You are on page 1of 14

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No.

2 / Agustus 2018

Faktor Perilaku dan Gaya Hidup yang Mempengaruhi Status Prediabetes


Pasien Puskesmas Pati II
Ninik Trisnawati Sukenty*), Zahroh Shaluhiyah*), Antono Suryoputro*)
*)
Magister Program Promosi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro Korespondensi: kens_moed@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Prediabetes status describes as the condition of blood glucose level above
normal but insufficient to be diagnosed as diabetes. The stage of prediabetes is a critical
condition of blood glucose level, but could reverse to be normal again if healthy lifestyle is
routinely performed. In USA one of three people diagnosed with prediabetes. But most people
did not realize that they had prediabetes history. The increasing number of prediabetes occurs
due to the absence of typical symptoms. If prediabetes detected earlier, the rate of diabetes
mellitus could be prevented. This study aims to examine some behaviors that affect the
prediabetes status of patients in Pati II health center.
Method: This is an explanatory research with cross sectional approach. Samples were
rucruited using inclusion criteria such as aged 40–59 years, not diagnosed as diabetes,
abdominal circumference more than 90 for men and 80 for women. There were 117
respondents involved in this study.
Results: This research showed that the number of respondents with prediabetes status was
39.3%. Respondents with blood glucose level ranged more than 200 mg/dl were 6%. The
variables that influence the prediabetes status of the respondents were Body Mass Index with
OR 3.591 (p value 0.011), diet pattern with OR 2.435 (p value 0.044), and smoking habit or
passive smoking with OR 2.493 (p value 0.046). This study recommends to prevent the
prediabetes to be diabetes, needed the socialization of healthy lifestyle to the community and
early detection of prediabetes. Early prevention includes changes to people healthy lifestyles
such as maintaining healthy body weight, doing physical activity routinely, healthy eating
patterns, avoiding cigarette smoke and smoking habits. Keywords: prediabetes, BMI, diet,
smoking

PENDAHULUAN naik menjadi 2 kali lipat dari Riskesdas


Dari angka statistik, sekitar 3,2 juta (2)
2007. Sedangkan Jawa Tengah memiliki
jiwa per tahun penduduk yang meninggal prevalensi diabetes melitus melebihi angka
(1) (2)
akibat diabetes melitus. Diabetes melitus nasional yaitu sebesar 1,6%. Penemuan
disebut juga The Great Imitator karena kasus baru diabetes mellitus Provinsi Jawa
penyakit ini dapat mengenai semua organ Tengah tahun 2014 mencapai 121.203
tubuh dan menimbulkan berbagai macam orang, dan Kabupaten Pati termasuk dalam
(1) peringkat kelima tertinggi penyumbang
keluhan, kecacatan dan kematian. Riset
KesehatanDasar(Riskesdas) 2013 angka kasus baru tersebut.(2)(3) Selain
menunjukkan data prevalensi diabetes di termasuk dalam 3 besar penyakit tidak
Indonesia terdiagnosis dokter sebesar 1,5% menular, di Kabupaten Pati prevalensi

129
Faktor Perilaku dan Gaya… (Ninik T. S., Zahroh S., Antono S.)

diabetes melitus mengalami kenaikan yang Sedangkan di Indonesia masih terbatas,


signifikan dalam 5 tahun terakhir, dimana terutama di Jawa Tengah.
angka tertinggi terjadi di wilayah kerja
(3)
Puskesmas Pati II. METODE
Sebelum diabetes mellitus terjadi, Jenis penelitian ini adalah
maka didahului terjadinya prediabetes, penelitian explanatory dengan rancangan
yaitu keadaan kadar gula darah tidak cukup studi cross sectional. Populasi penelitian
tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes adalah penduduk usia 40-59 tahun
mellitus tetapi sudah mendekati angka (3)
berjumlah 13.419 jiwa. Sampel dipilih
(4)
borderline. Hal ini dapat menjadi dasar pada penduduk yang memenuhi
upaya pencegahan diabetes mellitus, yaitu persyaratan inklusi dan ekslusi sampel.
dengan mengontrol dan mengelola Terlebih dahulu menghitung jumlah
prediabetes agar dapat menjadi normal minimal sampel, yaitu 100 responden.
kembali dan tidak menuju kearah diabetes. Kriteria inklusi sampel adalah: berumur
(4)
40–59 tahun, belum pernah terdiagnosa
Prevalensi prediabetes diabetes melitus, memiliki keluarga
seperti (keluarga kandung dan atau keluarga satu
fenomena gunung es, jumlahnya nenek) dengan riwayat diabetes melitus,
ditemukan lebih banyak daripada kasus
memiliki lingkar perut >90 cm (untuk pria)
diabetes mellitus. Banyaknya angka
dan >80 cm (untuk wanita), dalam kondisi
kejadian prediabetes yang tidak terdeteksi
mandiri (dapat berdiri sendiri tanpa
dikarenakan kasus prediabetes tidak
bantuan alat atau siapa pun), mampu
menimbulkan gejala khas seperti diabetes
menjawab pertanyaan, dan bersedia
mellitus.(5) Termasuk di Indonesia,
mengikuti proses penelitian dengan
prevalensi prediabetes diperkirakan sekitar
menandatangani informed consent. Kriteria
(5)
300 juta orang. eksklusi adalah: terdiagnosis diabetes
Adapun faktor yang mempengaruhi melitus saat pemeriksaan dilakukan, tidak
prediabetes telah diketahui dari penelitian- bersedia mengikuti proses pemeriksaan
penelitian sebelumnya, seperti: usia, sampai selesai. Pemilihan anggota sampel
kegemukan, riwayat diabetes keluarga, dilakukan dengan cara Simple Random
pola makan, aktivitas fisik, dan Sampling, dimana jumlah minimal sampel
(5)(6)(7)
merokok. Penelitian mengenai dibagi proporsi sesuai jumlah populasi ke
prediabetes telah dilakukan diberbagai dalam 12 desa binaan dan masing masing
negara seperti Australia, Amerika Serikat, desa ditambahkan 4 orang untuk
Inggris, Finlandia, Cina, dan Arab Saudi.

130
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

menanggulangi bila terdapat calon HASIL DAN PEMBAHASAN


responden yang terdiagnosa diabetes Angka Kejadian Prediabetes di
maupun responden yang tidak ingin Puskesmas Pati II
melanjutkan proses penelitian. Kegiatan Penentuan prediabetes telah
skrining dilakukan mulai akhir bulan Juni ditetapkan oleh Pengendalian Penyakit dan
sampai dengan Agustus 2016. Total sampel Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI.(8)
awal adalah 148 orang, namun terdapat 22 Status prediabetes didiagnosa oleh dokter
orang yang terdiagnosa diabetes, dan 9 berdasarkan anamneses gejala klinis serta
orang tidak melanjutkan proses hasil laboratorium kadar gula darah
pemeriksaan sehingga dihasilkan sampel minimal 3 kali pemeriksaan. Hasil
akhir adalah 117 orang. pemeriksaan tersebut yang menentukan
Cara pengambilan data responden status prediabetes. Status prediabetes
penelitian menggunakan 2 cara, yaitu: terdiri dari Gula Darah Puasa Terganggu
pengisian kuesioner dan pengukuran (GDPT), Toleransi Gula Terganggu (TGT),
anthropometri, gejala klinis serta maupun gabungan antara TGT dan GDPT.
pengukuran gula darah kapiler. Prediabetes yang termasuk dalam
Pengambilan darah dilakukan 3 kali, yaitu kelompok GDPT apabila pasien tidak
GDS (Gula Darah Sewaktu); GDP (Gula merasa mengalami gejala klinis diabetes,
Darah Puasa), dan GD2PP (Gula Darah 2 dan ditegakkan dengan bukti pemeriksaan
jam Post Pandrial). kadar gula darah dalam 3 kali
Variabel bebas dalam penelitian ini permeriksaan, GDS (Gula Darah Sewaktu)
adalah umur, jenis kelamin, Index Massa 140-199mg/dl, kemudian pemeriksaan
Tubuh, tingkat pendidikan, pekerjaan, kedua GDP (Gula Darah Puasa)

pendapatan keluarga, pola makan, aktivitas menunjukkan angka 100-125mg/dl, dan

fisik, dan merokok. Untuk kemudian pada pemeriksaan terakhir melalui TTGT

dianalisa dengan variabel terikat yaitu (Test Toleransi Gula Terganggu) yang hasil

status prediabetes. Analisa data pemeriksaannya disebut GD2PP (Gula


Darah 2 jam Post Pandrial) menunjukkan
menggunakan 2 uji statistik, yaitu bivariat
(9)
untuk menganalisa hubungan masing- gula darah kurang dari 140mg/dl.
masing variabel bebas dengan terikat Prediabetes yang termasuk dalam TGT
dengan menggunakan uji Chi-Square, dan adalah responden yang merasa mengalami
dilanjutkan multivariat dengan gejala klinis diabetes, namun pada
menggunakan uji statistik Multiple periksaan GDS tidak melebihi dari
Logistic Regression. 200mg/dl, GDP menunjukkan kurang dari

131
Faktor Perilaku dan Gaya… (Ninik T. S., Zahroh S., Antono S.)

126mg/dl, dan GD2PP menunjukkan nilai dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar

140-199mg/dl.
(9)
TGT juga dapat (Riskesdas) tahun 2007 yang menunjukkan

terdeteksi pada responden yang tidak bahwa prevalensi prediabetes hampir dua

merasa mengalami gejala klinis, namun kali lipat dari prevalensi Diabetes Melitus
(2)
GDS menunjukkan lebih dari 200mg/dl, tipe 2 yaitu 10,2%. Beberapa tahun
dan nilai GD2PP berada pada nilai 140- kemudian pada penelitian Balitbangkes
(9) tahun 2013 prosentase beranjak menjadi
199mg/dl. Prediabetes juga bisa
terdeteksi dari gabungan TGT dan GDPT, 13,1%.(2) Angka kejadian prediabetes
baik dengankeluhan klinis maupun tidak 39,3% pada penelitian ini telah diprediksi
ada keluhan klinis, dan untuk mengalami peningkatan dari tahun
memastikannya dapat dilihat dari nilai sebelumnya, mengingat situasi sekarang
GDS 140-199mg/dl, nilai GDP 100- semakin banyak resiko pemicunya.
125mg/dl, dan nilai GD2PP berkisar pada
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status
140-199mg/dl. Tabel 1 menunjukkan hasil Prediabetes Responden
distribusi status prediabetes berdasarkan
Status Frekuensi Prosentase
pemeriksaan gula darah.
Prediabetes (%)
Prediabetes 46 39,3
Tabel 1. Distribusi Rincian Status Gula Normal 71 60,7
Darah Responden Jumlah 117 100,0
Status Frekuensi Prosentase
Prediabetes (%)
Karakteristik Demografi
Normal 71 60,7
TGT 12 10,3 Hasil penelitian menunjukkan
GDPT 27 23,1
bahwa sebagian besar responden memiliki
GDPT + TGT 7 6,0
Jumlah 117 100,0 umur 45-59 tahun sebesar 72,6 %,
sedangkan responden kelompok dewasa
Dari prosentase status gula darah
dini yaitu umur kurang dari 45 tahun
tersebut dapat diperlihatkan jumlah
sebesar 27,4 %.
keselurahan prediabetes pada responden.
Prosentase TGT 10,3% penelitian ini Berdasarkan uji tabulasi silang

hampir menunjukkan prosentase yang menunjukkan bahwa responden dengan

sama dengan penelitian Pradana Soewondo status prediabetes lebih banyak terdapat
(5) pada kelompok dewasa madya (berumur
& Laurentius A. Pramono tahun 2011.
antara 45-59 tahun) yaitu sebesar 43,5%
Berdasarkan hasil di tabel 2
jika dibandingkan dengan responden
menunjukkan bahwa angka kejadian
dewasa dini (berumur kurang dari 45
prediabetes tergolong tinggi dibandingkan
tahun) sebesar 28,1%, begitupun

132
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

sebaliknya. Dalam penelitian Shara IMT merupakan salah satu cara


Trisnawati dan Setyorogo umur merupakan penentuan obesitas pada tubuh seseorang.
salah satu faktor resiko kejadian diabetes. Obesitas atau kegemukan terjadi apabila
(10)
Meskipun demikian, hasil analisis uji hasil perhitungan IMT lebih dari 25.(8)
Chi-Square diperoleh nilai pvalue 0,191 Dari penelitian ini didapatkan 2 dari 3
(p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan responden mengalami kegemukan.
signifikan antara umur dengan status Obesitas menggambarkan kumpulan lemak
prediabetes pada responden. Keadaan berlebih pada individu, yang dapat
tersebut dapat disebabkan karena menyebabkan resistensi insulin. Kondisi
perbedaan umur yang tidak jauh antara ini disebabkan oleh menurunnya
kelompok responden yang berumur kurang kemampuan hormon insulin untuk
dari 45 tahun (dewasa dini) dan kelompok menurunkan kadar glukosa darah.(8)
umur 45-59 tahun (dewasa madya). Hal ini Normalnya, glukosa darah akan
juga terjadi pada penelitian Lina Aulia Ulfa disimpan di sel otot, sel hati, ataupun sel
dimana variabel umur tidak berhubungan lemak sebagai sumber energi. Namun
dengan kadar gula darah.(11) karena terjadinya resistensi insulin,
Pada variabel jenis kelamin glukosa tidak dapat memasuki sel sehingga
sebagian besar responden berjenis kelamin kadar glukosa darah cenderung meningkat

perempuan. Hasil uji tabulasi silang tapi belum menyebabkan diabetes secara

menunjukkan bahwa status prediabetes klinis.(8) Keadaan ini lama-kelamaan akan


cenderung lebih banyak terdapat pada menyebabkan pankreas kelelahan sehingga
kelompok responden laki-laki (48,4%) tidak mampu mengeluarkan insulin sesuai
dibandingkan responden yang berjenis kebutuhan. Kondisi yang demikian
kelamin perempuan (36,0%). Hasil uji Chi menyebabkan gula di hati dihasilkan
Square diperoleh pvalue 0,321 berlebih dan tidak terkendali sehingga

(pvalue>0,05), artinya tidak ada hubungan kadar gula dalam darah meningkat, dan

yang signifikan antara jenis kelamin mencapai pada tahap prediabetes.(8)


dengan status prediabetes responden di Responden yang berstatus
wilayah kerja Puskesmas Pati II. Hal ini prediabetes didominasi responden yang
sejalan penelitian Nezhad yang memiliki IMT lebih (47,4%). Sedangkan
memperlihatkan tidak adanya hubungan responden yang memiliki kadar gula darah
yang bermakna antara variabel jenis normal lebih banyak memiliki IMT yang
kelamin dan kejadian penigkatan kadar normal (76,9%). Uji hubungan Chi Square
(12)
gula darah. menghasilkan nilai pvalue 0,019 yaitu

133
Faktor Perilaku dan Gaya… (Ninik T. S., Zahroh S., Antono S.)

terdapat hubungan yang signifikan antara Riset Pembinaan Kesehatan tahun 2014,
IMT dengan kadar gula darah responden.. yaitu tidak ditemukan hubungan signifikan
Hasil ini sesuai studi Pradana Soewondo antara status pekerjaan dengan kadar gula
(14)
dan Laurentius A. Pramono dari hasil darah.
analisis data Riskesdas 2007 Pendapatan keluarga responden
menyimpulkan bahwa obesitas didominasi oleh responden dengan
berhubungan dan mempengaruhi pendapatan keluarga rendah (kurang dari
(5)
prediabetes (pvalue 0,0001). UMR Kabupaten Pati), namun tidak terpaut
Sebagian besar responden jauh dengan kelompok penghasilan tinggi.
berpendidikan rendah, yaitu tidak sekolah, Hasil uji Chi Square diperoleh p-value
tidak tamat, dan tamat SD. Responden 0,792 (pvalue>0,05), artinya tidak ada
prediabetes lebih banyak terdapat pada hubungan antara pendapatan keluarga
responden yang berpendidikan rendah dengan status prediabetes. Hal ini sejalan
sebesar 40,0% dibandingkan dengan dengan penelitian Nadia Kholila tahun
responden yang berpendidikan tinggi yaitu 2015 yang menyatakan bahwa pendapatan
sebesar 38,1%. Hasil uji Chi Square keluarga tidak berpengaruh langsung
menghasilkan p-value sebesar 0,996 terhadap kadar gula darah seseorang.(15)
(pvalue>0,05), berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pendidikan Perilaku dan Gaya Hidup Responden
dengan status prediabetes responden. Hal (Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan
ini sejalan dengan penelitian Duke yang Kebiasaan Merokok)
memperlihatkan pendidikan tidak Pola makan dalam penelitian ini
berhubungan dengan peningkatan kontrol menitikberatkan pada asupan kalori total
glikemik seseorang.(13) yang menjadi salah satu indikator pola
Responden yang tidak bekerja (ibu makan yang tidak terkontrol dan
rumah tangga, pensiunan dan mengakibatkan kadar glukosa darah
pengangguran) lebih banyak dibandingkan meningkat, sehingga berkontribusi
kelompok bekerja. Pada uji Chi-Square (15)
terjadinya prediabetes. Adapun
menghasilkan nilai p-value sebesar 0,688 metabolisme yang mempengaruhi kadar gula
(pvalue>0,05), artinya tidak ada hubungan darah adalah asupan kalori yang diubah
antara status pekerjaan dengan status menjadi energi. Gula darah atau gula yang
prediabetes responden. Penelitian yang beredar di dalam aliran darah berfungsi
sejalan adalah penelitian Abidah Nur dan sebagai penyedia energi bagi tubuh dan
rekan tahun yang menganalisis penelitian (15)
seluruh sel-sel jaringan tubuh.

134
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

Ketika kadar gula dalam darah tinggi, dibuktikan oleh Dian Fibriana tahun 2005.
maka sel beta pulau langerhans pada (17)

pankreas akan mengeluarkan insulin. Aktivitas fisik atau disebut juga


Insulin tersebut akan menurunkan kadar aktivitas eksternal adalah kegiatan yang
gula dalam darah dengan cara menggunakan tenaga atau energi untuk
mendistribusikan gula masuk ke dalam sel- melakukan berbagai kegiatan fisik, seperti
sel yang akan diproduksi untuk berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain.
menghasilkan energi.(17) Namun apabila Setiap kegiatan fisik yang menentukan
asupan kalori terus menerus tinggi akan jumlah energi dikeluarkan menurut
menyebabkan insulin bekerja terlalu berat lamanya intensitas dan sifat kerja otot.(18)
dan terjadi penurunan fungsi insulin yang Pengaruh aktivitas fisik secara langsung
(17)
berlanjut menjadi prediabetes. berhubungan dengan peningkatan
Berdasarkan hal tersebut, maka kecepatan pemulihan glukosa otot
penelitian ini menggunakan indikator total (seberapa banyak otot menyerap glukosa
(18)
asupan kalori untuk menggambarkan pola dari aliran darah). Saat beraktivitas
makan responden. Perhitungan persen fisik, otot menggunakan glukosa yang
AKG asupan kalori 117 responden melalui tersimpan dalam otot dan jika glukosa
wawancara Food Recall 2x 24 jam, berkurang, otot mengisi kekosongan
menghasilkan data asupan kalori aktual (19)
dengan mengambil glukosa dari darah.
perhari. Nilai persen AKG asupan kalori Hal tersebut membuat glukosa darah
responden didapatkan dengan menurun dan mampu mempertahankan
membandingkan asupan kalori aktual glukosa darah tetap normal. Karena itu,
perhari dengan asupan kalori tabel AKG prediabetes dapat dihindarkan bagi orang
anjuran yang telah ditetapkan pada yang beraktivitas cukup.
(19)

Permenkes RI nomor 75 Tahun 2013.(16) Pengukuran aktivitas fisik


Hasil perhitungan memperlihatkan dilakukan dengan menghitung kalori yang
dominasi responden yang kelebihan asupan dikeluarkan perhari berdasarkan aktivitas
kalori (persen AKG >119%) atau dapat fisik yang biasa dilakukan sehari-hari
diartikan sebagai pola makan tidak sehat dengan menggunakan rumus Physical
yaitu sebanyak 56,4%. Hasil uji Chi Activity Level (PAL). Nilai PAL didapatkan
Square menghasilkan pvalue sebesar 0,034 dari hasil pembagian 24 jumlah perkalian
(pvalue <0,05), yang artinya ada hubungan antara lama aktivitas fisik yang dilakukan
yang bermakna antara pola makan dengan dengan nilai Physical Activity Ratio (PAR)
status prediabetes responden. Hal ini juga sesuai acuan WHO.
(19)
Hasil

135
Faktor Perilaku dan Gaya… (Ninik T. S., Zahroh S., Antono S.)

aktivitas fisik memperlihatkan prosentase sel yang berakibat fatal pada metabolisme.
yang hampir sama antara jumlah responden Kerusakan metabolisme ini sebagai
yang aktivitas fisiknya cukup (49,6%) pencetus resistensi insulin, yang apabila
dengan responden yang aktivitas fisik tidak dikontrol dengan baik akan berlanjut
kurang (50,4%). Hasil uji hubungan (21)
pada tahap prediabetes.
menghasilkan nilai pvalue 0,045, artinya Penelitian ini memperlihatkan
aktivitas fisik berhubungan dengan bahwa jumlah responden perokok (54,7%)
prediabetes. Hal ini dibuktikan oleh lebih banyak dibandingkan jumlah
Fajrinayanti dan Dian Ayubi tahun 2008 di responden bukan perokok (45,3%).
Padang Panjang orang dengan aktifitas Persentase kelompok perokok tergolong
fisik kurang dari 120 menit/hari memiliki sangat tinggi mengingat responden banyak
resiko terkena prediabetes.(20) yang merupakan ibu rumah tangga. Hal ini
Merokok merupakan kegiatan disebabkan karena klasifikasi responden

memasukkan berbagai senyawa kimia perokok tidak hanya bagi responden yang

berbahaya termasuk berbagai senyawa melakukan kegiatan merokok saja, namun

radikal ke dalam tubuh, baik perokok aktif termasuk didalamnya responden yang

maupun pasif. Ma et al juga menyatakan merasa terpapar asap rokok setiap hari
(22)
bahwa seorang perokok mengalami yang disebut sebagai perokok pasif. Uji
paparan radikal bebas yang besar dan hubungan Chi Square, memperlihatkan
memiliki kandungan antioksidan plasma adanya hubungan antara status merokok
yang lebih rendah dibandingkan dengan dengan status prediabetes (pvalue: 0,016).
(21) Hubungan signikan ini juga dibuktikan
orang yang tidak merokok. Hal ini
berakibat terjadinya kerusakan membrane oleh Pramono dengan pvalue: 0,0001.(5)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel

Variabel n % Normality
Test
Status Prediabetes

Normal 71 60,7 0,000


Prediabetes 46 39,3 0,000
Umur
Dewasa dini (<45 tahun) 32 27,4 0,000
Dewasa madya (45-59 tahun) 85 72,6 0,000
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 26,5 0,000
Perempuan 86 73,5 0,000

136
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

IMT
Normal (<25,0) 39 33,3 0,000
Kegemukan (>25,0) 78 66,7 0,000
Pendidikan
Penddikan Tinggi (Minimal SMA) 42 35,9 0,000
Pendidikan Rendah (Maksimal SMP) 75 64,1 0,000
Status Pekerjaan
Bekerja (wiraswasta, petani/buruh/ 52 44,4 0,000
nelayan, pegawai)
Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, 65 55,6 0,000
pensiunan, pengangguran)
Pendapatan Keluarga
Pendapatan Keluarga Tinggi (>UMR) 58 49,6 0,000
Pendapatan Keluarga Rendah (<UMR) 59 50,4 0,000
Pola Makan
Sehat (Persen AKG <119%) 51 43,6 0,000
Tidak sehat (Persen AKG >119%) 66 56,4 0,000
Aktivitas Fisik
Cukup 58 49,6 0,000
Kurang 59 50,4 0,000
Kebiasaan Merokok
Bukan perokok 53 45,3 0,000
Perokok 64 54,7 0,000

Tabel 4. Uji Hubungan antara karakteristik responden, pola makan, aktifitas fisik dan perilaku
merokok dengan status prediabetesnya
Status Prediabetes
Total p-
Variabel Normal Prediabetes
Value
n % n % n %
Umur
Dewasa dini (<45 tahun) 23 71,9 9 28,1 32 100 0,191
Dewasa madya (45-59 tahun) 48 56,5 37 43,5 85 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 51,6 15 48,4 31 100 0,321
Perempuan 55 64,0 31 36,0 86 100
IMT
Normal (<25,0) 30 76,9 9 23,1 39 100 0,019
Kegemukan (>25,0) 41 52,6 37 47,4 78 100
Tingkat Pendidikan
Pendidikan tinggi (Minimal SMA) 26 61,9 16 38,1 42 100 0,996
Pendidikan rendah (Maksimal SMP) 45 60,0 30 40,0 75 100
Status Pekerjaan
Bekerja (wiraswasta, petani/buruh/ 30 57,7 22 42,3 52 100 0,688
nelayan, pegawai)
Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga, 41 63,1 24 36,9 65 100

137
Faktor Perilaku dan Gaya… (Ninik T. S., Zahroh S., Antono S.)

pensiunan, pengangguran)
Pendapatan Keluarga
Pendapatan tinggi (>UMR) 34 58,6 24 41,4 58 100 0,792
Pendapatan rendah (<UMR) 37 62,7 22 37,3 59 100
Pola Makan
Pola makan sehat (persen AKG <119%) 37 72,5 14 27,5 51 100 0,034
Pola makan tidak sehat (persen AKG 34 51,5 32 48,5 66 100
>119%)
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik cukup 41 70,7 17 29,3 58 100 0,045
Aktivitas fisik kurang 30 50,8 29 49,2 59 100
Kebiasaan Merokok
Bukan perokok 39 73,6 14 26,4 53 100 0,016
Perokok 32 50,0 32 50,0 64 100

Tabel 5. Hasil Analisis Multivariat


Variabel B SE Wald Sig. Exp CI 95%
(B) Lower Upper
Umur .792 .543 2.129 .145 2.208 .762 6.399
Jenis Kelamin -.577 .517 1.245 .265 .562 .204 1.548
IMT 1.279 .505 6.410 .011 3.591 1.335 9.663
Pola Makan .890 .442 4.060 .044 2.435 1.025 5.785
Aktivitas Fisik .546 .444 1.511 .219 1.726 .723 4.119
Merokok .913 .458 3.983 .046 2.493 1.017 6.114

Faktor yang Berpengaruh terhadap untuk pencegahan agar terhindar


Kejadian Prediabetes prediabetes diperlukan usaha antisipasi dan
Hasil analisis multivariat dapat treatment khusus untuk menjaga IMT tetap
diketahui bahwa variabel IMT, pola normal seperti menjaga berat badan.
makan, dan merokok secara bersama-sama Variabel pola makan dengan OR
mempengaruhi kejadian prediabetes. Pada sebesar 2,435 memiliki arti responden yang
tabel 5 terlihat variabel yang paling memiliki pola makan tidak sehat akan
berpengaruh terhadap kejadian prediabetes beresiko prediabetes 2,435 kali lebih besar
di Puskesmas Pati II adalah IMT dengan dibandingkan dengan responden yang
nilai odds ratio (OR) atau Exp (B) = 3,591. memiiki pola makan sehat. Salah satu
Hal ini berarti bahwa responden upaya pencegahan peningkatan kadar gula
dengan IMT lebih (kegemukan) akan darah adalah dengan perbaikan pola makan
beresiko terjadi prediabetes sebesar 3,591 melalui pemilihan makanan yang tepat.
kali lebih besar dibandingkan responden Pola makan yang tepat adalah pola makan
dengan IMT normal. Oleh karena itu, yang disesuaikan kebutuhan energi

138
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

(7) Hal ini berarti bahwa individu yang


perseorangan. Dengan mengatur pola
makan sehat, proses perubahan prediabetes memiliki kelebihan IMT, memiliki pola
menjadi Diabetes Melitus tipe 2 dapat makan tidak sehat, dan perokok maka akan

diperlambat atau bahkan dapat dicegah.


(7) memiliki probabiltas untuk terkena

Penderita gangguan kadar gula darah prediabetes sebesar 56,2%.


dianjurkan untuk melakukan pola makan
sehat. Dengan melakukan pola makan SIMPULAN
sehat akan menstabilkan berat badan dan Angka prediabetes dari penelitian
meningkatkan sensitivitas insulin dan ini sebesar 39,3%, prosentase terbanyak
toleransi glukosa, sehingga terhindar pada responden dengan Gula Darah
(23)
prediabetes. postprandial Terganggu (GDPT).
Variabel merokok memiliki OR Mengingat resiko terhadap kejadian
2,493 berarti bahwa responden yang diabetes, maka kelompok yang perlu
merokok atau perokok pasif lebih beresiko mendapatkan penanganan cepat adalah
prediabetes 2,493 kali lebih besar responden dengan Toleransi Gula darah
dibandingkan dengan responden yang tidak Terganggu (TGT) sebesar 10,3% dan
merokok. Pada studi selama 15 tahun, responden yang secara bersamaan GDPT
Coronary Artery Risk Development dan TGT.
memperlihatkan bahwa insiden intoleransi Penanganan yang tepat untuk
glukosa tertinggi terjadi pada current prediabetes adalah memberikan arahan
smokers (21,8%), disusul oleh bukan perubahan perilaku yang berpengaruh,
perokok tapi terpajan secara pasif (17,2%), seperti yang telah dibuktikan pada
kemudian bekas perokok (14,4%), dan penelitian ini, yaitu menjaga Indeks Masa
yang terendah pada bukan perokok Tubuh tidak berlebihan, menjaga pola
yang tidak terpajan secara pasif (11,5%). makan sehat, serta tidak menghisap dan
(24) menghirup asap rokok.
Dapat disimpulkan bahwa semakin
rendah intensitas terpajan asap rokok, Prediabetes hadir sebagai
maka semakin rendah resiko peringatan akan fase diabetes mellitus.
terkena intoleransi glukosa yang Hanya saja, karena tidak ada gejala dan
merupakan tanda awal prediabetes. keluhan yang khas, sehingga banyak orang
Probabilitas IMT, pola makan, dan yang tidak menyadari keadaan tersebut
merokok terhadap kejadian prediabetes pada tubuh mereka. Melihat prediabetes
pada responden di wilayah kerja dapat kembali menjadi normal, maka
Puskesmas Pati II adalah sebesar 56,2%. diperlukan suatu upaya promosi kesehatan

139
Faktor Perilaku dan Gaya… (Ninik T. S., Zahroh S., Antono S.)

untuk menambah kewaspadaan masyarakat Jakarta. Indonesia Journal of Med J


terhadap prediabetes. Kegiatan seperti 2011; Vol. 20, (4):283-294.
penyuluhan dan sosialisasi yang dikemas 6. Ellyza, Nasrul & Sofitri. Hiperurisemia
dengan pemeriksaan gula darah bisa Pada Pradiabetes. 2012. Diakses dalam
menjadi salah satu sarana untuk Jurnal Andalas ISSN: 2301-7406 vol 1
meningkatkan kesadaran terhadap no 2 di akses di
pencegahan diabetes mellitus. http:jurnal.fk.unand.ac.id tgl 15 Januari
2016
KEPUSTAKAAN 7. Heikes, K.E et al. Diabetes Risk
1. Ekowati, R. Hasil Penelitian PTM Di Calculator a Simple tool for Detecting
Depok. Badan Litbangkes Jakarta. undiagnosed Diabetes and Pre
2002. Diabetes. Diabetes Care. 2008. Volume
2. Badan Penelitian dan Pengembangan 31, Number 5, May 2008 Capter 1040-
Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar 1045
(Riskesdas 2013). Kementerian 8. Direktorat Pengendalian Penyakit
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Tidak Menular, Ditjen PP & PL.
2013. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor
3. Dinkes Kabupaten Pati. Profil Dinkes Resiko Diabetes Melitus. Departemen
Kabupaten Pati. Pati: Dinkes Kesehatan RI. Jakarta. 2008.
Kabupaten Pati. 2016. 9. Nathan David M., MD, Davidson
4. Centers for Disease Control and Mayer B., MD, DeFronzo Ralph A.,
Prevention. National Diabetes MD. Impaired Fasting Glucose and
Statistics Report: Estimates of Impaired Glucose Tolerance
Diabetes and Its Burden In The United Implications for care. American
States, 2014. Atlanta, GA: U.S. Diabetes Association; Diabates Care:
Department of Health and Human 2007.
Services, Centers for Disease Control 10. Trisnawati, Shara & Setyorogo,
and Prevention. 2014. Soedijono. Faktor Resiko Kejadian
5. Soewondo, Perdana dan Pramono, Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Laurentius. Prevalence, Cengkareng II Jawa Barat. Jurnal
Characteristics, and Predictors of Pre- Ilmiah Kesehatan. 2012 : 5(1)
diabetes in Indonesia. Department of 11. Aulia, Lina Ulfa. Hubungan Antara
InternalMedicine,Facultyof Kadar Gula Darah Puasa dan Faktor-
Medicine,UniversitasIndonesia, Faktor Risiko Pada Pasien Diabetes

140
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 13 / No. 2 / Agustus 2018

Mellitus Rawat Inap di RSUD dr. Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.


Soebandi Jember. Program Studi Jakarta. 2013
Pendidikan Kedokteran. Universitas 17. Fibriana, Dian. Hubungan Pola Makan
Jember. 2005. Dengan Kadar Gula Darah Pada
12. Nezhad et al. Prevalence of Type 2 Penderita Deabetes Melitus. Thesis.
Type Diabetes Mellitus in Iran and Its FKM Universitas Diponegoro
Relationship with Gender, Semarang. 2005
Urbanisation, Education, Marital 18. Indriyani, P; Supriyatno, H; Santoso,
Status, and Occupation. Singapore A. Pengaruh Latihan Fisik; Senam
Med J. 2008. Aerobik Terhadap Penurunan Kadar
13. Duke SA. Individual Patient Education Gula Darah pada Penderita DM Tipe 2
for People with Type 2 Diabetes di Wilayah Puskesmas Bukateja
Mellitus. Diabetes Unit, Australian Purbalingga. Media Ners. 2007. 1: 49-
Health Policy Institute, School of 99
Public Health, University of Sydney, 19. WHO. Phsical Activity. In Guide
Sydney, Australia.2009 Community Service. 2010
14. Abidah Nur, Veny Wilya, Raisuli 20. Fajrinayanti, Ayubi Dian. Faktor Risiko
Ramadhan. Kebiasaan Aktivitas Fisik Perilaku Pra-Diabetes di Kota Padang
Pasien Diabetes Mellitus Terhadap Panjang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Kadar Gula Darah di Rumah Sakit Nasional. Oktober 2008 : Vol. 3, No. 2
Umum dr. Fauziah Bireuen Aceh. Loka 21. Deutrich M, Block G, Norkus EP,
Litbang Biomedis Aceh. 2014 Hudes M, Traber MG, Cross CE,
15. Kholila, Nadia. Hubungan Pengetahuan Packer L. Smoking And Exposure To
Terkait Diabetes, Aktivitas Fisik, Environmental Tobacco Smoke
Konsumsi Pangan Sumber Gula Decrease Some Plasma Antioxidants
dengan Glukosa Darah pada Pekerja And Increase Gamma-Tocopherol in
Garmen Wanita. Departemen Gizi Vivo After Adjustment For Dietary
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Antioxidant Intakes. The American
Institut Pertanian Bogor. 2015 Journal of Clinical Nutrition. 2003
16. Kementerian Kesehatan RI. Lampiran 22. Houston, Thomas K; Kiefe, Catarina I;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Person, Sharina D; Pletcher Mark; Liu
Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Kiang, and Iribarren, Carlos. Active
Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang and Passive Smoking and Development

141
Faktor Perilaku dan Gaya… (Ninik T. S., Zahroh S., Antono S.)

of Glucose Intolerance among Young 23. Jeon, Young Ja. Prevalence of Diabetes
Adults in A Prospective Cohort: Cardia and Prediabetes According to Fasting
Study. University of California San Plasma Glukose and Hba1c. Diabetes
Fransisco. BMJ Journal. 2006 May 6 and Metabolism Journal. Korea. 2013
Oct; 37(5): 349–357

142

You might also like