You are on page 1of 6

HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA

DARI IBU PENGRAJIN BAMBU DI DESA KEBONSARI


KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG

Lusiana Retno Anggono*, Artika Nurrahima**

1) Mahasiswa Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro


(email: lusiana_rean@yahoo.co.id)
2) Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro (email: artikanurrahima@gmail.com)

ABSTRACT
Nutritional status of children underfive are describes the state of balanced health as a result of
consuming food that can be seen from the child's weight. Dietary pattern can be influence to the
nutritional status of children. This research aimed to understanding the description of dietary pattern
from mother’s child, nutritional status of children underfive and relation of dietary pattern and
nutritional status of children underfive by bamboo craftmen mother in Kebonsari Village Borobudur
District Magelang Regency. This research design was description corelatif non-eksperimental with cross
sectional to 40 respondents by total sampling. Questioner and antropometric used to obtain the data of
dietary pattern and nutritional status of children underfive. The research analize using Chi Square with
level of significance p=0,05. The result showed p value=0,123, it means that dietary pattern applied by
bamboo craftmen mother can’t give an effect to the nutritional status of children or in other words there
is no significant relationship between dietary pattern with nutritional status of children underfive by
bamboo craftmen mother in Kebonsari Village Borobudur District Magelang Regency. The result showed
of 87,5 % respondent apply dietary pattern of autoritative, 10 % its authoritarian and 2,5 % its
permissive. The result showed of 75 % nutritional status’s child is normal, 22,5 % it’s low and 2,5 % it’s
obesity. Education and information about exactly dietary pattern and nutrition for children underfive
must be upgrade by nurse of community.
Keywords : Dietary Pattern, Nutritional Status, Children Underfive

ABSTRAK
Status gizi pada balita menggambarkan keadaan kesehatan yang seimbang akibat mengkonsumsi
makanan yang dapat dilihat dari berat badan anak tersebut. Pola asuh makan dapat memberikan pengaruh
pada status gizi balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola asuh makan ibu
pengrajin yang memiliki balita, mengetahui gambaran status gizi balita dan mengetahui hubungan antara
pola asuh makan dengan status gizi anak balita dari ibu pengrajin bambu di Desa Kebonsari Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi noneksperimental dengan
rancangan penelitian cross sectional pada 40 responden dengan menggunakan total sampling. Kuesioner
dan pengukuran antropometri masing-masing digunakan untuk mengumpulkan data pola asuh makan dan
status gizi balita. Penelitian ini menggunakan analisa uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan
p=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p value=0,123 yang artinya pola asuh makan yang
diterapkan ibu pengrajin bambu tidak memberikan pengaruh terhadap status gizi balita atau dengan kata
lain tidak ada hubungan yang siginifikan antara pola asuh makan dengan status gizi balita dari ibu
pengrajin bambu di Desa Kebonsari Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa 87,5 % responden menerapkan pola asuh makan mengontrol, 10 % menerapkan pola
asuh makan memaksa dan 2,5 % menerapkan pola asuh makan memanjakan/membiarkan. Hasil lain yang
didapat adalah 75 % balita memiliki status gizi normal, 22,5 % balita memiliki status gizi kurus dan 2,5 %
memiliki status gizi gemuk. Penyuluhan tentang pola asuh makan yang tepat dan gizi balita perlu
ditingkatkan oleh perawat komunitas.
Kata Kunci : pola asuh makan, status gizi, balita

Hubungan Pola Asuh Makan Dengan Status Gizi Anak Balita Dari Ibu Pengrajin Bambu 1
di Desa Kebonsari Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
Lusiana Retno Anggono, Artika Nurrahima
PENDAHULUAN 2,1; -2,47 dan 2 balita mengalami gizi
Gizi balita merupakan salah satu sangat kurus dengan nilai standar deviasi -
masalah kesehatan dengan prevalensi yang 3,9 dan -4,4. Sebanyak 4 dari 10 ibu
tinggi di dunia. Data dari Riskesdas tahun pengrajin bambu tersebut, dikategorikan
2007 tedapat 7,1 % balita mengalami gizi mengontrol anak saat makan (membiarkan
kurus dan meningkat menjadi 7,8 % pada anak makan sendiri namun masih tetap
tahun 2010 sedangkan laporan dari Dinkes diawasi dan membujuk anak jika menolak
Jawa Tengah tahun 2011 terdapat 37 kasus makan), 2 ibu pengrajin bambu
gizi buruk di Magelang (Kemenkes, 2007., dikategorikan memaksa anaknya jika tidak
Kemenkes, 2010., Dinkes, 2011). Nutrisi mau makan (memarahi anak dan membuka
balita merupakan sumber utama dalam paksa mulut anak), 4 ibu pengrajin bambu
proses pertumbuhan dan perkembangan dikategorikan membiarkan anak saat
(Gibney dkk, 2008). Balita membutuhkan memberikan makan. Tujuan dari penelitian
karbohidrat sebesar 75-90 %, protein 10-20 ini adalah untuk mengetahui hubungan
% dan lemak sebesar 15-20 % serta kasih antara pola asuh makan dengan status gizi
sayang, perhatian yang cukup dari ibu anak balita dari ibu pengrajin bambu di
sebagai pemeran penting dalam merawat Desa Kebonsari Kecamatan Borobudur
dan mengasuh anak (Febry&Marendra, Kabupaten Magelang.
2008., Sutomo, 2010). Balita yang
terpenuhi gizinya, dapat dilihat dari status METODE
gizi balita tersebut. Jenis penelitian ini menggunakan metode
Status gizi merupakan salah satu cara penelitian deskriptif korelasi non-
untuk mengetahui perkembangan dan eksperimental dengan desain penelitian
pertumbuhan anak balita serta termasuk cross sectional yaitu penelitian yang
satu dari empat indikator dalam dilakukan pada saat yang bersamaan
menentukan derajat kesehatan anak (Hidayat,2008). Pola asuh makan dalam
(Gibney, 2008). Salah satu faktor yang penelitian ini sebagai variabel bebas dan
mempengaruhi status gizi yaitu pola asuh status gizi balita sebagai variabel terikat.
makan yang merupakan model pengasuhan Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonsari
orangtua dalam memberikan makan kepada Kecamatan Borobudur Kabupaten
anaknya (Aritonang&Priharsiwi, 2006). Magelang. Populasi dalam penelitian ini
Penelitian Yulia menunjukkan bahwa adalah seluruh ibu pengrajin bambu yang
terdapat hubungan positif antara pola asuh memiliki anak balita yaitu berjumlah 40
makan dan pola asuh kesehatan dengan responden. Sampel penelitian ditarik
status gizi balita dari ibu pengrajin teh dengan total sampling karena jumlah
dimana pola asuh makan yang baik, akan populasi yang kurang dari 100, seluruhnya
berdampak pada status gizi balita yang baik dijadikan sampel (Nursalam, 2008). Data
pula (Yulia et al., 2008). yang diperoleh dari penelitian berupa data
Pola asuh makan yang digunakan primer dan data sekunder. Data primer pola
dalam penelitian ini adalah pola asuh asuh makan ibu kepada anaknya diperoleh
makan memanjakan/membiarkan, menggunakan kuesioner sedangkan untuk
mengontrol dan memaksa (Ventura et al., data status gizi anak diperoleh dengan
2010., Wondrafash et al., 2012). Pola asuh pengukuran antropometri yang
makan memanjakan/membiarkan dapat diinterpretasikan kedalam Z-Score. Untuk
berdampak pada berat badan anak yang data sekunder diperoleh dari posyandu dan
berlebih sedangkan pola asuh makan kantor desa setempat. Analisa data bivariat
memaksa dapat membuat anak berespon untuk mengetahui hubungan pola asuh
negatif terhadap makanan tersebut sehingga makan dengan status gizi balita
keinginan anak untuk makan menjadi menggunakan uji statistik Chi Square
berkurang (Patris et al., 2011). Berdasarkan dengan tingkat kemaknaan 0,05.
survei awal, terdapat 4 dari 10 balita
mengalami gizi kurus dengan hasil SD
(standar deviasi) berturut-turut -2,8; -2,29; -

2 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 1-6


HASIL PENELITIAN Borobudur Kabupaten Magelang terdapat
Karakteristik Responden 75 % (30 responden) balita di Desa
Hasil penelitian berdasarkan Kebonsari Kecamatan Borobudur
karakteristik responden didapatkan data Kabupaten Magelang memiliki status gizi
sebanyak 50% responden di Desa yang normal, 22,5 % (9 responden)
Kebonsari Kecamatan Borobudur memiliki status gizi kurus, sedangkan
Kabupaten Magelang adalah berpendidikan sisanya memiliki status gizi gemuk yaitu
SD, sedangkan untuk pendidikan SLTP, sebesar 2,5 %.
SLTA dan Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah Tabel 2. Status gizi anak balita dari ibu
masing-masing 35 %, 12,5 % dan 2,5 %. pengrajin bambu di Desa Kebonsari
Untuk pendapatan keluarga perbulan, Kecamatan Borobudur Kabupaten
terdapat 80 % responden memiliki Magelang
pendapatan < 1,2 juta rupiah. Status Jumlah Presentase
Pola Asuh Makan dari Ibu Pengrajin Gizi
Bambu Balita
Hasil penelitian terhadap pola asuh Gemuk 1 2,5 %
makan yang diterapkan oleh ibu pengrajin Normal 30 75 %
bambu di Desa Kebonsari Kecamatan Kurus 9 22,5 %
Borobudur Kabupaten Magelang Total 40 100 %
didapatkan data sebanyak 87,5 % responden
menerapkan pola asuh makan mengontrol, Hubungan antara pola asuh makan
sedangkan 10% responden menerapkan dengan status gizi anak balita dari ibu
pola asuh makan memaksa dan sisanya pengrajin bambu
adalah pola asuh makan Hasil penelitian dengan uji Chi Square
memanjakan/membiarkan. didapatkan nilai p value=0,123. Hasil ini
Tabel 1. Gambaran pola asuh makan dari menunjukkan bahwa pola asuh makan tidak
ibu pengrajin bambu di Desa Desa memberikan pengaruh terhadap status gizi
Kebonsari Kecamatan Borobudur anak balita. Pada hasil ini sebanyak 70 %
Kabupaten Magelang balita memiliki status gizi normal dari ibu
Pola Asuh Jum Prese yang menerapkan pola asuh makan
Makan lah ntase mengontrol dan 15 % balita memiliki status
Memanjakan/m 1 2,5 % gizi kurus dengan pola asuh makan yang
embiarkan sama. Dari hasil penelitian juga didapatkan
Memaksa 4 10 % data bahwa terdapat 2,5 % balita yang
Mengontrol 35 87,5 memiliki status gizi normal dari ibu yang
% menerapkan pola asuh makan
Total 40 100 % memanjakan/membiarkan.

Status Gizi Balita


Hasil penelitian terhadap status gizi
anak balita di Desa Kebonsari Kecamatan

Tabel 3. Hubungan pola asuh makan dengan status gizi anak balita dari ibu pengrajin bambu di
Desa Kebonsari Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
Status Gizi Balita
Pola Asuh Makan Balita Gemuk Normal Kurus Total P value
n % n % n % n %
Memanjakan/Membiarkan 0 0,0 1 2,5 0 0,0 1 2,5
Memaksa 0 0,0 1 2,5 3 7,5 4 10 0,123
Mengontrol 1 2,5 28 70 6 15 35 87,5
Jumlah 1 2,5 30 75 9 22,5 40 100

Hubungan Pola Asuh Makan Dengan Status Gizi Anak Balita Dari Ibu Pengrajin Bambu 3
di Desa Kebonsari Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
Lusiana Retno Anggono, Artika Nurrahima
PEMBAHASAN ekonomi menengah keatas cenderung lebih
Pola Asuh Makan dari Ibu Pengrajin memanjakan dan membiarkan anaknya
Bambu meminta sesuatu (dalam hal ini makanan)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai keinginan anak tanpa memberikan
pola asuh makan mengontrol memiliki pengarahan/penjelasan apakah makanan
presentase lebih besar dari pola asuh makan tersebut baik untuk kesehatannya atau tidak
lainnya yaitu sebanyak 87,5 %. Hal ini (Hurlock, 1993., Gunarsa, 2008).
diduga disebabkan karena responden dalam Status Gizi Balita (Indeks BB/TB)
penelitian ini memiliki pengetahuan yang Hasil penelitian menunjukkan balita
baik tentang pemenuhan gizi anak mereka dengan status gizi normal (indeks BB/TB)
yang dibuktikan dari hasil wawancara tidak memiliki presentase lebih besar yaitu
terstruktur bahwa responden rajin datang ke sebanyak 75 %. Ini dapat disebabkan
posyandu untuk melakukan penimbangan karena faktor pengetahuan ibu balita
berat badan anak mereka serta kader dan tersebut yang sudah baik yang dibuktikan
petugas kesehatan yang aktif memberikan dengan sebagian besar responden
informasi tentang kesehatan termasuk gizi memberikan pengarahan dan alasan kepada
anak. Hal ini menjelaskan bahwa dengan anaknya tentang makanan yang sehat dan
adanya informasi yang diterima individu tidak sehat untuk dikonsumsi. Faktor lain
akan berdampak pada peningkatan karena saat penelitian dilakukan tidak ada
pengetahuan individu tersebut. Pernyataan balita yang sedang mengalami sakit seperti
ini dibuktikan dengan penelitian yang diare/ISPA karena kuesioner yang kembali
dilakukan Ayu SD (2008) bahwa terjadi lengkap dan tidak ada yang di drop out.
peningkatan pengetahuan gizi ibu sebesar Seseorang dalam keadaan sakit/terinfeksi
29,95 poin (dari 47,76 menjadi 77,71) maka dapat mengganggu proses penyerapan
setelah dilakukan pendampingan gizi makanan oleh tubuh. Hal ini karena
selama satu bulan berupa penyuluhan dan kebutuhan gizi dalam tubuh digunakan
konsultasi gizi dan kesehatan pada individu untuk proses penyembuhan sehingga jatah
dan kelompok. Kenyataan lain bahwa untuk pertumbuhan berkurang, akibatnya
responden memiliki pengetahuan baik yaitu pemenuhan gizi bagi anak akan terhambat.
adanya kreatifitas, usaha dan pengetahuan Pernyataan ini senada dengan penelitian
ibu dalam memberikan makan pada anak yang dilakukan Asmidayanti (2012) bahwa
ketika anak tidak mau makan masakan semakin baik status gizi anak balita maka
responden. morbiditas ISPA akan semakin menurun
Hasil lain penelitian juga menunjukkan begitupula sebaliknya.
sebanyak 10 % responden menerapkan pola Kenyataan lain bahwa terdapat 22,5 %
asuh makan memaksa. Ini disebabkan balita memiliki status gizi kurus. Hal ini
karena tingkat pendidikan responden yang dapat disebabkan karena pendapatan
masih rendah yaitu sebanyak 50 % responden dalam penelitian ini yang rendah
responden memiliki tingkat pendidikan SD. yaitu sebanyak 80 %. Orangtua yang
Hurlock (1993) dan Gunarsa (2008) memiliki status ekonomi rendah maka akan
mengatakan tingkat pendidikan seseorang mengalami kesulitan untuk memenuhi
dapat mempengaruhi pola asuh makan yang kebutuhan sehari-harinya termasuk
diterapkan orangtua kepada anaknya. kebutuhan untuk makan. Keadaan yang
Seseorang yang memiliki tingkat demikian otomatis menyebabkan
pendidikan menengah keatas cenderung pemenuhan kebutuhan gizi akan berkurang
menerapkan pola asuh makan yang sehingga status gizi anak akan mengalami
demokratis. Sedangkan pola asuh makan penurunan. Namun perlu diketahui bahwa
memanjakan/membiarkan memiliki makanan yang bergizi tidak perlu makanan
presentase terkecil yaitu sebesar 2,5 % (1 yang serba mahal, asalkan makanan yang
responden) yang dapat disebabkan karena dikonsumsi oleh anak mengandung
faktor ekonomi keluarga pada responden karbohidrat (75-90 %), protein (10-20 %),
tersebut yaitu > 1,2 juta rupiah per bulan. lemak (15-20 %) dan vitamin serta mineral
Orangtua yang memiliki kemampuan

4 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 1-6


(Febry&Marendra, 2008., Gibney dkk., sementara pola asuh makan yang diterapkan
2008., Sutomo&Anggraini, 2010). oleh responden sebanyak 87,5% adalah pola
Hubungan antara pola asuh makan asuh makan mengontrol dengan status gizi
dengan status gizi anak balita dari ibu balita yang normal (75 %). Hasil tersebut
pengrajin bambu dapat disebabkan karena diduga
Hasil penelitian dengan uji Chi Square pengetahuan responden yang sudah baik
didapatkan nilai p value=0,123 (> 0,05) yang dapat dilihat dari sebagian besar
yang berarti pola asuh makan tidak responden memiliki kreatifitas yaitu
memberikan pengaruh terhadap status gizi mengkreasikan masakannya ketika anak
anak balita atau dengan kata lain tidak menolak untuk makan. Nasution (1995)
terdapat hubungan antara kedua variabel dalam Supriatin (2004) mengungkapkan
tersebut. Hasil ini senada dengan penelitian bahwa pengetahuan ibu tentang gizi
yang dilakukan oleh Hennessy (2010) merupakan dasar penting dalam
bahwa tidak ada hubungan yang ditemukan menentukan konsumsi pangan keluarga.
antara gaya makan melibatkan dan praktek Ibu-ibu dengan pengetahuan yang baik,
makan membatasi dengan berat badan anak berusaha untuk menerapkan
yang rendah usia 6-11 tahun. pengetahuannya yaitu dalam memilih dan
Galloway (2006) menyatakan bahwa mengolah makanan sehingga kebutuhan
anak dengan pola asuh makan memaksa makan anggota keluarga akan tercukupi.
cenderung memiliki status gizi kurus karena Pengetahuan juga tidak harus diperoleh dari
mendapat tekanan/paksaan saat makan. pendidikan formal tetapi dapat juga melalui
Namun dalam hasil uji statistik sumber-sumber informasi disekitar seperti
menunjukkan walaupun sebagian besar dari media massa, internet, televisi, radio,
balita memiliki status gizi normal dari ibu petugas kesehatan setempat bahkan dari
yang menerapkan pola asuh makan tetangga/kerabat yang memang memiliki
mengontrol terdapat 15 % balita yang pengetahuan luas. Pernyataan ini selaras
memiliki status gizi kurus. Hal ini dapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu
disebabkan karena keadaan ekonomi SD (2008) bahwa terjadi peningkatan
keluarga yang rendah yaitu 80 % responden pengetahuan gizi ibu sebesar 29,95 poin
memiliki pendapatan < 1,2 juta rupiah (dari 47,76 menjadi 77,71) setelah
perbulan dimana hasil ini sesuai dengan dilakukan pendampingan gizi selama satu
pendapat yang menyatakan bahwa salah bulan berupa penyuluhan dan konsultasi
satu faktor yang dapat mempengaruhi pola gizi dan kesehatan pada individu dan
asuh makan dan status gizi adalah status kelompok.
ekonomi (Aritonang&Priharsiwi, 2006.,
Hurlock, 1993., Gunarsa, 2008). Orangtua KESIMPULAN DAN SARAN
dengan pendapatan rendah akan mengalami Hasil penelitian dengan uji Chi Square
kesulitan dalam mencukupi kebutuhan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
sehari-harinya termasuk kebutuhan makan bermakna antara pola asuh makan yang
sehingga dapat berdampak pada diterapkan oleh ibu pengrajin bambu di
berkurangnya pemenuhan kebutuhan gizi Desa Kebonsari Kecamatan Borobudur
anak yang dapat berpengaruh pada berat Kabupaten Magelang dengan status gizi
badan dan status gizi anak tersebut anak balita dengan indeks BB/TB (p
(Aritonang&Priharsiwi, 2006). Penjelasan value=0,123). Perlu dilakukan penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan lebih lanjut terkait faktor lain yang
oleh Santy (2012) bahwa keluarga dari mempengaruhi pola asuh makan dengan
tingkat pendapatan rendah (40 % dari 60 status gizi balita yang tidak dilakukan
responden) memiliki anak dengan status dalam penelitian ini dan diharapkan ibu-ibu
gizi kurang sebesar 29 % dan gizi buruk yang memiliki balita agar tetap aktif dalam
sebesar 13,3 %. Kenyataan lain dari hasil melakukan penimbangan berat badan ke
penelitian ini bahwa sebanyak 50 % posyandu agar informasi dari petugas
responden memiliki tingkat pendidikan SD kesehatan yang berhubungan dengan pola
dan 35 % responden berpendidikan SLTP asuh makan dan status gizi balita dapat

Hubungan Pola Asuh Makan Dengan Status Gizi Anak Balita Dari Ibu Pengrajin Bambu 5
di Desa Kebonsari Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang
Lusiana Retno Anggono, Artika Nurrahima
lebih meningkatkan pengetahuan ibu Hidayat A. A. A. 2008. Riset Keperawatan
sebagai pemeran penting dalam merawat dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
dan mengasuh anak. Salemba Medika
Hurlock E. B. 1993. Psikologi
`DAFTAR PUSTAKA Perkembangan Suatu Pendekatan
Aritonang I., & Priharsiwi E. 2006. Busung Sepanjang Rentang Kehidupan.
Lapar. Yogyakarta: Media Presindo Jakarta: Erlangga.
Asmidayanti S. 2012. Hubungan Status Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Gizi Dengan Morbiditas ISPA Anak Metodologi Penelitian Ilmu
Usia Balita Di Desa Tanjung Keperawatan : Pedoman Skripsi,
Tanah Kecamatan Danau Kerinci Tesis dan Instrumen Penelitian
Kabupaten Kerinci. Diakses 19 Keperawatan. Ed. 2. Jakarta: Salemba
Oktober 2013 dari Medika
http://ejournal.unp.ac.id Patris S. M et al. 2011. Parental Practices
Ayu S. D. 2008. Pengaruh Program Perceived by Children Using a French
Pendampingan Gizi Terhadap Pola Version of the Kids Child Feeding
Asuh, Kejadian Infeksi dan Status Quessionaire. Appetite 57. 161-166.
Gizi Balita Kurang Energi Protein. Santy D. Y dkk. 2012. Hubungan antara
Diakses 13 Juni 2014 dari Kondisi Sosial Ekonomi dan Higiene
http://eprints.undip.ac.id Sanitasi Lingkungan dengan Status
Badan Penelitian dan Pengembangan Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di
Kementrian Kesehatan RI. 2007. Riset Kecamatan Seginim Kabupaten
Kesehatan Dasar Riskesdas. Diakses 2 Bengkulu Selatan. Diakses 6
Juli 2013 dari September 2013 dari
http://www.dinkesjatengprov.go.id http://repository.unib.ac.id
________,. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Supriatin A. 2004. Analisis Faktor-Faktor
Diakses pada 2 Juli 2013 dari yang Mempengaruhi Pola Asuh Makan
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go dan Hubungannya dengan
.id Status Gizi Balita. Diakses 10 Juli
Dinkes Jawa Tengah. 2011. Buku Saku 2014 dari: http://dglib.uns.ac.id
Kesehatan 2011; Visual Data Sutomo B., & Anggraini D. Y. 2010. Menu
Kesehatan ProvinsiJawa Tengah. Sehat Alami untuk Batita dan Balita.
Diakses 2 November 2013 dari Cet.1. Jakarta: Demedia
http://www.dinkesjatengprov.go.id Ventura A et al. 2010. Feeding Practices
Febry A. B., & Marendra Z. 2008. Buku and Styles Used by a Diverse Sample
Pintar Menu Balita. Cet. 1. Jakarta: of Low Incoming Parents of
Wahyumedia Preshcool-age Children. Jurnal
Galloway et al. 2006. ‘Finish Your Soup’: Nutrition Education Behavioure. 42:
Counterproductive Effects of 242-249.
Pressuring Children to Eat on Intake Wondrafash et al. 2012. Feeding Styles of
and Affect. Appetite Volume 46, Issue Caregivers of Children 6-23 Months of
3. 318 323. Age in Derashe Spesial District,
Gibney M dkk. 2008. Gizi Kesehatan Southern Ethiopia. BMC Public
Masyarakat. Jakarta: EGC Health. 12: 235.
Gunarsa S. D. 2008. Psikologi Yulia C et al. 2008. Pola Asuh Makan dan
Perkembangan Anak dan Remaja. Cet. Kesehatan Anak Balita Pada Keluarga
3. Jakarta: Gunung Mulia Wanita Pemetik Teh Di Kebun
Hennesyy et al. 2010. Parent Behavior and Malabar PTPN VIII. Diakses 19
Child Weight Status Among a Diverse Agustus 2013 dari
Group of Underserved Rural Families. http://repository.ipb.ac.id
Appetite 54. 369-377.

6 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3, No. 1, Mei 2015; 1-6

You might also like