laki 6,9% dari

jumlah populasi penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa umur

harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2004), dimana jumlah

responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu (69,7%)

dibanding responden yang berjenis kelamin laki - laki. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Ristiani (2011) di PSTW Budi Mulia II Cengkareng, jumlah

responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 58 orang (70,7%)


57

dan responden yang berjenis kelamin laki - laki sebanyak 24 orang

(29,3%).

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan

fungsi kognitif lanjut usia. Yaffe dkk. (2001) mengatakan bahwa lanjut usia

lebih berisiko mengalami penurunan kognitif, hal ini disebabkan karena

adanya peranan level hormon seks endogen dalam perubahan fungsi

kognitif.

3. Gambaran Pendidikan Terakhir terhadap Tingkat Kognitif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan terkait latar belakang pendidikan responden. Sebagian besar

responden berlatar pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau sederajat, yakni

sebesar 80,5%. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Lisza (2013)

terhadap tingkat pendidikan lanjut usia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan diketahui bahwa paling banyak responden

berpendidikan SD yaitu sebanyak 76 orang (51,4%). Penelitian lain yang

dilakukan oleh Wreksoatmodjo (2013) yang dilakukan di PSTW Jakarta

Barat didapatkan bahwa jumlah lanjut usia yang berpendidikan SD

sebanyak 45 orang (59,2%) dari jumlah total 76 orang.

Peningkatan risiko gangguan fungsi kognitif di kalangan

berpendidikan rendah perlu mendapatkan perhatian dari petugas panti.

Program atau aktivitas di panti agar lebih diprioritas kepada lanjut usia

yang berpendidikan rendah dan jenis kegiatannya perlu disesuaikan dengan

tingkat pendidikan yang rendah tersebut dapat berupa permainan sederhana

serta menganjurkan tetap melakukan kegiatan rutin sehari - hari. Hal ini
58

serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Lopez dkk. (2012) yang

menyatakan tingkat pendidikan rendah merupakan salah satu prediktor

terjadinya gangguan kognitif.

C. Analisis Korelasi antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas

fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia dengan nilai p-value sebesar 0,000.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dikakukan oleh Williamson dkk.

(2008) di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai

kognitif yang berasosiasi dengan peningkatan fungsi fisik. Secara spesifik,

penelitian Matthew dkk. (2004) dengan latihan Taichi pada usia 68 - 84 tahun

menunjukkan adanya hubungan yang positif. Penelitian lain yang dilakukan

oleh Maulina (2011) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat

pendidikan dan aktivitas fisik dengan fungsi kognitif lanjut usia.

Aktivitas fisik dapat bermanfaat terhadap fungsi kognitif lanjut usia

(Ravaglia, 2008). Aktivitas - aktivitas fisik bisa ditingkatkan tanpa

membutuhkan banyak tambahan tenaga maupun sarana, namun membutuhkan

penjadualan yang konsisten dan perhatian dari para pengelola panti. Sarana

berupa televisi umumnya telah tersedia di panti – panti yang perlu ditingkatkan

adalah merangsang minat dan mendiskusikan apa yang ditonton. Demikian

juga dengan penyediaan sarana bacaan dan permainan yang merangsang daya

ingat dan konsentrasi.


59

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan - keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yaitu penelitian

yang hanya memotret dan menganalisis suatu keadaan dalam suatu saat

tertentu saja, pengukuran semua variabel yang diteliti dilakukan pada saat

bersamaan.

2. Adanya kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan interpretasi

responden dalam memahami maksud dari pertanyaan yang sebenarnya.

Jawaban responden tergantung pada pemahaman responden terhadap

pertanyaan pada kuesioner.

3. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner dan tidak menggunakan

observasi pada lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta

Selatan.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gambaran demografi lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu:

rata - rata jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu sebanyak 71

orang, usia berkisar antara 60 - 74 tahun, rata - rata pendidikan terakhir

responden adalah Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 95 orang dari 118

lanjut usia.

2. Gambaran aktivitas fisik lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan yaitu lanjut usia yang memiliki aktivitas fisik baik

sebanyak 62 orang (53,4%), sedangkan yang memiliki aktivitas fisik

kurang sebanyak 56 orang (47,5%).

3. Gambaran tingkat kognitif lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan yaitu lanjut usia yang memiliki tingkat kognitif baik

sebanyak 68 orang (57,6%), sedangkan yang memiliki tingkat kognitif

buruk sebanyak 50 orang (42,4%).

4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan tingkat kognitif lanjut usia di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna

Jakarta Selatan (p-value = 0,000).

60
61

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Perlu meningkatkan peran dalam berkolaborasi dengan petugas panti

dalam mengurangi atau mencegah gangguan fungsi kognitif pada lanjut

usia dan mengoptimalkan kegiatan yang ada di panti khususnya kegiatan

fisik.

2. Bagi PSTW Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan

a. Perlu ditingkatkan lagi program senam lanjut usia yang sudah ada

sebelumnya, baik dalam pelaksanaannya maupun dalam memotivasi

lanjut usia.

b. Perlu dibuat kegiatan untuk merangsang fungsi kognitif lanjut usia,

misalnya mengadakan games sederhana seperti mencocokkan gambar,

teka - teki silang dan lain sebagainya.

c. Perlu adanya pembeda program kegiatan panti bagi lanjut usia yang

renta, setengah renta dan mandiri agar kegiatan sesuai dengan

kemampuan beraktivitas masing - masing lanjut usia yang mungkin

dilakukan, misalnya bagi lanjut usia dilakukan kegiatan membuat

kerajinan seperti keset, bros, bunga dan lain sebagainya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian yang lebih komprehensif disertai instrumen yang lebih baik

mengenai aktivitas fisik dan tingkat kognitif lanjut usia.

b. Penelitian dapat dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar

serta perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara


62

aktivitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia dengan desain studi

yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Ambardini, Rachmah Laksmi. 2009. Aktivitas Fisik pada Lanjut Usia.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Lembaga Pengabdian kepada
Masyarakat.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman. 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Aswin, S. 2003. Pengaruh Proses Menua terhadap Sistem Muskuloskeletal, dalam


W. Rochmah (ed): Naskah Lengkap Simposium Gangguan Muskuloskeletal,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Azwar. 2012. Metode Penelitian. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Barnes L.L., Mendes de Leon CF, et al. 2004. Sosial Resources and Cognitive
Decline in a Population of Older African Americans and Whites.
Neurology.

BPS. 2009. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2008. BPS, Jakarta.

Cotman CW, Berchtold NC, 2002. Exercise: a Behavioral Intervention to


Enhance Brain Health and Plasticity. Trends Neurosci 25: 295-301.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia bagi


Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Pemeriksaan Gerontology dalam Berbagai


Aspek, dalam: http://www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 20 Maret
2014 pukul 09.45 WIB.

Depsos RI. 2007. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah


Kesejahteraannya. Jakarta: Depsos RI.

Dharmojo, Boedhi. 2009. Geriatrik Ilmu Kesehatan Lanjut Usia edisi 3. Jakarta:
EGC.

Dikot, Y., & Ong, PA., 2007. Diagnosa Dini dan Penatalaksanaan Demensia di
Pelayanan Medis Primer. Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI) Cab. Jawa
Barat & Asna Dementia Standing Commiitee.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Goldman, H.H., 2000. Review of General Psychiatry: an Introduction to Clinical


Medicine. Singapure: McGraw-Hill.
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Tektik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.

http://pstwbm4margaguna.wordpress.com/2009/04/14/tentang-kami/ diakses pada


tanggal 07 April 2004 jam 11.03 WIB.

http://www.komnaslansia.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=63,
Diakses pada tanggal 20 November 2013, 14.30 WIB.
Kathy, Gunter. 2002. Healthy, Active Aging: Physical Activity Guidelines for
Older Adult: Oregon State University.

Katzman, R., Rowr, J. W. 1992. Principles of Geriatric Neurology. Philadelphia:


FA Davis Company.

Kemenkes RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.

Komisi Nasional Lansia. 2010. Profil Lanjut Usia 2009. Jakarta: Komnas Lansia
2010.

Kuczynski B., Jagust W., Chui HC., Reed B. 2009. An Inverse Association of
Cardiovascular Risk and Frontal Lobe Glucose Metabolism. Neurology,
vol. 72, hal. 738–743.

Kusumoputro, S., dkk. 2003. Kiat Panjang Umur dengan Gerak dan Latih Otak.
Jakarta: UI Press.

Lisza, Kurniasari, 2013. Hubungan antara Tingkat pengetahuan, Tingkat


Pendidikan dan Status Pekerjaan dengan Motivasi Lanjut Usia Berkunjung
ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo Pekalongan.

Lumbantobing, S., Sidiarto. 2003. Kiat Panjang Umur dengan Gerak dan Latih
Otak. Jakarta:UI Press.

Martika, Ayu. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kemampuan


Aktivitas Dasar Lansia di Puskesmas Kedungkati Kabupaten Grobogan.
Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Marthuranath, P. S. 2004. Instrumental Activities of Daily Living Scale for


Dementia Screening in Elderly People. Journal International
Psyhogeriatrics. India: Department of Neurology, SCTIMST, Trivandrum
695011 India.

Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika.
Martono, HH & Pranarka, K (ed.) 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo: Geriatri
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 4, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mattews, M., Williams H. 2004. Improvement in Physical Activity and Cognitive


Performence after a 10-Week Program in Tai Chi Exercise. The
Gerontologist.

McGilton, KS. 2007. Guideline Recommendation to Improve Dementia Care,


<http://www.nursingcenter.com/library/journalarticleprint.asp?Article_ID=7
12124>, diakses 22 Maret 2014 Pukul 12.30 WIB.

McGuire, L.C., et al. 2007. Cognitive Functioning in Late Life: The Impact of
Moderate Alcohol Consumption. Ann Epidemiol.

Murray, Ruth B & Zentner, Judith P. 1993. Nursing Assesment and Health
Promotion: Appleton & Lange.

Myres, J.S. 2008. Factors Associated with Changing Cognitive Function in Older
Adults: Implication for Nursing Rehabilitation. Rehabilitation Nursing.

Nelson, Aaron P. 2006. Mencegah Kepikunan Memperkuat Daya Ingat. Jakarta:


BIP.

Notoadmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Nuralita, Sari. 2009. Hubungan Karakteristik Individu, Kemandirian Fisik, dan


asupan Zat Gizi dengan Kejadian Obesitas pada Lanjut Usia di Panti
Werdha Bina Mulia 01 Cipayung Jakarta Timur.

Nurhidayati, Siti, dkk. 2012. Kebahagiaan Lansia Ditinjau dari Dukungan Sosial
dan Spiritualitas. Jurnal Soul, Volume 5 Nomor 2.

Nursalam. 2008. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Segung Seto.

Papilia, Diane E et al. 2008. Human Development. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Petersen, R. C., Smith, M. D., Kokmen, E., Ivnik, R. J., Tangalos, E. G. 1992.
Memory Function in Normal Aging. Neurology.
Pieter, HZ & Namora, L. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.
Jakarta: Kencana.
Pincus, J.H. and Tucker G.J. 2003. Behavioral Neurology, 4th ed. Oxford
University Press. New York.

Pisani, MA dkk. 2003. Under-Recognition of Preexisting Cognitive Impairment


by Physicians in Older ICU Patients Chest, vol. 124, hal. 2267-2274.

Plassman BL, Havlik RJ, Steffens DC, et al. 2000. Documented Head Injury in
Early Adulthood and Risk of Alzheimer’s Disease and Other Dementias.
Neurology.
Potter, Patrecia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta: EGC.
Pranarka, K. 2006. Penerapan Geriatrik Kedokteran Menuju Usia Lanjut yang
Sehat.
<http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/kRISPRANAKA.pdf
>, diakses 24 Maret 2014 Pukul 14.30.

Ravaglia G, dkk. 2008. Physical Activity and Dementia Risk in the Elderly:
Neurology.

Ramdhani, N. 2008. Sikap dan Beberapa Definisi untuk Memahaminya. Availabel


from: URL http:/www.neila.staff.ugm.ac.id, diakses 24 Maret 2014 Pukul
14.40.

Reimer MA, dkk. 2004. Special Care Facility Compared with Traditional
Environments for Demensia Care. A Longitudinal Study of quality of Life.

Rendah. 2004, dalam


<http://www.lef.org/protocols/neurological/mild_cognitive_impairment_01.
htm>.
Ridwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Saladin, K. 2007. Anatomy and Physiology the Unity of Form and Function. 4th
ed. New York: McGraw-Hill Companies.

Santrock, John W. 2006. Life Span Development. Jakarta: Erlangga.

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyopranoto, I., Lamsudin, R., Dahlan, P., 2000. Peranan Stroke Iskemik Akut
terhadap Timbulnya Gangguan Fungsi Kognitif di RSUP. Dr. Sardjito,
Berkala Neurosains, vol. 2, 1, 227-234.

Sidiarto L.D., Kusumoputro S. 2003. Memori Anda setelah Usia 50. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Universita Indonesia.
Stanley , Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Strub, R. L., Black, W. 1992. Neurobehavioral Disorder, A Clinical Approach.


Philadelphia: F.A.Davis Company.

Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulianti, A. 2000. Pemanfaatan Momen 17- Agustusan sebagai Sarana Latihan


Olahraga Rekreasi Terapeutik untuk Lansia.

Tombaugh TN. 2004. Trail Making Test A and B: Normative Data Stratified by
Age and Education. Pergamon Clinical Neutupsychology.

Turana, Y., Mayza, A., Luwempouw S.F., 2004. Pemeriksaan Status Mini Mental
pada Usia Lanjut di Jakarta. Medika, vol. 30, 9, 563-568.

Turana Y, Handayani YS. 2011. Nilai Mini Mental State Examination


Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan pada Masyarakat Lanjut Usia.
Jakarta: Medika.

Umar, Huein. 2003. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

Utami Pratiwi, Chairunnisa. 2013. Pola Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik,


Riwayat Penyakit, Riwayat Demensia Keluarga dan Kejadian Demensia
pada Lansia di Panti Werdha Tresna Bogor.
Verghese J, dkk. 2003. Leisure Activities and the Risk of Dementiain the Elderly:
N Engl J Med.
Weuve, J. et al. 2004. Physical Activity, Including Walking and Cognitive
Function in Older Women.
WHO. 1998. The Role of Physical Activity in Healthy Ageing, Geneva:
VfHOMPRIAHE/98.2.2ed.
WHO. 2002. Active Ageing: A Policy Framework.
WHO. 2010. Physical Activity. In Guide to Community Preventive Services Web
Site. 2008.
Williamson, J. 2008. Preventive Aspect of Geriatric Medicine. New York.
Wilson RS, Bennett DA, Bienias JL, et al. 2002. Cognitive Activity and Incident
AD in a Populasi-Based Sample of Older Persons: Neurology.
Wojtek, Chodzo. 2000. The Active Aging Blueprint: a National Initiative for the
Promotion of Successful Aging. Departement of Kinesiology University of
Illinois, USA.
Wreksoatmodjo, Budi Riyanto. 2013. Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia yang
Tinggal di Keluarga dengan yang Tinggal di Panti di Jakarta Barat.
Yaffe, K., Barnes, D., Nevitt, M., Lui, Y.L and Covinsky, K.. 2001. A Prospective
Study of Physical Activity and Cognitive Decline in Elderly Women. Arch
Intem Med, 161 (14): 1703-1708.
Yamada M, dkk. 2009. Association between Dementia and Midlife Risk Factors.
JAGS.
www.depkes.go.id.
LAMPIRAN
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
KOTA ADMIN ISTRASI JAKARTA TIMU R
Jalan Dr. sumarno Jakarta 13950 reli. (021) 487a217a Fax. (o21) 4ao2067

NOTA DINAS

Kepada Yth. : Kepala Bagian Tata pemerintahan setko Administrasi


Jakarta Timur
Dari : Kepala .Kantor.(esbang dan potitik Kota Adminiiii"ri .trkarta Timur
Nomor :lat /-l
.86s.8t
Perihal : Surat lzin Uji Validitas Dan Reabilitas

' .^ sehubungan dengarl Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 16g
tahun
2013 tentang Mekanisme.petayanan perizinan eaOan-
dan surat dari - fie;;til
iL,r'J"" o;;p;ti;ii
[9T.91t.rian Asama _ rlliyeisltai-lsram N6;ri Jdr-n
un.01/F1o/TL.oo/1s67t2014, Nomor :l,
tanslat 6 M;i ,o'i?l p.rir,ar suii'ii1in'uii (lrriolir;-d";
Reabilitas yang menerangkan sebagai ' berikut :

Nama : Nur Nafidah


NIM / NPM : 1110104000033
Alamat : DSN KAPRTNGAN Rt. 006/003 Ker. Dukuh Kropo Kec.
Peterongan
Jurusan : llmu Keperawatan .
Tujuan : Surat ljin UjiVatiditas dan Reabilitas
Judul : ".Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Tingkat
Kognitif Lanjut
usia di Panti sosiar rresna werdha-Budi rri'uria 4 "r;;;g;;;;
Jakarta Selatan".
Lamanya
Lokasi
:: [:i$t#+f*,r,"fd1a
Budi Muria cipayuns
Penanggung-jawab Dr. H.M. DjauhariWidjajakusumah, AlF,pFK:
Setelah meneliti sep.erlunya permohonan dan berkas lampir:an yang
kami tidak berkeberatan dilakukan atas permononan penelitian diajukan,
dipenuhinya ketentuan dan persyaratan sebagai berikut:
bimarsud sepanjang

1' Bila sampai ditempat tujuan, melapol terlebih dahulu kepada Aparat pemerintahan
setempat.
2. Me.m.atuhi segala peraturan dan ketentuan yang
berlaku di daerah setempat.
3. Setelah melakukan.Penetitian segera melaporklan
hasiinya kepada walikota Jakarta
Timur cq' Kepala Kantor Kesatian Bangsa oan Potitir Kota
Timur.
Administrasi Jakarta
4. Tidak dibenarkan melakukan kegiatan yang tidak ada
kaitannya dengan penelitian
dimaksud.
Demikian disampaikan untuk menjadi bahan lebih lanjut.

Jakarta, 14 Mei 2014


A.n. KEPALA KESBANG DAN POLITIK
KOTAC KARTA TIMUR,
ADAAN

Tembusan :
1. Walikota Jakarta Timur
2. Ka. Badan Kesbang dan politik prov. DKI Jakarta.
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan, Cip:utat 15412, Iakarta Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : fkik(@uinjkt.ac.id

Nomor : Un.01/F10/TL.00/)ri, 1r$ tZOt+ JakartaljMei 2014


Lampiran
Hal : Permohonan Izin Uji Validitas dan Reliabilitas

Kepada Yth.
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan#itik
Kota Administrasi Jakarta Timur
di
Tempat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Dengan hormat kami sampaikan, bahwa mahasiswa Program Studi Ilmu KePerawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Semester Genap Tahun Akademik 201312014 berikut ini akan melakukan uji validitas dan
reliabilitas instrumen penelitian.

Nama NurNafidah
NIM 11 10104000033
Semester VIII (Delapan)
Judul skripsi Hubungan arfiara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif
Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna J akarta S elatan

Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiswa tersebut diizinkan untuk
melakukan melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.

Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Bidang Akademik,

Widj aj akusumah, AIF,PFK,

Tembusan:
1. Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN

KEPUTUSAN WALIKOTA KOTA ADMINISTRASI JAI(ARTA SELATAN


NOMOR 198 TAHUN 2014
TENTANG
PEMBERIAN IZIN PENELITIAN/RISET KEPADA PENELITI ATAS NA.MA
NUR NAFIDAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KOTA ADMNISTRASI JAKARTA SELATAN,

Menirnbang : a. bahwa sehubungan dengan surat dari a.n. wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan Universitas lslam
'Negeri (ulIJ syarif Hidayatultah
Jakarta tanggat 13 Mei 2014
Nomor :'Un.O'l/F10lrL.oolz2t\t2o14, dan Reliomendasi Kepata
Kantor, Kesatuan Bangsa dan politik Kota AJri.irtrr.i .lr-xrrt,
selatan 'tanggal 16 Mei zo14 Nomor : 364tL gs1.g5, hal
Permohonanr'- lzin penelitian/Riset, untrr kegiatan dimaksud
diperlukan izin;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud daram
huruf a, perlu menetapkan Keputusan walikota tentang pemberian
lzin Penelitian/Riset kepada peneliti atas nama Nur Nafidah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 rahun 2oo4 tentang pemerintahan


Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah -terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun ZOOA;
2. Undang-Undang Nomor 29 rahun 2ool tentang pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta sebagai lbukota
- ' -:-. Negara
Kesatuan Republik lndonesia;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan
Peraturan perundang-undangan ;
4. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang organisasi
Perangkat Daerah;
5. Peraturan Gubernur Nomor 4z rahun 2011 tentang pedoman
Pelayanan lzin penelitian di provinsi Daerah Khusus lbukota
Jakarta;
6. Keputusan Gubernur Nomor 69 rahun 2oo4 tentang prosedur
Pelayanan pada Badan Kesatuan Bangsa propinsi Daerah
Khusus
lbukota Jakarta;
MEMUTUSKAN.....
MEMUTUSI(AN :

MENETAPMN : KEPUTUSAN,WAL KOTA KOTA ADM I N ISTRAS I JAKARTA S E LATAN


I

TENTANG PEMBERIAN IZIN PENELITIAN/RISET KEPADA PENELIT]


ATAS NAMA NUR NAFIDAH;
KESATU Memberikan lzin Penelitian/Riset kepada peneliti atas nama Nur Nafidah
sebagai peneliti dari Universitas lslam Negeri (UlN) Syarif Hidayatullah
Jakarta;

KEDUA lzin Penelitian/Riset sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU


adalah "Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Kognitif Lanjut
Usia Di Panti Sosial Tresna werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta
selatan" Yang diberikan selama Satu Buran, tanggal 1-g Mei 2014 s.d.
31 Mei 2014 di Panti sosial rresna werdha Budi Mulia 4 Margaguna
Jakarta Selatan;
KETIGA Pemegang lzln Penelitian/Riset sebagaimana dimaksud pada diktum
KESATU wajib menyampaikan laporan tertulis kepada walikota Kota :
Administrasi Jakarta Selatan melalui Bagian Tata pemerintahan
Sekretariat Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan tembusan kepada
Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Administrasi Ja'karta
Selatan, tentang kegiatan yang telah dilaksanakan, paling lama satu
bulan setelah habjs masa berlakunya lzin Penelitian uniuk riendapatkan
rekomendasi publikasi.
KEEMPAT Peneliti dapat melakukan publikasi hasil penelitian/riset jika laporan
sebagaimana dimaksud pada diktum KETIGA telah diterima' dan
mendapatkan rekomehdasi publ ikasi.
KELIMA Keputusan walikota ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Mei 2014

oTA ADMIN|STRAS|,

Tembusan:
1. Kepala Biro Tata Pemerintahan setda provinsi DKlJakarta
2. Asisten Pemerintahan Sekko Adm. Jakarta Selatan
3. Kepala Kantor Kesbangpol Kota AdministrasiJakarta Selatan
4. Camat Cilandak Kota AdministrasiJakarta Selatan
5. Lurah Gandaria selatan Kota AdministrasiJakarta selatan
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
DINAS SOSIAL
PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 1

Jl. Margaguna 1 No. 1, Telp. 021-7503249 Fax.7656716 Jakarta Selatan

Jakarta,30 Juni 2014

Nomor : 174 l-076.99 Kepada


Lampiran Yth : Pimpinan Program Studi
Perihal : Surat keterangan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Selesai Penelitian Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Sehubungan dengan telah berakhirnya kegiatan penelitian di Panti Sosial Tresna


Werdha Budi Mulia 4, maka dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : Nur Nafidah
NIM :1110104000033
Telah melaksanakan kegiatan Penelitian pada Warga Binaan Sosial ( WBS )
dari tanggal 9 Juni sid I I Juni 2014 dengan baik sesuai yang direncanakan.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

a.n. KEPALA PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA


TA SELATAN
LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama (Inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

Bersedia menjadi responden dalam penelitian Saudari Nur Nafidah, Mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul

penelitian “Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Kognitif Lanjut Usia di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan”. Peneliti telah

menjelaskan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Saya mengerti bahwa

data-data yang diperoleh akan dilindungi dan identitas Saya akan dirahasiakan. Saya

juga mempunyai hak untuk menolak jika ada ketidaknyamanan saat penelitian

berlangsung.

Saya menyatakan bahwa Saya telah membaca pernyataan di atas dan setuju

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela.

Ciputat, 2014

( )
LAMPIRAN 3

No. Responden

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KOGNITIF LANJUT


USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 4 MARGAGUNA
JAKARTA SELATAN

Nama (Inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir : (1) SD (2) SMP (3) SMA (4) PT

1. Kuesioner Aktivitas Fisik Lanjut Usia


Beri tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan keadaan Anda!

No Pertanyaan 0 1 2 3
Selama 7 hari terakhir, seberapa sering Anda:

1. Melakukan aktivitas duduk ?

2. Berjalan-jalan di dalam kamar atau di luar kamar?

3. Menyapu kamar atau sekitarnya?

4. Mengepel lantai ?

5. Mencuci piring atau pakaian ?

6. Mengikuti senam ?

7. Melakukan ibadah ?

8. Membawa makanan dari dapur ke kamar ?


2. Kuesioner Tingkat Kognitif Lanjut Usia
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat!

No Pertanyaan Jawaban Responden Nilai Skor


1 Tahun berapa sekarang ?
Bulan apa sekarang ?
Tanggal berapa sekarang ?
Hari apa sekarang ?
Musim apa sekarang ?
2 Dimana kita sekarang, negara apa ?
Kota apa ?
Kabupaten / kecamatan mana ?
Di tempat apa ?
Di ruangan apa ?
3 Sebutkan 3 buah nama benda (meja,
kursi, pintu). Tiap satu detik,
responden disuruh mengulangi ketiga
nama benda tadi.
4 Hitung mundur dari 10 ke bawah
dengan pengurangan 2 berhenti
setelah angka 2.
5 Tanyakan kembali 3 nama benda
yang tadi telah disebutkan di atas.
6 Apakah nama benda ini ?
(Lihat pasien menunjuk dan
menyebut nama benda, tunjukkan 2
macam benda).
7 Katakan ke responden:
Sekarang saya akan meminta Anda
mengulang apa yang saya katakan,
TIDAK, JIKA, DAN, ATAU.
8 Minta responden untuk mengikuti
perintah berikut: “ambil kertas di
tangan Anda, lipat dua dan letakkan
di lantai”
9 Katakan:
Silahkan baca tulisan ini dan lakukan
apa yang Anda katakan “ TUTUP
MATA ANDA”
10 Perintahkan pada responden untuk
menulis satu kalimat.
11 Perintahkan responden untuk
menggambar di bawah ini :

SKOR TOTAL
LAMPIRAN 4

HASIL ANALISIS UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Reliability Aktivitas Fisik (N=30)


Scale: ALL VARIABLES
Correlations
Aktivitas
Fisik
Pearson Correlation ,620**
fisik1 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,545**
fisik2 Sig. (2-tailed) ,002
N 30
Pearson Correlation ,452*
fisik3 Sig. (2-tailed) ,012
N 30
Pearson Correlation ,534**
fisik4 Sig. (2-tailed) ,002
N 30
Pearson Correlation .a
fisik5 Sig. (2-tailed) .
N 30
Pearson Correlation ,365*
fisik6 Sig. (2-tailed) ,047
N 30
Pearson Correlation ,586**
fisik7 Sig. (2-tailed) ,001
N 30
Pearson Correlation .a
fisik8 Sig. (2-tailed) .
N 30
Pearson Correlation ,574**
fisik9 Sig. (2-tailed) ,001
N 30
Pearson Correlation ,645**
fisik10 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation 1
Skortotal Sig. (2-tailed)
N 30
Case Processing Summary
N %
Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 30 100,0

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,707 11

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
fisik1 24,20 85,407 ,542 ,672
fisik2 24,30 87,321 ,459 ,681
fisik3 24,07 89,099 ,353 ,691
fisik4 24,13 86,671 ,438 ,681
fisik5 25,80 98,028 ,000 ,714
fisik6 24,27 91,099 ,260 ,700
fisik7 24,07 86,064 ,503 ,676
fisik8 25,80 98,028 ,000 ,714
fisik9 24,17 85,937 ,485 ,677
fisik10 24,30 85,114 ,573 ,670
Skortotal 12,90 24,507 1,000 ,634

Reliability Aktivitas Fisik (N=30)


Jika item fisik 5 dan fisik 8 dihilangkan

Correlations
Aktivitas Fisik
Pearson Correlation ,620**
fisik1 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation ,545**
fisik2 Sig. (2-tailed) ,002
N 30
Pearson Correlation ,452*
fisik3 Sig. (2-tailed) ,012
N 30
Pearson Correlation ,534**
fisik4
Sig. (2-tailed) ,002
N 30
Pearson Correlation ,365*
fisik6 Sig. (2-tailed) ,047
N 30
Pearson Correlation ,586**
fisik7 Sig. (2-tailed) ,001
N 30
Pearson Correlation ,574**
fisik9 Sig. (2-tailed) ,001
N 30
Pearson Correlation ,645**
fisik10 Sig. (2-tailed) ,000
N 30
Pearson Correlation 1
Skortotal Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0
Total 30 100,0

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
,723 9

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
fisik1 24,20 85,407 ,542 ,691
fisik2 24,30 87,321 ,459 ,700
fisik3 24,07 89,099 ,353 ,710
fisik4 24,13 86,671 ,438 ,700
fisik6 24,27 91,099 ,260 ,720
fisik7 24,07 86,064 ,503 ,695
fisik9 24,17 85,937 ,485 ,696
fisik10 24,30 85,114 ,573 ,689
Skortotal 12,90 24,507 1,000 ,652
LAMPIRAN 5

REKAPITULASI DATA DEMOGRAFI, VARIABEL AKTIVITAS FISIK DAN VARIABEL TINGKAT KOGNITIF
LANJUT USIA DI PSTW BUDI MULIA 4 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

Aktivitas Fisik Skor


No Usia J. Kelamin Pend. Terakhir Total
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Skor Total MMSE
1 70 2 1 3 3 2 2 3 3 3 0 19 19
2 72 1 1 3 2 1 0 2 3 1 2 14 16
3 62 2 1 3 3 1 1 3 1 3 0 15 25
4 70 2 1 2 3 2 0 0 0 0 1 8 8
5 65 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 29
6 66 1 1 3 2 1 1 1 3 3 3 17 24
7 64 2 1 1 3 1 1 2 2 3 2 15 17
8 70 2 1 1 3 0 0 3 3 3 3 16 18
9 60 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 27
10 70 2 1 3 2 0 0 3 2 3 1 14 21
11 72 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 23 30
12 69 1 1 3 3 1 1 3 3 1 1 16 27
13 69 2 1 3 3 1 1 3 0 3 1 15 25
14 71 1 1 2 2 1 1 3 3 3 0 15 24
15 64 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 22 28
16 65 2 1 1 3 3 3 3 1 3 1 18 22
17 83 2 1 3 3 1 1 3 3 0 2 16 25
18 61 2 1 2 3 3 3 3 3 0 1 18 23
19 63 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 24 28
20 77 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 27
21 75 2 1 3 2 3 3 3 2 3 3 22 26
22 68 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 23 28
23 70 2 1 2 2 0 0 1 1 3 0 9 16
24 70 1 4 3 3 2 2 3 3 3 2 21 29
25 65 1 1 3 3 0 0 1 3 0 3 13 13
26 64 2 2 3 3 2 1 3 3 3 2 20 25
27 86 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 22 25
28 73 1 1 3 3 1 1 3 3 3 1 18 27
29 66 2 1 3 3 2 2 3 3 2 3 21 30
30 62 1 1 3 3 2 2 3 3 3 2 21 29
31 65 2 1 3 1 0 0 1 0 1 0 6 10
32 62 1 1 2 2 3 3 0 1 0 1 12 12
33 65 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 23
34 70 2 1 3 3 0 0 3 0 2 1 12 18
35 78 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 28
36 64 2 1 3 2 2 2 3 3 2 1 18 21
37 68 1 1 3 3 2 2 3 3 3 3 22 27
38 72 1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 21 28
39 65 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 21
40 63 2 1 3 3 3 3 3 2 3 3 23 28
41 65 2 1 3 2 3 0 3 3 3 2 19 22
42 67 2 1 2 3 2 2 3 3 3 1 19 25
43 65 2 1 3 3 2 2 3 3 3 0 19 24
44 64 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 23
45 80 2 2 3 2 1 1 1 1 3 3 15 27
46 65 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 23 27
47 66 2 1 3 3 1 0 3 3 1 2 16 30
48 80 2 1 1 3 2 2 3 3 1 1 16 27
49 67 2 2 2 3 0 2 1 3 2 2 15 27
50 69 2 1 2 3 3 3 3 3 3 0 20 27
51 88 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 22 13
52 71 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 24 25
53 65 2 1 3 2 2 0 3 0 0 1 11 10
54 62 1 1 3 2 0 0 3 3 2 1 14 23
55 95 2 1 2 0 0 0 1 0 0 0 3 14
56 70 2 1 2 2 0 0 1 0 0 0 5 15
57 89 2 2 3 3 1 1 3 2 3 0 16 25
58 70 2 1 1 2 0 0 2 0 3 0 8 24
59 70 2 1 2 2 0 0 3 0 1 0 8 19
60 61 2 1 0 2 0 0 0 0 0 2 4 6
61 75 2 1 3 2 1 1 1 2 2 0 12 7
62 70 2 1 3 3 1 1 3 1 3 0 15 14
63 70 2 1 3 3 0 0 3 3 1 3 16 25
64 83 2 1 3 1 1 1 2 3 1 0 12 18
65 77 2 1 2 1 0 0 0 0 3 0 6 20
66 70 2 1 3 0 0 0 0 0 0 0 3 11
67 72 2 2 1 1 0 0 2 3 1 0 8 22
68 64 2 1 3 3 1 1 0 0 3 0 11 19
69 80 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 8
70 94 2 1 3 3 0 0 3 3 3 0 15 22
71 70 2 1 3 3 0 0 0 1 3 0 10 20
72 71 2 1 2 2 0 0 3 1 1 1 10 22
73 75 2 1 3 3 2 2 3 1 3 0 17 22
74 78 2 2 3 2 3 3 0 3 0 2 16 20
75 65 2 1 2 2 3 3 3 3 3 0 19 12
76 70 2 1 3 1 0 0 0 1 2 0 7 20
77 80 2 1 2 3 1 1 3 3 1 3 17 19
78 80 2 1 2 1 1 0 3 0 0 0 7 12
79 62 2 1 2 2 2 2 2 0 2 2 14 6
80 80 2 1 2 2 3 0 2 0 0 0 9 20
81 80 2 1 1 1 1 1 0 0 1 0 5 8
82 66 1 1 3 1 0 0 3 3 3 1 14 24
83 80 1 1 2 2 0 0 1 1 0 0 6 12
84 60 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 3 9
85 60 2 1 3 1 0 0 0 0 0 0 4 14
86 80 2 2 1 0 0 0 0 0 3 0 4 15
87 65 1 1 2 2 3 3 3 3 0 1 17 10
88 70 1 1 3 3 1 1 3 3 3 3 20 25
89 60 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 23 25
90 66 1 1 0 1 1 1 3 3 3 2 14 25
91 63 1 1 3 1 0 0 0 2 1 2 9 11
92 80 1 1 3 3 2 0 3 3 1 1 16 25
93 68 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 22 26
94 80 1 1 3 3 0 0 1 2 3 0 12 22
95 61 1 3 3 3 1 1 3 2 3 2 18 27
96 65 1 4 3 3 2 1 3 3 3 1 19 28
97 75 1 1 1 0 0 0 0 1 2 0 4 21
98 70 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 4 22
99 69 1 1 2 1 1 0 2 1 0 0 7 20
100 70 1 2 3 3 2 1 0 2 2 0 13 16
101 80 1 1 3 3 0 0 0 1 2 0 9 17
102 65 1 1 3 3 0 0 0 0 3 2 11 19
103 61 1 3 3 2 0 0 2 3 3 2 15 17
104 87 1 4 2 1 1 0 0 0 2 0 6 14
105 64 1 4 2 0 0 0 0 0 2 0 4 11
106 72 1 1 1 1 2 2 2 1 0 0 9 17
107 87 1 1 3 2 0 0 0 2 2 0 9 25
108 63 1 1 2 2 3 3 1 0 3 3 17 21
109 62 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 3 7
110 64 1 2 2 2 2 3 1 1 1 0 12 21
111 63 1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 21 24
112 65 1 1 3 2 0 0 1 0 2 0 8 11
113 63 1 1 3 3 0 0 0 3 3 2 14 18
114 61 1 2 2 2 2 0 0 0 2 1 9 27
115 75 2 1 0 1 0 0 2 2 3 0 8 19
116 87 2 1 2 1 0 0 1 0 3 1 8 16
117 82 1 2 3 1 0 0 1 1 0 0 6 17
118 67 1 1 2 2 0 0 2 0 0 1 7 15
LAMPIRAN 6
HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT
A. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Aktivitas Fisik Kognitif Lansia
Lansia
N 118 118
Mean 1,47 1,58
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,501 ,496
Absolute ,358 ,380
Most Extreme
Positive ,358 ,301
Differences
Negative -,323 -,380
Kolmogorov-Smirnov Z 3,887 4,124
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

B. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Valid 118
N
Missing 0

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Laki-laki 47 39,8 39,8 39,8
Val
Perempuan 71 60,2 60,2 100,0
id
Total 118 100,0 100,0

C. Usia

Usia
Valid 118
N
Missing 0
Mean 70,38
Median 69,50
Mode 70
Std. Deviation 7,913
Minimum 60
Maximum 95
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Usia Lanjut 87 73,7 73,7 73,7
Val Usia Tua 29 24,6 24,6 98,3
id Usia Sangat Tua 2 1,7 1,7 100,0
Total 118 100,0 100,0
D. Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir
Valid 118
N
Missing 0
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SD 95 80,5 80,5 80,5
SMP 14 11,9 11,9 92,4
Val
SMA 5 4,2 4,2 96,6
id
PT 4 3,4 3,4 100,0
Total 118 100,0 100,0

E. Fungsi Kognitif

Kognitif
Valid 118
N
Missing 0
Kognitif Lansia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 50 42,4 42,4 42,4
Valid Buruk 68 57,6 57,6 100,0
Total 118 100,0 100,0

F. Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik Lansia


N Valid 118
Missing 0
Median 15,00

Aktivitas Fisik Lansia


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 62 52,5 52,5 52,5
Val
Kurang 56 47,5 47,5 100,0
id
Total 118 100,0 100,0
LAMPIRAN 7
HASIL ANALISIS SPSS BIVARIAT

Usia * Kognitif Lansia Crosstabulation


Kognitif
Baik Buruk Total
Usia 60 – 74 tahun Count 41 46 87
% of Total 34.7% 39.0% 73.7%
75 – 90 tahun Count 9 20 29
% of Total 7.6% 16.9% 24.6%
>90 tahun Count 0 2 2
% of Total .0% 1.7% 1.7%
Total Count 50 68 118
% of Total 42.4% 57.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 3.802a 2 .149
Likelihood Ratio 4.582 2 .101
Linear-by-Linear Association 3.631 1 .057
N of Valid Cases 118
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .85.

Jenis Kelamin * Kognitif Lansia Crosstabulation


Kognitif Lansia
Baik Buruk Total
Jenis Kelamin Laki - Laki Count 22 25 47
% of Total 18.6% 21.2% 39.8%
Perempuan Count 28 43 71
% of Total 23.7% 36.4% 60.2%
Total Count 50 68 118
% of Total 42.4% 57.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .629a 1 .428
b
Continuity Correction .364 1 .546
Likelihood Ratio .628 1 .428
Fisher's Exact Test .452 .273
Linear-by-Linear Association .624 1 .430
N of Valid Cases 118
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.92.
b. Computed only for a 2x2 table

Pend.Terakhir * Kognitif Lansia Crosstabulation


Kognitif Lansia
Baik Buruk Total
Pend.Terakhir SD Count 37 58 95
% of Total 31.4% 49.2% 80.5%
SMP Count 8 6 14
% of Total 6.8% 5.1% 11.9%
SMA Count 3 2 5
% of Total 2.5% 1.7% 4.2%
PT Count 2 2 4
% of Total 1.7% 1.7% 3.4%
Total Count 50 68 118
% of Total 42.4% 57.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 2.439a 3 .486
Likelihood Ratio 2.412 3 .491
Linear-by-Linear Association 1.550 1 .213
N of Valid Cases 118
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.69.
Aktivitas Fisik Lansia * Kognitif Lansia Crosstabulation
Expected Count
Kognitif Lansia Total
Baik Buruk
Aktivitas Fisik Baik 26,3 35,7 62,0
Lansia Kurang 23,7 32,3 56,0
Total 50,0 68,0 118,0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Aktivitas Fisik Lansia *
118 100,0% 0 0,0% 118 100,0%
Kognitif Lansia

Crosstabulation
Kognitif Lansia Total
Baik Buruk
Count 44 18 62
Baik
Aktivitas Fisik % of Total 37,3% 15,3% 52,5%
Lansia Count 6 50 56
Kurang
% of Total 5,1% 42,4% 47,5%
Count 50 68 118
Total
% of Total 42,4% 57,6% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 43,747a 1 ,000
Continuity Correctionb 41,314 1 ,000
Likelihood Ratio 47,988 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
43,376 1 ,000
Association
N of Valid Cases 118
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,73.
b. Computed only for a 2x2 table
Correlations
Aktivitas Fisik Kognitif Lansia
Lansia
Correlation Coefficient 1,000 ,609**
Aktivitas Fisik
Sig. (2-tailed) . ,000
Lansia
N 118 118
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,609 1,000
Kognitif Lansia Sig. (2-tailed) ,000 .
N 118 118
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

You might also like