You are on page 1of 8

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH


PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.
MOEWARDI

Disusun Oleh :

ANDRYAS LUKITA SARI

J 300 120 040

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.
MOEWARDI
Oleh:
*) **) **)
Andryas Lukita Sari , Elida Soviana , Nur Lathifah Mardiyati
*Mahasiswa DIII Program Studi Ilmu Gizi FIK UMS
**Dosen Program Studi Ilmu Gizi FIK UMS

ABSTRACT

Introduction : Diabetes mellitus is one of metabolic diseases characterized by high


blood glucose levels (hyperglycemia) that occurs as a result of impaired insulin
secretion, decreased insulin action, or both. One way to control diabetes mellitus is
by controling blood glucose levels. One of factors that affect blood glucose levels is
the intake of food include fiber intake.
Objective : This study aimed to determine the relationship between fiber intake and
blood glucose level in outpatients with diabetes mellitus type II at Dr.Moewardi
hospital.
Methods : This study was an observational study with cross-sectional design. Intake
of fiber data were obtainel using a 24-hour food recall for 4 days which were not
consecutive. The statistical tests used Pearson correlation tests.
Results : Most respondents had low intake of fiber (69.1%) and high blood glucose
level (76.4%). The correlation test showed P value of 0.039.
Conclusion : There was a relationship between fiber intake and blood glucose level
in outpatients with diabetes mellitus type II at Dr. Moewardi hospital
Research suggestion : Patients of diabetes mellitus are, expected to improve their
fiber intake to control blood glucose lavel. For hospital Dr. Moewardi expected to
further improve nutritional counseling services on the diet of diabetes mellitus
patients.

keyword : fiber intake, blood glucose rate, diabetes mellitus

PENDAHULUAN (Depkes,2005). Jumlah penderita


diabetes mellitus akhir-akhir ini
Diabetes mellitus, merupakan meningkat cepat, banyak diantaranya
penyakit kronis yang disebabkan oleh tidak menyadari bahwa penyakit
tubuh tidak mampu memproduksi tersebut berdampak serius.
hormon insulin atau karena Prevalensi diabetes mellitus
penggunaan tidak efektif dari produksi berdasarkan hasil riset kesehatan
insulin, yang ditandai dengan dasar (Riskesdas) tahun 2013,
tingginya kadar gula dalam darah diperoleh prevalensi diabetes mellitus

Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus
Tipe II Di RSUD Dr. Moewardi
1
di Indonesia yang terdiagnosis dengan November 2014, antara bulan januari
gejala sebesar 2,1%. Di provinsi Jawa sampai dengan bulan November 2014
Tengah sendiri prevalensi diabetes jumlah pasien rawat jalan diabetes
mellitus yang terdiagnosis dengan mellitus tipe II sebesar 7.291 pasien,
gejala sebesar 1,9%. Prevalensi ini dengan persentase pasien rawat jalan
terus meningkat sesuai dengan diabetes mellitus tipe II sebesar
bertambahnya umur, prevalensi 3.375%.
diabetes mellitus cenderung lebih Tujuan penelitian ini adalah
tinggi terjadi pada perempuan dari mengetahui hubungan asupan serat
pada laki-laki, karena perempuan terhadap kadar glukosa darah pada
memiliki peluang peningkatan indeks pasien rawat jalan Diabetes Mellitus
massa tubuh yang lebih besar. tipe II di RSUD Dr. Moewardi.
Sindroma siklus bulanan
(premenstrual syndrome), pasca- METODE PENELITIAN
menopause yang membuat distribusi
lemak tubuh menjadi mudah Penelitian ini merupakan
terakumulasi akibat proses hormonal penelitian observasional dengan
tersebut sehingga wanita beresiko pendekatan cross sectional. Populasi
menderita diabetes. dalam penelitian ini adalah semua
Komplikasi kronis paling utama pasien diabetes mellitus tipe II yang
yaitu penyakit kardiovaskuler. sedang menjalani rawat jalan di RSUD
Penderita juga memiliki risiko penyakit Dr. Moewardi. Sabyek penelitian ini
kardio-sebrovaskular seperi stroke adalah bagian dari populasi yang ada
hipertensi dan serangan jantung. dengan syarat sesuai kriteria
Hiperglikemia merupakan sumber penelitian terdiri dari pasien diabetes
terjadinya komplikasi pada diabetes mellitus yang sedang menjalani rawat
mellitus, pada keadaan ini akan terjadi jalan, bersedia menjadi responden,
peningkatan stres oksidatif dan pada mampu berkomunikasi dengan baik,
akhirnya menyebabkan komplikasi dan tanpa penyakit komplikasi.
baik retinopati, neuropati atau Pengambilan sampel diambil
nefropati diabetika. Hiperglikemia menggunakan teknik Consecutive
merupakan peningkatan kadar sampling berdasarkan rumus
glukosa melebihi kadar normal. Lemeshow (1997). Didapatkan 55
Faktor-faktor yang mempengaruhi sabyek.
kadar glukosa darah yaitu kurang
berolah raga, stres, obesitas, dampak Pengumpulan Data
perawatan dari obat, dan asupan
makan seperti serat. Bertambahnya 1. Data Primer
jumlah makanan yang dikonsumsi Data primer yang diambil yaitu
salah satunya cenderung Data identitas meliputi nama,
mengkonsumsi makanan cepat saji umur, jenis kelamin, alamat
yang biasanya tinggi karbohidrat dan pekerjaan, data asupan serat
rendah serat (Rimbawan,2004). yang diperoleh dari total konsumsi
Berdasarkan survey makan perhari yang diukur
pendahuluan dari rekam medis RSUD dengan metode food recal
Dr.Moewardi pada tanggal 24 konsumsi makan 24 jam selama 4

Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus
Tipe II Di RSUD Dr. Moewardi
2
hari tidak berturut-turut. Data Berdasarkan SK Mentri Kesehatan.
primer diperoleh secara langsung No.1011/Menkes/SK/IX/2007
dari penderita. ditetapkan sebagai rumah sakit tipe A
2. Data sekunder dan sebagai pusat rujukan untuk Jawa
Data sekunder pada penelitian Tengah bagian tenggara dan Jawa
ini meliputi data pemeriksaan Timur bagian Barat.
kadar glukosa darah dari
laboratorium, diagnosis medis Hasil Analisis Univariat
dokter dan data gambaran umum
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 1. Karakteristik sampel menurut jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel 1.
Analisis Data
Tabel 1. Distribusi Responden
1. Analisis Univariat Menurut Jenis Kelamin
Analisis univariat dilakukan
untuk mengetahui gambaran data Jenis Kelamin n Persentase (%)
yang telah dikumpulkan kemudian
Laki-laki 20 36,4
dilakukan analisis secara
Perempuan 35 63,6
deskriptif dalam bentuk frekuensi
Total 55 100
dan presentasi. Hasil yang
dianalisis antara lain data usia, Hasil pengumpulan data
data asupan serat dan, data distribusi sampel menurut jenis
kadar glukosa darah. kelamin seperti pada tabel 1 diketahui
2. Analisis Bivariat responden yang paling banyak
Analisis bivariat dilakukan menderita diabetes mellitus adalah
untuk mengetahui hubungan dua yang berjenis kelamin perempuan
variabel yaitu meliputi variabel yaitu sebanyak 63.6%. Wanita lebih
bebas dan terikat. untuk uji berisiko mengidap diabetes mellitus
kenormalan data menggunakan karena wanita memiliki peluang
uji statistik Kolmogorov-Smirnov. peningkatan indeks massa tubuh yang
Data terdistribusi normal uji lebih besar. Sindroma siklus bulanan
hubungan yang digunakan yaitu (premenstrual syndrome), pasca-
Korelasi Pearson. menopouse yang membuat distribusi
lemak tubuh menjadi mudah
terakumulasi akibat proses hormonal
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut sehingga wanita beresiko
menderita diabetes mellitus tipe II
Rumah Sakit Umum Daerah (Irawan, 2010 dalam Trisnawati,
Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah 2013).
sakit umum milik pemerintah Propinsi
Jawa Tengah dan terletak di Jl.
Kolonel Soetarto No. 132 Surakarta.

Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus
Tipe II Di RSUD Dr. Moewardi
3
2. Karakteristik sampel menurut umur dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur


Karakteristik Kategori n (%)
(Tahun)
Usia (46-55) 21 38,18
(56-65) 32 58,18
(>65) 2 0,36
Total 55 100
Hasil pengumpulan data diketahui sebanyak 30.9% dalam
karakteristik responden menunjukkan kategori asupan serat cukup dan
jumlah responden dengan usia 46-55 69.1% termasuk dalam kategori
tahun sebanyak 21orang (38,18%), asupan serat kurang. Serat makanan
responden dengan usia 56-65 tahun merupakan komponen dalam tanaman
sebanyak 32 orang (58,18), yang tidak tercena secara enzimatik
sedangkan responden brusia > 65 menjadi bagian-bagian yang tidak
tahun sebanyak 2 orang. Responden diserap oleh saluran pencernaan
pada penelitian ini paling banyak manusia (Rimbawan dan Siagian,
adalah berusia ≥ 56 tahun yaitu 2004). Serat memiliki manfaat bagi
sebanyak 58.18%. Menurut Waspadji tubuh yaitu meningkatkan intensitas
(2005) penderita diabetes mellitus pengunyahan makanan dalam mulut
banyak dijumpai pada umur 40- 60 karena makanan berserat biasanya
tahun. Umumnya manusia akan memiliki tekstur lebih keras,
mengalami perubahan fisiologis yang memperlambat penanganan glukosa
secara drastis akan mengalami dalam tubuh (memperlambat
penurunan dengan cepat setelah usia pencernaan dan absobsi KH)
40 tahun. Diabetes sering muncul sehingga tidak terjadi peningkatan
setelah usia 45 tahun dengan berat kadar gula dalam darah yang fluktuatif
badan yang berlebih sehingga tubuh khususnya serat larut (Sudiarti dan
tidak peka terhadap insulin. Indrawani, 2005). Serat larut banyak
ditemukan dalam buah-buahan, biji-
3. Karakteristik sampel menurut bijian dan beberapa jenis kacang-
Asupan Serat dapat dilihat pada kacangan (Wardlaw, 2007).
tabel 3.
4. Karakteristik sampel menurut
Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Kadar Glukosa Darah dapat dilihat
Asupan Serat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut
Asupan Serat n (%) kadar Glukosa Darah Puasa
Cukup 17 30,9
Kadar Glukosa n (%)
Kurang 38 69,1
Darah Puasa
Total 55 100 Normal 13 23,6
Tinggi 42 76,4
Menurut hasil penelitian Total 55 100
asupan serat berdasarkan tabel 3

Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus
Tipe II Di RSUD Dr. Moewardi
4
Menurut hasil penelitian bahwa resiko yang mempengaruhi kejadian
kadar glukosa darah yang diperoleh diabetes mellitus yaitu jenis kelamin,
dari data riwayat pasien sebanyak status perkawinan, tingkat pendidikan,
23,6% responden memiliki kadar pekerjaan, aktifitas fisik, kebiasaan
glukosa darah normal dan 76,4% merokok, konsumsi alkohol, Indeks
responden memiliki kadar glukosa Masa Tubuh (IMT), lingkar pinggang,
darah tinggi. Ada beberapa faktor dan umur (Irawan, 2010).

Hasil Analisis Bivariat


1. Hubungan asupan serat terhadap kadar glukosa darah puasa dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Hubungan Asupan Serat terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa
Asupan Serat Kadar Glukosa Darah Total p
Normal Tinggi n (%)
n (%) n (%)
Cukup 13 76.4 4 23.52 17 100 0.039
Kurang 0 0 38 1 38 100
Berdasarkan hasil penelitian dari 0.05, artinya H0 ditolak. Hal ini
diketahui persentase responden yang menunjukkan bahwa terdapat
memiliki kadar glukosa darah puasa hubungan yang signifikan antara
normal sebesar 76.4% dan hasil asupan serat dengan kadar glulosa
tersebut berasal dari responden yang darah puasa.
memiliki asupan serat cukup, dan Hasil penelitian ini sesuai
sangat berbeda dibandingkan dengan dengan pernyataan Hartono (1995)
responden yang memiliki asupan serat yang menyatakan bahwa adanya
kurang yaitu sebesar 0%. serat dalam makanan menyebabkan
Persentase pada responden kadar glukosa darah tidak mengalami
yang memiliki kadar glukosa darah kenaikan setinggi atau secepat yang
puasa tinggi memiliki hasil yang lebih diperkirakan, karena mengkonsumsi
rendah dibanding responden yang serat khususnya serat larut air
memiliki kadar glukosa darah puasa (soluble fiber) akan memperlambat
normal dengan pola konsumsi yang penyerapan glukosa dengan cara
tergolong cukup yaitu sebesar membentuk gel yang menghalangi
23.52%. Responden yang memiliki penyerapan tersebut. Penyerapan
asupan serat cukup belum tentu glukosa yang lambat dari makanan
memiliki kadar glukosa darah normal akan memberikan kesempatan bagi
begitu juga sebaliknya. insulin yang jumlahnya terbatas itu
Data variabel terikat untuk menghadapi glukosa dengan
sebelumnya dilakukan uji jumlah yang lebih sedikit di dalam
kenormalannya menggunakan uji darah pada suatu saat. Disamping itu,
Kolmogorov-Smirnov. data peneliatian makanan yang kaya serat akan
dinyatakan berdistribusi normal, oleh memiliki massa yang tinggi dan
karena itu selanjutnya dilakukan uji kandungan lemak yang rendah.
korelasi Pearson. Pada variabel kadar Keadaan ini menguntungkan bagi
glukosa darah puasa dengan asupan penderita diabetes mellitus karena
serat menunjukkan p 0,039 lebih kecil kelebihan kalori dan kegemukan bisa

Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus
Tipe II Di RSUD Dr. Moewardi
5
menyebabkan penyakit diabetes Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor
mellitus tidak terkendali. Risiko Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia
Simpulan (Analisis Data Sekunder Riskesdas
1. Asupan serat pada pasien rawat jalan 2007). Thesis Universitas
diabetes mellitus di RSUD Dr.Moewardi Indonesia dalam Trisnawati. 2013
yaitu sebesar 30,9% dalam kategori Jurnal Ilmu Kesehatan.
asupan serat pasien cukup, dan 69,1%
termasuk dalam kategori asupan serat Kementrian Kesehatan Ripublik
kurang. Indonesia.2013.Penelitian,B., &
Kadar glukosa darah pada pasien rawat Pengembangan, D. A. RISET
jalan diabetes mellitus di RSUD Dr. KESEHATAN DASAR
Moewardi yait sebesar 23,6% dengan
kadar glukosa darah normal dan 76,4% Rimbawan dan Siagian, Albiner. 2004.
dengan kadar glukosa darah tinggi. Indeks glikemik pangan, cara
2. Ada hubungan antara asupan serat mudah memilih pangan yang
terhadap kadar glukosa darah pada menyehatkan. Jakarta: Penebar
pasien diabetes mellitus nilai p = 0,039 Swadaya
(nilai p < 0,05).
Wardlaw, Gordon M. 2007. Perspectives in
Saran nutrition (4th Ed). New York: Mc
Graw-Hall
1. Bagi RSUD Dr. Moewardi
Lebih meningkatkan pelayanan Waspadji, S. 2005. Penatalaksanaan
konseling gizi mengenai diet penderita Diabetes Mellitus Terpadu.
diabetes mellitus kepada setiap pasien Jakarta :Balai penerbit FKUI
yang melakukan pemeriksaan atau
kontrol ke rumah sakit.
2. Bagi pasien Diabetes Mellitus
Diharapkan mempertahankan
asupan makanan yang mengandung
serat untuk menurunkan kadar glukosa
darah sehingga tidak menimbulkan
komplikasi.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang hubungan kadar glukosa
dengan melihat penggunaan obat-
obatan dan insulin, aktifitas fisik serta
lama sakit pasien yang dapat
mempengaruhi kadar glukosa darah.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


2005 Diabetes Melitus Masalah
Kesehatan Serius, Jakarta.

Hartono, A. 1995. Tanya Jawab Diet


Penyakit Gula. arcan : Jakarta.

Hubungan Asupan Serat Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe II Di
RSUD Dr. Moewardi
6

You might also like